Anda di halaman 1dari 45

Kebisingan Lingkungan Kerja

Adrian C. Yusuf (2206016043)


Agra D. Narendraputra (2206016056)
Ahmad H. Burohman (2206016062)
Fitria Nurbaeti (2206016112)
Ikbar V. Asri (2206103213)
Kebisingan dan Gangguan Pendengaran

• Kebisingan (noise): semua suara yang tidak dikehendaki yang bersumber


dari alat-alat proses produksi dan atau alat-alat kerja yang pada tingkat
tertentu dapat menimbulkan gangguan pendengaran (Permenaker NOMOR
PER.13/MEN/X/2011 )
• Gangguan Pendengaran: kondisi yang ditandai dengan penurunan ambang
pendengaran, yang dapat menyebabkan gangguan komunikasi dengan
derajat yang bervariasi sampai ketulian total.
Jenis Kebisingan Berdasar Interval Waktu
a. Kebisingan kontinu
Bising yang intensitasnya tidak >6dB dan tidak putus-putus. Misal,
kipas angin, gergaji sirkuler, katup gas

b. Kebisingan terputus-putus (intermitent)


Kebisingan jenis ini dapat ditemukan misalnya pada lalu-lintas darat,
suara kapal terbang dan lain-lain.

c. Kebisingan impulsif (impact or impulsive noise)


Jenis kebisingan seperti ini dapat ditemukan misalnya pada pukulan
mesin kontruksi, tembakan senapan, atau suara ledakan.

d. Kebisingan impulsif berulang


Jenis kebisingan ini dapat dijumpai misalnya pada bagian penempaan
besi di perusahaan besi.
Jenis Kebisingan berdasar dampaknya
terhadap manusia

a. Bising yang mengganggu (irritating noise) : Intensitas tidak terlalu keras,


misalnya mendengkur.
b. Bising yang menutupi (masking noise) : Merupakan bunyi yang menutupi
pendengaran yang jelas. Secara tidak langsung bunyi ini akan mempengaruhi
kesehatan dan keselamatan pekerja, karena teriakan isyarat atau tanda
bahaya tenggelam dari bising dari sumber lain.
c. Bising yang merusak (damaging/injurious noise) : Bunyi yang melampaui NAB.
Bunyi jenis ini akan merusak/menurunkan fungsi pendengaran.
Intensitas dan sumber Kebisingan
Occupational NIHL Statistics in US
Pekerjaan yang berisiko terpapar kebisingan
Pekerjaan yang berisiko terpapar kebisingan

• Studi pada operator mesin kapal feri di penyeberangan Ketapang–


Gilimanuk menemukan bahwa prevalensi NIHL pada kelompok tersebut
sebesar 34,85%. Angka ini lebih rendah dibandingkan dengan studi pada
pekerja di perusahaan baja di pulau Jawa yang memiliki prevalensi sekitar
43,6%.6

• Ref: Jumali, Sumadi, Andriani S, Subhi M, Suprijanto D, Handayani WD, et al. Prevalensi dan faktor risiko tuli akibat bising pada operator mesin kapal feri.
Jurnal Kesehatan masyarakat Nasional. 2013;7(12):545-550
Industri yang pekerjanya berisiko mengalami TAB
NAB Kebisingan

• Nilai Ambang Batas kebisingan merupakan nilai yang mengatur tentang


tekanan bising rata-rata atau level kebisingan berdasarkan durasi pajanan
bising yang mewakili kondisi dimana hampir semua pekerja terpajan bising
berulang-ulang tanpa menimbulkan gangguan pendengaran dan
memahami pembicaraan normal. (Permenkes no 70 th 2016)
NAB Kebisingan (Permenkes 70 th 2016, Permenaker 5 th 2018)
Interpretasi NAB Kebisingan

• Merupakan dosis efektif pajanan kebisingan dalam dBA dalam periode tertentu
yang tidak boleh dilewati oleh pekerja yang tidak mengenakan pelindung
telinga
• Pengukuran intensitas bising di lingkungan kerja  sound level meter
terstandard
• Pengukuran dosis efektif pajanan bising  personal noise dosimeter dalam 8
jam per hari atau sesuai dengan lama jam kerja.
• Apabila menggunakan APT, perlu diperhatikan kemampuan APT dalam
mereduksi pajanan bising (NRR)
Permenaker 5 th 2018

• Pasal 10
1. Pengukuran dan pengendalian kebisingan harus dilakukan pada tempat kerja yang
memiliki sumber bahaya kebisingan dari operasi peralatan kerja
2. Sumber kebisingan: terus menerus, terputus-putus, impulsive, dan impulsive berulang
3. Bila hasil pengukuran kebisingan tempat kerja melebihi NAB, maka harus dilakukan
pengendalian
4. Pengendalian dilakukan dengan melaksanakan program pencegahan penurunan
pendengaran
Program Konservasi Pendengaran (PKP)
Hearing Conservation Program

• Program yang diterapkan di lingkungan kerja untuk mencegah gangguan


pendengaran akibat terpapar kebisingan pada pekerja.

• Tujuan : untuk meningkatkan produktivitas kerja melalui pencegahan


gangguan pendengaran akibat bising di tempat kerja.
7 komponen program PKP

1. Penilaian paparan kebisingan


2. Pengendalian kebisingan
3. Tes Audiometri berkala
4. Alat Pelindung Pendengaran
5. Motivasi dan Edukasi
6. Pencatatan dan pelaporan data
7. Evaluasi Program
1. Penilaian Paparan kebisingan

• Tujuan : untuk mengetahui adanya sumber bising yang melebihi nilai ambang batas (NAB) yang
diperkenankan dan mengetahui apakah bising mengganggu komunikasi pekerja/ perlu

mengikuti PKP

• Penilaian paparan kebisingan ini, meliputi:


1. Penilaian Area
2. Penilaian dosis paparan harian
3. Engineering survey
Alat pengukuran kebisingan
MiniDSP H.E.A.R.S
Sound Mapping untuk memetakan area bising di
tempat kerja dan merencanakan pengendaliannya
2. Pengendalian Kebisingan

• Rekayasa Teknologi (engineering control) Pemilihan peralatan/mesin/proses


yang lebih sedikit menimbulkan bising, isolasi sumber bising.
• Pengendalian Administratif  shift kerja, mengurangi waktu kerja, merotasi
tempat kerja, pelatihhan dan sosialisasi fungsi pendengaran dan perlindungan.
• Alat Pelindung Pendengaran pilihan terakhir, harus mampu mengurangi
kebisingan hingga 85 dB
Hirarki
pengendalian bising
Elimination
Eliminasi merupakan suatu
pengendalian risiko yan bersifat
permanen dan harus dicoba untuk
diterapkan sebagai pilihan prioritas
utama. Eliminasi dapat dicapai
dengan memindahkan objek kerja
atau sistem kerja yang
berhubungan dengan tempat kerja
yang kehadirannya pada batas
yang tidak dapat diterima oleh
ketentuan, peraturan dan standart
baku Keamanan, Kesehatan dan
Keselamatan Kerja (K3) atau
kadarnya melebihi NAB.
Substitution
Engineering control
1.     Pemeliharaan mesin (maintance) : mengganti, mengencangkan
bag.
mesin yang longgar, memberi pelumas secara teratur, dll
2.     Mengganti mesin bising tinggi ke yang bisingnya kurang
3.   Mengurangi vibrasi atau permukaan yang bergetar dengan cara
mengurangi tenaga mesin, kecepatan putaran atau isolasi
4.     Merubah proses kerja missal kompressi diganti dengan pukulan
5.   Mengurangi transmisi bising yg dihasilkan benda padat dengan
mengganti lantai berpegas, menyerap suara dinding dan langit
kerja
6.    Mengurangi produksi bising dengan mengurangi turbulansi udara
dan mengurangi tekanan udara
7.    Melakukan isolasi operator dalam ruang yang relatif kedap suara
Engineering
Control
Engineering Control
Administrative
control

1. mengatur jadwal produksi


2. rotasi tenaga kerja
3. penjadwalan pengoperasian mesin
3. Tes Audiometri Berkala

• Audiometri adalah pemeriksaan


pendengaran menggunakan audiometer
nada murni karena mudah diukur, mudah
diterangkan, dan mudah dikontrol.

• Tiga syarat untuk keabsahan pemeriksaan


audiometri, yaitu:
a. Alat audiometer yang baik
b. Lingkungan pemeriksaan yang tenang, dan
c. Keterampilan pemeriksa yang cukup andal.
Hasil audiometri yang menunjukkan perubahan
ambang dengar pada penderita NIHL (TAB)
 4. Alat pelindung pendengaran

• Menggunakan pelindung pendengaran ketika bekerja dengan paparan


kebisingan tinggi merupakan upaya pencegahan
• ear plug atau earmuff yang memiliki nilai NRR (Noise Reduction Rate) sesuai
nilai kebisingan di area kerja atau dengan NRR terbesar.
• Pastikan pelindung pendengaran yang Anda gunakan juga kompatibel
dengan alat pelindung diri lainnya, seperti helm dan kacamata serta nyaman
dan efisien saat dipakai
APD/PPE
Jenis-jenis alat pelindung telinga :
1. Sumbat telinga (earplugs/insert device/aural insert protector)
Pemakaiannya dengan cara memasukkan kedalam liang telinga sampai menutup
rapat sehingga suara tidak mencapai membran timpani.
a. formable type
b. Custom-molded type
c. Premolded type
Sumbat telinga bisa mengurangi bising s/d 30 db
2. Tutup telinga (earmuff/protective caps/circumaural protectors)
Menutupi seluruh telinga eksternal dan dipergunakan untuk mengurangi bising s/d
40- 50 db freq 100 – 8000 Hz
3. Helmet/ enclosure
Menutupi seluruh kepala dan digunakan untuk mengurangi maksimum 35 dbA pada
250 Hz sampai 50 db pada frequensi tinggi
Ear Plug
A. Keuntungan :
(1) Mudah dibawa karena ukurannya kecil.
(2) Relatif lebih nyaman dipakai di tempat kerja yang panas.
(3) Tidak membatasi gerak kepala.
(4) Harganya relatif murah.
(5) Dapat dipakai dengan efektif dan tidak dipengaruhi oleh pemakaian kacamata, tutup kepala dan anting-
anting.
B. Kerugian :
(1) Untuk pemasangan yang tepat, ear plug memerlukan waktu yang lebih lama dari earmuff.
(2) Tingkat proteksi yang diberikan oleh ear plug adalah lebih kecil dari earmuff.
(3) Sulit dipantau oleh pengawas apabila tenaga kerja memakai ear plug atau tidak karena ukurannya yang
kecil.
(4) Ear plug hanya dapat dipakai oleh tenaga kerja yang telinganya sehat.
(5) Bila tenaga kerja menggunakan tangan yang kotor pada saat memasang ear plug, maka hal ini
kemungkinan dapat menyebabkan iritasi pada kulit saluran telinga.
Earmuff

• Seluruh bagian telinga harus benar-benar tertutup oleh bagian pelindung alat ini. Pastikan
tidak ada rambut yang masuk ke sela-sela bantalan pelindung. Earmuff untuk tempat-
tempat bising berfrekuensi tinggi (high frequency) seperti tempat pemotongan logam
(metal cutting), pelabuhan udara, dan lain-lain. Earmuff kurang cocok digunakan di
tempat-tempat bising berfrekuensi rendah (<400 Hz). Di tempat berfrekuensi rendah,
earmuff umumnya akan beresonansi atau bergetar Rachmawati (2015).
• Menurut Lagata (2015), earmuff digunakan ditempat kerja yang mempunyai intensitas
kebisingan 95-110 dB. Pada frekuensi 2800 – 4000 Hz kemampuan atenuasinya 34 – 45 dB.
Earmuff
A. Keuntungan penggunaan earmuff :
(1) Attenuation umumnya maksimum.
(2) Performance baik, lebih stabil untuk pemakaian lama.
(3) Dapat dipakai pada saat ada infeksi atau iritasi telinga.
(4) Tidak mudah hilang, lupa atau salah menaruh.
(5) Mudah memonitor pemakaiannya dari jauh

B. Kerugian penggunaan earmuff adalah:


(1) Tidak nyaman dipakai di tempat kerja yang panas.
(2) Efektifitas dari earmuff dapat dipengaruhi oleh pemakaian kacamata, tutup kepala, anting-anting dan rambut
yang menutupi telinga.
(3) Penyimpanannya relatif lebih sulit dari ear plug.
(4) Dapat membatasi gerakan kepala bila digunakan di tempat kerja yang sempit atau sangat sempit.
(5) Harganya relatif lebih mahal dari ear plug.
(6) Pada pemakaian yang terlalu sering atau bila headband yang berpegas sering ditekuk oleh pemakainya, maka
hal ini akan menyebabkan daya atenuasi suara dari earmuff menurun.
Contoh Kasus

• Perhitungan NRR untuk proteksi tunggal Pada kemasan/brosur/kotak suatu


produk APT tertulis NRR sebesar 33 dB. Pajanan kebisingan 95 dBA, Maka
pajanan efektif dengan menggunakan APT tersebut adalah:
• Pajanan efektif (dBAefektif) = dBA pajanan – [NRR APT – 7 (faktor koreksi)]
x 50%.
• Pajanan efektif (dBAefektif) = 95 dBA – [33 – 7] x 50% = 82 dBA  pajanan di
bawah NAB.
Contoh Kasus

• Perhitungan NRR untuk proteksi ganda Pada kemasan/brosur/kotak suatu produk APT
tertulis NRR sebesar 33 dB (ear plug) dan 24 dB (earmuff). Pajanan kebisingan 100 dBA
• Maka pajanan efektif dengan menggunakan dua APT (ear plug dan earmuff) tersebut
adalah:
• Pajanan efektif (dBAefektif) = dBA pajanan – {[NRR APT tertinggi – 7faktor koreksi] x
50%} + 5 dB.
• Pajanan efektif (dBAefektif) = 100 dBA – {[33 – 7] x 50%} + 5 = 82 dBA  pajanan di
bawah NAB.
Pilihan APD
1.      Earplugs bila bising antara 85 – 100 dbA
2.   Earmuff bila diatas 100 dbA
3.  Kemudahan pemakaian, biaya, mudah di bersihkan dan kenyamanan
APD ini harus tersedia di tempat kerja tanpa harus membebani
pekerjadari segi biaya, perusahaan harus menyediakan APD ini.

Penyebab kurang effektif APD telinga :


• Ada kebocoran dari alat pelindung telinga
• Ada kebocoran sekitar alat pelindung telinga
• Ada vibrasi  menghantar suara konduksi tulang
• Melalui tulang dan jaringan pada cranium
5. Motivasi dan Edukasi
Tujuan motivasi dan edukasi adalah untuk memberi pengetahuan dan memotivasi agar
program pencegahan gangguan pendengaran menjadi kebutuhan bukan paksaan,
menyadari bahwa perawatan dan pencegahan lebih penting daripada kompensasi.

Edukasi Program ini meliputi:


• Standar penanganan dampak kebisingan akibat kerja
• Dampak kebisingan terhadap pendengaran
• Kebijakan perusahaan dengan pengendalian bahaya kebisingan, baik yang sudah
berjalan maupun rencana ke depannya
• Pentingnya audiometri dalam mencegah hilangnya pendengaran akibat kebisingan
dan bagaimana melakukan tes tersebut
• Tanggung jawab pekerja dan manajemen, dengan diskusi mengenai sumber
kebisingan, bagaimana pengendaliannya, dan upaya pencegahannya
Motivasi dan Edukasi
6. Pencatatan dan Pelaporan Data

Informasi yang harus tersimpan dalam pencatatan dan pelaporan , yaitu:


1. Data hasil pengukuran kebisingan
2. Data pengendalian kebisingan (rekayasa teknologi dan administratif)
3. Data hasil audiometri
4. Data alat pelindung diri
5. Data pendidikan dan pelatihan, serta
6. Data evaluasi program.
7. Evaluasi program

• melakukan peninjauan apakah program konservasi pendengaran di atas sudah


dilakukan secara menyeluruh dan kualitas pelaksanaan masing-masing
komponennya sudah efektif.
• Identifikasi apakah ada area kerja yang diharus dilakukan pengendalian lebih
lanjut.
• Buat daftar yang spesifik untuk masing-masing area kerja untuk meyakinkan
apakah semua komponen program telah ditindak lanjuti sesuai standar berlaku.
Pengaruh Kebisingan Pada Kesehatan Pekerja

Pengaruh terhadap pendengaran:


1. Trauma akustik
2. Ketulian sementara
3. Ketulian menetap

Non-auditory effect:
4. Gangguan komunikasi
5. Gangguan konsentrasi
6. Gangguan fisiologis
7. Gangguan psikologis
Diskusi
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai