Anda di halaman 1dari 48

PROPOSAL PENELITIAN

ANALISIS KEBISINGAN DAN GETARAN MEKANIS PENGOPERASIAN

MESIN PEMIPIL JAGUNG TERHADAP OPERATOR PADA

KELOMPOK TANI BALAGANA, KAJANG, BULUKUMBA, SULAWESI

SELATAN

ANALYSIS OF NOISE AND MECHANICAL VIBRATION OF CORN

PICKING MACHINE OPERATION AGAINST OPERATORS IN BALAGANA

FARMER GROUP, KAJANG, BULUKUMBA, SOUTH SULAWESI

SRI YELI AMALIA

1727041027

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNOLOGI PERTANIAN

FAKULTASTEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

2021

i
ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................ i
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................... ii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii
DAFTAR TABEL .................................................................................................. iv
DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. v
I. PENDAHULUAN ......................................................................................... 1
A. Latar Belakang .......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 5
C. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 5
D. Manfaat Penelitian .................................................................................... 6
II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................. 8
A. Kajian Teori .............................................................................................. 8
B. Kajian Penelitian yang Relevan .............................................................. 27
C. Kerangka Pikir ........................................................................................ 30
III. METODE PENELITIAN ............................................................................. 32
A. Jenis Penelitian........................................................................................ 32
B. Waktu dan Tempat Penelitian ................................................................. 32
C. Desain Penelitian .................................................................................... 33
D. Alat dan Bahan ........................................................................................ 34
E. Prosedur Penelitian ................................................................................. 34
F. Kinerja Mesin.......................................................................................... 37
G. Teknik Analisis Data............................................................................... 40
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 41

iii
DAFTAR TABEL

Tabel Judul Hal


2.1 Waktu Maksimum Bekerja Per Harinya .............................................17
2.2 Nilai Ambang Batas Kebisingan Menurut National for Occupational
Safety and Health (NIOSH) ................................................................18
2.3 Nilai Ambang Batas Getaran ..............................................................26

iv
DAFTAR GAMBAR

Gambar Judul Hal


2.1 Mesin Pemipil Jagung .................................................................9
2.2 Sound Level Meter .......................................................................19
2.3 Ear Plug.......................................................................................23
2.4 Ear Muff.......................................................................................24
2.5 Kerangka Pikir .............................................................................31
3.1 Desain Penelitian .........................................................................33

v
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Desa Tanah Towa merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan

Kajang Kabupaten Bulukumba yang hampir seluruh penduduknya berprofesi

sebagai petani. Adanya dukungan iklim dan cuaca yang baik juga menjadi faktor

pendorong desa tersebut lebih mengutamakan sektor pertanian. Sehingga desa ini

membentuk sebuah kelompok tani yang diberi nama Kelompok Tani Balagana.

Kelompok tani tersebut adalah sekumpulam petani, peternak, pekebun yang

dibentuk atas dasar kesamaan kondisi lingkungan dan keakraban untuk mendorong

perkembangan usaha. Sebagai salah satu kelembagaan pertanian dengan kelompok

tani memegang peranan penting dan menjadi garda terdepan pembangunan

pertanian dan juga mampu meningkatkan potensi hasil pertanian pada kegiatan

produksi, maka dari itu seiring perkembangan zaman produksi hasil pertianian diera

modern para petani mulai menggunakan gagasan pengembangan penggunaan alat

mesin pertanian untuk menghasilkan nilai tambah hasil dari produksi pertanian dan

lebih mengefisienkan proses kerja para petani.

Penggunaan mesin pertanian ini merupakan suatu cara untuk meningkatkan

produktivitas dan efisiensi pertanian, meningkatkan kualitas dan nilai tambah

produk, serta terlaksananya pemberdayaan petani. Penggunaan mesin di sektor

pertanian adalah untuk meningkatkan tenaga kerja dalam proses produksi pertanian,

serta alat dan mesin pertanian dapat digunakan pada setiap tahapan proses produksi

1
2

(Sukirno 1999). Tahapan proses produksi meliputi tahapan budidaya dan tahapan

pasca panen, kedua tahapan ini masing-masing membutuhkan alat dan mesin pada

setiap prosesnya pada tahapan pasca panen dilakukan serangkaian kegiatan yang

dilakukan petani sejak di panen hingga siap untuk di olah ataupun di komsumsi.

Salah satu kegiatan yang menggunakan alat produksi mesin dalam penaganan

pascapanen pertanian yakni tanaman jagung, pada proses pelepasan biji jagung dari

tongkolnya atau biasa disebut dengan proses pemipilan.

Pemipilan merupakan salah satu metode penanganan pasca panen jagung

yang membutuhkan perhatian pada tahap pemipilan, tingginya kehilangan hasil

produksi jagung di tingkat petani mencapai 4%, dan kerugian total hasil jagung di

tingkat petani adalah 5,2% (Hamka Amrin et.al, 2019). Hal ini terjadi karena pada

proses pemipilan masih menggunakan cara manual, sedangkan untuk meningkatkan

hasil produksi jagung dan meminimalisir terjadinya kehilangan hasil maka perlu

dilakukan pemipilan secara mekanis.

Pemipilan secara mekanis yaitu dengan menggunakan mesin pemipil jagung

(corn sheller). Keuntungan dari penggunaan mesin pemipil jagung adalah

kapasitas pemipilan lebih besar dibanding dengan menggunakan cara manual,

umumnya mesin pemipil jagung dilakukan petani pada pusat-pusat produksi jagung

dengan cara menyewa mesin pemipil tersebut. Industri besar peralatan pertanian

dan bengkel lokal di pedesaan telah banyak memproduksi pemipil jagung mekanik,

dalam penggunannya mesin pemipil jagung yang komersial di kalangan petani tidak

memperhatikan keamanan, kenyamanan, kesehatan dan kesalamatan kerja operator

atau petani. Untuk mempertahankan keamanan dan kenyamanan petani dalam


3

pengoperasian mesin pemipil jagung diperlukan perhatian, penelitian dan

pendekatan ergonomika. Ergonomika adalah studi tentang perancangan sistem kerja

yang terdiri dari manusia dan mesin di lingkungan lokal termasuk masalah

kebisingan yang dihadapi oleh operator (Prabawa, 2009). Dimana pada penggunaan

mesin pemipil jagung menghasilkan bunyi dan getaran yang menimbulkan rasa tidak

nyaman bagi operator.

Kebisingan, yaitu semua bunyi yang dapat menyebar, mengganggu, dan

membahayakan aktivitas sehari-hari. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup

menetapkan bahwa kebisingan adalah suatu derajat bunyi tertentu atau bunyi yang

merugikan dari alat proses produksi dan alat kerja yang dapat menyebabkan

gangguan pendengaran. Intensitas kebisingan yang melebihi ambang batas akan

menyebabkan penurunan kesehatan manusia. Kebisingan jangka panjang dapat

menyebabkan ketulian dan penyakit terkait pendengaran lainnya, sehingga

perangkat dengan tingkat kebisingan di atas ambang batas (NAB) perlu dikendalikan

(Kusumawati, 2012).

Getaran adalah suatu gerak bolak balik di sekitar kesetimbangan. Hal ini

didukung oleh pernyataan Menteri Negara Lingkungan Hidup dalam surat

keputusannya mencantumkan bahwa getaran adalah gerakan bolak-balik suatu

massa melalui keadaan setimbang terhadap suatu titik acuan, sedangkan yang

dimaksud dengan getaran mekanik adalah getaran yang ditimbulkan oleh sarana dan

peralatan kegiatan manusia (Kep.MENLH No: KEP49/MENLH/11/1996). Getaran

yang melebihi nilai ambang batas (NAB) dapat menimbulkan efek negatif terhadap
4

manusia seperti, gangguan peredaran darah dan syaraf serta kerusakan persendian

dan tulang.

Penelitian yang telah dilakukan oleh Erni Romansyah, Nazaruddin dan

Rusdin (2018) dengan judul penelitian “Analisis Ergonomi Tingkat Kebisingan dan

Getaran Mekanis Mesin Pengupas Kacang Tanah terhadap Keamanan Operator”.

Penelitian tersebut bertujuan untuk mengetahui tingkat kebisingan dan getaran

mekanis mesin serta tingkat keamanan bagi operator. Selain itu, penelitian yang

relavan juga dilakukan oleh Sigit Prabawa (2009) dengan judul penelitian “Analisis

Kebisingan dan Getaran Mekanis pada Trakor Tangan” yang bertujuan untuk

menganlisa kebisingan dan getaran mekanis pada traktor tangan.

Adapun yang akan menjadi objek penelitian yaitu tingkat kebisingan dan

getaran mekanis mesin pemipil jagung, berdasarkan hasil observasi dilapangan

sebagai bahan mentah penelitian yaitu mesin pemipil jagung yang dioperasikan

menimbulkan kebisingan dan getaran mekanis yang menyebabkan operator merasa

terganggu dan kurang nyaman dalam melaksanakan proses pemipilan, selain itu

masyarakat sekitar mesin juga merasakan dampaknya.

Berdasarkan uraian tersebut, diperlukan penelitian analisis tingkat

kebisingan dan getaran mekanis mesin pemipil jagung terhadap kenyamanan

operator pada Kelompok Tani Balagana selama melakukan proses produksi. Perlu

adanya inovasi untuk memberikan kenyamanan pada operator mesin pemipil jagung

guna mengurangi terjadinya kecelakaan kerja seperti, gangguan pendengaran, stress,

gangguan peredaran darah serta kerusakan persendian tulang.


5

B. Rumusan Masalah

Permasalahan yang akan penulis teliti perlu pembatasan secara spesifik, agar

tidak menimbulkan salah pemahaman dalam pengembangan kajian penelitian yang

sulit di analisis.

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka masalah yang diperoleh

dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana mengidentifkasi faktor-faktor penyebab kebisingan dan getaran

mekanis di area mesin pemipil jagung?

2. Bagaimana menganalisis tingkat kebisingan dan getaran mekanis mesin

pemipil jagung?

3. Bagaimana mengidentifikasi pengaruh sumber bising dan getaran mekanis

mesin pemipil jagung terhadap operator pada Kelompok Tani Balagana?

4. Bagaimana upaya mengatasi kebisingan dan getaran mekanis mesin pemipil

jagung terhadap operator pada Kelompok Tani Balagan?

C. Tujuan Penelitian

Setiap aktivitas selalu memiliki maksud dan tujuan, sama halnya dalam

melaksanakan penelitian. Tujuan dari penelitian ini adalah mendeskripsikan secara

empiris hal-hal yang akan diperoleh dan hasil yang diperoleh melalui penelitian ini.

Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini ialah sebagai berikut:

1. Untuk mengidentifkasi faktor-faktor penyebab kebisingan dan getaran mekanis

di area mesin pemipil jagung


6

2. Untuk menganalisis tingkat kebisingan dan getaran mekanis mesin pemipil

jagung

3. Untuk mengidentifikasi pengaruh sumber bising dan getaran mekanis mesin

pemipil jagung terhadap operator pada Kelompok Tani Balagana

4. Untuk mengatasi kebisingan dan getaran mekanis mesin pemipil jagung

terhadap operator pada Kelompok Tani Balagana.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diperoleh dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut

adalah :

1. Manfaat Praktis

a. Bagi pengambil kebijakan, sebagai bahan informasi dalam penilaian suatu

paparan bising dan getaran yang diterima oleh operator dan masukan

dalam melakukan pengendalian kebisingan dan getaran.

b. Dapat menyadari dampak dari intensitas kebisingan dan getaran yang

melebihi NAB dapat mempengaruhi tingkat kesehatan dan keselamatan

kerja, sehingga tenaga kerja atau operator taat dalam memakai alat

pelindung diri.

2. Manfaat Teoritis

a. Meningkatkan pengetahuan dan sarana pengembangan teori yang telah di

dapat dalam perkuliahan sehingga diperoleh pengalaman langsung

khususnya mengenai kesehatan dan keselamatan kerja (K3) yang ditulis

dalam bentuk tulisan ilmiah.


7

b. Sebagai pijakan referensi, penbanding dan literatur bagi peneliti

selanjutnya yang akan melakukan pengkajian masalah yang relevan.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Mesin Pemipil Jagung

Kegiatan pemipilan merupakan salah satu tahapan dalam penanganan

pascapanen jagung. Di Indonesia, pemipilan jagung pada umumnya dilakukan

tanpa kelobot, sebelum dilakukan pemipilan, kulit jagung dikupas terlebih dahulu

dikeringkan sampai kadar air sekitar 18%. Pemipilan jagung dapat dilakukan

dengan menggunakan alat pemipil sederhana atau menggunakan mesin pemipil

dengan penggerak motor bakar. Tingkat susut hasil jagung di tingkat petani pada

tahap pemipilan masih tinggi sekitar 4% dari total susut hasil jagung pada tingkat

petani sebesar 5.2% (Suparlan, et al. 2018).

Mesin pemipil jagung bertujuan untuk memisahkan biji dari tongkol buah

sehingga diperoleh biji yang bersih. Untuk memisahkan tongkol dengan biji, mesin

pemipil jagung ini mengunakan motor bakar sebagai tenaga penggerak dan prinsip

kerja pemipilan di lakukan dengan memanfaatkan gaya sentrifugal antara

permukaan jagung yang awalnya diam dan permukaan mata pemipil yang terus

berputar (dinamis) dan proses pemipilan antara biji dan tongkol terjadi di mata

pemipil, untuk biji jatuh langsung kebawah penampungan saluran pengeluaran biji

dan tongkol tetap berada di dalam ruang pemipil dan berputar terus. Pemipilan

dengan menggunakan mesin pemipil lain yang bekerja tanpa motor hanya dapat

menghasilkan kapasitas 1,0ton jagung pipil/jam. Dengan pemipil ini, bonggol yang

8
9

telah dipipil dimasukkan kembali ke dalam mesin pemipil. Walaupun demikian,

diperkirakan terdapat 0,5% susut tercecer akibat adanya butiran jagung yang masih

melekat pada bonggol. Yang perlu diperhatikan adalah mesin pemipil jagung

dengan konstruksi gigi khusus seingga dapat digunakan untuk pemipilan jagung

pada kadar air sekitar 35% (Kahar dan Benny, 2020). Mesin pemipil model ini

bekerja di daerah produksi jagung yang menghasilkan jagung pipil dengan mutu

yang baik dan biaya yang rendah bagi petani. Mesin pemipil jagung dapat dilihat

pada Gambar 2.1 berikut.

Gambar 2.1 Mesin Pemipil Jagung


Sumber: Dokumentasi Peneliti

Pada mesin pemipil ini menggunakan tenaga penggerak, yaitu motor bakar.

Tujuan menggunakan motor bakar ini untuk memperingan dan mempercepat waktu

kerja pemipilan tongkol jagung. Hal ini dikarenakan motor bakar bersifat ekonomis

dan efisien, motor bakar memiliki efisiensi hingga 95 % (Cooper,1992). Saluran

masuk (hopper) dipilih berbentuk V. Pemilihan bentuk V karena untuk

mempermudah masuknya jagung pada ruang pemipil. Untuk menjaga agar jagung

masuk ke ruang pemipil tidak terlempar keluar diperlukan penutup hopper yang

berfungsi untuk menutup lubang hopper agar jagung tidak terlempar keluar melalui
10

lubang hopper pada saat berputar. Tempat pemipilan tongkol berbentuk segi 8 di

dalamnya terdiri dari silinder yang berputar (rotor) dan rantai pemipil yang

berputar. Rotor memiliki dimensi diameter 2,5 cm dan panjang 70 cm. Rotor ini

terbuat dari besi bulat dan merupakan tempat menempelnya rantai pemipil yang

diikat dengan menggunakan U bolt sebanyak 10 buah.

Biji jagung yang terlepas dari tongkolnya akan jatuh kebawah akibat gaya

grafitasi dan keluar melalui saluran keluar, sedangkan tongkol jagung akan tinggal

dalam ruang pemipil dan keluar melalui lubang keluar tongkol pada saat dibuka.

Kerlemparnya tongkol keluar dari ruang pemipil akibat gaya sentrifugal dan

hantaman dari rantai pemipil. Tonjolan-tonjolan ini berfungsi untuk pisau pemipil.

Mata pemipil dibentuk menyerupai trapesium, dengan tujuan jagung yang akan

dipipil terlebih dahulu terpipil melalui jarak yang lebih besar kemudian melewati

jarak yang lebih kecil sehingga meminalisir jagung yang tidak terpipil sempurna

dari tongkol.

Mesin pemipil jagung ini mempunyai beberapa komponen penting yaitu:

a. Rangka alat, rangka alat ini berfungsi sebagai penyokong komponen-

komponen alat lainnya, yang terbuat dari kayu ulin.

b. Motor penggerak, motor penggerak berfungsi sebagai sumber tenaga mekanis

(penggerak). Alat ini menggunakan motor bakar berdaya 2,5 HP.

c. Saluran masukan (hopper), saluran masukan berfungsi untuk memasukkan

buah jagung yang akan dipipil ke dalam ruang pemipil.


11

d. Saluran keluaran biji jagung, saluran keluaran yang berfungsi untuk

menyalurkan biji jagung yang sudah terpipil dari tongkolnya ke tempat

penampungan yang telah disediakan.

e. Saluran keluaran tongkol jagung, saluran keluaran yang berfungsi untuk

mengeluarkan tongkol jagung yang sudah terpisah dari biji jagung.

f. Stator, stator adalah komponen alat yang terbuat dari rantai besi (chain) yang

berfungsi memipil jagung.

g. Poros putaran, poros putaran ini merupakan poros yang berada di dalam ruang

pemipil yang berfungsi untuk memutar rotor yang terhubung dengan motor

penggerak menggunakan pulley dan v-belt.

h. Puli pemipil, puli pemipil merupakan komponen alat yang memutar rotor baik

yang digerakkan oleh motor penggerak maupun tenaga manusia .

i. Sabuk V, sabuk V (v-belt) merupakan komponen alat yang menghubungkan

motor penggerak denganpuli pemipil.

Keuntungan dari penggunaan mesin adalah kapasitas pemipilan lebih besar

dari cara manual. Namun apabila cara pengoperasiannya tidak benar dan kadar air

jagung yang di pipil tidak sesuai, maka akan mempengaruhi viabilitas benih. Mesin

pemipil jagung telah banyak dihasilkan dan dikenal masyarakat namun banyak

menghasilkan jagung pipil untuk bahan baku pakan maupun pangan. Pemipilan

dengan tenaga mekanis umumnya dilakukan oleh petani pada pusat-pusat produksi

jagung, dengan cara menyewa mesin pemipil tersebut. Pemipil jagung mekanis

telah banyak dibuat di Indonesia baik oleh industri alat pertanian skala besar

maupun oleh bengkel lokal di pedesaan. Mutu dan harga pemipil jagung buatan
12

lokal dapat bersaing dengan buatan industri alat pertanian. Harga sebuah pemipil

jagung mekanis tergantung pada merk dan buatan, kapasitas (0,1–2,0 ton jagung

pipil/jam), serta penggunaan kipas pembersih. Mesin pemipil jagung mekanis

biasanya digerakkan oleh motor diesel 5 PK untuk mesin tanpa kipas dan 7 PK

untuk mesin dengan kipas.

2. Ergonomi

Ergonomi adalah suatu cabang ilmu yang sistematis untuk memanfaatkan

informasi-informasi mengenai sifat, kemampuan dan keterbatasan manusia

merancang suatu sistem kerja, sehingga manusia dapat hidup dan bekerja pada

sistem itu dengan baik, yaitu mencapai tujuan yang diinginkan melalui pekerjaan

itu dengan efektif, aman, dan nyaman (Wardani, 2003). Salah satu masalah

kesehatan dan keselamatan kerja yang sering dialami oleh pekerja adalah masalah

ergonomi. Penerapan ergonomi berprinsip bahwa semua aktivitas pekerjaan dapat

menyebabkan pekerja mengalami tekanan (stress) fisik dan mental. Ergonomi

mengupayakan agar tekanan ini masih dalam batas toleransi, hasil kinerja

memuaskan, kesehatan dan kesejahteraan pekerja dapat meningkat. Jika tekanan

yang dialami pekerja berlebihan, hal-hal yang tidak diinginkan dapat terjadi, seperti

kesalahan (error), kecelakaan, cedera, atau kenaikan beban fisik dan mental.

Cedera dan penyakit yang terkait ergonomi adalah bervariasi yaitu, mulai dari

kelelahan mata, sakit kepala, sampai gangguan otot rangka (Musculoskeletal

disorders).
13

Pengaplikasian ilmu ergonomi dalam dunia kerja maupun dunia industri

sangat berperan penting, diantaranya yaitu: 1) desain, modifikasi,

penggantian/perbaikan fasilitas kerja yang bertujuan untuk meningkatkan

produktivitas, kualitas produk dan lingkungan kerja secara fisik. 2) desain,

modifikasi area, tata letak (layout), tempat kerja, fasilitas produksi untuk

mempercepat dan mempermudah kinerja oparator, servis, material handling dan

perawatan 3) desain dan modifikasi, metode kerja, dalam hal ini termasuk

mekanisasi/otomasi pada proses dan beban kerja dalam sebuah sistem dunia kerja

mesin, dan 4) Perancangan keadaan lingkungan kerja yang dapat memberi

keamanan, kenyamanan, kesehatan dan keselamatan kerja untuk para

pekerja/operator (suhu, kebisingan, pencahayaan, vibrasi/getaran dan lain

sebagainya) untuk menambah semangat kerja, kualitas lingkungan kerja/industri

dan produktivitas para pekerja (Nofirza dan Syahputra, 2012).

3. Kebisingan

a. Definisi kebisingan

Kebisingan bisa didefinisikan sebagai suara yang tidak diinginkan yang

dapat menimbulkan ketidaknyamanan bagi pendengarnya. Bising dapat diartikan

sebagai bunyi yang tidak dikehendaki yang bersumber dari aktivitas alam seperti

bicara dan aktivitas buatan manusia seperti penggunaan mesin (Marisdayana et.al,

2016). Menurut World Health Organization (WHO), kebisingan juga biasa

diartikan sebagai suara apa saja yang sudah tidak diperlukan dan memiliki efek

yang buruk untuk kualitas kehidupan, kesehatan, dan kesejahteraan (WHO, 2002).
14

Djalante (2010) menambahkan bahwa polusi udara atau kebisingan dapat

didefinisikan sebagai suara yang tidak dikehendaki dan mengganggu manusia.

Sehingga sebagian kecil suara yang terdengar, jika hal tersebut tidak diinginkan

maka akan disebut mengganggu.

Kebisingan adalah salah satu faktor fisik berupa bunyi yang dapat

menimbulkan akibat buruk bagi kesehatan dan keselamatan kerja. Sedangkan

dalam keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia “Bising adalah semua

suara yang tidak dikehendaki yang bersumber dari alat-alat produksi dan atau alat-

alat kerja yang pada tingkat tertentu dapat menimbulkan gangguan pendengaran”.

Dari kedua definisi di atas dapat disimpulkan bahwa kebisingan adalah semua bunyi

atau suara yang tidak dikehendaki yang dapat mengganggu kesehatan dan

keselamatan (Anizar, 2009).

Kepmen LH No 48. Tahun 1996 juga menjelaskan bahwa kebisingan

merupakan bunyi yang tidak diinginkan dari suatu usaha atau kegiatan dalam

tingkat dan waktu tertentu yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan manusia

dan kenyamanan lingkungan. Sedangkan menurut Peraturan Menteri Kesehatan

Nomor 718/Menkes/Per/XI/1987, kebisingan dapat diartikan sebagai terjadinya

bunyi yang tidak diinginkan sehingga menganggu dan atau dapat membahayakan

kesehatan. Berdasarkan dari beberapa pengertian yang sudah dijelaskan diatas,

maka dapat disimpulkan bahwa kebisingan adalah bunyi atau suara yang tidak

diinginkan yang bersumber dari usaha atau kegiatan manusia yang dapat

menimbulkan gangguan pada kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan.


15

b. Jenis kebisingan

Berdasarkan sifat dan spektrum frekuensi bunyi, bising dapat dibagi atas:

1) Bising yang kontinyu dengan spektrum frekuensi yang luas. Bising ini

relatif tetap dalam batas kurang lebih 5 dB untuk periode 0,5 detik berturut-

turut. Misalnya mesin, kipas angin, dapur pijar.

2) Bising yang kontinyu dengan spektrum frekuensi yang sempit. Bising ini

juga relatif tetap, akan tetapi ia hanya mempunyai frekuensi tertentu saja

(pada prekuensi 500, 1000, dan 4000 Hz). Misalnya gergaji serkuler, katup

gas.

3) Bising terputus-putus (Intermitten). Bising di sini tidak terjadi secara terus

menerus, melainkan ada periode relatif tenang. Misalnya suara lalu lintas,

kebisingan di lapangan terbang.

4) Bising Implusif. Bising jenis ini memiliki perubahan tekanan suara melebihi

40 dB dalam waktu sangat cepat dan biasanya mengejutkan pendengarnya.

Misalnya tembakan, suara ledakan mercon, meriam.

5) Bising Implusif berulang. Sama dengan bising implusif, hanya saja disini

terjadi secara berulang-ulang. Misalnya mesin tempa.

Berdasarkan pengaruhnya terhadap manusia, bising dapat dibagi atas:

1) Bising yang mengganggu (Irritating noise). Intetitas tidak terlalu keras.

Misalnya mendengkur.

2) Bising yang menutupi (Masking noise). Merupakan bunyi yang menutupi

pendengaran yang jelas. Secara tidak langsung bunyi ini akan


16

membahayakan kesehatan dan keselamatan tenaga kerja, karena teriakan

atau isyarat tanda bahaya tenggelam dalam bising dari sumber lain.

3) Bising yang merusak (damaging/injurious noise). Adalah bunyi yang

intesitasnya melampaui NAB. Bunyi jenis ini akan merusak atau

menurunkan fungsi pendengaran.

c. Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kebisingan

Faktor-faktor yang mempengaruhi kebisingan menurut Mediastika (2009)

dibagi menjagi dua, yaitu:

1) Faktor akustikal

a) Tingkat kekerasan bunyi

b) Frekuensi bunyi

c) Durasi munculnya bunyi

d) Fluktuasi kekerasan bunyi

e) Fluktuasi frekuensi bunyi

f) Waktu munculnya bunyi

2) Faktor non-akustikal

a) Pengalaman terhadap kebisingan

b) Kegiatan

c) Perkiraan terhadap kemungkinan munculnya kebisingan

d) Manfaat objek yang menghasilkan kebisingan

e) Kepribadian

f) Lingkungan dan keadaan


17

d. Standar nilai ambang batas kebisingan

Nilai ambang batas kebisingan adalah angka 85 dB yang dianggap aman

untuk sebagian besar tenaga kerja bila bekerja 8 jam/hari atau 40 jam/minggu.

Peraturan Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2018 tentang

Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lingkungan Kerja menyatakana bahwa Nilai

Ambang Batas (NAB) untuk kebisingan di tempat kerja adalah intensitas tertinggi

dan merupakan nilai rata-rata yang masih dapat diterima tenaga kerja tanpa

mengakibatkan hilangnya daya dengar yang tetap untuk waktu terus menerus tidak

lebih dari 8 jam sehari atau 40 jam seminggunya. Waktu maksimum bekerja dapat

dilihat pada Tabel 2.1 berikut:

Tabel 2.1 Waktu Maksimum Bekerja Per Harinya


Intensitas Kebisingan
Waktu Pemaparan per Hari
dalam dB
8 Jam 85
4 Jam 88
2 Jam 91
1 Jam 94
30 Menit 97
15 Menit 100
7,5 Menit 103
3,75 Menit 106
1,88 Menit 109
0,94 Menit 112
28,12 Detik 115
14,06 Detik 118
7,03 Detik 211
3,52 Detik 214
1,76 Detik 217
0,88 Detik 220
0,44 Detik 223
0,22 Detik 226
0,11 Detik 229
(Sumber: Peraturan Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia Nomor 5 Tahun
2018)
18

National for Occupational Safety and Health (NIOSH) menyatakan bahwa

nilai paparan kebisingan yang direkomendasikan adalah 85 dB pada 8 jam waktu

kerja. Intensitas kebisingan yang melampaui nilai tersebut dianggap sebagai suatu

hal yang membahayakan bagi kesehatan pekerja. Rekomendasi durasi aman bagi

pekerja yang terpapar kebisingan di tempat kerja adalah sebagai berikut (Soepardi

et al., 2007).

Tabel 2.2 Nilai Ambang Batas Kebisingan Menurut National for Occupational
Safety and Health (NIOSH)
Nilai Kebisingan Waktu Pemaparan
(dalam dB) Jam Menit Detik
80 25 24 -
85 8 - -
90 2 31 -
95 - 47 37
100 - 15 -
105 - 4 43
110 - 1 29
115 - - 28
120 - - 9
125 - - 3
130-140 - - <1
(Sumber: National for Occupational Safety and Health (NIOSH), 1998)

e. Alat ukur kebisingan

Standar alat ukur yang digunakan untuk mengukur kebisingan adalah Sound

Level meter (SLM). SLM sendiri merupakan alat ukur dengan basis sistem

pengukuran elektronik. Menurut Buchla dan Mclachan (1992), Meskipun

pengukuran bisa dibuat secara langsung dengan cara mekanis, sistem pengukuran

elektronik memberikan banyak keuntungan untuk beberapa pengukuran, antara lain

kecepatan sistem mengambil, mengirim, mengolah, dan menyimpan data. SLM

dapat dilihat pada Gambar 2.2 berikut.


19

Gambar 2.2 Sound Level Meter


(Sumber: gcastd.org)

Mekanisme kerja SLM apabila ada benda bergetar, maka akan

menyebabkan terjadinya perubahan tekanan udara yang dapat ditangkap oleh alat

ini, selanjutnya akan menggerakan meter penunjuk. SLM dapat mengukur tiga jenis

karakter respon frekuensi, yang ditunjukkan dalam skala A, B, dan C. Skala

ditemukan paling mewakili batasan pendengaran manusia dan respons telinga

terhadap kebisingan, termasuk kebisingan akibat lalu lintas, serta kebisingan yang

dapat menimbulkan gangguan pendengaran. Skala A dinyatakan dalam satuan dBA

(Djalante, 2010).

Menuruut Anizar (2010), Sound Level Meter (SLM) biasanya dipakai untuk

mengukur tingkat kebisingan pada saat tertentu. Biasanya alat ini digunakan untuk

mengidentifikasi tempat-tempat yang tingkat kebisingannya lebih tinggi dari aturan

batas maksimum yakni 85 dBA. Alat ini terdiri dari Microphone, alat penunjuk

elektronik, amplifilter, 3 skala pengukuran A, B, C.

1) Skala Pengukuran A, untuk memperlihatkan perbedaan kepekaan yang

besar pada frekuensi rendah dan tinggi yang menyerupai reaksi telinga

untuk intensitas rendah

2) Skala Pengukuran B, untuk memperlihatkan kepekaan telinga untuk bunyi

dengan intensitas sedang.


20

3) Skala Pengukuran C, untuk skala dengan intensitas tinggi

Menurut KMNLH No. 48 (1996) pengukuran kebisingan dapat dilakukan

dengan dua cara yaitu:

1) Cara Sederhana

Dengan sebuah Sound Level Meter, biasa diukur tingkat tekanan bunyi dBA

selama 10 menit untuk tiap pengukuran. Pembacaan dilakukan setiap 5

detik.

2) Cara Langsung

Dengan sebuah Integrating Sound Level Meter yang mempunyai fasilitas

pengukuran LTMS, yaitu Leq dengan waktu ukur setiap 5 detik, dilakukan

pengukuran selama 10 menit.

f. Pengaruh bising terhadap tenaga kerja

Bising menyebabkan berbagai gangguan terhadap tenaga kerja, seperti

gangguan fisiologis, gangguan psikologis, gangguan komunikasi dan ketulian, atau

ada yang menggolongkan gangguannya berupa gangguan auditory, misalnya

gangguan terhadap pendengaran dan gangguan non auditory seperti komunikasi

terganggu, ancaman bahaya keselamatan, menurunnya performance kerja,

kelelahan dan stres. Lebih rinci lagi, maka dapatlah digambarkan dampak bising

terhadap kesehatan pekerja sebagai berikut:

1) Gangguan fisiologis

Gangguan dapat berupa peningkatan tekanan darah, peningkatan nadi, basal

metabolisme, konstruksi pembuluh darah kecil terutama pada bagian kaki,

dapat menyebabkan pucat dan gangguan sensoris.


21

2) Gangguan psikologis

Gangguan psikologis dapat berupa rasa tidak nyaman, kurang kosentrasi, susah

tidur, emosi dan lain-lain. Pemaparan jangka waktu lama dapat menimbulkan

penyakit, psikosomatik seperti gastristis, penyakit jantung koroner dan lain-

lain.

3) Gangguan komunikasi

Gangguan komunikasi ini menyebabkan terganggunya pekerjaan, bahkan

mungkin terjadi kesalahan, terutama bagi pekerja baru yang belum

berpengalaman. Gangguan komunikasi ini secara tidak langsung akan

mengakibatkan bahaya terhadap keselamatan dan kesehatan tenaga kerja,

karena tidak mendengar teriakan atau isyarat tanda bahaya dan tentunya akan

dapat menurunkan mutu pekerjaan dan produktifitas kerja.

4) Gangguan keseimbangan

Gangguan keseimbangan ini mengakibatkan gangguan fisiologis seperti kepala

pusing, mual dan lain-lain.

5) Gangguan terhadap pendengaran (ketulian)

Diantara sekian banyak gangguan yang ditimbulkan oleh bising, gangguan

terhadap pendengaran adalah gangguan yang paling serius karena dapat

menyebabkan hilangnya pendengaran atau ketulian. Ketulian ini dapat bersifat

progresif atau awalnya bersifat sementara tapi bila bekerja terus menerus di

tempat bising tersebut maka daya dengar akan menghilang secara menetap atau

tuli.
22

g. Pengendalian kebisingan

1) Pengendalian teknik

Pengendalian teknik yang dapat dilakukan pada lingkungan kerja yang bising

dapat dilakukan dengan memperhatikan 3 hal berikut seperti sumber

kebisingan, media perantara kebisingan, penerima kebisingan. Soedirman dan

Suma’mur (2014) menyatakan bahwa hal yang dapat dilakukan untuk

melakukan pengendalian teknik adalah sebagai berikut dengan melakukan

perawatan mesin seperti mengganti komponen mesin yang sudah tua,

penggantian proses dapat dilakukan dengan mengganti proses yang dapat

membahayakan pada proses yang kurang berbahaya, dan mengurangi gaya

gesekan antar mesin dengan melumasi mesin yang saling bersentuhan.

2) Pengendalian administratif

Pengendalian administratif merupakan pengendalian yang dilakukan dalam

lingkup organisasi perusahaan. Berbagai hal berikut di bawah ini adalah

beberapa hal yang dapat dilakukan untuk melakukan pengendalian

administratif yaitu di antaranya menetapkan rotasi pekerjaan, menetapkan

peraturan tentang keharusan pekerja dalam pemakaian Alat Pelindung Diri

(APD), serta menetapkan reward and pusnishment terhadap pekerja yang telah

mentaati peraturan (Wulandari, 2011).

3) Alat pelindung telinga

Alat pelindung telinga adalah alat pelindung yang berfungsi untuk melindungi

alat pendengaran terhadap kebisingan atau tekanan. Alat pelindung telinga

digunakan untuk mengurangi intensitas suara yang masuk ke dalam telinga


23

(Ramadhani et al., 2017). Jenis alat pelindung telinga terdiri dari sumbat telinga

(ear plug) dan penutup telinga (ear muff).

a) Sumbat telinga (ear plug)

Ukuran dan bentuk saluran telinga tiap-tiap individu dan bahkan untuk

kedua telinga dari orang yang sama adalah bebeda. Untuk itu sumbat

telinga (ear plug) harus dipilih sedemikian rupa sehingga sesuai dengan

ukuran dan bentuk saluran telinga pemakainya. Pada umumnya diameter

saluran telinga antara 5-11 mm dan liang telinga pada umumnya berbentuk

lonjong dan tidak lurus. sumbat telinga (ear plug) dapat terbuat dari kapas,

plastik, karet alami dan bahan sintetis. Untuk ear plug yang terbuat dari

kapas, spons, dan malam (wax) hanya dapat digunakan untuk sekali pakai

(disposable). Sedangkan yang terbuat dari bahan karet plastik yang dicetak

dapat digunakan berulang kali (nondisposable). Alat ini dapat mengurangi

suara sampai 20 dB. Salah satu gambar ear plug dapat dilihat pada Gambar

2.3 berikut.

Gambar 2.3 Ear Plug


(Sumber: images.app.goo.gl)
24

b) Tutup telinga (ear muff)

Alat pelindung tangan jenis ini terdiri dari dua buah tutup telinga dan

sebuah headband. Isi dari tutup telinga dapat berupa cairan atau busa yang

berfungsi untuk menyerap suara frekuensi tinggi. Pada pemakaian untuk

waktu yang cukup lama, efektivitas ear muff dapat menurun karena

bantalannya menjadi mengeras dan mengerut sebagai akibat reaksi dari

bantalan dengan minyak dan keringat pada permukaan kulit. Alat ini dapat

mengurangi intensitas suara sampai 30 dB dan juga dapat melindungi

bagian luar telinga dari benturan benda keras atau percikan bahan kimia.

Salah satu gambar ear muff dapat dilihat pada Gambar 2.4 berikut.

Gambar 2.4 Ear Muff


(Sumber: images.app.goo.gl)

4. Getaran

a. Definisi getaran

Getaran merupakan suatu gerakan yang teratur dari benda atau media

dengan arah bolak-balik dari kedudukan keseimbangan. Getaran adalah suatu

faktor fisik yang menjalar ke tubuh manusia, mulai dari tangan sampai ke seluruh

tubuh. Getaran terjadi saat mesin atau alat dijalankan dengan motor, sehingga

pengaruhnya bersifat mekanis (Lady, 2013).


25

b. Getaran pada mesin pertanian

Getaran timbul akibat transfer gaya siklik melalui elemen-elemen mesin

yang ada, dimana elemen-elemen tersebut saling beraksi satu sama lain dan energi

didesipasi melalui struktur dalam bentuk getaran. Kerusakan atau keausan serta

deformasi akan merubah karakteristik dinamik sistem dan cenderung meningkatkan

energi getaran. Sedangkan gaya yang menyebabkan getaran ini dapat ditimbulkan

oleh beberapa sumber kontak/benturan antara komponen yang bergerak/berputar,

putaran dari massa yang tidak seimbang (unballance mass), missalignment dan juga

karena kerusakan bantalan (bearing fault).

Keuntungan utama dalam menganalisa vibrasi yaitu kita dapat

mengidentifikasi munculnya masalah sebelum manjadi serius dan menyebabkan

downtime yang tidak terencana. Hal ini bisa dicapai dengan melakukan monitoring

secara regular terhadap getaran mesin baik secara kontinyu maupun pada interval

waktu yang terjadwal. Monitoring vibrasi secara regular dapat mendeteksi detorasi

atau cacat pada bantalan, kehilangan mekanis (mechanical looseness) dan gigi-gigi

yang rusak atau aus. Analisa vibrasi juga dapat mendeteksi misalignment dan

ketidakseimbangan (unbalance) sebelum kondisi ini menyebabkan kerusakan pada

bantalan dan poros.

Trending terhadap tingkat fabrikasi dapat mengidentifikasi praktek

pemeliharaan yang buruk seperti instalasi dan penggantian bantalan yang buruk,

alignment poros yang tidak akurat, dan balancing rotor yang tidak presisi. Semua

mesin yang berputar menghasilkan getaran yang merupakan fungsi dari dinamika

pemesinan seperti misalignment dan unbalance dari komponen-komponen rotor.


26

Pengukuran amplitudo getaran pada frekuensi tertentu akan mengkonfirmasi

tingkat akurasi dari proses alignment dan balancing, kondisi bantalan atau roda

gigi, dan efek mesin yang diakibatkan oleh resonansi dari rumah mesin, pipa dan

struktur lainnya.

c. Nilai ambang batas getaran

Ambang batas keamanan yang mengacu pada Keputusan Menteri Tenaga

Kerja No. SNI 16-7063-2004, tentang Nilai Ambang Batas iklim kerja (panas),

kebisingan, getaran tangan-lengan dan radiasi sinar ultra ungu di tempat kerja,

yaitu intensitas getaran tidak lebih dari 6 m/s. Nilai ambang batas getaran dapat

dilihat pada Tabel 2.3.

Tabel 2.3 Nilai Ambang Batas Getaran


Jumlah Waktu Pemaparan Per Nilai Percepatan pada Sumbu yang Dominan
Hari Kerja m/det2 Grav (m/det2)
2 jam dan < 4 jam 6 0.61
1 jam dan < 2 jam 8 0.81
< 1 jam 12 1.22
2
Catatan: 1 Grav = 9.81 m/det

(Sumber: Badan Standarisasi Nasional, 2004)

5. Demografis Kelompok Tani Balagana

Kelompok Tani Balagana merupakan salah satu kelompok atau organisasi

yang dibentuk oleh pemerintah desa untuk mengembangkan usaha pertanian dan

perkebunannya. Kelompok Tani Balagana sendiri dibentuk pada tahun 1992 di

Desa Tanah Towa yang terletak disebelah utara dalam wilayah Kecamatan Kajang

Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan dan masih berjalan hingga saat ini. Secara

geografis wilayah Desa Tanah Towa berada pada ketinggian 50-500 mdpl. Pada
27

radius ketinggian tersebut, udara di Desa Tanah Towa sangat sejuk. Suhu udara

rata-rata di wilayah tersebut berada pada kisaran 13-29oC, dengan kelembaban

udara 70%. Selain itu, curah hujan setiap tahunnya adalah 5745 mm (Abdul Hafid,

2013). Kondisi alam seperti ini yang menyebabkan berbagai macam tanaman

pertanian dan perkebunan dapat tumbuh dengan baik. Sehingga di Desa Tanah

Towa hampir seluruh penduduknya berprofesi sebagai petani atau pekebun.

Hadirnya Kelompok Tani Balagana di Desa Tanah Towa diharapkan

mampu memperkuat kerjasama sesama petani maupun dari pihak lain sehingga

usaha tani menjadi lebih efisien dalam menghadapi permasalahan-permasalahan

pertanian, berbagai hambatan dan lebih meningkatkan produksi yang

menguntungkan. Kelompok Tani Balagana terdiri dari 28 orang petani yang secara

terstruktur mendampingi dan mengelolah lahan basah atau sawah seluas

kuranglebih 16 hektar dan 18 hektar lahan kering. Lahan basah digunakan petani

untuk ditanami padi sedangkan lahan kering digunakan untuk menanam jagung,

umbi-umbian dan tanaman kacang. Untuk itu, Desa Tanah Toa khususnya di daerah

Balagana sangat berpotensi memberi peluang kepada masyarakat untuk

mengembangkan semua lahan pertanian.

B. Kajian Penelitian yang Relevan

Adapun kajian penelitian yang relevan yang menjadi bahan referensi dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

Penelitian yang telah dilakukan oleh Erni Romansyah, Nazaruddin dan

Rusdin (2018) dengan judul penelitian “Analisis Ergonomi Tingkat Kebisingan dan
28

Getaran Mekanis Mesin Pengupas Kacang Tanah terhadap Keamanan Operator”

yang bertujuan untuk mengetahui tingkat kebisingan dan getaran mekanis mesin

serta tingkat keamanan bagi operator. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis

data, tingkat kebisingan mesin pengupas kacang tanah pada putaran 1200 rpm (P3)

yaitu 69,8 dB lebih baik daripada perlakuan P1 (800 rpm) sebesar 75,8 dB dan

perlakuan P2 (1000 rpm) sebesar 72,8 dB. Ketiga nilai ini berada dibawah nilai

ambang batas kebisingan 85 dB(A) dengan paparan maksimal 8 jam/hari. Getaran

mekanis mesin pengupas kacang tanah pada putaran 1200 rpm (P3) yaitu 11,4 Hz

lebih baik daripada perlakuan P1 (800 rpm) sebesar 13,3 Hz dan perlakuan P2 (1000

rpm) sebesar 12,4 Hz. Tingkat keamanan operator mesin pengupas kacang tanah

pada kategori rendah, artinya apabila alat dipaksakan bekerja secara terus menerus

maka bisa menyebabkan ketidaknyamanan operator dengan kategori getaran

mekanis dan kebisingan yang mengganggu. Hal ini disebabkan oleh tingginya

getaran mekanis yang dihasilkan mesin.

Penelitian yang dilakukan oleh Corry Handayani, Lilia Triasyathia

Quentara dan Hardianto (2020) dengan judul penelitian “Analisa Dampak Intesitas

Kebisingan terhadap Operator Mesin Penggiling Kacang Tanah” Penelitian ini

dilakukan untuk mengetahui perbedan intensitas kebisingan dan dampak yang di

timbulkan dari penggunaan mesin lama dengan mesin baru. Data di peroleh dari

pengukuran intensitas kebisingan menggunakan aplikasi android dan pengisian

kuesioner oleh responden. Berdasarkan uji statistik Paired Sample t Tes di dapatkan

bahwa ada penurunan intensitas kebisingan sebesar 33,60%. Uji validitas dan

reliabilitas kuesioner menyatakan 7 pertanyaan (mesin lama) dan 13 pertanyaan


29

(mesin baru) dalam kuesiner adalah valid karena r hitung > r tabel, dan hasil

Chronbach’s Alpha > 0,60 sehingga dikatakan reliabel. Dari perbandingan data

kuesioner dapat terlihat dengan adanya mesin baru terjadi perbedaan yang cukup

signifikan dalam kenyamanan kerja operator.

Penelitian yang dilakukan oleh Sigit Prabawa (2009) denga judul penelitian

“Analisis Kebisingan dan Getaran Mekanis pada Traktor Tangan” penelitian ini

bertujuan untuk menganalisa kebisingan dan getaran mekanis pada traktor tangan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kebisingan pada traktor tangan

Perkasa 700 GX adalah 88-99 dB(A), melebihi batas ambang kritis yaitu 85 dB(A).

Tingkat kebisingan yang tinggi dapat menyebabkan kerusakan pada pendengaran.

Hasil penelitian juga menunjukkan tingkat getaran mekanis dengan frekuensi 2.10

Hz dan percepatan 24.20 m/det2 yang melebihi batas yang diijinkan yaitu frekuensi

2.10 Hz dan percepatan 10 m/det2. Upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi

masalah kebisingan dan getaran mekanis pada traktor tangan adalah perbaikan

konstruksi, diantaranya dengan perbaikan rancangbangun motor (khususnya

muffler), pemasangan ring per pada semua baut, serta penggunaan shock breaker

dan engine. Selain itu juga perlu diperhatikan penggunaan pelindung telinga bagi

operator traktor tangan.

Penelitian yang telah dilakukan oleh Syakur Alim (2020) dengan judul

penelitian “Analisis Kebisingan dan Getaran pada Mesin Penggiling Padi di Desa

Tebedak, Ogan Ilir, Sumatra Selatan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis

tingkat kebisingan dan getaran mekanis di ruang penggiling padi yang diterima

operator saat mengoperasikan mesin. Hasil dari pengukuran kebisingan pada


30

ketinggian 150 cm di lantai pertama diperoleh tingkat kebisingan terendah sebesar

83,9 dB dan tingkat kebisingan tertinggi 101,3 dB. Pada ketinggian 120 cm nilai

kebisingan terendah adalah 84,2 dB dan nilai kebisingan tertinggi 101,2 dB.

Pengukuran lantai kedua dengan ketinggian 150 cm diperoleh tingkat kebisingan

terendah sebesar 82,2 dB dan tingkat kebisingan tertinggi 84,6 dB. Pada ketinggian

120 cm diperoleh tingkat kebisingan terendah sebesar 82,8 dB dan tingkat

kebisingan tertinggi sebesar 84,9 dB. Tingkat kebisingan pada mesin penggiling

padi sudah melebihi ambang batas kebisingan. Hasil pengukuran getaran dilakukan

pada tiga titik, yaitu lantai dasar 0,7 m/s2, lantai mesin 4 m/s2 dan laintai atas 2,4

m/s2 dan masih dibawah ambang batas getaran.

C. Kerangka Pikir

Mesin Pemipil jagung merupakan salah satu mesin yang menangani

kegiatan pascapanen jagung. Keuntungan dari penggunaan mesin tersebut adalah

kapasitas pemipilan yang lebih besar dari cara manual. Dalam penggunannya,

mesin pemipil jagung yang komersial di kalangan petani tidak memperhatikan

keamanan, kenyamanan, kesehatan dan kesalamatan kerja operator atau petani.

Untuk mempertahankan keamanan dan kenyamanan petani dalam pengoperasian

mesin pemipil jagung diperlukan penelitian dengan pendekatan ergonomika.

Ergonomika adalah studi tentang perancangan sistem kerja yang terdiri dari

manusia dan mesin dilingkungan lokal termasuk masalah kebisingan yang

dihadapi oleh operator (Prabawa, 2009). Dimana pada penggunaan mesin pemipil

jagung menghasilkan bunyi dan getaran yang menimbulkan rasa tidak nyaman
31

bagi operator. Intensitas kebisingan dan getaran yang melebihi ambang batas akan

menyebabkan penurunan kesehatan manusia. Kebisingan jangka panjang dapat

menyebabkan ketulian dan penyakit terkait pendengaran lainnya, sehingga

perangkat dengan tingkat kebisingan di atas ambang batas (NAB) perlu

dikendalikan. Getaran yang melebihi nilai ambang batas (NAB) dapat

menimbulkan efek negative terhadap manusia seperti, gangguan peredaran darah

dan syaraf serta kerusakan persendian dan tulang. Berkaitan dengan adanya

dampak-dampak tesebut sehingga peneliti menyusun kerangka pikir untuk

menjelaskan alur dalam penelitian ini. Kerangka pikir dapat dilihat pada Gambar

2.5 berikut.

Gambar 2.5 Kerangka Pikir


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan penyajian data dalam

bentuk kontur, grafik dan tabel. Data yang diperoleh dari data primer dan data

sekunder. Tujuan dari penulis menggunakan metode penelitian ini adalah agar

peneliti memperoleh data yang dibutuhkan dan dapat menyajikan data tersebut,

mula-mula peneliti mengumpulkan data, setelah itu data disajikan dan penulis

melakukan analisa data yang ada. Analisa data tersebut digunakan oleh peneliti

untuk memecahkan rumusan masalah. Berikut ini bagan alur desain perancangan

penelitian dapat dilihat pada Gambar 3.1.

B. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai Agustus 2021 di Desa

Tanah Towa, Kecamatan Kajang, Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan.

Penelitian ini dilakukan pada waktu tersebut berdasarkan jadwal panen jagung

petani. Sedangkan, peneliti mengambil lokasi penelitian tersebut karena di desa ini

yang salah satu kelompok taninya mendapatkan bantuan mesin pemipil jagung dari

pemerintah daerah. Oleh karena itu, mesin pemipil jagung dikelolah dan

dioperasikan oleh anggota kelompok tani yang notabenya masih kurang

pemahaman dalam menerapkan K3.

32
33

C. Desain Penelitian

Desain penelitian merupakan rancangan penelitian yang digunakan sebagai

pedoman dalam melakukan proses penelitian. Desain penelitian bertujuan untuk

memberi pegangan yang jelas dan terstruktur kepada peneliti dalam melakukan

penelitiannya. Nasuition (2009) menyatakan bahwa desain penelitian merupakan

rencana tentang cara mengumpulkan dan menganalisis data agar dapat dilaksanakan

secara ekonomis serta serasi dengan tujuan penelitian. Dari pemaparan pengertian

desain penelitian tersebut, berikut rancangan desain penelitian yang dibuat oleh

peneliti:

Gambar 3.1 Desain Penelitian


34

D. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1)mesin pemipil jagung

tipe CS 4000 M GP; 2) sound level meter; 3) vibration meter; 4) alat tulis; 5)

kamera; 6) stopwatch; 7) roll meter; 8) gunting; 9) palu; 10) laptop. Bahan yang

digunakan dalam penelitian ini adalah: 1) jagung; 2) solar; 3) tali raffia; 4) patok.

E. Prosedur Penelitian

Cara kerja pada penelitian ini terdiri dari beberapa tahapan, yaitu tahap

persiapan, penentuan titik pengukuran, pengambilan data (kebisingan) dan analisis

data.

1. Tahap Persiapan

Tahap persiapan dilakukan sebelum memulai kegiatan penelitian. Tahapan

ini terdiri dari studi literatur serta mempersiapkan alat dan bahan yang akan

digunakan dalam kegiatan penelitian untuk mengidentifikasi kebisingan dan

getaran mekanis pada mesin pemipil jagung. Sebelum melakukan penelitian, alat

dan bahan dipersiapkan terlebih dahulu dan memastikan dalam kondisi baik agar

pada saat pengukuran tidak ada masalah atau kendala.

2. Tahap Pelaksanaan

Pada tahap ini peneliti langsung terjun ke lapangan yaitu Desa Tanah Towa

Kecamatan Kajang Kabupaten Bulukumba. Pada tahap ini peneliti membuat titik

pengukuran. Penentuan titik pengukuran bertujuan untuk membuat titik-titik

pengukuran kebisingan terhadap objek yang diukur. Bahan yang digunakan dalam

membuat titik pengukuran yaitu tali raffia dan patok. Titik pengukuran dibuat

dengan menggunakan menggunakan metode grid dengan jarak antar titik 20 cm.
35

3. Pengumpulan Data
Data penelitian adalah data primer dan sekunder yang dikumpulkan dengan

teknik sebagai berikut.

1. Data primer

a. Pengukuran kebisingan

Pengukuran kebisingan mesin pemipil jagung dilakukan pada dua titik bagian

material preparation yaitu primary dan secondary area dengan sound level

meter digital berdasarkan SNI 7231:2009 tentang Metode Pengukuran

Intensitas Kebisingan di Tempat Kerja. Prosedur pengukuran kebisingan

dengan sound level meter adalah sebagai berikut.

1) Pengukuran kebisingan dilakukan pada mesin pemipil jagung saat mesin

sedang beroperasi

2) Pengukuran tingkat kebisingan dilakukan dengan menggunakan Sound

Level Meter dengan satuan decibel (dB)

3) Metode pengukuran dilakukan dengan metode grid dengan jarak tiap titik

20 cm dan tinggi dari permukaan tanah 150 cm dan 120 cm

4) Pengukuran dilakukan dari titik sebelah kiri paling bawah lanjut ke

kanan dan seterusnya dengan waktu perpindahan dari titik pertama ke

titik selanjutnya selama 10 detik.

5) Pengukuran dilakukan 3 (tiga) kali ulangan.

6) Hasil pengukuran dimasukkan ke aplikasi Surfer 11 akan membentuk

garis kontur dengan koordinat X dan Y adalah koordinat posisi dari titik

pengukuran, sedangkan Z adalah nilai kebisingan pada titik pengukuran.


36

b. Pengukuran Getaran

Getaran diukur menggunakan vibration meter dengan satuan m/s. Cara

pengukuran getaran dengan menggunakan vibrasi meter yaitu sebagai

berikut:

1) Periksa Alat:

a) Sensor Getaran - Kabel Sensor - Power ON/OFF

b) Tombol - Battery Componen - Display/LCD

2) Hidupkan Alat dengan menekan tombol Power ON/OFF

3) Tempelkan Sensor ke sumber getaran

4) Catat angka yang muncul di display

5) Pastikan Tingkat getaran dengan cara:

a) Modus (Nilai yang sering muncul)

b) Median (Nilai Tengah) Angka terendah + Angka Tertinggi lalu

dibagi 2 nilai rata-rata (Jumlah keseluruhan sample dibagi jumlah

sample)

c. Kuesioner

Kuesioner dibagikan dan diisi oleh anggota Kelompok Tani Balagana

sebagai kelompok pekerja yang terpapar kebisingan dan getaran untuk

mengetahui identitas dan karakteristik pekerja seperti nama, alamat, bagian

pekerjaan, umur, masa kerja, penggunaan APT, riwayat penyakit.

2. Data sekunder

Data sekunder yang dikumpulkan berupa gambaran umum, sejarah dan

perkembangan, visi, misi, filosofi usaha, struktur organisasi, proses produksi dan
37

peraturan yang ditampilkan pada Kelompok Tani Balagana. Selain itu, data

sekunder yang dikumpulkan melalui wawancara dan observasi di lapangan berupa

uji putaran motor penggerak dengan beban dan tanpa beban, uji putaran silinder

pemipil dengan beban dan tanpa beban, kapasitas pemipilan, kapasitas jagung

terpipil, persentasi biji jagung rusak, persentasi biji jagung tidak terpipil, efisiensi

pemipilan, tingkat kebersihan.

F. Kinerja Mesin

1. Uji Putaran Motor Penggerak dengan Beban dan Tanpa Beban

Kecepatan putaran pada motor penggerak tanpa beban yaitu kecepatan

putaran pada saat motor listrik dihidupkan dan tidak tersambung v-belt. Dan

kecepatan putaran motor penggerak dengan beban yaitu kecepatan putaran pada

saat motor listrik tersambung ke beban yaitu silinder pemipil.

2. Uji Putaran Silinder Pemipil dengan Beban dan Tanpa Beban

Kecepatan putaran pada silinder pemipil tanpa beban yaitu kecepatan

putaran pada saat silinder pemipil berputar tanpa ada beban yaitu jagung. Dan

kecepatan putaran silinder pemipil dengan beban yaitu kecepatan putaran pada saat

silinder pemipil bekerja memipil jagung.

3. Kapasitas Pemipilan

Kapasitas pemipilan alat pemipil jagung dapat dihitung dengan

menggunakan rumus:

𝐵𝑆𝐽
𝐾𝑃𝐽 𝑊𝑃𝑃𝐽........................................................................................................................ (1)

Keterangan:
38

KPJ = kapasitas pemipilan jagung (kg/jam)

BSJ = massa sampel jagung (kg)

WPPJ = waktu proses pemipilan jagung (jam)

4. Kapasitas Jagung Terpipil

Berdasarkan SNI (7428:2008), kapasitas pemipilan alat pemipil jagung

dapat dihitung dengan menggunakan rumus:


60
𝐾𝑝𝑜 = 𝑊𝑝𝑜 𝑋 ................................................................................................. (2)
𝑡

Keterangan:

Kpo = kapasitas keluaran pemipilan jagung (kg/jam)

Wpo = berat total biji jagung yang ditampung pada lubang pengeluaran utama

selama t menit (kg)

t = waktu pemipilan yang ditentukan (menit)

5. Persentase Biji Jagung Rusak

Berdasarkan SNI (4483:2013), biji jagung rusak merupakan biji

jagung utuh maupun pecah yang mengalami kerusakan karena pengaruh

biologis, fisik, dan enzimatis. Persentase biji jagung rusak menggunakan alat

pemipil jagung dapat dihitung dengan rumus (SNI 7428:2008):


𝑊𝑟1−𝑊𝑟2
𝑊𝑟 = X 100 % ........................................................................................ (3)
𝑊𝑐−𝑊𝑘

Keterangan:

Wr = persentase biji jagung rusak (%)

Wr1 = bobot biji jagung rusak karena pengeluaran dari mesin pemipil jagung (g)

Wr2 = bobot biji jagung rusak sebelum dipipil (g)


39

Wc = bobot total jagung (g)

Wk = bobot kotoran (g)

6. Persentase Biji Jagung Tidak Terpipil

Cara menghitung persentase biji jagung tidak terpipil yaitu dengan cara

mengambil sample janggel hasil pipilan ditempat pembuangan sebanyak satu ember

dan ditimbang. Setelah itu dipilih jagung yang masih menempel dijanggel dan

dipipil secara manual dan ditimbang. Presentase biji jagung tidak terpipil dihitung

menggunakan persamaan (4) berikut.


𝑊𝑡
𝑊𝑡𝑡 = 𝑊𝑜 X 100 % .............................................................................................. (4)

Keterngan:

Wtt = persentase biji jagung yang tidak terpipil (%)

Wt = bobot biji jagung tidak terpipil (kg)

Wo = bobot total biji jagung yang seharusnya diperoleh berdasarkan nisbah biji

jagung tongkol (kg)

4. Efisiensi Pemipilan

Eisiensi pemipilan dapat dihitung dengan menggunakan persamaan (5)

berikut.

ᶯ = (100-Wtt)% ..................................................................................................... (5)


Keterangan :

ᶯ = efisiensi pemipilan (%)

Wtt = persentase biji jagung yang tidak terpipil (%)


40

5. Tingkat Kebersihan

Tingkat kebersihan hasil pipilan menggunakan alat pemipil jagung

berkelobot dapat dihitung dengan rumus:


𝑊𝑝1
𝑇𝑏 = 𝑋 100% ............................................................................................... (6)
𝑊𝑝

Keterangan:

Tb = tingkat kebersihan biji jagung (%)

Wp1 = bobot biji jagung (utuh dan rusak) yang keluar dari lubang pengeluaran

utama (g)

Wp = bobot total keluaran yang keluar dari lubang pengeluaran utama (g)

G. Teknik Analisis Data

Data primer hasil pengukuran kebisingan dimasukkan ke aplikasi Surfer 11


akan membentuk garis kontur dengan koordinat X dan Y sebagai koordinat posisi

dari titik pengukuran, sedangkan Z adalah nilai kebisingan pada titik pengukuran.

Hasil pengukuran data primer selanjutnya akan dibandingkan dengan hasil

pengambilan data sekunder yaitu data hasil wawancara dan kuesioner kepada

operator.
41

DAFTAR PUSTAKA

Amrin, H., Jamaluddin, J., & Lahming, L. (2019). Rancang Bangun Alat Pemipil
Jagung Semi Mekanis. Jurnal Pendidikan Teknologi Pertanian, 5(2),
25-30.

Anizar. (2009). Teknik Keselamatan dan Kesehatan Kerja Industri. Yogakarta:


Graha Ilmu.

Anizar. (2010). Teknik Keselamatan kerja dan Kesehatan Kerja. Yogakarta: Graha
Ilmu.

Badan Standarisasi Nasional. (2009). SNI 7231:2009 tentang Metoda Pengukuran


Intensitas Kebisingan di Tempat Kerja. Jakarta.

Buchla, D.M. dan McLAchlan, W.C. (1992). Applied Electronic Instrumentation


and Measurement. USA: Prentice-Hall Inc Englewood Cliffs.

Cooper, R. G. (1992). The NewProd system: The industry experience. Journal of


Product Innovation Management, 9(2), 113-127.

Djalante, S. (2010). Analisis Tingkat Kebisingan di Jalan Raya yang Menggunakan


Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas (APILL) (Studi Kasus: Simpang Ade
Swalayan). Jurnal SMARTek, 8(4), 280-300.

Hafid, A. (2013). Sistem Kepercayaan Pada Komunitas Adat Kajang Desa Tanah
Towa Kecamatan Kajang Kabupaten Bulukumba. Patanjala, 5(1), 1-
19.

Kahar, K., dan Kurniawan, B. (2020). Laporan Penelitian: Desain Dan Uji Kinerja
Mesin Pemipil Jagung Tipe Pemintal Rantai Dengan Motor Penggerak
Motor Bakar. Sangatta: Sekolah Tinggi Pertanian Kutai Timur.

Keputusan Menteri Lingkungan Hidup. Kep 48/MENLH/11/1996 tentang Baku


Tingkat Kebisingan. Jakarta.

Kusumawati, I., (2012). Hubungan Tingkat kebisingan di Lingkungan Kerja dengan


Kejadian Gangguan Pendengaran pada Pekerja di PT x 2012. Skripsi.
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Depok.

Marisdayana, R., Suhartono, S., dan Nurjazuli, N. (2016). Hubungan Intensitas


Paparan Bising dan Masa Kerja Dengan Gangguan Pendengaran Pada
42

Karyawan PT. X. Jurnal Kesehatan Lingkungan Indonesia, 15(1), 22-


27.

Mediastika, C. E. (2009). Material akustik pengendali kualitas bunyi pada


bangunan. Andi Offset, Yogyakarta.

Nofirza, dan Deddy, S. 2012. Perancangan Alat Pemotong Nenas yang Ergonomis
untuk Meningkatkan Produktivitas. Jurnal Ilmiah Teknik Industri,
11(1), 41-50.

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 718/MENKES/PER/XI/1987 Tahun 1987


tentang Kebisingan Yang Berhubungan dengan Kesehatan. Jakarta.

Prabawa, S. (2009). Analisis Kebisingan dan Getaran Mekanis pada Traktor


Tangan. Agritech, 29(2), 103-107.

Ramadhani, S., Gerry, S., & Wirsal, H. Pemakaian APT dengan Gangguan
Pendengaran Pekerja Ground Handling di Bandara Kualanamu. Jurnal
Kesehatan Masayarakat Andalas, 12(1), 03-09

Romansyah, E., Rusdin, R., & Nazaruddin, N. (2018). Ergonomic Analysis Level
of Noise and Vibration of Peanut Peeler Machine to Operator
Safety. Jurnal Ilmiah Rekayasa Pertanian dan Biosistem, 6(2), 141-
147.

Quentara, L. T. (2020). Analisa dampak intensitas kebisingan terhadap operator


mesin penggiling kacang tanah. Jurnal Inovator, 3(1), 14-19.

Soepardi, E., et al. (2007). Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorokan
Kepala dan Leher. Edisi ke6. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.

Sukirno MS. (1999). Mekanisasi Pertanian: Pokok Bahasan Alat Mesin Pertanian
dan Pengelolaannya. Diktat Kuliah UGM. Yogyakarta (ID): Universitas
Gadjah Mada.

Suma’mur, PK. 2014. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Jakarta: Sagung
Seto.

Suparlan, S., Marsudi, M., & Budiharti, U. (2018). Evaluasi Teknis dan Ekonomis
Mesin Pemipil Jagung Berkelobot. Jurnal Keteknikan Pertanian, 6(2),
225-232.

Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Koperasi No. SE-01 /MEN/
1978 tentang Nilai Ambang Batas Untuk Iklim Kerja Dan Nilai Ambang
Batas Untuk Kebisingan Di Tempat Kerja. Jakarta.
43

WHO –SEARO (World Health Organization-South East Asia Regional Office).


(2002). Faktor Penyebab Gangguan Pendengaran. Intercountry
Meeting, Colombo.

Wardani. (2003). Evaluasi Ergonomi dalam Perancangan Desain. Jurnal Dimensi


Interior, 1(1), 61-73.

Wulandari, S. (2011). Identifikasi Bahaya, Penilaian, Dan Pengendalian Risiko


Area Produksi Line 3 Sebagai Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Di
PT. Coca Cola Amatil Indonesia Central Java. Laporan Khusus.
Universitas Sebelas Maret. Surakarta.

Anda mungkin juga menyukai