Anda di halaman 1dari 8

IDE K3 p-ISSN:

Jurnal Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Lindungan Lingkungan e-ISSN:


Volume 1 No 1,

PENGARUH KEBISINGAN TERHADAP TINGKAT KELELAHAN


KERJA PT. PERTAMINA HULU MAHAKAM AREA
PECIKO OFFSHORE

THE EFFECT OF NOISE ON THE LEVEL OF WORK Fatigue at PT.


PERTAMINA HULU MAHAKAM AREA
PECIKO OFFSHORE

Ihwandira Pradipta 1*; Hardiyono 2; Lina Yuliana 3


Program Studi Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Program Diploma IV, Universitas Balikpapan, Jl. Pupuk Raya, Gn.
Bahagia Balikpapan 76114 telp. (0542) 764205
Email: Ihwandira.pradipta@gmail.com1
ABSTRAK

Lingkungan kerja yang baik akan menunjang tingkat produktifitas kerja begitupun
sebaliknya, terdapat banyak faktor yang dapat menurunkan produktifitas ditempat kerja,
seperti: Temperatur Ruanganan, Kualitas Udara, Pencahayaan serta Kebisingan. Salah satu
dampak buruk kebisingan adalah menurunkan tingkat konsentrasi sehingga membuat tubuh
cepat lelah dan produktifitas kerja menurun bahkan bisa menimbulkan kecelakaan kerja.
Penelitian ini menggunakan rancangan Kuantitatif dengan pendekatan cross sectional, yaitu
melihat hubungan antar variabel yaitu Kebisingan dan kelelahan kerja kemudian dianalisis
dengan menggunkanan alat uji statistik SPSS dengan metode Rank Spearman Correlation,
Berdasarkan hasil penelitian kebisingan diperoleh 3 dari 8 platform tersebut melebihi nilai
ambang batas kebisingan, yaitu >85dB sehingga diperoleh variable 7 orang (22%) Kelelahan
Kerja Ringan, 17 orang (53%) Kelelahan Kerja Sedang, 8 orang (25%) Kelelahan Kerja Berat.
Dari hasil uji statistik diperoleh nilai 0.00 atau kurang dari 0.05 sehingga disimpulkan terdapat
hubungan yang signifikan antara Kebisingan dan Kelelahan Kerja. Saran yang diberikan
adalah dengan mengurangi jumlah papapran kebisingan terhadap keryawan dengan
mengadakan sistem rotasi serta memodifikasi tempat istirahat karyawan menggunakan
material kedap suara.
Kata Kunci: Kebisingan, Kelelahan Kerja dan Lingkungan Kerja

ABSTRAK
A good work environment will support the level of work productivity and vice versa, there are
many factors that can reduce productivity at work, such as: Room Temperature, Air Quality,

IDE-K3, Volume :1, Nomor : 1, 9


Lighting and Noise. One of the bad effects of noise is lowering concentration levels so that the
body tired quickly and work productivity decreases and can even cause work accidents. This
research uses design. Quantitative with a cross sectional approach, which is to look at the
relationship between variables, namely Noise and work fatigue, then analyzed by using the SPSS
statistical test tool with the Rank Spearman Correlation method, based on the results of noise
research obtained 3 of the 8 platforms exceeded the noise threshold value, namely >85dB so that
it obtained variable 7 people (22%) . Mild Work Fatigue, 17 people (53%) Moderate Work
Fatigue, 8 people (25%) Heavy Work Fatigue. From the results of statistical tests obtained a
value of 0.00 or less than 0.05 so that it was concluded that there was a significant relationship
between noise and work fatigue. The advice given is to reduce the amount of noise noise to the
cloud by holding a rotation system and modifying employee rest areas using soundproof
materials.
Keywords: Noise, Work Fatigue and work environment

PENDAHULUAN dengan martabat manusia dan moral

Pembangunan Ketenagakerjaan bangsa. Perlindungan tersebut bertujuan

dilaksanakan dalam rangka pembangunan untuk memberikan jaminan keselamatan

manusia Indonesia seutuhnya berdasarkan dan meningkatkan derajat kesehatan para

pancasila dan undang-undang dasar 1945 pekerja. Tujuan dari kesehatan kerja yaitu

guna mewujudkan manusia dan untuk menciptakan tenaga kerja yang

masyarakat Indonesia yang sejahtera, adil, sehat dan produktif. Tujuan kesehatan

makmur dam merata baik materil maupun kerja dapat tercapai apabila didukung oleh

spiritual. Pembangunan ketenagakerjaan lingkungan kerja yang memenuhi syarat-

ditunjukan untuk peningkatan, syarat kesehatan. Lingkungan kerja yang

pembentukan dan pengembangan tenaga baik akan menunjang tingkat produktifitas

kerja yang berkualitas dan produktif, kerja begitupun sebaliknya, terdapat

kebijakan yang mendorong tercapainya banyak faktor yang dapat menurunkan

pembangunan ketenagakerjaan adalah produktifitas ditempat kerja, seperti:

perlindungan tenaga kerja (Budiono, Temperatur Ruanganan, Kualitas Udara,

2003). Pencahayaan serta Kebisingan.

Perlindungan tenaga kerja meliputi Kebisingan merupakan masalah

aspek yang cukup luas yaitu perlindungan yang sampai sekarang belum bisa

keselamatan, kesehatan, pemeliharaan ditanggulangi dengan baik sehingga

moral kerja serta perlakuan yang sesuai apabila tidak mendapatkan perhatian lebih

IDE-K3, Volume :1, Nomor : 1, 10


dapat menjadi ancaman serius bagi kesiagaan yang semuanya berakibat
kesehatan pendengaran para pekerja, oleh kepada pengurangan kapasitas kerja dan
karena itu pihak perusahaan harus dapat ketahanan tubuh (Suma’mur, 1996). Rasa
menanggulanginya dengan melakukan lelah pada dasarnya merupakan pesan
pengendalian serta dapat mengenali bahwa tubuh membutuhkan istirahat. Jika
sumber-sumber kebisingan dengan benar tidak dilajutkan dengan istirahat,
sehingga tindakan korektif serta kelelahan ini dapat berdampak kepada
pencegahan yang dilakukan tepat. kemampuan kerja (kerja lambat dan target
Kebisingan dalam suatu lingkungan kerja kerja tidak tercapai), kualitas kerja
mempunyai batas maksimum diatur (banyak kesalahan atau cacat produksi),
dengan NAB yaitu besarnya tingkat suara kecelakaan kerja karena seseorang
dimana sebagian besar tenaga kerja masih menjadi tidak awas dan tidak merespon
berada dalam batas aman untuk bekerja perubahan disekitar dengan baik.
selama 8 jam sehari atau 40 jam seminggu Karena pentingnya menanggulangi
atau sesuai dengan Permenaker No. 5 kelelahan kerja, maka peneliti berupaya
tahun 2018 tentang Peninjauan berkala melakukan suatu pengendalian potensi
nilai ambang batas dan standar. NAB bahaya pada kebisingan di tempat kerja
yang seharusnya diterapkan di pabrik atau agar tenaga kerja dapat bekerja dengan
perusahaan yaitu 85 dB, apabila NAB baik. Adapun pengendalian tersebut
melebihi 85 dB akan mempunyai dampak dibagi menjadi beberapa faktor yaitu (1)
yang tidak baik bagi tenaga kerja. Pengendalian secara tekhnik yaitu
Kebisingan yang berlebih dapat pengendalian dengan menghilangkan
menimbulkan pengaruh pada telinga yaitu sumber suara bising tersebut, namun pada
berdenging, kesulitan mendengar dan prakteknya dilapangan, semakin besar
menimbulkan pengaruh pada prilaku hasil produk minyak dan gas pada suatu
seperti kehilangan konsentrasi, kehilangan sumur akan semain besar suara bising
kesimbangan dan kelelahan (John Ridley, yang dihasilkan cara yang bisa dilakukan
2006). adalah hanya dengan membuat sekat agar
Kelelahaan kerja mengandung tiga suara bising tersebut tidak merambat ke
pengertian yaitu adanya perasaan lelah, tempat lain. (2) Pengendalian secara
penurunan hasil kerja dan penurunan administratif yaitu merupakan

IDE-K3, Volume :1, Nomor : 1, 11


pengendalian dengan menggunakan METODE
prosedur-prosedur yang bertujuan
Rancangan penelitian yang
mengurangi jumlah paparan pekerja
digunakan adalah penelitian kuantitatif.
terhadap bising dengan cara menerapkan
Penelitian kuantitatif merupakan metode-
sistem pembatasan waktu maupun rotasi
metode untuk menguji teori-teori tertentu
tempat kerja dan menyusun jadwal kerja
dengan cara meneliti hubungan antar
berdasarkan dosis paparan sesuai Nilai
variabel. Variabel-variabel ini diukur
Ambang Batas serta pemeriksaan
sehingga data yang terdiri dari angka-angka
kesehataan. (3) Pengendalian dengan Alat
dapat dianalisis berdasarkan prosedur-
Pelindung Diri pengendalian ini
prosedur statistic (Creswell, 2012).
merupakan upaya terakhir apabila secara
Berdasarkan pendekatannya, penelitian ini
teknis dan aministratif tidak dapat lagi
menggunakan pendekatan Cross sectional
mengurangi paparan kebisingan, terdapat
ialah penelitian untuk melihat hubungan
banyak Alat Pelindung Diri yang dapat
antara variabel terikat (kelelahan kerja)
mengurangi paparan kebisingan
terhadap variabel bebas (kebisingan).
contohnya earplug dan earmuff namun
keduanya juga bisa digunakan secara Populasi dari penelitian ini adalah

bersamaan jika kebisingan tersebut dirasa semua pekerja yang ada di PT. Pertamina

masih cukup terdengar. Namun Hulu Mahakam khususnya Area Peciko

pengendalian menggunakan APD ini Offshore yang berjumlah 40 orang.

memiliki sisi buruk terhadap karyawan Sedangkan sample yang di ambil

dalam melakukan aktifitas kerjanya sebanyak 32 orang yang terlibat langsung

khususnya saat melakukan pekerjaan yang dalam paparan kebisingan pada area

membutuhkan komunikasi yang baik. Peciko Offshore PT. Pertamina Hulu

Oleh karena itu diperlukan penelitian Mahakam.

mengenai pengaruh kebisingan terhadap Sumber data pada penelitian ini

tingkat kelelahan kerja karyawan berasal dari (1) Data Primer yaitu

PT.Pertamina Hulu Mahakam area Peciko diartikan sebagai pengamatan dan

Offshore untuk mentahui tingginya pencatatan dengan sistematik fenomena-

kebisingan, tingkat kelelahan serta fenomena yang diseidiki. Observasi atau

hubungan antar variabelnya. yang disebut pula pengamatan, meliputi

IDE-K3, Volume :1, Nomor : 1, 12


kegiatan pemuatan perhatian terhadap HASIL DAN PEMBAHASAN
suatu objek dengan menggunakan seluruh Berdasarkan hasil penelitian yang
alat indra (Arikunto,2006) Data diperoleh dilakukan peneliti di PT. Pertamina Hulu
dari hasil pengamatan secara langsung di Mahakam area Peciko Offshore diperoleh
lingkungan kerja dengan menggunakan data dari karakteristik responden yang
instrumentasi penelitian yang mana untuk berjumlah 32 orang adalah sebagai
variabel kebisingan diperoleh berikut. (1) Usia, pada frekuensi usia
menggunakan alat Sound Level Meter kurang dari 30 tahun sebanyak 20
(SLM) dan untuk variable kelelahan responden, dengan persentase 63%.
menggunakan Reaction Timer. (2) Data Sedangkan usia lebih dari 30 tahun
Sekunder yaitu data dari dokumen sebanyak 12 responden, dengan
perusahaan tentang gambaran umum presentase 37%, dengan jumlah frekuensi
perusahaan, jumlah tenaga kerja dan yang 32 dan presentase 100%. (2) Jenis
berhubungan dengan kebisingan. Kelamin, pada Jenis kelamin karyawan
Data yang sudah diperoleh terdiri dari laki-laki 32 orang persentase
kemudian dianalisis dengan 2 metode, (1) 100% dan perempuan sebanyak 0 orang
analisis Univariat yaitu untuk melihat persentase 0%. (3) Pendidikan, terdiri dari
gambaran, distribusi dan frekuensi 21 karyawan persentase 66% dengan
masing-masing variabel yang diteliti, pendidikan terakhir SMA, 1 Karyawan
berupa Kelelahan kerja dan kebisingan. dengan persentase 3 berpendidikan D3
(2) Analisis Bivariat yaitu untuk mencari dan 10 orang dengan persentase 31%
hubungan variabel kelelahan kerja dengan berpendidikan S1. (4) Masa Kerja, pada
variabel Kebisingan, analisis bivariat ini kategori masa kerja diperoleh 32 orang
menggunakan alat Uji statistik berupa atau 100% merupakan karyawan lama
SPSS dengan metode Spearman Rank atau berkerja lebih dari 3 tahun.
Correlation yang bertujuan untuk
Sementara itu pada hasil
mengetahui hubungan dan nilai signifikasi
pengukuran Kebisingan seperti yang
antar variable yang bersifat ordinal.
ditunjukan oleh tabel 1 diketahui bahwa
Pengukuran kebisingan yang melebihi
Nilai Ambang Batas berada pada 3

IDE-K3, Volume :1, Nomor : 1, 13


platform yaitu platform MWP-A, SWP-G Berdasarkan tabel 2 dibawah
dan SWP-J mempunyai tingkat menunjukan hasil dari 32 subjek
kebisingan di atas Nilai Ambang Batas penelitian yang berkerja di Platform
yaitu diatas 85 dB hal ini dikarenakan Peciko Offshore diperoleh hasil 0 (0%)
ketiga platform tersebut memproduksikan karyawan mengalami kelelahan normal, 7
minyak dan gas yang cukup besar (22%) karyawan mengalami Kelelahan
sehingga menimbulkan suara yang berasal Kerja Ringan (KKR), 17 (53%) karyawan
dari gesekan fluida dengan material mengalami Kelelahan Kerja Sedang
seperti pipa produksi, Choke dan Valve . (KKS) dan 8 (25%) karyawan mengalami
Sementara pada kelima platform lainnya Kelelahan Kerja Berat (KKB).
yaitu MWP-B, MWP-C, SWP-E, SWP-F Tabel 2 Pengukuran Tingkat Kelelahan
dan SWP-K masih memiliki tingkat Karyawan
kebisingan yang aman atau berada
dibawah Nilai Ambang Batas yaitu
dibawah 85 dB dikarenakan rendahnya
jumlah produksi Gas sehingga tidak
menimbulkan suara yang melebihi Nilai
Ambang Batas.

Berdasarkan tabel 3 dibawah


diketahui bahwa dari pengolahan data
Tabel 1 Hasil Pengukuran Kebisingan
dengan SPSS versi 22 dengan
menggunakan spearman rank correlation,
dengan kategori ordinal untuk kebisingan
dan ordinal untuk kelelahan kerja
diperoleh nilai Sig. (2-tailed) sebesar 0,00
atau nilai lebih kecil dari 0,05 sehingga
hasil uji menunjukkan ada hubungan yang
signifikan. Sedangkan nilai koefisien
korelasi diperoleh sebesar 0,627 yang
berarti tingkat kekuatan korelasi masuk

IDE-K3, Volume :1, Nomor : 1, 14


dalam kategori hubungan kuat, karena nada yang tinggi, karena dimungkinkan
berada diantara 0,50 – 0,75. adanya reaksi psikologis seperti stres,
Tabel 3 Uji Statistic Spearman Rank kelelahan kerja, hilang efisiensi dan
Correlation ketidak tenangan. Orang yang melakukan
pekerjaan disertai dengan adanya
gangguan dapat menjadikan pekerja
merasa tidak nyaman dalam
melakukan pekerjaanya.
Penelitian ini didukung oleh
penelitian terdahulu oleh Mayola
Laziardy (2017) pada 72 pekerja
sentra kerajinan logam bagian
produksi Cepogo Boyolali, diperoleh
Hasil penelitian menunjukan
56,9% pekerja sering mengalami
tingkat kebisingan berpengaruh terhadap
kelelahan. Berdasarkan hasil uji statistik
kelelahan pekerja dimana semakin tinggi
menggunakan uji Chi-square diperoleh
intensitas kebisingan maka akan semakin
bahwa p value 0,03 (<0,05) sehingga
tinggi pula tingkat kelelahan pekerja
menunjukan bahwa ada hubungan yang
tersebut. Dari hasil wawancara kepada
signifikan antara kebisingan dengan
karyawan yang mengalami kelelahan
kelelahan pada pekerja sentra industri
kerja mereka mengakui suara bising
logam Cepogo Boyolali. Terhadap daya
membuat mereka merasa susahnya
kerja, kebisingan dapat mengganggu
berkonsentrasi sehingga tubuh
konsentrasi yang menyebabkan terjadi
membutuhkan usaha lebih untuk
kesalahan ketika bekerja sehingga
mempertahankan konsentrasi dan
menurunkan prestasi kerja tenaga kerja,
kewaspadaan. Serta suara bising tersebut
selain itu kebisingan juga dapat
mengurangi tingkat kualitas istirahat
meningkatkan kelelahan (Suma’mur
mereka.
P.K.,1996)
Menurut Sutaryono (2002) setiap
tenaga kerja memiliki kepekaan sendiri- PENUTUP
sendiri terhadap kebisingan, terutama

IDE-K3, Volume :1, Nomor : 1, 15


Berdasarkan penelitian tersebut HIGEIA Journal of Public
Health
dapat disimpulkan bahwa kebisingan
Ridley, John. 2006. Ikhtisar
merupakan salah satu faktor yang dapat Kesehatan & Keselamatan Kerja
Edisi Ketiga. Jakarta: Erlangga.
menjadi penyebab terjadinya kelelahan
Suma’mur P.K., 1996. Keselamatan Kerja
kerja selain itu faktor-faktor penyebab dan Pencegahan Kecelakaan.
Jakarta: CV. GunungAgung.
kelelahan seperti beban kerja, cuaca,
Sutaryono. 2002. Hubungan antara
penerangan, keadaan kejiwaan dan tekanan panas, kebisingan dan
penerangan dengan kelelahan
penyakit juga harus di perhatikan agar
pada tenaga kerja di PT. Aneka
karyawan dapat berkerja dengan optimal. adho logam karya ceper klate.
Semarang.
Saran bagi perusahaan adalah
selain penerapan penggunaan Alat
pelindung diri yang sudah berjalan
dibutuhkan juga modifikasi area kerja
dengan membuat sekat-sekat khususnya
pada area istirahat agar karyawan tidak
terpapar kebisingan melebihi dosis sesuai
Nilai Ambang Batas, selain itu penerapan
sistem rotasi tempat kerja juga
dibutuhkan.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian:


Suatu pendekatan Praktik.
Jakarta: Rineka Cipta
Budiono, 2003 .Bunga Rampai Hiperkes
& Kesehatan Kerja. Badan
Penerbit Universitas
Diponegoro, Semarang.
Creswell, J. W. 2012. RESEARCH
DESIGN Pendekatan Kualitatif,
Kuantitatif, dan Mixed.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Mayola Laziardy, 2017. Kebisingan
Terhadap Kelelahan Kerja pada
Pekerja Logam Bagian Produksi.

IDE-K3, Volume :1, Nomor : 1, 16

Anda mungkin juga menyukai