Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan teknologi saat ini begitu pesat, sehingga peralatan


sudah menjadi kebutuhan pokok pada lapangan pekerjaan. Artinya peralatan
dan teknologi merupakan salah satu penunjang yang penting dalam upaya
meningkatkan produktivitas untuk berbagai jenis pekerjaan. Disamping
itu,akan terjadi dampak negatifnya bila kita kurang waspada menghadapi
bahaya potensial yang mungkin akan timbul. Hal ini tentunya dapat di cegah
dengan adanya antisipasi berbagai resiko. Antisipasi ini harus dilakukan oleh
semua pihak dengan cara penyesuaian antara pekerja, proses kerja dan
lingkungan kerja. Pendekatan ini dikenal sebagai pendekatan ergonomic.

Dalam dunia kerja terdapat Undang-Undang yang mengatur tentang


ketenagakerjaan yaitu Undang-Undang No. 14 tahun 1969 tentang ketentuan-
ketentuan pokok tenaga kerja merupakan subyek dan obyek pembangunan.
Ergonomic yang bersasaran akhir efisiensi dan keserasian kerja memiliki arti
penting bagi tenaga kerja, baik sebagai subyek maupun obyek. Akan tetapi
sering kali suatu tempat kerja mengesampingkan aspek ergonomi bagi para
pekerjanya, hal ini tentunya sangat merugikan para pekerja itu sendiri.

Ergonomi yaitu ilmu yang mempelajari perilaku manusia dalam


kaitannya dengan pekerjaan mereka. Sasaran penelitian ergonomi ialah
manusia pada saat bekerja dalam lingkungan. Secara singkat dapat dikatakan
bahwa ergonomi ialah penyesuaian tugas pekerjaan dengan kondisi tubuh
manusia ialah untuk menurunkan stress yang akan dihadapi.

Upayanya antara lain berupa menyesuaikan ukuran tempat kerja


dengan dimensi tubuh agar tidak melelahkan, pengaturan suhu, cahaya dan
kelembaban bertujuan agar sesuai dengan kebutuhan tubuh manusia. Ada
beberapa definisi menyatakan bahwa ergonomi ditujukan untuk “fitting the
job to the worker”, sementara itu ILO antara lain menyatakan, sebagai ilmu
terapan biologi manusia dan hubungannya dengan ilmu teknik bagi pekerja
dan lingkungan kerjanya, agar mendapatkan kepuasan kerja yang maksimal
selain meningkatkan produktivitasnya”. Ruang lingkup ergonomi sangat luas
aspeknya.

B. Rumusan Masalah

1. Apakah yang dimaksud dengan ergonomi ditempat kerja?

2. Apakah tujuan penerapan ergonomi di tempat kerja?

3. Bagaimana penerapan ergonomic ditempat kerja?

4. Apa saja masalah/bahaya yang ditimbulkan di tempat kerja akibat tidak


ergonomi?

5. Kapan waktu bekerja dan istirahat yang baik bagi pekerja?

C. Tujuan Masalah

1. Untuk mengetahui definisi dari ergonomi ditempat kerja

2. Untuk mengetahui tujuan penerapam ergonomi ditempat kerja

3. Untuk mengetahui penerapan ergonomic ditempat kerja

4. Untuk mengetahui masalah/bahaya yang ditimbulkan di tempat kerja akibat


tidak ergonomis

5. Untuk mengetahui kapan waktu bekerja dan istirahat yang baik bagi
pekerja.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Ergonomi ditempat Kerja


Dalam ilmu ergonomi dikenal jargon Fitting the Task to the Person
and Fitting The Person To The Task. Maksudnya adalah penyesuaian
pekerjanya dan penyesuaian pekerja dengan pekerjaannya. Yaitu sebuah
system kerja yang mengatur sedemikian rupa agar pekerja merasa aman dan
nyaman dalam bekerja.
 Hal-hal yang dipelajari dalam ilmu ergonomi yaitu :
a. Lingkungan kerja meliputi kebersihan, tata letak, suhu,
pencahayaan, sirkulasi udara , desain peralatan dan lainnya.
b. Persyaratan fisik dan psikologis (mental) pekerja untuk melakukan
sebuah pekerjaan: pendidikan,postur badan, pengalaman kerja, umur
dan lainnya
c. Bahan-bahan/peralatan kerja yang berisiko menimbulkan kecelakaan
kerja: pisau, palu, barang pecah belah, zat kimia dan lainnya
d. Interaksi antara pekerja dengan peralatan kerja: kenyamanan kerja,
kesehatan dan keselamatan kerja, kesesuaian ukuran alat kerja
dengan pekerja, standar operasional prosedur dan lainnya.

 Manfaat penerapan prinsip ergonomi di tempat kerja yaitu :


a. Mengerti tentang pengaruh dari suatu jenis pekerjaan pada diri
pekerja dan kinerja pekerja
b. Memprediksi potensi pengaruh pekerjaan pada tubuh pekerja
c. Mengevaluasi kesesuaian tempat kerja, peralatan kerja dengan
pekerja saat bekerja
d. Meningkatkan produktivitas dan upaya untuk menciptakan
kesesuaian antara kemampuan pekerja dan persyaratan kerja.
e. Membangun pengetahuan dasar guna mendorong pekerja untuk
meningkatkan produktivitas.
f. Mencegah dan mengurangi resiko timbulnya penyakit akibat kerja
g. Meningkatkan faktor keselamatan kerja
h. Meningkatkan keuntungan, pendapatan, kesehatan dan kesejahteraan
untuk individu dan institus

 Keuntungan melakukan penilaian ergonomi di tempat kerja yaitu :


a. Mengurangi potensi timbulnya kecelakaan kerja
b. Mengurangi potensi gangguan kesehatan pada pekerja
c. Meningkatkan produktivitas dan penampilan kerja

 Kelompok/bagian menurut pulat (1992) mengenai permasalahan bidang


kajian ergonomi yaitu :
a. Antropometri
b. Kognitif
c. Musculoskeletal
d. Kardiovaskular
e. Psikomotor

 Beberapa aspek yang mempengaruhi ergonomi dalam kelangsungan


hidup manusia adalah
a. Antropometri
Antropometri merupakan bagian dari ergonomi yang secara
khusus mempelajari ukuran tubuh yang meliputi dimensi linear, serta,
isi dan juga meliputi daerah ukuran, kekuatan, kecepatan dan aspek
lain dari gerakan tubuh. Antropometri dapat dibagi menjadi :
 Antropometri Dinamis
Antropometri dinamis adalah ukuran tubuh atau karakteristik
tubuh dalam keadaan bergerak, atau memperhatikan gerakan-gerakan
yang mungkin terjadi saat pekerja tersebut melaksanakan kegiatan.
Contoh : putaran sudut tangan, sudut putaran pergelangan kaki.
 Antropometri Statis
Antropometri statis merupakan ukuran tubuh dan karakteristik
tubuh dalam keadaan diam (statis) untuk posisi yang telah ditentukan
atau standar. Contoh : tinggi badan, lebar bahu
b. Lingkungan kerja
Lingkungan kerja yang tidak kondusif untuk bekerja
mempengaruhi pelaksanaan pekerjaan seseorang yang sedang di
laksanakan. Aspek lingkungan kerja sangat mempengaruhi prestasi
pekerjaan para pekerja. Lingkungan kerja meliputi :
· Kondisi kerja
· Waktu kerja
· Lingkungan sosial
c. Sikap kerja
Sikap kerja yang bertentangan dengan sikap alamai tubuh
manusia akan bebrdampak buruk bagi kesehatan setiap pekerja, karena
akan menimbulkan kelelahan dan cidera otot-otot. Dalam sikap yang
tidak alamiah banyak terjadi gerakan otot-otot yang tidak semestinya,
hal tersebut yang mengakibatkan cidera pada otot.
d. Interaksi manusia dengan peralatan kerja (mesin)
Interaksi manusia dengan mesin adalah keserasian manusia
dengan mesin atau peralatan kerja yang digunakan. Ketidak serasian
antara pekerja dengan mesin atau peralatan kerja yang digunakannya
akan berdapak pada kesehatan tubuh sipekerja itu sendiri.
e. Kondisi kerja
Lingkungan kerja fisik mencakup segala hal dari fasilitas
parkir di luar gedung perusahaan, lokasi dan rancangan gedung sampai
jumlah cahaya dan suara yang menimpa meja kerja atau ruang kerja
seorang tenaga kerja.
f. Waktu kerja
Lama jam kerja per hari atau per minggu penting untuk dikaji
untuk mencegah adanya kelelahan berlebihan. Kerja dikatakan efisien
apabila waktu penyelesaian berlangsung singkat. Untuk menghitung
waktu (standar time) penyelesaian pekerjaan maka perlu diterapkan
prinsip-prinsip dan teknik pengukuruan kerja. Pengukuran kerja adalah
suatu metode penetapan keseimbangan antara kegiatan manusia
dikontribusikan dengan unit output yang dihasilkan. Waktu baku
diperlukan terutama untuk perencanaan kebutuhan tertentu tenaga
kerja (man power planning), estimasi biaya untuk upah karyawan,
penjadwalan produksi dan penganggaran, perencanaan sistem,
pemberian bonus (insentif) bagi karyawan yang berprestasi, indikasi
keluaran yang mampu dihasilkan oleh seorang pekerja.
g. Social
Termasuk di dalamnya bagaimana pekerja diorganisir dalam
melaksanakan tugas-tugasnya, interaksi sosial sesama pekerja,
khususnya menghadapi teknologi baru. Di samping itu pekerjaan yang
dilaksanakan bila tidak sesuai dengan kemampuan dan kapasitasnya
akan menimbulkan stress psikologis dan problema kesehatan.
Karenanya kondisi sosial ini banyak seharusnya dimanfaatkan oleh
pimpinan tempat kerja untuk membina dan membangkitkan motivasi
kerja, seperti sistem penghargaan bagi yang berhasil dan hukuman
bagi yang salah dan lalai bekerja.
Fungsi Anthropometri dalam kaitannya dengan penerapan
prinsip Ergonomi di tempat kerja yaitu Antropometri merupakan
kumpulan data numerik yang berhubungan dengan karakteristik fisik
tubuh manusia (ukuran, volume, dan berat) serta penerapan dari data
tersebut untuk perancangan fasilitas atau produk. Data antropometri
diperlukan untuk perancangan sistem kerja yang baik. Lingkungan
fisik juga dapat mempengaruhi para pekerja baik secara langsung
maupun tidak langsung. Lingkungan fisik adalah semua keadaan yang
terdapat di sekitar tempat kerja.
Yang dimaksud dengan Human eror adalah batas ketelitian
yang tidak dapat diatasi oleh standar kemampuan manusia, misalnya
kecelakaan kerja yang disebabkan oleh factor pekerja(manusia) karna
kesalahan atau kelalaian pekerja itu sendiri. Semua itu tidak bias
diatasi oleh standar kemampuan manusia.
Alasan mengapa banyak perusahaan yang tidak menjalakan
prinsip-prinsip dalam ergonomi yaitu :
 Kurangnya pengetahuan pemimpin perusahaan tentang pentingnya
ergonomi dalam linggkungan kerja
 Kurangnya kepedulian pemimpin perusahaan dengan kesehatan
para pekerjanya
 Kurangnya pengetahuan para pekerja tentang pentingnya
penerapan prinsip dalam ergonomi di lngkungan kerja untuk
keamanan, kenyamanan dan kesehatannya
 Biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk penerapan prinsip
ergonomi di lingkungan kerja yang mahal
 Tidak adanya ketegasan dari pemerintah tentang sanksi yang
diberikan kepada perusahaan yang tidak menjalankan prinsip-
prinsip dalam ergonomi pada lingkungan kerjanya.
B. Tujuan Penerapan Ergonomi ditempat Kerja.

Pelaksanaan dan penerapan ergonomi di tempat kerja di mulai dari


yang sederhana dan pada tingkat individual terlebih dahulu. Rancangan
ergonomi akan dapat meningkatkan efisiensi, efektivitas dan produktivitas
kerja, serta dapat menciptakan system serta lingkungan yang cocok, aman,
nyaman dan sehat.

Adapun tujuan penerapan ergonomi adalah sebagai berikut :

1. Meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental dengan meniadakan beban


kerja tambahan(fisik dan mental), mencegah penyakit akibat kerja, dan
meningkatkan kepuasan kerja

2. Meningkatkan kesejahteraan social dengan jalan meningkatkan kualitas


kontak sesama pekerja, pengorganisasian yang lebih baik dan
menghidupkan system kebersamaan dalam tempat kerja.

3. Berkontribusi di dalam keseimbangan rasional antara aspek-aspek teknik,


ekonomi, antropologi dan budaya dari sistem manusia-mesin untuk tujuan
meningkatkan efisiensi sistem manusia-mesin.

C. Penerapan Aplikasi Ergonomi ditempat Kerja


Terdapat beberapa aplikasi / penerapan dalam pelaksanaan ilmu ergonomi.
Aplikasi / penerapan tersebut antara lain:
1. Sikap Kerja
Sikap kerja diartikan sebagai kecenderungan pikiran dan perasaan
puas atau tidak puas terhadap pekerjaannya. Kemudian pada saat
bekerja perlu diperhatikan postur tubuh dalam keadaan seimbang agar
dapat bekerja dengan nyaman dan tahan lama. Berdasarkan beberapa
definisi di atas dapat dikatakan sikap kerja adalah proses kerja yang
sesuai ditentukan oleh anatomi tubuh dan ukuran peralatan yang
digunakan pada saat bekerja.
Sikap tubuh dalam bekerja berhubungan dengan tempat duduk, meja
kerja dan luas pandangan. Untuk merencanakan tempat kerja dan
perlengkapannya diperlukan ukuran-ukuran tubuh yang menjamin
sikap tubuh paling alamiah dan memungkinkan dilakukannya gerakan-
gerakan yang dibutuhkan. Dikenal dua sikap kerja, yaitu sikap duduk
dan sikap berdiri.

2. Sikap Duduk

Pekerjaan sejauh mungkin harus dilakukan sambil duduk karena sikap


kerja duduk merupakan sikap kerja dimana kaki tidak terbebani dengan
berat tubuh dan posisi stabil selama bekerja. Duduk memerlukan lebih
sedikit energi daripada berdiri karena hal itu dapat mengurangi
banyaknya beban otot statis pada kaki. Kegiatan bekerja sambil duduk
harus dilakukan secara ergonomi sehingga dapat memberikan
kenyamanan dalam bekerja.

Sikap duduk yang paling baik yaitu tanpa pengaruh buruk terhadap
sikap badan dan tulang belakang adalah sikap duduk dengan sedikit
lordosa (sikap tulang punggung ke depan) pada pinggang dan sedikit
mungkin kifosa (sikap duduk ke belakang) pada punggung. Sikap
demikian dapat dicapai dengan kursi dan sandaran punggung yang tepat.
Dengan begitu otot punggung terasa enak.

Sikap duduk yang benar yaitu sebaiknya duduk dengan punggung


lurus dan bahu berada dibelakang serta bokong menyentuh belakang
kursi. Caranya, duduk diujung kursi dan bungkukkan badan seolah
terbentuk huruf C. Setelah itu tegakkan badan buatlah lengkungan tubuh
sebisa mungkin. Tahan untuk beberapa detik kemudian lepaskan posisi
tersebut secara ringan (sekitar 10 derajat). Posisi duduk seperti inilah
yang terbaik. Duduklah dengan lutut tetap setinggi atau sedikit lebih
tinggi panggul (gunakan penyangga kaki) dan sebaiknya kedua tungkai
tidak saling menyilang. Jaga agar kedua kaki tidak menggantung dan
hindari duduk dengan posisi yang sama lebih dari 20-30 menit. Selama
duduk, istirahatkan siku dan lengan pada kursi, jaga bahu tetap rileks.3,6

Gambar 1. Sikap Duduk

Keuntungan kerja sambil duduk adalah ;

(1) Kurangnya kelelahan

(2) Berkurangnya pemakaian energi, dan

(3) Berkurangnya sikap keperluan sirkulasi darah.


Namun begitu terdapat pula kerugian-kerugian sebagai akibat kerja
sambil duduk antara lain :

(1) Melembekkan otot-otot perut

(2) Melengkungkan punggung dan

(3)Tidak baik bagi alat tubuh bagian dalam, khususnya peralatan


pencernaan, jika posisi dilakukan secara membungkuk.

Sikap duduk yang keliru merupakan penyebab adanya masalah – masalah


punggung. Hal ini dapat terjadi karena tekanan pada bagian tulang belakang
akan meningkat pada saat duduk dibandingkan dengan saat berdiri ataupun
berbaring. Jika diasumsikan tekanan tersebut sekitar 100% ; maka cara duduk
yang tegang atau kaku (erect posture) dapat menyebabkan tekanan tersebut
mencapai 140% dan cara duduk yang dilakukan dengan membungkuk ke depan
menyebabkan tekanan tersebut sampai 190%.

Keterbatasan gerak akan akan membiasakan bekerja dengan sikap tubuh


yang salah. Postural/sikap posisi pekerjaan secara salah dan dilakukan menahun
akan menyebabkan keluhan yang dikenal sengan Low back pain (LBP) yaitu
otot-otot pingang menjadi lelah (fatique) menimbulkan ketidakstabilan dari
tulang belakang sehingga timbul proses degeberasi yang dapat menimbulkan
keluhan sakit/pegal di daerah pinggang. Apabila hal ini tidak dikoreksi, maka
gangguan kesehatan tersebut akan menyebabkan penyakit/kelainan dan
akhirnya menurunkan kemampuan melakukan aktivitas.

Sikap dan sistem kerja yang ergonomis memungkinkan peningkatan


produktivitas. Sikap tubuh dalam bekerja selalu diusahakan dilaksanakan
dengan duduk atau dalam sikap duduk dan sikap berdiri secara bergantian.
Duduk lama dengan posisi yang salah akan menyebabkan otot-otot pinggang
menjadi tegang dan dapat merusak jaringan lunak sekitarnya. Dan bila ini
berlanjut terus akan menyebabkan penekanan pada hernia nucleus polposus.
Hernia polposus yaitu saraf tulang belakang sehingga menyebabkan nyeri
pinggang dan kesemutan yang menjalar ketungkai sampai kaki.

Sikap duduk ini sangat dipengaruhi oleh pemakaian kursi. Penerapan


ergonomi dalam pembuatan kursi dimaksudkan untuk mendapatkan sikap tubuh
yang ergonomi dalam bekerja. Dengan sikap yang ergonomi ini diharapkan
efisiensi kerja dan produktivitas meningkat. Tempat duduk (kursi) harus dibuat
sedimikian rupa sehingga memberikan relaksasi pada otot-otot yang sedang
dipakai untuk bekerja dan tidak menimbulkan penekanan pada bagian tubuh
yang dapat mengganggu sirkulasi darah dan sensibilitas bagian-bagian
tersebut.10

Pembuatan bangku dan meja kerja yang buruk atau mesin merupakan
penyebab kerja otot statis dan posisi tubuh yang tidak alamiah. Maka syarat-
syarat bangku kerja yang benar adalah sebagai berikut:

a. Tinggi area kerja harus sesuai sehingga pekerjaan dapat dilihat dengan
mudah dengan jarak optimal dan sikap duduk yang enak. Makin kecil ukuran
benda, makin dekat jarak lihat optimal dan makin tinggi area kerja.

b. Pegangan, handel, peralatan dan alat-alat pembantu kerja lainnya harus


ditempatkan sedemikian pada meja atau bangku kerja, agar gerakan-gerakan
yang paling sering dilakukan dalam keadaan fleksi.

c. Kerja otot statis dapat dihilangkan atau sangat berkurang dengan pemberian
penunjang siku, lengan bagian bawah, atau tangan. Topangan-topangan
tersebut harus diberi bahan lembut dan dapat di sesuaikan, sehingga sesuai
bagi pemakainya.
Kriteria dan ukuran kursi yang ergonomi berdasarkan antropometri orang
Indonesia adalah :

a. Tinggi alas duduk

Diukur dari lantai sampai pada permukaan atas dari bagian depan alas
duduk. Ukuran yang dianjurkan 38-48 cm. Tinggi alas duduk harus sedikit
lebih pendek dari jarak antara lekuk lutut dan telapak kaki.

b. Panjang alas duduk

Diukur dari pertemuan garis proyeksi permukaan depan sandaran duduk


pada permukaan atas alas duduk sampai kebagian depan alas duduk. Ukuran
yang dianjurkan adalah 36 cm. Panjang alas duduk harus lebih pendek dari
jarak antara lekuk lutut dan garis punggung.

c. Lebar alas duduk

Diukur pada garis tengah alas duduk melintang. Lebar alas duduk harus
lebih besar dari lebar pinggul. Ukuran yang diusulkan adalah 44- 48 cm.

d. Sandaran pinggang

Bagian atas dari sandaran pinggang tidak melebihi tepi bawah ujung tulang
belikat, dan bagian bawahnya setinggi garis pinggul.

e. Sandaran tangan

Jarak antara tepi dalam kedua sandaran tangan (harus lebih lebar dari
pinggul dan tidak melebihi lebar bahu)

f. Tinggi Sandaran adalah setinggi siku

Panjang sandaran tangan: sepanjang lengan bawah. Ukuran yang dianjurkan


adalah jarak tepi dalam kedua sandaran tangan: 46-48 cm. Tinggi sandaran
tangan adalah 20 cm dari alas duduk. Panjang sandaran tangan : 21 cm.
g. Sudut alas duduk

Alas duduk harus sedemikian rupa sehingga memberikan kemudahan bagi


pekerja untuk menentukan pemilihan gerakan dan posisi. Alas duduk
hendaknya dibuat horisontal. Untuk pekerjaan-pekerjaan yang tidak
memerlukan sikap sedikit membungkuk ke depan, alas duduk dapat dibuat
ke belakang (3-5 derajat). Bila keadaan memungkinkan, dianjurkan
penyediaan tempat duduk yang dapat diatur.

3. Sikap Berdiri

Selain sikap kerja duduk, sikap kerja berdiri juga banyak ditemukan
di perusahaan. Sikap kerja berdiri merupakan sikap kerja yang posisi
tulang belakang vertikal dan berat badan tertumpu secara seimbang
pada dua kaki. Sikap kerja berdiri dapat menimbulkan keluhan
subjektif dan juga kelelahan bila sikap kerja ini tidak dilakukan
bergantian dengan sikap kerja duduk.

Ukuran tubuh yang penting dalam bekerja dengan posisi berdiri


adalah tinggi badan berdiri, tinggi bahu, tinggi siku, tinggi pinggul,
panjang lengan. Bekerja dengan posisi berdiri terus menerus sangat
mungkin akan mengakibatkan penumpukan darah dan beragai cairan
tubuh pada kaki dan ini akan membuat bertambahnya biola berbagai
bentuk dan ukuran sepatu yang tidak sesuai, seperti pembersih
(clerks), dokter gigi, penjaga tiket, tukang cukur pasti memerlukan
sepatu ketika bekerja.

Apabila sepatu tidak pas maka sangat mungkin akan sobek dan
terjadi bengkak pada jari kaki, mata kaki, dan bagian sekitar telapak
kaki. Sepatu yang baik adalah yang dapat manahan kaki (tubuh) dan
kaki tidak direpotkan untuk menahan sepatu, desain sepatu harus lebih
longgar dari ukuran telapak kaki dan apabila bagian sepatu dikaki
terjadi penahanan yang kuat pada tali sendi (ligaments) pergelangan
kaki, dan itu terjadi dalam waktu yang lama, maka otot rangka akan
mudah mengalami kelelahan.

Beberapa penelitian telah berusaha untuk mengurangi


kelelahan pada tenaga kerja dengan posisi berdiri, contohnya yaitu
seperti yang diungkapkan Granjean (dalam Santoso, 2004)
merekomendasikan bahwa untuk jenis pekerjaan teliti, letak tinggi
meja diatur 10 cm di atas siku. Untuk jenis pekerjaan ringan, letak
tinggi meja diatur sejajar dengan tinggi siku, dan untuk pekerjaan
berat, letak tinggi meja diatur 10 cm di bawah tinggi siku.

4. Proses Kerja

Para pekerja dapat menjangkau peralatan kerja sesuai dengan posisi


waktu bekerja dan sesuai dengan ukuran anthropometrinya. Harus
dibedakan ukuran anthropometri barat dan timur.

Istilah anthropometri berasal dari kata anthro yang berarti manusia dan
metri yang berarti ukuran. Anthropometri dapat didefinisikan sebagai
satu studi yang berkaitan dengan ukuran dimensi tubuh manusia. Data
anthropometri sangat penting dalam menentukan alat dan cara
mengoperasikannya. Kesesuaian hubungan antara anthropometri
pekerja dengan alat yang digunakan sangat berpengaruh pada sikap
kerja, tingkat kelelahan, kemampuan kerja dan produktivitas kerja.
Anthropometri juga dapat ditentukan dalam seleksi penerimaan tenaga
kerja, misalnya orang gemuk tidak cocok ditempat pekerjaan yang
bersuhu tinggi, pekerjaan yang memerlukan kelincahan, dll. Data
anthropometri dapat digunakan untuk mendesai pakaian, tempat kerja,
lingkungan kerja, mesin, alat kerja dan sarana kerja serta produk-
produk untuk konsumer.

Menurut Nurmianto (2003) dalam mengukur data anthropometri


banyak ditemui perbedaan-perbedaan atau sumber validitas yang dapat
mempengaruhi hasil pengukuran yang pada akhirnya akan digunakan
dalam perancangan suatu produk.

Adapun faktor-faktor yang turut mempengaruhi dimensi tubuh


manusia yang menyebabkan timbulnya perbedaan antar populasi yaitu
jenis kelamin, usia, jenis pekerjaan, dan faktor kehamilan pada wanita.

1. Tata Letak Tempat Kerja

Display harus jelas terlihat pada waktu melakukan aktivitas kerja.


Sedangkan simbol yang berlaku secara internasional lebih
banyak digunakan daripada kata-kata.

2. Mengangkat Beban

Bermacam-macam cara dalam mengangkat beban yakni, dengan


kepala, bahu, tangan, punggung dan sebagainya. Beban yang
terlalu berat dapat menimbulkan cedera tulang punggung,
jaringan otot dan persendian akibat gerakan yang berlebihan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kegiatan-kegiatan mengangkat


dan mengangkut adalah sebagai berikut :
a. Beban yang diperkenakan, jarak angkut dan intensitas
pembebanan.

b. Kondisi lingkungan kerja yaitu keadaan medan yang licin,


kasar, naik turun dll.

c. Keterampilan bekerja

d. Peralatan kerja beserta keamanannya

Harus diperhatikan juga cara mengangkut beban. Cara-cara


mengangkut dan mengangkat yang baik harus memenuhi 2
prinsip kinetis yaitu :

a. Beban diusahakan menekan pada otot tungkai yang


keluar dan sebanyak mungkin otot tulang belakang yang
lebih lemah dibebaskan dari pembebanan.

b. Momentum gerak badan dimanfaatkan untuk mengawali


gerakan.

Berat beban maksimal yang boleh dipikul adalah:

Tabel 1. Berat Beban Maksimal yang Boleh Dipikul


Pekerja

Dewasa Tenaga kerja muda


Jenis Pria (kg) Wanita Pria (kg) Wanita (kg)
(kg)

Sekali- 40 15 15 10-12
sekali

Terus- 15-18 10 10-15 6-9


meneru
s

Sumber: (Pusat Kesehatan Kerja Departemen


Kesehatan RI, 2010)

Semua pekerja harus diajarkan mengangkat beban. Metode kinetik dari


pedoman penanganan harus dipakai yang didasarkan pada prinsip:

a. Untuk memulai gerakan horizontal maka digunakan momentum berat


badan. Metoda ini termasuk 5 faktor dasar, yaitu posisi kaki yang benar,
punggung kuat dan kekar, posisi lengan dekat dengan tubuh, mengangkat
dengan benar, menggunakan berat badan.

b. Semua pekerja secara kontinyu harus mendapat supervisi medis teratur,


berupa pemeriksaan sebelum bekerja untuk menyesuaikan dengan beban
kerjanya, pemeriksaan berkala untuk memastikan pekerja sesuai dengan
pekerjaannya dan mendeteksi bila ada kelainan, serta nasehat harus
diberikan tentang hygiene dan kesehatan, khususnya pada wanita muda
dan yang sudah berumur.

5. Sikap Kerja yang Ergonomi Pada Pekerja yang Berhadapan Dengan Komputer

Dewasa ini komputer adalah suatu sarana yang sangat penting dalam
dunia kerja, hampir setiap kantor baik pada kantor pemerintah atau kantor
swasta, lembaga pendidikan, tingkat rumah tangga atau dunia usaha pasti
dijumpai komputer. Pada awal munculnya alat ini, komputer hanya
digunakan sebagai sarana untuk pengolahan data. Seiring dengan
perkembangan teknologi, sekarang ini komputer juga mengalami kemajuan,
yaitu sebagai sarana informasi yang sangat cepat, murah, dan mudah yang
tidak dimiliki oleh fasilitas informasi lainnya seperti telepon, fax maupun via
pos. Dapat dikatakan bahwa komputer adalah suatu sarana yang dapat
mempermudah manusia dalam beraktivitas baik dalam menyelesaikan tugas
(mengolah data) maupun untuk memperoleh informasi.

D. Masalah/Bahaya yang ditimbulkan ditempat Kerja Akibat tidak


Ergonomis

Penerapan ergonomi pada tata letak fasilitas tentu akan


menimbulkan beberapa manfaat yang menunjang kepentingan
pekerjamaupun perusahaan atau pabrik tempat kerjanya. Begitu pula
sebaliknya,s istem ergonomi yang tidak diterapkan akan menimbulkan
beberapa akibatnegatif, yang kemudian dapat menimbulkan penurunan
produktivitas kerja. Akibat yang dimaksud yaitu seperti :

 Kejenuhan pada pekerja

Kejenuhan termasuk kelelahan secara psikis. Kejenuhan pada


pekerjaini dapat muncul karena kondisi ruang yang sama. Dimana
seluruhfasilitasnya, seperti komputer, meja, lemari, atau lainnya
berada diposisiyang sama. Hal ini akan memberikan
kebosanan/kejenuhan tersendiri bagipekerja yang berada diruangan
tersebut. Padahal agar sel-sel otak bisabekerja dengan giat,
kita membutuhkan ruang kerja yang nyaman, memilikiprivasi,
sekaligus inspiratif.

 Kelelahan
Setelah pekerja melakukan pekerjaannya maka umumnya pasti
terjadikelelahan, apa lagi didukung tata letak fasilitas kerja yang
tidakmenerapkan sistem ergonomi. Kelelahan yang dimaksud disini
adalahkelelahan dari segi fisik.
 Timbul penyakit akibat kerja

Para pekerja yang sudah merasakan kelelahan, namun


tidakmelakukan upaya untuk kesehatan kerja dalam mengatasi
kelelahannyaitu, maka sudah dipastikan penyakit akibat kerjapun akan
muncul.Contohnya seperti para pekerja yang terus-terusan berada di
depankomputer, maka tidak menutup kemungkinan penglihatannya
akan terganggu.

 Kematian
Kematian merupakan dampak yang paling fatal, hal ini tentu
bisaterjadi hanya karena tata letak yang salah di lingkungan kerja.
Misalnya bilatata letak mesin pengepres tidak sesuai prosedur dan
kaidah ergonomi,maka berpotensi menyebabkan kecelakaan kerja yang
menelan korban jiwa.

Terdapat beberapa kasus dalam pelaksanaan ilmu ergonomi. Kasus-


kasus tersebut antara lain:

 Dalam pengukuran performansi atlet. Pengukuran jangkauan ruang


yang dibutuhkan saat kerja. Contohnya: jangkauan dari gerakantangan
dan kaki efektif pada saat bekerja, yang dilakukan denganberdiri atu
duduk.
 Pengukuran variabilitas kerja. Contohnya: analisis kinematika dankem
ampuan jari-jari tangan dari seseorang juru ketik atau
operatorkomputer.
 Antropometri dan Aplikasinya dalam
Perancangan Fasilitas Kerja Anthropometri secara luas akan digunakan
sebagai pertimbangan-pertimbangan ergonomis dalam memerlukan
interaksi manusia.
 Kasus bekerja sambil duduk: Seorang pekerja yang
setiap harimenggunakan komputer dalam bekerja dengan posisi yang
tidaknyaman, maka sering kali ia merasakan keluhan bahwa
tubuhnyasering mengalami rasa sakit/nyeri, terutama pada bagian
bahu,pergelangan tangan, dan pinggang.
 Kasus manual material handling. Kuli panggul di pasar sering
sekalimengalami penyakit hernia dan juga low back pain
akibatmengangkut beban di luar recommended weighting limit (RWL).
 Kasus information ergonomic atau cognitive ergonomic: Operator
reaktor sulit untuk membedakan beraneka macam informasi yang
disampaikan oleh display terutama pada saat situasidarurat /
emergency . Hal ini disebabkan karena informasi tersebutsulit
dimengerti oleh operator tersebut. Kejadian yang serupa
sering juga dialami oleh pilot, dimana harus menghadapibanyak
display pada waktu yang bersamaan.

E. Waktu Bekerja dan Istirahat yang Baik bagi Pekerja

a) Lama bekerja

Lamanya pekerja dalam sehari yang baik pada umumnya 6 – 8


jam sisanya untuk istirahat atau kehidupan dalam keluarga dan
masyarakat. Dalam hal lamanya kerja melebihi ketentuan-ketentuan
yang ada, perlu diatur istirahat khusus dengan mengadakan organisasi
kerja secara khusus pula.pengaturan kerja demikian bertujuan agar
kemampuan kerja dan kesegaran jasmani serta rohani dapat
dipertahankan.

b) Istirahat
Terdapat 4 jenis istirahat yaitu :

 Istirahat secara spontan adalah istirahat pendek setelah


pembebanan
 Istirahat curian terjadi jika beban kerja tidak di imbangi oleh
kemampuan kerja.
 Istirahat yang ditetapkan adalah istirahat atas dasar ketentuan
perundang-undangan
 Istirahat oleh karena proses kerja tergantung dari bekerjanya
mesin peralatan atau prosedur-prosedur kerja
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
1. Ergonomi yaitu ilmu yang mempelajari perilaku manusia dalam
kaitannya dengan pekerjaan mereka. Sasaran penelitian ergonomi
ialah manusia pada saat bekerja dalam lingkungan. Secara singkat
dapat dikatakan bahwa ergonomi ialah penyesuaian tugas
pekerjaan dengan kondisi.
2. Pelaksanaan dan penerapan ergonomi di tempat kerja di mulai
dari yang sederhana dan pada tingkat individual terlebih dahulu.
Rancangan ergonomi akan dapat meningkatkan efisiensi,
efektivitas dan produktivitas kerja, serta dapat menciptakan
system serta lingkungan yang cocok, aman, nyaman dan sehat.
3. Terdapat beberapa aplikasi/penerapan dalam pelaksanaan ilmu
ergonomi yaitu posisi kerja dan proses kerja.
4. Penerapan ergonomi pada tata letak fasilitas tentu akan
menimbulkan beberapa manfaat yang menunjang kepentingan
pekerjamaupun perusahaan atau pabrik tempat kerjanya. Begitu
pula sebaliknya,sistem ergonomi yang tidak diterapkan akan
menimbulkan beberapa akibat negatif, yang kemudian dapat
menimbulkan penurunan produktivitas kerja
5. Lamanya pekerja dalam sehari yang baik pada umumnya 6 – 8
jam sisanya untuk istirahat atau kehidupan dalam keluarga dan
masyarakat yang perlu diatur istirahat khusus dengan
mengadakan organisasi kerja secara khusus pula, pengaturan
kerja demikian bertujuan agar kemampuan kerja dan kesegaran
jasmani serta rohani dapat dipertahankan.

B. Saran
1. Pekerja harus paham terlebih dahulu definisi ergonomi sebelum
turun langsung ketempat kerja (harus yg bersertifikasi)
2. Pelaksanaan dan penerapan ergonomi di tempat kerja harus
diterapkan sesuai dengan aturan keselamatan kerja.
3. Terdapat beberapa aplikasi/penerapan dalam pelaksanaan ilmu
ergonomi yaitu posisi kerja yang harus ergonomis dan proses
kerja yang yang harus sesuai dengan prosedur keselamatn kerja.
4. Penerapan ergonomi yang tidak sesuai dilapangan, tentu saja
akan menimbulkan sisi negatif. Jadi disarankan kepada pekerja
untuk tetap mengikuti aturan keselamatan untuk mencegah
terjadinya penurunan produktivitas pada pekerja.
5. Setelah lama bekerja, pekerja wajib untuk mengistirahatkan
tubuhnya, agar kemampuan kerja dan kesegaran jasmani serta
rohani dapat dipertahankan.

Anda mungkin juga menyukai