ABSTRAK
Gangguan pendengaran akibat bising (Noise Induced Hearing Loss/NIHL) adalah penurunan pendengaran atau tuli akibat
bising yang melebihi nilai ambang batas dengar (NAB) dilingkungan kerja. Dampak dari gangguan ini adalah kurangnya
konsentrasi, kelelahan, sakit kepala, gangguan tidur, hingga berdampak kepada kehilangan pekerjaan. Oleh karena itu
sangatlah penting bagi pelaku industri maupun pekerja memahami tentang NIHL sehingga dapat melakukan upaya
pencegahan dan rehabilitasi untuk mengatasi permasalahan ini. Faktor resiko yang berpengaruh pada derajat parahnya
ketulian ialah intesitas bising, frekuensi, lama pajanan perhari, masa kerja, kepekaan individu, umur dan faktor lain yang
dapat menimbulkan ketulian berdasarkan hal tersebut dapat dimengerti bahwa jumlah pajanan energi bising yang diterima
akan sebanding dengan kerusakan yang didapat. Secara umum NIHL memang tidak dapat disembuhkan namun dapat
dicegah dan dilakukan rehabilitasi. Pencegahan dapat dilaksanakan dengan cara penerapan hearing conservation program
(HCP) yaitu dengan prosedur pengukuran kebisingan, pengendalian kebisingan, pengukuran audiometri berkala,
perlindungan pendengaran, pendidikan pekerja, pencatatan dan evaluasi. Beberapa manfaat yang dapat diperoleh dari
hearing conservation program adalah sebagai pedoman untuk mendiagnosis hearing loss, pencegahan terhadap dampak
perburukan akan terpapar kebisingan.
Kata kunci: faktor resiko, hearing conservation program, noise Induced hearing loss, pencegahan
Keywords: hearing conservation program, noise induced hearing loss, prevention, risk factors
Korespondensi: Rifda khairunnisa| Jalan Abdul Kadir III no. 23 Rajabasa| 082176114278 | Khairunnisa_rifda@yahoo.com
beberapa karyawan sebesar 5-10 dB.3 Pencegahan hearing loss adalah sebuah
Penelitian serupa juga dilakukan pada kegiatan ataupun proses untuk menahan atau
Manufacturing Plant Pertamina dan dua menghindari agar hearing loss tidak dialami.
pabrik es di Jakarta mendapatkan hasil Dari hasil penelitian di Amerika didapatkan
terdapat gangguan pendengaran pada 123 bahwa terdapat perubahan perilaku dan
orang (50% karyawan) disertai peningkatan angka kejadian hearing loss yang menurun
ambang dengar sementara 5-10 dB pada secara signifikan setelah dilakukan
karyawan yang telah bekerja terus menerus pencegahan kepada karyawan pada salah satu
selama 5-10 tahun.4 perusahaan besi. Dari hasil penelitian tersebut
Bising industri sudah lama merupakan dijelaskan bahwa peran pencegahan sangatlah
masalah yang sampai sekarang belum bisa penting terhadap angka kejadian hearing loss.
ditanggulangi secara baik sehingga dapat Oleh karena itu sangatlah penting bagi pihak
menjadi ancaman serius bagi pendengaran industri maupun pekerja memahami tentang
para pekerja, karena dapat menyebabkan NIHL sehingga dapat melakukan pencegahan
kehilangan pendengaran yang sifatnya untuk mengatasi permasalahan ini.5
permanen. Sedangkan bagi pihak industri,
bising dapat menyebabkan kerugian ekonomi Isi
karena biaya ganti rugi. Oleh karena itu untuk Gangguan pendengaran akibat bising,
mencegahnya diperlukan pengawasan atau gangguan pendengaran akibat kerja
terhadap pabrik dan pemeriksaan terhadap (occupational deafness/noise induced hearing
pendengaran para pekerja secara berkala.4 loss) adalah hilangnya sebagian atau seluruh
Secara umum bising adalah bunyi yang pendengaran seseorang yang bersifat
tidak diinginkan. Bising yang intensitasnya 85 permanen, mengenai satu atau kedua telinga
desibel (dB) atau lebih dapat menyebabkan yang disebabkan oleh bising terus menerus di
kerusakan reseptor pendengaran corti pada lingkungan tempat kerja. Dalam lingkungan
telinga dalam. Ganguan pendengaran akibat industri, semakin tinggi intensitas kebisingan
kebisingan atau yang lebih dikenal dengan dan semakin lama waktu pemaparan
noise induced hearing loss (NIHL) memiliki kebisingan yang dialami oleh para pekerja,
gejala secara unilateral maupun bilateral, semakin berat gangguan pendengaran yang
biasanya mempengharui frekuensi yang lebih ditimbulkan pada para pekerja tersebut.6
tinggi (3kHz, 4kHz atau 6kHz) dan kemudian
menyebar ke frekuensi yang lebih rendah Faktor risiko noise induced hearing loss
(0,5kHz, 1kHz atau 2kHz). Dampak dari Faktor risiko yang berpengaruh pada
gangguan ini adalah kurangnya konsentrasi derajat parahnya NIHL ialah intesitas bising,
karena kurang seimbangnya sistem frekuensi, lama pajanan perhari, masa kerja,
pendengaran antara kedua telinga dan kepekaan individu, umur dan faktor lain yang
kesulitan untuk mengolah sumber suara, dapat menimbulkan ketulian. Berdasarkan hal
kelelahan karena ketidakmapuan untuk tersebut dapat dimengerti bahwa jumlah
memahami sumber suara secara jelas, sakit pajanan energi bising yang diterima akan
kepala juga hal yang sering dialami pada sebanding dengan kerusakan yang didapat.4
hearing loss karena saraf yang mengatur Dalam terjadinya NIHL biasanya bising
fungsi pendengaran tidak berfungsi dengan tidak muncul sebagai faktor pajanan tunggal,
baik dan pengolahan sumber suara yang tidak tetapi dapat juga dipengaruhi oleh pajanan
baik, gangguan tidur dapat dialami akibat dari lain. Beberapa faktor yang berinteraksi
sistem memori untuk berusaha memahami dengan bising adalah:3,4
sumber suara, hingga berdampak kepada Faktor internal: usia, aterosklerosis,
kehilangan pekerjaan karena hipertensi, gangguan telinga tenga dan
ketidakmampuan menyesuaikan dengan proses penuaan.
standarisasi pekerjaan.1,3,5 Faktor eksternal: suhu abnormal, getaran,
Secara umum noise induced hearing loss obat atau zat ototoksik.
memang tidak dapat disembuhkan tapi dapat Beberapa jenis pekerjaan yang
dilakukan pencegahan dan tahap rehabilitasi.3 berhubungan dengan bising antara lain:
bising yang diterima akan sebanding dengan 8. Kirchner DB. Occupational noise induced
kerusakan yang didapat. Secara klinis pajanan hearing loss. AMJIM [internet]. 2012
bising pada organ pendengaran dapat [diakses tanggal 11 september 2017].
menimbulkan reaksi adaptasi, peningkatan Tersedia dari:
ambang dengar sementara (temporary http://www.americanjournalinternational
threshold shift) dan peningkatan ambang medicineocupationalandenvirotment.acc/b
dengar menetap ( permanent threshold shift). b1/33e/html.
Penurunan pendengaran akibat bising 9. Alberti PW. Occupational hearing loss.
bersifat permanen/irreversible tidak dapat dalam: Snow JB, editor. Ballenger’s manual
disembuhkan sehingga tidak dapat diobati of otorhinolaryngology head and neck
dengan terapi medikamentosa. Yang dapat surgery. Edisi ke-7. London: BC Decker;
dilakukan adalah mencegah perburukan 2003.
penurunan pendengaran dengan hearing 10. Nelson D, Nelson R, Concha-Barrientos M,
conservation program (HCP) yaitu dengan cara Fingerhu M. The global burden of
pengukuran kebisingan (monitoring), occupational noise-induced hearing loss.
mengurangi faktor resiko kebisingan, AMJIM. 2005;1(1):1-15.
pengukuran audiometri secara berkala, 11. Dobie R. Idiopathic sudden sensorineural
pengendalian kebisingan, pendidikan pekerja, hearing loss. Dalam: Snow JB, editor.
dan pencatatan untuk menghindari terjadinya Ballenger’s manual of otorhinolaryngology
NIHL. Data penelitian menunjukkan bahwa head and neck surgery. Edisi ke-7. London :
ada penurunan signifikan pada angka kejadian BC Decker; 2003.
NIHL yang diintervensi dengan perilaku 12. Schwaber M. Trauma to the middle ear,
pencegahan. inner ear, and temporal bone. Dalam:
Snow JB, editor. Ballenger’s manual of
Daftar Pustaka otorhinolaryngology head and neck
1. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. surgery. Edisi ke-7. London: BC Decker;
Pedoman tatalaksana kesehatan kerja 2003.
penyakit THT akibat kerja. Jakarta: 13. Altmann J. Acoustic weapons a prospective
Kemenkes RI; 2011. assessment. Science and Global Security.
2. Mathur N. Noise induced hearing loss 2001;9(1):165-234.
treatment & management in canada. NJC. 14. Keputusan Menteri Tenaga Kerja RI no.
2012;12(2):2-16. KEP-51/ Men/1999 tentang nilai ambang
3. Komnas Penanggulangan Gangguan batas faktor fisika di tempat kerja. 1999.
Pendengaran dan Ketulian. Gangguan 15. Ologe F, Olajide T, Nwawolo C, Oyejola B.
pendengaran. Jakarta: Komnas Deterioration of noiseinduced hearing loss
Penanggulangan Gangguan Pendengaran among bottling factory workers. J JOLO.
dan Ketulian; 2013. 2008;8(1):6-9.
4. Nandi SS, Dhatrak SV. Occupational noise 16. Hall dan Lewis. Diagnostic audiology,
induced hearing loss in india. IJOM hearing aids and habilitation options.
[internet]. 2008 [diakses tanggal 10 Dalam: Snow JB, editor. Ballenger’s manual
september 2017]. Tersedia dari: of otorhinolaryngology head and neck
http://www.indian journal ocupational surgery. Edisi ke-7. London: BC Decker;
medicine.acc.im/aff/ic.html. 2003.
5. Enriquez. Basic Otolaryngology. J 17. Joem. Noise induced hearing loss. J hearing
Department of Otorhinolaryngology. american. 2003;45(1):19-21.
1993;2(1):23-5. 18. Johns M, Martin WH. Dangerous decibels
6. American Hearing Research Foundation. educator resource guide. Oregon Health
Noise Induced Hearing Loss. New york: and Science University [internet]. 2015
American Hearing Research Foundation; [diakses tanggal 12 november 2017].
2012. Tersedia dari: http://
7. Adams G, Boies L, Higler P. Boies buku ajar www.journalearprevention.com.
penyakit THT. Jakarta: EGC; 1997.