Skripsi ini dibuat dan diajukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk
mendapatkan gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)
OLEH:
SHAHNAZ FATHIRRIZKY
C12116516
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2020
i
ii
PERNYATAAEN SKRIPSI
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT., atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya
bawang merah dan tepid sponge terhadap penurunan suhu tubuh anak yang
kesulitan. Namun dengan bimbingan, bantuan, support, kerjasama dan doa dari
Oleh karena itu, pada kesempatan ini perkenankanlah saya menyampaikan ucapan
1. Prof. Dr. Dwia Aries Tina Pulubuhu, MA., selaku Rektor Universitas
Hasanuddin
Universitas Hasanuddin.
3. Dr. Yuliana Syam, S.Kep., Ns., M.Kes selaku Ketua Prodi Ilmu
4. Dr. Kadek Ayu Erika, S.Kep., Ns., M.Kes selaku pembimbing pertama
dan Tuti Seniwati, S.Kep., Ns., M.Kes selaku pembimbing kedua, yang
selalu dengan sabar dan siap dalam memberikan arahan, bimbingan serta
iv
5. Syahrul Said, S.Kep., Ns., M.Kes, Ph.D selaku penguji 1 dan
skripsi ini.
6. Saldy Yusuf, S.Kep., Ns., MHS. ETN. Ph.D selaku dosen pembimbing
akademik peneliti.
7. Seluruh Dosen, Staf Akademik dan Staf Perpustakaan Program Studi Ilmu
8. Ayahanda Almarhum Drs. H. Amir Syarifuddin, S.Pd dan Ibunda Dra. Hj.
Syaifullah.
10. Sahabat peneliti Abdul Azis, Hardiyanti Yunus, Nurfadillah Utami, Andi
Nurul Atika, Noviyanti Putri, Nurfita Dewi, Fitriyanti, Sri Rahayu, Dhiya
Khalillah Taufan, Gavrila Leny Satar, Firda Mansyur, Rifca Ayunila NR,
Rati Ramayani Abidin, Ayu Rizky Amalia, Syarifa Arieska, dan Evita
Resky Djohari.
v
12. Teman-teman pengurus Maperwa Kema F.Kep UH periode 2019-2020
Dan kepada seluruh pihak yang tidak sempat peneliti tuliskan dalam lembar
ini, terimakasih yang sebesar-besarnya atas semua bantuan dan bimbingan yang
telah diberikan. Semoga Allah SWT., senantiasa selalu melimpahkan rahmat dan
Peneliti menyadari bahwa tugas akhir skripsi ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, besar harapan peneliti untuk mendapatkan masukan
dan saran yang konstruktif dari seluruh pembaca laporan ini, sehingga peneliti
dapat berkarya lebih baik lagi di masa yang akan datang. Akhir kata mohon maaf
(Shahnaz Fathirrizky)
vi
ABSTRAK
Latar Belakang: Salah satu masalah kesehatan yang paling sering terjadi pada anak adalah
demam. Demam merupakan kondisi dimana anak mengalami peningkatan suhu tubuh >37.2 jika
diukur melalui ketiak anak. Secara non-farmakologi, penanganan demam pada anak dapat
dilakukan dengan kompres bawang merah dan tepid sponge.
Tujuan Penelitian: Mengetahui efektifitas kompres bawang merah dan tepid sponge terhadap
penurunan suhu tubuh anak yang mengalami demam di puskesmas Tamalanrea Makassar.
Metode Penelitian: Penelitian kuantitatif, metode quasi eksperimental dengan Non Equivalent
Control Group design. 32 anak dipilih dengan purposive sampling, kemudian dibagi kedalam
kelompok kompres bawang merah (n=16) dan kelompok tepid sponge (n=16). Instrumen
penelitian menggunakan thermometer digital, lembar observasi dan lembar kuesioner. Proses
pengambilan data suhu anak dilakukan sebanyak 3 kali pengukuran (pretest, posttest 15 menit &
posttest 30 menit). Alat, bahan dan prosedur intervensi berdasar pada SOP masing-masing
intervensi yang disanitasi dari penelitian sebelumnya. Uji stastistik menggunakan uji paired
samples t-test dan independent samples t-test.
Hasil Penelitian: Ada perbedaan rerata suhu tubuh anak sebelum dan setelah pemberian kompres
bawang merah (p=0.000) dengan selisih 0,77500C dan pemberian tepid sponge (p=0.000) dengan
selisih sebesae 0,82500C. Uji analisis menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan
terhadap penurunan rerata suhu tubuh pada kelompok kompres bawang merah dan kelompok tepid
sponge (p=0.669) dalam menurunkan suhu tubuh anak yang mengalami demam.
Kesimpulan dan Saran: Kompres bawang merah maupun tepid sponge mampu secara efektif
menurunkan suhu demam pada anak. Sehingga keluarga dapat memanfaatkan kompres bawang
merah untuk menurunkan suhu tubuh pada anak yang mengalami demam.
vii
ABSTRACT
Background: One of the most common health problems in children is fever. Fever is a condition
where child has an increase in body temperature >37.2℃, measured through the their's armpit.
Non-pharmacologically fever in children can be done by shallot compresses and tepid sponge.
Objective: To examine the effect of shallot compresses and tepid sponge in reducing body
temperature of children who have fever.
Results: There were a difference in the mean body temperature of children before and after giving
shallot compresses (p=0.000) with a difference of 0.77500C, and giving a tepid sponge (p=0.000)
with a difference of 0.82500C. The analysis test showed that there were no significant difference in
the decrease in the mean body temperature in the onion compress group and the tepid sponge
group (p=0.669) in reducing the body temperature of children with fever.
Conclusion: Compress the shallot or tepid sponge can effectively reduce the temperature of fever
in children. So that families can take advantage of the shallot compress to reduce body temperature
in children who have fever.
viii
DAFTAR ISI
ix
F. Variabel Penelitian.................................................................................... 72
G. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif ................................................ 73
H. Instrumen Penelitian ................................................................................. 75
I. Prosedur Pengumpulan Data ..................................................................... 77
J. Pengolahan dan Analisa Data .................................................................... 78
K. Masalah Etik Penelitian ............................................................................ 81
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................ 83
A. Hasil Penelitian.......................................................................................... 83
B. Pembahasan .............................................................................................. 91
C. Keterbatasan Penelitian ........................................................................... 100
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN......................................................... 102
1) Kesimpulan............................................................................................. 102
2) Saran ...................................................................................................... 102
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 104
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. 113
x
DAFTAR BAGAN
xi
DAFTAR GAMBAR
xii
DAFTAR TABEL
xiii
DAFTAR SINGKATAN
COX : Cyclooxygenase
PGE2 : Prostaglandin E2
IL-1 : Interleukin 1
IL-6 : Interleukin 6
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
xv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
kesehatan, yang hingga saat ini masih menjadi tantangan besar di berbagai
khusus, tidak hanya dari pihak orang tua maupun keluarga dari anak, namun
harus juga mendapatkan perhatian dari pihak pemerintah. Hal ini dikarenakan
derajat kesehatan pada anak akan turut mencerminkan tingkat kesehatan dan
yang rentan akan penyakit, karena organ tubuhnya yang belum mengalami
maturasi secara sempurna. Kondisi dimana anak yang sehat menjadi sakit akan
peningkatan suhu tubuh ini biasa dikenal sebagai demam. Secara definisi, demam
16
penyakit, melainkan gejala fisiologis pertahanan tubuh terhadap infeksi dan
menjadi gejala klinis yang paling mendominasi dari seluruh keluhan utama klien
yang mengunjungi tenaga kesehatan, serta paling sering menimbulkan fobia bagi
peningkatan suhu tubuh yang terlalu tinggi justru akan memberikan dampak
neurologis, hancurnya portein tubuh bahkan protein sel, kejang demam, hingga
18 hingga 34 juta kasus yang menimpa masyarakat dunia adalah kasus demam,
dan 500 hingga 600 ribu diantaranya berujung pada kematian disetiap tahunnya.
Tingginya prevalensi kasus demam ini tidak terlepas dari kasus demam yang juga
terjadi pada anak sebagai individu rentan. Selain itu, hasil studi kasus yang
dilakukan oleh Andreson dalam Oktiani (2018) menunjukan bahwa 12 juta anak
didunia yang meninggal setiap tahunnya merupakan akibat dari penyakit dan
Hendrawati dan Elvira (2019) bahwa kasus demam yang terjadi pada anak di 34
provinsi pada pertengahan bulan Desember tahun 2014 mencapai 2.852 anak,
17
dan 641 di antaranya berujung pada kematian. Selanjutnya, yakni pada tahun
2015, jumlah kasus demam yang terjadi pada anak-anak mengalami peningkatan
ini diperkirakan akan terus meningkat terutama pada saat terjadinya perubahan
demam sebenarnya dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu dengan tindakan
siklus COX, sehingga demam tidak menjadi lebih parah dan memungkinkan
bronkus paru- paru, penurunan fungsi ginjal, serta dapat menghalangi supresi
respon antibodi serum. Hal ini juga sejalan dengan ungkapan menurut Soedibyo
18
& Souvriyanti (2016) bahwa penggunaan antipiretik yang tidak sesuai dosis
menimbulkan kelainan darah, ruam kulit dan reaksi alergi, gejala hiperventilasi,
antipiretik tidak harus menjadi alternatif dalam menangani kejadian demam pada
tahun, karena dapat memberikan efek samping berupa syndrome reye (Ariastuti,
2011).
dengan cara seperti menempatkan anak pada ruangan dengan sirkulasi yang
baik, mengganti pakean anak dengan pakaian tipis dan menyerap keringat,
suhu tubuh dengan menggunakan cairan atau alat yang dapat menimbulkan
reaksi hangat pada area tubuh. Salah satu jenis kompres yang dapat digunakan
dalam menurunkan suhu tubuh pada anak yang mengalami demam adalah tepid
teknik kompres blok pada pembuluh darah supervisial dengan teknik seka
19
(Efendi, 2012). Aternatif kompres ini memanfaatkan media wash lap yang telah
direndam air hangat dalam jangka waktu tertentu. Pemanfaatan air hangat dalam
teknik kompres ini akan merangsang reseptor suhu perifer dikulit, untuk
sebelumnya. Beberapa diantaranya adalah hasil studi kasus yang dilakukan oleh
Dewi (2016) pada 90 anak dengan usia 1-7 tahun yang mengalami peningkatan
perbedaan rerata suhu tubuh anak yang mengalami demam sebelum dan setelah
pemberian tepid sponge. Hasil penelitian ini juga senada dengan hasil penelitian
yang dilakukan oleh C et all., (2019) yang juga menyimpulkan bahwa terdapat
perbedaan suhu tubuh yang bermakna antara sebelum dan setelah dilakukan
penurunan suhu tubuh sebesar 0,993℃ atau dapat dibulatkan menjadi 1℃.
Selain menggunakan teknik tepid sponge, penurunan suhu tubuh anak yang
20
mengalami demam secara non-farmakologi juga dapat dilakukan dengan
toksisitas yang relatif lebih rendah jika dibandingkan dengan bahan kimia dalam
obat, sehingga bahan kimia yang terkandung dalam tanaman obat tradisional
pengobatan alternatif (2011) menuliskan bahwa salah satu tanaman herbal yang
dapat dijadikan sebagai obat tradisional dalam penanganan demam pada anak
kaemferol, dan minyak atsiri. Senyawa- senyawa sulfur organik tersebut akan
Selain itu Wijayanti & Rosyid (2018) juga menambahkan bahwa tanaman
memiliki efek anti inflamasi dan juga memiliki efek antipiretik yang bekerja
sebagai inhibitor pada siklus cyclooxygenase (COX), siklus yang juga berfungsi
21
mengakibatkan demam yang bertambah parah (Suwertayasa, 2013).
telah banyak dilakukan, beberapa diantaranya seperti pada hasil studi kasus yang
rerata suhu sebelum pemberian kompres bawang merah yaitu 37.982℃ dan
perbedaan yang bermakna dari rerata suhu sebelum dan setelah pemberian
kompres bawang merah pada anak dengan demam. Selain itu, hasil studi kasus
yang juga dilakukan oleh Riyady et al., (2016) menunjukkan bahwa kelompok
penggunaan kompres bawang merah dan tepid sponge mampu membantu dalam
namun hingga saat ini belum ada jenis penelitian yang melakukan pengujian
merah dan tepid sponge terhadap penurunan suhu tubuh anak yang mengalami
22
B. Rumusan Masalah
bahwa kasus demam yang terjadi pada anak-anak merupakan salah satu
dari berbagai pihak. Kejadian kasus demam pada anak terutama di Indonesia
memiliki angka kejadian yang cukup tinggi dan dapat menjadi ancaman bagi
kejadian demam pada anak ini dapat dilakukan dengan berbagai cara. Selain
Tepid sponge dan kompres bawang merah merupakan dua jenis kompres
yang telah terbukti, mampu memberikan manfaat dalam upaya penurunan suhu
tubuh anak yang mengalami demam. Namun hingga saat ini, belum ada referensi
efektifitas diantara kedua jenis kompres tersebut. Dari latar belakang yang telah
Tamalanrea Makassar?‖.
23
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
tepid sponge terhadap penurunan suhu tubuh anak yang mengalami demam.
2. Tujuan Khusus
pretest, post test 15 menit, dan post test 30 menit pada kelompok kompres
bawang merah dan tepid sponge dalam menurunkan suhu tubuh anak yang
mengalami demam.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoritis
24
2. Manfaat praktis
a. Bagi Penulis
kasus demam pada anak dengan penerapan teknik kompres bawang merah
sebagai salah satu alternatif dalam menurunkan gejala demam pada anak-
anak.
ini sebagai landasan teori atau data awal penelitian yang berhubungan
25
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi Anak
temperature dan berada dalam rentang usia nol tahun sejak dalam
26
mengkategorikan anak berdasarkan usia kedalam 4 kelompok masa, yakni
masa bayi (usia 0-1 tahun), masa toddler (1-3 tahun), masa pra- sekolah (3-6
tahun), dan masa sekolah (6-12 tahun). Secara khusus, dalam penelitian akan
(2014: 64-73), pertumbuhan anak usia pra sekolah terdiri dari penambahan
berat badan sekitar 2-3 kg per tahun, penambahan tinggi badan sekitar 6,5
hingga 7,8 cm setiap tahun, serta pertumbuhan kepala dan dada yang mulai
tahapan perkembangan yang terjadi pada anak usia ini, dapat dilihat melalui
baik sejak usia 3 tahun dan memiliki hasrat yang besar untuk memulai
kehidupan mandiri dalam melakukan berbagai hal sendiri. Anak pada usia
nama benda-benda, atau bahkan memakai pakean sendiri. Selain itu Kozier
pada anak juga dapat dilihat melalui aspek psikososial, kognitif, dan moral.
27
a. Perkembangan psikososial
apa yang ada disekililingnya. Anak pada usia ini merupakan pelajar
yang energik, antusias, memiliki imajinasi yang aktif, dan apabila orang
b. Perkembangan kognitif
tahun) anak diketahui membentuk konsep yang belum matang dan tidak
berorientasi pada diri sendiri. Sedangkan pada fase intuitif (5-7 tahun)
tersebut.
c. Perkembangan moral
Perkembangan moral anak pada usia pra sekolah adalah anak mulai
28
mulai mampu membedakan tindakan yang benar dan salah. Anak pada
pada usia ini adalah apa yang diamatinya dari orang disekililingnya.
1. Definisi Demam
Kata demam berasal dari bahasa Yunani yakni ―Pyretos‖ yang memiliki
makna sebagai ―api‖ atau ―panas‖. Oleh karena itu, demam juga sering
merupakan salah satu tanda vital yang menjadi indikator status kesehatan
individu yang biasanya diukur melalui alat bernama termometer (Davie &
Amoore, 2010).
mengukur suhu tubuh pada bayi dan anak adalah temometer jenis digital.
thermometer raksa yang memiliki kemasan yang terbuat dari kaca yang
29
rentan akan pecah. Pengukuran suhu tubuh dapat dilakukan diberbagai area
tubuh karena suhu tubuh manusia dikenal sebagai normothermia atau konsep
berbeda pula. Pengukuran suhu dapat dilakukan pada beberapa area tubuh
seperti aksila, oral, membran timpani maupun rektal (Boyoh, Nurachman &
telah dijelaskan oleh Barbara et al., (2010) pada tabel 2.1 berikut:
Tabel 2.1
30
Menurut Ed-Radhi et al., (2009) mengungkapkan bahwa nilai suhu
tubuh normal seseorang yang diukur pada lokasi pengukuran yang berbeda
akan menunjukan nilai suhu tubuh yang berbeda pula. Adapun batasan nilai
Tabel 2.2
Selain itu, Sodikin (2012) juga menjelaskan hal yang sama dan
31
Tabel 2.3
2. Klasifikasi Demam
waktu awitan, fluktuasi suhu, dan durasi demam. Menurut Newlan dalam
kedalam 6 (enam) jenis demam, yakni demam septik, demam hektik, demam
remiten, demam intermiten, demam kontinyu, dan demam siklik. Lebih lanjut,
a. Demam septik, merupakan jenis demam dimana suhu tubuh beransur naik
ke tingkat yang sangat tinggi pada malam hari dan kembali turun kembali
peningkatan yang berangsur ke tingkat yang sangat tinggi saat malam hari
32
mengalami penurunan sepanjang hari namun tidak pernah mencapai suhu
normal.
ketingkat yang normal selama beberapa jam dalam satu hari. Jenis demam
sepanjang hari yang tidak lebih dari satu derajat (>1℃). Pada kondisi
bebas demam dalam beberapa hari, dan kemudian kembali diikuti oleh
et al, 2010):
a. Usia, suhu tubuh anak akan terus bervariasi dibandingkan suhu individu
b. Varasi diurnal, atau juga dikenal dengan irama sirkadian. Faktor ini juga
dapat mempengaruhi suhu tubuh anak, dimana suhu tubuh normal anak
akan berubah sepanjang hari dengan perbedaan sekitar 1 0C pada pagi dan
33
sore hari. Nilai suhu tubuh tertinggi biasanya terjadi antara pukul 20.00
dan 24.00 tengah malam dan nilai suhu terendah akan terjadi pada pukul
04.00 dan 06.00 pagi hari. Dalam referensi lain juga menuliskan bahwa nilai
suhu tubuh akan lebih rendah sekitar 0,5℃ dari rata-rata suhu pada pagi hari dan
sistem pengaturan suhu tubuh seseorang. Jika suhu tubuh dikaji dalam
34
4. Etiologi demam
bahwa 80% dari seluruh kejadian demam pada anak merupakan akibat dari
infeksi (Putri, 2015). Hal ini juga sejalan dengan pendapat yang dikemukakan
oleh Setiawati (2009) bahwa demam pada anak dapat disebabkan oleh adanya
infeksi mikroba seperti virus, bakteri, tumor, stress atau trauma yang kemudian
dari demam ini antara lain seperti infeksi virus (cacar, campak dan demam
demam yang terjadi akibat gejala dari suatu penyakit kelainan sistem tubuh
35
c. Demam fisiologis, merupakan demam yang terjadi pada anak akibat
paparan tubuh terhadap suhu yang terlalu tinggi (over heating) dalam
5. Dampak Demam
nyeri kepala serta rasa tidak nyaman di seluruh bagian tubuh. Selain itu,
demam juga akan memberikan dampak buruk bagi penurunan nafsu makan
anak serta meningkatkan kebutuhan cairan anak-anak. Hal ini terjadi karena
peningkatan konsumsi oksigen sebesar 10%. Selain itu Algren & Arnow yang
dari anak.
ditangani secara tepat akan memberikan beberapa dampak buruk bagi anak
otak dan neurologis, hancurnya protein sel tubuh, kejang (febrile convulsions),
36
kekurangan oksigen (O2), yang dapat berpotensi mengakibatkan anak
berujung pada kematian. Hal ini sesuai dengan pendapat Sodikin (2016) yang
positif, namun pada kondisi dimana peningkatan suhu tubuh yang terlalu
Proses terjadinya demam pada anak tidak terlepas dari pengaruh zat
pirogen. Zat pirogen merupakan zat penyebab demam yang dapat berasal dari
dalam tubuh (pirogen endogen) maupun dari luar tubuh (pirogen eksogen)
asing (non infeksi). Adapun contoh pirogen eksogen antara lain adalah
darah penderita dan merangsang sel fagosit mononuklear, dalam hal ini adalah
molecule yang disekresikan oleh sel-sel sistem imunitas dan bertugas sebagai
second messeger (tirosin kinase) sehingga memiliki efek pada sel lainnya.
37
Adapun contoh substansi yang tergolong dalam sitokin pirogen endogen
Alpha (TNF- α), Interferon Alpha (IFN-α), Interferon Betha (IFN-β) dan
dalam sistem sirkulasi ini kemudian akan memasuki ruang perivaskular yang
terletak pada dinding rostral ventrikel III. Ruang ini dikenal sebagai Organum
(OVLT). Selain itu, sitokin juga dapat dihasilkan oleh sel-sel disusunan sistem
syaraf pusat (SPP) dan bekerja pada daerah preoptik hipotalamus anterior.
prostaglandin E2.
38
hipotalamus anterior ini akan memberikan isyarat kepada serabut saraf eferen,
melakukan 3 fase yang terdiri dari fase kedinginan, fase demam, dan fase
kemerahan.
produksi panas dan kehilangan panas pada set-point yang telah meningkat.
panas ke lingkungan.
diketahui memiliki cara kerja untuk menghambat sintesis PGE-2. Selain itu,
Arginin Vasopresin (AVP) juga akan turut bereaksi dalam susunan saraf pusat
normal ini akan diawali oleh vasodilatasi pembuluh darah dan pelepasan
39
Secara sederhana, Ermawati dalam Wijayanti (2014: 12) mengungkapkan
sebagai berikut:
40
7. Penanganan demam
suhu tubuh pada anak akan sangat berpengaruh terhadap fisiologis tubuhnya.
Hal ini dikarenakan luas permukaan tubuh anak relatif kecil dibandingkan
organ tubuhnya. Selain itu pada anak belum terjadi kematangan mekanisme
pengaturan suhu sehingga dapat terjadi perubahan suhu tubuh yang drastis
a. Secara farmakologik
2011). Adapun prinsip kerja dari obat ini adalah menghambat sintesis PGE2
41
penormalan suhu tubuh sehingga suhu tubuh anak dapat kembali normal.
suhu tubuh anak yang mengalami demam tidak harus digunakan secara
rutin. Selain itu Jurnalis, Sayoeti & Moriska (2015) juga menghimbau
bahwa dalam menggunakan obat antipiretik ini juga harus dalam jumlah
dan dosis yang tepat. Hal ini dikarenakan penggunaan yang tidak tepat
justru dapat memberikan dampak negatif seperti mual dan muntah, spasme
suhu anak memiliki riwayat kejang demam walaupun suhu tubuh baru
b. Secara non-farmakologi
demam pada anak juga dapat dilakukan dengan penanganan secara non-
pada ruangan dengan sirkulasi yang baik, mengganti pakean anak dengan
pakaian tipis dan menyerap keringat, memberikan cairan yang adekuat, dan
memberikan kompres.
42
manfaat terhadap penurunan suhu tubuh anak yang mengalami demam.
43
2. Klasifikasi Bawang Merah
umbi lapis dan sering digunakan sebagai bumbu penyedap masakan. Menurut
Tabel 2.4
Klasifikasi Tanaman Bawang Merah
Kindom Plantae
Divisio Spermatophyta
Su-divisio Angiospermae
Class Monocotyledonae
Ordo Liliales/ Liliflorae
Family Liliceae
Genus Allium
Spessies Allium ascalonicum L. atau Allium
cepa var. Ascalonicum
Sumber: Ilmu Tumbuhan/ Botani dalam Wiryawan (2014: 15).
bahwa akar pada tanaman umbi ini berjumlah 20-200 yang tersebar pada
kedalaman 15-20 cm di dalam dan tanaman ini juga memiliki tankai yang
Sedangkan pada bagian daun, tanaman ini memiliki daun yang berbentuk
44
seperti pipa, bulat kecil dan memanjang hingga 50-70 cm, berongga dan
meruncing pada ujung, memiliki warna hijau muda hingga hijau tua. Batang
tanaman ini merupakan batang semu yang berada didalam tanah dan dapat
bermodifikasi menjadi umbi lapis. Tanaman ini juga memiliki bunga majemuk
berbentuk tandan yang terdiri dari 50-200 kuntum bunga. Sedangkan pada
buah tanaman ini berbentuk bulat dengan ujung tumpul yang membungkus
biji dan berbentuk agak pipih (Hidayat & Napitupulu, 2015: 49).
macam kandungan gizi yang dapat memberikan manfaat bagi tubuh seperti
mineral kalium yang cukup tinggi (401 mg). Kandungan mineral kalsium ini
pembuluh darah dari endapan kolestrol jahat, dan berperan penting dalam
fungsi kerja syaraf maupun otak. Selain mineral Kalium, bawang merah juga
memiliki kandungan zat lain sepertizat besi (1,7 mg), Magnesium (25 mg),
Fofor (153 mg), Kalsium (181 mg), Natrium/Sodium (17 mg), Seng (1,16 mg)
Selain itu Jaelani dalam Wiryawan (2014: 18-20) juga menjelaskan bahwa
tanaman bawang merah ini mengandung beberapa zat gizi lain yang memiliki
manfaat dalam dunia kesehatan. Adapun zat-zat gizi yang dimaksud adalah
45
sebagai berikut:
merah segar dapat meningkatkan kadar kolestrol baik (HDL/ high density
senyawa ini diubah oleh enzim allisin liase atau alinase untuk kemudian
b. Flavonoid
media. Selain itu senyawa ini juga berperan sebagai bahan antioksidan
Selain itu, kandungan sulfur dalam bawang merah sangat baik untuk
bronchial.
46
d. Fitosterol
tumbuhan. Senyawa ini juga dikenal sebagai minyak nabati dan cukup
e. Flanovol
f. Kalium
terdapat dalam jumlah yang relatif besar. Senyawa ini memilikiperan yang
g. Pektin
pertumbuhan bakteri.
h. Saponin
47
Merupakan senyawa yang memiliki cukup banyak khasiat seperti
i. Tripopanol Sulfoksida
Selain itu, bawang merah juga akan mengeluarkan bau yang khas melalui
dalam menurunkan suhu tubuh anak yang mengalami demam, tidak terlepas
dari peranan senyawa yang terkandung didalam umbi herbal tersebut. Menurut
yang dihasilkan oleh bawang merah sendiri apabila bawang merah digerus).
Menurut Utami (2013) reaksi yang terjadi diantara senyawa Alliin dan
enzim alliinase ini selanjunya akan berkerja dengan beberapa senyawa lain
48
untuk menghancurkan pembentukan pembekuan darah, sehingga
Hal ini juga sesuai dengan pendapat Potter & Perry dalam
normal.
diketahui memiliki sifat mudah menguap dalam suhu 200C hingga 400C dan
bereaksi dalam kurun waktu 10 – 60 detik. Sehingga agar reaksi ini tidak
terlalu cepat terjadi, maka pada gerusan bawang dapat ditambahkan minyak.
Oleh karena itu, Heriani (2017) juga menambahkan bahwa minyak yang dapat
dipadukan dalam gerusan bawang merah untuk teknik kompres bawang merah
49
pemanfaatan bawang merah sebagai alternatif kompres dilakukan karena
berperan sebagai antioksidan alami serta inhibitor pada siklus COX. Senyawa
dalam menurunkan suhu tubuh anak yang mengalami demam dapat dilakukan
dengan cara mengambil dan mencuci bersih bawang merah sesuai kebutuhan,
kemudian diiris atau dicincang kasar dan dicampurkan dengan air perasan
jeruk nipis dan minyak kayu putih hingga merata. Bahan-bahan yang telah
pada bagian tersebut memiliki banyak pembuluh darah besar dan memiliki
merah tidak hanya dilakukan pada area aksila (ketiak) saja, melainkan juga
dapat dilakukan pada area tubuh laninnya seperti perut, punggung, ubun-ubun,
lipatan dan paha anak. Menurut Septiani (2017) kompres bawang merah dapat
50
sdm minyak kayu putih dan selanjutnya menggosokkan pada area punggung,
dalam menurunkan suhu tubuh anak yang mengalami demam dapat dilakukan
dalam dua tahapan, yakni tahap periapan dan tahap pelaksanaan sebagai
berikut:
1) Tahap persiapan
observasi.
2) Tahap pelaksanaan
nyaman
51
d. Campukan gerusan bawang merah dengan 2 sdm minyak kayu putih
menit.
g. Kenakan anak dengan baju yang tipis dan mudah menyerap keringat.
3) Tahap Evaluasi
observasi.
52
dengan teknik seka (Effendi, 2012). Menurut Thompson dalam Rachmawati
diantara kedua jenis kompres tersebut terletak pada luas area sekaan, dimana
sedangkan tepid sponge akan memanfaatkan sistem seka pada beberapa area
penurunan suhu tubuh penderita demam dengan cara konduksi dan evaporasi
tubuh melepaskan panas secara evaporasi. Selain itu Wardiyah, Setiawati dan
sebagai alternatif dalam menangani kasus demam tinggi pada anak melalui
53
proses konduksi dan evaporasi.
tindakan tepid sponge adalah anak yang mengalami peningkatan suhu tubuh
diatas suhu normal tubuh. Sedangkan kontraindikasi tindakan ini adalah bagi
anak yang mengalami luka pada area tubuh pemberian terapi dan masih dalam
penggunaan metode tepid sponge tidak boleh diberikan pada anak yang
dilakukan dalam dua tahap yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaandan tahap
untuk menurunkan suhu tubuh anak yang mengalami demam adalah sebagai
berikut:
1) Tahap persiapan
b. Persiapkan alat dan bahan yang meliputi ember atau baskom tempat air
54
kompres (suhu air berada pada rentang 32℃ hingga 35℃), lap
2) Tahap pelaksanaan
air sebelum, atau jika anak tidak mampu, menggunakan urinal atau
b. Mencuci tangan
lembar observasi.
perlak.
h. Mengisi baskom dengan air hangat dengan suhu 35℃. Selain itu,
i. Masukan dan rendamlah 6 buah wash lap dalam baskom yang telah
55
diisi dengan air.
j. Peras dan letakkan 5 wash lap/ handuk yang telah dibasahi dalam air
tepid sponge dan letakkan pada area pembuluh darah superfisial besar
anak yakni pada area frontal, kedua lipatan ketiak (axilla), dan dua
tersebut.
digitaldan pertahankan suhu air hangat pada rentang suhu 32℃ sampai
35℃. Jika suhu air mulai menurun, maka tambah atau gantilah dengan
56
n. Hentikan prosedur jika anak merasa kedinginan atau menggigil, atau
p. Pakaikan anak dengan baju yang tipis dan mudah menyerap keringat
3) Tahap Evaluasi
observasi.
tubuh anak turun terlalu rendah dari suhu normal tubuh anak.
Hingga saat ini belum ada penelitian pasti yang menjelaskan apakan tepid
sponge lebih efektif digunakan sebagai kompres penurun suhu tubuh anak yang
manfaat dari kedua jenis kompres ini telah banyak dilakukan dengan
membandingkannya dengan jenis kompres lain. Berikut ini adalah beberapa hasil
Salah satunya adalah penelitian yang dilakukan oleh Hamid (2011) dalam
57
penelitiannya yang berjudul ―Keefektifan tepid sponge yang dilakukan ibu dalam
sampel penelitian 30 anak yang berada pada rentang usia 1-2 tahun di Puskesmas
kelompok tepid sponge. Namun, perbedaan mulai terlihat pada pengukuran menit
memiliki derajat penurunan suhu yang lebih besar dibandingkan dengan tekhnik
kompres hangat konvensional, dengan selisih terbesar adalah 0,81 0C pada menit ke
60.
Romayati tahun 2016 terhadap perbandingan efektifitas kompres hangat dan tepid
sponge terhadap penurunan suhu tubuh anak yang mengalami demam diruang
Alamanda RSUD dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung tahun 2015. Pada
penelitian tersebut, peneliti melakukan uji intervensi kepada anak yang mengalami
demam dengan penyakit bronkopnuemonia, typhoid, dan DHF yang berjumlah 185
efektifitas yang lebih baik dari kompres hangat dengan penurunan suhu sebesar
0,7oC (p<α, 0,003 < 0,05). Kedua hasil penelitian tersebut juga sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Hendrawati & Elvira (2019) bahwa tepid sponge
memiliki efek yang signifikan terhadap penurunan suhu tubuh anak yang
mengalami demam.
58
Menurut Wardiyah, Setiawati dan Setiawan (2016) mengungkapkan bahwa
penggunaan tepid sponge lebih efektif menurunkan suhu tubuh anak dengan
demam dibandingkan dengan kompres hangat disebabkan adanya seka tubuh pada
diseluruh tubuh sehingga evaporasi panas dari kulit kelingkungan sekitar akan
lebih cepat dibandingkan hasil yang diberikan oleh kompres hangat yang hanya
mengandalkan dari stimulasi hipotalamus. Perbedaan luas rasio body surface area
dengan jumlah luas washlap yang kontak dengan pembuluh darah perifer yang
berbeda antara terknik kompres hangat dan tepid sponge akan turut memberikan
lebih apabila dikombinasikan dengan pemberian antipiretik. Hal ini sesuai dengan
sponging dan antipiretik dapat menurunkan suhu tubuh lebih cepat dibandingkan
hanya menggunakan antipiretik saja. Hal ini juga sejalan dengan penelitian yang
sponge dengan teknik yang benar dapat menurunkan suhu tubuh anak akan
menurunkan demam anak lebih cepat 15 menit dibandingkan dengan hanya terapi
antipiretik.
59
menurunkan demam pada anak dapat dilihat pada hasil penelitian yang dilakukan
oleh Riyadi, et al., (2016) dengan judul penelitian ―The Effect of shallot (Allium
dengan penurunan sebesar 0,650C. Proses pengukuran suhu tubuh pada anak
Hasil penelitian ini juga sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan
oleh Cahyaningrum & Putri (2017) terhadap 50 anak yang mengalami demam
dalam menurunkan demam anak dengan rerata selisih penurunan suhu sebesar
0,7420C (Selisih suhu terendah 0,30C & Selisih suhu tertinggi 1,80C). Hasil studi
yang juga dilakukan oleh Nugroho (2012) juga membuktikan bahwa anak yang
berumur 1-5 tahun yang mengalami demam dapat mengalami penurunan suhu
kompres bawang merah lebih cepat menurunkan suhu tubuh anak dengan demam
dibanding kompres hangat. Fakta tersebut terjadi karena pada kompres bawang
merah memiliki kandungan yang terdapat dalam bawang merah yaitu zat yang
dapat menurunkan suhu tubuh. Sesuai dengan pendapat Tusilawati (2010) bahwa
60
kandungan bawang merah yang dapat menurunkan suhu antara lain floroglusin,
61
F. Kerangka Teori
Demam/pireksia
Sintesis PGE2
terhambat Vasodilatasi pembuluh darah
dan pori-pori terbuka
Penurunan
suhu tubuh
62