Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. I DENGAN GANGGUAN SISTEM


PERNAFASAN PADA KASUS ASMA BRONCHIAL DIRUANGAN IGD
PUSKESMAS CAKRANEGARA

OLEH:
REZA SEPTIANA HANDAYANI
078 STYC 17

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN JENJANG S1
MATARAM
2020
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PENGALAMAN BELAJAR PRAKTIK MAHASISWA TINGKAT


III SEMESTER VI PRODI S1 KEPERAWATAN DI RUANG IGD
PUSKESMAS CAKRANEGARA KOTA MATARAM

Waktu pelaksana
09-14 maret 2020

Laporan pendahuluan dan resume ini telah diperiksa, disetujui, dan dievaluasi
oleh pembimbing lahan dan pembimbing pendidikan pada :
Hari :
Tanggal :

Mengetahui

Pembimbing Pendidikan Pembimbing Lahan

( Maelina Aryanti, Ners, M.Kep ) ( Lalu Marsadi Yudiantara,S.Kep. Ners)

LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn.I DENGAN GANGGUAN SISTEM
PERNAFASAN PADA KASUS ASMA BRONCHIAL
DIRUANGAN IGD PUSKESMAS CAKRANEGARA

2.1 Konsep Dasar Penyakit Asma


2.1.1 Definisi
Asma adalah suatu keadaan dimana saluran napas mengalami
penyempitan karena hiperaktivitas terhadap rangsangan tertentu, yang
menyebabkan peradangan. Penyempitan ini bersifat berulang namun
reversible, dan diantar episode penyempitan bronkus tersebut terdapat
keadaan ventilasi yang lebih normal (Sylvia dan Wilson 2006).
Beberapa faktor penyebab asma antara lain jenis kelamin, umur pasien,
faktor keturunan, serta fator lingkungan. (Siti Nurlela,2017)
Asma ialah penyakit paru dengan ciri khas yakni saluran napas
sangat mudah bereaksi terhadap berbagai rangsangan atau pencetus
dengan manifestasi berupa serangan asma. Kelaian yang didapatkan
adalah:
1. Otot bronkus akan mengerut (terjadi penyempitan)
2. Selaput lendir bronkus edema.
3. Produksi lendir makin banyak, lengket dan kental sehingga ketiga hal
tersebut menyebabkan saluran lobang bronkus menjadi sempit dan
anak akan batuk bahkan dapat sampai sesak napas. Serangan
demikian dapat hilang sendiri atau hilang dengan pertolongan obat.
Berdasarkan atas pengertian asma seperti yang telah diuraikan,
untuk manifestasi serangan asma harus ada pencetus dan ada dasar
hiperaktivitas dari bronkus. Serangan asma dapat berupa sesak napas
ekspirator yang paroksimal berulang-ulang dengan mengi dan batuk
yang akibat kontriksi atau spasme otot bronkus, inflamasi mukosa
brobkus, dan produksi lendir kental yang berlebih. Asma merupakan
penyakit keturunan. Kira-kira 2-20% populasi anak dilaporkan
pernah menderita asma. Di indonesia belum ada penyidikan yang

2
menyeluruh tetapi diperkirakan berkisar antara 5-10%. (Siti
Nurlela,2017).
2.1.2 Klasifikasi
Ada berbagai pembagian asma pada anak, diantaranya adalah:
1. Asma episodik yang jarang.
Biasanya terdapat pada anak umur 3-8 tahun. Serangan
umumnya dicetuskan oleh infeksi virus saluran napas bagian atas.
Banyaknya serangan 3-4 kali dalam 1 tahun. Lamanya serangan dapat
beberapa hari, Jarang merupakan serangan yang berat. Gejala yang
timbul lebih menonjol pada malam hari. Mengi dapat berlangsung
kurang dari 3-4 hari, sedang batuk-batuknya dapat berlangsung 10-
14 hari. Manifestasi alergi lainnya misalnya eksim, Jarang terdapat
pada golongan ini. Tumbuh kembang anak biasanya baik, di luar
serangan tidak ditemukan kelainan. waktu remisi berminggu-minggu
sampai berbulan-bulan. Golongan ini merupakan 70-75 % dari
populasi asma anak.
2. Asma episodik sering.
Pada 2/3 golongan ini serangan pertama terjadi pada umur
sebelum 3 tahun. Pada permulaan, serangan berhubungan dengan
infeksi saluran napas akut. Pada umur 5-6 tahun dapat terjadi
serangan tanpa infeksi yang jelas. Biasanya orang tua
menghubungkannya dengan perubahan udara, adanya alergen,
aktivitas fisik dan stress. Banyak yang tidak Jelas pencetusnya.
Frekuensi serangan 3-4 kali dalam satu tahun, tiap serangan beberapa
hari sampai beberapa minggu. Frekuensi serangan paling tinggi pada
umur 8-13 tahun. Pada golongan lanjut kadang-kadang sukar
dibedakan dengan golongan asma kronik atau persisten. Umumnya
gejala paling jelek terjadi pada malam hari dengan batuk dan mengi
yang akan menunggu tidurnya. Pemeriksaan fisik di luar serangan
tergantung frekuensi serangan. jika waktu serangan lebih dari 1-2
minggu, biasanya tidak ditemukan kelainan fisik. Hay fever dapat
ditemukan pada golongan asma kronik atau persisten. Gangguan

3
pertumbuhan Jarang terjadi. Golongan ini merupakan 20% dari
populasi asma pada anak.
3. Asma kronik atau persisten.
Pada 25% anak golongan ini serangan pertama terJadi
sebelum umur 6 bulan; 75% sebelum umur 3 tahun. Pada lebih dari
50% anak terdapat mengi yang lama pada 2 tahun pertama, dan 50%
sisanya serangannya episodik. Pada umur 5-6 tahun akan lebih jelas
terjadinya obstruksi saluran napas yang persisten dan hampir selalu
terdapat mengi setiap hari; malam hari terganggu oleh batuk dan
mengi. Aktivitas fisik sering menyebabkan mengi. Dari waktu ke
waktu terjadi serangan yang berat dan sering memerlukan peralatan
di rumah sakit. Terdapat juga golongan yang mengalami serangan
berat, hanya sesak sedikit dan mengi sepanjang waktu. Biasanya
setelah mendapatkan penanganan anak dan orangtua baru menyadari
mengenai asma pada anak dan masalahnya. Obstruksi jalan napas
mencapai puncaknya pada umur 8-14 tahun, baru kemudian terjadi
perubahan, biasanya perbaikan. pada umur dewasa muda 50%
golongan ini tetap menderita asam persisten atau sering. Jarang yang
betul-betul bebas mengi pada umur dewasa muda. Pada pemeriksaan
fisik Jarang yang normal dapat terjadi bentuk perubahan toraks
seperti dada burung (pigeon chest), barrel &hest dan terdapat sulkus
horison. Pada golongan ini dapat terjadi gangguan pertumbuhan
yakni bertubuh kecil. Kemampuan aktivitas fisik kurang sekali,
sering tidak dapat melakukan olah raga dan kegiatan lainnya. Juga
sering tidak masuk sekolah hingga prestasi belajarnya terganggu.
Sebagaian kecil ada mengalami gangguan psikososial.
2.1.3 Etiologi
Asma adalah suatu penyakit kompleks yang menyangkut berbagai
tingkat faktor biokimia, autonom, imunologik, infeksi, endokrin dan
psikologi pada individu yang berlainan. Penyebab asma belum jelas.
Tetapi serangan asma timbul bila ada pencetus, dan faktor pencetus
tersebut adalah:

4
1. Alergen.
Faktor alergi dianggap mempunyai peranan pada sebagian
besar anak dengan asma. Di samping itu hiperreaktivitas saluran
nafas juga merupakan faktor penting. Bila tingkat hiperreaktivitas
bronkus tinggi, diperlukan jumlah alergen yang sedikit dan
sebaliknya jika hiperreaktivitas rendah diperlukan jumlah antigen
yang lebih tinggi untuk menimbulkan serangan asma. Sensitisasi
tergantung pada lama dan intensitas hubungan dengan bahan alergen
berhubungan dengan umur. Bayi dan anak kecil sering berhubungan
dengan isi dari debu rumah, misalnya tungau, serpih atau bulu
binatang, spora jamur yang terdapat di rumah. Dengan bertambahnya
umur makin banyak jenis alergen pencetusnya. Asma karena
makanan sering terjadi pada bayi dan anak kecil.
2. Infeksi.
Biasanya infeki virus, terutama pada bayi dan anak. virus yang
menyebabkan ialah respiratory syncytial virus (RSV) dan virus
parainfluenza. Kadang-kadang karena bakteri misalnya pertusis dan
streptokokus, jamur, misalnya aspergillus dan parasit sepertinya
askari.
3. Iritan.
Hairspray, minyak wangi, obat semprot nyamuk, asap rokok,
cerutu dan pipa, bau tajam dari cat, SO2, dan polutan udara lainnya
dapat memicu serangan asma. Iritasi hidung dan batuk sendiri dapat
menimbulkan reflex bronkokonstriksi. Udara kering juga merupakan
pencetus hiperventilasi dan kegiatan jasmani.
4. Cuaca
Perubahan tekanan udara, perubahan suhu udara, angin,
kelembaban udara dihubungkan dengan percepatan dan terjadinya
serangan asma.
5. Kegiatan Jasmani.
Kegiatan jasmni berat misalnya berlari dan naik sepeda dapat
memicu serangan asma. Bahkan tertawa dan menangis yang

5
berlebihan dapat merupakan pencetus. Pasien dengan faal paru di
bawah optimal amat rentang terhadap kegiatan jasmani.
6. Infeksi Saluran Nafas.
Infeksi virus pada sinus, baik sinusitis akut maupun kronik
dapat memudahkan terjadinya asma pada anak. Rhinitis alergika
dapat memberatkan asma melalui mekanisme iritasi atau reflex
7. Faktor Psikis.
Faktor psikis merupakan pencetus yang tidak boleh diabaikan
dan sangat kompleks. Tidak adanya perhatian dan atau tidak
mengakui persoalan yang berhubungan dengan asma oleh anak
sendiri;keluarganya akan menggagalkan usuha pencegahan.
Sebaliknya terlalu takut terhadap adanya serangan atau hari depan
anak juga dapat memperberat serangan asma. Pembatasan aktivitas
anak, seringnya anak tidak masuk sekolah, seringnya bangun malam,
terganggunya irama kehidupan keluarga karena anak sering mendapat
serangan asma, pengeluaran uang untuk biaya pengobatan dan rasa
khawatir, dapat mempengaruhi anak asma dan keluarganya. Karena
itu semua interaksi kejadian itu perlu diperhatikan dan dicari jalan
keluarnya seoptimal mungkin.
2.1.4 Manifestasi Klinis
Gejala asma terdiri atas triad; dipsnea, batuk, dan mengi (bengek
atau sesak nafas) gejala nafas sering dianggap sebagai gejala yang harus
ada. Hal tersebut berarti jika penderita menganggap penyakitnya adalah
asma namun tidak mengeluhkan sesak nafas, maka perawat harus yakin
bahwa pasien bukan menderita asma.
1. Gambaran objektif yang ditangkap perawat adalah kondisi pasien
dalam keadaan seperti dibawah ini :
a. Sesak nafas parah dengan ekspirasi memanjang disertai wheezing
b. Dapat sisertai batuk dengan sputum kental dan sulit dikeluarkan
c. Bernafas dengan menggunakan otot napas tambahan
d. Sianosis, takikardi, gelisah, dan pulsus paradoksus.

6
2. Gambaran subjektif. Yang ditangkap perawat adalah pasien
mengeluh sukar bernafas, sesak dan anoreksia.
3. Gambaran psikososial. Yang diketahui perawat adalah cemas, takut,
mudah tersinggung, dan kurangnya pengetahuan pasien terhadap
sistuasi penyakitnya.
Tanda dan gejala asma dan bervariasi sesuai dengan derajat
bronkospasme.
Klasifikasi keparahan eksaserbasi asma.

Gagal Napas
  Ringan Sedang Berat Yang Mungkin
Terjadi
Gejala  
sakit pada saat
Dispnea saat berbicara saat istirahat
beraktivitas istirahat
dalam kata-
Bicara dalam kalimat dalam frase Diam
kata
Tanda  
mampu lebih
suka tidak mampu tidak mampu
posisi tubuh
berbaring duduk berbaring berbaring
frekuensi sering kali
meningkat meningkat > 30/ menit
pernapsan >30/ menit
penggunaan obat gerakan
biasnya tidak
bantu umunya ada biasanya ada torakoabdominal
ada
pernapasan paradoksial
mengi sedang
pada mengi keras mengi keras gerakan udara
suara
pertengahan selama saat inspirasi sedikit tanpa
pernapasan
sampai akhir ekspirasi dan ekspirasi mengi
ekspirasi
frekuensi
jantung <100 100-120 >120 bradikardi reaktif
(kali/menit)
pulsus sering kali tidak
<10 10-25 sering >25
paradoksus ada
Mungkin biasanya bingung atau
status mental biasnya agitasi
agitasi agitasi mengantuk

7
2.1.5 Patofisiologi
1. Asma pada anak terjadi adanya penyempitan pada jalan nafas dan
hiperaktif dengan respon terhadap bahan iritasi dan stimulus lain.
2. Dengan adanya bahan iritasi atau allergen otot-otot bronkus menjadi
sapasmedan zat anttibodi tubuh muncul (immunoglobulin E atau I g
E) dengan adanya alergi.IgE dimunculkan pada receptor sel mast
yang menyebabkan pengeluaran histamin dan zat mediator lainnya.
Mediator tersebut akan memberikan gejala asthma.
3. Respon asthma terjadi dalam tiga tahap; pertama tahap immediate
yang ditandai dengan bronkokonstriksi (1 2 jam, tahap delayed
dimana bronkokonstriksi dapat berulang dalam 4-6 jam dan terus
menerus 2-5 jam lebih lama ; tahap late yang ditandai dengan
peradangan dan hiperresponsif jalan nafas beberapa minggu atau
bulan.
4. Asma juga dapat terjadi factor pencetusnya karena latihan,
kecemasan dan udara dingin.
5. Selama serangan asthmatic, bronkiolus menjadi meradang dan
peningkatan sekresi mokus. Hal ini menyebabkan lumen jalan nafas
menjadi bengkak, kemudian meningkatkan resistensi jalan nafas
menjadi bengkak, kemudian meningkatkan resistensi jalan nafas dan
dapat menimbulkan distress pernafasan.
6. Anak yang mengalami asthma mudah untuk inhalasi dan sukar dalam
ekshalasi karena edema pada jalan nafas. Dan ini menyebabkan
hiperinflasi pada alveoli dan perubahan pertukaran gas. Jalan nafas
menjadi obstruksi yang kemudian tidak adekuat ventilasi dan saturasi
O2, sehingga terjadi penurunan p02 (hypoxia). Selama serangan
asthmatic, C02 tertahan dengan meningkatnya resistensi jalan nafas
selama ekspirasi dan menyebabkan acidosis respiratory dan
hypercapnea. Kemudian system pernafasan akan mengadakan
kompensasi dengan meningkatkan pernafasan (tachypnea),
kompensasi tersebut menimbulkan hiperventilasi dan dapat
menurunkan kadar C02 dalam darah (hypocapnea)

8
2.1.6 Pathway
Faktor pencetus

Faktor ekstrinsik Campuran Faktor intrinsik

Polusi udara: CO, asap rokok,parfume


Inhalasi alergen Emosional: takut, cemas, stres
(debu, serbuk-serbuk Fisik: cuaca dingin perubahan temperature
dan bulu binatang Iritan: kimia
Aktifitas yang berlebihan

Reaksi antigen & antibodi

Antigen merangsang IgE di sel mast,


maka terjadi reaksi antigen-antibody

Proses pelepasan produk-produk selmast


(mediator kimiawi). Histamin,bradikinin,
prostaglandin, anafilaksis.

Mempengaruhi otot polos dan kelenjar pada


jalan nafas

Kontaksi otot polos


Odema didinding Produksi mukus
bronkiolus

Spasme otot bronkus Sekresi mukus


Obstruksi saluran
nafas
Dispnea Rangsangan batuk
Pola nafas tidak efektif
Asma Bersihan jalan nafas
tidak efektif
Muncul pada malam hari

Gangguan pola tidur

9
2.1.7 Komplikasi
Berbagai komplikasi yang mungkin timbul adalah:
1. Status asmatikus
Adalah setiap serangan asma berat atau yang kemudian menjadi berat
dan tidak memberikan respon (refrakter) adrenalin dan atau
aminofilin suntikan dapat digolongkan pada status asmatikus.
Penderita harus dirawat dengan terapi yang intensif.
2. Atelektasis
Adalah pengerutan sebagian atau seluruh paru-paru akibat
penyumbatan saluran udara (bronkus maupun bronkiolus) atau akibat
pernafasan yang sangat dangkal.
3. Hipoksemia
Adalah tubuh kekurangan oksigen
4. Pneumotoraks
Adalah terdapatnya udara pada rongga pleura yang menyebabkan
kolapsnya paru.
5. Emfisema
Adalah penyakit yang gejala utamanya adalah penyempitan
(obstruksi) saluran nafas karena kantung udara di paru
menggelembung secara berlebihan dan mengalami kerusakan yang
luas.
2.1.8 Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan radiologi
Gambaran radiologi pada asma pada umumnya normal. Pada waktu
serangan menunjukkan gambaran hiperinflasi pada paru-paru yakni
radiolusen yang bertambah dan peleburan rongga intercostalis, serta
diafragma yang menurun. Akan tetapi bila terdapat komplikasi, maka
kelainan yang didapat adalah sebagai berikut:
a. Bila disertai dengan bronkhitis, maka bercak-bercak di hilus akan
bertambah
b. Bila terdapat komplikasi empisema (COPD), maka gambaran
radiolusen akan semakin bertambah.

10
c. Bila terdapat komplikasi, maka terdapat gambaran infiltrat pada
paru
d. Dapat pula menimbulkan gambaran atelektasis lokal
e. Bila terjadi pneumonia mediastinum, pneutoraks, dan
pneumoperikardium, maka dapat dilihat bentuk gambaran
radiolusen pada paru-paru.
2. Pemeriksaan tes kulit
Dilakukan untuk mencari faktor alergi dengan berbagai alergen yang
dapat menimbulkan reaksi yang positif pada asma.
3. Elektrokardiografi
Gambaran elektrokardiografi yang terjadi selama serangan dapat
dibagi menjadi 3 bagian dan disesuaikan dengan gambaran yang
terjadi pada empisema paru, yaitu:
a. Perubahan aksis jantung, pada umumnya terjadi right axis deviasi
dan clock wise rotation
b. Terdapat tanda-tanda hipertropi otot jantung, yakni terdapatnya
RBB (Right Bundle branch Block)
c. Tanda-tanda hipoksemia, yaitu terdapatnya sinus takikardia,
SVES, dan VES  atau terjadinya depresi segmen ST negatif.
4. Scanning Paru
Dapat diketahui bahwa redistribusi udara selama serangan asma tidak
menyeluruh pada paru-paru.
5. Spirometri
Untuk menunjukkan adanya obstruksi jalan napas reversibel.
Pemeriksaan spirometri tdak saja penting untuk menegakkan
diagnosis tetapi juga penting untuk menilai berat obstruksi dan efek
pengobatan.

11
2.1.9 Penatalaksanaan
1. Diagnosis status asmatikus. Faktor penting yang harus diperhatikan
adalah.
a. Waktu terjadinya serangan.
b. Obat-obatan yang telah diberikan (jenis dan dosis)
1) Pemberian obat bronkodilator.
2) Penilaian terhadap perbaikan serangan.
3) Pertimbangan terhadap pemberian kortikosteroid.
4) Setelah serangan mereda
a) Cari faktor penyebab
b) Modifikasi pengobatan penunjang selanjutnya
5) Obat obatan
a) Beta antagonis
b) Bronkodikator
c) Kortikosteroid
d) Pemberian oksigen
2. Penatalaksanaan keperawatan
Perawatan pasien asma ditujukan bila pasien sedang tidak
mendapat serangan asma dan bila pasien sedang mendapat serangan.
Jika pasien sedang tidak mendapat serangan asma, perawatan
ditunjukan untuk mencegah timbulnya serangan asma yang
memberikan pendidikan kepada pasien sendiri maupun keluarganya.
Mencegah serangan asama dengan jalan menghilangkan faktor
pencetus timbulnya serangan.
Pendidikan tersebut mengenai:
a. Pasien atau orang tua harus mengenal tanda akan terjadi serangan
asma
b. Cara memberikan obat bronkodilator sebagai pencegahan apabila
dirasakan anak akan mengalmai serangan asma. Apakah dengan
aerosol atau semprot atau oral, dan sebaginya srrta mengetahui
obat mana yang masih efektif bila anak mendapat serangan.

12
c. Mencegah serangan asma dengan menghilangkan faktor pencetus,
miasal debu rumah, bau-bau yang merangsang, dan lain
sebaginya seperti yang telah dikemukakan pada bab pencegahan
serangan asma.
Sedangkan kepada orang tua pasien perlu diberi penjelasan
tentang pentinya selalu sedia obat baik untuk pencegah maupun
untuk serangan. Untuk pencegahan mungkin dokter memberikan
obat misalnya ketotilen yang harus diminum dalam jangka waktu
tertentu atau segera diberikan begitu terlihat anak akan mendapat
serangan. Selain itu orang tua perlu memperthatikan hal sebagai
berikut:
1) Menjaga keserasian keluarga agar tidak timbul maaalah
psikologis bagi anak (misalnya menunjukkan muka kesal,
menggerutu, bertengakar antara ibu dan ayah, memarahi anak
kareba kurang patuh dsb).
2) Menjaga kesehatan anak dengan memberi makan cukup
bergizi tetapi menghindari makanan yang mengandung
alergen bagi anaknya.
3) Kapan anak harus dibawa konsultasi. Persedian obat tidak
boleh habis. Lebih baik jika obat tinggal 1-2 kali pemakaian
anak sudah dibawa kontrol ke dokter. Atau jika anak batuk
pilek walaupun belum terlihat sesak napas harus dibawa
berobat.
4) Ikut melaksanakan atau mengawasi kegiatan anak dalam
batas-batas yang ditentukan oleh dokter, misalnya dalam hal
olah raga atau kegiatan bermain bagi pasien asma berat perlu
dibatasi (tidak boleh terlalu capek).
5) Kepada anak sendiri (yang telah mengerti) diberitahukan apa
yang boleh ia lakukan dan yang tidak. Juga jika telah terasa
akan mendapatkan serangan agar segera minum obat, tanpa
menunggu orang tua mengambilkan.

13
Bila pasien sedang mendaparkan serangan asma, masalah yang
perlu diperhatikan pada saat serangan ialah pasien menderita
kesukaran bernapas dan gangguan rasa aman dan nyaman. Pasien
mengalami kesukaran bernapas. Sebagai akibat spasme bronkus dan
adanya lendir yang kental atau lengket dalam bronkus menyebabkan
pasien mwnderita keaukaran bernapas dan menyebabkan kebutuhan
oksigen nya tidak terpenuhi.
Untuk menolong kesukaran bernapas tersebut hanya dengan
memberikan obat yang dapat menghilangkan spasme pada
bronkusnya. Untuk menolong meringankan kesukaran bernapas dapat
mendudukan pasien. Biasanya pasien yang sedang mendapat
serangan asma akan lebih sering duduk di pinggir tempat tidur
dengan kedua tangannya berpegangan pada tepi tempat tidur atau bila
duduk dikurai berpegangan pada tanganan kursi. bila ada oksigen
berikan sampai 2 liter atau lebih jika sesak sekali ( kepada keluar
yang mengerti atau mampu sebaiknya dianjurkan menyediakan
oksigen tabuh kecil dengan manometernya untuk menolong anak
sesak sekali. Terutama pada pasien yang menderita asma berat).
Selain itu diberitahukan:
1) Pakaian yang menggangu pernapasannya supaya dilepas saja.
Jika memakai baju agar kancingnya dibuka.
2) Usahakan agar udara ruangan cukup mengandung o2; bila perlu
jendela dibuka tetapi anak jangan ditempatkan didepan jendel
(bahaya terkena angin langsung).
Catatan: (dalam keadaan darurat) anak yang sudah besar bila terkena
serangan sesak napas dan tidak ada obat untuk melonggarkan
bronkusnya dapat dengan meminta menghirup uap air panas yang di
beri garam dapur. Harus ditunggui dan dibantu sampai selesai.
Gangguan rasa aman dan nyaman. Keadaan sesak napas akan
sangan tidak menyenangkan bagi pasien, begitu sesaknya kadang-
kadang anak takut tidak dapat bernapas lagi. Oleh karena otu setiap
serangan asma pasien perlu ada yang mendapinginya untuk menolong

14
bila ingin minum atau makan meludah karena terbatuk-batuk. Juga
sering mengelap keringatnya karena biasanya selama serangan
keringat keluar banyak sekali. Sambil mendapingi bujuk anak dengan
kata-kata lembut agar anak merasa aman. Jika serangannya sudah
reda, gantilah pakaian yang basah, biarkan anak tidur dengan
seenaknya tunggu sampai keadaan tenang. Biasanya anak akan lebih
senang dalam suasana yang tidak terlalu terang (redup). Perhatikan
apakah pernapasan anak teratur kembali.
Juga harus diperhatikan jika terjadi serangan asma yang berat
kemudian mendadak tidak kedengaran adanya sesak napas, hal itu
tidak selalu bahwa serangan menjadi reda. Adakalanya terjadi
obstruksi atau spasme bronkus yang berat yang menyebabkan aliran
udara sangat sedikit sehingga suara pernapasannya hampir tidak
terdengar; juga batuk seperti tertekan. Pernapasannya menjadi
dangkal dan tidak teratur frekuensinya dapat mendadak meninggi (hal
ini dapat disebut stadium III, dapat membahayakan karena anak dapat
meninggal tidak ketahuan). Oleh karena itu walauoun serangan telah
lewat pasien perlu diobservasi terus sampai keadaan tenang.
3. Discharge Planning
a. Kenali alergen yang akan muncul yang dapat menimbulkan asma
b. Pelajari cara penanganan pertama pada asma dan cara
menggunakan obat-obat asma (inhalasi).
c. Hindari faktor pemicu; kebersihan lantai rumah, debu, karpet,
bulu binatang dsb.
d. Keluarga perlu memahami tentang pengobatatn, nama obat, dosis,
efek samping, dan waktu pemberian.
e. Pelajari cara kontrol kecemasan, takut dan stress.
f. Lakukan istirahata yang cukup dan latihan nafas dalam.
g. Hubungi dokter jika serangan asma masih timbul sesudah diobati
dengan kortikosteroid atau inhalasi.
h. Gunakan alat penyaring udara dan penyejuk ruangan (AC).
i. Bersihakan rumah sekurang-kurangnya seminggu sekali.

15
j. Gunakakan obat asma secara teratur.
k. Hindari asap rokok dan berhenti merokok.

2.2 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


2.2.1 Pengkajian
1. Keluhan Utama: Batuk-batuk dan sesak napas
2. Riwayat penyakit sekarang
Batuk, bersin, pilek, suara mengi dan sesak napas.
3. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
a. Kaji riwayat pribadi atau keluarga tentang penyakit paru
sebelumnya
b. Kaji riwayat reksi alergi atau sensitivitas terhadap zat/faktor
lingkungan
4. Aktivitas
a. Ketidakmampuan melakukan aktivitas karena sulit bernafas
b. Adanya penurunan kemampuan/peningkatan kebutuhan bentuan
melakukan aktivitas sehari-hari
c. Tidur dalam posisi duduk tinggi
5. Pernapasan
a. Dispnea pada saat istirahat atau respon terhadap aktivitas atau
latihan
b. Napas memburuk ketika klien berbaring telentang di tempat tidur
c. Menggunakan alat bantu pernapasan, misal meninggikan bahu,
melebarkan hidung.
d. Adanya bunyi napas mengi
e. Adanya batuk berulang
6. Sirkulasi
a. Adanya peningkatan tekanan darah
b. Adanya peningkatan frekuensi jantung
c. Warna kulit atau membran mukosa normal/abu-abu/sianosis
7. Integritas ego
a. Ansietas

16
b. Ketakutan
c. Peka rangsangan
d. Gelisah
8. Asupan nutrisi
a. Ketidakmampuan untuk makan karena distress pernapasan
b. Penurunan berat badan karena anoreksia
9. Hubungan sosial
a. Keterbatasan mobilitas fisik
b. Susah bicara atau bicara terbata-bata
c. Adanya ketergantungan pada orang lain
10. Pemeriksaan Fisik / Pengkajian Persistem
a. Sistem Pernapasan / Respirasi; Sesak, batuk kering (tidak
produktif), tachypnea, orthopnea, barrel chest, penggunaan otot
aksesori pernapasan, Peningkatan PCO2 dan penurunan
O2,sianosis, perkusi hipersonor, pada auskultasi terdengar
wheezing, ronchi basah sedang, ronchi kering musikal.
b. Sistem Cardiovaskuler; Diaporesis, tachicardia, dan kelelahan.
c. Sistem Persyarafan / neurologi; Pada serangan yang berat dapat
terjadi gangguan kesadaran : gelisah, rewel, cengeng? apatis?
sopor? coma.
d. Sistem perkemihan; Produksi urin dapat menurun jika intake
minum yang kurang akibat sesak nafas
e. Sistem Pencernaan / Gastrointestinal; Terdapat nyeri tekan pada
abdomen, tidak toleransi terhadap makan dan minum, mukosa
mulut kering.
f. Sistem integument; Berkeringat akibat usaha pernapasan klien
terhadap sesak nafas.
11. 14 komponen Virginia Handerson

Virginia Handerson mengidentifikasikan 14 komponen


tersebut dalam asuhan keperawatan dasar pada tingkat asuhan
individual, mengacu kepada aktivitas dalam kehidupan sehari-hari
dari seseorang, perawat membantunya dengan fungsi-fungsi ini,

17
atau membuat kondisi sehingga memungkinkan klien melakukan
hal-hal berikut ini:
1). Bernafas dengan normal
Bantuan yang dapat diberikan kepada klien oleh perawat
adalah membantu memilih tempat tidur, kursi yang cocok,
serta menggunakan bantal, alas dan sejenisnya sabagai alat
pembantu agar klien dapat bernafas secara normal dan
kemampuan mendemonstrasikan dan menjelaskan
pengaruhnya kepada klien.
2). Kebutuhan akan nutrisi
Perawat harus mampu memberikan penjelasan mengenai tinggi
dan berat badan yang normal, kebutuhan nutrisi yang
diperlukan. Pemilihan dan penyediaan makanan, dengan tidak
lupa memperhatikan latar belakang dan social klien.
3). Kebutuhan eliminasi
Perawat harus mengetahui semua saluran pengeluaran dan
keadaan normalnya, jarak waktu pengeluaran, dan frekuensi
pengeluaran.
4). Gerak dan keseimbangan tubuh
Perawat harus mengetahui tentang prinsip-prinsip
keseimbangan tubuh, miring, dan bersandar.
5). Kebutuhan isthirahat dan tidur
Perawat harus mengetahui intensitas istirahat tidur pasien yang
baik dan menjaga lingkungan nyaman untuk istirahat.
6). Kebutuhan berpakaian
Perawat dasarnya meliputi membantu klien memilihkan
pakaian yang tepat dari pakaian yang tersedia dan membantu
untuk memakainya.
7). Mempertahankan temperature tubuh atau sirkulasi
Perawat harus mengetahui physiologi panas dan bisa
mendorong kearah tercapainya keadaan panas maupun dingin
dengan mengubah temperature, kelembapan atau pergerakan

18
udara, atau dengan memotivasi klien untuk meningkatkan atau
mengurangi aktifitasnya.
8). Kebutuhan akan personal hygiene
Perawat harus mampu untuk memotivasi klien mengenai
konsep konsep kesehatan bahwa walaupun sakit klien tidak
perlu untuk menurunkan standard kesehatannya, dan bisa
menjaga tetap bersih baik fisik maupun jiwanya.
9). Kebutuhan rasa aman dan nyaman
Perawat mampu melindungi klien dari trauma dan bahaya yang
timbul yang mungkin banyak factor yang membuat klien tidak
merasa nyaman dan aman.
10). Berkomunikasi
Berkomunikasi dengan orang lain dan mengekspresikan emosi,
keinginan, rasa takut dan pendapat. Perawat menjadi
penerjemah dalam hubungan klien dengan tim kesehatan lain
dalam memajukan kesehatannya, dan membuat klien mengerti
akan dirinya sendiri, juga mampu menciptakan lingkungan
yang teraupeutik.
11). Kebutuhan spiritual
Perawat mampu untuk menghormati klien dalam memenuhi
kebutuhan spiritualnya dan meyakinkan pasien bahwa
kepercayaan, keyakinan dan agama sangat berpengaruh
terhadap upaya penyembuhan.
12). Kebutuhan bekerja
Dalam perawatan dasar maka penilaian terhadap interprestasi
terhadap kebutuhan klien sangat penting, dimana sakit bisa
menjadi lebih ringan apabila seseorang dapat terus bekerja.
13). Kebutuhan bermain dan rekreasi
Perawat mampu memkilihkan aktifitas yang cocok sesuai
umur, kecerdasan, pengalaman dan selera klien, kondisi, serta
keadaan penyakitnya.
14). Kebutuhan belajar

19
Perawat dapat membantu klien belajar dalam mendorong usaha
penyembuhan dan meningkatkan kesehatan, serta memperkuat
dan mengikuti rencana terapi yang diberikan.

12. Analisa Data

NO SYMPTOM ETIOLOGI PROBLEM

1 DS: Faktor pencetus Bersihan jalan napas


- Dispneu -Alergen tidak efektif
DO: - Stress
- Penurunan suara - cuaca
nafas
- Orthopneu Antigen yang terikat IGE
- Cyanosis pada permukaan sel mast
- Kelainan suara nafas atau basofi
(rales, wheezing)
- Kesulitan berbicara Mengeluarkam mediator
- Batuk, tidak efekotif histamine, platelet,
atau tidak ada bradikinin, dll
- Produksi sputum
- Gelisah Permeabilitas kapiler
- Perubahan frekuensi meningkat
dan irama nafas
Edema mukosa, sekresi
produktif, kontriksi otot
polos meningkat

Spasme otot polos


sekresi kelenjar bronkus
meningkat

Penyempitan/obstruksi
prosimal dari bronkus

20
pada tahap ekspirasi dan
inspirasi

-mukus berlebih
-Batuk
-Wheezing
- sesak napas

Bersihan jalan napas


tidak efektif

2 DS: Faktor pencetus Ketidak efektifan


- Dyspnea -Alergen pola napas
- Nafas pendek - Stress
DO: - cuaca
- Penurunan tekanan
inspirasi/ekspirasi Antigen yang terikat IGE
- Penurunan pertukaran pada permukaan sel mast
udara per menit atau basofi
- Menggunakan otot
pernafasan tambahan Mengeluarkam mediator
- Orthopnea histamine, platelet,
- Pernafasan pursed-lip bradikinin, dll
- Tahap ekspirasi
berlangsung sangat Permeabilitas kapiler
lama meningkat
- Penurunan kapasitas
vital Edema mukosa, sekresi
- Respirasi: < 11 – 24 x produktif, kontriksi otot
/mnt polos meningkat

Spasme otot polos


sekresi kelenjar bronkus

21
meningkat

Konsentrasi o2 dalam
darah menurun
Tekanan partikel
dialveoli menurun
Penyempitan jalan
pernapasan
Peningkatan kerja otot
pernapasan
Ketidak efektifan pola
nafas

2.2.2 Diagnosa Keperawatan


1. Ketidakefektifan pola napas b.d penyempitan bronkiolus
2. Bersihan jalan nafas tidakefektifanb.d sekresi lender
3. Gangguan pola tidur b/d asma muncul pada malam hari

2.2.3 Intervensi

Diagnosa NOC NIC


    Ketidakefektifan   Respiratory
Pola status Airway
: Management
Ventilation 1. Buka jalan nafas, guanakan
Nafas

22
  Respiratory status : Airway teknik chin lift atau jaw thrust
patency bila perlu
  Vital sign Status 2. Posisikan pasien untuk
Kriteria Hasil : memaksimalkan ventilasi
1. Mendemonstrasikan 3.  Identifikasi pasien perlunya
batuk efektif dan suara pemasangan alat jalan nafas
nafas yang bersih, tidak buatan
ada sianosis dan dyspneu 4. Pasang mayo bila perlu
(mampu mengeluarkan 5. Lakukan fisioterapi dada jika
sputum, mampu bernafas perlu
dengan mudah, tidak ada 6. Keluarkan sekret dengan batuk
pursed lips) atau suction
2. Menunjukkan jalan nafas 7. Auskultasi suara nafas, catat
yang paten (klien tidak adanya suara tambahan
merasa tercekik, irama 8. Lakukan suction pada mayo
nafas, frekuensi 9. Berikan bronkodilator bila perlu
pernafasan dalam rentang 10. Berikan pelembab udara
normal, tidak ada suara Kassa basah NaCl Lembab
nafas abnormal) 11. Atur intake untuk cairan
3. Tanda Tanda vital dalam mengoptimalkan keseimbangan.
rentang normal (tekanan    Monitor respirasi dan status O2
darah, nadi, pernafasan) Oxygen Therapy
1. Bersihkan mulut, hidung dan
secret trakea
2. Pertahankan jalan nafas yang
paten
3. Atur peralatan oksigenasi
4. Monitor aliran oksigen
5. Pertahankan posisi pasien
6. Onservasi adanya tanda tanda
hipoventilasi
7. Monitor adanya kecemasan
pasien terhadap oksigenasi

Bersihan Jalan Nafas Respiratory status :airway suction


Ventilation 1. Pastikan kebutuhan oral /
tidak Efektif
 Respiratory status : Airway tracheal suctioning
patency 2. Auskultasi suara nafas sebelum
Aspiration Control dan sesudah suctioning.
Kriteria Hasil : 3. informasikan pada klien dan
1. Mendemonstrasikan keluarga tentang suctioning
batuk efektif dan suara4. Minta klien nafas dalam sebelum
nafas yang bersih, tidak suction dilakukan.
ada sianosis dan dyspneu5. Berikan O2 dengan
(mampu mengeluarkan menggunakan nasal untuk
sputum, mampu bernafas memfasilitasi suksion nasotrakeal
dengan mudah, tidak ada6. Gunakan alat yang steril sitiap
pursed lips) melakukan tindakan

23
2. Menunjukkan jalan nafas7. Anjurkan pasien untuk istirahat
yang paten (klien tidak dan napas dalam setelah kateter
merasa tercekik, irama dikeluarkan dari nasotrakeal
nafas, frekuensi8. Monitor status oksigen pasien
pernafasan dalam rentang9. Ajarkan keluarga bagaimana cara
normal, tidak ada suara melakukan suksion
nafas abnormal) 10.Hentikan suksion dan berikan
3. Mampu oksigen apabila pasien
mengidentifikasikan dan menunjukkan bradikardi,
mencegah factor yang peningkatan saturasi O2, dll
dapat menghambat jalan
nafas Airway Management
1. Buka jalan nafas, guanakan
teknik chin lift atau jaw thrust
bila perlu
2. Posisikan pasien untuk
memaksimalkan ventilasi
3. Identifikasi pasien perlunya
pemasangan alat jalan nafas
buatan
4. Pasang mayo bila perlu
5. Lakukan fisioterapi dada jika
perlu
6. Keluarkan sekret dengan batuk
atau suction
7. Auskultasi suara nafas, catat
adanya suara tambahan
8. Lakukan suction pada mayo
9. Berikan bronkodilator bila perlu
10. Berikan pelembab udara Kassa
basah NaCl Lembab
11. Atur intake untuk cairan
mengoptimalkan
keseimbangan.
12. Monitor respirasi dan status O2

Gangguan pola tidur A Anxiety reduction 1. leep Enhancement


    Comfort level 2. Determinasi efek-efek medikasi
    Pain level terhadap pola tidur
    Rest : Extent and Pattern 3. Jelaskan pentingnya tidu yang
    Sleep : Extent an Pattern adekuat
Kriteria Hasil : 4. Fasilitas untuk
1. Jumlah jam tidur dalam mempertahankan aktivitas
batas normal 6-8 jam/hari sebelum tidur (membaca)
2. Pola tidur, kualitas dalam 5. Ciptakan lingkungan yang
batas normal nyaman
3. Perasaan segar sesudah 6. Kolaborasikan pemberian obat
tidur atau istirahat tidur

24
 4. mampu 7. Diskusikan dengan pasien dan
mengidentifikasikan hal- keluarga tentang teknik tidur
hal yang meningkatkan pasien
tidur 8. Instruksikan untuk memonitor
tidur pasien
9. Monitor waktu makan dan
minum dengan waktu tidur
10. Monitor/catat kebutuhan tidur
pasien setiap hari dan jam

DAFTAR PUSTAKA

FebriaSari Sinta. 2017. Konsep Asuhan Keperawatan Anak Asma. Dikutip pada
tanggal 20 Juni 2019. https://id.scribd.com/document/365739416/Konsep-
Asuhan-Keperawatan-Anak-Asma.
Nova Syanthia. 2013. Asuhan Keperawatan Asma Pada Anak. Di kutip pada
tanggal 20 Juni 2019. https://id.scribd.com/document/166359842/Askep
Asma-Pada-Anak.

25
PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : Definisi dan Indikator
Diagnostik, Edisi 1. Jakarta : DPD PPNI
Shirotujani Ferdiyansyah. 2015. Asuhan Keperawatan Pada Anak. Dikutip pada
tanggal 20 Juni 2019. https://id.scribd.com/document/292805108/Askep-
Asma-Pada-Anak

26

Anda mungkin juga menyukai