Anda di halaman 1dari 45

BAGIAN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI LAPORAN KASUS

FAKULTAS KEDOKTERAN JANUARI 2022


UNIVERSITAS HALU OLEO

MOLA HIDATIDOSA

Oleh :

Syawal Nurdianzah, S.Ked

K1B1 21056

Pembimbing :

dr. Steven Ridwan, M.Kes., Sp.OG

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


BAGIAN ILMU OBSTETRI DAN GINEKOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2023
HALAMAN PENGESAHAN

Yang bertandatangan dibawah ini menyatakan bahwa :

Nama : Syawal Nurdianzah, S.Ked

NIM : K1B1 21 056

Judul : Mola Hidatidosa

Bagian : Obstetri dan Ginekologi

Fakultas : Kedokteran

Telah menyelesaikan laporan kasus dalam rangka kepaniteraan klinik

pada bagian Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Halu

Oleo.

Kendari, Januari 2023

Mengetahui,

Pembimbing

dr. Steven Ridwan, M.Kes., Sp.OG

ii
BAB I
STATUS PASIEN
A. IDENTITAS PASIEN

Nama : Ny. H

Umur : 50 Tahun

Alamat : Kolaka Timur

Agama : Islam

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Pendidikan : SMA

Status : Menikah

Suku : Bugis

Tanggal masuk : 28 Desember 2022

B. ANAMNESIS

1. Keluhan Utama

Keluar darah dari jalan lahir

2. Anamnesis Terpimpin

Pasien Ny. H, usia 50 tahun, G3P2A0 dengan usia kehamilan 5-6

minggu datang ke RSUD Kota Kendari dengan keluhan keluar darah dari

jalan lahir sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit. Pasien mengatakan

bahwa darahnya keluar kadang bercampur dengan lendir dan

gumpalan - gumpalan bergelembung. Darah yang keluar berwarna

coklatan. Darah yang keluar sebanyak 3x ganti pembalut dan tidak berbau.

Pasien merasa bahwa perutnya semakin membesar sejak 5 minggu lalu

tetapi seperti tidak sesuai dengan usia kehamilannya, dan

3
kehamilannya saat ini sangat berbeda dengan kehamilan sebelumnya.

Pasien juga mengatakan mual muntah dan nyeri ulu hati sejak 5 hari

sebelum masuk rumah sakit dengan frekuensi 3 kali sehari. Terdapat juga

keluhan nyeri perut bagian bawah. Pasien sebelumnya sudah melakukan

test pack dan hasilnya positif hamil. Keluhan lain yang dirasakan :

pengelihatan kabur (-), kejang (-), BAB dan BAK dalam batas normal.

Riwayat berhubungan seksual sebelumnya selama kehamilan ini (-),

riwayat diurut – urut sebelumnya (-), riwayat penggunaan obat-obatan (-),

riwayat perut kencang sebelumnya (-). Riwayat penggunaan KB Pil(+).

Riwayat kelainan menstruasi (+).

Riwayat persalinan dan kehamilan sebelumnya, anak pertama dan

kedua lahir spontan dengan kehamilan cukup bulan. Anak pertama dan

kedua lahir spontan dibantu bidan. Jarak kehamilan kedua dengan

kehamilan sekarang adalah 18 tahun.

3. Riwayat Penyakit Sebelumnya

HT (+), DM (-), Asma (-)

4. Riwayat Alergi

Obat (-) Makanan (Telur) (+)

5. Riwayat Penyakit Keluarga

a. HT (-), DM (-), Asma (-)

b. Keluarga tidak pernah mempunyai riwayat kehamilan seperti ini

6. Riwayat Pengobatan

Riwayat minum obat (-)

4
7. Riwayat Operasi

Pasien tidak pernah menjalani operasi sebelumnya

8. Riwayat Psikososial

Merokok (-) Alkohol (-)

9. Riwayat Perkawinan

Perkawinan pertama tahun 1994 sampai sekarang

10. Riwayat Obstetri

G3P2A0

11. Riwayat Haid

Merache usia 11 tahun, siklus haid 26 hari, lama haid 5 hari dengan 2-3

kali ganti pembalut.

HPHT : 21/11/2022

12. Riwayat Pemeriksaan Kehamilan

USG : 1 kali

13. Riwayat TT

14. Riwayat KB

Pil KB

C. PEMERIKSAAN FISIK

1. Keadaan Umum

a. Sakit sedang

b. Kesadaran : Composmentis GCS E4M6V5

5
2. Status Gizi

a. BB : 51 kg

b. TB : 154 cm

c. IMT : 22,1 kg/m2 (Normal)

3. Tanda Vital

a. Tekanan Darah : 160/100 mmHg

b. Nadi : 80 x/Menit

c. pernapasan : 20 x/Menit

d. Suhu : 36,7o C

4. Status Generalisata

a. Kepala : Normocephal, rambut hitam, tidak mudah rontok

b. Wajah : Pucat kekuningan

c. Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)

d. Hidung : Sekret (-/-), deformitas (-/-)

e. Mulut : Mukosa oral kering, lidah kotor (-), tremor (-)

f. Leher : Pembesaran KGB, JVP dalam batas normal

g. Thorax

1) Inspeksi : Pergerakan dinding dada simetris

2) Palpasi : Vokal Fremitus kanan dan kiri simetris

3) Perkusi : Sonor pada ke 2 lapang paru

4) Auskultasi : Vesikuler (+/+), rhonki (-/-), wheezing (-/-)

6
h. Jantung

1) Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak

2) Palpasi : Ictus cordis tidak teraba

3) Perkusi :

Batas atas : ICS III linea parasternalis sinistra

Batas kanan : ICS IV linea sternalis dextra

Batas kiri : ICS V linea midclavicularis sinistra

4) Auskultasi : Bunyi Jantung I dan II reguler, murmur (-)

...................... gallop (-). Abdomen

i. Jantung

1) Inpeksi : Cembung, ikut gerak napas (+)

2) Auskultasi : Peristaltik (+) kesan normal

3) Palpasi : Hepar/Lien tidak teraba, nyeri tekan (+), massa (+)

4) Perkusi : Tymphani (+)

j. Ekstremitas : Udem (-/-), turgor kulit baik, akral hangat, sianosis

......................... .(-), CRT < 2 detik

2. Status Ginekologis

Inspeksi : Massa (+), tanda peradangan (-)

Pemeriksan Luar :

Leopold 1 : -

Leopold 2 : -

Leopold 3 : -

Leopold 4 : -

7
DJJ : -

His : -

TFU : Teraba 2 jari dibawah pusat

Pemeriksan Dalam :

Pelepasan : -

Pembukaan : -

Pendarahan : +

D. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Pemeriksaan Darah Rutin (29/12/2022)

a. WBC : 13,24 x 103 / ul

b. RBC : 3,22 x 106/ ul

c. HB : 9,2 g/dl

d. HCT : 27,4 %

e. MCV : 85,2 fl

f. MCH : 28,7 pg

g. MCHC : 33,7 g/dl

h. PLT : 225 x 103 / ul

2. Pemeriksaan Kimia Darah (29/12/2022)

a. GDS : 71 mg/dl

b. SGOT : 35 ul

c. SGPT : 29 ul

d. Ureum : 32 mg/dl

e. Kreatinin : 0.9 mg/dl

8
3. Pemeriksaan Serologi/Imunologi (29/12/2022)

Nilai
Jenis Pemeriksaan Hasil Metode
Rujukan

Swab Ag
Negatif Negatif Immunocromatografi
HbsAg
4. Pemeriksaan USG (29/12/2022)

Gambar 2 : Tampak snow storm atau badai salju

E. RESUME

Pasien Ny. H, usia 50 tahun, G3P2A0 dengan usia kehamilan 5-6

minggu datang ke RSUD Kota Kendari dengan keluhan keluar darah dari jalan

lahir sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit. Pasien mengatakan bahwa

darahnya keluar kadang bercampur dengan lendir dan gumpalan -

gumpalan bergelembung. Darah yang keluar berwarna kecoklatan. Darah

yang keluar sebanyak 3x ganti pembalut dan tidak berbau. Pasien merasa

bahwa perutnya semakin membesar sejak 5 minggu lalu tetapi seperti tidak

9
sesuai dengan usia kehamilannya, dan kehamilannya saat ini sangat berbeda

dengan kehamilan sebelumnya.

Pasien juga mengatakan mual muntah dan nyeri ulu hati sejak 5 hari

sebelum masuk rumah sakit dengan frekuensi 3 kali sehari. Terdapat juga

keluhan nyeri perut bagian bawah. Pasien sebelumnya sudah melakukan test

pack dan hasilnya positif hamil. Keluhan lain yang dirasakan : pengelihatan

kabur (-), kejang (-), BAB dan BAK dalam batas normal.

Riwayat berhubungan seksual sebelumnya selama kehamilan ini (-),

riwayat diurut – urut sebelumnya (-), riwayat penggunaan obat-obatan (-),

riwayat perut kencang sebelumnya (-). Riwayat penggunaan KB Pil (+).

Riwayat kelainan menstruasi (+).

Riwayat persalinan dan kehamilan sebelumnya, anak pertama dan

kedua lahir spontan dengan kehamilan cukup bulan. Anak pertama dan kedua

lahir spontan dibantu bidan. Jarak kehamilan kedua dengan kehamilan

sekarang adalah 18 tahun.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan sakit sedang, tekanan darah darah

160/100 mmHg , nadi 80 x/menit , pernapasan 20 x/Menit , Suhu 36,7o C.

Inspeksi cembung ikut gerak nafas dan palpasi abdomen teraba massa (+),

neri tekan (+). Pemeriksaan fisis luar didapatkan tinggi fundus uteri 2 jari di

bawah proccesus xyphoideus, .Pada pemeriksaan dalam tidak didapatkan

pelepasan dan pembukaan. Pemeriksaan penunjang yang dilakukan adalah

pemeriksaan darah rutin , serologi swab Ag nasopharyngeal dan HbsAg

didapatkan hasil negatif.

10
F. DIAGNOSA KERJA

Mola Hidatidosa

G. RENCANA TERAPI

1. Observasi TTV dan KU pasien

2. Rencana Kuretase

H. PERKEMBANGAN PASIEN

Hari/Tanggal Perjalanan Penyakit Rencana Terapi

Kamis S : Keluar darah dari jalan lahir - Observasi TTV dan

(28/12/2022) , mual (+), muntah (+), KU ibu

10.00 WITA Nyeri Ulu Hati (+) - Ketorolac 1 Ampul

O : Sakit sedang, Composmentis - IVFD RL 28 TPM

TD : 160/110 mmHg - Nifedipine 3 x 1

N : 80x/menit - O2 2 liter

P : 20 x/menit

S : 36,70C

Pemeriksaan ginekologi : -

TFU : Teraba 2 jari dibawah pusat

A : Mola Hidatinosa

22.00 WITA S : Keluar darah dari jalan lahir - Observasi TTV dan

, mual (+), muntah (+), keadaan pasien

Nyeri Ulu Hati (+) - IVFD RL 28 TPM

O : Sakit sedang, Composmentis - Rencana Kuretase

TD : 130/90mmHg tanggal 29

11
N : 82x/menit Desember 2022

P : 22x/menit

S : 36,70C

Pemeriksaan ginekologi : -

TFU : Teraba 2 jari dibawah pusat

A : Mola Hidatinosa

Jumat S : Keluar darah dari jalan lahir - Observasi TTV dan

(29/12/2022) , mual (+), muntah (+), keadaan pasien

07:00 WITA O : Sakit sedang, Composmentis - IVFD RL 28 TPM

TD : 130/90mmHg - Anastesi umum

N : 83x/menit - Kuretase

P : 22 x/menit

S : 36,70C

Pemeriksaan ginekologi : -

TFU : Teraba 2 jari dibawah pusat

A : Mola Hidatinosa

13.00 WITA S : Nyeri luka post op - Observasi TTV dan

O : Sakit sedang, Composmentis keadaan pasien

TD : 120/70 mmHg - IVFD RL 28 TPM

N : 82x/menit - Inj Ranitidin 1

P : 22 x/menit Amp/iv/ 8 jam

S : 36,70C - Inj Ketorolac 1

TFU : 2 jari di bawah pusat amp/iv/8 jam

12
A : Post Kuretase - Inj Cefotaxim /12

jam

Sabtu S : Nyeri luka op mulai berkurang - AFF infus

(30/12/2022) O : Sakit sedang, Composmentis - Pasien boleh pulang

07:00 WITA TD : 130/80 mmHg

N : 80x/menit

P : 20 x/menit

S : 36,70C

A : Post Kuretase H1

13
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. PENDAHULUAN1,2

Mola hidatidosa atau lebih dikenal dengan “hamil anggur” merupakan

penyakit trofoblastik gestasional yang sering ditemukan. Penyakit ini

merupakan salah satu kelainan dari kehamilan yang ditandai dengan

perkembangan embrionik yang abnormal. Penyakit ini biasanya terjadi pada

kebanyakan wanita Asia dan Afrika. Angka kejadian mola di rumah sakit besar

di Indonesia sekitar 1 : 80 persalinan normal sedangkan di Amerika Serikat,

angka kejadian hanya 1 : 1000 dan di negara Barat 1 : 600 kehamilan.1

Etiologi dari penyakit ini bermacam – macam termasuk berbagai

kombinasi dari faktor lingkungan dan genetik. Usia merupakan salah satu

faktor yang mempengaruhi dimana mola biasanya muncul pada pasien yang

berusia muda (< 16 tahun) dan usia yang lebih tua yaitu >45 tahun. 1

Penyakit ini dibagi menjadi 2 yaitu mola hidatidosa parsial dan komplit.

Pembagian ini didasarkan atas morfologi makroskopis, histopatologis dan

kariotipe. Penyakit ini masih kurang disadari dan dimengerti oleh banyak

orang. Hal ini ditandai dengan kebiasaan penderita yang datang ke rumah sakit

saat ia telah menderita perdarahan, anemia berat bahkan syok sampai

perkembangan menjadi degenerasi malignan. 1

Angka kejadian degenerasi malignan sebesar 9 – 20 % pada mola komplit

dan 1 % pada mola parsial. Oleh karena hal tersebut maka dibutuhkan deteksi

dini yang dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan pelayanan primer melalui

14
anamnesis, pemeriksaan fisik dan penunjang, serta pemahaman patofisiologi,

dan manajemen yang baik agar didapatkan hasil yang efektif dan efisien.2

B. ANATOMI3,4

Plasenta normal memiliki trofoblas yang diklasifikasikan berdasarkan

lokasi dan bentuk sitologinya. Yang dimaksud vilus trofoblas adalah trofoblas

yang tumbuh bersama vili korionik, sedangkan ekstravilus trofoblas adalah

trofoblas yang menginfiltrasi ke dalam desidua, miometrium dan pembuluh

darah plasenta. Trofoblas dibagi menjadi tiga tipe : sitotrofoblas,

sinsitiotrofoblas, dan trofoblas intermediet. Sitotrofoblas bertanggung jawab

untuk proliferasi, sinsitiotrofoblas bertanggung jawab memproduksi sebagian

besar hormon, dan bentukan diantara keduanya adalah trofoblas intermediet

yang bertanggung jawab atas invasi endometrium dan implantasi.3

Sinsitiotrofoblas memproduksi hCG pada hari ke-12 kehamilan. Sekresi

meningkat dengan cepat dan mencapai puncaknya pada minggu ke-8 sampai

ke-10 kehamilan. Pada hari ke-12 kehamilan human Placental Lactogen (hPL)

juga terdapat di sinsitiotrofoblas. Produksi terus meningkat selama kehamilan.

Sitotrofoblas merupakan sel trofoblas primitif, tidak memproduksi hCG dan

hPL. Trofoblas intermediet tumbuh ke dalam desidua dan miometrium, dan

pembuluh darah berada di antara sel-sel normal. Pada awal hari ke-12 setelah

konsepsi, trofoblas intermediet memproduksi hPL. Puncak sekresi pada

minggu ke-11 sampai minggu ke-15 kehamilan.4

15
Gambar 1. Anatomi Plasenta

C. DEFINISI1,2

Mola hidatidosa merupakan penyakit trofoblas gestational yang ditandai

dengan abnormalitas vili korialis yang mengalami degenerasi hidropik

sehingga terlihat seperti buah anggur yang bergerombol. Pada mola hidatidosa

terdapat proliferasi sel trofoblas yang berlebihan dan adanya edema stroma

vilus. Secara makroskopis mola hidatidosa terlihat seperti

gelembunggelembung, transparan, dan berisi cairan jernih yang ukurannya

bervariasi.Mola Hidatidosa biasanya terletak di rongga uterus, namun kadang-

kadang. Mola Hidatidosa terletak di tuba fallopi dan bahkan ovarium.1

Mola hidatidosa atau lebih dikenal dengan “hamil anggur” merupakan

penyakit trofoblastik gestasional yang sering ditemukan. Penyakit ini

merupakan salah satu kelainan dari kehamilan yang ditandai dengan

perkembangan embrionik yang abnormal.2

16
D. EPIDEMIOLOGI5,6

Angka kejadian Mola Hidatidosa secara pasti sangatlah bervariasi di

dalam beberapa populasi yang berbeda. Pada penelitian epidemiologi

ditemukan angaka kejadian Mola Hidatidosa di Amerika Serikat adalah 108 per

100.000 kehamilan; di Itali 62 per 100.000 kehamilan, di Indonesia 993 per

100.000 kehamilan, dan di Cina 667 per 100.000 kehamilan.5

Penyakit ini biasanya terjadi pada kebanyakan wanita Asia dan Afrika.

Angka kejadian mola di rumah sakit besar di Indonesia sekitar 1 : 80 persalinan

normal sedangkan di Amerika Serikat, angka kejadian hanya 1 : 1000 dan di

negara Barat 1 : 600 kehamilan. Angka kejadian Mola Hidatidosa Komplit

tertinggi di Asia Tenggara, dengan insiden 1-2/1000 kehamilan di Jepang dan

Cina, dan 12/1000 kehamilan di Indonesia, India, dan Turki. Di Amerika Utara

dan Eropa, rata-rata insiden mencapai 0,5-1/1000 kehamilan).6

E. ETIOLOGI7

Penyebab terjadinya mola hidatidosa sampai saat ini belum diketahui

secara pasti. Namun faktor-faktor yang dapat menyebabkan terjadinya keadaan

ini adalah: 1) Faktor Ovum, yang memang sudah patologik sehingga mati,

tetapi terlambat dikeluarkan, 2) Imunoselektif dari trofoblas, 3) Kehamilan usia

lanjut (>35 tahun) atau terlalu muda (<20 tahun), 4) Paritas tinggi, 5) Jarak

kehamilan yang terlalu dekat, 6) Faktor infeksi, 7) Sosial ekonomi rendah yang

mempengaruhi hygiene, nutrisi dan pendidikan, dan 8) Malnutrisi terutama

apabila kekurangan protein.7

17
F. PATOFISIOLOGI8,9,10

Ada beberapa teori yang menjadi patogenesis dari penyakit

trofoblas.Diantaranya mengatakan bahwa pada Mola Hidatidosa terjadi

insufisiensi peredaran darah akibat matinya embrio pada minggu ke 3-5

(missed abortion), sehingga terjadi penimbunan cairan dalam jaringan

mesenhim vili dan terbentuklah kista-kista kecil yang makin lama makin besar,

sampai pada akhirnya terbentuklah gelembung mola. Sedangkan proliferasi

trofoblas merupakan akibat dari tekanan vili yang oedemateus.8

Selain itu karena jaringan trofoblas yang abnormal, baik berupa

hiperplasia, displasi maupun neoplasi. Bentuk abnormal ini disertai pula

dengan fungsi yang abnormal, dimana terjadi absorbsi cairan yang berlebihan

ke vili. Keadaan ini menekan pembuluh darah, yang akhirnya menyebabkan

kematian embrio.8

Patogenesis lain menjelaskan bahwa wanita hamil, terutama antara hari

ke 13 dan 21, mengalami kekurangan asam folat dan histidine, akan mengalami

gangguan pembentukan thymidine, yang merupakan bagian penting dari DNA.

Akibat kekurangan gizi ini akan menyebabkan kematian embrio dan gangguan

angiogenesis, yang pada gilirannya akan menimbulkan perubahan hidrofik.9

Teori sitogenetika menerangkan bahwa kehamilan mola hidatidosa

terjadi karena sebuah ovum yang tidak berinti (kosong), atau yang intinya tidak

berfungsi, dibuahinoleh sebuah sperma haploid 23 X, sehingga terbentuk hasil

konsepsi dengan kromosom 23 X. Kromosom ini kemudian mengadakan

penggandaan sendiri (endoreduplikasi) menjadi 46 XX. Jadi kromosom mola

18
hidatidosa ini mnyerupai kromosom seorang perempuan, yakni homozigot.

Tetapi kedua kromosom X nya berasal dari ayah dan tidak ada faktor ibu.

Dengan demikian teori ini disebut sebagai teori diploid androgenetik.9

Patofisiologi mola hidatidosa berkaitan dengan gangguan proliferasi

trofoblas saat pembentukan plasenta. Mola hidatidosa merupakan bentuk

hiperplasia trofoblas difus, dimana vili-vili yang terbentuk sebagian besar

bersifat hidropik. Dimana terjadinya masalah saat proliferasi hingga kini belum

dapat dijelaskan secara pasti, tetapi faktor mutasi genetik diduga berperan.10

Sekitar 5-6 hari setelah konsepsi pada manusia, zigot yang terbentuk

akan berkembang menjadi blastosis. Sel perifer dari blastosis ini akan

berdiferensiasi menjadi dua lapisan yaitu trofoblas seluler (sitotrofoblas) dan

sinsitiotrofoblas yang kemudian menginvasi endometrium dan pembuluh darah

uterus. Kedua jaringan yang berkaitan dengan mesoderm ekstraembrional ini

merupakan awal mula terbentuknya plasenta. Ketika proliferasi yang terjadi

tidak terkontrol, sel-sel trofoblas dapat menjadi mola hidatidosa.10

G. KLASIFIKASI11

1. Mola Hidatidosa Komplit

Mola hidatidosa komplit merupakan kehamilan abnormal tanpa

embrio, seluruh villi korialis mengalami degenerasi hidropik, yang secara

mikroskopis menyerupai buah anggur. Mola hidatidosa komplit sering

disebut sebagai kehamilan anggur. 11

Pada mola komplet, secara umum vili korialis terlihat sebagai vesikel-

vesikel jernih yang ukurannya bervariasi. Mola hidatidosa komplet

19
disebabkan ovum dibuahi oleh sperma haploid yang menduplikasikan

kromosomnya sendiri setelah meiosis, sedangkan kromosom ovum tidak ada

sehingga menyebabkan kariotipe menjadi 46,XX dengan 2 set kromosom

berasal adari ayah. Pada keadaan lain dapat juga terjadi pola kromosom

mungkin menjadi 46,XY karena fertilisasi dispermik. 11

2. Mola Hidatidosa Parsial

Mola hidatidosa parsial berbeda dengan mola hidati dosa komplit

karena ada perbedaan mendasar, baik dari segi patogenesis (sitogenesis),

klinis, prognosis, maupun gambaran patologi anatomi. Pada mola hidatidosa

parsial, hanya sebagian villi korialis mengalami degenerasi hidropik,

sehingga unsur janin selalu ada. Perkembangan janin akan bergantung

kepada luas plasenta yang mengalami degenerasi, tetapi janin biasanya tidak

dapat bertahan lama dan akan mati dalam rahim, walau dalam kepustakaan

ada yang melaporkan kasus mola hidatidosa parsial yang janinnya dapat

bertahan sampai aterm. 11

H. FAKTOR RISIKO12

1. Usia Ibu

Wanita yang berisiko tinggi untuk mengalami mola hidatidosa adalah

wanita dengan usia kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun. Wanita

dengan usia 35 tahun sampai 40 tahun risikonya meningkat menjadi 2 kali

lipat, sedangkan pada wanita usia 40 tahun 19 risiko meningkat sebesar 7

kali lipat dibandingkan wanita yang hamil pada usia lebih muda. Hal ini

dikarenakan kualitas sel telur sudah mengalami penurunan.12

20
2. Status Gizi

Status gizi berkaitan dengan tinggi badan, berat badan, dan BMI ibu

sebelum hamil dan saat hamil. Faktor gizi yang berkaitan dengan

kejadian mola hidatidosa adalah kekurangan vitamin A dan kekurangan

protein. 12

Vitamin A berfungsi untuk mengatur proliferasi dan apoptosis sel,

sehingga ketika terjadi kekurangan vitamin A akan menyebabkan

proliferasi sel berlebihan termasuk pada sel trofoblas. Sedangkan protein

digunakan untuk zat pembangun yaitu untuk pertumbuhan dan

perkembangan janin selama kehamilan. Jika ibu kekurangan protein

maka dapat menyebabkan BBLR.12

3. Riwayat Obstetri

Riwayat obsteteri meliputi riwayat keguguran lebih dari 2 kali,

riwayat mola hidatidosa sebelumnya meningkatkan risiko 10 kali lipat

lebih besar, dan paritas ibu. Semakin tinggi paritasnya maka kehamilan

semakin berisiko yaitu dapat terjadi trauma kehamilan atau adanya

penyimpangan transmisi genetik. 12

4. Etnis

Pada suatu studi epidemiologi, ada yang menyatakan bahwa wanita

Filipina, Asia Tenggara dan Meksiko cenderung lebih sering menderita

mola hidatidosa daripada wanita kulit putih Amerika. 12

21
5. Genetik

Faktor genetik yang berkaitan dengan kejadian mola hidatidosa adalah

daerah kromosom yang menjadi bakal calon yaitu kromosom 19q13 dan

terbanyak pada kromosom 11p dominan terekspresi dari alel maternal.

Alel tersebut merupakan familial dan diturunkan autosomal resesi. 12

6. Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan berkaitan dengan keadaan sosial ekonomi. Pada

keadaan sosial ekonomi yang rendah menyebabkan kebutuhan gizi ibu

hamil tidak terpenuhi dengan baik, padahal pada keadaan hamil ibu

memerlukan zat gizi yang lebih banyak untuk pertumbuhan dan

perkembangan janin. 12

7. Gaya Hidup

Gaya hidup seperti merokok dan alkoholisme dapat meningkatkan

angka kejadian mola hidatidosa. 12

8. Kontrasepsi Oral

Pemakaian kontrasepsi oral yang berkaitan dengan durasinya dan

disertai dengan riwayat keguguran meningkatkan risiko angka kejadian

mola hidatidosa sebesar 2 kali lipat. 12

22
I. DIAGNOSIS11

1. Anamnesis

Wanita yang Untuk mendiagnosis mola hidatidosa terlebih

dahulu untuk menayakan gejala dan riwayat kesehatan pasien . Pada

anamnesis, sangat penting untuk menanyakan status obstetri pasien, seperti

hari pertama haid terakhir (HPHT), riwayat gestasi, dan riwayat kehamilan

sebelumnya. Pasien dengan mola hidatidosa biasanya mengalami keluhan

sebagai berikut :11

a. Perdarahan pervaginam

Perdarahan baik sedikit maupun banyak yang berwarana merah

kecoklatan . Perdarahan pervaginam merupakan tanda klinik yang

sering terjadi baik pada mola komplet maupun mola parsial.

Perdarahan terjadi pada minggu ke 6 – 16 kehamilan atau pada

trimester pertama yaitu 80-90 % kasus pada mola komplet dan 75 %

pada mola parsial. Hal tersebut disebabkan oleh jaringan mola yang

terlepas dari sel decidua dan merusak pembuluh darah maternal

sehingga terjadi pembesaran uterus karena terlalu banyak darah

sehingga darah keluar melalui vagina. 11

b. Pembesaran uterus yang melebihi usia kehamilan

Pembesaran uterus yang melebihi usia kehamilan terjadi 38 – 51

% pada kasus mola komplet dan 8 – 11% oada kasus mola inkomplet.

Hal ini disebabkan oleh jaringan trofoblas yang berkembang

berlebihan yang berkaitan dengan tingginya kadar hCG dan terdapat

23
retensi darah. 11

c. Preeklamsia

Preeklampsia dapat terjadi pada kehamilan trimester pertama

dan awal trimester kedua atau sebelum usia kehamilan mencapai 24

minggu. Preeklampsia biasanya berkembang pada pasien dengan

kenaikan kadar hCG dan adanya pembesaran uterus. Hal tersebut

ditemukan pada 27 % pasien dengan mola komplet an 4 % pasien

dengan mola inkomplet. 11

d. Hiperemis Gravidarum

Hiperemesis gravidarum berkaitan dengan kenaikan kadar hCG

dan pembesaran uterus yang berlebihan sehingga menyebabkan mual

dan muntah yang berat Hal ini terjadi pada 4 % pasien dengan mola

hidatidosa pada usia kehamilan minggu ke – 5- 9 dan 23 % pada

pasien yang didiagnosis setelah 10 minggu kehamilan. 11

e. Hipertiroidisme

Tanda dan gejala hipetiroidisme muncul karena stimulasi

kelenjar tiroid oleh kenaikan kadar hCG atau dari thyroid stimulating

substanceyang diproduksi oleh sel trofoblas yang tumbuh berlebihan

(12). Hipertiroidisme dapat ditemukan pada 2-7 % pasien mola

hidatidosa. Diagnosis dapat ditegakan dengan ditemukannya kadar

serum T3 dan T4yang meningkat. 11

f. Keluar jaringan mola seperti buah anggur atau mata ikan namun tidak

.......selalu11

24
g. Amenorea dengan durasi berbeda-beda diikuti perdarahan ireguler. 11

2. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik yang dilakukan pada pasien di antaranya

pemeriksaan tanda-tanda vital dan pemeriksaan sistemik dari kepala

sampai ekstremitas : 11

a. Inspeksi

1) Wajah dan badan kadang kadang badan kelihatan pucat kekuningan

kuningan uang disebut muka mola (mola face)

2) Kalau gelembung mola keluar dapat dilihat jelas

b. Palpasi

1) Uterus membesar tidak sesuai dengan umur kehamilan.terasa lembek

2) Tidak teraba bagian bagian janin dan ballotement, juga gerakan janin

3) Adanya fenomena harmonika : darah dan gelembung mola keluar

dan fundus uteri turun lalu naik lagi karena terkumpulnya darah

baru.

c. Auskultasi

1) Tidak terdengar bunyi jantung janin

2) Terdengar bising dan bunyi khas

d. Pemeriksaan Dalam

Pastikan besarnya rahim, rahim terasa lembek, tidak ada

bagian-bagian janin, terdapat perdarahan dan jaringan dalam

kanalis servikalis dan vagina, serta evaluasi keadaan serviks.

25
3. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada pasien mola

hidatidosa diantaranya adalah: 11

a. Pemeriksaan Laboratorium

Karakteristik yang terpenting pada penyakit ini adalah

kemampuan dalam memproduksi hCG, sehingga jumlahnya

meningkat lebih tinggi dibandingkan kadar G-hCG seharusnya pada

usia kehamilan yang sama, terutama dari hari ke-100, sangat

sugestif. Hormon ini dapat dideteksi pada serum maupun urin

penderita dan pemeriksaan yang lebih sering dipakai adalah G-hCG

kuantitatif serum. Pemantauan secara hati-hati dari kadar G-hCG

penting untuk diagnosis, penatalaksanaan dan tindak lanjut pada

semua kasus penyakit trofoblastik. Jumlah G-hCG yang ditemukan

pada serum atau pada urin berhubungan dengan jumlah sel-sel

tumor yang ada. Untuk pemeriksaan Gallli mainini 1/300 suspek

mola hidatidosa dan jika 1/200 kemungkinan mola hidatidosa atau

gemelli. Pengukuran G-hCG pada urin dengan kadar F100.000

mIU /ml/24 jam dapat dianggap sebagai mola. 11

b. Pemeriksaan Foto Rontgen Abdomen

Pada kehamilan 3-4 bulan, tidak ditemukan adanya gambaran

tulang- tulang janin. Crgan-organ janin mulai dibentuk pada usia

kehamilan ; minggu dan selesai pada usia kehamilan 12 minggu.

Cleh karena itu pada kehamilan normal seharusnya dapat terlihat

26
gambaran tulang-tulang janin pada foto rontgen. Selain itu juga

untuk melihat kemungkinan adanya. 11

c. Pemeriksaan Ultrasonografi (USG)

Pada kelainan mola, bentuk karakteristik yang khas berupa

gambaran seperti badai salju (snow flake pattern) atau gambaran

seperti sarang lebah (honey comb) dengan atau tanpa kantong

gestasi atau janin. Pemeriksaan ini sebaiknya dilakukan pada setiap

pasien yang pernah mengalami Pada kelainan mola, bentuk

karakteristik yang khas berupa gambaran seperti badai salju (snow

flake pattern) atau gambaran seperti sarang lebah (honey comb)

dengan atau tanpa kantong gestasi atau janin. Pemeriksaan ini

sebaiknya dilakukan pada setiap pasien yang pernah mengalami

perdarahan pada trimester awal kehamilan dan memiliki uterus lebih

besar dari usia kehamilan. USG dapat menjadi pemeriksaan yang

spesifik untuk membedakan antara kehamilan normal dengan mola

hidatidosa. Namun harus diingat bahwa beberapa struktur lainnya

dapat memperlihatkan gambaran yang serupa dengan mola hidatidosa

termasuk myoma uteri dengan kehamilan ini dan kehamilan janin.

Pada kehamilan trimester I gambaran mola hidatidosa tidak spesifik

sehingga seringkali sulit dibedakan dari kehamilan anembrionik,

missed abortion, abortus incomplitus atau mioma uteri. Pada

kehamilan trimester II gambaran mola hidatidosa umumnya lebih

spesifik, kavum uteri berisi massa ekogenik bercampur bagian-

27
bagian anekhoik vesikuler berdiameter antara 5-10 mm. Pada 20-

50% kasus dijumpai adanya massa kistik multilokuler di daerah

adneksa. Massa tersebut berasal dari kista teka lutein. Kista ini

tidak dapat diketahui keberadaannya jika hanya dengan pemeriksaan

palpasi bimanual. 11

d. Pemeriksaan Amniografi

Penggunaan bahan radiopak yang dimasukkan ke dalam uterus

secara trans abdominal akan memberikan gambaran radiografik

khas pada kasus mola hidatidosa kavum uteri ditembus dengan jarum

untuk amniosentesis. 20 ml HypaEue disuntikkan segera dan 5-10

menit kemudian dibuat foto anteroposterior. Pola sinar X seperti

sarang tawon, khas ditimbulkan oleh bahan kontras yang

mengelilingi gelombang-gelombang korion. Dengan semakin

banyaknya sarana USG yang tersedia teknik pemeriksaan

amniografi ini sudah jarang dipakai lagi. Bahan radiopaE yang

dimasukan ke dalam uterus akan memberikan gambaran seperti

sarang tawon11

e. Pemeriksaan Uji Sonde Hanifa

Sonde dimasukan pelan-pelan dan hati-hati ke dalam kanalis

servikalis dan cavum uteri . bila tidak ada tahanan sonde diputar

setelah ditarik sedikit bila tetap tidak ada tahanan maka

kemungkinan adalah mola. 11

28
f. Pemeriksaan Foto Thoraks

Pada kehamilan 3-4 bulan, tidak ditemukan adanya gambaran

tulang- tulang janin. Crgan-organ janin mulai dibentuk pada usia

kehamilan Penggunaan minggu dan selesai pada usia kehamilan 12

minggu. Cleh karena itu pada kehamilan normal seharusnya dapat

terlihat gambaran tulang-tulang janin pada foto rontgen. Selain itu

juga untuk melihat kemungkinan adanya metastase. 11

g. Pemeriksaan T3 dan T4

Untuk membuktkan gejala tirotoksikosis. 11

h . Pemeriksaan Pemeriksaan Histologik

1) Mola hidatidosa komplit

Gambaran proliferasi trofoblas, degenerasi hidrofik vili

khorialis dan berkurangnya vaskularisasi/ kapiler dalam

stromanya, 11

2) Mola hidatidosa parsial :

Gambaran edema vilinya fokal dan proliferasi trofoblasnya

ringan dan terbatas pada lapisan sinsitiotrofoblas. 11

J. PENATALAKSANAAN13,14

Oleh karena molahidatidosa adalah suatu kehamilan patologis dan tidak

jarang disertai penyulit yang membahayakan jiwa, molahidatidosa pada

prinsipnya harus segera dikeluarkan. Terapinya terdiri dari tiga tahap:

Perbaikan keadaan umum, tranfusi darah untuk mengatasi syok hipovolemik

atau anemia,penanganan penyulit seperti preeklamsia berat atau

29
tirotoksikosis.13

Penatalaksanaan yang dapat dilakukan pada pasien mola hidatidosa

diantaranya adalah:

1. Evakuasi jaringan dengan kuretase vakum

Kuretase vakum dapat segera dilakukan bila gelembung mola

sudah keluar dan keadaan umum penderita stabil, atau dapat dilakukan

dengan persiapan bila gelembung mola belum keluar dan serviks masih

tertutup. Perlu diingat bahwa setelah kuretase vakum, dinding uterus

dibersihkan dengan kuret tajam. Sediaan patologi anatomi diambil dari

jaringan yang melekat ke dinding uterus. Laporan pasca kuretase vakum

harus lengkap, meliputi jumlah jaringan, darah, diameter gelembung,

dan ada tidaknya bagian janin. Kuretase hanya dikerjakan sebanyak satu

kali, kuretase selanjutnya harus dikerjakan atas indikasi. 13

2. Profilaksis

a. Histerektomi totalis

Histerektomi totalis (HT) hanya dikerjakan pada penderita

resiko tinggi (GRT), yakni berusia > 35 tahun dengan jumlah anak

hidup cukup, sebagai tindakan profilaksis kemungkinan keganasan

uterus. HT dapat dilakukan dengan jaringan mola in toto atau

bebrapa hari kuretase. Kista lutein tidak perlu diangkat, bila

memang mengganggu kista cukup didekompresi. 14

b. Kemoterapi

Kemoterapi Kemoterapi diberikan kepada penderita GRT bila

30
mereka menolak atau tidak dapat menjalani HT, atau bila penderita

masih berusia muda dan menunjukkan hasil patologi anatomi yang

mencurugakan. Kemoterapi yang diberikan berupa: Methrotexate

(MTX) 20 mg/ hari selama 5 hari berturut – turut. Asam folat

sebagai antidotum. Actinomycin D 1 flakon/ hari selama 5 hari

berturut – turut. 14

c. Tindak Lanjut

Tindak lanjut/ follow up bertujuan untuk:

1) Menilai normal tidaknya involusi dari segi anatomis (uterus),

laboratoris (kadar β hcg) maupun fungsional menstruasi).

2) Menentukan adanya transformasi keganasan, terutama pada

tingkat yang sangat dini.

Tindak lanjut dilakukan selama satu tahun, dengan jadwal sebagai

berikut:

1) Tiga bulan pertama : Tiap 2 minggu

2) Tiga bulan kedua : Tiap 1 bulan

3) Enam bulan terakhir : Tiap dua bulan

Dalam setiap kunjungan follow up dilakukan pemeriksaan

ginekologis dan β hCG serta rontgen toraks bila perlu. Follow up

dinyatakan selesai bila:

1) Setelah satu tahun pasca evakuasi mola, penderita tidak

mempunyai keluhan, kadar β hCG < 5 mIU/ ml, atau

2) Ibu sudah kembali mengalami kehamilan yang normal.

31
Selama follow up, ibu dianjurkan tidak hamil dahulu dan

menggunakan kontrasepsi berupa kondom atau pil. 14

K. PENCEGAHAN15

1. Pencegahan Primer

Dengan melakukan Promosi dan edukasi pola hidup sehat kepada

masyarakat diharapkan dapat meningkatkan pemahaman terhadap mola

hidatidosa, sehingga masyarakat dapat menghindari berbagai faktor risiko

terjadinya molahidatidosa.15

Penyebab pasti dari mola hidatidosa belum dapat dipastikan sehingga

tidak ada upaya pencegahan pasti agar penyakit ini tidak timbul. Bagi

pasien yang sudah pernah mengalami mola hidatidosa sebelumnya

dianjurkan untuk tidak berencana memiliki bayi atau mengandung dalam

6 bulan sampai satu tahun setelah tindakan karena memungkinkan untuk

timbul kembali. 15

2. Pencegahan Primer

Dilakukan pada wanita yang memiliki risiko molahidatidosa, sehingga

dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan ke laboratorium,pemeriksaan

USG dan lain -lain. 15

3. Pencegahan Tersier

Pencegahan tersier yaitu tindakan yang dilakukan di rumah sakit,

meliputi diagnosis dan pengobatan serta tindakan paliatif untuk

meningkatkan kualitas hidup pasien. 15

32
L. KOMPLIKASI11,15

Perforasi uterus selama kuretase suction biasanya terjadi karena uterus

besar dan tipis. Jika perforasi diketahui, prosedur sebaiknya diselesaikan

dengan bantuan laparoskopik. Perdarahan merupakan komplikasi yang

sering terjadi selama evakuasi kehamilan mola. Karena alasan ini, oksitosin

intravena sebaiknya dilakukan sebelum memulai prosedur. Methergine

dan/atau Hemabate sebaiknya tersedia. Golongan darah pasien sebaiknya

telah diketahui untuk mempersiapkan sekiranya dibutuhkan transfusi.

Penyakit trofoblastik malignan terjadi pada 20% kehamilan mola. Karena

alasan ini, pemeriksaan hCG kuantitatif serial dilakukan selama 1 tahun

pasca-evakuasi sampai hasilnya negative. Faktor pertumbuhan yang

dilepaskan oleh jaringan molar memiliki aktifitas fibrinolitik. Semua pasien

sebaiknya diperiksa untuk kemungkinan terjadinya disseminated intravascular

coagulopathy (DIC). Hmboli trofoblastik dipercaya merupakan penyebab

dari insufisiensi pernapasan akut. Faktor resiko terbesar adalah uterus lebih

besar daripada yang diharapkan untuk umur gestasi 16 minggu. Keadaan

ini dapat fatal.11,15

M. PROGNOSIS11

Resiko kematian/ kesakitan penderita mola hidatidosa meningkat akibat

perdarahan, perforasi uterus, preeklampsia berat/ eklampsia, tirotoksikosis atau

infeksi. Akan tetapi, kematian akibat mola saat ini sudah jarang terjadi. Segera

setelah jaringan mola dikeluarkan, uterus akan mengecil, kadar β hCG

menurun dan akan mencapai normal sekitar 10 – 12 minggu pasca evakuasi.

33
Kista lutein juga akan mengecil, pada beberapa kasus pengecilan memakan

waktu bebrapa bulan. 11

Sebagian penderita mola akan kembali sehat setelah menjalani kuretase.

Bila kembali hamil, umumnya kehamilan akan berjalan normal. Mola

hidatidosa dapat berulang meski jarang. Sekitar 15 – 20% kasus pasca mila

hidatidosa dapat mengalami degenerasi keganasan menjadi TTG yang dapat

berupa: Mola invasif, Koriokarsinoma, Placental site trophoblastic tumor

(PSTT), Persistent trophoblastic disease (PTD),Tumor trofoblas gestasional

klinis (TTG klinis) Keganasan biasanya terjadi dalam satu tahun pertama pasca

evakuasi, terbanyak dalam 6 bulan pertama.11

34
BAB III

ANALISIS KASUS

A. ANAMNESIS DAN PEMERIKSAAN FISIK

Kasus Teori

Pasien Ny. H, usia 50  Wanita yang berisiko tinggi untuk

tahun mengalami mola hidatidosa adalah wanita

dengan usia kurang dari 20 tahun atau

lebih dari 35 tahun. Wanita dengan usia 35

tahun sampai 40 tahun risikonya

meningkat menjadi 2 kali lipat, sedangkan

pada wanita usia 40 tahun 19 risiko

meningkat sebesar 7 kali lipat

dibandingkan wanita yang hamil pada usia

lebih muda. Hal ini dikarenakan kualitas

sel telur sudah mengalami penurunan.1

 Usia merupakan salah satu faktor yang

mempengaruhi dimana mola biasanya

muncul pada pasien yang berusia muda (<

16 tahun) dan usia yang lebih tua yaitu

>45 tahun 2

 Berdasarkan Hanretty (2010) menyatakan

bahwa didapatkan adanya kehamilan

disertai gejala dan tanda kehamilan muda

35
yang berlebihan dari kehamilan normal

Pasien datang ke RSUD Kota biasanya. Perdarahan pervaginam (PPV)

Kendari (G3P2A0) dengan berulang cenderung berwarna kecoklatan,

usia kehamilan 5-6 minggu, pembesaran rahim yang tidak sesuai (lebih

datang dengan keluhan keluar besar) dengan usia kehamilan seharusnya,

darah dari jalan lahir sejak 2 dan keluarnya jaringan mola seperti buah

hari sebelum masuk rumah anggur atau mata ikan (tidak selalu ada)

sakit. Darahnya keluar yang merupakan diagnosa pasti pada

kadang bercampur dengan kasus-kasus mola hidatidosa.11

lendir dan gumpalan -  Perdarahan baik sedikit maupun banyak

gumpalan bergelembung. yang berwarana merah kecoklatan.

Darah yang keluar berwarna Perdarahan pervaginam merupakan tanda

kecoklatan. Darah yang keluar klinik yang sering terjadi baik pada mola

sebanyak 3x ganti pembalut komplet maupun mola parsial. Perdarahan

dan tidak berbau. Pasien terjadi pada minggu ke 6 – 16 kehamilan

merasa bahwa perutnya atau pada trimester pertama yaitu 80-90 %

semakin membesar sejak 5 kasus pada mola komplet dan 75 % pada

minggu lalu tetapi seperti mola parsial. Hal tersebut disebabkan oleh

tidak sesuai dengan usia jaringan mola yang terlepas dari sel

kehamilannya, dan decidua dan merusak pembuluh darah

kehamilannya saat ini sangat maternal sehingga terjadi pembesaran

berbeda dengan kehamilan uterus karena terlalu banyak darah

sebelumnya. sehingga darah keluar melalui vagina.5

36
 Pembesaran uterus yang melebihi usia

kehamilan terjadi 38 – 51 % pada kasus

mola komplet dan 8 – 11% ada kasus mola

inkomplet. Hal ini disebabkan oleh

jaringan trofoblas yang berkembang

berlebihan yang berkaitan dengan

tingginya kadar hCG dan terdapat retensi

darah.5

 Hiperemesis gravidarum berkaitan dengan

kenaikan kadar hCG dan pembesaran

uterus yang berlebihan sehingga

menyebabkan mual dan muntah yang

berat Hal ini terjadi pada 4 % pasien

dengan mola hidatidosa pada usia

kehamilan minggu ke – 5- 9 dan 23 %

pada pasien yang didiagnosis setelah 10

minggu kehamilan.6

 Testpack akan mendeteksi hormon hCG

Pasien juga mengatakan mual sehingga baik hamil normal atau hamil

muntah dan nyeri ulu hati sejak anggur sama-sama menunjukkan hasil

5 hari sebelum masuk rumah positif. Untuk mendeteksi hamil anggur

sakit dengan frekuensi 3 kali perlu dilakukan pemeriksaan berupa

sehari. Terdapat juga keluhan pemeriksaan USG ataupun

37
nyeri perut bagian bawah. pemeriksaan.8kadar hormon hCG.8

Pasien sebelumnya sudah

melakukan test pack dan

hasilnya positif hamil. Keluhan

lain yang dirasakan :

pengelihatan kabur (-), kejang

(-), BAB dan BAK dalam batas

normal.

 Pemakaian kontrasepsi oral yang berkaitan

Riwayat penggunaan dengan durasinya dan disertai dengan

KB Pil(+). riwayat keguguran meningkatkan risiko

angka kejadian mola hidatidosa sebesar 2

kali lipat.11

 Preeklampsia dapat terjadi pada kehamilan

trimester pertama dan awal trimester

Pada pemeriksaan kedua atau sebelum usia kehamilan

fisik, kesadaran mencapai 24 minggu. Preeklampsia

compos mentis biasanya berkembang pada pasien dengan

dan sakit sedang kenaikan kadar hCG dan adanya

dan tanda vital pembesaran uterus. Hal tersebut

Tekanan Darah ditemukan pada 27 % pasien dengan mola

:160/100 mmHg komplet an 4 % pasien dengan mola

,Nadi : 80 inkomplet.11

38
x/Menit ,  Pada pemeriksaan fisik secara umum

Pernapasan : 20 dibagi dengan inspeksi, palpasi dan

x/Menit , Suhu auskultasi. Pada inspeksi, terkadang wajah

36,7o C dan badan terlihat pucat kekuning-

Pada pemeriksaan status kuningan yang bisa disebut dengan muka

generalisata didapatkan wajah mola (mola face) dan gelembung mola

tampak pucat kekuningan, dapat dilihat jelas saat keluar. Selanjutnya,

Inpeksi Abdomen tampak pada palpasi biasanya uterus teraba lebih

cembung ikut gerak napas, besar dibandingkan dengan usia

auskultasi : Peristaltik (+) kesan kehamilan, tidak teraba bagian-bagian

meningkat , auskultasi : janin dan balotement, maupun gerakan

Peristaltik (+) kesan normal, janin. Kemudian, pada auskultasi tidak

palpasi : hepar/Lien tidak teraba, terdengar adanya bunyi denyut jantung

nyeri tekan (+), massa (+). janin dan pemeriksaan dalam diperoleh

uterus terasa lembek dan terdapat

Pada pemeriksaan status perdarahan dalam kanalis servikalis.15

obsetetrik , uterus teraba lebih

besar dibandingkan dengan usia

kehamilan, tidak teraba bagian-

bagian janin dan balotement,

maupun gerakan janin

Pemeriksan Luar , Leopold : -

DJJ : -, His : -, TFU : Teraba 2

39
jari dibawah pusat. Pada

auskultasi tidak terdengar

adanya bunyi denyut jantung

janin. dan pemeriksaan dalam

diperoleh uterus terasa lembek

dan terdapat perdarahan dalam

kanalis servikalis

B. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Kasus Teori

Hasil pemeriksaan  Pada kelainan mola, bentuk

penunjang dari kasus karakteristik yang khas berupa

ini, di dapatkan hasil gambaran seperti badai salju (snow

USG terdapat flake pattern) atau gambaran seperti

gambaran khas mola sarang lebah (honey comb) dengan

hidatidosa yaitu snow atau tanpa kantong gestasi atau janin.

storm atau badai salju, Pemeriksaan ini sebaiknya dilakukan

dan pada pemeriksaan pada setiap pasien yang pernah

laboratorium mengalami Pada kelainan mola,

didapatkan sedikit bentuk karakteristik yang khas berupa

penurunan Hb yaitu gambaran seperti badai salju (snow

9,2gr/dl. flake pattern) atau gambaran seperti

sarang lebah (honey comb) dengan

40
atau tanpa kantong gestasi atau janin.

Pemeriksaan ini sebaiknya dilakukan

pada setiap pasien yang pernah

mengalami perdarahan pada trimester

awal kehamilan dan memiliki uterus

lebih besar dari usia kehamilan. USG

dapat menjadi pemeriksaan yang

spesifik untuk membedakan antara

kehamilan normal dengan mola

hidatidosa. Namun harus diingat bahwa

beberapa struktur lainnya dapat

memperlihatkan gambaran yang serupa

dengan mola hidatidosa termasuk

myoma uteri dengan kehamilan ini

dan kehamilan janin.9

C. TATALAKSANA

Kasus Teori

 Tindakan Kuretase  Kuretase vakum dapat segera dilakukan

 IVFD RL 28 TPM bila gelembung mola sudah keluar dan

 Nifedipine 3 x 1 keadaan umum penderita stabil, atau

 O2 2 liter dapat dilakukan dengan persiapan bila

gelembung mola belum keluar dan

serviks masih tertutup. Perlu diingat

41
bahwa setelah kuretase vakum, dinding

uterus dibersihkan dengan kuret tajam.

Sediaan patologi anatomi diambil dari

jaringan yang melekat ke dinding

uterus. Laporan pasca kuretase vakum

harus lengkap, meliputi jumlah

jaringan, darah, diameter gelembung,

dan ada tidaknya bagian janin. Kuretase

hanya dikerjakan sebanyak satu kali,

kuretase selanjutnya harus dikerjakan

atas indikasi.11,15

 Anti hipertensi direkomendasikan pada

preeklampsia dengan hipertensi berat,

atau tekanan darah sistolik ≥ 160

mmHg atau diastolik ≥ 110 mmHg.

Target penurunan tekanan darah adalah

sistolik < 160 mmHg dan diastolik <

110 mmHg. Pemberian Nifedipin,

regimen yang direkomendasikan adalah

10 mg kapsul oral, diulang tiap 15-30

menit, dengan dosis maksimum 30 mg.

42
DAFTAR PUSTAKA

1. Martadisoebrata .2006. Penyakit Serta Kelainan Plasenta dan Selaput

Janin. Dalam : Ilmu Kebidanan. Editor Wiknjosastro H. Saifuddin AB,

Rachimhadhi T. Edisi ketiga, Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono

Prawirohardjo : p.339-59

2. Wiknjosastro H. Mola Hidatidosa. Dalam: Anwar, Editor. Ilmu

kandungan. Edisi ke- 2. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono

Prawirohardjo; 2006. hlm. 262 – 266.

3. Nguyen NMP, Slim R. Genetics and epigenetics of recurrent hydatidiform

moles: Basic science and genetic counselling. Curr Obstet Gynecol Rep

[Internet]. 2014 [diakses tanggal 7 Juli 2015]; 3:55–64. Tersedia dari:

http://www.pubmedcentral.nih.gov/articlerender.fcgi?

artid=3920063&tool=pmce ntrez&rendertype=abstract

4. Seckl MJ, Sebire NJ, Fisher R a., Golfier F, Massuger L, Sessa C.

Gestational trophoblastic disease: ESMO Clinical Practice Guidelines for

diagnosis, treatment and follow-up. Ann Oncol [Internet]. 2013 [diakses

43
tanggal 7 Juli 2015]; 24(suppl 6):vi39–50. Tersedia dari:

http://annonc.oxfordjournals.org/cgi/doi /10.1093/annonc/mdt345 4.

5. Kusuma AI, Pramono BA. 2017. Karakteristik Mola Hidatidosa Di Rsup

Dr. Kariadi Semarang. Jurnal Kedokteran Diponegoro.;6(2):319–27.

6. Damongilala S, Tendean HMM, Loho M. 2015. Profil Mola Hidatidosa Di

Blu Rsup Prof. Dr. R. D. Kandou Manado. Jurnal e-Clinic

(eCI).;3(2):683–6

7. Lurain JR, MD.2010. Gestational trophoblastic disease I: epidemiology,

pathology, clinical presentation and diagnosis of gestational trophoblastic

disease, and management of hydatidiform mole. American Journal Of

Obstetrics & Gynecology. 203(6):531–9.

8. Pradjatmo H, Dasuki D, Dwianingsih EK, Triningsih E. Malignancy risk

scoring of hydatidiform moles. Asian Pac J Cancer Prev. 2015; 16:2441–5

9. McGrath S, Short D, Harvey R, Schmid P, Savage PM, Seckl MJ. 2010.

The management and outcome of women with post- hydatidiform mole

“low-risk” gestational trophoblastic neoplasia, but hCG levels in excess of

100 000 IU l(-1). Br J Cancer.; 102(5):810–4.

10. Goldstein DP, Berkowitz RS, Bernstein MR. Management of molar

pregnancy. J Reprod Med. 1981; 26(4):208–12.

11. Ratna,DP. 2014. Buku Ajar Pendarahan Pada Trimester 1. Unila Publish.

Vol 1.Molahidatidosa. 2:40

44
12. Riadh BT, Abdellatif C, Wissal H, Leila A, Taher M, Abdelhamid K.

Clinical analysis and management of gestational trophoblastic diseases : A

90 cases study. 2009; 5(4):321–5.

13. Seckl MJ, Sebire NJ, Fisher RA, et al. Gestational trophoblastic disease:

ESMO Clinical Practice Guidelines for diagnosis, treatment and follow-

up. Annals of Oncology, 2013. 24(suppl 6): vi39–vi50.

doi:10.1093/annonc/mdt345

14. Hanafiah GA. Diagnosis Kehamilan. Dalam: Abdul BS, Editor. llmu

Kebidanan Sarwono Prawirohardjo. Edisi ke-3. Jakarta: PT Bina Pustaka

Sarwono Prawirohardjo; 2010. hlm. 213–20.

15. Arif,YP. 2014. Diagnsosis Molahidatidosa . Buku Ajar Pendarahan Pada

Trimester 1. Unila Publish. Vol 1.Molahidatidosa. 2:40

45

Anda mungkin juga menyukai