OLEH:
KELOMPOK 5 A
2022/2023
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
rahmat-Nya makalah yang berjudul “Advokasi Gizi Program Pencegahan Stunting
” ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Demikian kata pengantar ini kami sampaikan, kami harap semoga makalah
ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Penyusun
i
ii
RENCANA ADVOKASI GIZI DIDALAM PENCEGAHAN PENANGANAN STUNTING
I. Latar Belakang
Stunting merupakan salah satu masalah kesehatan yang cukup besar. Diperkirakan pada
tahun 2010 terdapat 169 juta orang anak atau 26,3% anak di seluruh dunia dan 99 juta orang
anak atau 28,1% anak di Asia mengalami stunting, dan diperkirakan pada tahun 2013, terdapat
sekitar 161 juta orang anak atau 24,5% anak di seluruh dunia dan 91 juta orang anak atau 25,3%
anak di Asia mengalami stunting.
Di Indonesia, pada tahun 2013 diperkirakan terdapat 37,2% anak yang mengalami
stunting. Angka ini mengalami peningkatan dibandingkan dengan angka pada tahun 2010
(35,6%) dan tahun 2007 (36,8%).2 Data terbaru tahun 2018 menunjukkan prevalensi stunting di
Indonesia sebanyak 30,8%.3
Di Provinsi Bali, pada tahun 2013 diperkirakan 32,6% balita mengalami stunting. Di
tahun yang sama di Kabupaten Gianyar, diperkirakan 41% balita mengalami stunting. 4 Dari
data Pemantauan Status Gizi tahun 2017, prevalensi stunting pada balita di Provinsi Bali
diperkirakan turun menjadi 19,1%, dan di kabupaten Gianyar prevalensi stunting diperkirakan
sebesar 22,5%.5
Upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah stunting antara lain pemberian ASI
eksklusif, pemberian nutrisi seimbang, pemberian suplemen nutrisi, peningkatan sanitasi dan
akses air bersih, dan pemberian pemahaman mengenai cara merawat bayi dan balita,
sertamengembangkan
Advokasi yang dapat dilakukan agar percepatan stunting melalui program yang dilaksnakan dapat
berjalan dnegan baik dan merata disetiiap kabupaten/kota maka perlu dilakukan advokasi/kebijakan
kesehatan yaitu serangkaian kegiatan komunikasi untuk mempengaruhi penentu kebijakan dengan
cara: membujuk, meyakinkan, menjual ide agar memberikan dukungan terhadap upaya pemecahan
masalah kesehatan masyarakat yaitu stunting. Mengajukan advokasi ini dapat melalui pesan yang
disampaikan baik kepada camat disetiap kabupaten/kota didalam mennagani masalah stunting, agar
nantinya program yang diajukan dari masyarakat ataupun program yang dibuat didalam menangani
3
masalah stunting dapat berjalan dengan baik dan secepatnya dapat dijalankan program tersebut
dimasing”kabupaten untuk menekan peningkatan kasus stunting diprovinsi bali
II. Tujuan
1. Tujuan Umum
Memperoleh dukungan dari pihak-pihak pengambil keputusan dalam menentukan
kebijakan
2. Tujuan Khusus
Memahami adanya masalah kesehatan yang ada di wilayah tersebut, berada pada
tahap serius dan perlu segera dilakukan upaya untuk mengatasinya
Tertarik,peduli dan bersedia menjadikan program kesehatan dalam agenda
prioritas kerjanya
Bertindak memberikan dukungan untuk mengatasi masalah kesehatan yang ada di
wilayah tersebut
III. Kegiatan Pokok dan Rincian Kegiatan
4
yang akan dilakukan diskusi
7. Menyusun tindak lanjut berupa peran
yang akan dilakukan maisng-masing
stake holder
8. Petugas mneyusun lapotan kegiatan
Sebelum akan diadakannya ad\vokasi kesehatan ini, maka pihak yang mengajukan
kegiatan ini harus berkoordinasi dnegan dewan perwakilan daerah setempat dengan mengajukan
pesan advokasi terlebih dahulu agar pihak tersebut juga memiliki gambaran tentang program
yang akan dilaksanakan.
5
RPJMD, yang juga mengacu pada RPJMN, dan
dilakukan cross cutting lintas OPD.
Tahun 2015, prevalensi kejadian stunting pada
balita (0-59 bulan) di Indonesia yaitu balita
sangat pendek (10,1%) dan balita pendek
(18,9%) (PSG, 2016). Persentase kejadian
stunting pada balita (0-59 bulan) di Indonesia
mengalami penurunan pada tahun 2016
menjadi sangat pendek sebesar (8,57%) dan
balita pendek (18,97%). Tahun 2017 prevalensi
kejadian stunting pada balita (0-59 bulan)
meningkat kembali menjadi sangat pendek
(9,80%) dan pendek (19,80%). Provinsi dengan
persentase tertinggi balita (0-59 bulan) sangat
pendek dan pendek pada tahun 2017 adalah
Nusa Tenggara Timur (40,30%), sedangkan
provinsi dengan persentase terendah adalah
Bali (19,10%) (Kementerian Kesehatan RI,
2018a).
. Kabupaten Gianyar menempati urutan ke-4
untuk kabupaten dengan prevalensi stunting
terbanyak di Bali pada tahun 2017 dan juga
merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi
Bali yang mendapat perhatian khusus terkait
masalah stunting (Sekretariat Wakil Presiden
Republik Indonesia, 2017). Prevalensi kejadian
stunting di Gianyar dalam 3 tahun terakhir
yaitu pada tahun 2015 sebesar (15,8%), tahun
2016 sebesar 3 (13,6%), dan tahun 2017
mengalami peningkatan sebesar (22,5%).
Dibandingkan dengan kabupaten yang lain,
6
Kabupaten Gianyar merupakan kabupaten yang
mengalami peningkatan prevalensi kejadian
stunting terbesar yaitu (8,9%) pada tahun 2017.
Kecamatan dengan prevalensi kejadian stunting
terbanyak adalah kecamatan Ubud dengan
persentase (28,6%) diikuti kecamatan Gianyar
(28,4%), Tegalalang (27,2%), Tampaksiring
(26,5%), Blahbatuh (20,4%), Sukawati
(12,9%), dan kecamatan dengan prevalensi
kejadian stunting terkecil adalah kecamatan
Payangan dengan persentase (12,5%) (Dinkes
Bali, 2018).
Terjadinya Masalah Gizi yaitu Stunting,
dipengaruhi oleh :
Kurangnya asupan gizi dalam waktu yang cukup
lama, sehingga mengakibatkan gangguan
pertumbuhan pada anak yakni tinggi badan anak
lebih rendah atau pendek (kerdil) dari standar
usianya., Tingkat pengetahuan ibu didalam
pemenuhan gizi sejak 1.000 HPK kurang
dikarenakan kurangnya sosialisasi dari pihak
puskesmas/posyandu setempat, kurangnya
pelatihan dan pendidikan gizi bagi ibu oleh kader
posyandu, faktor sosial ekonomi keluarga yang
maish terbilang kurang, serta hygine dan sanitasi di
tingkat rumah tangga masih tergolong rendah
Sasaran Advokasi Di Tingkat Kota : Kota, Dinas Kesehatan
Masyarakat setempat
Tujuan Advokasi Mendapatkan dukungan dana untuk kegiatan
pencegahan stunting pada balita dimulai dari
intervensi awal 1.000 HPK pada ibu hamil melalui
7
pemberian PMT pada ibu hamil serta suplementasi
vitamin A,
Meningkatkna komitmen sasaran advokasi dalam
melakukan sosialisasi menyasar ibu anak usia di
bawah 2 tahun dan balita, kalangan remaja, calon
pengantin, dan ibu hamil. Memberikan asupan gizi
serta pencegahan infeksi, penciptaan lingkungan
sehat, akses air bersih, pembiayaan pelayanan
kesehatan, pendidikan kesehatan sejak PAUD
(pendidikan usia dini). Peningkatan ketahanan dan
keamanan pangan sampai bantuan sosial kepada
keluarga rawan anak stunting.
8
Respon yang diinginkan Usulan sosialisasi dan edukasi bagi ibu menyusui
dapat di dukung oleh petugas Dinas Kessehatan
dapat direalisasikan oleh Dewan Perwakilan atau
Kepala Desa setempat di wilayah Kota Gianyar.
Usulan kegiatan Pemberian PMT pada ibu hamil
dan ibu menyusui yang pelopori oleh masyarakat
dan didukung oleh petugas Dinas Kesehatan dapat
direalisasikan oleh Dewan Perwakilan ataupun
Kepala Desa setempat di wilayah kota Gianyar
Nada penyampaian Himbauan, mengajak dan membangun solidaritas
serta kerjasama
Saluran media Video
komunikasi
Jenis Media Presentasi, poster, banner dan leaflet
Perimbangan Kreatif Ilustrasi gambar/foto, kata-kata, warna, bentuk dan
penyususnan pesan ukuran media cetak
lainnya
9
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Stunting merupakan salah satu masalah kesehatan yang cukup besar dan menjadi salah satu
prioritas utama penanganan masalah gizi di Indonesia. Kabupaten Gianyar merupakan daerah dengan
prevalensi stunting terendah di Provinsi Bali. Pravelensi sunting di Kabupaten Gianyar telah
mengalami penurunan dari tahun 2018 sampai tahun 2019. Kendati demikian, permasalahan stunting
harus tetap mendapatkan perhatian dari berbagai sektor guna pencegahan terhadap kembali
meningkatnya kejadian stunting. Upaya pencegahan stunting dapat dilakukan pada 1000 HPK dengan
memperhatikan berbagai aspek kesehatan serta gizi ibu dan anak. Selain itu juga dapat dilakukan
langkah advokasi gizi agar percepatan stunting melalui program yang dilaksnakan dapat berjalan
dnegan baik dan merata disetiiap kabupaten/kota. Mengajukan advokasi ini dapat melalui pesan yang
disampaikan baik kepada camat ataupun anggota dewan di setiap kabupaten/kota didalam menangani
masalah stunting, agar nantinya program yang diajukan dari masyarakat ataupun program yang
dibuat didalam menangani masalah stunting dapat berjalan dengan baik dan secepatnya dapat
dijalankan program tersebut dimasing-masing kabupaten untuk menekan peningkatan kasus stunting
di provinsi Bali.
3.2 SARAN
Dalam pembuatan makalah ini diharapakan para pembaca dapat memahami isi makalah ini
dan mendapatkan informasi serta wawasan mengenai gambaran kejadian stunting di Bali pada
umumnya dan di Kabupaten Gianyar pada khususnya. Diharapkan sebagai mahasiswa calon ahli
gizi dapat memahami upaya pencegahan sunting pada 1000 HPK serta upaya advokasi yang
dapat dilakukan melalui pesan advokasi gizi kepada pemangku kebijakan seperti camat maupun
anggota dewan di tingkat kabupaten/kota agar dapat mendukung upaya-upaya pencegahan
sunting di provinsi Bali.
10
11