KELOMPOK 1
HYGIENE INDUSTRI
Disusun Oleh :
Indah Nurmalasari
Mita Yustika
Muhamad Yusup
Kusumawati
Eva Holifah
Fiska Nurmala
Muhamad Sonhaji
Ayu Lestari
Delia Apriani
Nurilayawati
Lia Natasya
Maulidiyah
TINJAUAN TEORI
2.1 Definisi
1. Penyediaan air
2. Tempat kerja
3. Dapur,kamar makan dan alat keperluan makan
4. Perlengkapan fasilitas sanitasi
5. Pembuangan dan pengendalian limbah
1. Faktor Fisik
a. Suara Bising
- Bising adalah bunyi yang tidak disukai, mengganggu dan menjengkelakan
maupun merusak pendengaran dan terkadang hal ini sangat individual
(Eyaanoer, 1997)
- menurut Kepmenaker No.Kep-51/MEN/1999, untuk kebisingan dengan
intensitas 85dB., maka pekerja terpajan selama 8 jam sehari, kebisingan
dengan intensitas 88 dB maka pekerja dapat terpajan selama 4 jam sehari
dengan demikian setiap kenaikan 3 dB maka waktu pemajanannya
berkurang setengahnya. Telingan manusia hanya mampu mendengar
frekuensi antara 16-20.000 Hz.
Jenis-jenis kebisingan :
- Kebisingan kontinyu dengan frekuensi yang luas (steady state, wide band
noise). Misalnya suara kipas angin, dapur pijar dll.
- Kebisingan kontinyu dengan spektrum kebisingan sempit (steadt state,
narrow band noise). Misalnya gergaji sekuler, katup gas, dll.
- Kebisingan terputus-putus (intermitten). Misalnya: lalu lintas pesawat
terbang.
- Kebisingan impulsif/impact (impulsive noise), misalnya: pukulan,
tembakan bedil atau meriam dan ledakan.
- Kebisingan impulsif berulang, misalnya mesin tempa di perusahaan.
Akibat paparan kebisingan.
- Terpapar kebisingan terdiri dari 85dB selama 8 jam dan 40 jam seminggu
maka menimbulkan penurunan atau kehilangan fungsi pendengaran yang
dapat terjadi secara sementara atau permanen.
Pengukuran kebisingan
- Pengukuran kebisingan dilakukan dengan menggunakan alat sound level
meter. Alat ini mengukur kebisingan antara 30-130dB dan frekuensi dari
20-20.000Hz.
b. Pencahayaan.
Pencahayaan yang baik memungkinkan pekerja bisa melihat objek
yang dikerjakan dengan jelas, cepat dan tanpa upaya yang tidak perlu.
Intensitas cahaya dapat diukur dengan Luxmeter.
Sifat-sifat pencahayaan
a. Pembagian iluminasi pada lapangan penglihatan sesuai jenis pekerjaan.
b. Pencegahan kesilauan.arah sinar
c. Warna
d. Panas cahaya.
e. Pengaruh pencahayaan yang kurang terhadap kesehatan
f. Iritasi, mata berair dan mata merah.
g. Penglihatan ganda
h. Sakitkepala
i. Ketajaman mata menurun.
j. Akomodasi dan konvergensi menurun.
c. Iklim dan suhu.
Respon fisiologis akan tampak jelas pada pekerja dengan iklim panas.
Saridewi (2002) menyatakan bahwa perbedaan peningkatan tekanan darah
yang signifikan pada tenaga kerja seblum atau sesudah terpapar panas yang
memperburuk kondisi tenaga kerja. Sistem termoregulasi pada hipotalamus
akan merespon dengan beberapa mekanisme kontrol seperti konduksi,
konveksi, radiasi dan evaporasi dengan tujuan untuk mempertahankan suhu
tbuh sekitara 36-37 derajat celcius. Namun apabila paparan dibiarkan terus
menrus akan menyebabkan kelelahan dan akan menyebabkan timbulnya efek
“heat stress’ (ErwinD 2004).
Menteri Tenaga Kerja RI mengeluarkan standar NAB untuk lingkungan
fisik tertentu di lingkungan kerja yang salah satunya adalah NAB iklim kerja
dengan menggunakan indeks suhu bola basah (ISBB) diadopsi dari Wet Bulb
Globe Temperature Index (WBGTI) dikeluarkan oleh ACGIH.
NAB menurut pasal 2 KEP-51/MEN/1999 untuk suhu di tempat kerja
adalah sbb:
- Jika perbandingan kerja 75% dan istirahat 25% untuk pekerja ringan
dalam 8 jam sehari adalah 30 derajat celcius., sedang 26,7 derajat celsius
dan berat 25 derajat celsius.
- Jika perbandingan kerja 50% dan istirahat 50% untuk pekerja ringan dalam
8 jam sehari adalah 31,4 derajat celcius., sedang 29,4 derajat celsius dan
berat 27,9 derajat celsius.
- Jika perbandingan kerja 25% dan istirahat 75% untuk pekerja ringan dalam
8 jam sehari adalah 32,2 derajat celcius., sedang 31,1 derajat celsius dan
berat 30 derajat celsius.
d. Getaran
Ada dua macam getaran yaitu: getaran seluruh badan dan getaran
lengan/tangan ( handaram). Getaran seluruh tubuh adalah getaran yang bisa
melalui kaki ( tempat berdiri) atau melalui tempat duduk. Getaran ini terjadi
biasa pada alat pengangkut eperti truk dan traktor. Sedangkan getaran lengan-
tangan adalah getaran yang terjadi melalui lengan dan tangan, misalnya pada
gerinda, bor tangan, dan gergaji listrik.
Tiga aspek penting pada getaran :
Level(m/dr2)
Frekuensi (Hz)
Lama pemarapan (jam)
Efek getaran :
Hand and arm vibration pada frekuensi 8-1000Hz dapat menyebabkan
white finger serta kelainan otot rangka.
Whole body vibration menyebabkan getaran pada ala-alat dalam sehingga
dapat menyebabkan gejala sakit dada, LBP, dan gangg.penglihatan
Pada frekuensi rendah dapat menyebabkan sea sickness.
Pengukuran getaran : Pengukuran getaran dilakukan dengan menggunakan
vibration acceleration meter.
e. Radiasi
Jenis radiasi dapat dibedakan menjadi
Radiasi pengion: alpha, beta, gamma, sinar X dan neutron.
2. Faktor Kimia
Bahan-bahan kimia:
a. Fume (asap) :
Partikel-partikel zat padat yang terjadi oleh karena dari bentuk gas yang
biasanya sesudah penguapan benda padat yang dipijarkan.
b. Gas : Bentuk wujud yang tidak mempunyai bentuk bangunan sendiri,
melainkan mengisi ruang tertutup pada keadaan suhu dan tekanan normal.
c. Uap : Bentuk gas dari zat-zat yang dalan keadaan biasa dberbentuk zat
padat atau zat lain yang dapat dikembalikan pada tingkat wujud semula.
d. Kabut
e. Debu
Efek-efek bahan kimia
a. Iritasi
b. Reaksi alergi: flour, garlic powder.
c. Asfiksia
d. Cancer
e. Efek sistemik: otak, peripheral nervous sytem, pembentukan sel darah,
ginjal, paru
f. Selain pengaruhnya terhadap kesehatan, juga dapat menyebabkan resiko
keselamatan kerja berupa kebakaran dan peledakan, akibat dari bahan
kimia yang mudah tebakar dan meledak seerti pelaruh organik atau gas-gas
yang kontak dengan sumber api.
Pengukuran.
a. Pengukuran faktor kimia di urara mengunakan media yaitu: gas detektor
yang prinsip kerjanya adalah detektor tersebut akan menghisap baha-bahan
kimia di udara, dan kemudian bereraksi dengan reagen yang sudah tesedria
di dalam tabung detektor sehingga dapat diketahui nilai kualitas dan
kuantitas.
b. Pengambilan sampel debu dilakukan secara impingmen, yaitu: filtrasi,
presipitasi, sedimentasi, dan segala kombinasinya, alatnya disebut
imprengen, prinsipa kerjanya adalah debu dihisap dan mengalami
imprengemen dan sejumlah debu dihitung di bawah mikroskop.
Nilai ambang batas.
a. NAB faktor kimia diatur berdasarkan surat edaran No.SE 01/MEN/1997
tentang NAB faktor kimia di udara lingkungan kerja.
b. Kategori nilai ambang batas:
NAB rata-rata selama jam kerja.
NAB pemaparan singkat.
NAB tertinggi
3. Faktor Biologis
Potensi bahaya yang mungkin terjadi di ling.kerja yang disebabkan oleh
adanya mikroorganisme sebagai penyebab dari proses produksi.
Bahaya biologi meliputi :
a. Infeksi akut dan kronis
b. Parasit
c. Produk toksik.
d. Reaksi alergi terhadap tanaman dan hewan.
e. Irritan.
Klasifikasi faktor biologis meliputi :
a. Mikroorganisme dan toksinnya. Contoh: virus, bakteri dan produknya
b. Arthropoda. Contoh: crustacea
c. Alergen dan toksik tanaman
d. Reaksi yang ditimbulkan: dermatitis alergi, asma
e. Protein alergen dari hewan vertebrata
f. Reaksi alergi yang ditimbulkan melaui urin, feses, rambut dan saliva.
Cara masuk biological agents ke dalam tubuh melalui:
a. Inhalasi
b. Ingesti
c. Kontak kulit
d. Kontak dengan mata, hidung, dan mulut
Pengendalian
Pemberian label dan simbol pada wadah untuk bahan yang berisikan tentang:
nama bahan kimia, resiko yang ditimbulkan, jalan masuknya ke tubuh, efek
paparan, cara penggunaan yang aman dan pertolongan pertama keracunan.
Memiliki MSDS, yaitu semua informasi mengenai suatu bahan kimia yang
dibuat oleh seuatu perusahaan, berisikan antara lain.: kandungan/komposisi,
sifat fisik dan kmia, cara pengankutan dan penyimpanan, informasi APD
sesuai NAB, efek terhadap kesehatan, gejala keracunan, pertolongan pertama
keracunana, alamat dan nomer telepon pabrik pembuat atau distributor.
Memiliki petugas K3 kimia dan ahli K3 kimia yang mempunyai kewajiban ,
melakukan identifikasi bahaya melaksanakan prosedur kerja aman,
penganggulangan keadaan darurat dan mengembankan pengetahuan K3 di
bidang kimia.
Faktor bahaya yang telah dikenali secara kualitatif perlu dinilai secara
kuantitatif dengan cara pengukuran, proses perlindungan secara tehnik dan
adminitrasi. Sehingga mengetahui tingkat bahaya atau kadar faktor bahaya di
lingkungan kerja, dan sebagai tolak ukur dalam penilaian lingkungan kerja adalah
NAB (nilai ambang batas)
a. Sebagai dasar untuk mendeteksi kondisi lingkungan kerja berada dalam keadaan
yang secarapotensial membahayakan atau tidak
b. Sebagai data dasar untuk merencanakan alat atau metode pencegahan dan
penanggulangan faktor bahaya lingkungan
Faktor bahaya fisika yang kami temukan dalam pengamatan kami adalah:
1. Kebisingan
Faktor bising tidak dapat dinilai mengingat pengamat hanya mengamati dari balik
kaca. Oleh karena itu, perlu dilakukan identifikasi faktor kebisingan dengan cara
masuk ke dalam ruangan untuk mengukur derajat kebisingan di sana.
2. Pencahayaan
Sumber penerangan berasal dari sumber sinar matahari dan sumber buatan (lampu).
Sinar matahari masuk melalui jendela yang bersifat tembus cahaya (kaca). Lampu
yang digunakan dalam ruang-ruang produksi merupakan lampu neon dengan cahaya
berwarna putih. Dinding ruangan berwarna putih, sehingga tidak banyak menyerap
sinar. Secara umum, penerangan di ruangan-ruangan tersebut tergolong baik.
3. Suhu/iklim kerja
Suhu-suhu diatur sedemikian rupa sehingga tetap menjaga kualitas dan sifat-sifat fisis
Yakult. Pada proses HTST temperaturnya adalah 72 derajat celcius agar mematikan
bakteri-bakteri yang tidak diinginkan. Pada proses UHT temperatur diatur agar 135
derajat celcius agar mematikan spora bakteri. Pada proses fermentasi temperatur
diatur agar 37 derajat celcius agar bateri Lactobacillus casei Shirota strain dapat
berkembang dan mengubah glukosa menjadi asam laktat. Terakhir, ruang
penyimpanan Yakult siap minum bersuhu 0-10 derajat celcius agar Yakult lebih tahan
lama enak dan segar.
4. Getaran
Sulit dinilai potensi bahaya akibat getaran.
5. Radiasi
Sulit dinilai potensi bahaya akibat radiasi.
Faktor Kimia
Pengamat tidak mendapatkan penjelasan mengenai bahan kimia apa saja yang digunakan
dalam proses produksi. Meskipun demikian, kami dapat mengamati beberapa faktor kimia
dalam proses produksi, yaitu sebagai berikut.
1. Polistirena Resin atau Biji Plastik adalah bahan kimia yang digunakan untuk membuat
botol yakult
Faktor Biologi
Setelah melakukan pengamatan di PT. Yakult Indonesia Persada, didapatkan beberapa
kemungkinan terdapatnya faktor-faktor bahaya biologi, potensi bahaya yang mungkin terjadi
dilingkungan kerja yang disebabkan oleh adanya mikroorganisme sebagai penyebab dari
proses penyakit
Kebersihan
Perusahaan Yakult menerapkan peraturan yang ketat bagi para karyawan yang bekerja pada
pabrik Yakult, terutama mengenai kebersihan kuku dan pakaian. Setiap harinya, supervisor
dari PT. Yakult Indonesia Persada akan melakukan pengecekan kepada setiap karyawan yang
akan memasuki lingkungan pabrik, apakah sudah memenuhi persyaratan dalam peraturan
yang telah ditetapkan. Selain itu, PT. Yakult Indonesia Persada juga sangat menjaga
kebersihan dan kesegaran produk Yakult yang telah diahsilkan dengan melakukan qualty
control, menyimpan bakteri pada suhu ruangan higienis dan steril pada suhu 0-10 derajat
celcius, pengawasan mutu dan pengujian mikrobiologi secara fisika dan kimia.
Petugas Hygiene Industri
Perusahaan PT. Yakult melakukan pemeriksaan kesehatan kepada tenaga kerja selama 6
bulan sekali meliputi medikal cek up, tes darah dan pemeriksaan fisik.
Jumlah karyawan yang terdapat di PT. Yakult sukabumi sejumlah 365 karyawan, meliputi
driver pengiriman ke luar kota, pegawai tetap, dan sales yang mengantar yakult langsung ke
rumah.
Sebelumnya tidak di beritahukan tentang k3 dan siapa petugasnya karena keterbatasan waktu
dalam melakukan pengamatan di PT. Yakult
Pengolahan Limbah
Limbah hasil yang di filtralisasi dalam tabung-tabung yang di isi botol-botol yakult
sehingga mampu memfiltrasi air limbah dan terus di ulang pada beberapa tabung, sehingga
hasil filtralisasi jernih dan aman untuk di gunakan. Hal ini dapat terjadi karena pada
pembukaan fitur media yang terbuat dari botol-botol yakult banyak mikroorganisme hidup
terdiri dari :
- aerobik mikroorganisme : dapat hidup karena adanya udara yang dimasukan
bersamaan dengan di aduk nya air
- anaerobik mikroorganisme : bisa hidup karena tangki di penuhi oleh botol yakult
sehingga terbentuk tempat yang oksigen nya sedikit
karena bentuk botol yang unik tersebut di tenggelamkan di air, berkat bentuk botol yakult
yang unik dua mikroorganisme tersebut tetap bisa hidup dengan menambah organik botol
menjadi nutrisi maka dari itu air menjadi bersih
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Higiene perusahaan dan kesehatan kerja merupakan bagian dari usaha
kesehatan masyarakat yang ditujukan kepada masyarakat dari golongan pekerja,
masyarakat sekitar perusahaan tersebut, dan masyarakat umum yang merupakan
konsumen produk-produk yang dihasilkan perusahaan. Oleh karena itu, hygiene
perusahaan merupakan aspek perlindungan terhadap kesehatan tenaga kerja dan juga
merupakan suatu sarana untuk membina dan mengembangkan tenaga kerja menjadi
sumber daya manusia (SDM) yang disiplin, berdedikasi, penuh tanggung jawab, dan
mampu bekerja baik secara produktif maupun secara efisien.
Pada kunjungan perusahaan PT. YAKULT PERSADA INDONESIA ini,
pengamat mendapatkan beberapa perhatian dari segi hygiene lingkungan kerja berupa
factor fisik, kimia, dan biologi yang cukup baik dan telah terlaksana K3 di perusahaan
tersebut. Pengolahan limbah pada perusahaan ini sudah tergolong aman untuk
lingkungan ditandai dengan di dapatkan sertifikat ISO 22000.
Pengamat mengalami keterbatasan dalam survey kali ini. Pengamat hanya
dapat mengobservasi dari luar ruangan produksi melalui jendela kaca yang tertutup
sehingga data yang didapatkan menjadi kurang maksimal.
4.2 Saran
Penerapan hygiene perusahaan sebaiknya dioptimalkan oleh setiap perusahaan
atau pun industry agar hasil yang diperoleh oleh perusahaan atau industri juga
optimal. Dengan penjabaran di atas sehubungan dengan potensi bahaya yang
ditemukan di PT. YAKULT PERSADA INDONESIA ini, diharapkan agar
perusahaan ini dapat segera lebih meningkatkan K3 agar dapat melakukan
pengendalian terhadap ancaman bahaya baik fisik, kimia, maupun biologi yang akan
datang sehingga dapat lebih meningkatkan produktivitas.
DAFTAR PUSTAKA
Adams, M.R. dan M.O. Moss. 2000. Food Microbiology second edition.
UK: MPG Books, Ltd.