Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

A. LatarBelakang

Kesehatan lingkungan merupakan faktor yang sangat penting dalam


kehidupan social kemasyarakatan, bahkan merupakan salah satu unsur
penentuan atau determinan dalam kesejahteraan penduduk. Dimana
lingkungan yang sehat sangat dibutuhkan bukan hanya untuk
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, tetapi juga untuk
kenyamanan hidup manusia di dunia. Tempat industri mebel
merupakan salah satu sektor industri yang terus berkembang di
Indonesia. Pada era sekarang, mebel kayu menjadi kebutuhan wajib
yang diperlukan untuk memberikan desain interior yang baik bagi
rumah serta dapat memberikan kenyamanan sehingga dapat
menunjang berbagai aktivitas. Industri mebel juga berperan penting
sebagai sumber devisa bagi negara karena peminat dari produk ini juga
datang dari luar negeri.

Maka dari itu, suatu tempat industri harus memiliki kenyamanan serta
kesehatan agar tidak menimbulkan dampak negativ seperti kecelakaan
di tempat industri. Terserang penyakit, dan ketidaknyamanan pekerja
dan pembeli. Untuk menghindari hal-hal tersebut, Kita perlu
mengetahui tentang penerapan teori dasar kesehatan lingkungan pada
objek-objek tempat Industri. Adapun hal- hal yang perlu diperhatikan
dalam pembangunan tempat Industri mebel yaitu Kelayakan finansial
(untung-rugi), Kelayakan sosial ekonomi regional (meningkatkan
devisa negara), Kelayakan teknis (tidak membahayakan pekerja atau
pembeli), dan kelayakan lingkungan (Analisis dampak lingkungan).

1
B. Tujuan Praktikum
Tujuan umum :
a. Memenuhi tugas Dasar-dasar kesehatan lingkungan semester 1A di
Poltekkes Kemenkes Surabaya Prodi DIII Kesehatan Lingkungan
Kampus Magetan

Tujuan Khusus :

a. Penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasi keadaan tempat


Industri mebel sesuai standar teori kesehatan lingkungan.
b. Untuk mengetahui kondisi lingkungan serta sarana prasarana objek
Industri mebel?
c. Untuk mengetahui resiko keselamatan dan bahaya sarana prasarana
objek ditempat Industri mebel?

C. Manfaat Praktikum

1. Untuk memperdalam pengetahuan Mahasiswa tentang baku mutu


tempat perindustrian mebel yang sesuai dengan standar sanitasi
tempat Industri.
2. Sebagai salah satu alternatif menjaga kesehatan lingkungan di
Kampus Prodi DIII Kesehatan Lingkungan Kampus Magetan.
3. Sebagai wawasan untuk pembaca agar lebih mengenal Objek
tempat perindustrian yang sehat, aman, dan nyaman bagi pekerja
dan pembeli.

2
BAB II

INDUSTRI MEBEL

C. Pengertian dan Ruang lingkup


1. Pengertian Kesehatan Lingkungan menurut ahli
a. Menurut HAKLI (Himpunan Ahli Kesehatan Lingkungan
Indonesia)
Kesehatan Lingkungan adalah suatu kondisi lingkungan yang
mampu menopang keseimbangan ekologi yang dinamis antara
manusia dan lingkungannya untuk mendukung tercapainya
kualitas hidup manusia yang sehat dan bahagia.
b. Menurut WHO (World Health Organization)
Kesehatan Lingkungan adalah suatu keseimbangan ekologi
yang harus ada antara manusia dan lingkungan agar dapat
menjamin keadaan sehat dari manusia.
c. Menurut gabungan para ahli (sintesa dari Azrul Azwar,
Slamet Riyadi, WHO dan Sumengen)
Kesehatan Lingkungan adalahUpaya perlindungan,
pengelolaan, dan modifikasi lingkungan yang diarahkan
menuju keseimbangan ekologi pd tingkat kesejahteraan
manusia yang semakin meningkat.

2. Pengertian Ruang Lingkup Kesehatan


Ruang Lingkup Kesehatan Lingkungan adalah hal yang essensial
disamping masalah perilaku masyarakat, pelayanan kesehatan dan
faktor keturunan. Lingkungan memberikan kontribusi terbesar
terhadap timbulnya masalah kesehatan masyarakat.

a. Menurut WHO ada 17 ruang lingkup lingkungan :


1) Penyediaan Air Minum
2) Pengelolaan Air Buangan dan Pengendalian Pencernaan

3
3) Pembuangan Sampah Padat
4) Pengendalian Vektor
5) Pencegahan/pengendalian pencemaran tanah oleh ekskreta
manusia
6) Higiene makanan, termasuk hygiene susu
7) Pengendalian pencemaran udara
8) Pengendalian radiasi Kesehatan kerja
9) Pengendalian kebisingan
10) Pengendalian kebisingan
11) Perumahan dan pemukiman
12) Aspek kesling dan transportasi udara
13) Perencanaan daerah dan perkotaan
14) Pencegahan kecelakaan
15) Rekreasi umum dan pariwisata
16) Tindakan-tindakan sanitasi yang berhubungan dengan
keadaan epidemi/wabah, bencana alam dan perpindahan
penduduk
17) Tindakan pencegahan yang diperlukan untuk menjamin
lingkungan.

b. Menurut UU No. 23 tahun 1992 Tentang Kesehatan, ruang


lingkup kesehatan lingkungan antara lain :
Penyehatan Air dan Udara Pengamanan limbah padat/sampah,
pengamanan Limbah cair, Pengamanan limbah gas,
pengamanan radiasi, pengamanan kebisingan, pengamanan
vektor penyakit, dan vektor penyehatan, dan pengamanan
lainnya, misalnya : Pasca Bencana.

c. Lingkungan sehat menurut Undang-undang No. 36 tahun


2009

4
Merupakan lingkungan yang bebas dari unsur-unsur yang
menimbulkan gangguan kesehatan, antara lain : Limbah cair,
limbah padat, limbah gas, sampah yang tidak diproses sesuai
dengan persyaratan yang ditetapkan pemeintah, binatang
pembawa penyakit, zat kimia yang berbahaya, kebisingan yang
melebihi ambang batas, radiasi sinar pengion dan non pengion,
air yang tercemar, udara yang tercemar, dan makanan yang
terkontaminasi.

D. PENGERTIAN INDUSTRI MEBEL

Industri adalah bidang yang menggunakan keterampilan, dan


ketekunan kerja dan penggunaan alat – alat di bidang pengolahan hasil
– hasil bumi, dan distibusinya sebagai dasarnya.

Mebel adalah perlengkapan rumah yang mencakup semua barang


seperti kursi, meja, dan lemari. Mebel berasal dari kota movable, yang
artinya bergerak.

Mebel kayu adalah istilah yang digunakan untuk perabotan rumah


tangga yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan barang, tempat
duduk, tempat tidur, tempat mengerjakan sesuatu dalam bentuk meja
atau tempat menaruh barang di permukaannya, misalnya mebel kayu
tempat penyimpan biasanya dilengkapi dengan pintu, laci dan rak,
contoh lemari pakaian, lemari buku dan lain – lain. Mebel kayu dapat
terbuat dari kayu, plastic, bamboo logam dan lain – lain. Mubel kayu
sebagai produk artistic bi asanya terbuat dari kayu pilihan dengan
warna dan teksturindah yang dikerjakan dengan penyelesaian akhir
yang halus. Menurut Depkes RI (2002), industri mebel kayu adalah
pekerja sektor informal yang menggunakan berbagai jenis kayu

5
sebagai bahan baku / utama dalam proses produksinya serta
menerapkan cara kerja yang bersifat tradisional.

Bahan baku yang digunakan dalam pembuatan mebel kayu oleh


pengrajin sektor informal tersebut adalah kayu. Ada dua jenis bentuk
kayu yang bisa digunakan : kayu balok dan papan serta kayu lapis.
Kayu balok biasanya terdiri dari kayu keras semata dan digunakan
sebagai rangka utama suatu mebel, sedangkan kayu papan sering
merupakan kayu gubal atau keras dan dipakai sebagai dinding atau alas
dari suatu mebel.

6
BAB III
KAJIAN TEORI

A. Standar Sanitasi dan Kesehatan Lingkungan pada Industri mebel

Perkembangan industry Mebel di Indonesia saat ini maju sangat pesat,


seiring dengan tuntutan berbagai kebutuhan bermacam produk. Penerapan
teknologi berbagai bidang tersebut selain membawa manfaat bagi efisiensi
dan peningkatan produktifitas juga menimbulkan dampak resiko yang
dapat membahayakan terhadap keselamatan dan kesehatan para pekerja di
tempat kerja.

Di sektor industri mebel misalnya yang dapat mengubah kayu menjadi


perabot rumah tangga dan peralatan kantor, tentunya akan menimbulkan
masalah keselamatan dan kesehatan kerja bagi pekerja meubel, serta
lingkungan kerja yang tercemar oleh debu dari proses produksi. Debu ini
akan terbilang bebas di udara lingkungan kerja tanpa melalui suatu proses
pengolahan limbah udara secara baik, serta desain industri meubel tidak
mencerminkan suatu bangunan industri yang baik.

Pengaruh dari debu terhadap kesehatan tenaga kerja adalah dapat


menurunkan fungsi paru. Tenaga kerja yang bekerja pada lingkungan yang
berdebu dapat dihinggapi penyakit akibat kerja yang disebabkan karena
penimbunan debu di paru dalam waktu lama dikenal dengan nama

7
pneumoconiosis. Semakin lama orang menghirup debu, semakin banyak
debu yang masuk ke paru. Jumlah debu yang mengendap di paru
tergantung dari jumlah Semakin lama orang menghirup debu, semakin
banyak debu yang masuk ke paru. Jumlah debu yang mengendap di paru
tergantung dari jumlah dalam debu yang dihasilkan dari proses produksi
industri meubel ini sangan sarat dengan debu kayu dan bahan kimia yang
merupakan bahan dasar untuk pengawetan, pengeleman dan pengecatan
kayu. Bahan dasar untuk proses pengawetan, lem, dan pelapisan
permukaan kayu lapis adalah formaldehid. Resiko yang dihadapi pekerja
yang terpajan debu di industri meubel ini adalah gangguan saluran napas
yang dapat berupa batuk, dahak, mengi, sesak napas atau bronchitis yang
secara laboratorium menimbulkan gangguan faal paru.

Di Indonesia perlindungan keselamatan dan kesehatan tenaga kerja


tersebut dijamin sesuai dengan pasal 86 ayat (1) dan (2) Undang – Undang
No 13 tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan yang berbunyi “ Setiap
pekerja / buruh mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas
keselamatan dan kesehatan kerja, moral dan kesusilaan, perlakuan yang
sesuai dengan harkat dan martabat manuasi serta nilai – nilai agama dan
untuk melindungi keselamatan pekerja / buruh guna mewujudkan
produktifitas kerja yang optimal diselenggarakan upaya keselamatan dan
kesehatan kerja.

B. Tempat-tempat yang berada di Industri Mebel Tinap,Sukomoro


Magetan
1. Tempat Produksi

8
Produksi merupakan suatu kegiatan yang dikerjakan untuk menambah
nilai guna suatu benda atau menciptakan benda baru sehingga lebih
bermanfaat dalam memenuhi kebutuhan. Kegiatan menambah daya
guna suatu benda tanpa mengubah bentuknya dinamakan produksi jasa.
Sedangkan kegiatan menambah daya guna suatu benda dengan
mengubah sifat dan bentuknya dinamakan produksi barang.

2. Tempat Dapur

Dapur adalah suatu ruangan atau tempat khusus yang memiliki


perlengkapan dan peralatan untuk mengolah makanan hingga siap
untuk disajikan
3. Toilet

9
Toilet adalah fasilitas sanitasi untuk tempat buang air besar dan kecil,
tempat cuci tangan dan muka. Umum adalah tidak menyangkut yang
khusus (semuanya) secara menyeluruh. Toilet Umum adalah fasilitas
sanitasi yang mengakomodasi kebutuhan membuang hajat yang
digunakan oleh masyarakat umum, tanpa membedakan usia maupun
jenis kelamin dari pengguna tersebut.

4. Halaman

Halaman area tanah yang berdekatan dengan industri dan menjadi


bagian tak terpisahkan dengan suatu bangunan atau terkait dengan
kepemilikan dalam suatu persil.

5. Kantor

10
Kantor adalah tempat yang digunakan untuk perniagaan atau
perusahaan yang dijalankan secara rutin. Kantor bisa hanya berupa
suatu kamar atau ruangan kecil maupun bangunan bertingkat tinggi.

C. Jenis – jenis Mebel


Jenis – jenis kayu yang sering digunakan untuk Produksi Mebel Jepara :
1. Kayu Jati
Kayu Jati adalah sejenis pohin penghasil kayu jati bermutu tinggi.
Pohon besar berbatang lurus dapat tumbuh mencapai tinggi 30-40 m.
berdaun besar yang luruh dimusim kemarau. Jenis kayu jati ini yang
sering dipakai untuk membuat produk mebel, maka dari itu kayu jati
banyak peminatnya karna sifat kayu jati lebih kuat daripada kayu
lainnya.
2. Kayu Sonokeling
Kayu sonokeling ini sering digunakan karena mempunyai keunikan
warna gelap alami. Kayu ini hampir sama dengan kayu jati karena
keawetannya
3. Kayu trembesi
Kayu ini sering digunakan karena kayu trembesi dialam masih banyak
atau mudah dicari,dan ukuran kayu trembesi umumnya besar karena
kayu ini lebih tebal
4. Kayu Mahoni
Kayu Mahoni ini juga sering digunakan karena kualitasnya baik, dan
harganya lebih murah dibanding kayu lainnya sehingga menghemat
biaya produksi
5. Kayu Kamper
Kayu ini lebih sering digunakan untuk membuat pintu rumah
6. Kayu Akasia
Kayu Akasia ini memiliki warna yang mirip dengan kayu jati, dan
kayu ini termasuk awet dan kuat tetapi, kayu ini bobotnya cukup berat.

11
D. Alat dan Bahan
Berikut ini adalah peralatan dan bahan- bahan untuk proses produksi
mebel Jepara,Tinap Magetan :
a. Alat dan Bahan :
1) Bandsaw
Alat ini adalah gergaji serkel yang berukuran besar yang berfungsi
untuk memotong atau menggergaji kayu gelondong (kayu yang
masih utuh) menjadi lembaran. Alat ini dianggap penting jika ada
persediaan kayu yang masih utuh,dan bisa juga alat ini tidak
penting jika persediaan kayu sudah berupa lembaran (sudah
dipotong)
2) Mesin Plener
Mesin Plener ini sering disebut mesin serut yang digunakan untuk
meratakan bidang kayu sebelum dibentuk.
3) Mesin bor :
Alat ini berfungsi untuk megebor kayu
4) Mesin gergaji serkel
Mesin ini beda sama bandsaw, mesin ini berfungsi untuk
membentuk kayu melengkung

Alat-alat pendukung lainnya adalah


1) Palu : berfungsi sebagai alat dorong bahan pelengkap lainnya
seperti untuk menancapkan paku pada kayu.
2) Tata atau pahat : alat ini memiliki banyak kegunaan. Alat ini juga
bisa digunakan untuk membuat lubang purusan pada kayu.
3) Obeng : alat ini berfungsi untuk memasang sekrup pada kayu.
4) Siku alat ini berfungsi untuk mengetahui tingkat kesikuan barang
pada saat dikerjakan.

12
5) Jidar atau mistar: biasanya, alat ini digunakan untuk membuat garis
lurus pada kayu agar ketika kayu tersebut digergaji, hasilnya bisa
benar-benar lurus.
6) Pensil : biasa digunakan untuk membuat mal atau bentuk
komponen untuk barang yang akan dibuat.

Selain alat-alat pertukangan yang sudah disebutkan di atas itu,


sebenarnya masih ada peralatan lain yang biasa digunakan dalam
industri permebelan, tapi peralatan di atas sudah cukup atau alat
standar yang harus ada dalam industri permebelan agar proses
produksinya bisa lebih lancar dan lebih efisien terhadap waktu dan
biaya juga tentunya.

E. Pekerja dan Kegiatannya


Pada saat bekerja, pekerja hanya memakai APD seadanya, misalnya
masker hanya saat mengecat saja. Selain dari proses tersebut tidak ada
pekerja yang memakai APD. Pekerja juga hanya memakai baju biasa,
tanpa alas kaki, dan beberapa pekerja termasuk pemilik jarang memakai
masker padahal paparan debu dari hasil penghalusan kayu disana cukup
tinggi.

F. Peletakan tempat sampah.


a. Di Industri Mebel Jepara diberi sampah
b. Tidak ada penyediaan tempat sampah yang khusus untuk sisa serbukan
kayu.
c. Tempat sampah diletakkan disembarang tempat
Sampah serbuk dikumpulkan menjadi satu dan serbuk tersebut di
berikan ke pabrik roti yang sudah memesan serbuk tersebut. Tempat
pengumpulan serbuk hendaknya dibuatkan tempat tersendiri.

13
Dampak yang dapat ditimbulkan sampah, jika tidak dikelola secara benar
antara lain :
a. Menjadi tempat berkembang biak dan sarang dari serangga terutama
lalat dan tikus.
b. Menjadi sumber pengotoran tanah, sumber air permukaan, air tanah,
maupun pencemaran udara.
c. Menjadi tempat hidup serta sumber kuman-kuman penyakit yang
membahayakan kesehatan masyarakat.
d. Menimbulkan bau yang tidak sedap dan tidak estetik

G. Standar Sanitasi dan Kesehatan Atap

Adapun syarat-syarat konstruksi atap yang harus dipenuhi antara lain:

a. Konstruksi atap harus kuat menahan berat sendiri dan tahan terhadap
beban-beban yang bekerja padanya.
b. Pemilihan bentuk atap yang sesuai sehingga menambah keindahan
serta kenyamanan bagi penghuninya.
c. Bahan penutup atap harus sesuai dengan fungsi bangunan tersebut, dan
tahan terhadap pengaruh cuaca.
d. Sesuai dengan ciri khas arsitektur tradisional bangunan sekitar.
e. Kemiringan atau sudut atap harus sesuai dengan jenis bahan
penutupnya. Makin rapat jenis bahan penutupnya, maka
kemiringannya dapat dibuat lebih landai, seperti bahan dari seng, kaca,
asbes, dan lain-lainnya.

14
H. Standar Sanitasi dan Kesehatan Dinding
1) Fungsi Dinding
a. Sebagai pelindung / keamanan bagi penghuni dari kondisi alam
sekitar
b. Sebagai penyekat dan pembatas ruangan sekaligus sebagai
pembeda fungsi ruangan
c. Membantu menahan sebagian atau keseluruhan beban dari super
struktur pada bangunan semi permanen
d. Meneruskan beban ke pondasi melalui kolom untuk disebarkan ke
tanah dasar pada bangunan permanen
e. Sebagai jalur penempatan jaringan instalasi yang diperlukan : Air
bersih, air kotor, listrik,AC maupun pekerjaan utilitas sanitasi dan
ME lainnya
f. Sebagai penghambat atau peredam suara
g. Menambah keindahan

I. Standar Sanitasi dan Kesehatan Toilet

Toilet adalah fasilitas sanitasi untuk tempat buang air besar dan kecil,
tempat cuci tangan dan muka. Umum adalah tidak menyangkut yang
khusus (semuanya) secara menyeluruh. Toilet Umum adalah fasilitas
sanitasi yang mengakomodasi kebutuhan membuang hajat yang digunakan
oleh masyarakat umum, tanpa membedakan usia maupun jenis kelamin
dari pengguna tersebut.

J. Resiko dan faktor resiko


Risiko adalah bahaya, akibat atau konsekuensi yang dapat terjadi akibat
sebuah proses yang sedang berlangsung atau kejadian yang akan datang.
Dalam bidang asuransi, risiko dapat diartikan sebagai suatu keadaan

15
ketidakpastian, di mana jika terjadi suatu keadaan yang tidak dikehendaki
dapat menimbulkan suatu kerugian.

Faktor Resiko adalah hal-hal atau variabel yang terkait dengan


peningkatan suatu resiko dalam hal ini penyakit tertentu. Faktor resiko di
sebut juga faktor penentu, yaitu menentukan berapa besar kemungkinan
seorang yang sehat menjadi sakit. Faktor penentu kadang-kadang juga
terkait dengan peningkatan dan penurunan resiko terserang sutu penyakit.

Faktor resiko merupakan karakteristik, kebiasaan, tanda atau gejala yang


tampak pada seseorang atau popula si sebelum terserang suatu penyakit.
Namun secara keilmuan, faktor resiko memiliki definisi tersendiri,
yaitu ”karakteristik, tanda atau kumpulan gejala pada penyakit yang
diderita induvidu yang mana secara statistic berhubungan dengan
peningkatan kejadian kasus baru berikutnya (beberapa induvidu lain
pada suatu kelompok masyarakat”. Setiap faktor resiko memiliki
korelasi tetapi korelasi tidak dapat membuktikan hukum sebab-akibat yang
mungkin muncul. Metode statistik seringkali digunakan untuk menilai
kekuatan sebuah asosiasi dan untuk memberikan bukti kausal , contoh
yang paling sederhana adalah dalam studi tentang hubungan antara
merokok dan kanker paru-paru. Analisis statistik bersama dengan
pendekatan dalam bidang biologi dan medik dapat menetapkan faktor
risiko penyebab. Beberapa memilih term faktor risiko sebagai penentu
penyebab meningkatnya angka penyakit, meski kaitan ini belum terbukti
disebut risiko, asosiasi, dan lain-lain.

a) Resiko Terhadap Kesehatan

Pembuangan sampah hasil sisa industri kayu yang tidak mempunyai


wadah dan kotoran kayu yang bertumpuk- tumpuk lalu diambil oleh
petugas pabrik roti.

16
Penyebab resiko :

Potensi bahaya yang ditimbulkan bau karna terkena air hujan dan itu
menimbulkan penyakit gangguan pernafasan karna terkena udara, atau
bisa juga terserang penyakit DBD karena banyak nyamuk yang berada
disekitar sisa-sisa kotoran kayu dan dapat juga meningkat dengan cepat
di daerah yang pengelolaan sampahnya kurang memadai, demikian pula
penyakit jamur (misalnya jamur kulit).

b) Resiko Terhadap Pencemaran


Hasil sisa kotoran kayu yang menumpuk dapat menyebabkan
pencemaran udara.
Penyebab resiko :
Serbuk kayu yang menumpuk bertebaran karena tidak segera
dikumpulkan dalam wadah tertentu.

c) Resiko Terhadap Sosial Ekonomi

Pengelolaan sampah dari sisa kotoran kayu yang kurang baik dapat
membentuk lingkungan yang kurang menyenangkan bagi masyarakat
sekitar, pemandangan yang buruk.

K. Resiko dan faktor resiko yang ada diIndustri Mebel


1. Resiko yang ada di Industri Mebel :
a. Tempat produksi
1) Kecelakaan tempat produksi
Setiap saat bisa melukai pekerja
2) Penyakit
Menyebabkan Ispa, iritasi pada mata, gatal-gatal pada kulit

17
3) Pencemaran
Banyak polusi udara diarea tempat pekerja bekerja dan suara
mesin mengakibatkan gangguan pada indra pendengar
b. Dapur
1) Kecelakaan
Terkena api apabila tidak hati-hati dan juga bahaya gas yang
meledak.
2) Pencemaran
Timbulnya bau yang tidak sedap
3) Penyakit
Banyak lalat yang hinggap dan bisa mengakibatkan penyakit
diare

c. Toilet
1) Kecelakaan toilet
Seseorang yang masuk kedalamnya akan terpeleset.
2) Penyakit toilet
Penyakit yang ditimbulkan karna tidak terawatnya toilet adalah
Demam berdarah dan gatal-gatal
3) Pencemaran
Pencemaran pada toilet menyebabkan bau yang tidak sedap
4) Kenyamanan
Pintu toilet sewaktu-waktu bisa terbuka dengan sendirinya
menyebabkan was-was

d. Halaman
1) Kecelakaan
Kecelakaan yang terjadi yaitu terpeleset dan tersandung.
2) Pencemaran
Tanah terkontaminasi dengan cat kayu

18
e. Kantor
1) Penyakit
Timbulnya penyakit DBD dan iritasi pada kulit
2) Estetika
Banyak kursi-kursi yang dipahat dengan bagus dan juga tata
ruangnya bagus

2. Faktor resiko yang ada di industri mebel


a. Tempat produksi
1) Kecelakaan tempat produksi
a) Kecelakaan disebabkan oleh pekerja yang tidak
menggunakan APD.
b) Kurangnya konsentrasi pada pekerja itu sendiri
2) Penyakit di tempat produksi
a) Ispa terjadi karena setiap hari para pekerja menghirup debu
secara langsung,
b) Para pekerja tidak memakai pelindung mata seperti kaca
mata.
c) Banyaknya debu yang menempel pada kulit yang
berlangsung sangat lama sehingga menimbulkan gatal-
gatal.
3) Pencemaran di tempat produksi
a) Banyaknya polusi udara yang disebabkan oleh proses
pembuatan mebel, seperti penggergajian, pengamplasan,
pengukiran, dll.
b) Gangguan pada indra pendengar disebabkan oleh
banyaknya mesin yang digunakan.

b. Dapur
1) Kecelakaan

19
a) Terkena api karena berada ditempat terbuka sehingga angin
bisa masuk dengan leluasa.
b) Terjadi gas meledak karena berdekatan dengan sumber api
oleh kompor
2) Pencemaran
a) Bau yang tidak sedap timbul karena disekitar dapur banyak
sampah
3) Penyakit
a) Banyak lalat yang berada disekitar dapur sehingga
mengakibatkan penyakit diare

c. Toilet
1) Kecelakaan ditoilet
a) Terjadi karena lantai licin dan juga lantainya berlumut dan
tidak sesuai dengan standar
2) Penyakit di toilet
a) Akibat bak mandi tidak sering dikuras menjadi sarang bagi
nyamuk berkembang biak sehingga menimbulkan penyakit
DBD atau malaria
b) Terjadi karena didalam bak mandi ada ikan yang dipelihara
dan itu menimbulkan banyak bakteri
3) Pencemaran
a) Bau yang ditimbulkan karena pembuangan limbah dari
toilet dibuang disembarang tempat tanpa ada saluran
penampungan.
4) Kenyamanan
a) Kurang nyaman akibat pintu yang rusak

d. Halaman
1) Kecelakaan

20
a) Terjadi karena halaman masih berupa tanah dan banyak
batu yang berserakan maupun potongan kayu yang bisa
membuat orang yang lewat tersandung
2) Pencemaran
a) Di halaman terkontaminasi oleh tumpahan cat

e. Kantor
1) Penyakit
a) Banyak nyamuk yang berada disekitar kolong meja atau
kursi dan tempatnya juga lembab

2) Estetika
a) Kursi – kursi yang ada dipahat dengan baik sehingga
menimbulkan nilai estetika tersendiri dan juga tata letaknya
rapi

21
BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Kesehatan lingkungan merupakan faktor penting dalam kehidupan
sosial dan masyarakat, selain itu juga kesehatan lingkungan juga
berperan sebagai salah satu unsure penentu atau determinan dalam
kesejahteraan masyarakat. Dimana lingkungan yang sehat dapat
menimbulkan kenyamanan hidup, kesehatan untuk masyarakatnya,
efisiensi kerja dan belajar masyarakat yang berada pada lingkungan
yang sehat. Agar tercipta lingkungan sehat harus ada peran aktif yang
dilakukan oleh masyarakat sekitar.

Disamping itu keberadaan suatu industri disekitar masyarakat juga


berdampak bagi kesejahteraan masyarakat. Baik itu dampak positif
maupun negative, dampak positifnya untuk masyarakat sekitar sebagai
lapangan pekerjaan atau sebagai sumber mata pencarian. Selain itu
juga berdampak negatif bagi masyarakat sekitar, contohnya pada
bidang kesehatan baik itu berdampak langsung maupun tidak
langsung.

Apabila tidak ditangani dengan baik dan benar dampak negatif tersebut
dapat merugikan dan mengganggu kesehatan masyarakat sekitar. Maka
dari itu sangat perlu pada setiap industry diberi peraturan tentang
pengolahan limbah atau prosedur kerja yang sesuai dengan SNI supaya
tidak membahayakan bagi pekerja maupun orang lain.

22
Dari hasil pengamatan kemarin dapat disimpulkan bahwa bangunan
dan cara kerja atau prosedur kerja kurang aman baik untuk pekerja
sendiri maupun orang lain. Dan juga membahayakan bagi masyarakat
sekitar baik secara langsung maupun tidak langsung.

B. SARAN
1. Agar kesehatan masyarakat selalu terjaga perlu digalakan gerakan
hidup bersih dan sehat baik di lingkungan pemukiman ataupun
tempat-tempat umum. Dan juga perlu adanya kesadaran dari pihak
industri itu sendiri.
2. Lingkungan yang sehat dapat memberikan efek terhadap kualitas
kesehatan. Kesehatan lingkungan itu sendiri didukung oleh
masyarakat sekitar yang harus paham dengan kesehatan lingkungan
itu sendiri. Sehingga akan berjalan dengan seimbang.
3. Sebaiknya dalam menerapkan sanitasi di lingkungan pemukiman
maupun tempat-tempat umum harus mengetahui dan memahami
dasar-dasar hukum mengenai sanitasi tersebut, agar sanitasi yang
dilakukan dapat terwujud dengan baik. Dan tidak merugikan
masyarakat sekitar.

23

Anda mungkin juga menyukai