Anda di halaman 1dari 5

PENGARUH ANTARA INTENSITAS KEBISINGAN DENGAN GANGGUAN

PENDENGARAN TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA DI PT. PLN


(Persero) SEKTOR PEMBANGKITAN PUNAGAYA

Nasrullah

Pasca sarjana universitas muslim Indonesia Makassar

Alamat korespondensi : (rnasrullahners@gmail.com/085222731415)

ABSTRAK

Kebisingan ditempat kerja dapat mengganggu daya dengar pekerja, mulai dari gangguan
konsentrasi, komunikasi sampai kenikmatan bekerja yang akibatnya pekerja cenderung berbuat
kesalahan dan akhirnya menurunkan produktivitas kerja. Tujuan penelitian ini adalah untuk
menganalisis pengaruh antara intensitas kebisingan dengan gangguan pendengaran terhadap
produktivitas kerja di PT. PLN (Persero) Sektor Pembangkitan Punagaya. Desain penelitian ini
menggunakan desain studi cross sectional. Teknik pengambilan sampel dengan cara total sampling
sebanyak 85 orang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh intensitas kebisingan
terhadap produktivitas kerja karyawan dengan nilai p value 0,898. Ada pengaruh antara gangguan
pendengaran telinga kanan dengan produktivitas kerja karyawan dengan nilai p value 0,000 < α 0,05.
Ada pengaruh antara gangguan pendengaran telinga kanan dengan produktivitas kerja karyawan
dengan nilai p value 0,000 < α 0,05. Adapun saran penelitian ini yaitu sebaiknya sebaiknya
perusahaan menyediakan alat pelindung telinga yang aman dan nyaman digunakan oleh karyawan,
dilakukan pemantauan penggunaan kelengkapan alat pelindung telinga karyawan secara berkala,
peneliti selanjutnya, diharapkan kepada peneliti selanjutnya dapat meneliti lebih dalam dan lebih jauh
lagi serta menggunakan analisis yang berbeda dan metode yang berbeda sehingga memperkaya
analisis data penelitian serta penelitian ini dapat menjadi bahan dasar dalam penelitian selanjutnya
dan menambahkan variabel independen laiannya yang berhubungan dengan produktivitas kerja

Kata Kunci: Intensitas Kebisingan, Gangguan Pendengaran, Produktivitas Kerja

PENDAHULUAN berhubungan dengan kondisi karyawan


Kesehatan merupakan salah satu hak ataupun kebijakan perusahaan. Lama kerja
dasar dari manusia dan juga sebagai salah dan masa kerja merupakan faktor yang dapat
satu faktor yang menentukan kualitas dari mempengaruhi produktivitas dari pekerja.
sumber daya manusia. Kesehatan dan Kemajuan ilmu pengetahuan dan
keselamatan masyarakat pekerja sangat teknologi telah membawa industri dan
terkait hubungannya dengan kesejahteraan mekanisasi tumbuh dan berkembang dalam
dari pekerja itu sendiri. Perusahaan jelas ingin rangka mewujudkan masyarakat industri yang
pekerja sehat, dikarenakan pekerja yang sehat maju dan mandiri. Berbagai mesin dan
akan menghasilkan pekerjaan yang lebih baik peralatan canggih dipergunakan dan
dibandingkan dengan pekerja yang diproduksi oleh indusrti-industri dan
kesehatannya terganggu. Kesehatan kerja perusahaan-perusahaan. Mesin-mesin dan
merupakan salah satu bidang kesehatan peralatan tersebut di satu sisi sangat penting
masyarakat yang memfokuskan perhatian bagi pembangunan namun juga ternyata
pada masyarakat pekerja baik yang berada di membawa dampak negatif bagi kesehatan
sektor formal maupun yang berada di sektor manusia khususnya tenaga kerja (Depnaker,
informal (Depkes RI, 2003). 2015).
Pengelola tempat kerja wajib melakukan PT. PLN (Persero) Sektor Punagaya
segala bentuk upaya kesehatan melalui upaya merupakan salah satu sektor pembangkit
pencegahan, peningkatan, pengobatan dan Listrik Tenaga Uap yang menggunakan
pemulihan bagi tenaga kerja (UU Kesehatan mesin sebagai alat kerja dan menimbulkan
No. 36 Tahun 2009 Pasal 165). Hal ini yang kebisingan ditempat kerja. Dimana proses
dapat mempengaruhi produktivitas dari kerja mesin dipercepat untuk mendapatkan
pekerja di suatu perusahaan, banyak faktor produksi semaksimal mungkin, dengan begitu
yang dapat mempengaruhi tingkat dampak akibat bising juga meningkat.
produktivitas kerja karyawan yang Kebisingan ditempat kerja dapat mengganggu

113
Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis Volume 14 Nomor 2 Tahun 2019 ● eISSN : 2302-2531
daya dengar pekerja, mulai dari gangguan 2. Data primer adalah data yang dikumpulkan
konsentrasi, komunikasi sampai kenikmatan dan diolah sendiri oleh suatu organisasi
bekerja. Penurunan daya dengar merupakan atau perorangan langsung dari objeknya
salah satu jenis penyakit yang timbul karena (Saryono 2014).
hubungan kerja. Gangguan pendengaran
adalah suatu penyakit berkurang atau Pengumpulan Data
hilangnya fungsi pendengaran di salah satu Dalam pengumpulan data ini peneliti
atau kedua telinga melakukan pengukuran menggunakan sound
Data dari NIOSH (National Institute for level mete, Audiometer dan menggunakan
Occupational Safety and Health) lembar kuesioner pada pekerja serta
mengungkapkan bahwa 22 juta pekerja menggunakan beberapa teknik pengumpulan
memiliki potensi mengalami gangguan data sebagai berikut:
pendengaran setiap tahunnya dan 10 juta 1. Library Research yaitu mencari bahan dari
pekerja di Amerika Serikat mempunyai sumber-sumber bacaan seperti buku-buku,
gangguan pendengaran yang berhubungan jurnal dan skripsi yang relefan dengan
dengan pekerjaan. Survey terakhir dari Multi gangguan pendengaran.
Center Study (MCS) juga menyebutkan bahwa 2. Field Research, dalam research dikenal
Indonesia merupakan salah satu dari empat dua bentuk pengumpulan data yaitu
negara di Asia Tenggara dengan prevalensi observasi, wawancara dan dokumentasi.
gangguan pendengaran cukup tinggi,
sementara tiga negara lainnya yakni Sri Lanka Pengukuran sampel menggunakan sound
(8.8%), Myanmar (8.4%), dan India (6.3%). level meter dan audiometer. Berikut ini adalah
Gangguan Pendengaran Akibat Bising cara menggunakan sound level meter:
(GPAB) terjadi secara perlahan, dalam waktu 1. Pertama-tama aktifkan alat ukur sound
hitungan bulan sampai tahun. Hal ini sering level meter yang akan digunakan untuk
tidak disadari oleh penderitanya, sehingga mengukur.
pada saat penderita mulai mengeluh kurang 2. Pilih selektor pada posisi fast untuk jenis
pendengaran, biasanya sudah dalam stadium kebisingan continue atau berkelanjutan
yang tidak dapat disembuhkan (irreversible). atau selektor pada posisi slow untuk jenis
Kondisi seperti ini akan mempengaruhi kebisingan impulsive atau yang terputus-
produktivitas tenaga kerja yang pada putus.
akhirnya akan menyebabkan menurunnya 3. Pilih selektor range intensitas kebisingan
derajat kesehatan tenaga kerja 4. Kemudian, tentukan area yang akan
Berdasarkan uraian diatas, maka diukur.
peneliti merasa perlu untuk melakukan 5. Setiap area pengukuran dilakukan
penelitian tentang pengaruh antara intensitas pengamatan selama 1-2 menit dengan
kebisingan dengan gangguan pendengaran kurang lebih 6 kali pembacaan
terhadap produktivitas kerja di PT. PLN 6. Hasil pengukuran berupa angka yang
(Persero) Sektor Pembangkitan Punagaya. ditunjukkan pada monitor.
7. Tulis hasil pengukuran dan hitung rata-rata
BAHAN DAN METODE kebisingannya, maka akan diketahui hasil
Lokasi, Populasi, Sampel pengukuran dari kebisingan tersebut
Penelitian ini dilaksanakan di PT. PLN
(Persero) Sektor Pembangkitan Punagaya di Pengukuran menggunakan audiometer
Kabupaten Jeneponto Provinsi Sulawesi terhadap pekerja:
Selatan selama bulan Oktober 2018. Populasi 1. Ruang tes pastikan benar-benar kedap
dalam penelitian ini adalah pekerja di PT. PLN 2. Pastikan audiometer dalam posisi siap
(Persero) Sektor Pembangkitan Punagaya digunakan (posisi on)
yang bekerja dibagian yang terdekat dengan 3. Atur skala, atur frekuensi ---dB
mesin atau sumber kebisingan dengan jumlah 4. Periksa kebersihan telinga, bila ada salah
85 orang, dan pengambilan sampel satu yang sakit maka tes dulu telinga yang
menggunakan tekhnik total sampling dimana sehat tetapi bila semua sehat tes dulu yg
jumlah sampel sama dengan jumlah populasi kanan.
yaitu sebanyak 85 orang. 5. Tes pada frekuensi 1000-500-2000-250-
4000 Hz.
Pengumpulan Data 6. Instruksikan bila mendengar untuk
1. Data sekunder adalah data yang diperoleh memberikan kode pada kita lalu tulis dalam
dalam bentuk jadi dan telah diolah oleh grafik audiogram.
pihak lain yang biasanya dalam bentuk
publikasi.

114
Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis Volume 14 Nomor 2 Tahun 2019 ● eISSN : 2302-2531
Analisis Data produktivitas kerja tergolong tidak baik
1. Analisis Univariat sebanyak 1 orang (5,3%). Proporsi
Digunakan untuk mendeskripsikan variabel intensitas kebisingan tidak normal namun
penelitian guna memperoleh gambaran tergolong dalam produktivitas kerja baik
atau karakteristik sebelum dilakukan analisi sebanyak 63 orang (95,5%) sedangkan
bivariat. Hasil dari penelitian ditampilkan proporsi intensitas kebisingan tidak normal
dalam bentuk distribusi frekuensi. dan tergolong dalam tingkat produktivitas
2. Analisis Bivariat kerja tidak baik sebanyak 3 orang (4,5%).
Analisis ini bertujuan untuk melihat Setelah dilakukan analisis
pengaruh antara 2 variabel yaitu variabel menggunakan regresi linier, diperoleh
dependen (Produktivitas kerja) dan variabel pvalue sebesar 0.898 > α 0.05, dengan
Independen (intensitas kebisingan, dan demikian intensitas kebisingan tidak
penggunaan alat pelindung diri (telinga) berpengaruh dengan produktivitas kerja di
dengan menggunakan system PT. PLN (Persero) Sektor Pembangkitan
komputerisasi program SPSS. Punagaya.

HASIL PENELITIAN Tabel 3 Hubungan antara Gangguan


1. Analisis Univariat pendengaran telinga kanan terhadap
Tabel 1 Distribusi berdasarkan karakteristik produktivitas kerja karyawan di PT. PLN
responden di PT. PLN (Persero) Sektor (Persero) Sektor Pembangkitan Punagaya
Pembangkitan Punagaya Gangguan Produktivitas kerja
Total
Karakteristik n % pendengaran Baik Tidak
telinga kanan n % n % n %
Usia
20-30 Tahun 83 97,6 Normal 81 95,2 2 2,4 83 97,6
31-40 Tahun 2 2,4 Penurunan daya
0 0 2 2,4 2 2,4
dengar
Masa Kerja
100,
≤ 5 Tahun 53 62,4 Total 81 95.2 4 4,8 85
0
> 5 Tahun 32 37,6 p=0,000

Dari tabel 1 menunjukkan dari 85


Berdasarkan tabel 3, diketahui dari
responden lebih banyak responden yang
jumlah 85 responden yang mengalami
berada pada rentang usia 20-30 tahun,
gangguan pendengaran telinga kanan
yaitu sebanyak 83 orang (97,6%), yang
dengan status pendengaran normal dan
berusia antara 31-40 tahun yaitu sebanyak
produktivitas kerja tergolong baik sebanyak
2 orang (2,4%). Berdasarkan masa kerja
81 orang (95,2%) sedangkan proporsi
yang paling banyak adalah masa kerja
gangguan pendengaran telinga kanan
kurang dari atau sama dengan 5 tahun
dengan status normal dan tingkat
yaitu dengan jumlah 53 orang (62,4%), dan
produktivitas kerja tergolong tidak baik
masa kerja lebih dari 5 tahun yaitu
sebanyak 2 orang (2,4%). Proporsi
berjumlah 32 orang (37,6%).
gangguan pendengaran telinga kanan
dengan status terjadi penurunan daya
2. Analisis Bivariat
dengar namun tergolong dalam
Tabel 2 Hubungan antara Intensitas
produktivitas kerja baik sebanyak 0 orang
kebisingan terhadap produktivitas kerja
(0%) sedangkan proporsi gangguan
karyawan di PT. PLN (Persero) Sektor
pendengaran telinga kanan dengan status
Pembangkitan Punagaya
terjadi penurunan daya dengar dan
Produktivitas kerja
Intensitas Total tergolong dalam tingkat produktivitas kerja
Baik Tidak
kebisingan tidak baik sebanyak 2 orang (2,4%).
n % n % n %
Setelah dilakukan analisis
Normal 18 94,7 1 5,3 19 22,4
Tidak normal 63 95,5 3 4,5 66 77,6
menggunakan regresi linier, diperoleh
Total 81 95.3 4 4,7 85 100,0 pvalue sebesar 0.000 < α 0.05, dengan
p=0,898 demikian gangguan pendengaran telinga
kanan ada pengaruh terhadap produktivitas
Berdasarkan tabel 2, diketahui dari kerja di PT. PLN (Persero) Sektor
jumlah 85 responden yang mengalami Pembangkitan Punagaya.
intensitas kebisingan normal dengan
produktivitas kerja tergolong baik sebanyak
18 orang (94,7%) sedangkan proporsi
intesitas kebisingan normal dengan tingkat

115
Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis Volume 14 Nomor 2 Tahun 2019 ● eISSN : 2302-2531
Tabel 4 Hubungan antara Gangguan dan tergolong dalam tingkat produktivitas
pendengaran telinga kiri terhadap kerja tidak baik sebanyak 3 orang (4,5%).
produktivitas kerja karyawan di PT. PLN Setelah dilakukan analisis
(Persero) Sektor Pembangkitan Punagaya menggunakan regresi linier, diperoleh
Gangguan Produktivitas kerja pvalue sebesar 0.898 > α 0.05, dengan
pendengar Total
Baik Tidak demikian intensitas kebisingan tidak
an telinga berpengaruh dengan produktivitas kerja di
kiri n % n % n %
PT. PLN (Persero) Sektor Pembangkitan
8 Punagaya.
Normal 81 95,2 3 3,6 98,9
4
Rekomendasi yang diberikan NIOSH
Penurunan
0 0 1 1,2 1 1,1 untuk exposure limit paparan kebisingan
daya dengar
8 adalah 85 dB (A), untuk 8 jam per hari.
Total 81 95.2 4 4,8 100,0 Paparan yang berada di atas level tersebut
5
p=0,000* dapat dianggap bahaya. Pekerjaan dengan
paparan di atas 85 dB (A) harus pendapat
Berdasarkan tabel 4, diketahui dari pengendalian sehingga paparan yang
jumlah 85 responden yang mengalami diterima pekerja kurang dari kombinasi
gangguan pendengaran telinga kiri dengan tingkat pemaparan (L) dan durasi (T).
status pendengaran normal dan 2. Hubungan antara Gangguan pendengaran
produktivitas kerja tergolong baik sebanyak telinga kanan dan telinga kiri terhadap
81 orang (95,2%) sedangkan proporsi produktivitas kerja karyawan di PT. PLN
gangguan pendengaran telinga kiri dengan (Persero) Sektor Pembangkitan Punagaya
status normal dan tingkat produktivitas Berdasarkan hasil penelitian dari
kerja tergolong tidak baik sebanyak 3 jumlah 85 responden yang mengalami
orang (3,6%). Proporsi gangguan gangguan pendengaran telinga kanan
pendengaran telinga kiri dengan status dengan status pendengaran normal dan
terjadi penurunan daya dengar namun produktivitas kerja tergolong baik sebanyak
tergolong dalam produktivitas kerja baik 81 orang (95,2%) sedangkan proporsi
sebanyak 0 orang (0%) sedangkan gangguan pendengaran telinga kanan
proporsi gangguan pendengaran telinga kiri dengan status normal dan tingkat
dengan status terjadi penurunan daya produktivitas kerja tergolong tidak baik
dengar dan tergolong dalam tingkat sebanyak 2 orang (2,4%). Proporsi
produktivitas kerja tidak baik sebanyak 1 gangguan pendengaran telinga kanan
orang (1,2%). dengan status terjadi penurunan daya
Setelah dilakukan analisis dengar namun tergolong dalam
menggunakan regresi linier, diperoleh produktivitas kerja baik sebanyak 0 orang
pvalue sebesar 0.000 < α 0.05, dengan (0%) sedangkan proporsi gangguan
demikian gangguan pendengaran telinga pendengaran telinga kanan dengan status
kiri ada pengaruh terhadap produktivitas terjadi penurunan daya dengar dan
kerja di PT. PLN (Persero) Sektor tergolong dalam tingkat produktivitas kerja
Pembangkitan Punagaya. tidak baik sebanyak 2 orang (2,4%).
Berdasarkan tabel diatas, diketahui
PEMBAHASAN dari jumlah 85 responden yang mengalami
1. Hubungan antara Intensitas kebisingan gangguan pendengaran telinga kiri dengan
terhadap produktivitas kerja karyawan di status pendengaran normal dan
PT. PLN (Persero) Sektor Pembangkitan produktivitas kerja tergolong baik sebanyak
Punagaya 81 orang (95,2%) sedangkan proporsi
Berdasarkan hasil penelitian yang gangguan pendengaran telinga kiri dengan
dilakukan, maka diketahui dari jumlah 85 status normal dan tingkat produktivitas
responden yang mengalami intensitas kerja tergolong tidak baik sebanyak 3
kebisingan normal dengan produktivitas orang (3,6%). Proporsi gangguan
kerja tergolong baik sebanyak 18 orang pendengaran telinga kiri dengan status
(94,7%) sedangkan proporsi intesitas terjadi penurunan daya dengar namun
kebisingan normal dengan tingkat tergolong dalam produktivitas kerja baik
produktivitas kerja tergolong tidak baik sebanyak 0 orang (0%) sedangkan
sebanyak 1 orang (5,3%). Proporsi proporsi gangguan pendengaran telinga kiri
intensitas kebisingan tidak normal namun dengan status terjadi penurunan daya
tergolong dalam produktivitas kerja baik dengar dan tergolong dalam tingkat
sebanyak 63 orang (95,5%) sedangkan produktivitas kerja tidak baik sebanyak 1
proporsi intensitas kebisingan tidak normal orang (1,2%).

116
Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis Volume 14 Nomor 2 Tahun 2019 ● eISSN : 2302-2531
Setelah dilakukan analisis produktivitas kerja di PT. PLN (Persero)
menggunakan regresi linier, diperoleh Sektor Pembangkitan Punagaya.
pvalue sebesar 0.000 < α 0.05, dengan 3. Ada pengaruh antara gangguan
demikian gangguan pendengaran telinga pendengaran telinga kiri dengan
kanan dan telinga kiri ada pengaruh produktivitas kerja di PT. PLN (Persero)
terhadap produktivitas kerja di PT. PLN Sektor Pembangkitan Punagaya.
(Persero) Sektor Pembangkitan Punagaya.
Semakin besar dosis bising yang SARAN
diterima seorang pekerja, maka semakin 1. Sebaiknya perusahaan menyediakan alat
besar potensi terjadi gangguan pelindung telinga yang aman dan nyaman
pendengaran yang ditandai dengan digunakan oleh karyawan
peningkatan nilai ambang dengar sehingga 2. Sebaiknya dilakukan pemantauan
gangguan pendengaran dapat penggunaan kelengkapan alat pelindung
mengganggu produktivitas kerja dari telinga karyawan secara berkala demi
karyawan. Ini sejalan dengan hasil keselamatan kerja dan produktivitas kerja
penilitian Muh ikbal (2016) di PLTD karyawan
Sungguminasa Kab. Gowa tahun 2014 Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan
yang menyimpulkan bahwa ada hubungan kepada peneliti selanjutnya dapat meneliti
antara gangguan pendengaran dengan lebih dalam dan lebih jauh lagi serta
produktivitas kerja. menggunakan analisis yang berbeda dan
metode yang berbeda sehingga
KESIMPULAN memperkaya analisis data penelitian serta
1. Tidak ada pengaruh antara Intensitas penelitian ini dapat menjadi bahan dasar
kebisingan dengan produktivitas kerja di dalam penelitian selanjutnya dan
PT. PLN (Persero) Sektor Pembangkitan menambahkan variabel independen
Punagaya. laiannya yang berhubungan dengan
2. Ada pengaruh antara gangguan produktivitas kerja.
pendengaran telinga kanan dengan

DAFTAR PUSTAKA

NIOSH. (1998). Criteria For A Recommended Standard Occupational Noise Exposure Revised Criteria 1998. US
Departement of Health and Human Services, NIOSH: OHIO

S Russeng, S., & Muis, M. (2014). Hubungan kebisingan dengan gangguan pendengaran pada pekerja di unit
produksi paving block cv. Sumber galian makassar.

Umboh, J. M., Loho, H., & Pelafu, S. R. Hubungan antara intensitas kebisingan di lingkungan kerja dengan nilai
ambang dengar tenaga kerja ground handling bandar udara internasional sam ratulangi manado.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan Pasal 165
.

117
Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis Volume 14 Nomor 2 Tahun 2019 ● eISSN : 2302-2531

Anda mungkin juga menyukai