Oleh:
DAFTAR ISI............................................................................................................................. 2
DAFTAR TABEL .................................................................................................................... 3
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................................ 4
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................................ 5
1.1 Latar Belakang ................................................................................................................ 5
1.2 Deskripsi Objek Kajian ................................................................................................... 5
1.3. Manfaat Penelitian........................................................................................................... 6
BAB II METODOLOGI PENELITIAN............................................................................... 7
BAB III LIFE CYCLE ASSESSMENT ................................................................................ 9
3.1 Goal and Scope Defenition ............................................................................................. 9
3.1.1 System Boundary ....................................................................................................... 9
3.1.2 Functional Unit........................................................................................................ 10
3.1.3 Aim of Study ............................................................................................................. 10
3.2 Life Cycle Inventory ....................................................................................................... 10
3.2.1 Mass Flow Diagram (MFD) .................................................................................... 10
3.2.2. Process Flow Diagram (PFD) ................................................................................ 11
3.2.3 Energy Flow Diagram (EFD) .................................................................................. 15
3.3 Life Cycle Impact Assessment ....................................................................................... 18
3.3.1 Limbah Padat ........................................................................................................... 18
3.3.2. Limbah Cair ............................................................................................................ 19
3.3.3. Emisi Udara ............................................................................................................ 19
3.4 Interpretation ................................................................................................................. 22
3.4.1 Analisis Kontribusi .................................................................................................. 22
3.4.2 Analisis Perbaikan ................................................................................................... 24
BAB IV KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ............................................................. 26
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 27
2
DAFTAR TABEL
3
DAFTAR GAMBAR
4
BAB I
PENDAHULUAN
5
Pelanggan dari Pabrik Tahu Grace Gultomselama ini adalah beberapa penjual tahu di pasar-
pasar tradisional yang ada di kabupaten Toba Samosir seperti pelanggan dari pasar porsea,
pasar balige ataupun pasar laguboti. Dalam hal ini juga Pabrik Tahu Grace Gultommasih
menggabungkan cara tradisional dan modern dalam memproduksi tahu. Bahkan dalam proses
produksi tahu, hanya ada 1 (satu) bagian yang menggunakan mesin (modern) atau sekitar 85
% masih menggunakan metode dan alat tradisional dalam produksi tahu di Pabrik Tahu Grace
Gultom.
6
BAB II
METODOLOGI PENELITIAN
Dalam penelitian ini, terdapat beberapa tahapan yang digunakan untuk memperoleh tujuan
penelitian yang diperlihatkan melalui Gambar 1.
Mulai
Pengumpulan Data
Pem buatan
LCIA
Interpretation
Analisis Analisis
Perbaikan Kontribusi
Selesai
7
Life Cycle Assessment merupakan metode yang meliputi pengkajian secara detail dan
kuantitatif yang memberikan ciri khas, dan kadang memperkirakan dampak terhadap
lingkungan dari penggunaan energi, penggunaan bahan baku, limbah dan emisi yang dihasilkan
sepanjang daur hidupnya, sampai pengkajian secara kulitatif untuk mengenali dan
memprioritaskan dampak yang mungkin terjadi sepanjang daur hidupnya.
LCA dapat digunakan untuk membantu strategi bisnis dalam membuat keputusan, untuk
peningkatan kualitas produk dan proses, untuk menetapkan criteria eco-labelling, dan untuk
mempelajari aspek lingkungan dari suatu produk. Elemen utama dari LCA antara lain (Rofiq,
et al., 2010):
a. Mengidentifikasi dan mengkuantifikasikan semua bahan yang terlibat, misalnya energi
dan bahan baku yang dikonsumsi, emisi dan limbah yang dihasilkan.
b. Mengevaluasi dampak yang potensial dari bahan-bahan tersebut terhadap lingkungan.
c. Mengkaji beberapa pilihan yang ada untuk menurunkan dampak tersebut.
Konsep dasar dari LCA didasarkan pada pemikiran bahwa pada suatu sistem industri tidak
akan lepas kaitannya dari lingkungan tempat dimana industri tersebut berada. Tujuan dari LCA
adalah untuk membandingkan semua kemungkinan kerusakan lingkungan yang dapat
diakibatkan dari suatu produk maupun proses, agar dapat dipilih produk maupun porses mana
yang memiliki dampak minimum.
Penelitian ini dilakukan pada sebuah pabrik tahu yang berlokasi di Desa Tampubolon,
Kab.Tobasa. Pada penelitian ini, pengumpulan data dilakukan pada tanggal 21 April 2014
dimana metode yang digunakan dalam pengumpulan data pada penelitian ini adalah dengan
wawancara serta menggunakan studi literatur. Penelitian ini berfokus pada proses produksi
tahu, dikarenakan dari proses produksi tahu dinilai memiliki dampak yang cukup besar
terhadap lingkungan. Setiap proses produksi tahu yang ada di analisis dengan tujuan untuk
mengetahui limbah apa saja yang dihasilkan pada setiap proses yang ada.
Proses produksi tahu pada produksi tahu putih ini menghasilkan beberapa jenis limbah
yakni limbah cair dan limbah pada serta terdapat emisi limbah gas yang dihasilkan dari proses
pembakaran sekam padi. Limbah cair yang dihasilkan pada proses produksi pembuatan tahu
ini berasal dari air yang digunakan pada proses penggilingan, proses pencucian, dan juga proses
penirisan tahu saat dimasukkan kedalam alat cetak. Dan limbah padat yang dihasilkan oleh
produksi tahu ini berasal dari bagian penggilingan, berupa ampas kedelai. Tidak hanya
menghasilkan limbah padat berupa ampas tapi juga menghasilkan limbah padat berupa sisa
bakaran sekam padi. Untuk mengetahui emisi yang dihasilkan pada proses produksi pembuatan
tahu putih ini dilakukan analisis melalui studi literatur yang didapatkan peneliti untuk
menjalankan penelitian ini.
Melalui studi literatur, analisis terhadap setiap proses produksi maka didapatkanlah hal-hal apa
saja yang berdampak pada lingkungan. Dampak limbah dan emisi yang dihasilkan tersebut
kemudian akan dilanjutkan dengan pembuatan analisis perbaikan dan juga analisis kontribusi
yang berguna untuk memberikan perbaikan terhadap proses produksi agak tidak mencemari
lingkungan lebih banyak. Rekomendasi yang diberikan kepada perusahaan didapatkan melalui
analisis yang dikerjakan peneliti dalam menjalankan penelitian ini. Diharapkan melalui
penelitian ini, rekomendasi yang diberikan dapat diterapkan oleh pihak perusahaan guna
mengahasilkan lingkungan yang terjamin kualitasnya.
8
BAB III
LIFE CYCLE ASSESSMENT
Kacang Kedelai
Perendaman
Limbah padat
Bensin Penggilingan
Emisi Pembakaran
Penyaringan
Pencetakan dan
Pembuangan Cairan
Transportasi ke
Konsumen
Tahu Putih
Gambar 1 memperlihatkan proses produksi tahu putih yang terdiri dari proses pencucian
kacang kedelai, perendaman, penggilingan, penyaringan, pemasakan, pengendapan,
pencetakan dan pembuangan cairan, serta transportasi ke konsumen. Dalam penilaian
9
dampak lingkungan pada proses produksi tahu juga mempertimbangkan beberapa proses
terkait yang mendukung dalam proses produksi tahu seperti pembakaran sekam padi
sebagai bahan bakar dalam proses pemanasan air.
10
Kedelai Kotor
11 kg
Kedelai Bersih
11 kg
CO2
Kedelai Rendaman
14 kg
0,62 kg
Air Penggilingan Mesin Penggiling Bensin
22 kg
Uap Air
Bubur Kedelai H2O
6 kg 36 kg
Q H2O NO
9,1 kg Susu Kedelai/pati
15 kg CO
Sekam padi Pembakaran 94 kg 10,8 kg 0,25 kg
5,4 kg
H2O
0,006 kg 30 kg
0,12 kg Uap air Pemasakan Pembakaran Sekam padi
11 kg Q
SO2 Abu NO 18,2 kg 0,01 kg
Sekam Susu Kedelai
Masak CO Abu SO2
83 kg Sekam
Tahu
Gambar 2. Alur Proses Produksi Tahu Putih Pabrik Tahu Grace di Tampubolon
a. Proses Pencucian
Pada proses ini dilakukan pencucian kacang kedelai menggunakan air dengan
perbandingan 1:2. Pada tahap ini, sisa air cucian masih mengandung sisa bahan
kedelai, akan tetapi loss yang terjadi dianggap tidak signifikan. Kotoran yang
terbawa dalam air berisi komponen zat-zat organik yang menyebabkan air berwarna
hitam dan berbau busuk bila dibiarkan.
Kedelai Kotor
Kedelai Bersih
11
Tabel 1. Input dan Output Proses Pencucian
Input Output
Kedelai kotor (11 Kg) Kedelai bersih (11 kg)
Air bersih (22 Kg) Air cucian + kotoran yang terbawa
dalam air cucian (22 kg)
b. Proses Perendaman
Pada proses ini berlangsung perendaman kacang kedelai bersih yang didiamkan
selama ± 4 jam dimana pada akhirnya kedelai dibersihkan dari pasir, ranting, daun,
kulit dan lain-lain yang masih tertinggal. Pada proses ini akan terjadi penyerapan air
oleh kacang kedelai yang mengakibatkan massa kacang kedelai bertambah. Limbah
dari air buangan masih mengandung zat organik seperti protein, lemak, dan suspensi
padat, serta adanya kemungkinan mengandung fospat dan nitrat yang tercampur
dengan kotoran yang lama kelamaan akan berbau busuk dan menyengatkan bila
dibiarkan atau dibuang ke lingkungan sekitar.
Kedelai Bersih
Kedelai Rendaman
Input Output
Kedelai bersih (11 Kg) Kedelai rendaman (14 kg)
Air bersih (16 Kg) Air buangan (13 kg)
c. Proses Penggilingan
Pada proses ini ini terjadi penggilingan kacang kedelai menjadi bubur kedelai
menggunakan mesin penggiling dimana pada proses ini terjadi penambahan air
secara terus menerus untuk memudahkan proses penggilingan. Tujuan penggilingan
ini adalah untuk memperkecil ukuran partikel, sehingga dapat mengurangi waktu
pemasakan dan mempermudah ekstraksi susu kedelai. Pada proses ini digunakan
mesin penggiling yang berbahan bakar bensin sebanyak 0,62 kg. Pada tahap ini
terdapat kedelai yang tercecer akibat corong mesin penggiling yang kelebihan
kapasitas.
12
Kedelai Rendaman
Air Penggilingan
Bubur Kedelai
Input Output
Kedelai rendaman (14 Kg) Bubur kedelai (36 kg)
Air bersih (22 Kg)
d. Proses Penyaringan
Pada proses ini berlangsung penyaringan bubur kedelai yang ditambahkan dengan
air hangat dengan suhu 500C -700C yang bertujuan untuk memperoleh pati dengan
kekentalan/konsentrasi tinggi. Air hangat yang digunakan dalam proses ini berasal
dari hasil pemanasan air menggunakan bahan bakar sekam padi dalam proses
pembakaran. Dari proses pembakaran sekam padi dihasilkan H2O dan emisi
pembakaran berupa SO2, NO, dan CO. Terdapat dua hasil proses ini yaitu susu
kedelai yang akan diproses lebih lanjut dan limbah padat (ampas) yang biasanya
didistribusikan sebagai pakan ternak. Ampas tahu yang dihasilkan mengandung 4,2
kg protein; 2,9 kg lemak; 6,61 kg karbohidrat; 1,4 kg air; 0,3 kg kalsium; 0,5 kg
fosfor; 0,06 kg zat besi; dan 0,003 kg vitamin B.
Bubur Kedelai
Susu Kedelai/pati
Input Output
Bubur kedelai (36 Kg) Susu kedelai/pati (94 kg)
Air hangat (74 Kg) Limbah padat/ampas (16 kg)
e. Proses Pemasakan
Pada proses ini susu kedelai/pati dimasukkan kedalam kuali dan dipanaskan selama
± 30 menit sampai mencapai suhu ± 1000C. Pemasakan ini bertujuan untuk
memperoleh ekstrak protein yang optimum, mencegah kegosongan dan meluapnya
buih akibat penaikan suhu pemasakan. Selama proses pemasakan, susu kedelai
diaduk untuk meratakan panas dan menghindari kegosongan di bagian dasar kuali.
Pada proses pemasakan ini digunakan sekam padi sebagai bahan bakar yang
13
menghasilkan H2O dan emisi pembakaran berupa SO2, NO, dan CO. Pada proses
pembakaran sekam padi dapat menyebabkan terjadinya jelaga pada langit atau
genteng dari asap yang ditimbulkan, sedangkan pada pemasakan susu kedelai
menyebabkan tumpahan air pada saat pengadukan.
Susu Kedelai
Susu Kedelai
Masak
Input Output
Susu kedelai/pati (94 kg) Susu kedelai/pati masak (83 kg)
Uap air (11 kg)
f. Proses Pengendapan
Pada proses ini protein dalam susu kedelai masak diendapkan dengan menambahkan
tepung meteng sebagai koagulan (bahan penggumpal). Dalam proses pengendapan
terbentuk whey yang merupakan cairan basi yang dapat menimbulkan pencemaran
udara (bau) jika dibiarkan atau dibuang ke lingkungan sekitar.
Susu Kedelai
Masak
Pengendapan
Input Output
Susu kedelai/pati masak (83 kg) Gumpalan (curd) dan cairan (whey) (83,2 Kg)
Tepung Meteng (0,2 Kg)
14
Gumpalan dan Cairan
Pencetakan dan
Pembuangan Air Limbah
Cairan
Tahu
Input Output
Gumpalan (curd) dan cairan (whey) Air Limbah/cairan (58,2 Kg)
(83,2 Kg)
Tahu Putih (25 Kg)
material
Listrik Air Panas
listrik tumpahan
Pencucian tumpahan
Uap air
Perendaman
Bubuk Kedelai
Uap air
H2O NO
Susu Kedelai
CO
Sekam padi Pembakaran
H2O
Uap air Pemasakan Pembakaran Sekam padi
SO2 NO
Susu Kedelai
Abu Sekam CO SO2
Padatan Tahu
Pencetakan dan
Pembuangan Air Limbah
Cairan
Tahu
15
a. Proses Pencucian
Pada proses ini berlangsung proses pencucian kecang kedelai menggunakan air
dimana air berasal dari sumur yang dialirkan menggunakan pompa air dengan
memanfaatkan energi listrik.
Daya listrik pompa = 125 watt
Air yang digunakan sebanyak 22 L
Debit air = 2 L/menit
22 𝑙 11
Waktu aliran = = 11 menit = 60 jam
2 𝑙⁄𝑚𝑛𝑡
11
Daya listrik = 125 watt x 60 jam
= 22,92 watt
= 0,023 Kwh
1 Kwh = 3,6 MJ
0,023 Kwh = 0,5256 MJ
Dari hasil diatas dapat diketahui bahwa input atau penggunaan energi listrik yang
digunakan dalam proses pencucian adalah sebesar 0,5256 MJ.
b. Proses Perendaman
Pada proses ini berlangsung proses perendaman kecang kedelai menggunakan air
dimana air berasal dari sumur yang dialirkan menggunakan pompa air dengan
memanfaatkan energi listrik.
Daya listrik pompa = 125 watt
Air yang digunakan sebanyak 16 L
Debit air = 2 L/menit
16 𝑙 8
Waktu aliran = = 8 menit = 60 jam
2 𝑙⁄𝑚𝑛𝑡
8
Daya listrik = 125 watt x 60 jam
= 16,6 watt
= 0,0166 Kwh
1 Kwh = 3,6 MJ
0,0166 Kwh = 0,059 MJ
Dari hasil diatas dapat diketahui bahwa input atau penggunaan energi listrik yang
digunakan dalam proses perendaman adalah sebesar 0,059 MJ.
c. Proses Penggilingan
Pada proses ini berlangsung proses penggilingan kacang kedelai menjadi susu
kedelai/pati dengan menggunakan mesin penggiling dimana mesin penggiling ini
memerlukan bahan bakar bensin. Dalam prosesnya, terdapat tambahan air untuk
mempermudah proses penggilingan dimana air berasal dari sumur yang dialirkan
menggunakan pompa air dengan memanfaatkan energi listrik.
LHV Bensin = 44, 4 MJ/ Kg
Bensin yang digunakan sebanyak 0,62 kg
Q = m. LHV
Q = 0,62 kg x 44, 4 MJ/kg
16
= 27,528 MJ
d. Proses Penyaringan
Pada proses penyaringan, pemanfaatan sekam padi adalah untuk mendidihkan air
dan air tersebut kemudian digunakan atau disiramkan pada saat kacang kedelai yang
sudah halus dari proses penggilingan.
LHV Sekam padi = 14, 4 MJ/ Kg
Sekam padi yang digunakan sebanyak 15 kg.
Q = m. LHV
Q = 15 kg x 14, 4 MJ/kg
= 216 MJ
Dari hasil diatas dapat diketahui bahwa input atau penggunaan energi dari bahan
bakar sekam padi adalah sebesar 216 MJ.
e. Proses Pemasakan
Pada proses pemasakan, sekam padi digunakan untuk menghasilkan api dengan cara
dibakar. Penggunaan energi dari pembakaran sekam padi ini digunakan sebagai ganti
dari penggunaan solar ataupun sejenisnya.
Sekam padi yang digunakan sebanyak 30 kg.
Q = m. LHV
Q = 30 kg x 14, 4 MJ/kg
= 432 MJ
Dari tahapan proses produksi dimana berlangsung aktivitas transfer energi, maka total
energi yang digunakan dalam setiap produksi tahu putih adalah 679,63 MJ.
Limbah padat lainnya yang di hasilkan pada proses produksi tahu adalah abu sekam padi
dimana abu tersebut berasal dari pembakaran sekam padi. Pada setiap pembakaran sekam padi
akan menghasilkan sekitar 15% abu sekam dari total sekam padi. Kandungan abu sekam berupa
SiO2 72,28%; Al2O3 0,37%; Fe2O3 0,32%; CaO 0,65%; dan hilang pijar 21,43%. Functional
Unit (FU) yang digunakan adalah 25 kg yakni total yang diperoleh dari satu batch produksi
tahu putih yang akan dijual sampai ke pasar/konsumen.
a. Ampas Tahu
Berikut berat kandungan ampas tahu yang dihasilkan dari setiap satu batch produksi
tahu putih di Pabrik Tahu Grace:
Tabel 8. Kandungan Ampas Tahu
Substance Kg/FU
H2O 14,38
Protein 0,21
Lemak 0,35
Abu 0,05
Karbohidrat 1,01
18
Serat pangan tidak larut 0,15
Serat pangan larut 0,76
b. Abu Sekam
Berikut berat kandungan abu sekam yang dihasilkan dari setiap satu batch produksi
tahu putih di Pabrik Tahu Grace:
Tabel 9. Kandungan Abu Sekam
Substance Kg/FU
SiO2 4,88
Al2O3 0,02
Fe2O3 0,02
CaO 0,04
Hilang pijar 1,45
Substance Kg/FU
H2O 92,42
Abu 0,13
Karbohidrat 0,27
Protein 0,14
Lemak 0,05
Serat Kasar 0,18
NH3 0,00032
Substance Kg/FU
CO 0.09
19
NOx 0.0135
b. Bahan bakar bensin
Tabel 12. Hasil Pembakaran Berbahan Bakar Bensin
Substance Kg/FU
N2 0,446
CO2 0,112
H2O 0,051
Ar (Argon) 0,007
O2 0,007
NOx 0,001
HC 0,001
CO 0,006
Dari limbah dan emisi yang dihasilkan maka diperoleh hasil inventory atau environmental
interventions untuk mengetahui hal-hal apa saja yang memberikan potensi dampak terhadap
lingkungan. Berikut environmental interventions yang diperoleh dari seluruh proses:
Tabel 13. Environmental Interventions
Substance Kg/FU
N2 0,446
CO2 0,112
Ar 0,007
NOx 0,014
HC 0,001
CO 0,096
NH3 0,00032
Dari hasil environmental interventions maka dapat diketahui midpoint categories yang
memperlihatkan jenis-jenis dampak apa saja yang diakibatkan terhadap lingkungan. Berikut
hasil midpoint categories yang diperoleh dari environmental interventions:
Environmental
Interventions (Inventory) Midpoint Categories
N2
Environmental Load
CO2
Climate Change
Ar
Depletion of Abiotic Resources
NOx
Acidification
CO
NH3 Eutrophication
20
1. Environmental Load
Environmental Burden (N2) = ∑𝑖 𝐹𝑎𝑐𝑡𝑜𝑟 𝑖 𝑥 𝑚𝑖
= 0,395 ELU/kg x 0,446 kg
= 0,176 ELU
Environmental Burden (CO) = ∑𝑖 𝐹𝑎𝑐𝑡𝑜𝑟 𝑖 𝑥 𝑚𝑖
= 0,191 ELU/kg x 0,096 kg
= 0,0183 ELU
Dari total perhitungan diatas, maka diperoleh beban lingkungan yang ditimbulkan akibat
proses produksi 25 kg tahu putih di Pabrik Tahu Grace adalah sebesar 0,1943 ELU.
2. Climate Change
Climate Change (CO2) = ∑𝑖 𝐺𝑊𝑃 𝑎, 𝑖 𝑥 𝑚𝑖
= 1 kg CO2 eq./kg x 0,112 kg
= 0,112 kg CO2 eq
Dari perhitungan diatas, maka diperoleh dampak terhadap perubahan iklim yang
ditimbulkan akibat proses produksi 25 kg tahu putih di Pabrik Tahu Grace adalah sebesar
0,112 kg CO2 eq.
4. Acidification
Acidification (NOx) = ∑𝑖 𝐴𝑃 𝑖 𝑥 𝑚𝑖
= 0,7 kg SO2 eq./kg x 0,014 kg
= 0,0098 kg SO2 eq
Acidification (NH3) = ∑𝑖 𝐴𝑃 𝑖 𝑥 𝑚𝑖
= 1,88 kg SO2 eq./kg x 0,00032 kg
= 0,0006016 kg SO2 eq
Dari perhitungan diatas, maka diperoleh dampak terhadap asidifikasi yang ditimbulkan
akibat proses produksi 25 kg tahu putih di Pabrik Tahu Grace adalah sebesar 0,0104016
kg SO2 eq.
5. Eutrophication
Eutrophication (N2) = ∑𝑖 𝐸𝑃 𝑖 𝑥 𝑚𝑖
= 0,42 kg PO43- eq./kg x 0,446 kg
= 0,187 kg PO43- eq
Eutrophication (NOx) = ∑𝑖 𝐸𝑃 𝑖 𝑥 𝑚𝑖
= 0,13 kg PO43- eq./kg x 0,014 kg
= 0,00182 kg PO43- eq
Eutrophication (NH3) = ∑𝑖 𝐸𝑃 𝑖 𝑥 𝑚𝑖
21
= 0,35 kg PO43- eq./kg x 0,00032 kg
= 0,000112 kg PO43- e
Dari perhitungan diatas, maka diperoleh dampak terhadap eutrofikasi yang ditimbulkan
akibat proses produksi 25 kg tahu putih di Pabrik Tahu Grace adalah sebesar 0,188932 kg
PO43- eq.
3.4 Interpretation
Didalam melakukan interpretasi untuk menentukan isu-isu penting lingkungan, metode
analisis yang dapat dilakukan adalah dengan metode pendekatan analisis kontribusi yang
bertujuan untuk mengidentifikasi data yang memiliki kontribusi terbesar terhadap hasil
indikator dampak.
0.45
0.4
0.35
0.3
0.25
0.2
0.15
0.1
0.05
0
Pencucian Perendaman Penggilingan Penyaringan Pemasakan Pengendapan Pencetakan dan
Pembuangan
Cairan
Eutrophication Acidification
Depletion of Abiotic Resources Climate Change
Environmental Load
Pada proses produksi tahu putih di pabrik grace, bagian proses yang menyebabkan
dampak lingkungan paling besar dan paling variatif adalah proses penggilingan. Hal
itu disebabkan penggunaan bahan bakar bensin yang menghasilkan emisi
pembakaran dalam berbagai bentuk gas polutan. Hasil emisi inilah yang pada
akhirnya berpengaruh pada beberapa dampak lingkungan seperti Eutrophication,
Depletion of Abiotic Resources, Environmental Load, Acidification dan Climate
Change. Berdasarkan hasil perhitungan yang dilampirkan pada bagian sebelumnya,
penggunaan bahan bakar sangat berdampak besar pada lingkungan terutama
22
menyebabkan Eutrophication. Berdasarkan hasil perhitungan dan hasil analisis
tersebut proses penggilingan merupakan satu-satu nya proses yang menimbulkan 5
(lima) dampak sekaligus atau proses dengan penyebab dampak terbanyak (variatif).
2) Dampak paling kecil
Pada proses produksi tahu putih di pabrik grace, bagian proses dengan dampak
lingkungan paling kecil atau bahkan tidak menimbulkan dampak lingkungan sedikit
pun adalah proses pengendapan. Proses pengendapan pada produksi tahu putih tidak
membutuhkan bahan bakar atau apapun zat-zat kimia lainnya untuk mengendapkan
tahu putih tersebut, maka dari itu proses pengendapan tidak menimbulkan dampak
apapun pada lingkungan sekitarnya.
b. Penggunaan Energi
500
Energi (MJ)
400
300
200
100
0
Pencucian Perendaman Penggilingan Penyaringan Pemasakan Pengendapan Pencetakan
dan
Pembuangan
Cairan
Listrik Bensin Sekam Padi
Gambar 13. Penggunaan Energi Pada Proses Produksi Tahu Putih Grace
Sama hal-nya dengan analisa kontribusi, penggunaan energi juga memiliki proses
dengan penggunaan energi terbesar dan juga penggunaan energi terkecil. Sumber energi
yang digunakan selama proses produksi tahu ada 3 (tiga) jenis yaitu listrik, bensin dan
sekam padi. Berikut adalah bagian proses produksi tahu putih dengan penggunaan sumber
energi paling besar dan paling kecil:
1) Pengguna sumber energi paling besar
Pada proses produksi tahu putih di pabrik tahu grace, bagian proses dengan
penggunaan sumber energi paling besar adalah proses pemasakan. Pada proses
pemasakan, produksi tahu putih menggunakan sekitar 432 MJ yang dihasilkan hanya
dari sekam padi ditambahkan dengan energi yang bersumber dari listrik yaitu sekitar
2.99 MJ pada setiap proses produksi tahu putih di pabrik grace. Energi tersebut
dibutuhkan karena pada proses pemasakan dibutuhkan air yang bersuhu 1000 C,
untuk mendapatkan air dengan suhu tersebut pabrik grace menggunakan sekam padi
sebagai penghasil panas pada proses pemasakan. Penggunaan energi sebesar 432 MJ
jug dibutuhkan karena air yang dipanaskan berjumlah cukup banyak sehingga energi
disesuaikan dengan volume air yang dibutuhkan.
23
2) Pengguna sumber energi paling sedikit
Pada proses pengolahan tahu putih di pabrik tahu grace, bagian proses dengan
penggunaan sumber paling sedikit ada 2 (dua) proses yaitu proses pengendapan serta
proses pencetakan dan pembuangan cairan. Pada proses ini, proses produksi tidak
membutuhkan energi (listrik, bensin dan sekam padi). Hal itu disebabkan karena
pada kedua proses ini hanya dibutuhkan waktu untuk memindahkan dari satu proses
ke proses lainnya. Pada proses pengendapan yang dibutuhkan adalah tempat untuk
meletakkan tahu yang benar-benar steril tanpa ada zat lain yang menghasilkan energi
ataupun yang lainnya, begitu juga dengan proses pencetakan dan pembungan cairan.
3.4.2 Analisis Perbaikan
Berdasarkan hasil analisis kontribusi terhadap dampak lingkungan dan penggunaan energi
diketahui bahwa proses penggilingan yang menggunakan bensin sebagai bahan bakar yang
menjadi prioritas untuk diperbaiki karena mengakibatkan dampak lingkungan terbesar dan
bervariasi. Namun, jika diperhatikan pada setiap proses produksi kecuali proses pengendapan
menghasilkan limbah cair yang menyebabkan acidification, autrophication, dan environmental
load. Jika jika dibiarkan dalam jangka waktu lama limbah cair akan mengendap dan merusak
ekosistem sekitar. Oleh karena itu pada proses produksi tetap harus diberi perbaikan dalam
terhadap dampak limbah cair yang dihasilkan. Berikut ini beberapa alternatif perbaikan yang
dapat dilalukan pada proses produksi tahu putih pada pabrik Grace:
Tabel 14. Alternatif Perbaikan Proses Produksi Tahu Putih
24
No Kriteria Perbaikan Strategi Kelemahan
4. Mereduksi gas CO2 Penghijauan dengan - Waktu yang dibutuhkan agar pohon
di sekitar menanam tanaman yang tumbuh besar cukup lama
lingkungan pabrik. dapat mengurangi dan - Pertumbuhan pohon tergantung pada
mencegah polusi udara. kondisi tanah di sekitar lokasi pabrik
b. Modifikasi tungku
Pada saat ini pabrik tahu ini masih menggunakan bensin untuk menggerakkan mesin
penghasil uap. Diharapkan penggunaan bahan bakar gas methan bisa diterapkan di
industri ini. Hal ini perlunya modifikasi tungku pada mesin penghasil uap. Penggantian
bahan bakar dari bensin gas methan diharapkan dapat mengurangi biaya bahan bakar
secara signifikan.
c. Pembuatan IPAL
IPAL mendukung untuk mengurangi dampak limbah yang dihasilkan dari limbah cair
dan padat. Gas-gas dalam limbah tahu seperti N2, H2S, NH3, CO2 dan CH4 yang berasal
dari dekomposisi bahan-bahan organik pada air buangan dapat direduksi dengan
memanfaatkan bakteri dengan proses pengolahan lengkap (anaerob-aerob) sehingga
kualitas efluen limbah memenuhi baku mutu dan lebih aman bagi ekosistem ataupun
lingkungan sekitar.
25
BAB IV
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
26
DAFTAR PUSTAKA
Anon., 2015. Model Emisi Gas Buangan Kendaraan Bermotor Akibat Aktivitas Transportasi
(Studi Kasus: Terminal Pasar Bawah Ramayana Koita Bandar Lampung). Devianti
Muziansyah; Rahayu Sulistyorini; Syukur Sebayang, pp. 59-70.
Bakri, B., 2018. Komponen Kimia dan Fisik Abu Sekam Padi Sebagai SCM Untuk Pembuatan
Komponen Komposit Semen. Perennial, pp. 9-14.
Erawati, E. & Musthofa, M., 2013. Rekayasa Teknologi untuk Perbaikan Proses Produksi Tahu
yang Ramah Lingkungan, Surakarta: s.n.
Halog, A. & Manik, Y., 2016. Life Cycle Sustainability Assessments. Encyclopedia of
Inorganic and Bioinorganic Chemistry, pp. 25-40.
Handayani, N. I. & Sari, I. R. J., 2015. TEKNOLOGI PENGOLAHAN LIMBAH CAIR
INDUSTRI TAHU. Semarang, Seminar Nasional Pangan Lokal.
Handayani, N. I. & Sari, I. R. J., 2015. Teknologi Pengolahan Limbah Cair Industri Tahu
sebagai Sumber Energi dan Mengurangi Pencemaran Air. Semarang, s.n.
R.D.Ratnani, 2012. Kemampuan Kombinasi Enceng Gondok dan Lumpur Aktif untuk
Menurunkan Pencemaran Pada Limbah Cair Industri Tahu. Momentum, Volume 8, pp. 1-5.
Riniarsi, D., 2016. Outlook: Komoditas Pertanian Sub Sektor Tanaman Pangan. Jakarta:
Kementrian Pertanian.
Sahirman, S. & Ardiansyah, 2014. Perkiraan Carbon Footprint Industri Tahu Banyumas-
Langkah Awal Menuju Industri Hijau. Prosiding Seminar Nasional Sains dan Pendidikan
Sains IX, Fakultas Sains dan Matematika, UKSW, 5(1), pp. 344-348.
Wahyudi, J., 2017. Penerapan Life Cycle Assessment untuk Menakar Emisi Gas Rumah Kaca
yang Dihasilkan dari Aktivitas Produksi Tahu. URECOL, pp. 475-480.
Qistina, I., Sukandar, D. & Trilaksono, 2016. Kajian Kualitas Briket Biomassa dari Sekam Padi
dan Tempurung Kelapa. Jurnal Kimia VALENSI, 2(2), pp. 136-142.
27