Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pertanian diharapkan dapat berperan dalam penyediaan pangan yang
cukup bagi para penduduk, mendorong pertumbuhan ekonomi melalui
penyediaan bahan baku industri dan ekspor, meningkatkan pemerataan
kesejahteraan petani melalui penyediaan kesempatan kerja dan berusaha,
memberi sumbangan pada pengembangan wilayah. Misi penting dari sektor
pertanian adalah menghasilkan pangan yang cukup dan berkualitas bagi
seluruh penduduk. Pencapaian dalam hal ini akan memberi sumbangan yang
besar kepada pembangunan nasional (Abdoel R Djamali, 2000: 2).
Melihat latar belakang geografis, sektor pertanian seharusnya menjadi
tumpuan hidup masyarakat Indonesia, namun kenyataannya sektor pertanian
tidak menjadi skala prioritas sehingga produktivitasnya tertinggal jauh
dibandingkan sektor lain. Bahkan dalam kehidupan modern dapat dilihat
bahwa orang tidak bangga menekuni bidang pertanian, karena memang
profesi ini dianggap sebagai kelompok yang inferior. Adanya anggapan
bahwa petani tidak inovatif, lamban serta tidak intelektual dalam arti tidak
ingin menjadi yang lebih maju, anggapan bahwa perekonomian perdesaan
bersifat tertutup serta usaha pertanian itu tidak komersial merupakan
anggapan yang tidak benar. Sektor pertanian merupakan sektor yang terbuka,
komersian dan sangat inovatif (Abdoel R Djamali, 2000: 2).
Perkembangan pertanian pada saat ini telah memasuki era baru setelah
beberapa dekade berbenah diri dalam upaya peningkatan fungsinya sebagai
penyedia pangan. Beberapa dekade belakangan ini, pertanian di Indonesia
telah mengalami sektor perubahan besar, yang terbukti negara ini bisa
berswasembada beras selama beberapa tahun. Perubahan pada sektor
pertanian juga dapat dilihat dari berbagai industri teknologi pertanian. Guna
menaikkan produksi pertanian, petani harus menggunakan produk-produk
industri untuk pertanian. Modernisasi pertanian memang memperlihatkan

1
dampak positif seperti perbaikan gizi masyarakat, berkurangnya impor beras,
dan lain sebagainya, meskipun dampak negatif juga sulit dihindarkan.
Beberapa dampak negatif pada modernisasi pertanian, diataranya adalah:
a. Ketergantungan para petani terhadap teknologi modern yang diproduksi
oleh sektor industri modern. Ketergantungan ini dapat menimbulkan
dampak negatif antara lain kerusakan lingkungan pertanian, karena obat-
obatan (pestisida) akan merusak struktur tanah dan dapat membahayakan
para konsumen dan petani itu sendiri.
b. Ketergantunganpetani dengan produk-produk pertanian yang instan (siap
pakai) menambah pengeluaran dalam pertanian yang nantinya akan
menambah modal dari petani itu sendiri. Misal dengan adanya bibit siap
tebar yang memudahkan petani untuk membuat benih, sedangkan dulu
mereka degan sabar mengolah benih dari hasil panen sebelumnya.
Biasanya para petani hanya mementingkan hasil penen dari
perkebunannya tanpa memikirkan apa saja dampak yang akan terjadi jika
tidak memperhatikan pencahayaan, kebisingan, debu dan iklim kerja. Oleh
karena itu laporan ini akan membahas pengukuran, pengamatan dan
wawancara kami di perkebunan.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengetahui hasil pengukuran dan wawancara yang diperoleh saat ptaktek
di perkebunan sayur.
2. Tujuan Khusus
a. Diketahui hasil pengukuran pencahayaan dikebun sayur.
b. Diketahui hasil pengukuran kebisingan dikebun sayur.
c. Diketahui hasil pengukuran debu dikebun sayur.
d. Diketahui hasil pengukuran iklim kerja dikebun sayur.
e. Diketahui hasil wawancara dengan pemilik kebun sayur.

2
C. Manfaat
1. Mengetahui hasil pengukuran pencahayaan dikebun sayur.
2. Mengetahui hasil pengukuran kebisingan dikebun sayur.
3. Mengetahui hasil pengukuran debu dikebun sayur.
4. Mengetahui hasil pengukuran iklim kerja dikebun sayur.
5. Mengetahui hasil wawancara dengan pemilik kebun sayur.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pencahayan
Cahaya atau penerangan sangat besar manfaatnya bagi pekerja guna
mendapat keselamatan dan kelancaran kerja, Oleh sebab itu perlu
diperhatikan adanya penerangan (cahaya) yang terang tetapi tidak
menyilaukan. Cahaya yang kurang jelas , sehingga pekerjaan akan lambat,
banyak mengalami kesalahan, dan pada akhirnya menyebabkan kurang
efisien dalam melaksanakan pekerjaan, sehingga tujuan organisasi sulit
dicapai. Selain itu pengaruh buruk dari penerangan juga dapat menyebabkan
produktivitas tenaga kerja yang menurun. Kondisi kerja yang umumnya
tenaga kerja berupaya untuk dapat melihat pekerjaan dengan sebaik-baiknya.
Sedangkan pencahayaan yang cukup (memadai) membuat pekerjan lebih
mudah dan menghemat waktu kerja.
B. Kebisingan
Kebisingan adalah bunyi yang tidak dikehendaki karena tidak sesuai
dengan konteks ruang dan waktu sehingga dapat menimbulkan gangguan
terhadap kenyamanan dan kesehatan manusia (Sasongko, dkk, 2000). Definisi
lain adalah bunyi yang didengar sebagai rangsangan-rangsangan pada telinga
oleh getaran-getaran melalui media elastis manakala bunyi-bunyi tersebut
tidak diinginkan(Suma’mur , 1996). Kebisingan adalah terjadinya bunyi yang
tidak dike-hendaki sehingga mengganggu atau membahayakan kesehatan
(Kepmenkes RI No.261/MENKES/SK/11/1998).
Pengukuran kebisingan dilakukan untuk memperoleh data kebisingan di
perusahaan atau dimana saja dan mengurangi tingkat kebisingan tersebut
sehingga tidak menimbulkan gangguan. Alat yang digunakan dalam
pengukuran kebisingan adalah sound level meter dan noise dosimeter. Sound
Level meter adalah alat pengukur level kebisingan, alat ini mampu mengukur
kebisingan di antara 30-130 dB dan frekuensi-frekuensi dari 20-20.000
(Suma’mur, 1996). Dalam beberapa industri terdapat berbagai intensitas
kebisingan, misalnya pada: -85-100 dB biasanya terdapat pada pabrik tekstil,

4
tempat kerja mekanis seperti mesin penggilingan, penggunaan udara
bertekanan, bor listrik, gergaji mekanis.
Sumber kebisingan dapat diidentifikasi jenis dan bentuknya. Kebisingan
yang berasal dari berbagai peralatan memiliki tingkat kebisingan yang
berbeda dari suatu model ke model lain. Proses pemotongan seperti proses
penggergajian kayu merupakan sebagian contoh bentuk benturan antara alat
kerja dan benda kerja yang menimbulkan kebisingan. Penggunaan gergaji
bundar dapat menimbulkan tingkat kebisingan antara 80-120 dBA.
Nilai ambang batas adalah standar faktor tempat kerja yang dapat
diterima tenaga kerja tanpa mengakibatkan penyakit atau gangguan kesehatan
dalam pekerjaan sehari-hari untuk waktu tidak melebihi 8 jam sehari atau 40
jam seminggu (KEPMENAKER No.Kep-51 MEN/1999). NAB kebisingan di
tempat kerja adalah intensitas suara tertinggi yang merupakan nilai rata-rata,
yang masih dapat diterima tenaga kerja tanpa mengakibatkan hilangnya daya
dengar yang menetap untuk waktu kerja terus menerus tidak lebih dari 8 jam
sehari dan 40 jam seminggu (Budiono, dkk, 2003). Nilai ambang batas yang
diperbolehkan untuk kebisingan ialah 85 dBA, selama waktu pemaparan 8
jam berturut-turut. Berikut adalah pedoman pemaparan terhadap kebisingan.
Pengaruh Kebisingan Pengaruh kebisingan pada tenaga kerja adalah
adanya gangguan-gangguan suara-suara, pembicara terpaksa berteriak-teriak
selain memerlukan ekstra tenaga juga menambah kebisingan Contoh
gangguan fisiologis: naiknya tekanan darah, nadi menjadi cepat, emosi
meningkat, vaso kontriksi pembuluh darah (semutan), otot menjadi tegang
atau metabolisme tubuh meningkat. Semua hal ini sebenarnya merupakan
mekanisme daya tahan tubuh manusia terhadap keadaan bahaya secara

spontan. Kebisingan juga dapat menurunkan kinerja otot yaitu Universitas


Sumatera Utara. Berkurangnya kemampuan otot untuk melakukan kontraksi
dan relaksasi, berkurang-nya kemampuan otot tersebut menunjukkan terjadi
kelelahan pada otot (Suma’mur, 1996). a. Gangguan Psikologis Pengaruh
kebisingan terhadap tenaga kerja adalah mengurangi kenyamanan dalam

5
bekerja, mengganggu komunikasi, mengurangi konsentrasi (Budiono, dkk,
2003), dapat mengganggu pekerjaan dan menyebabkan timbulnya kesalahan
karena tingkat kebisingan yang kecil pun dapat mengganggu konsentrasi
(sehingga muncul sejumlah keluhan yang berupa perasaan lamban dan
keengganan untuk melakukan aktivitas. Kebisingan mengganggu perhatian
tenaga kerja yang melakukan pengamatan dan pengawasan terhadap suatu
proses produksi atau hasil serta dapat membuat kesalahan-kesalahan akibat
terganggunya konsentrasi. Kebisingan yang tidak terkendalikan dengan baik,
juga dapat menimbulkan efek lain yang salah satunya berupa meningkatnya
kelelahan tenaga kerja (Suma’mur,1996). Bila gelombang suara datang dari
luar akan ditangkap oleh daun telinga kemudian gelombang suara ini
melewati liang telinga, dimana liang telinga ini akan memperkeras suara
dengan frekuensi sekitar 3000 Hz dengan cara resonansi. Suara ini kemudian
diterima oleh gendang telinga, sebagian dipantulkan dan sebagian diteruskan
ke tulang-tulang pendengaran dan akhirnya menggerakkan stapes yang
mengakibatkan tersjadinya gelombang pada perlympha. Kelelahan adalah
reaksi fungsionil dari pusat kesadaran yaitu cortex cerebri yang dipengaruhi
oleh dua sistem antagonistik yaitu sistem penghambat atau inhibisi.
C. Iklim Kerja
Iklim kerja adalah suatu kombinasi dari suhu kerja, kelembaban udara,
kecepatan gerakan udara dan suhu radiasi pada suatu tempat kerja. Cuaca
kerja yang tidak nyaman, tidak sesuai dengan syarat yang ditentukan dapat
menurunkan kapasitas kerja yang berakibat menurunnya efisiensi dan
produktivitas kerja (Subaris, dkk, 2008).
Menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi iklim kerja
adalah hasil perpaduan antara suhu, kelembaban, kecepatan gerakan udara
dan panas radiasi akibat dari tingkat pengeluaran panas dari tubuh tenaga
kerja sebagai akibat dari pekerjaannya (PER.13/MEN/X/2011).
Suhu di tempat kerja dapat dipengaruhi dar mesin dan factor lingkungan
di tempa tkerja. Selama tubuh beraktivitas maka tubuh secara otomatis akan

6
memelihara dan menyeimbangkan antara panas lingkungan yang diterima
dengan panas dari dalam tubuh melalui kehilangan panas dalam tubuh.
D. Debu
Menurut Suma’mur (1998) debu adalah partikel-partikel zat padat yang
ditimbulkan oleh kekuatan-kekuatan alami atau mekanis seperti pengolahan,
penghancuran, pelembutan, pengepakan yang cepat, peledakandan lain-lain
dari bahan- bahan baik organic maupun anorganik. Secara fisik debu atau
particulate dikategorikan sebagai pencemar udara yaitu dust dan aerosol.
Debu terdiri dari dua golongan, yaitu padat dan cair. Debu yang terdiri atas
partikel-partikel padat dapat dibagi menjadi 3 macam :
1. Dust atau debu terdiri dari berbagai ukuran mulai dari yang
submikroskopik sampai yang besar. Debu yang berbahaya adalah ukuran
yang bias terhirup kedalam system pernafasan, umumnya lebih kecil dari
100 mikron dan bersifat dapat terhirup kedalam paru-paru.
2. Fumes adalah partikel-partikel zat padat yang terjadi oleh karena
kondensasi daribentuk gas, biasanya sesudah penguapan benda padat yang
dipijarkan dan lain-lain dan biasanya disertai dengan oksidasi kimiawi
sehingga terjadi zat-zat seperti logam Cadmium dan timbal( Plumbum).
3. Smoke atau asap adalah produk dari pembakaran bahan organik yang
tidak sempurna dan berukuran sekitar 0,5mikron.

7
BAB III
PELAKSANAAN KEGIATAN

A. Waktu dan Tempat


Hari, tanggal : Jum’at, 13Septembe 2019
Waktu : 10.00 WITA-Selesai
Tempat : Kebun sayur Guntung Paring RT.003 RW.006
B. Kegiatan Yang Dilakukan
1. Wawancara
2. Pengukuran
C. Alat dan Bahan
1. Alat tulis
2. Alat dokumentasi
3. Heat Stress WBGT (Wet Bulb Globe Temperature) Meter HT30
4. Light Scattering Digital Dust Monitor MODEL 3443 KANOMAX
5. Sound Level Meter
6. Lux Meter
D. Prosedur Kerja
a) Heat Stress WBGT (Wet Bulb Globe Temperature) Meter HT30
1. Tekantombol SET untuk menghidupkan/memetikan alat.
2. Geser kebawah penutup sensor pelindung sebelum melakukan
pengukuran.
3. Tekan tombol MODE/▲ untuk memilih mode tampilan yang
diinginkan :Indeks SuhuBasah Bola (Wet Bulb Globe
Temperature/WBGT), SuhuUdara (TA), Suhu Bola/SuhuRadiasi
(TG), atau Kelembaban (RH). Sebuah ikon akan muncul di layar yang
menunjukan pilihan saat ini.
4. Untuk memilih satuan suhu yang diinginkan (˚F atau ˚C), tekan dan
lepaskan secara bersamaan tombol MODE/▲dan NEXT. Tanda F
atau C akan muncul di layar.

8
5. Alat ini mengukur Indeks Suhu Basah Bola (ISBB) dengan (IN) atau
tanpa (OUT) paparan sinar matahari langsung. Tekan tombol
MODE/▲kurang lebih 1 detik untuk pengaturan secarabergantian.
Tanda IN atau OUT akan ditampilkan pada layar.
b) Light Scattering Digital Dust Monitor MODEL 3443 KANOMAX
1. Buka penutup ventilasi udara pada bagian depan alat.
2. Tarik dan putar tuas pada bagian atas, putar kearah full.
3. Tekan dan tahan tombol ON/OFF hingga layar monitor menyala.
4. Tekan tombol MENU lalu pilih CALIBRATION untuk melakukan
kalibrasi alat terlebih dahulu. Kemudian tombol SET.
5. Setelah itu, tekan tombol MENU kemu dian pilih MODE. Lalu pilih
STANDART SET untuk mengatur waktu. Atur waktu alat menjadi 5
second (menit) lalu tekan SET.
6. Kemudian tekan tombol START. Alat akan mati otomatis setelah 5
menit dan alatakan menampilkan hasil angka pada display alat.
c) Sound Level Meter
1. Pertama-tama aktifkan alat ukur sound level meter yang akan
digunakan untuk mengukur.
2. Pilih selector pada posisi fast untuk jenis kebisingan continue atau
berkelanjutan atau selector pada posisi slow untuk jenis kebisingan
implusive atau yang terputus-putus.
3. Pilih selector range intensitaskebisingan.
4. Kemudian, tentukan area yang akandiukur.
5. Setiap area pengukuran dilakukan pengamatans elama 10 menit
dimana setiap10 detik dilakukan pembacaan.
6. Catat angka yang terukur pada alat.
d) Lux Meter
1. Geser tombol “off/on” kearah on
2. Pilih kisaran range yang akan diukur (2000 lux, 20.000 lux atau
50.000 lux) pada tombol range

9
3. Arahkan sensor cahaya dengan menggunakan tangan pada permukaan
daerah yang akan diukur kuat penerangannya.
4. Lihat hasil pengukuran padala yar panel.

10
BAB IV
HASIL

A. Data Umum
Nama Pemilik : Sukatih
Alamat : Guntung Paring, RT 36 RW 003
Lama Bekerja : Sejak 2001
Jumlah Pekerja : 2 Orang (Pemilik dan suami)
B. Pembukaan Lahan
1. Luas tanah yang akan dibuka/diolah 10 borongan
2. APD yang digunakan : -
3. Pekerja pernah mengalami kecelakan kerja : Pernah (luka terkena
cangkul/arit)
4. Jika terjadi kecelakan kerja, cara menanganinya : Diobati sendiri/ dibawa
ke puskesmas terdekat
5. Pernah mengalami sakit akibat kerja : sakit pinggang,digigit serangga.
C. Pembersihan dan Pengolahan Lahan
Pembersihan :
1. Kegiatan yang dilakukan : Penebasan rumput dan tanaman liar
2. Jenis tenaga yang digunakan : manual (cangkul & arit)
3. APD yang digunakan : -
Pengolahan :
1. Kegiatan yang dilakukan : Mencangkul tanah, pembuatan balur dan
pemberian pupuk
2. Jenis tenaga yang digunakan : tenaga manual
3. APD yang digunakan : -
Penanaman
1. Cara tanaman yang digunakan : Penaburan benih
2. Jarak tanam antar tanaman : Tidak menentu, sesuai perkiraan
3. APD yang digunakan : -

11
D. Perawatan Tanaman
1. Cara perawatan tanaman : Penyiraman, penyemprotan pestisida, dan
pemberian pupuk
2. Jenis pupuk yang digunakan : pupuk kandang (kotoran ayam)
3. Dosis pupuk yang digunakan : satu karung untu satu balur
4. Berapa kali penyiraman tanaman : 2 kali sehari (pagi dan sore)
5. Cara mengatasi adanya gulma : penyemprotan pestisida
6. Berapa kali melakukan penyemprotan pestisida : tidak menentu, sesuai ada
tidaknya gulma
7. APD yang digunakan : -
E. Penyemprotan Hama
1. Pestisida yang digunakan :
2. Cara menentukan dosis pestisida : disesuaikan aturan yang tertera di label
pestisida
3. Waktu penyemprotan : malam hari
4. Berapa kali penggunaan pestisida dari tanam sampai penen : seminggu
sekali
5. APD yang digunakan :-
F. Panen
1. APD yang digunakan :-
2. Alasan tidak menggunakan APD : tidak terbiasa
3. Terjadi kecelakaan kerja : tidak pernah
4. Terjadi iritasi pada kulit :-
5. Jam kerja lebih dari 8 jam : tidak
6. Terdapat jam istirahat : ada

Hasil Praktikum

1. Digital Dust Monitor (Alat Pemeriksaan Debu)


Hasil yang didapat sebesar 2,109 mg/m3

12
2. Heat Stress Meter
a. TG : 45 %
b. TA : 35,7 %
c. WBGT : 34,3 %
3. Pencahayaan (Lux Meter)
20.700 lux
4. Kebisingan (Sound Level Meter)
70 dB

13
BAB V
PEMBAHASAN

Dari praktik yang telah dilaksanakan oleh kelompok kami di


perkebunan guntung paring, didapatkan hasil dari observasi dan
wawancara yaitu pada saat pembukaan lahan pekerja tidak menggunakan
APD. Pekerja juga pernah mengalami kecelakaan kerja seperti tersayat
ataupun tertusuk bendata jampa dasaat proses pembukaan lahan. Dan
pekerja juga pernah mengalami penyakit akibat kerja seperti kelelahan dan
terlalu lama di bawaha sinar matahari.Pada saat pembersihan dan
pengolahan lahan kegiatan yang dilakukan adalah penyiangan/
pembersihan rumput dan tanaman liar, pembersihan lahan menggunakan
tenaga manual seperti mencangkul, pembuatan balur dan pemberian pupuk
oleh pekerja dan pada tahap ini pekerja juga tidak menggunakan APD.
Pada tahap penanaman, cara penanaman dengan menaburkan benih, di
tahap ini pekerja juga tidak mengenakan APD.
Saat tahap perawatan tanaman sayur pekerja melakukan penyiraman,
penyemprotan pestisida, dan pemberian pupuk, pupuk yang digunakan
adalah pupuk kandang dari kotoran ayam. Untuk satu balur di gunakan
satu karung pupuk kandang. Penyiraman pun dilakukan 2 kali seharipada
pagi dan sore hari. Penyemprotan pestisida pun dilakukan sesuai adat atau
tidak adanya gulma atau rumput liar yang tumbuh. Dan pada saat
melakukan penyemprotan pestisida pekerja juga tidak mengenakan APD
yang seharusnya digunakan sesuai jenis bahaya seperti masker, sarung
tangan, kacamata, sepatu boot, dan topi untuk menghindari pajanan dari
kandungan bahan kimia yang disemprotkan. Pada saat penyemprotan
hama pekerja menggunakan dosis yang digunakan sesuai dengan
aturandosispakai yang tertera pada label pestisida. Penyemprotan pestisida
diakukan pekerja seminggus sekali pada saat malam hari dan pekerja juga
tidak mengenakan APD pada saat pemyemprotan hama. Pada masa panen
pekerja juga tidak mengenakan APD dengan alasan karena tidak terbiaasa

14
menggunakan APD. Dan pada saat bekerja tanpa mengenakan APD,
pekerja mengaku bahwa tidak pernah mengalami kecelakaan kerja dan
iritasi pada kulit. Dan hasil pengukuran di perkebunan menggunakan
instrument lingkungan seperti digital dust monitor yang digunakan untuk
mengukur kadar debu menunjuk kanangka 2.109 mg/m3. Alat heat stress
meter untuk mengukur iklim kerja menunjukkan suhu bola dengan hasil
45ºC,suhu kering dengan hasil 35,7ºC dan suhu basah dengan hasil 34,3ºC
denganhasil WBGT atau suhu basah bola adalah 36,58ºC. untuk hasil
pengukuran pencahayaan dengan menggunakan alat lux meter
mendapatkan hasil 20.700 lux, dan untuk kebisingan digunakan alat sound
level meter yang mendapatkan hasil 70 dBA.

15
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan laporan ini dan pengamatan beberapa anggota
kelompok selama praktek lapangan di kebun sayur Guntung Paring untuk
semua kegiatan mulai dari pembukaan lahan hingga panen pekerja tidak
pernah memakai APD apapun.
B. Saran
Untuk pekerja diharapkan agar dapat lebih memperhatikan APD untuk
keselamatan dalam bekerja.

16
DAFTAR PUSTAKA

https://library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00562-PS%20bab
%202.pdf diakses pada tanggal 11 september 2019

Dwi,P. Sasongko, dkk.2000. Kebisingan Lingkungan.Semarang: Badan Penerbit


Universitas Diponegoro Semarang.
Suma’mur. 1996.Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja.Jakarta:PenerbitPT
Toko Gunung Agung
M. Sugeng Budiono. 2003. Bunga Rampai Hiperkes dan Kesehatan Kerja.
Semarang : Badan Penerbit UNDIP KepMeNakerNo.Kep-51
MEN/1999). Nilai Ambang Batas Kebisingan di tempat kerja.

17
LAMPIRAN

18

Anda mungkin juga menyukai