Oleh :
PEMBIMBING:
dr. Arimaswati, M. Sc.
ii
HALAMAN PENGESAHAN
ii
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga
kami dapat menyelesaikan laporan kasus ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan laporan
kasus ini dengan baik. Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas
limpahan nikmat sehat-Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran,
sehinggapenulismampuuntukmenyelesaikanpembuatanlaporankasusinisebagai
tugas dalam rangka menyelesaikan stase ilmu kesehatan masyarakat dan ilmu
kedokteran komunitas dengan judul “Tuli Sensorineural Akibat Kebisingan
Pada Pekerja PLN di Wua-Wua Kota Kendari”
Penulis tentu menyadari bahwa laporan kasus ini masih jauh dari kata
sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya.
Untuk itu, penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk laporan
kasusini,supayanantinyadapatmenjadilebihbaiklagi.Kemudianapabilaterdapat
banyak kesalahan pada laporan ini penulis mohon maaf yangsebesar-besarnya.
Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak khususnya
kepada dosen pembimbing kami yang telah membimbing dalam penulisan laporan
kasus ini.Demikian, semoga laporan kasus ini dapat bermanfaat. Terimakasih.
Tim Penulis
iii
DAFTAR ISI
HALAMANJUDUL..........................................................................................i
HALAMANPENGESAHAN...........................................................................ii
KATA PENGANTAR.....................................................................................iii
DAFTAR ISI....................................................................................................iv
DAFTAR TABEL............................................................................................v
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................1
A. Latar Belakang.....................................................................................1
B. Rumusan Masalah................................................................................3
C. Tujuan..................................................................................................3
D. Manfaat................................................................................................3
BAB IITINJAUAN PUSTAKA.......................................................................4
A. Gangguan pendengaran akibat bising ................................................4
B. Penyakit Akibat Kerja.........................................................................17
BAB III LAPORAN KASUS..........................................................................20
A. IdentitasPasien....................................................................................20
B. Anamnesis Pasien...............................................................................20
C. Anamnesis Okupasi............................................................................21
D. Pemeriksaan Fisik...............................................................................22
E. Pemeriksaan Penunjang......................................................................24
F. Resume................................................................................................24
G. Diagnosis Okupasi..............................................................................25
H. Penatalaksanaan..................................................................................27
I. Prognosis.............................................................................................27
BABIVPEMBAHASAN..................................................................................28
BAB VPENUTUP............................................................................................33
A. Simpulan.............................................................................................33
B. Saran...................................................................................................33
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................34
iv
DAFTAR TABEL
v
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit akibat kerja merupakan suatu penyakit yang diderita pekerja dalam
hubungan dengan kerja, baik faktor risiko karena kondisi tempat kerja, peralatan kerja,
material yang dipakai, proses produksi, cara kerja, limbah perusahaan dan hasil
produksi. Salah satu penyakit akibat kerja yang menjadi masalah kesehatan adalah tuli
akibat kebisingan.
dan atau dapat membahayakan kesehatan. Pengaruh bising pada kesehatan berupa
Pendengaran akibat terpapar oleh suara yang bising atau Noise Induced Hearing Loss
(NHL) merupakan salah satu penyakit akibat kerja paling banyak dijumpai di
perusahaan. Noise Induced Hearing Loss dalam bahasa Indonesia disebut Tuli Akibat
Bising (TAB). TAB adalah kelainan atau gangguan pendengaran berupa penurunan
fungsi indera pendengaran akibat terpapar oleh bising dengan intensitas yang berlebih
terus menerus dalam waktu lama (Rotinsulu, 2008 dalam Lianasari, 2010).
Pada tahun 2001 WHO mneyatakan bahwa secara global penderita gangguan
pendengaran di seluruh dunia mencapai 222 juta jiwa usia dewasa, di Amerika lebih
dari 35 juta jiwa pada usia 18 tahun ke atas mengalami gangguan pendengaran dan
menyatakan dari 50 pekerja yang terpajan kebisingan, terdapat 80% pekerja mengalami
2
kehilangan pendengaran pada frekuensi kurang dari 4000Hz (speech frequency) dan
90% pekerja pada frekuensi 4000 Hz (Tekriwal, 2011 dalam Kusumawati, 2012). Di
dunia industri. Hal ini bisa kita lihat dari besarnya prevalensi kejadian penurunan
bising yang diterima pekerja berkisar 86,1- 108,2 dB dengan prevalensi NIHL sebesar
kualitas hidup, isolasi diri, penurunan kegiatan sosial dan perasaan seperti tidak
beberapa faktor seperti intensitas kebisingan, durasi paparan, area tempat kerja, dan
penggunaaan alat pelindung diri (Arini EY, 2005). Kebisingan yang sangat kuat lebih
besar dari 90 dB dapat menyebabkan gangguan fisik pada organ telinga (Mukono J,
2002). Seseorang yang telah bekerja di lingkungan bising lebih dari lima tahun
memiliki kemungkinan lebih besar terkena penyakit tuli syaraf koklea yang tidak dapat
disembuhkan (Soepardi & Iskandar, 2003). Proses mekanisasi dan pekerjaan di ruang
yang dapat memberikan efek merugikan pada tenaga kerja, terutama indera
3
B. RumusanMasalah
1. Bagaimana mengidentifikasi kebisingan pada pekerja PT.PLN di Wua-Wua
Kota Kendari?
D. Manfaat
Adapun manfaat penulisan laporan ini adalah :
1. Manfaat Bagi Penulis
a. Menambah pengetahuan penulis tentang kedokteran okupasi
b. Mampu melakukan penilaian bahaya potensial dan mampu melakukan
pendekatan diagnosis penyakit akibat kerja(PAK)
2. Bagi TenagaKesehatan
Sebagai bahan masukan kepada tenaga kesehatan agar memberikan
penanganan kepada yang mengalami kebisingan secara holistik, terpadu,
paripurna dan berkesinambungan serta mempertimbangkan diagnosis
penyakit akibat kerja dan tatalaksana medis dan okupasi.
3. Bagi Pasien
a. Memberikan informasi kepada pasien tentang penyakit yang dialami
b. Mengetahui bahaya potensial yang dapat terjadi di lingkungan kerja.
4
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tuli Sensorineural
1. Definisi
2. Epidemiologi
Menurut hasil penelitian oleh WHO pada tahun 2021 bahwa terdapat 430
juta orang di dunia mengalami gangguan pendengaran atau tuli. Dari data
tuli. Telah diperkirakan bahwa pada tahun 2050 populasi penderita tuli akan
akan mencapai 700 juta orang atau 1/10 orang akan mengalami gangguan
prevalensi tuli pada penduduk usia lebih dari 5 tahun yang telah melebihi
5
angka nasional (2,6%), yaitu di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta,
Selatan, Jawa Tengah, Lampung dan Nusa Tenggara Timur. Menurut hasil
3. Faktor Risiko
a) Faktor Individu
1) Usia
maupun sinaps saraf. Organ corti merupakan bagian dari koklea yang paling
rentan terhadap perubahan akibat proses degenerasi yang biasa terjadi pada
sel-sel rambut luar. Hal inilah yang menyebabkan gangguan pendengaran pada
sensorineural.
2) Hipertensi
sirkulatorik dapat terjadi pada pembuluh darah organ telinga dalam disertai
3) Diabetes Melitus
telinga bagian dalam terutama organ korti yang menimbulkan atrofi dan
pada vasa nervosum nervus VIII dan vasa ligamentum spirale yang berakibat
atrofi pada ganglion spiral dan demielinisasi serabut saraf ke VIII. Tuli
progresif bilateral.
4) Hiperkolesterolemia
Hal ini terjadi karena koklea sangat peka terhadap perubahan suplai darah,
penurunan aliran darah pada koklea, akan terjadi kompromi vaskular yang
vaskularisasi terbesar dari semua bagian sistem saraf pusat, sehingga bila
memicu stenosis arteri spiral modiolar sehingga terjadi obstruksi aliran darah,
b) Faktor Pekerjaan
1) Masa Kerja
Masa kerja adalah faktor yang berkaitan dengan lamanya seseorang bekerja di suatu
tempat. Terkait dengan hal tersebut, tuli sensorineural merupakan penyakit kronis
yang membutuhkan waktu lama untuk berkembang dan bermanifestasi. Jadi semakin
lama waktu bekerja atau semakin lama seseorang terpajan faktor risiko ini maka
2) Intensitas Kebisingan
Hal ini terjadi karena perubahan ambang dengar yang diakibatkan oleh
paparan bising terjadi berawal dari beradaptasinya telinga yang terpapar oleh
sementara yang secara perlahan akan kembali seperti semula. Keadaan ini
mula terjadi pada frekuensi 4000 Hz, tetapi bila pemaparan berlangsung lama
secara terus menerus, maka akan terjadi kenaikan ambang pendengaran yang
Hz dan kerusakan organ corti untuk reseptor bunyi yang terberat terjadi pada
rambut. Daerah yang pertama terkena adalah sel-sel rambut luar yang
lama paparan. Stereosilia pada sel-sel rambut luar menjadi kurang kaku
intensitas dan durasi paparan akan dijumpai lebih banyak kerusakan seperti
hilangnya stereosilia.
9
5. Patofisiologi
di dalam telinga tengah. Tulang maleus yang berhubungan langsung dengan bagian
tengah dari membran timpani nantinya juga akan menjadi ikut bergetar. Getaran
tersebut disalurkan ke tulang inkus dan tulang stapes. Getaran pada tulang stapes
vestibuli menjadi ikut bergerak. Getaran diteruskan melalui membran Reissner lalu
defleksi dari stereosilia sel-sel rambut, membuka kanal-kanal ion, dan pelepasan ion
bermuatan listrik dari badan sel. Terjadinya proses depolarisasi pada sel-sel rambut
menimbulkan aksi potensial pada saraf auditorius. Aksi potensial tersebut nantinya
Gangguan tersebut dapat terjadi pada koklea itu sendiri, saraf vestibulokoklearis,
atau jalur persarafan dari telinga ke otak. Akibatnya, otak tidak dapat menangkap
disebabkan oleh berbagai etiologi dan faktor-faktor yang merusak sel rambut pada
10
6. Diagnosis
a) Anamnesis
2) Keluhan Utama
• Apakah keluhan berkurang pada saat istirahat kerja, cuti, hari libur?
infeksi, dll yang terkait), riwayat penyakit yang seperti DM, rheumatoid
8) Riwayat okupasi
Jenis pekerjaan: Pekerja tambang mangan seperti menghaluskan bijih, memilih bijih,
11
menampi dan mengayak bijih.
pajanan bahan kimia dalam bentuk debu, uap, uap logam, gas, larutan,
tukang las, peleburan, pekerja diproduksi baterai sel kering, pabrik baja
ferroalloy, industri manufaktur kaca dan keramik, dan industri korek api
b) Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik pada pasien tuli yakni berupa pemeriksaan umum pada
kedua telinga, disertai tes pendengaran untuk menentukan jenis tuli. Pada
dasarnya pemeriksaan umum pada telinga hanya dapat melihat bagian telinga luar
hingga bagian tengah, sehingga pemeriksaan secara umum sangat berperan dalam
menunjukkan adanya kelainan pada bagian telinga luar maupun tengah, karena
telinga meliputi pemeriksaan bentuk daun telinga dan liang telinga, serta
12
1) Pemeriksaan Bentuk Daun Telinga dan Liang Telinga
Pemeriksaan bentuk daun telinga dan liang telinga dilakukan untuk melihat
adanya mikrotia atau atresia liang telinga, serumen atau benda asing yang
menutupi liang telinga, penyempitan pada liang telinga, sekret pada liang
2) Pemeriksaan Otoskop
sebagai berikut:
Tes pendengaran sangat penting dilakukan pada penderita tuli, karena tes
pada praktik sehari-hari adalah tes garpu tala berupa tes Rinne dan tes Weber.
Selain kedua tes tersebut, terdapat tes lain seperti tes berbisik yang juga dapat
13
Tabel 2. Interpretasi Tes Garpu Tala
c) Pemeriksaan Penunjang
otoakustik. Audiometri sendiri terdiri dari berbagai macam jenis, namun yang
paling sering dilakukan yakni audiometri nada murni, audiometri tutur dan evoked
response audiometry.
Pemeriksaan ini hanya dapat dilakukan pada orang dewasa atau anak-anak
yang minimal berusia 4 tahun atau sudah dapat mengikuti instruksi dan
14
bersikap kooperatif. Pemeriksaan ini akan memberikan hasil yang bernama
(konduksi udara) dan grafik BC (konduksi tulang). Berikut ini adalah hasil
hingga lebih dari 25 dB. Diantara grafik AC dan BC harus terdapat gap
sebesar 10 dB.
dan AC turun lebih dari 25 dB dan diantara kedua grafik tidak ada gap.
turun lebih dari 25 dB, grafik AC turun lebih besar dari grafik BC, dan
dB) yang ditetapkan oleh American National Standards Institute, yakni sebagai
berikut.
Derajat 0 (Normal): 0 – 25 dB
Derajat 1 (Ringan): 26 – 40 dB
15
Derajat 5 (Sangat Berat): lebih dari 90 dB
2) Audiometri Tutur
Pemeriksaan ini menggunakan kata-kata yang sudah disusun dalam suku kata
dan berada dalam daftar yang disebut Phonetically balance word LBT. Pasien
yang disediakan oleh pemeriksa. Berikut ini adalah interpretasi dari hasil
oleh pasien).
Tuli ringan: 75 – 90 %
oleh sel koklea selama menempuh perjalanan yang dimulai dari telinga dalam
16
menandakan adanya suatu kelainan.
4) Timpanometri
fungsi koklea yang bersifat objektif, yakni dengan memasukkan sumbat telinga
beserta pengeras suara yang akan memberikan sebuah stimulus suara. Dalam
merespon stimulus suara, koklea akan menghasilkan suara pula, yang nantinya
7. Penatalaksanaan
a) Terapi Medikamentosa
b) Terapi Pembedahan
Berikut ini adalah beberapa penyakit atau penyebab tuli sensorineural yang
17
membutuhkan terapi pembedahan, seperti fistula perilimfa melalui operasi
reparasi fistula, trauma kepala atau fraktur tulang temporal dan tumor akustik.
Terapi pembedahan lainnya yang juga dapat dilakukan untuk kasus-kasus tuli
sensorineural yang tidak dapat dibantu dengan alat bantu dengar adalah
c) Terapi Suportif
Terapi suportif pada penderita tuli yang dapat dilakukan yakni berupa
rehabilitasi audiologi.
1) Rehabilitasi Audiologi
dengan memilih alat bantu dengar yang sesuai dan tepat, terapi komunikasi
seperti cara membaca gerakan bibir, hingga cara komunikasi lainnya seperti
bahasa isyarat. Hal ini sangat diperlukan terutama bagi anak-anak, karena tuli
dan berbahasa.
tuli yang terjadi serta kondisi-kondisi lainnya yang dapat dilihat pada
penjelasan berikut:
Alat di dalam liang telinga (in the canal/ ITC): Digunakan pada
telinga pasien
pada orang dewasa, jenis alat bantu dengar dengan ukuran paling kecil
B. Penyakit AkibatKerja
1. Definisi
dalam hubungan dengan kerja, baik factor risiko karena kondisi tempat
kerja, peralatan kerja, material yang dipakai, proses produksi, cara kerja
(Andini, 2015).
2. Pencegahan
a) PencegahanPrimer
n
penyuluhan tentang perilaku kesehatan, faktor bahaya ditempat kerja da 23
19
perilaku kerja yang baik. Kegiatan yang lain adalah olahraga dan makan
b) Pencegahan Sekunder
membuat ventilasi ruang kerja yang sesuai. Setelah itu ada pengendalian
merupakan salah satu cara untuk mengurangi jumlah pajanan yang masuk
ke dalam tubuh pekerja. Alat pelindung diri yang dipilih harus sesuai
dengan cara masuk pajanan ke dalam tubuh, dan alat pelindung diri harus
nyaman dipakai. Ingat, alat pelindung diri harus digunakan oleh diri
3. Diagnosis
20
a) Penegakan diagnosis klinis
d) Penentuan kecukupanpajanan
4. Tata Laksana
tatalaksana penyakit akibat kerja secara garis besar dibagi menjadi dua yaitu
berupa rawat jalan dan/atau rawat inap yang dapat dilakukan di fasilitas
21
non medikamentosa seperti edukasi, exercise, fisioterapi, konseling,
kecacatan.
22
20
BAB III
LAPORANKASUS
A. IdentitasPasien
Nama : TN.Z
Usia : 54 Tahun
Status :Menikah
Pendidikan : SMA
Agama :Islam
Suku :bugis
B. AnamnesisPasien
1. Keluhan Utama:
2. Anamnesis Terpimpin:
menurun yang dialami sejak 1 bln yang lalu. Selain itu pasien merasa nyeri
pada kedua telinganya, ada cairan yang keluar berwarna kuning tidak berbau
ini dialami sejak pasien pulang dari kegiatan berenang 1 bulan yang lalu.
Dalam sehari pasien bekerja selama 8 jam diselingi makan dan istrahat pada
saat bekerja sebegai pengganti panel di PLN, saat bekerja sebegai operator
mesin di PLN pasien jarang menggunakan alat pelindung diri seperti ear
plug. Tidak didapati adanya penyakit atau keluhan yang sama pada orang
tuanya tetapi keluhan yang sama didapati pada anak ke 5 dan ke 6 nya.
Riwayat hipertensi pada pasien sejak 5 tahun yang tidak terkontrol dan
boxing.
3. Riwayat Penyakit Dahulu:
Hipertensi(+)
tidak ada
6. Riwayat Kebiasaan:
mengorek telinga(+)
7. Riwayat Pengobatan:
Tidak ada
C. Anamnesis Okupasi
1. Jenis Pekerjaan
2. Uraian Tugas
b) Jadwal kerja
dimulai pukul 07.00 - 15.00. waktu istirahat pasien sekitar pukul 12.00 -
13.00 wita.
22
3. Bahaya Potensial
23
Bahaya Resiko
potensi
al
mesin,
mengangkat
panel listrik,
memperbaiki
listrik yang
rusak dijalan-
jalan
24
Hubungan Pekerjaan dengan Penyakit yang Dialami
Pasien saat ini bekerja sebagai analisis integritas yang bekerja didepan
bising saat bekerja, lama waktu kerja yang tidak ergonomis yang dilakukan
D. PemeriksaanFisik
1. KeadaanUmum
2. Tanda Vital
d) Suhu :36,5oC
e) Berat badan : 64 kg
f) Tinggibadan : 160 cm
25
3. StatusGeneralisata
e) Hidung : Rinore(-)
g) Tonsil :T1/T1
i) Thorax :
j) Cor
3) Perkusi :Pekak
26
k) Abdomen
1) Inspeksi : Tampaknormal
4) Perkusi :Timpani
27
4. Status Neurologis
a) Kekuatan otot
b) Tes Laseque
c) Kernig Sign
E. Pemeriksaan Penunjang
F. Resume
pada daerah Tn.Z datang dengan keluhan pendengaran telinga kanan dan
kiri menurun yang dialami sejak 1 bln yang lalu. Selain itu pasien merasa
nyeri pada kedua telinganya, ada cairan yang keluar berwarna kuning tidak
berbau ini dialami sejak pasien pulang dari kegiatan berenang 1 bulan yang
lalu. Dalam sehari pasien bekerja selama 8 jam diselingi makan dan istrahat
28
Dari pemeriksaan fisik didapatkan tanda-tanda vital, tekanan darah 140/80
berwarna kuning dan tidak berbau, tulang intak (-) ADS, Status neurologis
29
G. Diagnosis Okupasi
Langkah Diagnosis
Dasar diagnosis Nyeri pada daerah punggung bawah dan rasa kesemutan
2. Pajanan di tempatkerja
Kimia : -
Biologi : -
3. Hubungan SektorPertanianjugadikategorikansebagaipekerjaanyang
pajanan dengansangatberbahayapadaduniakerja.Parapenilititelah
diagnosa klinis
30
membuktikan bahwa pekerjaan pada sektor pertanian yang
terus-menerustanpadiselingiwaktuistirahatyangtepat,dimana
keluhannyeripunggungbawah.Sedangkanumur,IndeksMassa
mengangkatbeban.
31
c. Berdasarkan penelitian Rinaldi (2015), kejadian Low
disebabkanolehposisimengangkatbebandanlamajumlah
permenit.
berlutut,jongkok,memegangdalamposisistatisdanmenjepit
32
d.B Berat bahwa seseorang yang overweight lebih berisiko 5 kali
(2010) berisikoakibatefekdariobesitasadalahverterbraelumbal.
menyatakan
bahaya potensial
tempatkerja?
7. Diagnosis Dari uraian di atas, maka Low Back Pain yang dialami oleh
Okupasi.Apa Ny. S adalah bukan penyakit akibat kerja, dimana selain faktor
diagnosis klinisini
33
termasuk yang berkaitan dengan pekerjaannya, Ny. S memiliki faktor
kerja?
H. Penatalaksanaan
Pasien diminta untuk mengangkat beban dengan cara dan posisi yang
2. Terapi MedikaMentosa
Asam Mefenamat 500 mg/ 8 jam/oral, dalam penggunaan obat ini perlu
3. TerapiOkupasi
b) Penggunaan bajupengaman
I. Prognosis
34
1. Advitam : Ad Bonam
2. Ad functionam : AdBonam
3. Ad sanationam : AdBonam
35
28
BAB III
PEMBAHASAN
Teori Kasus
Low back pain atau nyeri punggung pertanian tahun 2010 melaporkan
namunmerupakanistilahuntuknyeriyang SementaraitupenelitiandiIndonesiayan
dirasakan di area anatomi yang terkena g dilakukan oleh Kiranjit (2015), dari
(Andini,2015) Dasartahun2013adalahpetani,kemudia
yang sama (Trihono, 2013). Selanjutnya nyeri pada daerah pinggang dan
menemukan bahwa dari 43.000 pekerja dialami pasien sejak 2 tahun terakhir,
pekerjamengalami saatistirahat.Saatserangannyeridatang,
usia35tahunmulaiterjadinyeripunggun
Sejalan dengan meningkatnya usia akan
g bawah dan akan semakin meningkat
terjadidegenerasipadatulangdankeadaan
pada umur 55 tahun. (Andini,2015).
inimulaiterjadidisaatseseorangberusia
29
memiliki masa kerja sudah lebih dari 10
tahun.
Faktor Individu yang terdapat pada Ny. S Faktor Perilaku yang terdapat pada Ny.
yaitu berjenis kelamin perempuan, berusia LBP yaitu posisi kerja dan pada saat
60 tahun, memiliki IMT 33,3 kg/m2dan mengangkut barang yang tidak benar.36
30
Hasil penelitian Purnamasari (2010)
transfertenagadariototkejaringanrangka
31
jongkok, memegang dalam posisi statis
cedera. (Andini,2015)
otottendon.Keteganganotottendondapat
dipulihkanapabilaadajedawaktuistirahat
melakukanpekerjaan.Keluhanototterjadi
32
beban terus menerus tanpa memperoleh
2015)
otottendon.Keteganganotottendondapat
dipulihkanapabilaadajedawaktuistirahat
melakukanpekerjaan.Keluhanototterjadi
2015)
Anamnesis
Lokasi, penjalaran, sifat dan intensitas
33
nyeri. Ny. S datang dengan keluhan
Faktor yang memberatkan atau pasien merasa pinggang terasa kaku dan
baal.
34
Aktivitas harian, pekerjaan, jenis dan RiwayatPenyakitDahulu:mengalami
Riwayatkeluarga.
mengatasi spasmeotot
a. Relaksasi nafasdalam
c. Opioid, tidak terbukti lebih efektif
b. Teknik distraksi (alih fokusperhatian)
dari analgesik biasa. Pemakaian
c. Masase atau pijat pada beberapa area jangka panjang menyebabkan
otot untuk meningkatkan sirkulasi ketergantungan.
jaringan d. Kortikosteroidoral
Terapiobat
e. Analgetikajuvan.
a. Analgetik danNSAID
35
Terapi Non-Medikamentosa bekerja.
benar serta sering beristirahat saat Asam Mefenamat 500 mg/ 8 jam/oral
36
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
pekerjaanataulingkungankerja.Padakasusini(Ny.S)didiagnosissebagaiLow
Back Pain (LBP) yang bukan termasuk penyakit akibat kerja. Hal ini
dikarenakan,selainfaktorpekerjaanbanyakfaktorindividuyangmempengaruhi
penyakitpasien.
B. Saran
37
DAFTAR PUSTAKA
Andini, F. 2015. Risk Factors Of Low Back Pain In Workers. Jurnal Majority
4(1): 12-19.
Fajrin, Inayati. 2009. Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kondisi Low Back Pain
KarenaSpondylosisLumbalDenganInfraRed,TranscutaneusElectricalNerve
Surakarta.
Helmi,ZairinN.2013.BukuAjarGangguanMuskuloskeletal.Salemba Medika.
Jakarta.
Lateef, H., Patel, D. 2009. What Is The Role Of Imaging In Acute Low Back
Purnawinadi, I.G. 2019. Evaluasi Sikap Kerja Sebagai Risiko Nyeri Punggung
Sulawesi Utara.
Suryadi, I., Rachmawati, S. 2020. Hubungan Postur Kerja Dengan Keluhan Low
38
Back Pain Pada Pekerja Bagian Pengepakan Pt ‘X’ Industri Hasil Tembakau.
Kristiawan, B. 2009. Faktor Risiko Kejadian Low Back Pain Pada Operator
7(2):1-9.
Rinaldi, E., Utumo, W., Nauli, F.A. 2015. Hubungan Posisi Kerja Pada Pekerja
Industri Batu Bata Dengan Kejadian Low Back Pain. Jom 2(2):1085-1093.
Rohmawan,E.A.Hariyono,W.2017.MasaKerja,SikapKerjaDanKeluhanLow
BackPain(Lbp)PadaPekerjaBagianProduksiPtSuryaBesindoSaktiSerang.
39
Sidemen, S. 2016. Manajemen Nyeri Pada Low Back Pain. Tesis. Bagian/Smf
Ilmu Anastesi Dan Reanimasi Fk Undu/Rsup Sanglah.
Yuliana. 2011. Low Back Pain. Jurnal Cermin Dunia Kedokteran 38(4):270- 273.
40
Lampiran. Dokumentasi
41