SELATAN
1727041027
FAKULTASTEKNIK
2021
i
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................ i
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................... ii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii
DAFTAR TABEL .................................................................................................. iv
DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. v
I. PENDAHULUAN ......................................................................................... 1
A. Latar Belakang .......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 5
C. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 5
D. Manfaat Penelitian .................................................................................... 6
II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................. 8
A. Kajian Teori .............................................................................................. 8
B. Kajian Penelitian yang Relevan .............................................................. 27
C. Kerangka Pikir ........................................................................................ 30
III. METODE PENELITIAN ............................................................................. 32
A. Jenis Penelitian........................................................................................ 32
B. Waktu dan Tempat Penelitian ................................................................. 32
C. Desain Penelitian .................................................................................... 33
D. Alat dan Bahan ........................................................................................ 34
E. Prosedur Penelitian ................................................................................. 34
F. Kinerja Mesin.......................................................................................... 37
G. Teknik Analisis Data............................................................................... 40
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 41
iii
DAFTAR TABEL
iv
DAFTAR GAMBAR
v
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Desa Tanah Towa merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan
sebagai petani. Adanya dukungan iklim dan cuaca yang baik juga menjadi faktor
pendorong desa tersebut lebih mengutamakan sektor pertanian. Sehingga desa ini
membentuk sebuah kelompok tani yang diberi nama Kelompok Tani Balagana.
dibentuk atas dasar kesamaan kondisi lingkungan dan keakraban untuk mendorong
pertanian dan juga mampu meningkatkan potensi hasil pertanian pada kegiatan
produksi, maka dari itu seiring perkembangan zaman produksi hasil pertianian diera
mesin pertanian untuk menghasilkan nilai tambah hasil dari produksi pertanian dan
pertanian adalah untuk meningkatkan tenaga kerja dalam proses produksi pertanian,
serta alat dan mesin pertanian dapat digunakan pada setiap tahapan proses produksi
1
2
(Sukirno 1999). Tahapan proses produksi meliputi tahapan budidaya dan tahapan
pasca panen, kedua tahapan ini masing-masing membutuhkan alat dan mesin pada
setiap prosesnya pada tahapan pasca panen dilakukan serangkaian kegiatan yang
dilakukan petani sejak di panen hingga siap untuk di olah ataupun di komsumsi.
Salah satu kegiatan yang menggunakan alat produksi mesin dalam penaganan
pascapanen pertanian yakni tanaman jagung, pada proses pelepasan biji jagung dari
produksi jagung di tingkat petani mencapai 4%, dan kerugian total hasil jagung di
tingkat petani adalah 5,2% (Hamka Amrin et.al, 2019). Hal ini terjadi karena pada
hasil produksi jagung dan meminimalisir terjadinya kehilangan hasil maka perlu
umumnya mesin pemipil jagung dilakukan petani pada pusat-pusat produksi jagung
dengan cara menyewa mesin pemipil tersebut. Industri besar peralatan pertanian
dan bengkel lokal di pedesaan telah banyak memproduksi pemipil jagung mekanik,
dalam penggunannya mesin pemipil jagung yang komersial di kalangan petani tidak
yang terdiri dari manusia dan mesin di lingkungan lokal termasuk masalah
kebisingan yang dihadapi oleh operator (Prabawa, 2009). Dimana pada penggunaan
mesin pemipil jagung menghasilkan bunyi dan getaran yang menimbulkan rasa tidak
menetapkan bahwa kebisingan adalah suatu derajat bunyi tertentu atau bunyi yang
merugikan dari alat proses produksi dan alat kerja yang dapat menyebabkan
perangkat dengan tingkat kebisingan di atas ambang batas (NAB) perlu dikendalikan
(Kusumawati, 2012).
Getaran adalah suatu gerak bolak balik di sekitar kesetimbangan. Hal ini
massa melalui keadaan setimbang terhadap suatu titik acuan, sedangkan yang
dimaksud dengan getaran mekanik adalah getaran yang ditimbulkan oleh sarana dan
yang melebihi nilai ambang batas (NAB) dapat menimbulkan efek negatif terhadap
4
manusia seperti, gangguan peredaran darah dan syaraf serta kerusakan persendian
dan tulang.
Rusdin (2018) dengan judul penelitian “Analisis Ergonomi Tingkat Kebisingan dan
mekanis mesin serta tingkat keamanan bagi operator. Selain itu, penelitian yang
relavan juga dilakukan oleh Sigit Prabawa (2009) dengan judul penelitian “Analisis
Kebisingan dan Getaran Mekanis pada Trakor Tangan” yang bertujuan untuk
Adapun yang akan menjadi objek penelitian yaitu tingkat kebisingan dan
sebagai bahan mentah penelitian yaitu mesin pemipil jagung yang dioperasikan
terganggu dan kurang nyaman dalam melaksanakan proses pemipilan, selain itu
operator pada Kelompok Tani Balagana selama melakukan proses produksi. Perlu
adanya inovasi untuk memberikan kenyamanan pada operator mesin pemipil jagung
B. Rumusan Masalah
Permasalahan yang akan penulis teliti perlu pembatasan secara spesifik, agar
sulit di analisis.
pemipil jagung?
C. Tujuan Penelitian
Setiap aktivitas selalu memiliki maksud dan tujuan, sama halnya dalam
empiris hal-hal yang akan diperoleh dan hasil yang diperoleh melalui penelitian ini.
Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini ialah sebagai berikut:
jagung
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diperoleh dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut
adalah :
1. Manfaat Praktis
paparan bising dan getaran yang diterima oleh operator dan masukan
kerja, sehingga tenaga kerja atau operator taat dalam memakai alat
pelindung diri.
2. Manfaat Teoritis
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
tanpa kelobot, sebelum dilakukan pemipilan, kulit jagung dikupas terlebih dahulu
dikeringkan sampai kadar air sekitar 18%. Pemipilan jagung dapat dilakukan
dengan penggerak motor bakar. Tingkat susut hasil jagung di tingkat petani pada
tahap pemipilan masih tinggi sekitar 4% dari total susut hasil jagung pada tingkat
Mesin pemipil jagung bertujuan untuk memisahkan biji dari tongkol buah
sehingga diperoleh biji yang bersih. Untuk memisahkan tongkol dengan biji, mesin
pemipil jagung ini mengunakan motor bakar sebagai tenaga penggerak dan prinsip
permukaan jagung yang awalnya diam dan permukaan mata pemipil yang terus
berputar (dinamis) dan proses pemipilan antara biji dan tongkol terjadi di mata
pemipil, untuk biji jatuh langsung kebawah penampungan saluran pengeluaran biji
dan tongkol tetap berada di dalam ruang pemipil dan berputar terus. Pemipilan
dengan menggunakan mesin pemipil lain yang bekerja tanpa motor hanya dapat
menghasilkan kapasitas 1,0ton jagung pipil/jam. Dengan pemipil ini, bonggol yang
8
9
diperkirakan terdapat 0,5% susut tercecer akibat adanya butiran jagung yang masih
melekat pada bonggol. Yang perlu diperhatikan adalah mesin pemipil jagung
dengan konstruksi gigi khusus seingga dapat digunakan untuk pemipilan jagung
pada kadar air sekitar 35% (Kahar dan Benny, 2020). Mesin pemipil model ini
bekerja di daerah produksi jagung yang menghasilkan jagung pipil dengan mutu
yang baik dan biaya yang rendah bagi petani. Mesin pemipil jagung dapat dilihat
Pada mesin pemipil ini menggunakan tenaga penggerak, yaitu motor bakar.
Tujuan menggunakan motor bakar ini untuk memperingan dan mempercepat waktu
kerja pemipilan tongkol jagung. Hal ini dikarenakan motor bakar bersifat ekonomis
mempermudah masuknya jagung pada ruang pemipil. Untuk menjaga agar jagung
masuk ke ruang pemipil tidak terlempar keluar diperlukan penutup hopper yang
berfungsi untuk menutup lubang hopper agar jagung tidak terlempar keluar melalui
10
lubang hopper pada saat berputar. Tempat pemipilan tongkol berbentuk segi 8 di
dalamnya terdiri dari silinder yang berputar (rotor) dan rantai pemipil yang
berputar. Rotor memiliki dimensi diameter 2,5 cm dan panjang 70 cm. Rotor ini
terbuat dari besi bulat dan merupakan tempat menempelnya rantai pemipil yang
Biji jagung yang terlepas dari tongkolnya akan jatuh kebawah akibat gaya
grafitasi dan keluar melalui saluran keluar, sedangkan tongkol jagung akan tinggal
dalam ruang pemipil dan keluar melalui lubang keluar tongkol pada saat dibuka.
Kerlemparnya tongkol keluar dari ruang pemipil akibat gaya sentrifugal dan
hantaman dari rantai pemipil. Tonjolan-tonjolan ini berfungsi untuk pisau pemipil.
Mata pemipil dibentuk menyerupai trapesium, dengan tujuan jagung yang akan
dipipil terlebih dahulu terpipil melalui jarak yang lebih besar kemudian melewati
jarak yang lebih kecil sehingga meminalisir jagung yang tidak terpipil sempurna
dari tongkol.
f. Stator, stator adalah komponen alat yang terbuat dari rantai besi (chain) yang
g. Poros putaran, poros putaran ini merupakan poros yang berada di dalam ruang
pemipil yang berfungsi untuk memutar rotor yang terhubung dengan motor
h. Puli pemipil, puli pemipil merupakan komponen alat yang memutar rotor baik
dari cara manual. Namun apabila cara pengoperasiannya tidak benar dan kadar air
jagung yang di pipil tidak sesuai, maka akan mempengaruhi viabilitas benih. Mesin
pemipil jagung telah banyak dihasilkan dan dikenal masyarakat namun banyak
menghasilkan jagung pipil untuk bahan baku pakan maupun pangan. Pemipilan
dengan tenaga mekanis umumnya dilakukan oleh petani pada pusat-pusat produksi
jagung, dengan cara menyewa mesin pemipil tersebut. Pemipil jagung mekanis
telah banyak dibuat di Indonesia baik oleh industri alat pertanian skala besar
maupun oleh bengkel lokal di pedesaan. Mutu dan harga pemipil jagung buatan
12
lokal dapat bersaing dengan buatan industri alat pertanian. Harga sebuah pemipil
jagung mekanis tergantung pada merk dan buatan, kapasitas (0,1–2,0 ton jagung
biasanya digerakkan oleh motor diesel 5 PK untuk mesin tanpa kipas dan 7 PK
2. Ergonomi
merancang suatu sistem kerja, sehingga manusia dapat hidup dan bekerja pada
sistem itu dengan baik, yaitu mencapai tujuan yang diinginkan melalui pekerjaan
itu dengan efektif, aman, dan nyaman (Wardani, 2003). Salah satu masalah
kesehatan dan keselamatan kerja yang sering dialami oleh pekerja adalah masalah
mengupayakan agar tekanan ini masih dalam batas toleransi, hasil kinerja
yang dialami pekerja berlebihan, hal-hal yang tidak diinginkan dapat terjadi, seperti
kesalahan (error), kecelakaan, cedera, atau kenaikan beban fisik dan mental.
Cedera dan penyakit yang terkait ergonomi adalah bervariasi yaitu, mulai dari
disorders).
13
modifikasi area, tata letak (layout), tempat kerja, fasilitas produksi untuk
perawatan 3) desain dan modifikasi, metode kerja, dalam hal ini termasuk
mekanisasi/otomasi pada proses dan beban kerja dalam sebuah sistem dunia kerja
3. Kebisingan
a. Definisi kebisingan
sebagai bunyi yang tidak dikehendaki yang bersumber dari aktivitas alam seperti
bicara dan aktivitas buatan manusia seperti penggunaan mesin (Marisdayana et.al,
diartikan sebagai suara apa saja yang sudah tidak diperlukan dan memiliki efek
yang buruk untuk kualitas kehidupan, kesehatan, dan kesejahteraan (WHO, 2002).
14
Sehingga sebagian kecil suara yang terdengar, jika hal tersebut tidak diinginkan
Kebisingan adalah salah satu faktor fisik berupa bunyi yang dapat
suara yang tidak dikehendaki yang bersumber dari alat-alat produksi dan atau alat-
alat kerja yang pada tingkat tertentu dapat menimbulkan gangguan pendengaran”.
Dari kedua definisi di atas dapat disimpulkan bahwa kebisingan adalah semua bunyi
atau suara yang tidak dikehendaki yang dapat mengganggu kesehatan dan
merupakan bunyi yang tidak diinginkan dari suatu usaha atau kegiatan dalam
tingkat dan waktu tertentu yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan manusia
bunyi yang tidak diinginkan sehingga menganggu dan atau dapat membahayakan
maka dapat disimpulkan bahwa kebisingan adalah bunyi atau suara yang tidak
diinginkan yang bersumber dari usaha atau kegiatan manusia yang dapat
b. Jenis kebisingan
Berdasarkan sifat dan spektrum frekuensi bunyi, bising dapat dibagi atas:
1) Bising yang kontinyu dengan spektrum frekuensi yang luas. Bising ini
relatif tetap dalam batas kurang lebih 5 dB untuk periode 0,5 detik berturut-
2) Bising yang kontinyu dengan spektrum frekuensi yang sempit. Bising ini
juga relatif tetap, akan tetapi ia hanya mempunyai frekuensi tertentu saja
(pada prekuensi 500, 1000, dan 4000 Hz). Misalnya gergaji serkuler, katup
gas.
menerus, melainkan ada periode relatif tenang. Misalnya suara lalu lintas,
4) Bising Implusif. Bising jenis ini memiliki perubahan tekanan suara melebihi
5) Bising Implusif berulang. Sama dengan bising implusif, hanya saja disini
Misalnya mendengkur.
atau isyarat tanda bahaya tenggelam dalam bising dari sumber lain.
1) Faktor akustikal
b) Frekuensi bunyi
2) Faktor non-akustikal
b) Kegiatan
e) Kepribadian
untuk sebagian besar tenaga kerja bila bekerja 8 jam/hari atau 40 jam/minggu.
Peraturan Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2018 tentang
Ambang Batas (NAB) untuk kebisingan di tempat kerja adalah intensitas tertinggi
dan merupakan nilai rata-rata yang masih dapat diterima tenaga kerja tanpa
mengakibatkan hilangnya daya dengar yang tetap untuk waktu terus menerus tidak
lebih dari 8 jam sehari atau 40 jam seminggunya. Waktu maksimum bekerja dapat
kerja. Intensitas kebisingan yang melampaui nilai tersebut dianggap sebagai suatu
hal yang membahayakan bagi kesehatan pekerja. Rekomendasi durasi aman bagi
pekerja yang terpapar kebisingan di tempat kerja adalah sebagai berikut (Soepardi
et al., 2007).
Tabel 2.2 Nilai Ambang Batas Kebisingan Menurut National for Occupational
Safety and Health (NIOSH)
Nilai Kebisingan Waktu Pemaparan
(dalam dB) Jam Menit Detik
80 25 24 -
85 8 - -
90 2 31 -
95 - 47 37
100 - 15 -
105 - 4 43
110 - 1 29
115 - - 28
120 - - 9
125 - - 3
130-140 - - <1
(Sumber: National for Occupational Safety and Health (NIOSH), 1998)
Standar alat ukur yang digunakan untuk mengukur kebisingan adalah Sound
Level meter (SLM). SLM sendiri merupakan alat ukur dengan basis sistem
pengukuran bisa dibuat secara langsung dengan cara mekanis, sistem pengukuran
menyebabkan terjadinya perubahan tekanan udara yang dapat ditangkap oleh alat
ini, selanjutnya akan menggerakan meter penunjuk. SLM dapat mengukur tiga jenis
terhadap kebisingan, termasuk kebisingan akibat lalu lintas, serta kebisingan yang
(Djalante, 2010).
Menuruut Anizar (2010), Sound Level Meter (SLM) biasanya dipakai untuk
mengukur tingkat kebisingan pada saat tertentu. Biasanya alat ini digunakan untuk
batas maksimum yakni 85 dBA. Alat ini terdiri dari Microphone, alat penunjuk
besar pada frekuensi rendah dan tinggi yang menyerupai reaksi telinga
1) Cara Sederhana
Dengan sebuah Sound Level Meter, biasa diukur tingkat tekanan bunyi dBA
detik.
2) Cara Langsung
pengukuran LTMS, yaitu Leq dengan waktu ukur setiap 5 detik, dilakukan
kelelahan dan stres. Lebih rinci lagi, maka dapatlah digambarkan dampak bising
1) Gangguan fisiologis
2) Gangguan psikologis
Gangguan psikologis dapat berupa rasa tidak nyaman, kurang kosentrasi, susah
tidur, emosi dan lain-lain. Pemaparan jangka waktu lama dapat menimbulkan
lain.
3) Gangguan komunikasi
karena tidak mendengar teriakan atau isyarat tanda bahaya dan tentunya akan
4) Gangguan keseimbangan
progresif atau awalnya bersifat sementara tapi bila bekerja terus menerus di
tempat bising tersebut maka daya dengar akan menghilang secara menetap atau
tuli.
22
g. Pengendalian kebisingan
1) Pengendalian teknik
Pengendalian teknik yang dapat dilakukan pada lingkungan kerja yang bising
2) Pengendalian administratif
(APD), serta menetapkan reward and pusnishment terhadap pekerja yang telah
Alat pelindung telinga adalah alat pelindung yang berfungsi untuk melindungi
(Ramadhani et al., 2017). Jenis alat pelindung telinga terdiri dari sumbat telinga
Ukuran dan bentuk saluran telinga tiap-tiap individu dan bahkan untuk
kedua telinga dari orang yang sama adalah bebeda. Untuk itu sumbat
telinga (ear plug) harus dipilih sedemikian rupa sehingga sesuai dengan
saluran telinga antara 5-11 mm dan liang telinga pada umumnya berbentuk
lonjong dan tidak lurus. sumbat telinga (ear plug) dapat terbuat dari kapas,
plastik, karet alami dan bahan sintetis. Untuk ear plug yang terbuat dari
kapas, spons, dan malam (wax) hanya dapat digunakan untuk sekali pakai
(disposable). Sedangkan yang terbuat dari bahan karet plastik yang dicetak
suara sampai 20 dB. Salah satu gambar ear plug dapat dilihat pada Gambar
2.3 berikut.
Alat pelindung tangan jenis ini terdiri dari dua buah tutup telinga dan
sebuah headband. Isi dari tutup telinga dapat berupa cairan atau busa yang
waktu yang cukup lama, efektivitas ear muff dapat menurun karena
bantalan dengan minyak dan keringat pada permukaan kulit. Alat ini dapat
bagian luar telinga dari benturan benda keras atau percikan bahan kimia.
Salah satu gambar ear muff dapat dilihat pada Gambar 2.4 berikut.
4. Getaran
a. Definisi getaran
Getaran merupakan suatu gerakan yang teratur dari benda atau media
faktor fisik yang menjalar ke tubuh manusia, mulai dari tangan sampai ke seluruh
tubuh. Getaran terjadi saat mesin atau alat dijalankan dengan motor, sehingga
yang ada, dimana elemen-elemen tersebut saling beraksi satu sama lain dan energi
didesipasi melalui struktur dalam bentuk getaran. Kerusakan atau keausan serta
energi getaran. Sedangkan gaya yang menyebabkan getaran ini dapat ditimbulkan
putaran dari massa yang tidak seimbang (unballance mass), missalignment dan juga
downtime yang tidak terencana. Hal ini bisa dicapai dengan melakukan monitoring
secara regular terhadap getaran mesin baik secara kontinyu maupun pada interval
waktu yang terjadwal. Monitoring vibrasi secara regular dapat mendeteksi detorasi
atau cacat pada bantalan, kehilangan mekanis (mechanical looseness) dan gigi-gigi
yang rusak atau aus. Analisa vibrasi juga dapat mendeteksi misalignment dan
pemeliharaan yang buruk seperti instalasi dan penggantian bantalan yang buruk,
alignment poros yang tidak akurat, dan balancing rotor yang tidak presisi. Semua
mesin yang berputar menghasilkan getaran yang merupakan fungsi dari dinamika
tingkat akurasi dari proses alignment dan balancing, kondisi bantalan atau roda
gigi, dan efek mesin yang diakibatkan oleh resonansi dari rumah mesin, pipa dan
struktur lainnya.
Kerja No. SNI 16-7063-2004, tentang Nilai Ambang Batas iklim kerja (panas),
kebisingan, getaran tangan-lengan dan radiasi sinar ultra ungu di tempat kerja,
yaitu intensitas getaran tidak lebih dari 6 m/s. Nilai ambang batas getaran dapat
yang dibentuk oleh pemerintah desa untuk mengembangkan usaha pertanian dan
Desa Tanah Towa yang terletak disebelah utara dalam wilayah Kecamatan Kajang
Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan dan masih berjalan hingga saat ini. Secara
geografis wilayah Desa Tanah Towa berada pada ketinggian 50-500 mdpl. Pada
27
radius ketinggian tersebut, udara di Desa Tanah Towa sangat sejuk. Suhu udara
udara 70%. Selain itu, curah hujan setiap tahunnya adalah 5745 mm (Abdul Hafid,
2013). Kondisi alam seperti ini yang menyebabkan berbagai macam tanaman
pertanian dan perkebunan dapat tumbuh dengan baik. Sehingga di Desa Tanah
mampu memperkuat kerjasama sesama petani maupun dari pihak lain sehingga
menguntungkan. Kelompok Tani Balagana terdiri dari 28 orang petani yang secara
kuranglebih 16 hektar dan 18 hektar lahan kering. Lahan basah digunakan petani
untuk ditanami padi sedangkan lahan kering digunakan untuk menanam jagung,
umbi-umbian dan tanaman kacang. Untuk itu, Desa Tanah Toa khususnya di daerah
Adapun kajian penelitian yang relevan yang menjadi bahan referensi dalam
Rusdin (2018) dengan judul penelitian “Analisis Ergonomi Tingkat Kebisingan dan
28
yang bertujuan untuk mengetahui tingkat kebisingan dan getaran mekanis mesin
serta tingkat keamanan bagi operator. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis
data, tingkat kebisingan mesin pengupas kacang tanah pada putaran 1200 rpm (P3)
yaitu 69,8 dB lebih baik daripada perlakuan P1 (800 rpm) sebesar 75,8 dB dan
perlakuan P2 (1000 rpm) sebesar 72,8 dB. Ketiga nilai ini berada dibawah nilai
mekanis mesin pengupas kacang tanah pada putaran 1200 rpm (P3) yaitu 11,4 Hz
lebih baik daripada perlakuan P1 (800 rpm) sebesar 13,3 Hz dan perlakuan P2 (1000
rpm) sebesar 12,4 Hz. Tingkat keamanan operator mesin pengupas kacang tanah
pada kategori rendah, artinya apabila alat dipaksakan bekerja secara terus menerus
mekanis dan kebisingan yang mengganggu. Hal ini disebabkan oleh tingginya
Quentara dan Hardianto (2020) dengan judul penelitian “Analisa Dampak Intesitas
timbulkan dari penggunaan mesin lama dengan mesin baru. Data di peroleh dari
kuesioner oleh responden. Berdasarkan uji statistik Paired Sample t Tes di dapatkan
bahwa ada penurunan intensitas kebisingan sebesar 33,60%. Uji validitas dan
(mesin baru) dalam kuesiner adalah valid karena r hitung > r tabel, dan hasil
Chronbach’s Alpha > 0,60 sehingga dikatakan reliabel. Dari perbandingan data
kuesioner dapat terlihat dengan adanya mesin baru terjadi perbedaan yang cukup
Penelitian yang dilakukan oleh Sigit Prabawa (2009) denga judul penelitian
“Analisis Kebisingan dan Getaran Mekanis pada Traktor Tangan” penelitian ini
bertujuan untuk menganalisa kebisingan dan getaran mekanis pada traktor tangan.
Perkasa 700 GX adalah 88-99 dB(A), melebihi batas ambang kritis yaitu 85 dB(A).
Hasil penelitian juga menunjukkan tingkat getaran mekanis dengan frekuensi 2.10
Hz dan percepatan 24.20 m/det2 yang melebihi batas yang diijinkan yaitu frekuensi
2.10 Hz dan percepatan 10 m/det2. Upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi
masalah kebisingan dan getaran mekanis pada traktor tangan adalah perbaikan
muffler), pemasangan ring per pada semua baut, serta penggunaan shock breaker
dan engine. Selain itu juga perlu diperhatikan penggunaan pelindung telinga bagi
Penelitian yang telah dilakukan oleh Syakur Alim (2020) dengan judul
penelitian “Analisis Kebisingan dan Getaran pada Mesin Penggiling Padi di Desa
Tebedak, Ogan Ilir, Sumatra Selatan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis
tingkat kebisingan dan getaran mekanis di ruang penggiling padi yang diterima
83,9 dB dan tingkat kebisingan tertinggi 101,3 dB. Pada ketinggian 120 cm nilai
kebisingan terendah adalah 84,2 dB dan nilai kebisingan tertinggi 101,2 dB.
terendah sebesar 82,2 dB dan tingkat kebisingan tertinggi 84,6 dB. Pada ketinggian
kebisingan tertinggi sebesar 84,9 dB. Tingkat kebisingan pada mesin penggiling
padi sudah melebihi ambang batas kebisingan. Hasil pengukuran getaran dilakukan
pada tiga titik, yaitu lantai dasar 0,7 m/s2, lantai mesin 4 m/s2 dan laintai atas 2,4
C. Kerangka Pikir
kapasitas pemipilan yang lebih besar dari cara manual. Dalam penggunannya,
Ergonomika adalah studi tentang perancangan sistem kerja yang terdiri dari
dihadapi oleh operator (Prabawa, 2009). Dimana pada penggunaan mesin pemipil
jagung menghasilkan bunyi dan getaran yang menimbulkan rasa tidak nyaman
31
bagi operator. Intensitas kebisingan dan getaran yang melebihi ambang batas akan
dan syaraf serta kerusakan persendian dan tulang. Berkaitan dengan adanya
menjelaskan alur dalam penelitian ini. Kerangka pikir dapat dilihat pada Gambar
2.5 berikut.
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
bentuk kontur, grafik dan tabel. Data yang diperoleh dari data primer dan data
sekunder. Tujuan dari penulis menggunakan metode penelitian ini adalah agar
peneliti memperoleh data yang dibutuhkan dan dapat menyajikan data tersebut,
mula-mula peneliti mengumpulkan data, setelah itu data disajikan dan penulis
melakukan analisa data yang ada. Analisa data tersebut digunakan oleh peneliti
untuk memecahkan rumusan masalah. Berikut ini bagan alur desain perancangan
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai Agustus 2021 di Desa
Penelitian ini dilakukan pada waktu tersebut berdasarkan jadwal panen jagung
petani. Sedangkan, peneliti mengambil lokasi penelitian tersebut karena di desa ini
yang salah satu kelompok taninya mendapatkan bantuan mesin pemipil jagung dari
pemerintah daerah. Oleh karena itu, mesin pemipil jagung dikelolah dan
32
33
C. Desain Penelitian
memberi pegangan yang jelas dan terstruktur kepada peneliti dalam melakukan
rencana tentang cara mengumpulkan dan menganalisis data agar dapat dilaksanakan
secara ekonomis serta serasi dengan tujuan penelitian. Dari pemaparan pengertian
desain penelitian tersebut, berikut rancangan desain penelitian yang dibuat oleh
peneliti:
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1)mesin pemipil jagung
tipe CS 4000 M GP; 2) sound level meter; 3) vibration meter; 4) alat tulis; 5)
kamera; 6) stopwatch; 7) roll meter; 8) gunting; 9) palu; 10) laptop. Bahan yang
digunakan dalam penelitian ini adalah: 1) jagung; 2) solar; 3) tali raffia; 4) patok.
E. Prosedur Penelitian
Cara kerja pada penelitian ini terdiri dari beberapa tahapan, yaitu tahap
data.
1. Tahap Persiapan
ini terdiri dari studi literatur serta mempersiapkan alat dan bahan yang akan
getaran mekanis pada mesin pemipil jagung. Sebelum melakukan penelitian, alat
dan bahan dipersiapkan terlebih dahulu dan memastikan dalam kondisi baik agar
2. Tahap Pelaksanaan
Pada tahap ini peneliti langsung terjun ke lapangan yaitu Desa Tanah Towa
Kecamatan Kajang Kabupaten Bulukumba. Pada tahap ini peneliti membuat titik
pengukuran kebisingan terhadap objek yang diukur. Bahan yang digunakan dalam
membuat titik pengukuran yaitu tali raffia dan patok. Titik pengukuran dibuat
dengan menggunakan menggunakan metode grid dengan jarak antar titik 20 cm.
35
3. Pengumpulan Data
Data penelitian adalah data primer dan sekunder yang dikumpulkan dengan
1. Data primer
a. Pengukuran kebisingan
Pengukuran kebisingan mesin pemipil jagung dilakukan pada dua titik bagian
material preparation yaitu primary dan secondary area dengan sound level
sedang beroperasi
3) Metode pengukuran dilakukan dengan metode grid dengan jarak tiap titik
garis kontur dengan koordinat X dan Y adalah koordinat posisi dari titik
b. Pengukuran Getaran
berikut:
1) Periksa Alat:
sample)
c. Kuesioner
2. Data sekunder
perkembangan, visi, misi, filosofi usaha, struktur organisasi, proses produksi dan
37
peraturan yang ditampilkan pada Kelompok Tani Balagana. Selain itu, data
uji putaran motor penggerak dengan beban dan tanpa beban, uji putaran silinder
pemipil dengan beban dan tanpa beban, kapasitas pemipilan, kapasitas jagung
terpipil, persentasi biji jagung rusak, persentasi biji jagung tidak terpipil, efisiensi
F. Kinerja Mesin
putaran pada saat motor listrik dihidupkan dan tidak tersambung v-belt. Dan
kecepatan putaran motor penggerak dengan beban yaitu kecepatan putaran pada
putaran pada saat silinder pemipil berputar tanpa ada beban yaitu jagung. Dan
kecepatan putaran silinder pemipil dengan beban yaitu kecepatan putaran pada saat
3. Kapasitas Pemipilan
menggunakan rumus:
𝐵𝑆𝐽
𝐾𝑃𝐽 𝑊𝑃𝑃𝐽........................................................................................................................ (1)
Keterangan:
38
Keterangan:
Wpo = berat total biji jagung yang ditampung pada lubang pengeluaran utama
biologis, fisik, dan enzimatis. Persentase biji jagung rusak menggunakan alat
Keterangan:
Wr1 = bobot biji jagung rusak karena pengeluaran dari mesin pemipil jagung (g)
Cara menghitung persentase biji jagung tidak terpipil yaitu dengan cara
mengambil sample janggel hasil pipilan ditempat pembuangan sebanyak satu ember
dan ditimbang. Setelah itu dipilih jagung yang masih menempel dijanggel dan
dipipil secara manual dan ditimbang. Presentase biji jagung tidak terpipil dihitung
Keterngan:
Wo = bobot total biji jagung yang seharusnya diperoleh berdasarkan nisbah biji
4. Efisiensi Pemipilan
berikut.
5. Tingkat Kebersihan
Keterangan:
Wp1 = bobot biji jagung (utuh dan rusak) yang keluar dari lubang pengeluaran
utama (g)
Wp = bobot total keluaran yang keluar dari lubang pengeluaran utama (g)
dari titik pengukuran, sedangkan Z adalah nilai kebisingan pada titik pengukuran.
pengambilan data sekunder yaitu data hasil wawancara dan kuesioner kepada
operator.
41
DAFTAR PUSTAKA
Amrin, H., Jamaluddin, J., & Lahming, L. (2019). Rancang Bangun Alat Pemipil
Jagung Semi Mekanis. Jurnal Pendidikan Teknologi Pertanian, 5(2),
25-30.
Anizar. (2010). Teknik Keselamatan kerja dan Kesehatan Kerja. Yogakarta: Graha
Ilmu.
Hafid, A. (2013). Sistem Kepercayaan Pada Komunitas Adat Kajang Desa Tanah
Towa Kecamatan Kajang Kabupaten Bulukumba. Patanjala, 5(1), 1-
19.
Kahar, K., dan Kurniawan, B. (2020). Laporan Penelitian: Desain Dan Uji Kinerja
Mesin Pemipil Jagung Tipe Pemintal Rantai Dengan Motor Penggerak
Motor Bakar. Sangatta: Sekolah Tinggi Pertanian Kutai Timur.
Nofirza, dan Deddy, S. 2012. Perancangan Alat Pemotong Nenas yang Ergonomis
untuk Meningkatkan Produktivitas. Jurnal Ilmiah Teknik Industri,
11(1), 41-50.
Ramadhani, S., Gerry, S., & Wirsal, H. Pemakaian APT dengan Gangguan
Pendengaran Pekerja Ground Handling di Bandara Kualanamu. Jurnal
Kesehatan Masayarakat Andalas, 12(1), 03-09
Romansyah, E., Rusdin, R., & Nazaruddin, N. (2018). Ergonomic Analysis Level
of Noise and Vibration of Peanut Peeler Machine to Operator
Safety. Jurnal Ilmiah Rekayasa Pertanian dan Biosistem, 6(2), 141-
147.
Soepardi, E., et al. (2007). Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorokan
Kepala dan Leher. Edisi ke6. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
Sukirno MS. (1999). Mekanisasi Pertanian: Pokok Bahasan Alat Mesin Pertanian
dan Pengelolaannya. Diktat Kuliah UGM. Yogyakarta (ID): Universitas
Gadjah Mada.
Suma’mur, PK. 2014. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Jakarta: Sagung
Seto.
Suparlan, S., Marsudi, M., & Budiharti, U. (2018). Evaluasi Teknis dan Ekonomis
Mesin Pemipil Jagung Berkelobot. Jurnal Keteknikan Pertanian, 6(2),
225-232.
Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Koperasi No. SE-01 /MEN/
1978 tentang Nilai Ambang Batas Untuk Iklim Kerja Dan Nilai Ambang
Batas Untuk Kebisingan Di Tempat Kerja. Jakarta.
43