Annisa Larasati
11180920000026
Halaman
DARTAR ISI..................................................................................................... i
DARTAR GAMBAR........................................................................................ iv
DARTAR LAMPIRAN.................................................................................... v
BAB I. PENDAHULUAN............................................................................ 1
i
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN..................................................... 31
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 43
LAMPIRAN...................................................................................................... 46
ii
DAFTAR TABEL
Halaman
2. Data Target Produksi dan Hasil Produksi Pastry dan Bakery Bulan
Desember 2021 hingga Maret 2022............................................................. 3
iii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
iv
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
v
BAB I
PENDAHULUAN
Produk pastry dan bakery merupakan produk makanan yang diminati oleh
hampir semua golongan usia, mulai dari alasan yang paling sederhana yaitu
dessert, snack, dan cake. Sedangkan bakery merupakan bagian yang bertanggung
jawab dalam pembuatan berbagai jenis roti (bread). Produk pastry dan bakery
zat gizi lain seperti protein, lemak, dan mineral. Rata-rata konsumsi makanan dan
1.
1
Berdasarkan data Tabel 1, dapat dilihat bahwa rata-rata konsumsi makanan
dan minuman jadi untuk jenis/kategori makanan roti manis/lainnya dan kue
saja mengalami penurunan pada tahun 2020 karena dampak dari adanya pandemi
tahun 2017-2019 tersebut dapat menjadi peluang bagi pelaku usaha pastry dan
PT. Inti Prima Rasa adalah salah satu perusahaan manufaktur yang
memproduksi berbagai olahan pastry dan bakery yang hasilnya dikirim dalam
bentuk fresh maupun frozen. Produk yang dikirim kepada customer di dalam kota
adalah dalam bentuk fresh, sedangkan produk yang dikirim kepada customer di
luar kota adalah dalam bentuk frozen yang bertujuan untuk tetap mempertahankan
kualitas mutu produk. PT. Inti Prima Rasa berdiri pada tahun 1996 dan memiliki
pastry dan bakery pertama di Indonesia yang disertifikasi oleh FSSC (Food Safety
keamanan pangan, serta telah mendapatkan sertifikat halal dari MUI (Majelis
Ulama Indonesia). PT. Inti Prima Rasa memiliki customer sebanyak lebih dari
180 Horeca (Hotel, Restoran, dan Cafe) seperti Starbucks, KFC, Subway, Maxx
Coffee, Kopitagram, Pizza Marzano, Richeese, dan IKEA yang tersebar di kota-
2
Cirebon, Tasikmalaya, Semarang, Solo, Yogyakarta, Surabaya, Malang, Bali,
Lombok, dan Bajo. Selain itu, PT. Inti Prima Rasa juga memiliki bisnis ritel
Dalam memproduksi pastry dan bakery, PT. Inti Prima Rasa melakukan
target produksi. Data mengenai target produksi dengan hasil produksi pastry dan
bakery bulan Desember 2021 hingga Maret 2022 yang dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Data Target Produksi dan Hasil Produksi Pastry dan Bakery Bulan
Desember 2021 hingga Maret 2022
ketidaktercapaian target produksi pastry dan bakery bulan Desember 2021 hingga
Maret 2022 adalah sebesar 12%. Angka tersebut cukup jauh dari batas toleransi
tidak tercapainya target produksi pastry dan bakery yang telah ditetapkan oleh
bakery ini menimbulkan dampak bagi perusahaan seperti adanya komplain dari
3
diidentifikasi dan dievaluasi. Berdasarkan permasalahan tersebut, maka sangat
ketidaktercapaian target produksi pastry dan bakery di PT. Inti Prima Rasa?
berikut:
4
3. Menentukan penyebab yang memerlukan tindakan perbaikan dari
ketidaktercapaian target produksi pastry dan bakery di PT. Inti Prima Rasa.
teori yang telah dipelajari dengan penerapan yang ada, serta sebagai salah satu
3. Bagi pembaca, dapat menjadi bahan informasi dan referensi untuk penelitian
selanjutnya.
1. Penelitian ini dilakukan di PT. Inti Prima Rasa yang merupakan salah satu
5
2. Penelitian ini berfokus pada penyebab yang terjadi pada proses produksi
pastry dan bakery mulai dari tahap penerimaan bahan mentah hingga tahap
3. Penelitian ini menggunakan data hasil produksi pastry dan bakery bulan
diagram), FMEA (Failure Mode and Effect Analysis), tabel peringkat risiko
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Agribisnis
bahasa Inggris “agribusiness”, yang berasal dari kata agriculture (pertanian) dan
antara lain benih, pupuk, alat dan mesin pertanian; subsistem agribisnis usahatani
pelaksanaannya dilakukan secara simultan dan terintegrasi dari hulu sampai hilir.
transportasi dan jasa-jasa yang terkait agribisnis lainnya. Badan usahanya dapat
persekutuan (partnership), dan perseroan (badan hukum) seperti swasta (CV dan
merupakan suatu sistem yang terdiri dari lima subsistem sebagai berikut:
7
1. Subsistem pertama yaitu penyedia sarana produksi. Kegiatan pada subsistem
sumber daya agar penyediaan sarana produksi dan input usahatani memenuhi
kriteria yaitu tepat dalam waktu, jumlah, jenis, mutu, dan produknya.
maupun internasional.
8
agribisnis, koperasi, BUMN, pihak swasta, penelitian dan pengembangan,
2.2.1 Pastry
1. Dessert yang sering disebut sebagai makanan penutup atau pencuci mulut.
e. Pie dan flan seperti banana pie, apple pie, pineapple pie, dan lain-lain
f. Hidangan panas seperti hot apple pie, crepe suzzete, dan lain-lain
makanan kecil yang dihidangkan pada acara tertentu, misalnya saat pesta,
seminar, rapat, dan sebagainya. Snack bisa berupa cookies dan jajanan pasar.
3. Cake yaitu berbagai jenis produk yang bahan dasarnya terdiri dari tepung,
penggunaan bahan kimia (soda), contohnya seperti butter cake, fruit cake, tart,
9
2.2.2 Bakery
bertanggung jawab dalam pembuatan berbagai jenis roti (bread). Bahan dasar roti
terdiri dari tepung terigu, gula, garam, telur, air, dan ragi (yeast) sebagai bahan
pastry yang bertanggung jawab pada pembuatan roti, danish, croissant, dan
produk yang lain, dan disajikan setelah di-oven atau di-baking. Kemudian
menurut Wahyudi (2003:29), roti adalah produk makanan yang terbuat dari
1. Tepung Terigu
c. Tepung terigu protein tinggi (bread flour) mengandung gluten yang tinggi.
2. Tepung Gandum
10
Tepung gandum terbuat dari biji gandum utuh yang digiling dan memiliki
serat
3. Tepung Maizena
Tepung maizena terbuat dari biji jagung yang digiling. Tepung ini biasanya
digunakan sebagai campuran tepung terigu agar tekstur cake lebih ringan dan
4. Air
pelarut bahan seperti garam, gula, susu, dan pengikat yang memungkinkan
d. Susu cair full cream untuk menghasilkan aroma dan rasa yang lebih gurih.
11
b. Margarin terbuat dari lemak nabati seperti kelapa sawit, kedelai, dan biji
c. Minyak sayur yang tidak memiliki aroma seperti minyak kacang, jagung,
biji bunga matahari, dan kedelai. Minyak yang cair di suhu ruang akan
d. Margarin putih tidak mudah lunak bahkan di suhu ruang sekali pun, karena
itu lemak ini sangat tepat untuk membuat kulit pie, tart, dan puff pastry.
7. Cokelat:
a. Cokelat batang. Dark sweet chocolate adalah jenis cokelat yang tidak
mengandung susu. Milk chocolate adalah jenis cokelat yang manis, lunak
b. Cokelat bubuk dengan kualitas yang baik biasanya berwarna lebih gelap
dan tidak pahit walau digunakan dalam jumlah yang banyak pada adonan.
Ekstrak, essence, dan pasta seperti ekstrak vanili, essence durian, pasta pandan
digunakan untuk memberikan aroma harum dan rasa tertentu pada kue.
9. Garam
Garam seperti garam meja halus bertujuan untuk memberi rasa, mengontrol
10. Gula
12
Gula digunakan sebagai pemanis dan membuat adonan mengembang karena
membantu mengikat udara lebih banyak. Gula yang biasa digunakan antara
lain:
a. Gula pasir umumnya terbuat dari tebu yang dikristalkan menjadi serbuk-
b. Gula castor adalah jenis gula pasir namun memiliki butiran yang lebih
halus.
c. Gula bubuk adalah jenis gula pasir yang digiling halus menyerupai tepung.
d. Gula icing seperti gula bubuk tetapi telah ditambahkan bahan pengeras.
e. Brown sugar adalah jenis gula pasir biasa namun dengan tambahan
molases.
f. Palm sugar adalah jenis gula yang terbuat dari cairan sadapan seludang
11. Rempah-Rempah
Rempah-rempah seperti kayu manis, cengkeh, pala, dan kapulaga bubuk akan
peanut, almond, walnut, hazelnut, dan lain-lain akan membuat rasa cake atau
13
a. Baking powder. Ketika bertemu dengan cairan dalam adonan, baking
adonan mengembang.
2.3 Produksi
suatu barang atau memperbesar nilai guna suatu barang. Untuk bisa melakukan
suatu perusahaan baik berbentuk barang (goods) maupun jasa (services) dalam
suatu periode waktu yang selanjutnya dihitung sebagai nilai tambah bagi
perusahaan. Produk yang dihasilkan sebagai output dari proses dapat berupa
produk akhir (finished products) yang sering juga disebut produk jadi, produk
14
setengah jadi (work-in-process), atau bahan baku (raw materials) yang semuanya
5. Output lini produksi yang tidak stabil sehingga berakibat perubahan rencana
produksi.
Kualitas bahan yang rendah akan dapat menimbulkan kesulitan pada saat
proses produksi. Misalnya tingginya kecacatan produk atau produk yang tidak
menimbulkan kerugian yang besar karena tenaga kerja justru tidak bekerja
15
2. Lemahnya Tenaga Kerja
rendah, kualitas produk atau pelayanan yang rendah, juga tingginya tingkat
Kelemahan pada mesin dan peralatan bisa berupa teknologi yang sudah usang,
kesulitan suku cadang, sering terjadi kerusakan, dan sebagainya. Hal ini sama
4. Lingkungan
terdiri dari berbagai faktor (faktor fisika, kimia, dan biologis) (Pramana,
2011:116).
5. Metode
Suatu tata cara kerja yang baik akan memperlancar jalannya pekerjaan, karena
tersedia dan penggunaan waktu, serta uang dan kegiatan usaha (Rivai dan
Ismail, 2013:252).
16
Diagram tulang ikan (fishbone diagram) atau diagram sebab akibat (cause
effect diagram) atau diagram ishikawa (ishikawa diagram) sesuai dengan nama
Prof. Kaoru Ishikawa dari Jepang yang memperkenalkan diagram ini. Diagram
167).
Menurut Pande dkk (2003), faktor penyebab dalam diagram tulang ikan
1. Material
Material adalah input mentah yang akan digunakan dalam proses atau diubah
2. Manusia
3. Metode
Metode adalah prosedur, proses, atau instruksi kerja pada sebuah perusahaan.
4. Mesin
17
Mesin adalah peralatan termasuk komputer dan alat-alat yang digunakan
5. Lingkungan
permasalahan (Wahyuni dkk, 2015:91). Diagram tulang ikan dapat dilihat pada
Gambar 1.
pada sisi kanan (membentuk kepala ikan) dan kategori atau faktor utama,
18
5. Untuk setiap penyebab yang mungkin, tanyakan “mengapa” untuk
6. Interpretasi atas diagram tulang ikan itu adalah dengan melihat penyebab-
Masalah
Mesin Lingkungan
19
Menurut McDermott dkk (2009) dalam Widianti dan Firdaus (2017:42-
43), FMEA pertama kali diperkenalkan oleh United States Department of Defense
pada tahun 1949 dan mulai digunakan di bidang industri pada tahun 1960. FMEA
perbaikan. Selain itu, FMEA dapat membantu proses pengambilan keputusan bagi
4. Menentukan nilai peringkat dari tingkat dampak atau severity (S) dari 1-10.
Skala penilaian tingkat dampak atau severity (S) dapat dilihat pada Tabel 3.
20
5. Menentukan nilai peringkat dari tingkat kemungkinan terjadi kegagalan atau
Kemungkinan
Peringkat Kriteria
Terjadi (O)
Hampir tidak 1 Tidak mungkin terjadi kegagalan, sejarah
pernah tidak menunjukkan kegagalan
Sangat langka 2 Kemungkinan terjadi kegagalan yang sangat
langka
Sangat sedikit 3 Kemungkinan terjadi kegagalan yang sangat
sedikit
Sedikit 4 Kemungkinan terjadi kegagalan yang sedikit
Rendah 5 Kemungkinan terjadi kegagalan yang rendah
Sedang 6 Kemungkinan terjadi kegagalan yang sedang
Cukup tinggi 7 Kemungkinan terjadi kegagalan yang cukup
tinggi
Tinggi 8 Kemungkinan terjadi kegagalan yang tinggi
Sangat tinggi 9 Kemungkinan terjadi kegagalan yang sangat
tinggi
Hampir pasti 10 Kemungkinan terjadi kegagalan yang
hampir pasti, sejarah sering menunjukkan
kegagalan
Sumber: Stamatis (2003:123)
6. Menentukan nilai peringkat dari tingkat kemudahan deteksi atau detection (D)
dari 1-10. Skala penilaian tingkat kemudahan deteksi atau detection (D) dapat
21
Deteksi (D) Peringkat Kriteria
alat/sistem kontrol
Cukup tinggi 4 Kegagalan dapat dideteksi cukup tinggi oleh
alat/sistem kontrol
Sedang 5 Kegagalan dapat dideteksi sedang oleh
alat/sistem kontrol
Rendah 6 Kegagalan dapat dideteksi rendah oleh
alat/sistem control
Sedikit 7 Kegagalan dapat dideteksi sedikit oleh
alat/sistem control
Sangat sedikit 8 Kegagalan dapat dideteksi sangat sedikit
oleh alat/sistem kontrol
Sangat langka 9 Kegagalan dapat dideteksi sangat langka
oleh alat/sistem kontrol
Hampir tidak 10 Kegagalan hampir tidak mungkin dideteksi
mungkin oleh alat/sistem kontrol
Sumber: Stamatis (2003:126)
7. Menghitung nilai risk priority number (RPN) yang diperoleh dari perkalian
severity (S), occurrence (O), dan detection (D). Perhitungan nilai RPN dapat
RPN =S ×O × D
Keterangan:
22
Menurut McCollin (1999) dalam Utami dan Wessiani (2013:4), penilaian
masih membutuhkan evaluasi nilai, sebab nilai RPN yang sama tidak selalu
didapatkan dari jumlah pengali yang sama pula. Salah satu cara mengevaluasi
23
O/ 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
S
1 N N N N N N N N C C
2 N N N N N N 10 8 C C
3 N N N N 10 7 6 5 C C
4 N N N 8 6 5 4 4 C C
5 N N 10 6 5 4 3 3 C C
6 N N 7 5 4 3 3 2 C C
7 N 10 6 4 3 3 2 2 C C
8 N 8 5 4 3 2 2 2 C C
9 N 7 5 3 3 2 2 1 C C
10 N 6 4 3 2 2 1 1 C C
Dengan tabel peringkat risiko tersebut, dapat dilakukan evaluasi dari nilai
detection (D). Ketika penyebab berada pada kolom dengan keterangan C atau
atau berwarna hijau, maka penyebab tersebut tidak harus (opsional) diberikan
angka atau berwarna kuning. Ketika hasil nilai detection (D) sama dengan atau
lebih dari angka pada kolom tabel, maka segera diberikan tindakan perbaikan
(corrective action).
24
2.7 Analisis 5W+1H
fakta dengan menanyakan what (apa), why (mengapa), where (di mana), when
(kapan), who (siapa), dan how (bagaimana) (Jang & Woo, 2015). Contoh petunjuk
milk powder tidak mencapai target kuantitas produksi dan memberikan solusi
25
tindakan perbaikan yang dapat dilakukan oleh perusahaan untuk menghasilkan
produk sesuai dengan target kuantitas produksi. Metode pengumpulan data pada
penelitian ini adalah dengan observasi dan wawancara. Metode analisis pada
penelitian ini menggunakan diagram tulang ikan (fishbone), diagram pareto, Fault
Tree Analysis (FTA), dan Failure Mode and Effect Analysis (FMEA). Hasil dari
tidak efektif, tidak ada uji homogenitas, operator tidak bekerja sesuai IK, belum
ada siklus lifetime penggantian komponen mesin, pemasangan yang tidak efektif
dengan kondisi produksi yang ada, keterampilan praktis teknisi dan operator,
untuk mereduksi downtime pada proses SCM canning. Metode pengumpulan data
pada penelitian ini adalah dengan observasi dan wawancara. Metode analisis pada
penelitian ini menggunakan diagram tulang ikan (fishbone), diagram pareto, Fault
Tree Analysis (FTA), dan Failure Mode and Effect Analysis (FMEA). Hasil dari
kerusakan pada mesin rejector, operator tidak cepat tanggap dan konsisten dalam
“Analisis Penyebab Cacat Produk Menggunakan Metode Failure Mode and Effect
26
Analysis (FMEA) pada PT. Sinar Sanata Electronic Industry”. Penelitian ini
cacat produk di lantai produksi. Metode pengumpulan data pada penelitian ini
adalah dengan observasi dan wawancara. Metode analisis pada penelitian ini
menggunakan diagram tulang ikan (fishbone), Fault Tree Analysis (FTA), dan
Failure Mode and Effect Analysis (FMEA). Hasil dari penelitian ini adalah
rejector, operator tidak cepat tanggap dan konsisten dalam menjalankan tugas,
Metode analisis pada penelitian ini menggunakan bagan kendali (control chart),
teknik 5-whys, diagram tulang ikan (fishbone), Failure Mode and Effect Analysis
(FMEA), dan risk ranking table. Hasil dari penelitian ini adalah produksi ayam
27
perbaikan. Persamaan dan perbedaan dengan penelitian terdahulu dapat dilihat
pada Tabel 7.
28
Tabel 7. Persamaan dan Perbedaan dengan Penelitian Terdahulu
Peneliti
Judul Persamaan Perbedaan
dan Tahun
Brigitta Identifikasi Mengidentifikasi Pada penelitian
(2021) Penyebab Target penyebab dari Brigitta (2021)
Kuantitas Hasil suatu masalah menggunakan
Produksi Chocolate dan menyusun metode analisis
Milk Powder Tidak usulan perbaikan diagram pareto dan
Tercapai dan Saran Menggunakan Fault Tree Analysis
Tindakan metode analisis (FTA), serta objek
Pengendalian di diagram tulang yang diteliti yaitu
PT. XYZ ikan (fishbone) chocolate milk
dan FMEA powder
(Failure Mode
and Effect
Analysis)
Gazali Analisis Penyebab Mengidentifikasi Pada penelitian
(2017) Terjadinya penyebab dari Gazali (2017)
Downtime pada suatu masalah menggunakan
Proses Sweet dan menyusun metode analisis
Condensed Milk usulan perbaikan diagram pareto dan
(SCM) Canning di Menggunakan Fault Tree Analysis
PT. Frisian Flag metode analisis (FTA), serta objek
Indonesia diagram tulang yang diteliti yaitu
ikan (fishbone) SCM canning
dan FMEA
(Failure Mode
and Effect
Analysis)
Ardyansyah Analisis Penyebab Mengidentifikasi Pada penelitian
(2019) Cacat Produk penyebab dari Ardyansyah (2019)
Menggunakan suatu masalah menggunakan
Metode Failure dan menyusun metode analisis
Mode and Effect usulan perbaikan Fault Tree Analysis
Analysis (FMEA) Menggunakan (FTA), serta objek
pada PT. Sinar metode analisis yang diteliti yaitu
Sanata Electronic diagram tulang bola lampu
Industry ikan (fishbone)
29
Peneliti
Judul Persamaan Perbedaan
dan Tahun
dan FMEA
(Failure Mode
and Effect
Analysis)
Putri Pengendalian Mengidentifikasi Pada penelitian Putri
(2017) Produksi penyebab dari (2017)
Pengolahan Ayam suatu masalah menggunakan
Marinasi di PT. dan menyusun metode analisis
Setyananda Duta usulan perbaikan bagan kendali
Makmur Jakarta Menggunakan (control chart),
metode analisis teknik 5-whys, serta
diagram tulang objek yang diteliti
ikan (fishbone), yaitu ayam marinasi
FMEA (Failure
Mode and Effect
Analysis), dan
tabel peringkat
risiko (risk
ranking table)
produksi pastry dan bakery di PT.Inti Prima Rasa. PT. Inti Prima Rasa adalah
wawancara. Faktor penyebab yang dianalisis dalam penelitian ini yakni material
30
Metode FMEA (Failure Mode and Effect Analysis) digunakan untuk
produksi berdasarkan nilai RPN (Risk Priority Number). Semakin tinggi nilai
Nilai RPN mengacu pada tiga aspek yaitu nilai dampak atau severity (S),
nilai kemungkinan terjadi atau occurrence (O), dan nilai deteksi atau detection
tindakan perbaikan (corrective action) apabila berada pada kolom “C” atau nilai
deteksi sama atau lebih besar dari angka yang tertera pada tabel peringkat risiko.
31
PT. Inti Prima Rasa
Memiliki visi dan misi yaitu menambahkan lebih banyak rasa untuk kehidupan, menjangkau
setiap rumah tangga di Indonesia, dan membuat mereka menikmati produk dari PT. Inti Prima
Rasa, yang dicapai dengan melakukan inovasi dan evolusi berkelanjutan
Permasalahan
Kuesioner
Mengidentifikasi
Diagram Tulang Ikan Observasi dan
Penyebab danTingkat
Menganalisis Akar
FMEA (Failure
(Fishbone Mode
Diagram) wawancara
Penyebab
Penyebab
and Effect Analysis) Menentukan Penyebab
Tabel Peringkat Risiko
yang Memerlukan
(Risk Ranking Table)
Tindakan Perbaikan
Menyusun
Observasi dan
Analisis 5W+1H Rekomendasi
wawancara
Perbaikan
Keterangan :
32
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Ciracas Raya No. 11, RT. 2/RW. 11, Kel. Kelapa Dua Wetan, Kec. Ciracas, Kota
Jakarta Timur, DKI Jakarta, 13730. Pemilihan lokasi penelitian didasarkan atas
pertimbangan bahwa (1) PT. Inti Prima Rasa merupakan perusahaan manufaktur
yang bergerak dalam bidang agribisnis pada subsistem ketiga (agroindustri atau
pengolahan hasil) yang memproduksi lebih dari 200 macam olahan pastry dan
bakery, (2) PT. Inti Prima Rasa menjadi perusahaan manufaktur yang
FSSC (Food Safety System Certification) 22000 serta telah mendapatkan sertifikat
halal dari MUI, (3) PT. Inti Prima Rasa memiliki customer sebanyak lebih dari
180 Horeca yang tersebar di kota-kota besar di seluruh Indonesia dan memiliki
bisnis ritel sendiri. Penelitian dilakukan dari bulan Juli s.d. September 2022.
Jenis data yang digunakan yaitu data kualitatif dan kuantitatif. Data
kualitatif adalah data yang tidak menggunakan analisis statistik, tetapi lebih
banyak secara naratif. Data kualitatif diperoleh dari observasi proses produksi dan
wawancara. Data kuantitatif yaitu data berupa angka yang diperoleh selama waktu
Sumber data yang digunakan yaitu data primer dan sekunder. Data primer
33
adalah data yang diperoleh langsung oleh peneliti dari sumber atau objek
penelitian. Data primer diperoleh dari (1) observasi proses produksi yang dimulai
dari tahap penerimaan bahan mentah hingga tahap pengemasan produk; (2)
Head Unit Production, Head Unit General Service, Production Manager, dan
perusahaan yang relevan dengan penelitian dan studi pustaka. Data sekunder
diperoleh dari (1) dokumen mengenai gambaran umum perusahaan; (2) data hasil
produksi pastry dan bakery PT. Inti Prima Rasa dari Desember 2021 hingga Maret
2022; (3) SOP (Standard Operating Procedure) produksi pastry dan bakery; (4)
1. Observasi
34
Observasi proses produksi pastry dan bakery dimulai dari penerimaan bahan
2. Wawancara
diperoleh dari literatur yang relevan dengan penelitian, yaitu material (bahan
3. Kuesioner
(Failure Mode and Effect Analysis) untuk mengukur RPN (Risk Priority
Engineering. Nilai dampak (S), nilai kemungkinan terjadi (O), dan nilai
35
deteksi (D) diisi oleh masing-masing responden. Sedangkan nilai RPN dan
4. Studi Pustaka
Studi pustaka yang berkaitan dengan penelitian ini baik berasal dari buku,
target produksi pastry dan bakery. Diagram tulang ikan (fishbone diagram) pada
2. Informasi yang diperoleh akan divalidasi dengan cara FGD (Forum Group
36
pertanyaan yang terlewati dan informasi yang telah diperoleh sudah
mendalam.
produksi.
6. Membentuk garis ranting pada garis cabang dan menuliskan penyebab dan
Ketidakter
capaian
Target
Produksi
Mesin Lingkungan
37
Kuesioner penilaian FMEA diperoleh dari diagram tulang ikan (fishbone).
1. Membentuk sembilan kolom yang terdiri dari: (1) faktor penyebab, (2)
2. Menuliskan kolom (1) sebagai faktor penyebab yang terdiri dari material,
faktornya.
4. Menuliskan kolom (3) untuk menilai dampak (severity). Severity dinilai oleh
yang ditimbulkan, maka semakin tinggi nilai peringkat yang diberikan. Skala
38
Dampak (S) Peringkat Kriteria
gangguan kecil
Sedang 5 Dampak sedang, customer mengalami
beberapa ketidakpuasan
Signifikan 6 Dampak signifikan, customer mengalami
ketidaknyamanan
Besar 7 Dampak besar, customer tidak puas
Ekstrim 8 Dampak ekstrim, customer sangat tidak puas
Serius 9 Dampak serius, berpotensi menghentikan
produk
Berbahaya 10 Dampak berbahaya, terkait kegagalan
mendadak
penyebabnya.
Semakin sering terjadi kegagalan, maka semakin tinggi nilai peringkat yang
ketidaktercapaian target produksi pastry dan bakery dapat dilihat pada Tabel
9.
Kemungkinan
Peringkat Kriteria
Terjadi (O)
Hampir tidak 1 Tidak mungkin terjadi kegagalan, sejarah
pernah tidak menunjukkan kegagalan
Sangat langka 2 Kemungkinan terjadi kegagalan yang sangat
langka
Sangat sedikit 3 Kemungkinan terjadi kegagalan yang sangat
sedikit
Sedikit 4 Kemungkinan terjadi kegagalan yang sedikit
Rendah 5 Kemungkinan terjadi kegagalan yang rendah
Sedang 6 Kemungkinan terjadi kegagalan yang sedang
39
Kemungkinan
Peringkat Kriteria
Terjadi (O)
Cukup tinggi 7 Kemungkinan terjadi kegagalan yang cukup
tinggi
Tinggi 8 Kemungkinan terjadi kegagalan yang tinggi
Sangat tinggi 9 Kemungkinan terjadi kegagalan yang sangat
tinggi
Hampir pasti 10 Kemungkinan terjadi kegagalan yang
hampir pasti, sejarah sering menunjukkan
kegagalan
dengan penyebabnya.
8. Menuliskan kolom (7) untuk menilai deteksi (detection). Detection dinilai oleh
dideteksi, maka semakin tinggi nilai peringkat yang diberikan. Skala penilaian
Tabel 10. Skala Penilaian Deteksi (D) Ketidaktercapaian Target Produksi Pastry
dan Bakery
40
Deteksi (D) Peringkat Kriteria
Sedikit 7 Kegagalan dapat dideteksi sedikit oleh
alat/sistem control
Sangat sedikit 8 Kegagalan dapat dideteksi sangat sedikit
oleh alat/sistem kontrol
Sangat langka 9 Kegagalan dapat dideteksi sangat langka
oleh alat/sistem kontrol
Hampir tidak 10 Kegagalan hampir tidak mungkin dideteksi
mungkin oleh alat/sistem kontrol
9. Menuliskan kolom (8) untuk menilai jumlah RPN. Nilai RPN diperoleh dari
perkalian antara rata-rata nilai dampak (S), rata-rata nilai kemungkinan terjadi
(O) dan rata-rata nilai deteksi (O). Perhitungan nilai RPN dapat dilihat pada
persamaan berikut:
RPN =x̄ ¿)
Keterangan:
x̄ = rata-rata
10. Menuliskan kolom (9) untuk memberi peringkat jumlah RPN dari terbesar ke
terkecil.
Tabel peringkat risiko (risk ranking table) bertujuan untuk mengetahui apa
Pengevaluasian menggunakan dua aspek penilaian yaitu rata-rata nilai dampak (S)
pada garis X (horizontal) dan rata-rata nilai kemungkinan terjadi (O) pada garis Y
41
(vertikal). Peneliti membulatkan rata-rata nilai dampak (S), kemungkinan terjadi
(O), dan deteksi (D) untuk mempermudah dalam pengevaluasian. Jika angka di
belakang koma lebih besar atau sama dengan angka 5, maka akan dibulatkan ke
atas. Jika angka di belakang koma lebih kecil dari angka 5, maka akan dibulatkan
ke bawah.
1. Melihat nilai dampak (S) pada kuesioner penilaian FMEA, kemudian tarik
kemudian tarik garis Y lurus ke bawah (vertikal) hingga berhenti pada nilai
tersebut.
3. Selanjutnya hubungkan garis X yang merupakan nilai dampak (S) dan Y yang
4. Apabila garis yang terhubung berada pada kolom hijau, maka penyebab tidak
6. Apabila garis yang terhubung berada pada kolom kuning, maka diperlukan
nilai deteksi (D) pada penyebab yang sama. Apabila nilai deteksi (D) lebih
besar atau sama dengan angka yang tertera pada kolom berwarna kuning,
42
7. Penyebab yang memerlukan corrective action maupun non-corrective action
yang berada pada kolom “C” atau nilai deteksi sama atau lebih besar dari angka
yang tertera pada tabel peringkat risiko akan disusun rekomendasi perbaikan
berbagai alternatif yang tepat dalam penyelesaian masalah (Lampiran 4). Analisis
1. Produksi adalah proses pengolahan pastry dan bakery dari tahap penerimaan
43
3. Bakery adalah bagian yang bertanggung jawab dalam pembuatan berbagai
lingkungan.
target produksi.
target produksi.
8. Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) adalah metode untuk menganalisis
9. Tabel peringkat risiko (risk ranking table) adalah tabel untuk menentukan
10. Analisis 5W+1H adalah suatu metode analisis yang berguna untuk menyusun
rekomendasi perbaikan.
44
DAFTAR PUSTAKA
Bartono dan Ruffino. 2005. Food Product Management di Hotel dan Restoran.
Yogyakarta: Andi.
Fahmi, Irham. 2012. Manajemen Risiko: Teori, Kasus, dan Solusi. Bandung:
Alfabeta.
Gazali, G.K. 2017. Analisis Penyebab Terjadinya Downtime pada Proses Sweet
Condensed Milk (SCM) Canning di PT. Frisian Flag Indonesia.
[Skripsi]. Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi
Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Jang, Seiie dan Woontack Woo. 2005. 5W1H: Unified User-Centric Context.
Gwangju, Korea.
Pande, P.S. dkk. 2003. The Six Sigma Way. Yogyakarta: Andi.
Pramana, Tony. 2011. Manajemen Risiko Bisnis. Jakarta: Sinar Ilmu Publishing.
Pratiwi, Puspa. 2012. Penanganan Bahan Baku Pastry dan Bakery dalam Upaya
Mempertahankan Standar Kualitas di Hotel J.W. Mariott Medan. [Kertas
45
Karya]. Program Studi D-III Pariwisata, Fakultas Ilmu Budaya,
Universitas Sumatera Utara.
Purba dkk. 2020. Pengantar Ilmu Pertanian. Medan: Yayasan Kita Menulis.
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian. 2020. Statistik Konsumsi Pangan
2020. Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian.
Rahim, Abd, dan Hastuti. 2005. Sistem Manajemen Agribisnis. Makassar: Badan
Penerbit Universitas Negeri Makassar.
Rivai, V dan Ismail. 2013. Islamic Risk Management of Islamic Bank. Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama.
Salim, Abbas. 2007. Asuransi dan Manajemen Risiko. Jakarta: Raja Grafindo
Persada.
Subagjo, Adjab. 2007. Manajemen Pengolahan Kue dan Roti. Yogyakarta: Graha
Ilmu.
Stamatis, D. H. 2003. Failure Mode and Effect Analysis: FMEA from Theory to
Execution Second Edition. Milwaukee: ASQ Quality Press.
Utami, N.R., dan Wesiani, N.A. 2013. Perancangan Risk Mapping dalam Upaya
Pengembangan Mitigasi Risiko pada Grapari PT. Telkomsel, Tbk. Jurnal
Teknik Pomits, 2 (1): 1–6.
Wahyuni dkk. 2015. Pengendalian Kualitas: Aplikasi pada Industri Jasa dan
Manufaktur dengan Lean, Six Sigma, dan Servqual. Yogyakarta: Graha
Ilmu.
Wastra, Akhmad Riyadi dan Akhmad Mahbubi. 2013. Risiko Agribisnis. Jakarta:
UIN Jakarta Press.
46
Widianti, Tri, dan Himma Firdaus. 2017. Penilaian Risiko Instansi Pemerintah
dengan Fuzzy-Failure Mode and Effect Analysis. Jakarta: LIPI Press.
47
LAMPIRAN
48
Lampiran 1. Pedoman Wawancara untuk Identifikasi Penyebab
A. Data Informan
Hari/Tanggal :
Nama :
Jabatan :
Usia :
Jenis Kelamin :
Email :
B. Daftar Pertanyaan
dan bakery?
g. Apa saja penyebab yang mungkin terjadi pada bahan mentah yang
tersebut?
49
2. Identifikasi Manusia (Tenaga Kerja)
c. Seperti apa penetapan hari dan waktu kerja kepada tenaga kerja?
f. Apa saja penyebab yang mungkin terjadi pada tenaga kerja yang
tersebut?
Prima Rasa?
tersebut?
50
pastry dan bakery? Serta apa fungsi dari masing-masing mesin
(peralatan) tersebut?
produksi?
seberapa sering?
tersebut?
5. Identifikasi Lingkungan
b. Apa saja penyebab yang mungkin terjadi pada lingkungan baik dari
hasil produksi?
tersebut?
51
Lampiran 2. Kuesioner Penilaian FMEA (Failure Mode and Effect Analysis)
A. Data Responden
Hari/Tanggal :
Nama :
Jabatan :
Usia :
Jenis Kelamin :
Email :
10 pada kolom nilai dampak (S), kolom nilai kemungkinan terjadi (O), dan
kolom nilai deteksi (D). Semakin parah dampak (S) yang ditimbulkan,
maka semakin tinggi nilai peringkat yang diberikan. Semakin sering terjadi
52
Dampak (S) Peringkat Kriteria
Tidak ada 1 Tidak ada dampak
Sangat sedikit 2 Dampak sangat sedikit, customer tidak
terganggu
Sedikit 3 Dampak sedikit, customer sedikit kesal
Kecil 4 Dampak kecil, customer mengalami
gangguan kecil
Sedang 5 Dampak sedang, customer mengalami
beberapa ketidakpuasan
Signifikan 6 Dampak signifikan, customer
mengalami ketidaknyamanan
Besar 7 Dampak besar, customer tidak puas
Ekstrim 8 Dampak ekstrim, customer sangat tidak
puas
Serius 9 Dampak serius, berpotensi
menghentikan produk
Berbahaya 10 Dampak berbahaya, terkait kegagalan
mendadak
Contoh menilai dampak (S): Penyebab mesin mengalami kerusakan
Kemungkinan
Peringkat Kriteria
Terjadi (O)
Hampir tidak 1 Tidak mungkin terjadi kegagalan,
pernah sejarah tidak menunjukkan kegagalan
Sangat langka 2 Kemungkinan terjadi kegagalan yang
sangat langka
Sangat sedikit 3 Kemungkinan terjadi kegagalan yang
sangat sedikit
Sedikit 4 Kemungkinan terjadi kegagalan yang
sedikit
Rendah 5 Kemungkinan terjadi kegagalan yang
rendah
Sedang 6 Kemungkinan terjadi kegagalan yang
sedang
Cukup tinggi 7 Kemungkinan terjadi kegagalan yang
cukup tinggi
Tinggi 8 Kemungkinan terjadi kegagalan yang
tinggi
Sangat tinggi 9 Kemungkinan terjadi kegagalan yang
53
Kemungkinan
Peringkat Kriteria
Terjadi (O)
sangat tinggi
Hampir pasti 10 Kemungkinan terjadi kegagalan yang
hampir pasti, sejarah sering
menunjukkan kegagalan
Contoh menilai kemungkinan terjadi (O): kemungkinan terjadinya
Kemungkinan
Peringkat Kriteria
Terjadi (O)
Hampir tidak 1 Tidak mungkin terjadi kegagalan,
pernah sejarah tidak menunjukkan kegagalan
Sangat langka 2 Kemungkinan terjadi kegagalan yang
sangat langka
Sangat sedikit 3 Kemungkinan terjadi kegagalan yang
sangat sedikit
Sedikit 4 Kemungkinan terjadi kegagalan yang
sedikit
Rendah 5 Kemungkinan terjadi kegagalan yang
rendah
Sedang 6 Kemungkinan terjadi kegagalan yang
sedang
Cukup tinggi 7 Kemungkinan terjadi kegagalan yang
cukup tinggi
Tinggi 8 Kemungkinan terjadi kegagalan yang
tinggi
Sangat tinggi 9 Kemungkinan terjadi kegagalan yang
sangat tinggi
Hampir pasti 10 Kemungkinan terjadi kegagalan yang
hampir pasti, sejarah sering
menunjukkan kegagalan
Contoh menilai deteksi (D): Tingkat efektifnya menangani penyebab
54
Isian Kuesioner Penilaian FMEA terhadap Ketidaktercapaian Target Produksi Pastry dan Bakery
Material
Manusia
Metode
Mesin
Lingkunga
55
Lampiran 3. Penyebab yang Memerlukan Tindakan Perbaikan
Rata-Rata Corrective
56
Lampiran 4. Rekomendasi Perbaikan Analisis 5W+1H
Penyebab
yang
Tindakan
Perbaikan
57