Oleh
PROPOSAL
PRAKTEK KERJA LAPANG
Mengetahui, Mengetahui,
Mengetahui,
Ketua Jurusan
Ketua Jurusan Dosen Pembimbing,
Ketua Jurusan
Erni
Prof. Dr.Sofia Murtini, STP.,MP.,
Teti Estiasih, STP, MP. Ph.D Prof. Dr. Teti Estiasih, STP, MP
Erni Sofia Murtini, STP.,MP., Ph.D
NIP. 1973102020011
NIP. 19701226 2002122001 2001 NIP. 19701226 2002122001
NIP. 1973102020011 2001
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah Yang Maha Esa atas berkat, rahmat, dan
karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Proposal Praktek Kerja Lapang yang
berjudul “Pengendalian Mutu Permen Jelly di PT Yupi Indo Jelly Gum, Cicadas,
Gunung Putri, Bogor” dengan baik. Kerja praktek merupakan salah satu syarat
mata kuliah yang harus di ambil oleh setiap mahasiswa S1 jurusan Teknologi
Hasil Pertanian. Tujuan dari kerja praktek ini adalah untuk memberikan
gambaran nyata kepada mahasiswa mengenai lingkungan dan dunia kerja serta
sebagai kesempatan untuk mengaplikasikan ilmu dan teori yang telah didapatkan
selama berada di bangku kuliah. Penulis ingin menyampaikan terimakasih
kepada:
1. Kedua orang tua dan segenap keluarga yang telah member dukungan
dan do’a selama ini
2. Prof. Dr. Teti Estiasih, STP.,MP. selaku Ketua Jurusan Teknologi Hasil
Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Brawijaya
3. Prof. Dr. Teti Estiasih, STP., MP. selaku dosen pembimbing
4. HRD PT Yupi Indo Jelly Gum, Cicadas, Gunung Putri, Bogor, atas
ketersediaannya memberikan informasi.
5. Semua teman – teman yang telah membantu dalam menyelesaikan
proposal ini
Demikian proposal yang dapat kami sampaikan, atas kerjasama PT Yupi
Indo Jelly Gum, Cicadas, Gunung Putri, Bogor. Penulis mengucapkan
terimakasih.
iv
DAFTAR ISI
SAMPUL……………………………………………………………………………….....
LEMBAR PERSETUJUAN…………………………………………………………….
KATA PENGANTAR……………………………………….…………………………
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………….
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................................
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………………..
1.1 Latar Belakang………………………………………………………………….
1.2 Tujuan……………………………………………………………………………
1.2.1 Tujuan Umum………………………………………………………….
1.2.2 Tujuan Khusus…………………………………………………………
BAB II TINJAUAN PUSTAKA…………………………………………………………
2.1 Mi Instan………………………………………………………………………..
2.2 Bahan Baku………………………………………………..
BAB III METODOLOGI……………………………………………………………….
3.1 Lokasi dan Pelaksanaan PKL……………………………………………….
3.2 Metode Pengumpulan Data………………………………………………….
3.3.1 Data Primer………………………………………………………..…
3.3.2 Data Sekunder…………………………………………………….…
3.3 Jadwal Pelaksanaan………………………………………………………….
BAB IV PENUTUP……………………………………………………………………
BAB I PENDAHULUAN
2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Permen jelly merupakan permen yang dibuat dari air atau sari buah dan
bahan pembentuk gel, yang berpenampilan jernih transparan serta mempunyai
tekstur dengan kekenyalan. Tertentu. Permen jelly memiliki karakteristik umum
chewy yang bervariasi, dari agak lembut hingga agak keras (Faridah, 2008).
Permen jelly dibuat dengan memasak gula sampai mencapai padatan yang
diinginkan. Kemudian dilakukan penambahan bahan-bahan pembentuk gel
(gelatin, agar, pektin dan karagenan) lalu ditambah cita rasa dan warna dan
akhirnya dicetak. Permen jelly umumnya dimasak sampai menghasilkan padatan
75 % (Koswara, 2009).
Syarat mutu permen jelly menurut SNI 02-3547-2008 dapat dilihat pada tabel
2.2.1 berikut:
3
II.3 Bahan Baku Pembuatan Permen Jelly
II.3.1 Gelatin
Gelatin merupakan produk hasil hidrolisis parsial kolagen dari kulit, jaringan
ikat, dan tulang hewan. Gelatin tidak larut pada air dingin, namun apabila
dipanaskan hingga suhu 71oC gelatin akan larut karena agregat molekul yang
pecah dan membentuk disperse koloid makromolekuler. Gelatin berfungsi untuk
pembentuk gel, pengental, penjernih, pengikat air, pelapis, dan pengemulsi.
Jumlah gelatin yang diperlukan untuk membuat gel adalah 5% hingga 12%
tergantung kekenyalan produk yang diinginkan. Konsentrasi gelatin yang terlaku
rendah akan menyebabkan gel tidak terbentuk, namun apabila konsentrasi terlalu
tinggi maka gel yang terbentuk akan menjadi kaku (Rahmi, 2012).
Dalam pembentukan gel, fruktosa berfungsi membentuk tekstur yang liat dan
menurunkan kekerasan permen jelly yang terbentuk bersama sukrosa.
Kemanisan fruktosa 1.12 kali lebih tinggi dari sukrosa. Dalam pengolahan
permen high fructose syrup berfungsi sebagai penguat cita rasa dan
menghambat pertumbuhan mikroorganisme. Pertumbuhan mikroorganisme
dihambat dengan tekanan osmosa yang tinggi dan aktivitas air yang rendah (bait,
2012).
II.3.3 Sukrosa
Sukrosa merupakan gula disakarida yang terdiri dari satu molekul glukosa
dan satu molekul fruktosa (Sandjaja, 2013). Sukrosa banyak terdapat di pasaran
dalam bentuk sukrosa. Sukrosa memiliki kelarutan yang tinggi dalam air dan
apabila dipanaskan akan semakin tinggi kelarutannya. Penambahan sukrosa
dalam pembuatan permen jelly memiliki fungsi untuk memberikan rasa manis.
Dalam konsentrasi tinggi, sukrosa dapat menghambat pertumbuhan
mikroorganisme dengan menurunkan aktivitas air dari bahan pangan sehingga
4
sukrosa dapat dijadikan sebagai pengawet dalam pembuatan permen jelly (Malik,
2010).
II.3.4 Agar-agar
Agar-agar merupakan karbohidrat pada dinding sel rumput laut dengan berat
molekul yang tinggi Agar-agar terdiri dari fraksi agarosa dan agaropektin. Agar-
agar memiliki sifat anioni, dapat membentuk gel yang jernih, dan liat pada
perlakuan pembekuan maupun pelelehan (Cahyadi, 2008). Agar-agar berfungsi
sebagai zat pengental, pengemulsi, penstabil , dan pensuspensi pada industry
makanan maupun minuman. Pada pembuatan permen jelly, agar-agar berfungsi
sebagai pembentuk gel. Konsentrasi agar-agar yang terlalu rendah
menyebabkan permen menjadi lunak, sebaliknya apabila konsentrasi agar-agar
tinggi, maka tekstur permen menjadi mudah patah dank eras (Santoso, 2007).
5
produksi permen jelly diukur dengan proporsi yang telah ditentukan untuk
menghasilkan tekstur yang diinginkan (Menchero, 2017).
Bahan yang telah dicampur merata kemudian dimasak pada suhu 100oC
(Padmaningrum, 2013). Campuran bahan yang telah dimasak selanjutnya
dimasukkan ke cetakan yang berasal dari basis tepung kanji. Cetakan tersebut
ditepatkan pada mesin yang disebut Mogul. Cetakan yang tersedia memiliki
berbagai macam bentuk sesuai produk yang akan dihasilkan. Selain itu, cetakan
diletakkan pada mesin Mogul dalam jumlah yang besar agar menghasilkan
produk yang banyak dalam waktu singkat (Menchero, 2017).
6
2. Pengendalian mutu proses produksi
Pengendalian proses meliputi perencanaan dan penentuan urutan kerja,
penentuan waktu kerja, pemberian perintah kerja, dan tindak lanjut dalam
pelaksanaan proses produksi serta kondisi mesin produksi.
3. Pengendalian mutu produk akhir
Meliputi cara penyimpanan, penggudangan, dan distribusi produk akhir.
1. Menentukan sasaran
Sasaran utama perusahaan adalah menghasilkan produk dengan batasan
anggaran, jadwal, dan mutu yang telah ditentukan. Sasaran dihasilkan dari suatu
perencanaan dasar dan menjadi salah satu faktor pertimbangan dalam
mengambil keputusan untuk melakukan investasi atau membangun proyek,
sehingga sasaran merupakan tonggak tujuan dari kegiatan pengendalian
(Rahadian, 2011).
2. Menentukan lingkup kegiatan
Lingkup proyek meliputi ukuran, batas, dan jenis pekerjaan yang harus
dilakukan untuk menyelesaikan lingkup proyek (Rahadian, 2011).
3. Menentukan standar dan kriteria
Dalam usaha mencapai sasaran secara efektif dan efisien, perlu disusun
suatu standard, kriteria, atau spesifikasi yang dipakai sebagai tolok ukur untuk
membandingkan dan menganalisis pekerjaan. Standard, kriteria, dan patokan
yang dipilih dan ditentukan harus bersifat kuantitatif, demikian pula metode
pengukuran dan perhitungannya harus dapat memberikan indikasi terhadap
pencapaian sasaran (Rahadian, 2011).
4. Merancang sistem informasi
Sistem informasi dan pengumpulan data sangat penting karena dapat
memberikan keterangan yang tepat, cepat, dan akurat. Sistem informasi
mengolah data yang telah dikumpulkan menjadi suatu bentuk informasi yang
dapat dipakai untuk tindakan pengambilan keputusan. Dilakukan pelaporan dan
pemeriksaan, pengukuran dan pengumpulan data serta informasi hasil
pelaksanaan pekerjaan pada kurun waktu tertentu (Winarno, 2002).
5. Mengkaji dan menganalisis hasil pekerjaan
7
Diadakan analisis atas indikator yang diperoleh dan dibandingkan dengan
kriteria dan standard yang ditentukan. Hasil analisis penting karena akan
digunakan sebagai landasan dan dasar tindakan pembetulan. Oleh karena itu,
metode yang digunakan harus tepat dan peka terhadap kemungkinan adanya
penyimpangan (Winarno, 2002).
6. Mengadakan tindakan pembetulan
Apabila hasil analisis menunjukkan adanya indikasi penyimpangan yang
cukup besar, maka perlu diadakan langkah-langkah pembetulan dapat berupa
(Winarno, 2002):
a. Mengubah metode, cara, dan prosedur kerja, atau mengganti peralatan
yang digunakan
b. Menambah tenaga kerja dan pengawasan
c. Realokasi sumber daya
Contoh: memindahkan peralatan, tenaga kerja, dan kegiatan
pembangunan fasilitas pembantu untuk dipusatkan ke kegiatan
konstruksi instalasi dalam rangka mengejar jadwal produksi
1. ISO
ISO (International Standarization Organization) merupakan sistem
manajemen mutu yang berlaku secara internasional. Tujuan ISO adalah
mengembangkan dan mempromosikan standar-standar yang berlaku secara
internasional. Beberapa keuntungan dari penerapan standarisasi ISO adalah
(Puspitasari dan Nurdinati, 2016):
a. Orientasi pelanggan
Standarisasi memenuhi persyaratan pelanggan dengan memberikan
mutu produk atau jasa untuk kepuasan pelanggan
b. Keuntungan pasar
Perusahaan yang telah memiliki sertifikat ISO dapat diterima oleh semua
pelanggan di pasar domestik dan internasional
c. Pengakuan
ISO akan memberikan pengakuan khusus terhadap perusahaan,
sehingga membawa persepsi pembeli pada tingkat yang lebih tinggi
d. Kepercayaan
8
ISO menciptakan kepercayaan manajemen terhadap mutu produk atau
jasa yang dihasilkan kepada pelanggan mengenai kemampuan
perusahaan
e. Konsistensi Mutu
ISO membantu memelihara konsistensi mutu produk atau jasa
f. Aspek Legal
Secara resmi telah diterima oleh banyak negara
g. Peningkatan produktivitas
Standarisasi dapat meningkatkan produktivitas organisasi dengan
penggunaan material, teknik, dan sumber daya yang efektif
h. Meningkatkan unjuk kerja keuangan
Dengan berkurangnya biaya mutu, maka produktivitas meningkat, unjuk
kerja keuangan perusahaan juga meningkat
i. Terdokumentasi
Sistem dokumentasi untuk produk, bahan kegiatan, dan operasi
membantu dalam identifikasi, kaji ulang, dan peningkatan produk atau
jasa
j. Kemampuan organisasi
ISO menunjukkan kemampuan organisasi perusahaan untuk mencapai
mutu tertentu
2. Sistem HACCP
HACCP (Hazard Analysis Critical Control Point) merupakan suatu sistem
yang memiliki landasan ilmiah dan yang secara sistematis mengidentifikasi
potensi-potensi bahaya tertentu serta cara-cara pengendaliannya untuk
menjamin keamanan pangan. Oleh karena itu, HACCP harus menjadi dasar
analisis potensi bahaya dan ditujukan untuk pencegahan, penghilangan atau
pengurangan potensi bahaya keamanan pangan hingga ke tingkat yang dapat
diterima. HACCP adalah suatu alat (tools) yang digunakan untuk menilai tingkat
bahaya, menduga perkiraan risiko, dan menetapkan ukuran yang tepat dalam
pengawasan, dengan menitik beratkan pada pencegahan dan pengendalian
proses daripada pengujian produk akhir yang biasanya dilakukan dalam cara
pengawasan tradisional (Puspitasari dan Nurdinati, 2016).
3. GMP
9
GMP (Good Manufacture Practice) menjelaskan persyaratan yang harus
dipenuhi oleh industri terutama industri yang terkait dengan pangan. Persyaratan
tersebut harus dipenuhi di seluruh mata rantai produksi mulai dari bahan baku
sampai produk akhir. GMP wajib diterapkan oleh industri tersebut sebagai upaya
preventif agar pangan yang dihasilkan bersifat aman, layak, dan berkualitas
(Anggraini dan Yudhastuti, 2014).
10
III.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Metode pengumpulan data yang digunakan pada PKL ini meliputi kegiatan
observasi, wawancara, dokumentasi, dan studi kepustakaan dengan rincian
sebagai berikut:
1. Observasi
Observasi dilakukan dengan cara melihat dan mengamati secara langsung
proses serta kegiatan yang dilakukan di PT Indofood CBP Sukses Makmur, Tbk.,
NOODLE Division terutama di bagian Quality Control, sehingga mendapat
gambaran yang jelas tentang aspek-aspek yang dikaji.
2. Wawancara
Metode ini dilakukan dengan mengajukan pertanyaan kepada pembimbing,
operator, karyawan atau petugas berwenang lainnya.
3. Praktek Langsung
Ikut terjun langsung dalam kegiatan di PT Indofood CBP Sukses Makmur
Tbk., NOODLE Division terutama di bagian Quality Control sesuai dengan
ketentuan dan kebijakan yang berlaku.
4. Pencatatan
Mencatat data sekunder dari sumber-sumber yang dapat
dipertanggungjawabkan dan mendukung kegiatan PKL. Jenis data sekunder
antara lain data mengenai kondisi umum PT Indofood CBP Sukses Makmur,
Tbk., sejarah berdirinya perusahaan, struktur organisasi perusahaan, dan data
lainnya yang berkaitan dengan tujuan PKL.
5. Studi Pustaka
11
Melakukan studi pustaka berupa data yang diperoleh dari buku-buku yang
terdapat di dalam perusahaan maupun di luar perusahaan sebagai pembanding
dalam alternatif pemecahan masalah.
BAB IV
12
PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
13
Anggraini, Triesty., Ririh Yudhastuti. Penerapan Good Manufactoring Practices
pada Industri Rumah Tangga Kerupuk Teripang di Sukolilo Surabaya. Jurnal
Kesehatan Lingkungan. Vol. 7, No. 2: 148-158.
Jatmiko, GP. 2014. Mie dari Umbi Kimpul (Xanthosoma sagittifolium): Kajian
Pustaka. Jurnal Pangan dan Agroindustri. Vol. 2 No. 2:127-134
Kurniawan, Agung., Teti Estiasih., Nur Ida Panca Nugrahini. 2015. Mie dari Umbi Garut
(Maranta arundinacea L.): Kajian Pustaka. Jurnal Pangan dan Agroindustri.Vol. 3 No.
3: 847-854
LAMPIRAN
15
Lampiran 1 Syarat Mutu Mi Instan SNI 3551-2012
1. Keadaan
4 Kadar air 1)
7 Cemaran logam 2)
9 Cemaran mikroba 2)
16
9.3 Escherichia coli APM/ g <3
1)
Berlaku untuk keping mi
2)
Berlaku untuk kepingmi, bumbu, dan pelengkapnya
17