Anda di halaman 1dari 17

WALK THROUGH SURVEY

PT. YAKULT SUKABUMI


23 Januari 2020

KELOMPOK 1
HYGIENE INDUSTRI

Disusun Oleh :

Indah Nurmalasari
Mita Yustika
Muhamad Yusup
Kusumawati
Eva Holifah
Fiska Nurmala
Muhamad Sonhaji
Ayu Lestari
Delia Apriani
Nurilayawati
Lia Natasya
Maulidiyah

PELATIHAN HIPERKES DAN KESEHATAN KERJA


AKPER ISLAMIC VILLAGE TANGERANG
Periode 20 – 24 Januari 2020
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LatarBelakang
Perlindungan dan keselamatan kerja merupakan unsure penting dalam
mencapai kondisi lingkungan kerja yang baik di dalam keseluruhan arus konteks
globalisasi ekonomi dewasa ini. Hiperkes dan keselamatan kerja pada prinsipnya
tidak hanya merupakan kebutuhan untuk mencapai kondisi lingkungan kerja yang
baik dan sehat tetapi juga merupakan factor utama dan positif di dalam membantu
pertumbuhan ekonomi dan produktivitas.
Setiap tempat kerja mengandung potensi bahaya bagi tenaga kerja sehingga
kemungkinan terjadi suatu keadaan darurat. Potensi bahaya tersebut meliputi potensi
bahaya fisik, biologis, ergonomis, mekanis. Semua factor tersebut dapat menimbulkan
gangguan terhadap suasana kerja yang nyaman sangat dibutuhkan oleh pekerja untuk
dapat bekerja secara optimal dan produktif. Oleh karena itu, lingkungan kerja harus
dibuat sedemikian rupa sehingga menjadi kondusif terhadap pekerja untuk
melaksanakan kegiatan dalam suasana aman dan nyaman.
Iklim kerja, kebisingan, dan pencahayaan merupakan factor fisik yang
memiliki peran penting di lingkungan kerja. Keadaan tempat kerja yang terlalu panas
mengakibatkan karyawan mudah lelah dan menimbulkan gangguan kesehatan.
Sedangkan ruangan yang terlalu dingin akan mengakibatkan daya tahan tubuh tenaga
kerja berkurang sehingga para pekerja akan sering sakit. Kebisingan dapat
mengakibatkan gangguan konsentrasi, komunikasi, dan kemampuan berpikir.
Kebisingan yang terlalu tinggi dapat meyebabkan penurunan daya dengar yang mula-
mula bersifat sementara dan kemudian bersifat permanen. Factor ketiga yaitu
pencahayaan penting bagi efisiensi kerja. Hampir semua tempat kerja selalu
membutuhkan pencahayaan yang baik sesuai dengan tingkat ketelitian dan jenis
pekerjaan yang berlangsung di tempat kerja tersebut. Kelelahan mata dapat
menimbulkan rasa kantuk dan berbahaya bila tenaga kerja mengoperasikan mesin-
mesin yang berbahaya sehingga dapat menyebabkan kecelakaan kerja. Berdasarkan
hal tersebut maka perlu dilakukan pengkajian terhadap factor fisik yang meliputi
iklim kerja, kebisingan dan pencahayaan di PT Yakult Indonesia mengenai
permasalahan yang ditimbulkan serta usaha-usaha yang diperlukan untuk mengatasi
permasalahan tersebut.
1.2 Tujuan Kegiatan
Kunjungan perusahaan bagi tim penyusun ini lebih di fokuskan untuk :
1. Mengetahui pelaksanaan system manajemen keselamatan dan kesehatan kerja
di PT Yakult Indonesia
2. Mengidentifikasi potensi bahaya factor fisik, kimia, dan biologi di PT Yakult
Indonesia
3. Mengidentifikasi kebersihan dan higienitas industry di PT Yakult Indonesia
4. Mengidentifikasi pengolahan limbah di PT Yakult Indonesia
1.3 Dasar Hukum
1. UU No. 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja
2. UU RI No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan
3. UU No. 3 Tahun 1969 Tentang Persetujuan Konvensi ILO No. 120
4. Mengetahui Higiene dalam Perniagaan dan kantor-kantor
5. Permenker No. 5 Tahun 2018
1.4 Profil Perusahaan Yakult
Yakult (ヤクルト Yakuruto) adalah minuman susu fermentasi, yang dibuat
dengan cara memfermentasi susu bubuk skim yang mengandung bakteri asam laktat
hidup Lactobacillus casei Shirota strain. Pada tahun 1930, Dr. Minoru Shirota, pendiri
perusahaan Yakult, telah berhasil mengkulturkan berbagai jenis bakteri asam laktat
dan memilih satu jenis bakteri yang bersifat paling tahan terhadap cairan pencernaan.
Di samping itu, Dr. Minoru Shirota juga memperkuatnya sehingga menjadi strain baru
yang unggul. Karena itu, berbeda dengan bakteri lain, bakteri ini dapat menaklukkan
berbagai hambatan fisiologis seperti asam lambung dan cairan empedu sehingga dapat
mencapai dan bertahan hidup dalam usus manusia. Dari dalam usus bakteri ini
membantu meningkatkan kesehatan kita dengan cara mengaktifkan sel-sel kekebalan,
meningkatkan jumlah bakteri berguna, dan mengurangi jumlah bakteri yang
merugikan.
1.5 Visi dan misi
Visi dan misi dari Yakult , yaitu :
1. Visi : Menyehatkan pencernaan untuk tubuh kita.
2. Misi : - Membuat yakult dengan harga terjangkau, Minuman yakult kunci umur
panjang, Menyiapkan yakult dengan rasa yang baik untuk masyarakat.
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Definisi

Hygiene adalah upaya kesehatan dengan cara memelihara dan melindungi


kebersihan subjeknya seperti mencuci tangan dengan air bersih dan sabun untuk
melindungi kebersihan tangan, mencuci piring untuk kebersihan piring, membuang
bagian makanan yang rusak untuk melindungi keutuhan makanan secara keseluruhan
(Depkes RI, 2004). Hygiene adalah suatu usaha pencegahan penyakit yang menitik
beratkan pada usaha kesehatan perseorangan atau manusia beserta lingkungan tempat
orang tersebut berada (Widyati, 2002). Sanitasi adalah suatu usaha pencegahan
penyakit yang menitikberatkan kegiatan pada usaha kesehatan lingkungan hidup
manusia (Widyati, 2002).

Sanitasi adalah upaya kesehatan dengan cara memelihara dan melindungi


kebersihan lingkungan dari subyeknya. Misalnya menyediakan air yang bersih untuk
keperluan mencuci tangan, menyediakan tempat sampah untuk mewadahi sampah
agar tidak dibuang sembarangan. Hygiene dan sanitasi tidak dapat dipisahkan satu
dengan yang lain karena erat kaitannya. Misalnya hygiene sudah baik karena mau
mencuci tangan, tetapi sanitasinya tidak mendukung karena tidak cukup tersedia air
bersih, maka mencuci tangan tidak sempurna (Depkes RI, 2004).

Higiene Perusahaan sendiri adalah spesialisasi dalam ilmu higiene beserta


prakteknya yang dengan mengadakan penilaian kepada faktor-faktor penyebab
penyakit kualitatif & kuantitatif dalam lingkungan kerja dan perusahaan melalui
pengukuran yang hasilnya dipergunakan untuk dasar tindakan korektif kepada
lingkungan tersebut serta lebih lanjut pencegahan agar pekerja dan masyarakat sekitar
suatu perusahaan terhindar dari akibat bahaya kerja serta dimungkinkan mengecap
derajat kesehatan yang setinggi-tingginya (Soeripto, Ir., DIH., 1992).

Berdasarkan peraturan Menteri perburuhan No.7 Tahun 1964 tentang syarat


kesehatan, kebersihan serta penerangan di tempat kerja ada beberapa hal yang
menjadi ruang lingkup hygiene industry diantaranya adalah:

1. Penyediaan air
2. Tempat kerja
3. Dapur,kamar makan dan alat keperluan makan
4. Perlengkapan fasilitas sanitasi
5. Pembuangan dan pengendalian limbah

2.2 Lingkungan Kerja

1. Definisi Lingkungan Kerja

Tempat kerja dikenal sebagai lingkungan yang mengandung berbagai sumber


bahaya dan mengancam keselamatan dan kesehatan pekerjanya. Lingkungan kerja
merupakan kehidupan sosial, psikologi, dan fisik dalam perusahaan yang
berpengaruh terhadap pekerja dalam melaksanakan tugasnya (Komarudin 1983). Pada
Undang-undang (UU) no.1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja yang salah satu
isinya yaitu agar dilakukannya pencegahan dan pengendalian suhu, kelembaban,
debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar atau radiasi, suara, dan
getaran. Secara luas, UU ini mengamanahkan dilakukanya pencegahan dan
pengendalian Penyakit Akibat Kerja (PAK).

2.3 Faktor – factor Lingkungan Kerja

1. Faktor Fisik
a. Suara Bising
- Bising adalah bunyi yang tidak disukai, mengganggu dan menjengkelakan
maupun merusak pendengaran dan terkadang hal ini sangat individual
(Eyaanoer, 1997)
- menurut Kepmenaker No.Kep-51/MEN/1999, untuk kebisingan dengan
intensitas 85dB., maka pekerja terpajan selama 8 jam sehari, kebisingan
dengan intensitas 88 dB maka pekerja dapat terpajan selama 4 jam sehari
dengan demikian setiap kenaikan 3 dB maka waktu pemajanannya
berkurang setengahnya. Telingan manusia hanya mampu mendengar
frekuensi antara 16-20.000 Hz.
Jenis-jenis kebisingan :
- Kebisingan kontinyu dengan frekuensi yang luas (steady state, wide band
noise). Misalnya suara kipas angin, dapur pijar dll.
- Kebisingan kontinyu dengan spektrum kebisingan sempit (steadt state,
narrow band noise). Misalnya gergaji sekuler, katup gas, dll.
- Kebisingan terputus-putus (intermitten). Misalnya: lalu lintas pesawat
terbang.
- Kebisingan impulsif/impact (impulsive noise), misalnya: pukulan,
tembakan bedil atau meriam dan ledakan.
- Kebisingan impulsif berulang, misalnya mesin tempa di perusahaan.
Akibat paparan kebisingan.
- Terpapar kebisingan terdiri dari 85dB selama 8 jam dan 40 jam seminggu
maka menimbulkan penurunan atau kehilangan fungsi pendengaran yang
dapat terjadi secara sementara atau permanen.
Pengukuran kebisingan
- Pengukuran kebisingan dilakukan dengan menggunakan alat sound level
meter. Alat ini mengukur kebisingan antara 30-130dB dan frekuensi dari
20-20.000Hz.

b. Pencahayaan.
Pencahayaan yang baik memungkinkan pekerja bisa melihat objek
yang dikerjakan dengan jelas, cepat dan tanpa upaya yang tidak perlu.
Intensitas cahaya dapat diukur dengan Luxmeter.
Sifat-sifat pencahayaan
a. Pembagian iluminasi pada lapangan penglihatan sesuai jenis pekerjaan.
b. Pencegahan kesilauan.arah sinar
c. Warna
d. Panas cahaya.
e. Pengaruh pencahayaan yang kurang terhadap kesehatan
f. Iritasi, mata berair dan mata merah.
g. Penglihatan ganda
h. Sakitkepala
i. Ketajaman mata menurun.
j. Akomodasi dan konvergensi menurun.
c. Iklim dan suhu.
Respon fisiologis akan tampak jelas pada pekerja dengan iklim panas.
Saridewi (2002) menyatakan bahwa perbedaan peningkatan tekanan darah
yang signifikan pada tenaga kerja seblum atau sesudah terpapar panas yang
memperburuk kondisi tenaga kerja. Sistem termoregulasi pada hipotalamus
akan merespon dengan beberapa mekanisme kontrol seperti konduksi,
konveksi, radiasi dan evaporasi dengan tujuan untuk mempertahankan suhu
tbuh sekitara 36-37 derajat celcius. Namun apabila paparan dibiarkan terus
menrus akan menyebabkan kelelahan dan akan menyebabkan timbulnya efek
“heat stress’ (ErwinD 2004).
Menteri Tenaga Kerja RI mengeluarkan standar NAB untuk lingkungan
fisik tertentu di lingkungan kerja yang salah satunya adalah NAB iklim kerja
dengan menggunakan indeks suhu bola basah (ISBB) diadopsi dari Wet Bulb
Globe Temperature Index (WBGTI) dikeluarkan oleh ACGIH.
NAB menurut pasal 2 KEP-51/MEN/1999 untuk suhu di tempat kerja
adalah sbb:
- Jika perbandingan kerja 75% dan istirahat 25% untuk pekerja ringan
dalam 8 jam sehari adalah 30 derajat celcius., sedang 26,7 derajat celsius
dan berat 25 derajat celsius.
- Jika perbandingan kerja 50% dan istirahat 50% untuk pekerja ringan dalam
8 jam sehari adalah 31,4 derajat celcius., sedang 29,4 derajat celsius dan
berat 27,9 derajat celsius.
- Jika perbandingan kerja 25% dan istirahat 75% untuk pekerja ringan dalam
8 jam sehari adalah 32,2 derajat celcius., sedang 31,1 derajat celsius dan
berat 30 derajat celsius.

d. Getaran
Ada dua macam getaran yaitu: getaran seluruh badan dan getaran
lengan/tangan ( handaram). Getaran seluruh tubuh adalah getaran yang bisa
melalui kaki ( tempat berdiri) atau melalui tempat duduk. Getaran ini terjadi
biasa pada alat pengangkut eperti truk dan traktor. Sedangkan getaran lengan-
tangan adalah getaran yang terjadi melalui lengan dan tangan, misalnya pada
gerinda, bor tangan, dan gergaji listrik.
Tiga aspek penting pada getaran :
 Level(m/dr2)
 Frekuensi (Hz)
 Lama pemarapan (jam)
Efek getaran :
 Hand and arm vibration pada frekuensi 8-1000Hz dapat menyebabkan
white finger serta kelainan otot rangka.
 Whole body vibration menyebabkan getaran pada ala-alat dalam sehingga
dapat menyebabkan gejala sakit dada, LBP, dan gangg.penglihatan
 Pada frekuensi rendah dapat menyebabkan sea sickness.
Pengukuran getaran : Pengukuran getaran dilakukan dengan menggunakan
vibration acceleration meter.

e. Radiasi
Jenis radiasi dapat dibedakan menjadi
 Radiasi pengion: alpha, beta, gamma, sinar X dan neutron.

 Radiasi non pengion: UV, IR, ultrasound dan mikorowave.

Pengaruh radiasi terhadap kesehatan:

 Efek stokastik: tergantung frekuensi tingkat keparahan tidak tergantung


dosis. Contoh : karsinogen, teratogen, mutagen.
 Efek nonstokastik: tegrantung frekuensi dan dosis. Cth: katarak, kerusakan
nonmalignan kulit.
Alat untuk mengukur tingkat radiasi adalah survei meter dan dosimeter
personal.

2. Faktor Kimia
Bahan-bahan kimia:
a. Fume (asap) :
Partikel-partikel zat padat yang terjadi oleh karena dari bentuk gas yang
biasanya sesudah penguapan benda padat yang dipijarkan.
b. Gas : Bentuk wujud yang tidak mempunyai bentuk bangunan sendiri,
melainkan mengisi ruang tertutup pada keadaan suhu dan tekanan normal.
c. Uap : Bentuk gas dari zat-zat yang dalan keadaan biasa dberbentuk zat
padat atau zat lain yang dapat dikembalikan pada tingkat wujud semula.
d. Kabut
e. Debu
Efek-efek bahan kimia
a. Iritasi
b. Reaksi alergi: flour, garlic powder.
c. Asfiksia
d. Cancer
e. Efek sistemik: otak, peripheral nervous sytem, pembentukan sel darah,
ginjal, paru
f. Selain pengaruhnya terhadap kesehatan, juga dapat menyebabkan resiko
keselamatan kerja berupa kebakaran dan peledakan, akibat dari bahan
kimia yang mudah tebakar dan meledak seerti pelaruh organik atau gas-gas
yang kontak dengan sumber api.
Pengukuran.
a. Pengukuran faktor kimia di urara mengunakan media yaitu: gas detektor
yang prinsip kerjanya adalah detektor tersebut akan menghisap baha-bahan
kimia di udara, dan kemudian bereraksi dengan reagen yang sudah tesedria
di dalam tabung detektor sehingga dapat diketahui nilai kualitas dan
kuantitas.
b. Pengambilan sampel debu dilakukan secara impingmen, yaitu: filtrasi,
presipitasi, sedimentasi, dan segala kombinasinya, alatnya disebut
imprengen, prinsipa kerjanya adalah debu dihisap dan mengalami
imprengemen dan sejumlah debu dihitung di bawah mikroskop.
Nilai ambang batas.
a. NAB faktor kimia diatur berdasarkan surat edaran No.SE 01/MEN/1997
tentang NAB faktor kimia di udara lingkungan kerja.
b. Kategori nilai ambang batas:
 NAB rata-rata selama jam kerja.
 NAB pemaparan singkat.
 NAB tertinggi
3. Faktor Biologis
Potensi bahaya yang mungkin terjadi di ling.kerja yang disebabkan oleh
adanya mikroorganisme sebagai penyebab dari proses produksi.
Bahaya biologi meliputi :
a. Infeksi akut dan kronis
b. Parasit
c. Produk toksik.
d. Reaksi alergi terhadap tanaman dan hewan.
e. Irritan.
Klasifikasi faktor biologis meliputi :
a. Mikroorganisme dan toksinnya. Contoh: virus, bakteri dan produknya
b. Arthropoda. Contoh: crustacea
c. Alergen dan toksik tanaman
d. Reaksi yang ditimbulkan: dermatitis alergi, asma
e. Protein alergen dari hewan vertebrata
f. Reaksi alergi yang ditimbulkan melaui urin, feses, rambut dan saliva.
Cara masuk biological agents ke dalam tubuh melalui:
a. Inhalasi
b. Ingesti
c. Kontak kulit
d. Kontak dengan mata, hidung, dan mulut
Pengendalian
 Pemberian label dan simbol pada wadah untuk bahan yang berisikan tentang:
nama bahan kimia, resiko yang ditimbulkan, jalan masuknya ke tubuh, efek
paparan, cara penggunaan yang aman dan pertolongan pertama keracunan.
 Memiliki MSDS, yaitu semua informasi mengenai suatu bahan kimia yang
dibuat oleh seuatu perusahaan, berisikan antara lain.: kandungan/komposisi,
sifat fisik dan kmia, cara pengankutan dan penyimpanan, informasi APD
sesuai NAB, efek terhadap kesehatan, gejala keracunan, pertolongan pertama
keracunana, alamat dan nomer telepon pabrik pembuat atau distributor.
 Memiliki petugas K3 kimia dan ahli K3 kimia yang mempunyai kewajiban ,
melakukan identifikasi bahaya melaksanakan prosedur kerja aman,
penganggulangan keadaan darurat dan mengembankan pengetahuan K3 di
bidang kimia.

2.4 Konsep dasar hygiene perusahaan

Pengenalan lingkungan kerja

Mengenali tahap tahap kegiatan proses pelaksanaan pekerjaan atau proses


produksi (bahan/material, proses kegiatan dan aktifitas kerja). Tujuan nya untuk
mengetahui secara kualitatif dari tahapan/rangkaian kegiatan yang secara potensial
dapat membahayakan. Terdapat dua tipe keadaan bahaya, yaitu bahaya bagi
keselamatan dan bahaya bagi kesehatan.

Penilaian lingkungan kerja

Faktor bahaya yang telah dikenali secara kualitatif perlu dinilai secara
kuantitatif dengan cara pengukuran, proses perlindungan secara tehnik dan
adminitrasi. Sehingga mengetahui tingkat bahaya atau kadar faktor bahaya di
lingkungan kerja, dan sebagai tolak ukur dalam penilaian lingkungan kerja adalah
NAB (nilai ambang batas)

Manfaat Penilaian Lingkungan:

a. Sebagai dasar untuk mendeteksi kondisi lingkungan kerja berada dalam keadaan
yang secarapotensial membahayakan atau tidak

b. Sebagai data dasar untuk merencanakan alat atau metode pencegahan dan
penanggulangan faktor bahaya lingkungan

c. Sebagai kelengkapan untuk mengkorelasikan sesuatu kasus atau keluhan dengan


pemaparan terhadap faktor bahaya lingkungan

d. Dokumentasi ditaatinnya peraturan K3

Pengendalian lingkungan kerja

Tindakan Pengendalian Bahaya:

 Eliminasi bahaya: menghilangkan bahaya dan sumbernya

 Substitusi: modifikasi proses untuk mengurangi bahaya, misalnya dengan


mengubah proses kerja, atau peralatan kerja
 Reduksi (pengurangan tingkat bahaya):

 Pemisahan/isolasi:menghilangkan sumber bahaya dengan cara menempatkannya


jauh dari pekerja lainnya

 Engineering control: mengendalikan bahaya dengan memodifikasi lingkungan


kerja ( Penyediaan alat keselamatan, penyediaan alat peringatan)

 Administration control: mengendalikan bahaya dengan melakukan


modifikasiinteraksi pekerja dengan lingkungan kerjanya.

 Penyediaan alat pelindung diri (APD)

Monitoring lingkungan kerja

Monitoring kerja dilakukan secara berkesinambungan dengan standar yang


berlaku dengan maksud mengurangi atau menghilangkan paparan berbahaya bagi
tenaga kerja.

2.5 Tujuan Hygiene Perusahaan

Meningkatkan derajat kesehatan tenaga kerja setinggi-tingginya melalui


pencegahan dan penanggulangan penyakit dan kecelakaan akibat kerja serta
pemeliharaan dan peningkatan kesehatan dan gizi karyawan.

Meningkatkan produktivitas tenaga kerja dengan memberantas kelelahan


kerja, meningkatkan kegairahan kerja dan memberikan perlindungan kepada tenaga
kerja dan masyarakat sekitarnya terhadap bahaya yang mungkin ditimbulkan oleh
perusahaan.
BAB III
HASIL PENGATAMATAN

Lokasi pengamatan : PT. Yakult Indonesia Persada


Kawasan Industri Indolakto Desa Persawahan Kecamatan
Cicurug Suka Bumi-Jawa Barat
Tanggal dan Waktu : 23 Januari 2020, 14.00-16.30 WIB
Ruangan yang diamati :
1. Ruang pembibitan
2. Ruang fermentasi
3. Ruang pencampuran
4. Ruang percetakan botol
5. Laboratorium pengawasan mutu
6. Ruang proses pengisian
7. Ruang pengemasan

Selama proses pengamatan berlangsung, pengamat melakukan observasi terhadap faktor


fisika, faktor biologi, faktor kimia, kebersihan, petugas hygiene industri, dan pengelolaan
limbah industri
Faktor Fisika

Faktor bahaya fisika yang kami temukan dalam pengamatan kami adalah:

1. Kebisingan
Faktor bising tidak dapat dinilai mengingat pengamat hanya mengamati dari balik
kaca. Oleh karena itu, perlu dilakukan identifikasi faktor kebisingan dengan cara
masuk ke dalam ruangan untuk mengukur derajat kebisingan di sana.
2. Pencahayaan
Sumber penerangan berasal dari sumber sinar matahari dan sumber buatan (lampu).
Sinar matahari masuk melalui jendela yang bersifat tembus cahaya (kaca). Lampu
yang digunakan dalam ruang-ruang produksi merupakan lampu neon dengan cahaya
berwarna putih. Dinding ruangan berwarna putih, sehingga tidak banyak menyerap
sinar. Secara umum, penerangan di ruangan-ruangan tersebut tergolong baik.
3. Suhu/iklim kerja
Suhu-suhu diatur sedemikian rupa sehingga tetap menjaga kualitas dan sifat-sifat fisis
Yakult. Pada proses HTST temperaturnya adalah 72 derajat celcius agar mematikan
bakteri-bakteri yang tidak diinginkan. Pada proses UHT temperatur diatur agar 135
derajat celcius agar mematikan spora bakteri. Pada proses fermentasi temperatur
diatur agar 37 derajat celcius agar bateri Lactobacillus casei Shirota strain dapat
berkembang dan mengubah glukosa menjadi asam laktat. Terakhir, ruang
penyimpanan Yakult siap minum bersuhu 0-10 derajat celcius agar Yakult lebih tahan
lama enak dan segar.
4. Getaran
Sulit dinilai potensi bahaya akibat getaran.
5. Radiasi
Sulit dinilai potensi bahaya akibat radiasi.

Faktor Kimia

Pengamat tidak mendapatkan penjelasan mengenai bahan kimia apa saja yang digunakan
dalam proses produksi. Meskipun demikian, kami dapat mengamati beberapa faktor kimia
dalam proses produksi, yaitu sebagai berikut.

1. Polistirena Resin atau Biji Plastik adalah bahan kimia yang digunakan untuk membuat
botol yakult

Faktor Biologi
Setelah melakukan pengamatan di PT. Yakult Indonesia Persada, didapatkan beberapa
kemungkinan terdapatnya faktor-faktor bahaya biologi, potensi bahaya yang mungkin terjadi
dilingkungan kerja yang disebabkan oleh adanya mikroorganisme sebagai penyebab dari
proses penyakit

Bahaya biologi meliputi:

 Infeksi akut dan kronis


 Parasit

Klasifikasi faktor biologi meliputi :

 Mikroorganisme dan toksinnya : contohnya, virus dan bakteri.

Cara masuk biological agent kedalam tubuh melalui :


 Kontak dengan mata, hidung dan mulut

Kebersihan
Perusahaan Yakult menerapkan peraturan yang ketat bagi para karyawan yang bekerja pada
pabrik Yakult, terutama mengenai kebersihan kuku dan pakaian. Setiap harinya, supervisor
dari PT. Yakult Indonesia Persada akan melakukan pengecekan kepada setiap karyawan yang
akan memasuki lingkungan pabrik, apakah sudah memenuhi persyaratan dalam peraturan
yang telah ditetapkan. Selain itu, PT. Yakult Indonesia Persada juga sangat menjaga
kebersihan dan kesegaran produk Yakult yang telah diahsilkan dengan melakukan qualty
control, menyimpan bakteri pada suhu ruangan higienis dan steril pada suhu 0-10 derajat
celcius, pengawasan mutu dan pengujian mikrobiologi secara fisika dan kimia.
Petugas Hygiene Industri
Perusahaan PT. Yakult melakukan pemeriksaan kesehatan kepada tenaga kerja selama 6
bulan sekali meliputi medikal cek up, tes darah dan pemeriksaan fisik.
Jumlah karyawan yang terdapat di PT. Yakult sukabumi sejumlah 365 karyawan, meliputi
driver pengiriman ke luar kota, pegawai tetap, dan sales yang mengantar yakult langsung ke
rumah.
Sebelumnya tidak di beritahukan tentang k3 dan siapa petugasnya karena keterbatasan waktu
dalam melakukan pengamatan di PT. Yakult
Pengolahan Limbah
Limbah hasil yang di filtralisasi dalam tabung-tabung yang di isi botol-botol yakult
sehingga mampu memfiltrasi air limbah dan terus di ulang pada beberapa tabung, sehingga
hasil filtralisasi jernih dan aman untuk di gunakan. Hal ini dapat terjadi karena pada
pembukaan fitur media yang terbuat dari botol-botol yakult banyak mikroorganisme hidup
terdiri dari :
- aerobik mikroorganisme : dapat hidup karena adanya udara yang dimasukan
bersamaan dengan di aduk nya air
- anaerobik mikroorganisme : bisa hidup karena tangki di penuhi oleh botol yakult
sehingga terbentuk tempat yang oksigen nya sedikit
karena bentuk botol yang unik tersebut di tenggelamkan di air, berkat bentuk botol yakult
yang unik dua mikroorganisme tersebut tetap bisa hidup dengan menambah organik botol
menjadi nutrisi maka dari itu air menjadi bersih
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan
Higiene perusahaan dan kesehatan kerja merupakan bagian dari usaha
kesehatan masyarakat yang ditujukan kepada masyarakat dari golongan pekerja,
masyarakat sekitar perusahaan tersebut, dan masyarakat umum yang merupakan
konsumen produk-produk yang dihasilkan perusahaan. Oleh karena itu, hygiene
perusahaan merupakan aspek perlindungan terhadap kesehatan tenaga kerja dan juga
merupakan suatu sarana untuk membina dan mengembangkan tenaga kerja menjadi
sumber daya manusia (SDM) yang disiplin, berdedikasi, penuh tanggung jawab, dan
mampu bekerja baik secara produktif maupun secara efisien.
Pada kunjungan perusahaan PT. YAKULT PERSADA INDONESIA ini,
pengamat mendapatkan beberapa perhatian dari segi hygiene lingkungan kerja berupa
factor fisik, kimia, dan biologi yang cukup baik dan telah terlaksana K3 di perusahaan
tersebut. Pengolahan limbah pada perusahaan ini sudah tergolong aman untuk
lingkungan ditandai dengan di dapatkan sertifikat ISO 22000.
Pengamat mengalami keterbatasan dalam survey kali ini. Pengamat hanya
dapat mengobservasi dari luar ruangan produksi melalui jendela kaca yang tertutup
sehingga data yang didapatkan menjadi kurang maksimal.
4.2 Saran
Penerapan hygiene perusahaan sebaiknya dioptimalkan oleh setiap perusahaan
atau pun industry agar hasil yang diperoleh oleh perusahaan atau industri juga
optimal. Dengan penjabaran di atas sehubungan dengan potensi bahaya yang
ditemukan di PT. YAKULT PERSADA INDONESIA ini, diharapkan agar
perusahaan ini dapat segera lebih meningkatkan K3 agar dapat melakukan
pengendalian terhadap ancaman bahaya baik fisik, kimia, maupun biologi yang akan
datang sehingga dapat lebih meningkatkan produktivitas.
DAFTAR PUSTAKA

Adams, M.R. dan M.O. Moss. 2000. Food Microbiology second edition.
UK: MPG Books, Ltd.

Anggadiredja, J.T., A.Z.H. Purwanto, dan S. Istini. 2009. ManfaatProduk


OlahanRumputLaut
.
http://akuakulturunhas.blogspot.com/2009/07/manfaat-produkolahan-
rumput-laut.html (12 September 2009).

Anonimus.2008. Probiotics- Lactobacillus acidophilus.


http://www.enzymeindia.com/Probiotics-LactobacillusAcidophilus.php (29 Agustus 2009).
Anonimus. 2007.

Whole Milk Nutrition.


http://www.iloveindia.com/nutrition/milk/whole-milk-nutrition.html
(12 September 2009).

Anonimus. 2007. All about Nutrition “Yoghurt”.


http://www.vitalhealthzone.com/nutrition/food-values/yoghurt.html
(12 September 2009).

Anonimus. 2003. www.warintek.ristek.go.id/pangan_kesehatan/pangan/ (15


September 2009).

Anda mungkin juga menyukai