MASALAH GIZI
NAMA : HARDIANTY
KELAS : M.Kes 4
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2017
ANALISIS 9 KABUPATEN/ KOTA TIDAK MEMILIKI
MASALAH GIZI
Secara umum masalah gizi di Indonesia, terutama KEP, masih lebih tinggi
daripada Negara ASEAN lainnya. Pada tahun 1995 35,4% anak balita di Indonesia
menderita KEP (persen median berat menurut umur < 80%). Pada tahun 1997
berdasarkan pemantauan status Gizi (PSG) yang dilakukan oleh Direktorat Bina Gizi
Masyarakat, prevalensi KEP ini turun menjadi 23,1%. Keadaan ini tidak dapat
bertahan yaitu pada saat Indonesia mengalami krisis moneter yang berakibat pada
krisis ekonomi yang berkepanjangan. Pada tahun 1998, prevalensi KEP meningkat
kembali menjadi 39,8%. Demikian pula masalah KVA yang diperkirakan akan
meningkat karena masa krisis ekonomi yang berkepanjangan.
Dari 496 kabupaten/kota yang dianalisis oleh tim Pemantauan Status Gizi
(PSG) 2015, ditemukan 404 kabupaten yang masalah gizinya akut kronis. Sedangkan,
masalah gizi akut ada di 63 kabupaten, 20 kronis, dan hanya 9 kabupaten yang tidak
memiliki masalah gizi. 9 kabupaten/kota yang tidak memiliki masalah gizi yaitu
1. Kabupatan Ogan Komering Ulu Timur
2. Kota Pagar Alam
3. Kabupaten Mukomuko
4. Kota Belitung timur
5. Kota Bengkulu
6. Kota Semarang
7. Kabupaten Tabanan
8. Kota Depok
9. Kabupetan Tomohon
Kategori masalah gizi masyarakat yang tergolong tak ada masalah gizi sesuai
standar WHO yaitu prevalensi pendek kurang dari 20 persen (20 %) dan prevalensi
kurus kurang dari 5 persen (5 %).
Dalam penanganan masalah gizi salah satu upaya yang dilakukan pemda di kota
Depok yaitu kota depok memiliki program “ One Day No Rice “ (ODNR) atau sehari
tanpa mengonsumsi nasi tingkat ketergantungan pada nasi/beras atau terigu sebagai
makanan pokok masyarakat bisa dikurangi. Masyarakat diharapkan bisa mengurangi
konsumsi nasi dari beras atau terigu dan menggantinya ke pola makan yang beragam,
bergizi, seimbang dan tentunya aman (B2SA).