MIOMA UTERI
Oleh:
Santry Dewi Pratiwi, S. Ked
K1B1 22 038
Pembimbing:
dr. Firman Ihram Thamrin. Sp.OG., M.Kes
Telah menyelesaikan Laporan Kasus dalam rangka kepaniteraan klinik pada Bagian
Ilmu Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Halu Oleo.
mental, dan sosial utuh, tidak hanya terbebas dari berbagai penyakit atau
dari kesehatan ibu dan anak (KIA), keluarga berencana (KB), pencegahan dan
paling sering ditemukan adalah mioma uteri. Mioma uteri disebut juga
dari otot uterus dan jaringan ikat. Sebagian besar kasus mioma uteri adalah
waktu 3 tahun agar dapat mencapai ukuran sebesar tinju, akan tetapi beberapa
berat lebih dari 5 kg. Jarang sekali mioma ditemukan pada wanita berumur 20
tahun, paling banyak berumur 35 – 45 tahun (25%). Mioma uteri ini lebih
angka kejadian mioma uteri adalah 2-12,8 orang per 1000 wanita tiap
tinggi pada wanita kulit hitam dibanding kulit putih. Diperkirakan setiap 4-5 1
pada dekade usia ke-3 dan ke-4 dalam kurun kronologi kehidupan wanita.
Usia termuda yang pernah dijumpai adalah 13 tahun dan tumor jinak ini
Indonesia, kasus mioma uteri sebesar 2,39-11,7% dan penyakit ini menempati
STATUS PASIEN
A. IDENTITAS
Nama : Ny. S
Umur : 42 Tahun
Alamat : Raha
Agama : Islam
Pekerjaan : IRT
Status : Menikah
Suku : Muna
B. ANAMNESIS
1. Keluhan Utama
2. Anamnesis Terpimpin
dengan keluhan benjolan pada perut bagain bawah yang dirasakan ± sejak 3
bulan yang lalu serta pasien merasa sering buang air kecil sejak ± 1 bulan
terakhir dan terkadang merasakan nyeri perut bagian bawah. Keluhan lain
mual (-), muntah (-), sakit kepala (-), nyeri ulu hati (-), keluar darah dari jalan
lahir (-), keputihan (-). Riwayat USG pada 21 Desember 2022: massa dan
multiple nodul uterus suspek mioma uteri dengan ukuran 10 x 9 cm. Serta
4. Riwayat Alergi
6. Riwayat Pengobatan
(-)
7. Riwayat Operasi
(-)
8. Riwayat Psikososial
9. Riwayat Haid
Menarche umur 12 tahun, siklus haid 28-30 hari, Lama haid 5-7 hari dengan
P3A0
C. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan Umum
a. Sakit sedang
2. Tanda Vital
3. Status Gizi
BB : 58 kg
TB : 150 cm
4. Status Generalisata
(+/+)
e. Thorax
1) Paru
2) Jantung
c) Perkusi :
f. Abdomen
1) Inpeksi : Cembung, ikut gerak napas (+)
g. Ekstremitas
1) Atas : turgor kulit baik, udem (-/-), akral hangat, sianosis (-), CRT < 2
detik
2) Bawah : turgor kulit baik, udem (-/-), akral hangat, sianosis (-), CRT < 2
detik
D. PEMERIKSAAN GINEKOLOGI
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
F. RESUME
dengan keluhan benjolan pada perut bagain bawah yang dirasakan ± sejak 3 bulan
yang lalu serta pasien merasa sering buang air kecil sejak ± 1 bulan terakhir dan
terkadang merasakan nyeri perut bagian bawah. Keluhan lain berupa mual (-),
muntah (-), sakit kepala (-), nyeri ulu hati (-), keluar darah dari jalan lahir (-),
keputihan (-). Riwayat USG pada 21 Desember 2022: massa dan multiple nodul
uterus suspek mioma uteri dengan ukuran 10 x 9 cm. Serta BAB dalam batas
normal.
Riwayat penyakit sebelumnya (-); Riwayat alergi obat dan makanan (-);
Riwayat penyakit yang sama dalam keluarga (-), HT (-); Riwayat pengobatan (-);
Riwayat Operasi (-); Riwayat merokok dan alkohol (-); Menarche umur 12 tahun,
siklus haid 28-30 hari, Lama haid 5-7 hari dengan 2-3 kali ganti pembalut per
G. DIAGNOSA KERJA
H. TERAPI
TUNJUKAN PUSTAKA
A. DEFINISI
Mioma uteri adalah neopalsma jinak yang berasal dari miometrium, terdiri dari
sel-sel jaringan otot polos uterus dan jaringan pengikat fibroid, dan kolagen, sehingga
dalam kepustakaan dikenal dengan istilah Fibromioma, leiomioma, atau fibroid. 1 Sel
tumor terbentuk karena mutasi genetik, kemudian berkembang akibat induksi hormon
tumor ini jarang mengenai usia pra-pubertas serta progrsivitasnya akan menurun pada
masa menopause.2
B. EPIDEMIOLOGI
Mioma uteri terjadi pada 20 - 25% perempuan di usia reproduktif, tetapi oleh
faktor yang tidak diketahui secara pasti dengan kejadian mioma uteri di Dunia diprediksi
mencapai 60-75% terjadi pada wanita berusia di atas 20-35 tahun. Insidensinya 3-9 kali
lebih banyak pada ras kulit berwarna dibandingkan dengan ras kulit putih. 4
mioma uteri sebesar 10,3% dan 11,9% dari semua penderita ginekologi yang dirawat
serta diketahui insidensinya selalu meningkat tiap tahunnya. 2 Jumlah kejadian penyakit
ini di Indonesia menempati urutan kedua setelah kanker serviks. Selain endometriosis,
mioma uteri merupakan salah satu penyakit penyerta pada wanita infertil. 4
Dari seluruh wanita, insiden mioma uteri diperkirakan terjadi sekitar 20- 30%.
Mioma uteri sering ditemukan pada wanita usia reproduksi sekitar 20- 25%, angka
kejadian ini lebih tinggi pada usia diatas 35 tahun, yaitu sekitar 40%. Tingginya kejadian
mioma uteri antara usia 35 – 50 tahun menunjukkan adanya hubungan antara mioma uteri
dengan hormon estrogen. Mioma uteri belum pernah dilaporkan terjadi pada usia
sebelum menarke sedangkan angka kejadian mioma uteri pada wanita menopause hanya
sekitar 10%. Ditemukan bahwa mereka yang menarke pada usia <10 tahun beresiko
mendapat penyakit reproduksi 10% lebih cepat dibandingkan dengan wanita yang
memulai menstruasi pada usia 14 tahun. Menarke dini (<10 tahun) ditemukan
meningkatkan resiko relatif mioma uteri 1,24 kali sedangkan menarke lambat (>16 tahun)
C. ETIOLOGI
Etiologi pasti mioma uteri belum diketahui secara pasti. Mioma jarang
sekali ditemukan pada usia sebelum usia pubertas, sangat dipengaruhi oleh
hormon reproduksi, dan hanya bermanifestasi selama usia reproduksi.5
Umumnya mioma terjadi di beberapa tempat. Pertumbuhan mikroskopik
menjadi masalah utama dalam penanganan mioma karena hanya tumor soliter dan
tampak secara makroskopik yang memungkinkan untuk ditangani dengan cara
enukleasi. Walaupun penyebab mioma uteri belum dikatahui secara pasti, tetapi
mioma uteri atau fibroid uteri ini telah diidentifikasi adalah merupakan proliferasi
jinak dari otot polos dan jaringan ikat fibrosa yang berasal dari sel tunggal. Sering
ditemukan multiple, dengan diameter berkisar antara 1 mm hingga >20cm, dan
dikelilingi oleh pseudokapsul dari serat otot polos. Fibroid ini dapat membesar
sebagai respon terhadap estrogen dan sebagian besar akan mengecil setelah
menopause. Progestin, clomiphene, dan kehamilan dapat menyebabkan
peningkatan ukuran yang lebih cepat, dengan disertai degenerasi hemoragik dan
nyeri.6
Etiologi mioma uteri adalah abrnomalitas gen karena mutasi genetik
HMG1, HMG1-C, HMG1 (Y) HMGA2, COL4A5, COL4A6, dan MEDI2.2
Kelainan kromosom terjadi akibat gangguan translokasi kromosom 10, 12, dan
14, delesi kromosom 3 dan 7 serta aberasi kromosom 6.7
D. FAKTOR RISIKO
Faktor risiko pertumbuhan mioma uteri antara lain umur, paritas, riwayat
Wanita dengan usia menarche dini < 10 tahun berisiko 2 kali lebih besar dari pada
wanita dengan usia menarche normal karena pada saat wanita sudah mengalami
menstruasi maka hormon estrogen sudah diproduksi, hal ini yang dapat
terkena mioma uteri. Selain usia menarche dan obesitas, wanita yang melahirkan
< 1 anak juga mempunyai risiko 2,7 kali mengalami mioma uteri, karena jumlah
hormon estrogen dalam tubuh yang banyak, dibandingkan dengan wanita yang
melahirkan banyak anak, hormon estrogen dalam tubuhnya akan berkurang, yang
dapat mengurangi risiko terjadinya mioma uteri. Selain itu wanita dengan riwayat
keluarga keturunan tingkat pertama dengan penderita mioma uteri mempunyai 2,5
garis keturunan penderita mioma uteri. Selain diproduksi alami oleh tubuh
hormon estrogen juga dapat dihasilkan dari penggunaan alat kontrasepsi
hormonal, yang dapat memicu pertumbuhan mioma uteri karena mioma uteri kaya
1. Usia
Frekuensi kejadian mioma uteri paling tinggi terjadi antara usia 35-50
tahun yaitu mendekati angka 40% dengan kejadiannya 4,3 per 1000 wanita.
Sedangkan pada kelompok wanita usia 40-44 tahun tingkat kejadian fibroid 22,5
per 1000 wanita, sangat jarang ditemukan pada usia dibawah 20 tahun,
sedangkan pada usia menopause hampir tidak pernah ditemukan. Pada usia
reproduksi, serta akan turun pada usia menopause. Pada wanita menopause
mioma uteri ditemukan sebesar 10%. Proporsi mioma meningkat pada usia
kulit putih umur 40-44 tahun beresiko 6,3 kali menderita mioma uteri
dibandingkan umur <30 tahun. Sedangkan pada wanita kulit hitam umur 40-
44 tahun beresiko 27,5 kali untuk menderita mioma uteri jika dibandingkan
kejadian fibroid, seperti yang ditemukan pada menarke dini (usia < 10 tahun) dan
risiko rendah pada wanita yang terlambat menarke. Fibroid ditemukan lebih kecil
dan lebih sedikit pada spesimen histerektomi pada wanita postmenopause, yang
3. Riwayat Keluarga
Wanita dengan garis keturunan tingkat pertama dengan penderita
4. Etnis.
Wanita Afrika-Amerika memiliki risiko 2,9 kali lebh besar mengalami
fibroid daripada wanita berkulit putih, tidak terkait dengan faktor risiko lain yang
muda dan memiliki lebih banyak, lebih besar, dan lebih banyak yang simtomatik.
Tidak jelas apakah perbedaan ini adalah genetik atau hasil dari perbedaan yang
terlambat akan meningkatkan risiko mioma uteri akibat sel rahim terus
6. Nulipara
Wanita yang belum pernah hamil berisiko terkena mioma uteri;
progesteron.5
7. Infeksi/Iritasi
Infeksi, iritasi, atau cedera rahim akan meningkatkan risiko mioma
8. Obesitas
Obesitas juga berperan dalam terjadinya mioma uteri. Sebuah studi
tubuh (IMT). Temuan serupa dilaporkan pada wanita dengan lemak tubuh
9. Diet.
Beberapa penelitian meneliti hubungan antara diet dan keberadaan
atau pertumbuhan fibroid. Pola makan yang tinggi akan daging sapi, daging
merah lainnya, dan ham meningkatkan insiden fibroid, sementara diet yang
dibandingkan wanita dalam kategori aktifitas fisik rendah (kurang dari 2 jam
per minggu)
fibroid yang diberikan 2 mg estradiol oral setiap hari dan diacak menjadi 2,5
cm).
Wanita pascamenopause dengan fibroid yang diobati dengan
3 tahun dengan kelompok wanita yang sama yang tidak menggunakan terapi
hormon. Pada akhir tahun ketiga, hanya 3 dari 34 (8%) wanita yang diobati
dan 1 dari 34 (3%) wanita yang tidak diobati mengalami peningkatan volume
13.Stres
Pada stres terjadi pelepasan kortisol dan perangsangan Hypothalamo-
dan progesteron.7
E. PATOFISIOLOGI
Sejumlah faktor dihubungkan dengan kejadian mioma uteri yang dikenal dengan
nama lain leiomioma uteri, yakni: hormonal, proses inflamasi, dan growth factor.
1. Hormonal
Insulin Like Growth Factor (IGF-1), Transforming Growth Factor (TGF), dan
menemukan bukti bahwa gen ini lebih banyak diproduksi saat fase sekretori
2. Proses Inflamasi
sitokin lain juga memiliki peranan dalam terjadinya tumor antara lain IL1, IL-
6, dan eritropoietin.7
3. Growth Factor
Epidermal Growth Factor (EGF), Insulin Like Growth Factor (IGF I-II),
mencetak DNA-DNA baru, induksi proses mitosis sel dan berperan dalam
growth factor juga menjadi faktor pemicu mioma uteri karena dapat
F. KLASIFIKASI
terkena.1
a. Lokasi
urinarius.
3) Corporal (91%), merupakan lokasi paling lazim, dan seringkali tanpa
gejala.
b. Lapisan uterus
Jenis mioma uteri yang paling sering adalah jenis intramural (54%)
1) Mioma Submukosa
kedalam rongga uterus. jenis ini dijumpai 6,1% dari seluruh kasus mioma.
dismenore.1,5
Dari sudut klinik, mioma uteri submukosa mempunyai arti yang lebih
penting dibandingkan dengan jenis yang lain. Pada mioma uteri subserosa
dan infark. pada beberapa kasus, penderita akan mengalami anemia dan
2) Mioma Intramural
keluhan miksi.1,5
masih kecil dan tidak merubah bentuk uterus, tetapi bila besar akan
kecuali rasa tidak enak karena adanya massa tumor di daerah perut sebelah
jaringan ikat dominan padat, jaringan otot rahim dominan lunak. 1,5
struktur mirip potongan daging ikan. tumor berbatas tegas dan berbeda
ada kalanya diganti oleh jaringan ikat. Pada mioma uteri dapat terjadi
perubahan sekunder yang sebagian besar bersifat degenerasi. Hal ini oleh
3) Mioma Subserosa
intraligamenter.1,4
saja, dapat pula sebagai satu massa yang dihubungkan dengan uterus
yang cukup besar akan mengisi rongga peritoneal sebagai suatu massa.
akan terlepas dari uterus sebagai massa tumor yang bebas dalam rongga
4) Mioma Intraligamenter
ditemukan satu macam mioma saja dalam satu uterus. Mioma pada servik
Apabila mioma dibelah maka tampak bahwa mioma terdiri dari bekas
otot polos dan jaringan ikat yang tersusun seperti kumparan whorie like
pattern / dengan pseudokapsul yang terdiri dari jaringan ikat longgar yang
miometrium
Tipe 5 - tipe serosa dengan 50% bagian tumor berada pada
intramural
G. MANIFESTASI KLINIS
Gejala klinik hanya terjadi pada 35-50% penderita mioma. Hampir sebagian
bergantung pula dari lokasi, ukuran atau jenis mioma yang diderita. Berbagai
bagian bawah.9
Perdarahan menjadi manifestasi klinis utama pada mioma dan pada hal
ini terjadi pada 30% penderita. Bila terjadi secara kronis maka dapat terjadi
anemia defisiensi besi dan bila berlangsung lama dan dalam jumlah yang
besar maka sulit dikoreksi dengan suplementasi besi. Perdarahan pada mioma
akibat tarikan dan infeksi (vagina dan kavum uteri terhubung oleh tangkai
yang keluar dari ostium serviks). Dismenorea dapat disebabkan oleh efek
3. Nyeri
pembukuh darah, infeksi torsi tangkai mima, atau kontraksi uterus sebagai
abdomen akut dapat terjadi bila torsi berlanjut dengan terjadinya infark atau
4. Efek Penekanan
Bila ukuran tumor lebih besar lagi, akan terjadi penekanan ureter,
kandung kemih dan rektum. Semua efek penekanan ini dapat dikenali melaui
pemeriksaan IVP, kontras saluran cerna, rontgen, dan MRI. Abortus spontan
5. Infertilitas
masih belum jelas. Dilaporkan sebesar 27% – 40% wanita dengan mioma uteri
terjadi atrofi karena kompresi massa tumor. Apabila penyebab lain infertilitas
H. DIAGNOSIS
1. Anamnesis
Gejala lain adalah nyeri perut dan pinggang bawah saat menstruasi,
seksual dan juga tanda dan gejala yang berhubungan dengan anemia.
Keluhan penting adalah seringnya abortus spontan atau sulit hamil terutama
massa yang dihasilkan oleh leiomioma pada struktur sekitarnya. Pasien juga
mungkin tidak menunjukkan gejala sama sekali dengan temuan fibroid yang
2. Pemeriksaan Fisik
uteri dapat diduga dengan pemeriksaan luar sebagai tumor yang keras,
bentuk yang tidak teratur, gerakan bebas, tidak sakit.3 Pemeriksaan spekulum
kemungkinan patologi vagina atau serviks, serta menilai ukuran, dan bentuk
organ reproduksi wanita. Rahim asimetris yang besar yang dirasakan saat
3. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium
b. Imaging
dengan USG akan didapat massa padat dan homogen pada uterus.
A B
penggunaan histeroskop.7
Gambar 7. Submukosa dan intramural Oblik aksial (A) dan oblik coronal
I. PENATALAKSANAAN
1. Observasi
2. Medikamentosa
progesteron dengan atau tanpa estrogen. Pada pemberian awal bisa terjadi
perburukan keluhan akibat efek samping obat. Analog GnRH juga dapat
b. Preparat Progesteron
Preparat progesteron antara lain antagonis progesteron atau Selective
menurun jauh lebih besar, sebesar 50%, pada pemberian ulipristal 10mg
Devices (LNG IUS) untuk mencegah relaps. IUD jenis ini juga
c. Aromatase Inhibitor
ini adalah tidak ada efek tromboemboli yang dapat menjadi kausa
mortalitas.5
d. Asam Traneksamat
e. NSAID
a. Miomektomi
ukuran tumor <3 cm yang 50%-nya berada dalam rongga rahim dan pada
mioma multipel. Akan tetapi, komplikasi perdarahan pada teknik ini lebih
b. Histerektomi
4. Radioterapi
Selain pembedahan, juga digunakan teknik non-invasif radioterapi, yakni
kehamilan, jika terdapat infeksi arteri atau adneksa dan alergi terhadap
bahan kontras.10
b. Miolisis/Ablasi Tumor
Teknik ini bekerja langsung menghancurkan sel tumor dengan media
J. DIAGNOSIS BANDING
1. Kehamilan
2. Kehamilan ektopik
3. Adenomiosis
4. Polip endometrium
5. Endometriosis
6. Karsinoma endometrium
strip test, laboratorium darah, USG, ataupun histeroskopi. 5 Tidak seperti fibroid,
adenomiosis cenderung lebih berbentuk oval dengan USG batas yang tidak
K. KOMPLIKASI
Berdasarkan data di Amerika Serikat, infertilitas dapat terjadi pada 2-3% kasus
mioma uteri. Pada kehamilan, tumor akan memicu keguguran, gangguan plasenta
nyeri, demam, dan ekspulsi tumor dari vagina. Setelah miolisis dapat terjadi nyeri
dan perdarahan.7
L. PROGNOSIS
tindakan.7
Mioma uteri bersifat jinak, risiko menjadi keganasan sangat rendah, hanya
menyimpulkan bahwa transformasi maligna hanya terjadi pada 0,25% (1 dari 400
oleh riwayat radiasi pelvis, riwayat penggunaan tamoksifen, usia lebih dari 45
PEMBAHASAN
Kasus Teori
B. Pemeriksaan Penunjang
Kasus Teori
USG abdomen : Tampak massa Ultrasonografi merupakan
dengan ukuran 10 x 9 cm suspek pemeriksaan penunjang yang paling
mioma uteri direkomendasikan untuk diagnosis
mioma uteri. Pemeriksaaan dengan
USG akan didapat massa padat dan
homogen pada uterus. Mioma uteri
berukuran besar terlihat sebagai
massa pada abdomen bawah dan
pelvis dan kadang terlihat tumor
dengan kalsifikasi
C. Penatalaksanaan
Kasus Teori
Tindakan Histerektomi dengan Histerektomi direkomendasikan
pembedahan laparotomy
untuk pasien berusia diatas 40
tahun dan tidak berencana memiliki
anak lagi. Histerektomi dapat
dilakukan dengan metode
laparotomi, mini laparotomi, dan
laparoskopi. Histerektomi vagina
lebih dipilih karena komplikasi
lebih rendah serta durasi
hospitalisasi lebih singkat.7
Tindakan pengangkatan uterus
yang paling umum dilakukan pada
kasus mioma uteri. Histerektomi
total umumnya dilakukan dengan
alasan mencegah timbulnya mioma
uteri berulang atau timbulnya
karsinoma servisis uteri.
3. Fitriyanti, F., & Machmudah, M. (2020). Penurunan Intensitas Nyeri pada Pasien
Mioma Uteri menggunakan Teknik Relaksasi dan Distraksi. Ners Muda, 1(1), 40.
4. Pasinggi, S., Wagey, F., Rarung, M. 2015. Prevalensi Mioma Uteri Berdasarkan
Umur di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado. Jurnal e-Clinic (eCl), Vol. 3,
No. 1
5. Adriaansz, G. 2011. Buku Ilmu Kandungan: Tumor Jinak Organ Genitalia.
Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardji. Edisi Ketiga, Hal. 274-278
6. Murti NHA. 2019. Analisis Faktor Pemicu Perkembangan Mioma Uteri pada
Wanita Dewasa Akhir. Artikel. DOI:10.31227/osf.io/hg85j. diunduh dari:
https://osf.io/preprints/inarxiv/hg85j/)
7. Lubis PN. 2020. Diagnosis dan Tatalaksana Mioma Uteri. CDK-284. 47(3):196-
200
8. Laning, I., Manurung, I., & Sir, A. (2019). Faktor Risiko yang Berhubungan
dengan Kejadian Penyakit Mioma Uteri. Lontar: Journal of Community
Health, 1(3), 95-102.