PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
kecelakan kerja, dan timbulnya berbagai penyakit akibat kerja. Di samping itu
faktor lingkungan kerja yang tidak memenuhi syarat keselamatan dan kesehatan
kerja (K3), proses kerja tidak aman, dan sistim kerja yang modern dapat menjadi
waktu kerja yang berlebih ataupun beban kerja yang berlebih akan menimbulkan
dari bahasa Yunani, yaitu Ergo yang berarti kerja dan Nomos yang berarti
populer digunakan oleh beberapa negara Eropa Barat. Di Amerika istilah ini
lebih dikenal sebagai Human Factors Engineering atau Human Engineering.
dapat menjadi lebih produktif dan efisien. Penerapan ergonomi pada umumnya
Hal ini dapat meliputi perangkat keras (hadware) maupun perangkat lunak
jadwal pergantian shift kerja, rotasi pekerjaan, prosedur kerja dan lain-lain.
disorders(MSDs) dan salah satunya adalah pekerjaan tukang jahit. MSDs dapat
salah satu faktor yang dapat menyebabkan turunnya hasil produksi, hilangnya
survey Occupational Injures and Illnes(2000) BLS dilaporkan 257.900 jam kerja
Menjahit adalah salah satu pekerjaan manual, yang jika dilakukan secara terus-
menerus dengan waktu yang relatif lama maka akan menibulkan kelelahan atau
bisa disebut penyakit akibat kerja. Pekerjaan menjahit yang berulang-ulang dan
dalam waktu yang relatif lama dapat menyebabkan kelelahan secara fisiologis,
bekerja(Anita, dkk).
penyakit tidak menular. Pada tahun 1980, 69,49% kematian disebabkan penyakit
karena penyakit tak menular meningkat dari 25,41% menjadi 46,1% dan 48,53%
pada tahun 2000. Penyebab utama kematian berdasarkan survei tersebut adalah
penyakit sirkulasi (26,4%), infeksi (22,9%), pernafasan (12,7%), neoplasma
Organization (ILO) setiap tahun terjadi 1,1 juta kematian yang disebabkan oleh
penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan. Sekitar 300.000 kematian terjadi dari
250 juta kecelakaan dan sisanya adalah kematian karena penyakit akibat kerja
dimana diperkirakan terjadi 160 juta penyakit akibat hubungan pekerjaan baru
setiap tahunnya. Penyakit akibat pekerjaan tersebut yang paling banyak adalah
yang paling banyak terjadi dan diperkirakan 2 xv mencapai 60% dari semua
(Lusianawaty, 2009).
Setiap individu meluangkan banyak waktu untuk bekerja. Hal ini karena
bekerja merupakan salah satu kegiatan utama bagi setiap orang atau masyarakat
untuk mempertahankan hidup dan kehidupannya. Berada dalam rasa harga diri
manusia sebagai tenaga kerja merupakan unsur dominan dalam proses industry
digunakan tanpa adanya tenaga kerja yang didukung lingkungan yang baik, maka
program-program dalam perusahaan tidak berjalan secara optimal (Depkes RI,
2003: MI 2-3)
diperlukan agar tenaga kerja dapat terlindungi dari dampak negatif dalam
merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan kualitas Sumber Daya
korelasi terhadap produktivitas dan kesejahteraan tenaga kerja. Oleh karena itu
2004, di Indonesia setiap hari rata-rata terjadi 414 kecelakaan kerja, 27,8%
disebabkan kelelahan yang cukup tinggi, lebih kurang 9,5% atau 39 orang
mengalami cacat. Data kecelakaan dari sumber yang dikeluarkan oleh Dewan
terjadi 1.458 kasus kecelakaan dan salah satu penyebabnya adalah faktor
industri rumah tangga (home industry), industri garment skala kecil (small scale
industry) dan bahkan garment dengan investasi skala besar dengan ratusan
bahkan ribuan tenaga kerja. Industri garment telah memberikan kontribusi
menyerap jumlah tenaga kerja yang tidak sedikit, penyebaran industri yang
ketelitian cukup tinggi, tingkat pengulangan kerja tinggi pada satu jenis otot,
berinteraksi dengan benda tajam seperti jarum, gunting dan pisau potong, terjadi
paparan panas dari penyetrikaan, banyaknya debu-debu serat dan aroma khas
kain, terpapar kebisingan, getaran, panas dari mesin jahit dan lainnya (Amalia,
2007).
B. Rumusan Masalah
tukang jahit
tukang jahit
jahit tersebut?
C. Tujuan Masalah
tukang jahit.
TINJAUAN PUSTAKA
Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan ilmu dan seni dalam pengelolaan
hazzard (bahaya) dan risiko agar tercipta kondisi tempat kerja yang aman dan sehat.
perlindungan bagi para pekerja dari bahaya penyakit dan kecelakaan yang dapat
Kerja (K3) sebagai suatu program pendekatan ilmiah dalam upaya mencegah dan
memperkecil terjadinya bahaya (hazard) dan risiko (risk) terjadinya penyakit dan
bahwa K3 merupakan suatu pendekatan ilmiah dan praktis dalam mengatasi yang
mungkin terjadi. Dengan kata lain hakekat K3 adalah tidak berbeda dengan
yang jelas dan sanksi yang tegas, perlindungan K3 dapat ditegakkan untuk itu
secara universal sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi baik
yang dikeluarkan oleh organisasi dunia seperti ILO, WHO maupun tingkat regional
(Hanggraeni,2012).
dan gangguan kesehatan disebabkan berbagai factor antara lain lingkungan kerja
akibat postur kerja yang salah dan penyakit akibat kerja serta menurunkan beban
kerja fisik dan mental, oleh karena itu perlu dipelajari tentang bagaimana suatu
postur kerja dikatakan efektif dan efisien, tentu saja untuk mendapatkan postur kerja
dibidang keilmuan ergonomi itu sendiri dengan tujuan agar kita dapat menganalisis
dan mengevaluasi postur kerja yang salah dan kemudian mampu memberikan postur
kerja usulan yang lebih baik sebab masalah postur kerja sangatlah penting untuk
postur kerja yang salah serta dilakukan dalam jangka waktu yang lama dapat
merancang suatu sistem kerja sehingga orang dapat hidup dan bekerja pada sistem
itu dengan baik, yaitu mencapai tujuan yang diinginkan melalui pekerjaan itu
dengan efektif, aman, dan nyaman. Untuk mencapai hasil yang optimal, perlu
adalah postur dan sikap tubuh pada saat melakukan aktivitas tersebut. Hal tersebut
sangat penting untuk diperhatikan karena hasil produksi sangat dipengaruhi oleh apa
yang dilakukan pekerja. Bila postur kerja yang digunakan pekerja salah atau tidak
ergonomis, pekerja akan cepat lelah sehingga konsentrasi dan tingkat ketelitiannya
menurun. Pekerja menjadi lambat, akibatnya kualitas dan kuantitas hasil produksi
Santosa, 2004). Menurut Mira (2009) ada beberapa aspek dalam penerapan
ergonomi yang perlu diperhatikan, antara lain : 1. Faktor manusia Penataan dalam
sentralnya. Pada bidang rancang bangun dikenal istilah Human Centered Design
(HCD) atau perancangan berpusat pada manusia. Perancangan dengan prinsip HCD,
produknya. Sebagai titik sentral maka unsur keterbatasan manusia haruslah menjadi
patokan dalam penataan suatu produk yang ergonomis. Ada beberapa faktor
pembatas yang tidak boleh dilampaui agar dapat bekerja dengan aman, nyaman dan
sehat, yaitu : faktor dari dalam (internal factors) dan faktor dari luar (external
factor). Tergolong dalam faktor dari dalam (internal factors) ini adalah yang berasal
dari dalam diri manusia seperti : umur, jenis kelamin, kekuatan otot, bentuk dan
ukuran tubuh, dll. Sedangkan faktor dari luar (external factor) yang dapat
mempengaruhi kerja atau berasal dari luar manusia, seperti : penyakit, gizi,
lingkungan kerja, sosial ekonomi dan adat istiadat, dll. 2. Faktor Anthropometri
seluk beluk baik dimensional ukuran dan bentuk tubuh manusia. Antropometri yang
sarana kerja yang sesuai dengan ukuran tubuh penggunanya. Ukuran alat kerja
menentukan sikap, gerak dan posisi tenaga kerja, dengan demikian penerapan
antropometri mutlak diperlukan guna menjamin adanya sistem kerja yang baik.
Ukuran alat-alat kerja erat kaitannya dengan tubuh penggunanya. Jika alat-alat
tersebut tidak sesuai, maka tenaga kerja akan merasa tidak nyaman dan akan lebih
lamban dalam bekerja yang dapat menimbulkan kelelahan kerja atau gejala penyakit
otot yang lain akibat melakukan pekerjaan dengan cara yang tidak alamiah. 3.
Faktor Sikap Tubuh dalam Bekerja Hubungan tenaga kerja dalam sikap dan
produktivitas kerja, selain SOP (Standard Operating Procedures) yang terdapat pada
setiap jenis pekerjaan. Semua sikap tubuh yang tidak alamiah dalam bekerja,
memiliki ukuran tubuh yang lebih tinggi atau sikap duduk yang terlalu tinggi sedikit
banyak akan berpengaruh terhadap hasil kerjanya. 4. Faktor Manusia dan Mesin
hubungan timbal balik antara manusia sebagai pelaku dan mesin sebagai sarana
kerjanya. Dalam proses produksi, hubungan ini menjadi sangat erat sehingga
mesin haruslah merupakan suatu hubungan yang selaras, serasi dan sesuai. 5. Faktor
waktu istirahat, kerja lembur dan lainnya yang dapat menentukan tingkat kesehatan
dan efisiensi tenaga kerja. Diperlukan pola pengaturan waktu xxii kerja dan waktu
istirahat yang baik, terut kerja dan waktu istirahat yang baik, terutama untuk kerja
fisik yang berat. Jam kerja selama 8 (delapan) jam/hari diusahakan sedapat mungkin
tidak terlampaui, apabila tidak dapat dihindarkan, perlu diusahakan group kerja baru
atau perbanyakkan kerja shift. Untuk pekerjaan lembur sebaiknya ditiadakan, karena
kerja yang manusiawi merupakan faktor pendorong bagi kegairahan dan efisiensi
kerja. Sedangkan lingkungan kerja yang buruk (melampaui nilai ambang batas yang
hanya akan menurunkan produktivitas kerja tetapi juga akan menyebabkan penyakit
akibat kerja, kecelakaan kerja, pencemaran lingkungan sehingga tenaga kerja dalam
melaksanakan pekerjaannya tidak mendapat rasa aman, nyaman, sehat dan selamat.
keselamatan dan efisiensi serta produktivitas kerja, yaitu faktor fisik seperti :
pengaruh bahan kimia, gas, uap, debu, faktor fisiologis : seperti sikap dan cara
kerja, penentuan jam kerja dan istirahat, kerja gilir, kerja lembur, faktor psikologis
seperti : suasana tempat kerja, hubungan antar pekerja dan faktor biologis, seperti :
PEMBAHASAN
tukang jahit.
kunjungi itu suhunya panas, dikarenakan kurangnya kipas angin tau pendingin
sehingga dapa mempengaruhi juga kondisi fisik ruangan kerja tersebut seperti
debu atau serbuk kain yang beterbangan yang bias menyebabkan sakit dada atau
jahit.
Berdasarkan hasil observasi kami, postur kerja ditempat yang kami kunjungi
itu masih ada beberapa yang menerapkan posisi kerja yang tidak ergonomis
masih ada pekerja yang duduk. Menurut Gempur Santosa (2004) “kondisi tubuh
menjadi kurang optimal, tidak efesien, kualitas rendah, dan seseorang dapat
back pain), gangguan otot rangka (skeletal muscel), dan penurunan daya dengar
yang tidak bisa dihindari. Walau tenaga kerja tersebut belum sampai sakit parah
(celaka) dan masih dapat masuk kerja, suatu pertimbangan yang tepat, cerdas dan
agar terjadi keserasian yang baik antara kemampuan dan batasan manusia dengan
mesin dan lingkungannya. Terlihat bahwa postur kerja sangatlah erat kaitannya
pencegahan cedera akibat postur kerja yang salah dan penyakit akibat kerja serta
menurunkan beban kerja fisik dan mental, oleh karena itu perlu dipelajari tentang
bagaimana suatu postur kerja dikatakan efektif dan efisien, tentu saja untuk
tujuan agar kita dapat menganalisis dan mengevaluasi postur kerja yang salah
dan kemudian mampu memberikan postur kerja usulan yang lebih baik sebab
berhubungan ke proses operasi itu sendiri, dengan postur kerja yang salah serta
dilakukan dalam jangka waktu yang lama dapat mengakibatkan operator akan
tukang jahit.
Bantalan tempat duduk terlalu besar sehingga bagian depan terlalu kedepan
punggung tidak dapat bersandar, Kursi yang terlalu dan tidak dilengkapi dengan
sandaran pinggang tidak dapat dimanfaatkan oleh karena mereka harus duduk
maju ke depan agar dapat melakukan pekerjaannya, Ruang antara alas duduk dan
tepi bawah meja terlalu sempit sehingga menyebabkan paha pekerja tertekan,
Sandaran pinggang yang terlalu tinggi dapat menyebabkan gerakan bahu dan
tangan terbatas dan posisi kerja yang tidak nyaman. Untuk mendesain peralatan
dampak negatif pada manusia tersebut. Dampak negatif bagi manusia tersebut
akan terjadi baik dalam waktu jangka pendek maupun jangka panjang. Bekerja
pada kondisi yang tidak ergonomis dapat menimbulkan berbagai masalah antara
Perancangan tempat kerja untuk pekerjaan duduk lebih sulit, karena dalam
perancangan ini selain harus memperhitungkan tinggi bangku (meja) kerja juga
interaksinya dengan tinggi tempat duduk. Misalnya jika kita merancang dengan
kriteria agar permukaan tempat kerja tetap dibawah siku, maka sering kali
rancangan tersebut tidak nyaman pada ruang untuk lutut. Untuk menjamin
paling sering dialami oleh para penjahit adalah sakit atau kaku pada pada leher
bawah, punggung, dan pinggang. Hal ini dapat disebabkan oleh sikap kerja yang
tidak alamiah yakni posisi duduk yang statis dan dalam waktu cukup yang lama
lana waktu bekerja atau semakin lama seseorang terpajan faktor risiko MSDs ini
maka semakin besar pula risiko untuk mengalami MSDs. Merupakan faktor
risiko dari suatu pekerja yang terkait dengan lama bekerja. Dapat berupa masa
kerja dalam suatu perusahaan dan masa kerja dalam suatu profesi tertentu. Masa
kerja merupakan faktor risiko yang sangat mempengaruhi seorang pekerja untuk
pekerjaan yang menggunakan kekuatan kerja yang tinggi.. Gangguan pada sistem
muskuloskeletal ini hampir tidak pernah terjadi secara langsung, tetapi lebih
merupakan suatu akumulasi dari benturan- benturan kecil maupun besar yang
terjadi secara terus-menerus dan dalam waktu yang relatif lama. Hal ini bisa
terjadi dalam hitungan hari, bulan, atau tahun, tergantung dari berat ringannya
trauma, sehingga akan terbentuk cidera yang cukup besar yang diekspresikan
sebagai rasa sakit atau kesemutan, nyeri tekan, pembengkakan dan gerakan yang
terhambat atau kelemahan pada jaringan anggota tubuh yang terkena trauma.
penyebabnya.
E. Alur proses kerja terhadap pekerja tukang jahit.
a. Bahan baku
Bahan baku yang di gunakan tergantung model baju atau celana yang akan di
jahit. Bahan baku sudah tersedia di Gaya baru Tailor ataupun pemesan bisa
membawanya sendiri tergantung keinginan pemesan.
b. Pengukuran badan
Dimulai dari mengukur lingkar dada atau badan, mengukur lebar bahu,
mengukur tinggi dada, mengukur lebar dada, mengukur, panjang dan lebar
punggung, mengukur lingkar pinggang dan tinggi panggul untuk pembuatan baju
sedangkan untuk pembuatan celana dimulai dari mengukur lingkar pinggang,
lingkar paha, lingkar betis lingkar pergelangan kaki kemudian panjang kaki.
c. Membuat pola
Setiap potongan pakaian ada polanya tertentu. Untuk membuat pola sendiri di
butuhkan pengetahuan khusus. Bagi yang tidak dapat membuat polanya sendiri,
beberapa majalah menyediakan pola untuk beberapa halaman modenya.
d. Pemotongan bahan
Kain tadi dipotong sesuai pola. Memotong kainpun tidak sembarangan, pola
diusahakan di atur sedemikian rupa sehingga kain terpakai secara optimal dan tidak
banyak yang terbuang. Hal ini akan sangat terasa jika membuat pakaian dalam
jumlah yang banyak.
e. Proses penjahitan
Kain yang telah dipotong sesuai pola tadi kemudian disambung-sambungkan
sehingga membentuk pakaian yang diinginkan. Dalam proses ini diterapkan
berbagai teknik menjahit misalnya bagaimana memasang saku dll.
f. Finishing
Mungkin ada pakaian-pakaian yang masih perlu di olah lagi setelah dijahit.
Misalnya dipasang kancingnya atau ditambahkan sulaman atau dekorasi lainya.
F. Redesign yang ergonomis terhadap pekerja tukang jahit.
untuk mendapatkan sikap tubuh yang ergonomis dalam bekerja. Sikap ergonomi
ini diharapkan efesiensi kerja dan mengurangi keluhan otot-otot skeletal. Tempat
duduk harus dibuat sedemikian rupa sehingga memberikan relaksasi pada otot-
otot yang sedang dipakai untuk bekerja dan tidak menimbulkan penekanan pada
bagian tubuh yang dapat mengganggu sirkulasi darah dan sensibilitas bagian-
bagian tersebut. Dalam mendesain kursi kerja yang ergonomis harus memenuhi
kriteria-kriteria atau aturan baku tentang tempat duduk dan meja kerja dengan
mantap dan memberikan relaksasi otot-otot yang tidak dipakai untuk bekerja dan
Tinggi Tempat Duduk Dari lantai sampai dengan permukaan atas bagian
depan alas duduk. Tinggi tempat duduk harus lebih pendek dari panjang tekuk
duduk sampai dengan permukaan alas duduk. Panjang alas duduk harus lebih
Sandaran punggung Diukur panjang dan lebar. Bagian atas dari sandaran
punggung tidak melebihi tepi bawah ujung tulang belikat dan bagian
Sandaran Tangan Diukur panjang, lebar dan tinggi. Jarak tepi dalam dua
sandaran tangan lebih besar dari lebar pinggul dan tidak melebihi lebar bahu.
Tinggi sandaran tangan adalah setinggi siku. Panjang sandaran tangan adalah
sepanjang lengan bawah. f) Sudut Alas Duduk Sudut alas duduk harus
tersebut.
ini dapat disampaikan kepada pihak tukang jahit/konveksi dan kepada pihak
penyuluhan maupun poster bergambar kepada penjahit, baik yang dilakukan oleh
perusahaan atau pimpinan serta karyawan yang perduli terhadap kesehatan kerja.
Bagi Penjahit : Selama bekerja dengan posisi duduk sebaiknya posisi tubuh
tegak, punggung tertopang pada sandaran kursi, kepala tidak menunduk, bahu
santai, tangan sejajar lengan bawah, kaki terletak pada bantalan dan melakukan
peregangan otot setelah 30-60 menit bekerja untuk mengurangi nyeri pinggang,
PENUTUP
A. Simpulan
bahwa masih ada pegawai yang belum ergomis daam posisi kerjanya
contohnya lingkungan kerja di tempat yang kami kunjungi itu suhunya panas,
mempengaruhi juga kondisi fisik ruangan kerja tersebut seperti debu atau
serbuk kain yang beterbangan yang bias menyebabkan sakit dada atau batuk
depan terlalu kedepan sehingga pekerja akan memajukan posisi duduknya dan
menyebabkan bagian punggung tidak dapat bersandar, Kursi yang terlalu dan
pekerjaannya, Ruang antara alas duduk dan tepi bawah meja terlalu sempit
terlalu tinggi dapat menyebabkan gerakan bahu dan tangan terbatas dan posisi
kerja yang tidak nyaman dan masih ada beberapa yang menerapkan posisi
menyetrika bahkan menggunting pun masih ada pekerja yang duduk dan juga
pinggang.
B. Saran
Penyakit Akibat Kerja (PAK) yang paling banyak terjadi pada usaha
aktivitas dalam usaha ini mengandung faktor risiko MSDs yaitu postur
sebaiknya pekerja tidak terlalu memaksakan dalam bekerja. Jika tubuh sudah