Anda di halaman 1dari 8

Jurnal Sains dan Teknologi 17 (2), September 2018: 61 - 68

P-ISSN 1412-6257 E-ISSN 2549-9742

PENGENDALIAN KEBISINGAN DENGAN METODE


CONCEPTUAL MODEL DI PABRIK KELAPA SAWIT PT.
TUNGGAL PERKASA PLANTATIONS
Aryo Sasmita1, Jecky Asmura1, Nandia Rian Ambarwati1
1ProgramStudi Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik, Universitas Riau
Kampus Binawidya Km 12,5 Simpang Baru Panam, Pekanbaru 28293

E-mail : aryosasmita@lecturer.unri.ac.id

ABSTRAK

Untuk menunjang proses produksi guna memenuhi tuntutan peningkatan produktivitas,maka pabrik kelapa sawit telah
menerapkan sistem mekanisasi pada alat dan mesin industri pengolahan buah sawit. Dengan penerapan mekanisasi
produksi, dapat menimbulkan dampak kurang baik bagi kesehatan tenaga kerja, salah satunya adalah gangguan kebisingan
saat bekerja. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan alternatif solusi permasalahan kebisingan di lokasi penelitian
menggunakan conceptual model. Metode penelitian yang dilakukan adalah dengan melakukan pengukuran kebisingan
yang diambil pada 139 titik di areal produksi dan loading ramp, kemudian dibandingkan dengan batas maksimum
intensitas kebisingan yang diperbolehkan di tempat kerja dan melakukan perhitungan lamanya pekerja boleh terpapar
kebisingan. Dari hasil penelitian diketahui bahwa ada 43 titik yang melebihi baku mutu dan kebisingan tertinggi dititik
69 dengan 99,7 dB. Lama pemaparan maksimal dititik tersebut diperbolehkan hanya 16,08 menit jika tidak menggunakan
Alat Perlindungan Diri. Pengendalian kebisingan dengan conceptual model dapat dilakukan secara internal yaitu dengan
pengendalian di sumber, di perantara ataupun di penerima. Adapun pengendalian secara eksternal dilakukan dengan
melakukan pemeriksaan kesehatan rutin, pelatihan K3 dan pemasangan rambu penanda kebisingan.

Kata kunci : Pengukuran Kebisingan, Pabrik Kelapa Sawit, Metode Grid, Conceptual Model

ABSTRACT

To support the production process in order to meet the demands of increased productivity, the palm oil mill has
implemented a mechanization system on the tools and machinery of the palm fruit processing industry. With the
application of mechanization of production, it can cause adverse effects on the health of the workforce, one of which is
noise disturbance while working. This study aims to provide an alternative solution to noise problems in research
locations using the conceptual model. The research method was carried out by measuring noise taken at 139 points in
the production area and loading ramp, then compared with the maximum intensity of noise allowed at the workplace and
calculating the length of time workers may be exposed to noise. From the results of the study it was found that there were
43 points that exceeded the maximum intensity and noise standards at the point 69 with 99.7 dB. The maximum exposure
time at this point is only 16.08 minutes if you do not use Personal protective equipment. Noise control with the conceptual
model can be done internally, namely by controlling the source, in the intermediary or at the recipient. External controls
are carried out by conducting routine health checks, K3 training and installing noise warning signs.

Keywords : Noise Measurement, Palm Oil Mill, Grid Method, Conceptual Model

PENDAHULUAN alat-alat industri memiliki efek samping dari


berbagai masalah seperti penyakit akibat kerja,
Industri di Indonesia kemajuan dan peningkatan cacat dan kematian pada para pekerja. Kecelakaan
yang ditandai dengan pemakaian mesin-mesin kerja dapat terjadi karena kondisi alat atau material
canggih yang dapat mengolah dan memproduksi yang kurang baik atau berbahaya. Kecelakaan juga
bahan maupun barang yang dibutuhkan oleh dapat dipicu oleh lingkungan kerja yang tidak
manusia. Adapun pertumbuhan industri yang aman seperti ventilasi, penerangan, kebisingan,
meningkat tanpa adanya upaya pengamanan dari atau suhu yang tidak aman melampaui ambang

61
Jurnal Sains dan Teknologi 17 (2), September 2018: 61 - 68
P-ISSN 1412-6257 E-ISSN 2549-9742

batas. Selain itu, kecelakaan kerja juga dapat diperhatikan dengan baik. Proses produksi yang
bersumber dari manusia yang melakukan kegiatan dijalankan oleh tenaga kerja yang bekerja sebagai
di tempat kerja dan menangani alat atau material operator untuk mengoperasikan serta mengontrol
(Soehatman, 2010). operasional produksi berbagai peralatan maupun
mesin, pekerja-pekerja pemeliharaan, pengawas
Kebisingan di industri telah lama menjadi dan lainnya, secara lansung dan tidak langsung
perhatian dan permasalahan. Di Amerika Serikat dapat merugikan kesehatan.
sekitar 120 juta orang memiliki kehilangan daya
dengar dikarenakan pemaparan kebisingan Proses mekanis pengolahan sawit pada PT.
ditempat kerja, pada tahun 1981 lebih dari 9 juta Tunggal Perkasa Plantations dengan menggunakan
orang terpapar bising ditempat kerja pada tingkat mesin-mesin dan alat-alat kerja yang disertai suara
85 dB atau lebih setiap harinya, pada tahun 1990 yang keras terus menerus akan meningkatkan
angka ini meningkat hingga 30 juta orang, yang pemaparan suara pada tenaga pekerja serta
umumnya adalah pekerja pada industri menambah risiko bahaya terhadap para tenaga
manufaktur, sedangkan Jerman dan Negara-negara pekerja. Pemakaian mesin-mesin pada PKS PT.
berkembang lainnya sebanyak 4-5 juta orang, 12 – Tunggal Perkasa Plantations seringkali
15 % dari keseluruhan pekerja terpapar bising pada menimbulkan kebisingan, baik kebisingan rendah,
tingkat 85 dB atau lebih (Latar, 2012). kebisingan sedang maupun kebisingan tinggi.
Kebisingan tersebut dapat mengganggu
Di Indonesia intensitas kebisingan yang disepakati lingkungan pekerjaan dan merambat melalui udara
sebagai pedoman bagi perlindungan alat kepada tenaga kerja.
pendengaran agar tidak kehilangan daya dengar
untuk pemaparan 8 (delapan) jam sehari dan 5 Oleh karena alasan tersebut penulis melakukan
(lima) hari kerja atau 40 jam kerja seminggu adalah penelitian mengenai pengendalian kebisingan
85 dB (A) (Suma’mur, 2009). dengan conceptual model di PKS PT.Tunggal
Gangguan pendengaran dan keseimbangan akibat Perkasa Plantation untuk memberikan solusi
kerja belum mendapat perhatian penuh, padahal penyelesaian masalah kebisingan di lokasi
gangguan ini menempati urutan pertama dalam tersebut.
daftar penyakit akibat kerja di Amerika dan Eropa
dengan proporsi 35%, di Indonesia berkisar antara BAHAN DAN METODE
30 – 50%. Akibat dari tingkat kebisingan diatas
NAB memberikan efek merugikan pada tenaga Instrumen Penelitian
kerja, terutama akan mempengaruhi indera Dalam penelitian ini instrumen penelitian yang
pendengaran yaitu resiko mengalami penurunan akan dipakai adalah :
daya pendengaran yang terjadi secara perlahan - 1. Sound Level Meter manual yang mempunyai
lahan dan waktu cukup lama dan tanpa disadari range pengukuran 35 – 130 dB untuk mengukur
oleh tenaga kerja tersebut (Sasmita,dkk 2016). tingkat bising, pada alat ini juga diukur arah
angin, kelembapan, suhu dan kecepatan angin.
Salah satu industri perkebunan kelapa sawit yang 2. Software Microsoft Excell untuk mengolah data
ada di Riau adalah PT. Tunggal Perkasa hasil pengukuran di lapangan.
Plantations yang terletak di Kabupaten Indragiri 3. Software Surfer 11 untuk membuat kontur
Hulu, Lirik. Produk utama yang dihasilkan oleh kebisingan.
perusahaan adalah minyak kelapa sawit mentah 4. Alat ukur panjang jarak/meteran untuk
(CPO) dan inti sawit (kernel) yang melalui mengukur jarak grid dilapangan.
beberapa tahapan proses di beberapa stasiun yang 5. Camera untuk dokumentasi.
tidak terlepas dari bahaya kebisingan. Dalam
menunjang proses produksi guna memenuhi Lokasi Penelitian
tuntutan peningkatan produktivitas dan penurunan Penelitian ini dilakukan di PT.Tunggal Perkasa
tenaga kerja, baik dalam sektor perkebunan Plantations. Penentuan lokasi ditentukan dari
maupun di sektor industri, maka pabrik kelapa sumber kebisingan pada proses produksi yang
sawit telah menerapkan sistem mekanisasi pada bekerja 24 jam non-stop di wilayah pabrik kelapa
alat dan mesin industri pengolahan buah sawit yang sawit seperti pada area pos satpam, jembatan
berpotensi menimbulkan potensi bahaya dalam timbang, satsiun loading ramp, sterilizer, bunch
pengolahan buah sawit. Dengan penerapan mesin press, klarifikasi, press, powerhouse, kernel, boiler
produksi tersebut, tanpa disadari dapat berdasarkan metode grid pada titik pengambilan
menimbulkan dampak kurang baik bagi kesehatan sampel kebisingan terpilih.
tenaga kerja dan lingkungannya jika tidak

62
Jurnal Sains dan Teknologi 17 (2), September 2018: 61 - 68
P-ISSN 1412-6257 E-ISSN 2549-9742

Pengukuran Jarak Grid e. Kecepatan angin.


Adapun untuk mengukur jarak grid, terlebih dahulu
hitung berapa banyak jumlah titik kebisingan Pengumpulan Data Sekunder
dilapangan dapat menggunakan persamaan sebagai Pengumpulan data sekunder bertujuan untuk
berikut (Nathanail,2004) : mendapatkan gambaran umum wilayah studi. Data
N kA / a (1) sekunder didapat dengan melakukan studi pustaka
N = Jumlah titik sampel dan dari data perusahaan yang berhubungan
K = 1,80 (ketentuan rumus untuk grid) dengan kebisingan sebagai acuan.
A = Luas Area kerja (m2) Adapun yang termasuk data sekunder adalah
a = Luas mesin/ sumber bising (m2) sebagai berikut:
Kemudian setelah didapat nilai N dilanjutkan a. Profile Perusahaan
dengan persamaan metode grid, dapat b. Studi Pustaka
menggunakan persamaan berikut : c. Lembar Kuesioner

𝑑 = √𝐴⁄𝑁 (2) HASIL DAN PEMBAHASAN


d = jarak antar grid
Gambaran Lokasi Studi dan Pengambilan
Pengukuran Kebisingan Sampel
Pengukuran ini dilakukan secara langsung, yaitu Untuk pemilihan lokasi pengukuran ini,
dengan alat Sound Level Meter yang mempunyai sebelumnya dilakukan penelitian pendahuluan
fasilitas pengukuran yaitu Leq waktu ukur setiap 5 guna mendapatkan hasil dari tingkat kebisingan
(lima) detik, dilakukan pengukuran selama 3 kali secara konstan. Melakukan observasi seperti
dalam satu titik. memberikan kuisioner kepada pekerja pabrik yang
bekerja disekitar area PKS PT. Tunggal Perkasa
Perbandingan dengan baku mutu kebisingan Plantations. Hasil dari observasi kuesioner yang
Setelah dilakukan pengukuran kebisingan, setiap didapat adalah sebanyak 76 responden. Dalam 76
titik akan dibandingkan dengan baku mutu tingkat responden yang menyatakan bahwa pekerja merasa
kebisingan berdasarkan Permenaker no 13 tahun area kerja tersebut sangat bising adalah sebanyak
2011 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika 47 orang, yang menyatakan cukup bising sebanyak
dan Faktor Kimia di Tempat Kerja. Dimana baku 25 orang dan 4 orang menyatakan tidak bising. Dan
mutu tersebut adalah <85 dB untuk 8 jam kerja. dalam 76 responden yang berpendapat mengenai
tingkat terganggunya pekerja dengan suara bising
Perhitungan NIOSH ada 45 orang yang mengatakan sangat terganggu,
Adapun perhitungan lama pekerja terpapar 25 orang cukup terganggu dan 6 orang tidak
kebisingan dihitung dengan metode (NIOSH, terganggu. Hasil observasi ini yang menjadi dasar
1998). Dengan menggunakan persamaan berikut : untuk memperkuat alasan untuk dilakukan
480 pengukuran kebisingan dan untuk menetapkan titik
T = 2(L−85)⁄3 (3) lokasi pengambilan sampel pengukuran
kebisingan.
Waktu Pengukuran Pengambilan sampel pengukuran tingkat
Pengukuran dilakukan selama aktivitas kerja di PT. kebisingan ini menggunakan metode persegi (grid)
Tunggal Perkasa Plantations pada saat jam kerja. pada area mesin semi tertutup. Pengukuran
Karena pabrik bekerja terus selama 24 jam dilakukan selama aktivitas kerja di PKS PT.
sehingga bisa diukur kapan saja. Tunggal Perkasa Plantations. Hal itu dikarenakan
kondisi mesin yang hidup atau beroperasi selama
Pengumpulan Data Primer 24 jam.
Pengambilan data primer merupakan data yang
didapatkan langsung dari hasil pengukuran di Identifikasi Sumber Bising
lapangan. Data primer didapat dengan melakukan Dari hasil pengukuran kebisingan pada kawasan
observasi lapangan berupa pengambilan sampel penelitian, diketahui bahwa sumber kebisingan
kebisingan, dokumentasi dan wawancara. Data yang terdapat pada lokasi penelitian berasal dari
primer pada masing-masing titik pengukuran mesin-mesin yang beroperasi selama 24 jam.
adalah sebagai berikut: Adapun sumber kebisingan yang terdapat dipabrik
a. Tingkat kebisingan. berasal dari mesin-mesin produksi yang sedang
b. Titik Koordinat. beroperasi. Berikut ini adalah sumber bising yang
c. Kelembapan Udara. terdapat di masing-masing stasiun proses produksi
d. Temperatur Udara. pabrik kelapa sawit, dapat dilihat di Tabel 1.

63
Jurnal Sains dan Teknologi 17 (2), September 2018: 61 - 68
P-ISSN 1412-6257 E-ISSN 2549-9742

Penentuan Jarak Grid


Tabel 1. Identifikasi Sumber Bising Pengambilan sampel pengukuran tingkat
kebisingan ini menggunakan metode persegi (grid)
No Lokasi Sumber Bising pada area mesin semi tertutup. Pengukuran
1 Jembatan Suara kendaraan dilakukan selama aktivitas kerja di PKS PT.
timbang pengangkut buah sawit. Tunggal Perkasa Plantations. Hal itu dikarenakan
kondisi mesin yang hidup atau beroperasi selama
2 Loading Mesin conveyor yang 24 jam. Setelah dilakukan penandaan titik maka
Ramp akan membawa buah dilakukan pengukuran dengan cara manual
sawit ke stasiun sterilizer menggunakan alat Sound Level Meter (SLM),
dan hentakan buah sawit dilakukan dari titik pertama sampai titik terakhir.
yang diturunkan dari Menentukan jarak grid, menggunakan rumus pada
kendaraan kemudian di persamaan (1) dan (2)
pindahkan ke lori.
3 Sterilizer Compact Modulator Jarak grid untuk area produksi
Concept atau yang Diketahui :
disingkat dengan CMC. N=kxA/a
N = 1,80 x A / a
4 Press 1. Mesin thresher
N = 1,80 x 15400 m2 / 218,26 m2
2. Mesin autofeeder N = 127
3. Conveyor Maka, didapatlah n atau jumlah titik untuk area
4. Mesin screw press produksi yaitu sebanyak 127 titik.
5.Mesin cake breaker Kemudian, untuk menghitung jarak tiap titik nya
conveyor (CBC) dengan cara :
d =√(A/N)
6.Mesin hydrolick power
d =√(15400 m2/127)
pack = 11,02 m
5 Bunch 1. Bunch conveyor Untuk memudahkan perhitungan jarak dilapangan
Press 2.Alat pencacah tandan maka jarak antar titik 10 m x 10 m.
kosong sawit
6 Klarifikasi 1. Vibrating screen Jarak grid untuk area loading ramp
2. Oil purifier Diketahui :
3. Vacum dryer N=kxA/a
4. Sludge centrifuge N = 1,80 x A / a
N = 1,80 x 8100 m2 / 1200 m2
7 Kernel 1. Stasiun kernel bagian 1 N = 12,15
- Nut polishing grading N = 12 titik sampling
- Ripple Mill Maka, didapatlah n atau jumlah titik untuk area
2. Stasiun kernel bagian 2 loading ramp yaitu sebanyak 12 titik.
Kemudian, untuk menghitung jarak tiap titik nya
-LTDS-1 (Ligh tenera
dengan cara :
dry separating)Tahap d =√(A/N)
pertama d =√(8100 m2/12)
-Cracked mixture = 25,98 m2
-LTDS-2 (Ligh tenera = 25 m x 25 m
dry separating) Untuk memudahkan perhitungan jarak dilapangan
3. Hidrocyclone maka jarak antar titik 25 m x 25 m.
4. Station kernel bagian 3 Tahapan penelitian ini di awali dengan
dilakukannya penandaan titik yang memiliki jarak
8 Boiler 1. Furnace 10 m X 10 m untuk area produksi dengan metode
2. Cyclone persegi (grid) dan jarak 25 m x 25 m untuk area
3. Cerobong asap loading ramp. Untuk pengukuran jarak metode grid
9 Power Generator pada area pos satpam dan jembatan timbang tidak
House dilakukan dikarenakan area tersebut tidak memiliki
sumber bising yang tetap. Setelah dilakukan
penandaan titik maka dilakukan pengukuran
dengan cara manual menggunakan alat Sound

64
Jurnal Sains dan Teknologi 17 (2), September 2018: 61 - 68
P-ISSN 1412-6257 E-ISSN 2549-9742

Level Meter (SLM), dilakukan dari titik pertama maksimal yang diperbolehkan bagi pekerja untuk
sampai titik terakhir. terpapar kebisingan. Para pekerja di perbolehkan
terpapar secara langsung selama batas waktu yang
Pengukuran Kebisingan pada Grid telah ditentukan. Jika bekerja melebihi batas waktu
Pengukuran kebisingan pada metode ini dilakukan yang telah ditentukan maka pekerja sebaiknya
pada hari Jum’at tanggal 22 Juni 2018 dimasing- menggunakan alat pelindung telinga.
masing titik pengukuran. Pengukuran dimulai dari
jam 7.30 WIB sampai jam 17.00 WIB , pengukuran Tabel 3. Lama pemaparan yang diizinkan
dilakukan sewaktu aktivitas kerja di PKS PT. berdasarkan perhitungan NIOSH pada lima titik
Tunggal Perkasa Plantations pada area mesin yang kebisingan tertinggi
selalu beroperasi 24 jam. Selain mengukur tingkat
kebisingan, ada beberapa data pendukung yang Titik Tingkat Lama
harus diukur yaitu temperatur, kelembapan udara, pengukuran kebisingan pemaparan
kecepatan angin. Terdapat 139 titik pengambilan (dB) (Menit)
sampel, yang terdiri dari 127 titik di area produksi, 61 99,7 16,08
12 titik pada area loading ramp. 78 99,3 17,73
69 98,7 21,22
Dari hasil pengukuran kebisingan didapat 96 titik 59 97,9 24,37
yang di bawah baku mutu (<85 dB) dan 43 titik 70 97,8 25,06
yang melebihi baku mutu. 43 titik yang melebihi
tersebut terdiri dari, 12 titik pada areal loading Diperlukan penanganan lebih lanjut terhadap titik-
ramp, dan 31 titik pada area produksi. Dengan titik yang melebihi baku mutu kebisingan sehingga
kebisingan terendah berada di titik 98 dengan 73,6 tidak menimbulkan penyakit akibat kerja
dB, dan kebisingan tertinggi di titik 61 dengan 99,7 khususnya resiko kerusakan atau gangguan
dB. pendengaran yang disebabkan oleh lamanya waktu
Beberapa titik yang melebihi baku mutu seperti pemaparan yang melebihi standar. Semakin tinggi
berikut (Tabel 2): kebisingan yang dihasilkan maka waktu
pemaparan semakin singkat, begitu juga
Tabel 2. lima Titik Tertinggi Tingkat Kebisingan
sebaliknya semakin rendah tingkat kebisingan
Titik Tingkat yang dihasilkan maka waktu pemaparan semakin
pengukuran kebisingan(dB) lama.
61 99,7
78 99,3 Pengaruh Kondisi Meteorologi dan Lingkungan
69 98,7 Terhadap Kebisingan
59 97,9 Kondisi meteorologi merupakan data pendukung
70 97,8 yang dijadikan acuan dalam penggambaran situasi
pengukran kebisingan. Data pendukung
Analisis Lama Waktu Pemaparan yang di meteorologi meliputi temperatur, kelembapan,
izinkan berdasarkan NIOSH kecepatan angin, dan arah angin. Lebih jelasnya
Berdasarkan pola penyebaran kebisingan mengenai kondisi meteorologi selama pengukuran
dibeberapa stasiun, maka dilakukan perhitungan kebisingan dapat dilihat pada Tabel 4 berikut:
dibeberapa titik yang dikelompokkan berdasarkan
tingkat kebisingannya (tinggi, sedang, dan rendah) Tabel 4. Data meteorologi selama pengukuran
untuk menentukan lama pemaparan kebisingan Kondisi meteorologi Nilai terukur
(Tabel 3)yang diperbolehkan maka digunakan Temperatur 300 C - 380 C
metode perhitungan NIOSH dengan persamaan (3) Kelembapan udara 70,6 % - 80,2 %
Untuk lebih jelasnya, salah satu dari tingkat Kecepatan angin 0,0 m/s - 1,1 m/s
kebisingan yang tinggi dapat dilihat pada contoh
perhitungan NIOSH pada titik 61 Temperatur
480 Berdasarkan keputusan Menteri Tenaga Kerja No.
T = 2(L−85)⁄3
480 Kep. 51/MEN/1999 yaitu untuk dapat bekerja terus
T = 2(99,7−85)⁄3 = 16,08 menit = 0,26 jam menerus dengan beban kerja sedang, maka ISBB
(Indeks suhu bola basah) dilokasi kerja tidak boleh
Berdasarkan lamanya waktu pemaparan melebihi 26,7°C. Sedangkan hasil pengukuran
kebisingan yang diterima oleh pekerja setelah temperatur lingkungan kerja dilokasi penelitian
dengan rumus NIOSH maka dihasilkan waktu yaitu 300C – 380C. Hal ini disebabkan oleh

65
Jurnal Sains dan Teknologi 17 (2), September 2018: 61 - 68
P-ISSN 1412-6257 E-ISSN 2549-9742

lingkungan kerja yang berhubungan dengan Analisis Pengendalian Kebisingan


sumber panas seperti ruang pembakaran atau Menggunakan Conceptual Model dengan
furnace pada stasiun boiler, mesin perebusan di internal adaptation
stasiun sterilizer, generator dan mesin uap di Upaya pengendalian internal adaptation yang
stasiun powerhouse. sudah dirangkum dalam Conceptual Model adalah
Dari hasil pengukuran kebisingan tertinggi yaitu sebagai berikut :
pada titik 61 dengan tingkat kebisingan 99,7 dB 1. Pengendalian dari sumber bising (Source/S)
dimana suhu area tersebut 380C pada area disekitar Pengendalian yang dapat dilakukan dari
ini terdapat mesin uap, generator, dan furnace. kondisi dilapangan dengan Conceptual Model
Sedangkan pada titik kebisingan terendah yaitu yaitu :
pada titik 15 dengan tingkat kebisingan 71,2 dB a. Melakukan maintanance pada mesin
dimana suhu area tersebut 300C. Maka semakin secara rutin.
tinggi suhu udara maka semakin tinggi intensitas Menurut Rosa (2005), kerusakan pada
kebisingan dan semakin rendah suhu udara maka mesin dapat terjadi karena kurangnya
intensitas kebisingan akan rendah. Selain itu, perawatan atau maintanance sehingga
temperatur juga mempengaruhi kelelahan pekerja. menimbulkan panas yang terlalu tinggi
Tenaga kerja akan dapat dan mampu bekerja secara pada mesin, bising yang terlalu kuat pada
efisien dan produktif apabila lingkungan kerjanya mesin, penggunaan pelumas yang sangat
nyaman. boros dan mesin menjadi kotor.
b. Memasang penghalang atau membuat
Kelembapan Udara penutup mesin.
Untuk tingkat kelembapan udara dilingkungan Kamar mesin yang ditambahkan bahan
kerja sampai dengan 90% dapat ditoleransi dan penyerap kebisingan seperti Rock Wool,
tidak menimbulkan efek pada pengukuran yumen dan lain sebagainya agar suara
kebisingan. Tetapi perlu diperhatikan ketika mesin dapat teredamkan. Pengendalian
kondisi hujan atau berkabut alat ukur kebisingan kebisingan pada sumber suara dilakukan
harus tetap terjaga agar pori-pori pada wind screen dengan menutup mesin atau mengisolasi
tidak tertutup oleh air atau endapan lainnya. mesin sehingga terpisah dengan pekerja.
Dari hasil pengukuran kelembapan udara di lokasi Teknik ini dapat dilakukan dengan
penelitian didapat yaitu 70,6% - 80,2%. Untuk nilai mendesaian mesin memakai remote
kelembapan udara 70,6% terletak pada titik 61 control. Selain itu dapat dilakukan
dengan intensitas kebisingan tertinggi yaitu 99,7 redesaian landasan mesin dengan bahan
dB dengan temperatur udara 380C . Sedangkan anti getaran.
pada kelembapan udara 80,2% terletak pada titik 2. Pengendalian dari jarak (Pathaway/P)
kebisingan terendah yaitu 71,2 dB pada titik 15 Adapun pengendalian dari jarak dengan
dengan temperatur udara 300C. Maka dapat pemasangan penghalang kebisingan atau
diperkirakan semakin tinggi temperatur udara sound barrier. Pengahalang kebisingan dibagi
maka semakin rendah kelembapan udara yang menjadi dua yaitu :
mengakibatkan kerapatan udara semakin renggang a. Penghalang kebisingan alami
dan begitu juga sebaliknya Penghalang kebisingan ini dapat dilakukan
dengan penambahan pepohonan disekitar
Kecepatan Angin lingkungan tempat kerja. Namun
Kecepatan angin salah satu media perantara bunyi. umumnya, efektivitas fungsional
Semakin kencang kecepatan angin maka secara penghalang kebisingan alami sangat
tidak langsung akan mempengaruhi hasil rendah karena keberadaannya hanya dalam
pengukuran kebisingan. Dari hasil pengukuran jumlah kecil. Pada area kerja bising, sound
kecepatan angin di lokasi penelitian didapat yaitu 0 barrier tidak hanya sekedar menghambat
m/s – 1,1 m/s. Untuk hasil kecepatan angin 1,1 m/s perjalanan gelombang suara saat menuju
terletak pada beberapa titik salah satunya pada titik lingkungan di sekitar lingkungan tempat
61 yang memiliki nilai intensitas kebisingan 99,7 kerja. Tetapi sound barrier juga digunakan
dB. Dan untuk kecepatan angin 0,5 m/s juga untu memaksimalkan mereduksi dan
terletak pada beberapa titik salah satunya pada titik mengeliminasi bahaya kebisingan bagi
15 dengan tingkat kebisingan 71,2 dB. Menurut pekerja ditempat kerja. Tanaman yang
Mediastika (2005) bahwa kebisingan sangat digunakan untuk penghalang kebisingan
bergantung pada salah satunya adalah kecepatan harus memiliki kerimbunan dan kerapatan
angin. daun yang cukup dan merata mulai dari
permukaan tanah hingga ketinggian yang

66
Jurnal Sains dan Teknologi 17 (2), September 2018: 61 - 68
P-ISSN 1412-6257 E-ISSN 2549-9742

diharapkan. Untuk itu, perlu diatur suatu


kombinasi antara tanaman penutup tanah, Analisis Pengendalian Kebisingan
perdu, dan pohon atau kombinasi dengan Menggunakan Conceptual Model dengan
bahan lainnya sehingga efek penghalang Pengendalian external
menjadi optimum. Adapun pengendalian external adaptation dari
b. Penghalang Kebisingan Buatan Conceptual Model yaitu:
Untuk penghalang kebisingan buatan atau 1. Melakukan pemeriksaan kesehatan
peredam bising berupa dinding (pagar Pemeriksaan kesehatan ini dilakukan setiap
tembok) dengan dimensi dan bahan enam bulan sekali. Sehingga sudah sesuai
tertentu yang secara maksimal dapat dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan
mereduksi kebisingan dan dengan struktur Transmigrasi No.13 tahun 2011, yang mana
tertentu dianggap cukup tahan, aman dan semua perusahaan harus melakukan
harmonis dengan lingkungan sekitarnya. pemeriksaan kesehatan berkala sekurang-
Peletakan penghalang kebisingan buatan kurangnya satu tahun sekali
atau noise barrier terbaik adalah dekat 2. Training K3 atau pelatihan K3
dengan sumber suara, jadi receiver tidak Pengendalian kebisingan pada pekerja dapat
mendengar suara bising. Pada lokasi dilakukan dengan training K3 atau pelatihan
penelitian yaitu di PKS PT. Tunggal K3. Pelatihan ini dapat meningkatkan
Perkasa Plantations lebih cocok untuk kesadaran setiap individu akan pentingnya
peletakan noise barrier yaitu pada mesin suatu pengendalian pada setiap bahaya di
yang memiliki kebisingan tertinggi tempat kerja seperti pengendalian kebisingan
contohnya pada stasiun powerhouse yang terutama pada kebisingan yang melebihi nilai
sumber bunyinya adalah generator yang ambang batas (NAB).
tidak memiliki penghalang antara mesin 3. Pemasangan Noise Warning Sign
dengan receiver. Contoh penghalang Pemasangan noise warning sign merupakan
kebisingan buatan yaitu dengan adanya pemberitahuan bahwa suatu area tersebut
control room. Jenis control room yang merupakan area dengan potensi bahaya
tersedia berupa ruangan. Control room kebisingan (memiliki tingkat kebisingan diatas
digunakan untuk mengatasi shift kerja 85 dB) dan juga merupakan larangan untuk
yang melewati waktu pemaparan yang tidak memasuki area tersebut tanpa alat
seharusnya ditetapkan maka karyawan pelindung pendengaran.
berada di ruang control room yang telah
disediakan. Dalam pemaparan kebisingan KESIMPULAN
pada titik 61 dengan tingkat kebisingan
tertinggi yaitu 99,7 dB maka waktu 1. Pengukuran intensitas kebisingan yang didapat
pemaparan terhadap kebisingan yang pada seluruh area lokasi penelitian memiliki
diperbolehkan hanya sekitar 16 menit dan intensitas kebisingan yang berbeda. Terdapat
selebihnya pekerja berada didalam control 43 titik yang melebihi baku mutu dengan
room. Ini salah satu contoh control room tingkat kebisingan tertinggi di titik 99,7 dB
stasiun Power House. 2. Hasil perhitungan NIOSH menunjukan batas
3. Pengendalian dari penerima (Receiver/R) maksimum pekerja boleh terpapar kebisingan
a. Alat Pelindung Pendengaran dengan waktu tersingkat di titik 61 selama
Ini bertujuan untuk mengurangi tingkat 16,08 menit.
kebisingan yang diterima oleh receiver 3. Pengendalian kebisingan dengan conceptual
atau pekerja. Alat pelindung pendengaran model dapat dilakukan secara internal yaitu
terdiri dari beberapa jenis yaitu, earplug, dengan pengendalian di sumber, di
earmuff dan helmet. Pada PKS PT. perantara ataupun di penerima.
Tunggal Perkasa Plantations alat Pengendalian eksternal yaitu pemeriksaan
pelindung pendengaran yang wajib dipakai
kesehatan rutin, pelatihan K3 dan
adalah earplug dan earmuff. Untuk
pengurangan kebisingan dari earplug pemasangan noise warning sign..
sekitar 8-30 dB, ini biasa digunakan untuk
kebisingan sampai dengan 95 dB. Dan DAFTAR PUSTAKA
untuk earmuff dapat mengurangi
kebisingan sekitar 25-40 dB, dan ini biasa Latar, M., 2012. Higiene Industri Dasar-Dasar
digunakan untuk tingkat kebisingan > 95 Pengetahuan dan Aplikasi di Tempat Kerja.
dB. Jakarta : Etaprima.

67
Jurnal Sains dan Teknologi 17 (2), September 2018: 61 - 68
P-ISSN 1412-6257 E-ISSN 2549-9742

Mediastika, Christina. Eviutami., 2005. Akustika Sasmita, Aryo., Elystia, Shinta., Asmura, Jecky.,
Bangunan: Prinsip-Prinsip dan Penerapannya 2016. Evaluasi tingkat kebisingan sebagai
di Indonesia. Jakarta: Erlangga. upaya pengelolaan kesehatan dan keselamatan
Nathanail, C.Paul., 2004. The use and misuse of kerja (K3) di Unit PLTD/G Teluk Lembu PT
CLR 7 Acceptance Tests. Quarterly Journal of PLN Pekanbaru dengan metode NIOSH.
Engineering Geology Geological Society Jurnal Sains dan Teknologi 15 (2), pp. 34-42
Publishing House, Bath Soehatman, Ramli., 2010. Sistem Manajemen
National Institute of Occupational Safety Hazards Keselamatan & Kesehatan Kerja OHSAS
(NIOSH), 1998. Criteria For A Recommended 18001. Jakarta: Dian Rakyat.
Standard. U.S Department Of Health And Suma’mur., 2009. Higiene Perusahaan dan
Human Service, Ohio. Kesehatan Kerja (HIPERKES). Jakarta:
Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Sagung Seto.
Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2011
tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika dan
Faktor Kimia di Tempat Kerja.
Rosa, Yazmendra., 2005. Perencanaan dan
Penerapan Preventive Maintenance Peralatan
Laboraturium, Jurnal Teknik Mesin. Vol. 2,
No. 2, Jurusan Teknik Nesin Politeknik Negeri
Padang.

68

Anda mungkin juga menyukai