Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PRAKTIKUM

ALAT DAN MESIN PERTANIAN

COMBINE HARVESTER DAN RICE MILL UNIT

Oleh:
Tiara Nur Azmi Irawati
NIM A1C020043

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2022
DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR ISI.................................................................................................................
I. PENDAHULUAN..................................................................................................
A. Latar Belakang................................................................................................
B. Tujuan.............................................................................................................
II. TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................................
III. METODOLOGI.....................................................................................................
A. Alat dan Bahan................................................................................................
B. Prosedur Kerja.................................................................................................
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN..............................................................................
A. Hasil................................................................................................................
B. Pembahasan.....................................................................................................
V. KESIMPULAN DAN SARAN............................................................................
A. Kesimpulan...................................................................................................
B. Saran..............................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................
LAMPIRAN.................................................................Error! Bookmark not defined.

ii
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penggunaan alat dan mesin pertanian sudah sejak lama digunakan dan
perkembangannya mengikuti dengan perkembangan kebudayaan manusia. Pada
awalnya alat dan mesin pertanian masih sederhana dan terbuat dari batu atau kayu
kemudian berkambang menjadi bahan logam. Susunan alat ini mula-mula
sederhana, kemudian sampai ditemukannya alat mesin pertanian yang kompleks.
Dengan dikembangkannya oemanfaatan sumber daya alam dengan motor secara
langsung mempengaruhi perkembangan dari alat mesin pertanian.
Rangkaian kegiatan usaha tani tanaman padi dimulai dari kegiatan
pengolahan tanah, penanaman, pemeliharaan tanaman, panen dan pascapanen
memerlukan tenaga kerja yang cukup banyak, terutama kegiatan pengolahan
tanah, penanaman, panen dan pascapanen. Kegiatan tersebut harus dilakukan
secara serempak dan tepat waktu, hal ini untuk menyesuaikan kondisi iklim dan
pola usaha tani. Areal pertanian yang luas membutuhkan tenaga kerja dalam
jumlah besar, terutama pada saat tanam dan panen. Untuk menghindari
kemungkinan kurang tersedianya tenaga kerja serta meningkatkan efisiensi maka
diterapkan mekanisasi.
Penelitian lain menunjukkan bahwa pada kegiatan tebang tebu menunjukkan
perbedaan yang signifikan terhadap hasil tebangan, dimana penebangan secara
mekanis lebih tinggi dibanding manual. Saat ini di Jawa mulai terasa kelangkaan
tenaga kerja di bidang on farm yang berdampak pada upah tenaga kerja yang
semakin meningkat dan biaya produksi yang tinggi. Kelangkaan dan mutu tenaga
kerja yang rendah mengakibatkan sasaran pekerjaan kebun (jumlah, kualitas, dan
ketepatan waktu) yang telah ditetapkan tidak dapat dicapai. Pada keadaan yang
demikian produktivitas yang tinggi susah didapat. Penggunaan tenaga mekanis
dimaksudkan untuk mengisi kekosongan atau kekurangan tenaga kerja sehingga

1
tidak terjadi keterlambatan kegiatan budidaya tebu dan penurunan produksi
(Purwantoro et al., 2018).
Pembangunan pertanian pada dasarnya adalah suatu proses perubahan pada
berbagai aspek di bidang pertanian. Perubahan tersebut tidak hanya berdampak
pada mekanisme dan teknologi namun juga berdampak pada sistem sosial budaya.
Dalam bidang pertanian, perubahanperubahan sosial budaya petani akibat dari
modernisasi adalah dengan diperkenalkannya mesin-mesin, seperti pemakaian
traktor tangan dan mesin perontok padi. Modernisme kemudian muncul dalam
semangat masyarakat yang mengandalkan industri dan mekanisasi, dimana mesin
menjadi kunci utama
Alat dan mesin pertanian berfungsi antara lain untuk mengisi kekurangan
tenaga kerja manusia yang semakin langka dengan tingkat upah yang semakin
mahal, meningkatkan produktivitas tenaga kerja, meningkatkan efisiensi usahatani
melalui penghematan tenaga, waktu dan biaya produksi serta menyelamatkan
hasil dan meningkatkan mutu produk pertanian. Dengan semakin sedikitnya
tenaga ynag tersedia dalam bidang pertanian, maka alat tanam mekanis sangatlah
diperlukan.

B. Tujuan

1. Mahasiswa mampu mengetahui bagian-bagian dari combine harvester dan


rice milling unit.
2. Mahasiswa mampu mengetahui cara kerja dari combine harvester dan rice
milling unit.
3. Mahasiswa mampu mengetahui prinsip kerja dari combine harvester dan rice
milling unit.

2
II. TINJAUAN PUSTAKA

Masalah utama dalam pengembangan pertanian di lahan pasang surut adalah


terbatasnya modal dan tenaga kerja yang bekerja pada rangkaian kegiatan usaha
tani. Sebagai alternatif pemecahan masalah tersebut adalah memanfaatkan alat
dan mesin pertanian (alsintan) produksi dan pascapanen tepat guna. Penggunaan
alsintan pada usaha tani padi, selain dapat meningkatkan luas garapan, juga untuk
mengatasi kelangkaan/ keterbatasan tenaga kerja. Di kawasan lahan pasang surut,
rasio luas lahan dengan jumlah petani di permukiman kurang berimbang karena
luas rata-rata yang dimiliki 2,08 – 2,20 Ha, sedangkan kemampuan garap lahan
per keluarga tani sekitar 1 Ha. Dengan penggunaan alsintan dapat meningkatkan
pemanfaatan lahan untuk usaha tani, intensitas tanam dan keserempakan
pengelolaan usaha tani, sehingga dapat mengurangi terjadinya serangan hama dan
penyakit tanaman (Haifan, 2017).
Kegiatan panen adalah tahapan akhir rangkaian produksi padi yang
dianggap sangat kritis, karena kelangkaan tenaga kerja yang sering muncul pada
saat akan dilaksanakan panen. Akibatnya waktu panen tertunda atau mundur yang
menyebabkan terjadinya susut panen yang besar sekitar 6 – 9 persen. Kegiatan
panen harus dilakukan pada saat yang tepat untuk menghindari terjadi susut
selama panen, terutama untuk varitas padi yang mudah rontok. Kebutuhan tenaga
kerja untuk panen hampir 25 pesen dari total tenaga kerja usaha tani. Mesin
pemanen (reaper, mini combine harvester) telah digunakan pada lahan pasang
surut yang dapat menurunkan susut panen sekitar 0,1 persen sampai maksimum 2
persen dengan waktu yang dibutuhkan semakin pendek. Kapasitas kerja mesin
panen reaper untuk pemotongan atas sebesar 0,187 Ha/ jam, sedangkan untuk
pemotongan bawah sebesar 0,167 Ha/jam. Kesetaraan waktu kerja panen dengan
mesin reaper dibanding tenaga manusia sebesar 23,40 Ha dan dengan sabit
sebesar 14,70 Ha (Haifan 2017).
Susut panen adalah penyusutan yang terjadi pada saat proses pemanenan.
Susut saat panen diperoleh dengan cara menghitung jumlah butir padi yang

3
melekat pada papan pengamatan yang dipasang dibawah tanaman padi dan
dikonversikan dengan tabel konversi susut saat panen. Sedangkan susut
perontokan adalah kehilangan hasil selama proses perontokan. Susut perontokan
dihitung dengan menjumlahkan butir yang terlempar keluar alas petani, butir
melekat pada jerami, dan butir yang terbawa kotoran. Susut pengeringan adalah
kehilangan hasil selama proses pengeringan. Pengeringan dilakukan sesuai dengan
kebiasaan setempat, seperti cara pengeringan, tempat pengeringan dan perlakuan
selama pengeringan. Rendemen penggilingan merupakan suatu besaran yang
digunakan untuk menyatakan kuantitas gabah menjadi beras. Besaran rendemen
penggilingan diperoleh dari hasil bagi antara hasil keluaran penggilingan berupa
beras dengan bahan masukan berupa gabah. Selisih antara rendemen penggilingan
teliti dengan rendemen penggilingan lapang adalah susut penggilingan (Kobarsih
& Siswanto, 2015).
Pertanian dalam prospek perkembangannya memerlukan peran mekanisasi
pertanian. Mekanisasi pertanian dalam pengertian Agricultural Engineering,
mencakup aplikasi teknologi dan manajemen penggunaan berbagai jenis alat
mesin pertanian, mulai dari pengolahan tanah, tanam, penyediaan air, pemupukan,
perawatan tanaman, pemungutan hasil sampai ke produk yang siap dipasarkan.
Dari tujuannya, aplikasi mekanisasi pertanian dimaksudkan untuk menangani
pekerjaan yang tidak mungkin dilakukan secara manual, meningkatkan
produktivitas sumber daya manusia, efisiensi penggunaan input produksi,
meningkatkan kualitas dan produktivitas serta memberkan nilai tambah bagi
penggunanya. Penerapan mekanisasi pertanian menuntut adanya dukungan
berbagai unsur, seperti tenaga professional di bidang manajemen, perawatan,
teknik atau mekanik, operator, ketersediaan bahan bakar, pelumas, suku cadang
serta infrastruktur lainnya (Suyuti, 2015).

4
III. METODOLOGI

A. Alat dan Bahan

1. Alat tulis
2. Combine Harvester
3. Internet
4. Laptop/HP
5. Modul
6. Penggaris
7. Rice Milling Unit

B. Prosedur Kerja

1. Mempersiapkan alat dan bahan seperti modul, laptop atau HP yang terkoneksi
internet.
2. Memperhatikan serta memahami materi video yang diberikan dilanjutkan
dengan sesi diskusi.
3. Mempersiapkan alat tulis untuk post test dan praktikum acara 3 diakhiri
dengan post test.

5
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

1. Combine Harvester

a. Gambar Alat

Gambar 1. Combine Harvester.

b. Fungsi dan Bagian Alat


1) Header unit, berfungsi untuk mengarahkan batang padi ke sistem
pemotong dan memotong batang padi.
2) Conveyor unit, berfungsi untuk membawa hasil pemotongan batang
padi ke dalam mesin perontok.
3) Driving panel, berfungsi untuk mengendalikan kecepatan, belok dan
mengatur tinggi rendahnya header unit.
4) Kanopi, berfungsi sebagai pelindung operator dari sinar matahari.
5) Thresher unit, berfungsi untuk memisahkan butir gabah.
6) Grain output, berfungsi untuk tempat keluarnya gabah bersih hasil
pembersihan didalam cleaner dan sparator.

6
7) Pemisah dan pembersih, berfungsi untuk memisahkan dan
membersihkan butiran gabah dengan jerami setelah proses
perontokan.
8) Engine, berfungsi untuk mengoperasikan seluruh komponen
combine harvester.
9) Transpotation unit, berfungsi untuk mengoperasikan alat di lahan.
10) Mainframe, berfungsi untuk tempat terpasang berbagai komponen
alat.
c. Cara Kerja Alat
1) Pastikan semua tuas dalam keadaan netral.
2) Putar kunci ke arah kiri untuk memanaskan busi pijar dan tunggu
sampai lampu padam.
3) Putar kunci ke kanan untuk memulai pengoperasian alat.
4) Pindahkan tuas transmisi dan perseneling agar alat dapat bergerak.
5) Pindahkan tuas pembelokan agar alat dapat berbelok sesuai
kebutuhan.
6) Tarik tuas thresher dan sesuaikan kecepatan putarnya sesuai
kebutuhan untuk merontokkan padi.
7) Untik menghentikan tarik tuas kopling ke posisi “parking” atau injak
handle kopling kemuadian off-kan semua sistem transmisi.
d. Prinsip Kerja Alat
Combine harvester akan memotong tegakan tanaman padi saat
berjalan dan kemudian dimasukkan ke unit perontokan. Gabah yang
sudah dirontokkan akan ditampung dalam tangki dan jeraminya akan
tersebar di tanah. Selanjutnya gabah akan dimasukkan ke unit cleaner
dan sparator untuk dibersihkan dan dipisahkan dari sisa jerami yang
masih ada.

2. Rice Mill Unit

a. Gambar Alat

7
Gambar 2. Rice Mill Unit.
b. Fungsi dan Bagian Alat
1) Corong keluar, berfungsi untuk tempat keluarnya beras.
2) Mesin, berfungsi sebagai komponen utama penggerak rice mill unit.
3) Puli penggerak, berfungsi untuk melanjutkan tenaga dari mesin ke
puli penerus.
4) Puli penerus, berfungsi untuk menerima tenaga dari puli penggerak.
5) Gearbox, berfungsi sebagai kumpulan gear untuk meneruskan daya.
6) Katup utama, berfungsi untuk mengatur banyaknya gabah yang
masuk.
7) Corong masuk, berfungsi untuk tempat masuknya gabah.
8) Pengatur jarak rol karet, berfungsi untuk mengukur panjang
pendeknya rol karet/ v-belt yang digunakan untuk menggerakkan
alat.
9) Tangkal penahan, berfungsi untuk menahan corong merang agar
seimbang.
10) Corong merang, berfungsi untuk tempat keluarnya merang dan kulit
beras.
c. Cara Kerja Alat
1) Putar engkol untuk menyalakan mesin.
2) Biarkan 2-3 menit agar pelumas berjalan baik.
3) Masukkan gabah ke corong masuk.

8
4) Hubungkan dan putar puli penggerak dan puli penerus untuk
memulai penggilingan.
5) Buka katup utama secara perlahan agar gabah dapat masuk.
6) Gabah yang sudah menjadi beras akan keluar m elalui corong keluar
dan merang akan keluar dari corong merang.
d. Prinsip Kerja Alat
Mesin penggiling padi yang digerakkan dengan motor bakar yang
biasanya adalah motor diesel. Mesin rice mill unit digunakan untuk
memisahkan beras dari kulit merang, hingga menjadi beras yang siap
konsumsi dan merang atau kulit beras bisa digunakan untuk pakan
unggas.

B. Pembahasan

Masalah utama dalam pasca panen padi yang sampai dengan saat ini belum
terpecahkan adalah kehilangan pada berbagai tahapan proses pascapanen. Dari
berbagai sumber yang diperoleh, angka kehilangan hasil tidak konsisten dan
berbeda-beda untuk masing-masing daerah. Pada beberapa kasus pengukuran
kehilangan pada tahapan pemanenan bahkan diperoleh angka negatif, sehingga
sering timbul kesulitan dalam memvalidasi data kehilangan. Penyebab
beragamnya angka kehilangan hasil yaitu penggunaan petak kontrol yang berbeda
dan cara ploting yang tidak tepat Faktor-faktor lainnya yang mempengaruhi
tingkat kehilangan hasil panen adalah varietas padi, umur panen, alat dan cara
panen, perilaku petani dan penderep, serta ekosistem. Kegiatan pascapanen padi
meliputi kegiatan pemanenan, perontokan, pengangkutan, pengeringan,
penggilingan, penyimpanan, dan pemasaran. Kehilangan hasil dapat terjadi pada
setiap tahapan kegiatan pascapanen padi. Titik kritis terjadi pada tahapan
pemanenan dan perontokan dengan tingkat kehilangan hasil yang paling tinggi.
Diperkirakan kehilangan di tahapan tersebut lebih besar dari 9%. Hasil penelitian
dari tim peneliti Balitpa menunjukkan bahwa dengan perbaikan penanganan

9
pascapanen, kehilangan hasil dapat ditekan menjadi 5,9% (Nugraha & Thahir,
2016).
Umur panen ditentukan berdasarkan (1) kenampakan, biasanya 90% dari
butiran gabah pada malai sudah berwarna kuning keemasan, dan (2) umur
tanaman seperti pada diskripsi varietas, yang diperhitungkan berdasarkan hari
setelah tanam (HST) atau hari setelah berbunga rata (HSB). Panen padi yang baik
dilakukan pada saat umur optimal yang dicapai setelah kadar air gabah mencapai
22-23% pada musim kemarau, dan antara 24 –26% kadar air gabah pada musim
penghujan. Pemanenan yang dilakukan sebelum umur optimal menyebabkan
kualitas yang kurang baik karena tingginya persentase butir hijau pada gabah,
sedangkan panen yang dilakukan setelah lewat masak akan menyebabkan jumlah
gabah yang hilang karena rontok pada saat pemotongan akan besar. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa kehilangan gabah pada saat pemanenan berkisar
antara 2,15 – 3,07%. Kehilangan hasil pada saat panen dapat dipengaruhi oleh
beberapa faktor, misalnya umur panen, kadar air panen, alat dan cara panen, seta
perilaku tenaga pemanen tersebut. Perbedaan ekosistem akan menyebabkan cara
dan sistem panen (Nugraha & Thahir, 2016).
Menurut Oloan (2017), penanganan pascapanen padi meliputi beberapa
tahap kegiatan yaitu penentuan saat panen, pemanenan, penumpukan sementara di
lahan sawah, pengumpulan padi di tempat perontokan, penundaan perontokan,
perontokan, pengangkutan gabah ke rumah petani, pengeringan gabah,
pengemasan dan penyimpanan gabah, penggilingan, pengemasan dan
penyimpanan beras. Tahapan dari kegiatan pascapanen adalah sebagai berikut:
1. Penentuan saat panen
Tahap awal dari kegiatan pascapanen padi yaitu penentuan saat panen
padi ketidaktepatan dalam penentuan saat panen dapat mengakibatkan
kehilangan hasil yang tinggi dan mutu gabah/beras yang rendah. Penentuan
saat panen dapat dilakukan berdasarkan pengamatan visual dan pengamatan
teoritis.

10
2. Pemanenan
Tiga cara panen padi yang biasa dilakukan petani, adalah panen potong
bawah, potong tengah, potong atas. Cara panen dipilih berdasarkan jenis atau
cara perontokan yang digunakan. Padi yang digebot atau dirontokan dengan
alat pedal thresher dipanen dengan cara potong bawah. Panen potong atas
atau potong tengah ditempuh jika padi dirontokan dengan alat perontok
power thresher.
3. Pemupukan dan pengumpulan
Setelah dilakukan pemanenan, dilanjutkan ke proses perontokan. Tidak
semua petani langsung merontokkan gabah setelah melakukan pemotongan
anakan. Keterlambatan perontokkan sering terjadi, antara lain karena tenaga
kerja kurang dan waktu panen yang serempak. Oleh sebab itu padi ditumpuk
sementara di sawah.
4. Perontokan
Perontokan adalah proses melepaskan butiran gabah dari malai dengan
cara menyisir atau membanting malai pada benda yang lebih keras atau
menggunakan alat dan mesin perontok (alat “Gebot”, pedal thresher, power
thresher). Kinerja alat dan mesin perontok mempengaruhi tingkat kehilangan
hasil.
Menurut Oloan (2017), kegiatan perontokan padi adalah kegiatan untuk
melepaskan bulir-bulir gabah dari tangkainya. Kegiatan ini merupakan bagian dari
tahapan panen dan pasca panen panen secara ringkas dapat diartikan suatu
kegiatan pemungutan hasil, sedangkan pasca panen adalah tahap keiatan
pemungutan hasil (panen). Tahapan pemanenan meliputi lima kegiatan, yaitu:
1. Pemotongan
2. Pengumpulan hasil
3. Perontokan
4. Pemisahan
5. Pembersihan
Perontokan padi merupakan tahapan pascapanen padi setelah pemotongan
padi (pemanenan). Perontokan padi merupakan proses terlepasnya butir-butir

11
gabah dari malainya. Prinsip untuk melepaskan butir gabah dari malainya adalah
dengan memberikan tekanan atau pukulan terhadap malai tersebut. Berdasarkan
alat perontok padi, cara perontokan dapat dikelompokkan menjadi beberapa
bagian.
Gebotan merupakan alat perontok padi tradisional yang masih banyak
digunakan petani. Kapasitas panen dengan cara ini berkisar antara 0,10–0,16
ha/jam (28–34 kg/orang/jam), dan untuk padi varietas ulet berkisar antara 0,05–
0,06 ha/jam (10– 12 k/orang/jam), dengan syarat padi dipanen dengan malai
panjang agar dapat dipegang tangan saat digebot tergantung kepada kekuatan
orang. Perontokan padi dengan cara gebot banyak gabah yang tidak terontok
berkisar antara 6%-9%. Susut hasil panen padi ini akan lebih besar lagi apabila
para pemanen menunda perontokan padinya selama satu sampai tiga hari yang
menyebabkan susut antara 2%-3% (Oloan, 2017).
Menurut Oloan (2017), pedal thresher merupakan alat perontok padi dengan
kontruksi sederhana dan digerakkan menggunakan tenaga manusia. Kelebihan alat
ini dibandingkan dengan alat gebot adalah mampu menghemat tenaga dan waktu,
mudah di operasikan dan mengurangi kehilangan hasil, kapasitas kerja 75–100
kg/jam dan cukup dioperasikan oleh 1 orang. Power thresher merupakan mesin
perontok yang menggunakan sumber tenaga penggerak engine. Kelebihan mesin
perontok ini dibandingkan dengan alat perontok lainnya adalah kapasitas kerja
lebih besar dan efisien kerja lebih tinggi. Penggunaan power thresher dalam
perontokan dapat menekan kehilangan hasil padi sekitar 3%. Berikut ini cara
perontokan padi dengan power thresher:
1. Pemotongan tangkai pendek disarankan untuk merontok dengan mesin tipe
“throw in” di mana semua bagian yang akan dirontok masuk kedalam ruang
perontok.
2. Pemotongan tangkai panjang disarankan untuk merontok secara manual
dengan alat atau mesin yan mempunyai tipe “Hold on” dimana tangkai jerami
dipegang, hanya bagian ujung padi yang ada butirannya ditekankan pada alat
perontok.

12
3. Setelah mesin dihidupkan, atur putaran silinder perontok sesuai dengan yang
diinginkan untuk merontok padi.
4. Putaran silinder perontok akan menghisap jerami padi yang di masukkan dari
pintu pemasukkan.
5. Jerami akan berputar-putar di dalam ruang perontok, tergesek, terpukul dan
terbawa oleh gigi perontok dan sirip pembawa menuju pintu pengeluaran
jerami.
6. Butiran padi yang rontok dari jerami akan jatuh melalui saringan perontok,
sedang jerami akan terdorong oleh plat pendorong kepintu pengeluaran
jerami.
7. Butiran padi, potongan jerami dan kotoran yang lolos dari saringan perontok
akan jatuh keayakan dengan bergoyang dan juga terhembus oleh kipas angin.
8. Butiran hampa atau benda-benda ringan lainnya akan tertiup terbuang melalui
pintu pengeluaran kotoran ringan.
9. Benda yang lebih besar dari butiran padi akan terpisah melalui ayakan yang
berlubang, sedangkan butir padi akan jatuh dan tertampung pada pintu
pengeluaran padi beras.
Menurut standar SNI 01-02224-1987 kadar air gabah yang ideal untuk
disimpan dan untuk digiling menjadi beras adalah 14%. Hal ini salah satunya
disebabkan oleh keterampilan operator mesin dalam mengontrol hasil pengeringan
yang kurang terampil, sehingga hasil pengeringan gabah masih belum sesuai
standar SNI. Peran penyuluh pertanian diperlukan dalam pendampingan kepada
petani dalam menentukan umur panen padi serta waktu panen. Hal ini bertujuan
agar padi di panen pada umur yang tepat, dan panen pada saat kondisi cuaca yang
tepat. Permasalahan yang sering terjadi dalam mekanisasi pertanian di tingkat
petani adalah keterbatasan pengetahuan dan ketrampilan petani dalam
pemanfaatan alsintan yang tersedia. Selain itu harga alsintan yang relatif tidak
murah menjadi permasalahan dalam pengadaan alsintan bagi petani (Moordiani &
Yunita, 2021).
Menurut Hidayat (2019), berikut beberapa fungsi dan cara pengoperasian
alat dan mesin pertanian combine pada areal lahan, yaitu:

13
1. Fungsi bagian-bagian combine
a. Reel, fungsinya menarik/mengait batang tanaman padi dari posisi tegak
kearah pisau pemotong.
b. Auger dan konveyor kanvas, fungsinya mengumpulkan batang padi yang
sudah terpotong ke arah tengah dimana terdapat konveyor kanvas.
Konveyor kanvas ini selanjutnya membawa padi ini ke bagian
perontokan.
c. Silinder perontok, fungsinya merontokkan butiran gabah dari malainya
gabah dari batang yang baru masuk. Gabah yang masih belum terpisah
dari malainya yang masih terkumpul dari hasil penyaringan dibawa
kembali oleh konveyor mangkok kebagian perontok untuk dirontokkan
kembali.
d. Unit pembersih/pemisah, berfungsi untuk membersihkan padi yang telah
rontok dari potongan batang, daun, malai dan benda asing lainnya. Proses
pemisahan dan pembersihan ini berlangsung beberapa tahap
penayaringan dan penampian.
e. Konveyor mangkok dan konveyor screw. Konveyor mangkuk berfungsi
membawa bahan (butiran gabah) ke bagian atas, sedangkan Konveyor
screw membawa bahan (butiran gabah) dalam arah horisontal.
2. Cara mengoperasikan combine
a. Menghidupkan combine
Combine menggunakan mesin yang bahan bakar diesel, dimana
cara menghidupkannya dengan sistem starter yang menggunakan arus
DC (baterai). Sebelum menghidupkan pastikan dan perhatikan transmisi
utama, pengatur kecepatan, gas dalam keadaan netral dan tongkat
kopling dalam keadaan parking. Putar kunci kontak kekiri untuk
pemanas busi pijar dan tunggu hingga lampu padam. Kemudian langsung
putar kekanan untuk on-kan dan start dimulai, jangan mengstarter lebih
dari 5 detik karena dapat mengakibatkan over-hot yang langsung
merusak bagian-bagian sistem tersebut.
b. Memajukan/menjalankan dan memundurkan combine

14
Combine dapat bergerak maju jika mesin penggeraknya hidup,
kemudian masukkan gigi transmisi utama dengan kecepatan low, netral,
high dan deep dengan porseneling maju 1,2 dan 3 dan mundur R.
Pastikan pandangan operator lurus ke depan atau mengontrol semua
sistemnya agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan atau
menimbulkan kecelakaan.
c. Membelokkan combine
Sistem pembelokan pada combine hampir sama dengan sistem
pembelokan pada traktor. Namun sistem pembelokan combine lebih
efektif dikarenakan pembelokan combine kearah kiri dan kanan dapat
dioperasikan langsung hanya dengan satu tongkat saja.
d. Menghidupkan thresher, pisau pemotong pada combine
Sistem thresher pada combine sama dengan sistem thresher biasa
tapi thresher pada combine dilengkapi dengan sistem transmisi pengatur
kecepatan putaran. Tarik tuas thresher, kemudian sesuaikan kecepatan
putarannya biarkan padi dan jerami dirontokkan selama 2- 3 menit. Dan
jika ingin memotong padi, tarik tuas pisau lalu sesuaikan dengan
kecepatan putarannya dan juga jarak pemotongannya.
e. Menghentikan combine
Combine dapat dihentikan dengan cara perlahan-lahan, yakni cukup
tarik tuas kopling keposisi parking atau menginjak handle kopling
kemudian off-kan semua sistem transmisi. Dikarenakan combine
dilengkapi dengan sistem pengereman hidraulik otomatis bukannya
manual.
Bila ditinjau dari konstruksinya, mesin-mesin penggiling padi dapat dibagi
menjadi dua jenis yaitu rice milling unit (RMU) dan rice milling plant (RMP).
Perbedaan yang mendasar antara keduanya adalah pada ukuran, kapasitas dan
aliran bahan dalam proses penggilingan yang dilakukan. Penggilingan padi yang
lengkap kadang kala dilengkapi dengan pembersih gabah sebelum masuk mesin
pemecah kulit, dan pengumpul dedak sebagai hasil sampingan dari proses
penyosohan.

15
1. Rice Milling Unit (RMU)
Rice milling unit merupakan jenis mesin penggilingan padi generasi baru
yang kompak dan mudah dioperasikan, dimana proses pengolahan gabah
menjadi beras dapat dilakukan dalam satu kali proses (one pass process).
Mesin ini terdiri dari beberapa mesin yang disatukan dalam rancangan yang
kompak dan bekerja secara harmoni dengan tenaga penggerak tunggal. Pada
RMU terdapat bagian mesin yang berfungsi memecah sekam atau mengupas
gabah, bagian mesin yang berfungsi memisahkan BPK dan gabah dari sekam
lalu membuang sekamnya, bagian mesin yang berfungsi mengeluarkan gabah
yang belum terkupas untuk dikembalikan ke pengumpan, bagian mesin yang
berfungsi menyosoh dan mengumpulkan dedak, dan bagian mesin yang
berfungsi melakukan pemutuan berdasarkan jenis fisik beras (beras utuh,
beras kepala, beraspatah, dan beras menir).
2. Rice Milling Plant (RMP)
Pada prinsipnya, RMU dan RMP (Rice Milling Plant) adalah dua nama
yang sama bila ditinjau dari segi fungsi, yaitu mesin-mesin penggilingan padi
yang berfungsi mengkonversi gabah kering menjadi 18 beras putih yang siap
untuk dikonsumsi. Bila RMU merupakan satu mesin yang kompak dengan
banyak fungsi, maka RMP merupakan jenis mesin penggilingan padi yang
terdiri dari beberapa unit mesin yang terpisah satu sama lain untuk masing-
masing fungsinya dalam proses penggilingan beras. Perbedaan lain yang lebih
penting pada RMP dibandingkan dengan RMU terletak pada kapasitas
gilingnya. RMP biasanya memiliki kapasitas giling yang lebih besar daripada
RMU yaitu antara 1,0 hingga 5,0 ton/jam. Perbedaan kapasitas giling ini
menjadi penting sebab akan meningkatkan efisiensi penggunaan mesin-mesin
penggiling.
Penanganan pascapanen yang baik menjadi bagian penting harus dilakukan
untuk mendapatkan produk sesuai standar kualitas dan jaminan keamanan pangan.
Tahapan dalam penanganan panen dan pascapanen padi meliputi tahapan panen,
perontokan, pengeringan, penyimpanan dan penggilingan gabah menjadi beras.
Perlakuan penanganan pascapanen yang tepat akan mendapatkan produksi beras

16
berkualitas baik, menekan kehilangan hasil dan kerusakan, meningkatkan daya
simpan serta mendapatkan nilai tambah produk yang dihasilkan. Ketidaktepatan
penanganan panen dan pascapanen padi mengakibatkan kehilangan hasil yang
tinggi serta rendahnya mutu gabah karena banyaknya kotoran dan gabah hampa.
Mendapatkan produk yang baik dibutuhkan alat dan mesin pascapanen yang
memenuhi standar kualitas (Moordiani & Yunita, 2021).

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari praktikum ini mahasiswa mampu mengetahui bagian-bagian dari


combine harvester dan rice milling unit. Bagian-bagian dari combine harvester
yaitu header unit, conveyor unit, driving panel, kanopi, thresher unit, grain
output, pemisah dan pembersih, engine, transpotation unit, dan mainframe.
Sedangkan, bagian-bagian dari rice milling unit yaitu corong keluar, mesin, puli
penggerak, puli penerus, gearbox, katup utama, corong masuk, pengatur jarak rol
karet, tangkal penahan, dan corong merang.
Mahasiswa mampu mengetahui cara kerja dari combine harvester dan rice
milling unit. Cara kerja dari combine harvester yaitu memastikan semua tuas
dalam keadaan netral sebelum dinyalakan, putar kunci ke kiri untuk memanaskan
busi pijar dan putar kunci ke kanan untuk pengoperasian, tarik tuas thresher dan
sesuaikam kecepatan putarnya untuk merontokkan padi, dan untuk menghentikan
alat tarik tuas kopling ke posisi parking atau injak handle kopling lalu off-kan
semua sistem transmisi. Sedangkan cara kerja dari rice milling unit adalah dengan
memutar engkol untuk menyalakan mesin, selanjutnya masukkan gabah ke corong
masuk, hubungkan puli penggerak dan puli penerus untuk memulai penggilingan,
buka katup utama perlahan agar gabah masuk, gabah yang telah menjadi beras
akan keluar melalui corong keluar dan merang keluar melalui corong merang.

17
Mahasiswa mampu mengetahui prinsip kerja dari combine harvester dan
rice milling unit. Prinsip kerja dari combine harvester yaitu akan memotong
tegakan tanaman padi saat berjalan dan kemudian dimasukkan ke unit perontokan.
Gabah yang sudah dirontokkan akan ditampung dalam tangki dan jeraminya akan
tersebar di tanah. Sedangkan prinsip kerja rice milling unit yaitu mesin penggiling
padi yang digerakkan dengan motor bakar diesel yang digunakan untuk
memisahkan beras dari kulit merang, hingga menjadi beras yang siap konsumsi
dan merang atau kulit beras bisa digunakan untuk pakan unggas.
B. Saran

Praktikum acara 3 sudah berjalan dengan baik dan penjelasan tentang mesin
sudah dapat dimengerti.

18
DAFTAR PUSTAKA

Haifan, M. 2017. Analisis Kebutuhan Alat dan Mesin Pertanian untuk


Mendukung Pengembangan Usaha Tani Padi di Kawasan Kota Terpadu
Mandiri (KTM) Mesuji, Provinsi Lampung. J. Teknik Mesin, 1(1), 22-29.

Hidayat, R. 2019. Respon Petani Padi Terhadap Penggunaan Combine Harvester


Di Desa Bontomacinna Kecamatan Gantarang Kabupaten Bulukumba.
Skripsi. Fakultas Pertanian, Universitas Muhammadiyah Makassar,
Makassar.

Kobarsih, M., & Siswanto, N. 2015. Penanganan susut panen dan pasca panen
padi kaitannya dengan anomali iklim di wilayah Daerah Istimewa
Yogyakarta. PLANTA TROPIKA: Jurnal Agrosains (Journal of Agro
Science), 3(2), 100-106.

Moordiani, R., & Yunita, F. 2021. Pemanfaatan Teknologi Pascapanen Padi


meningkatkan Kualitas Mutu Hasil Panen di Jawa Tengah. In Prosiding
Seminar Nasional Fakultas Pertanian UNS (Vol. 5, No. 1, pp. 156-165).

Nugraha, S., & Thahir, R. 2016. Keragaan Kehilangan Hasil Pascapanen Padi
pada 3 (Tiga) Agroekosistem. Buletin Teknologi Pasca Panen, 3(1), 42-49.

Oloan, T. P. 2017. Analisa Sudut Kemiringan Gigi Perontok Terhadap


Peningkatan Kapasitas Mesin Perontok Padi. Jurnal Desiminasi
Teknologi, 5(1).

19
Purwantoro, D., Dianpratiwi, T., & Markumningsih, S. 2018. Analisis
penggunaan alat mesin pertanian berbasis traktor tangan pada kegiatan
perawatan budidaya tebu. Agritech, 38(3), 313-319.

20

Anda mungkin juga menyukai