Anda di halaman 1dari 32

MAKALAH

KONSEP BIOAKUSTIK DALAM KEPERAWATAN


Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ilmu Biomedik Dasar
Biokimia pada Semester I

Dosen: Ganik Sakitri, S. Kep. NS. M. Kep

Disusun oleh Kelompok 5:

Agatha Radiana Anargya 23.1.001


N.
Arum Sekar Langit 23.1.007
Astrid Dian Monika 23.1.009
Aulia Ayu Andita 23.1.010
Ayu Retno Wulan 23.1.011
Doni Orlando 23.1.022
Hany Carolina Oktikadewi 23.1.027
Vania Ranita Fitri 23.1.051
Wahyu Eka Aditya 23.1.052

PROGAM STUDI D III KEPERAWATAN

POLITEKNIK INSAN HUSADA


TAHUN AJARAN 2023/2024
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi


Maha Panyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-
Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada
kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ilmiah tentang
“Konsep Bioakustik dalam Keperawatan”.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Ganik Sakitri, S. Kep.


Ns., M. Kes selaku Dosen Ilmu Biomedik Dasar yang telah memberikan
tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai
dengan bidang studi yang kami tekuni. Makalah ilmiah ini telah kami
susun dengan maksimal. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima
kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan
makalah ini. Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa
masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata
bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima
segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah ilmiah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang “Konsep


Bioakustik dalam Keperawatan” ini dapat memberikan manfaat maupun
inpirasi terhadap pembaca.

Surakarta, 15 November 2023


Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................i
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................5
1.1 Latar Belakang....................................................................................................5
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................6
1.3 Tujuan.................................................................................................................6
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................8
2.1 Definisi Bunyi............................................................................................................8
2.1.1 Sumber Bunyi........................................................................................................8
2.1.2 Mendeteksi Bunyi..................................................................................................9
2.1.3 Pengelompokan Bunyi...........................................................................................9
2.1.4 Azaz Doppler.......................................................................................................10
2.2 Sifat dan Kecepatan Gelombang Bunyi...................................................................10
2.2.1 Sifat Gelombang Bunyi........................................................................................10
2.2.2 Kecepatan Gelombang Bunyi...............................................................................12
2.2.3 Intensitas Cahaya.................................................................................................13
2.2.4 Pengertian Bioakustik.........................................................................................14
2.2.5 Proses Pendengaran............................................................................................14
2.2.6 Gangguan Sistem Pendengaran...........................................................................15
2.7 Penerapan Bioakustik dalam Dunia Kesehatan.......................................................17
2.7.1 Prinsip Penggunaan Ultrasonik............................................................................17
2.7.2 Penggunaan dalam Bidang Kesehatan.................................................................18
2.8 Pengaruh dan Pencegahan Kebisingan...................................................................21
2.8.1 Pembagian Kebisingan.........................................................................................21
2.8.2 Pengaruh Bising pada Kesehatan.........................................................................22
2.8.3 Pencegahan Ketulian dari Proses Bising..............................................................22
2.9 Suara......................................................................................................................22
2.10 Vibrasi..................................................................................................................25
2.10.1 Penjalaran Vibrasi Udara dan Efek yang Timbul.................................................25
2.10.2 Penjalaran Vibrasi Mekanik dan Efek yang Timbul.............................................25
BAB III PENUTUP..............................................................................................................27
A. KESIMPULAN....................................................................................................27
B. SARAN..............................................................................................................27
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................29
LATIHAN SOAL..................................................................................................................31
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Suatu perubahan mekanik terhadap zat gas, zat cair atau zat padat
yang merambat ke depan dengan kecepatan tertentu sering menimbulkan
gelombang bunyi. Gelombang bunyi ini merupakan vibrasi getaran dari
molekul zat dan saling beradu satu sama lain namun demikian zat
tersebut terkoordinasi menghasilkan gelombang. Gelombang bunyi dapat
menjalar secara transversal atau longitudinal.

Bunyi berhubungan dengan indra pendengaran yaitu fisiologi telinga.


Telinga berfungsi secara efisien untuk mengubah energi getaran dari
gelombang menjadi sinyal listrik yang dibawa ke otak melalui syaraf.
Telinga manusia merupakan detektor bunyi yang sangat sensitif. Bising
didefinisikan sebagai bunyi yang tidak dikehendaki yang merupakan
aktivitas alam dan buatan manusia (Gabriel, 1996).

Bising dapat berasal dari bunyi atau suara yang merupakan aktivitas
alam seperti bicara, pidato, tertawa dan lain – lain. Bising juga dapat
berasal dari bunyi atau suara buatan manusia seperti bunyi mesin
kendaraan dan mesin – mesin yang ada di pabrik. Untuk menilai bunyi
sebagai bising sangatlah relatif. Misalnya musik di tempat – tempat
diskotik, bagi orang yang biasa mengunjungi tempat itu tidaklah merasa
suatu kebisingan, tetapi bagi orang – orang yang tidak pernah berkunjung
di tempat diskotik akan merasa suatu kebisingan yang mengganggu.
Adapun pemanfaatan bioakustik dalam bidang kesehatan. Salah satu
contoh alat kesehtan yang menggunakan pemanfaatan gelombang
ultrasonik adalah USG (Ultrasonography).

Ultrasonografi medis (sonografi) adalah sebuah teknik diagnostik


pencitraan menggunakan suara ultra yang digunakan untuk mencitrakan
organ internal dan otot, ukuran mereka, struktur, dan luka patologi,
membuat teknik ini berguna untuk memeriksa organ. Sonografi obstetrik
biasa digunakan ketika masa kehamilan.

1.2 Rumusan Masalah

Penulis telah menyusun beberapa masalah yang akan dibahas dalam


karya tulis ini sebagai batasan dalam pembahasan bab isi. Beberapa
masalah tersebut antaralain:
1. Apa itu bunyi?
2. Bagaimana sifat dan kecepatan gelombang bunyi?
3. Bagaimana intensitas bunyi?
4. Apa itu bioakustik?
5. Bagaimana proses pendengaran?
6. Apa saja gangguan sistem pendengaran?
7. Bagaimana penerapan bioakustik dalam bidang kesehatan?
8. Bagaimana pengaruh dan pencegahan dari kebisingan?
9. Bagaimana pembentukan suara?
10. Bagaimana vibrasi itu?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui pengertian bunyi
2. Memahami sifat dan kecepatan gelombang bunyi
3. Menjelaskan mengenai intensitas bunyi
4. Mengetahui pengertian bioakustik
5. Memahami proses pendengaran
6. Mengetahui gangguan system pendengaran
7. Mengetahui penerapan bioakustik dalam bidang Kesehatan
8. Mengetahui pengaruh dan pencegahan dari kebisingan
9. Memahami pembentukan suara
10. Mengetahui tentang vibrasi
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Bunyi

Bunyi merupakan getaran yang menimbulkan gelombang longitudinal


yang merambat melalui medium perambatannya (zat cair, zat padat, dan
udara) sehingga dapat didengar. (Fisika, 2006: 41). Menurut Sears &
Zemansky (2004: 58), definisi umum dari bunyi (sound) adalah sebuah
gelombang longitudinal yang merambat dalam suatu medium (padat, cair
atau gas).

Gelombang bunyi merupakan vibrasi atau gerakan dari molekul-


molekul zat dan saling beradu satu sama lain dimana zat tersebut
terkoordinasi menghasikan gelombang serta mentransmisikan energi
tanpa disertai perpindahan partikel. (Fisika Kedokteran, 1996: 65).
Menurut Sutrisno (1979: 19), suatu sumber titik di permukaan air (medium
dua dimensi) akan menghasilkan gelombang lingkaran, artinya muka
gelombangnya berbentuk lingkaran. Gelombang bunyi yang frekuensinya
di bawah 20 Hz disebut dengan gelombang infrasonic dan gelombang
bunyi yang frekuensinya di atas 20.000 Hz disebut dengan gelombang
ultrasonic (Halliday&Resnick, 1985: 656).

Gelombang bunyi berjalan memindahkan energi dari satu daerah


ruang ke daerah ruang lainnya. Gelombang bunyi dapat terjadi sebagai
gelombang simpangan, gelombang kerapatan dan gelombang tekanan
(Aby Sarojo, 2011: 43).
2.1.1 Sumber Bunyi

Sumber bunyi adalah semua benda yang bergetar dan


menghasilkan suara merambat melalui medium atau zat perantara sampai
ke telinga. Contoh sumber bunyi yaitu: pembakaran minyak dalam mesin,
instrumen musik, gerakan dahan pohon, lonceng, garputala, dsb.

Syarat terjadinya bunyi yaitu:

- Ada sumber bunyi yang bergetar.

- Ada zat perantara (medium) yang merambatkan gelombang bunyi


dari sumber ke telinga.

- Getaran mempunyai frekuensi tertentu (20 Hz – 20.000 Hz).

- Indra pendengar dalam keadaan baik.

2.1.2 Mendeteksi Bunyi

Untuk mendeteksi bunyi perlu mengkonversikan gelombang bunyi


bentuk vibrasi sehingga dapat dianalisa frekuensi dan intensitasnya.
Untuk perubahan ini diperlukan alat mikrofon dan telinga manusia. Alat
mikrofon merupakan transduser yang memberi respon terhadap tekanan
bunyi (sound pressure) dan menghasilkan isyarat atau signal listrik.
Mikrofon yang banyak digunakan adalah mikrofon kondensor. Pemilihan
mikrofon ini sangat penting oleh karena berguna untuk mendeteksi
kebisingan lingkungan perusahaan (merupakan medan difus segala arah
atau medan bebas) disamping itu perlu diperhatikan faktor kecepatan
angin, cuaca oleh karena sangat mempengaruhi pada mikrofon.

2.1.3 Pengelompokan Bunyi

Menurut frekuensinya, bunyi dikelompokan menjadi:


a. Bunyi infrasonik (0 – 20 Hz)
Infrasonik merupakan bunyi yang tidak dapat didengar telinga
manusia, tetapi dapat di dengar oleh jangkrik dan anjing. Frekuensi
ini biasanya ditimbulkan oleh getaran tanah, gempa bumi, getaran
gunung berapi.
b. Bunyi audiosonik (20 – 20.000 Hz) Bunyi audio merupakan bunyi
yang dapat didengar manusia. Audiofrekuensi berhubungan
dengan nilai ambang pendengaran (rata-rata nilai ambang
pendengaran 1000 Hz = 0 dB).
c. Bunyi Ultrasonik (di atas 20.000 Hz) Ultrasonik merupakan bunyi
yang tidak dapat didengar telinga manusia. Frekuensi ini dalam
bidang kedokteran digunakan dalam 3 hal yaitu pengobatan,
destruktif dan diagnosis. Hal ini dapat terjadi oleh karena frekuensi
yang tinggi mempunyai daya tembus jaringan cukup besar.

2.1.4 Azaz Doppler

Efek Doppler adalah peristiwa berubahnya frekuensi sumber bunyi


yang didengar akibat perubahan gerak antara pendengar dan sumber
bunyi. Pada tahun 1800, Christian Johann Doppler mengemukakan
Efek Doppler ini berlaku secara umun pada gelombang.

Efek Doppler ini dipergunakan untuk mengukur bergeraknya zat


cair di dalam tubuh misalnya darah. Berkas ultrasonik/bunyi ultra
uynag mengenai darah (darah bergerak menjauhi bunyi) darah akan
memantulkan bunyi ekho dan diterima oleh detector.

2.2 Sifat dan Kecepatan Gelombang Bunyi

2.2.1 Sifat Gelombang Bunyi


Gelombang bunyi mempunyai sifat memantul, diteruskan,
dan diserap benda. Apabila gelombang suara mengenai tubuh
manusia (dinding) maka bagian dari gelombang akan
dipantulkan dan bagian lain akan diteruskan ke dalam tubuh.
Penyerapan energi bunyi ini akan mengakibatkan berkurangnya
amplitudo gelombang bunyi.

Nilai amplitudo bunyi yang menetap pada jaringan


dinyatakan dalam rumus:

A = A-αx

Keterangan :

A = amplitudo bunyi yang menetap pada jaringan yang tebal


X cm

Ao = amplitudo bunyi mula-mula

α = koefisien adsorpsi jaringan (cm-1) x = tebal jaringan (cm)

Dengan mempergunakan rumus tersebut dapat menghitung


nilai adsopsi jaringan terhadap gelombang bunyi

Bahan Frekuensi A(cm-1) Nilai Paruh Ketebalan Jaringan (cm)

Otot 1 0,13 2,7

Lemak 0,8 0,05 6,9

Otak 1 0,11 1,2

Tulang 0,6 0,4 6,95

Air 1 2,5x10-4 14x103


2.2.2 Kecepatan Gelombang Bunyi

Gelombang bunyi timbul akibat terjadi perubahan mekanik pada zat


padat, zat cair dan gas yang merambat ke depan dengan kecepatan
tertentu. Gelombang bunyi ini menjalar secara longitudinal, lain dengan
cahaya yang menjalar secara transversal.

Pada suatu percobaan, apabila terjadi vibrasi dari suatu bunyi maka
akan terjadi suatu peningkatan tekanan dan penurunan tekanan pada
tekanan atmosfer, peningkatan tekanan ini disebut kompresi sedangkan
penurunan tekanan disebut rarefaksi (peregangan).

Bunyi mempunyai hubungan antara frekuensi vibrasi (f) bunyi, panjang


gelombang (γ) dan kecepatan (v), secara sistematis hubungan itu dapat
dinyatakan dalam rumus.

f=

Keterangan:

f = frekuensi

v = kecepatan

λ = panjang gelombang

Kecepatan bunyi berbeda-beda dalam melewati berbagai medium.


Berikut tabel perbedaannya.

Temperatur Material Masa Jenis Kecepatan (v) Z (=) Kg/m2s


(ρ) Kg/m3 cm/s

20◦C Udara 1,29 331 430


0◦C CO2 1,98 258 430
0◦C H2 8,99x10-2 1.270 430
20◦C Alkohol 791 1.210 430
20◦C Air 1.000 1.480 430
20◦C Besi 7.900 5.130 430
37◦C Darah 1.056 1.570 430
20◦C Otak 1.020 1.530 1,56x106
20◦C Otot 1.040 1.580 1,64x106
20◦C Lemak 920 1.450 1,33x106
20◦C Tulang 1.900 4.040 7,68x106

Gelombang bunyi dibawa oleh zat padat, cair, dan gas. Pada
umumnya, makin keras zat, makin cepat gelombang bunyi merambat. Hal
ini masuk akal, karena kekerasan zat menyatakan secara tidak langsung
bahwa partikel-partikel tergandeng secara kuat sehingga lebih responsif
terhadap gerak partikel lainnya.

2.2.3 Intensitas Cahaya

Intensitas Bunyi yaitu energi yang melewati medium 1 m2/detik atau


watt/m2. Ketika mendengarkan bunyi yang terlalu keras, tentunya telinga
akan merasa sakit. Sebaliknya, bunyi yang terlalu lemah tidak akan
mampu didengar. Kenyataan ini membuktikan bahwa intensitas bunyi
yang dapat didengar manusia dengan baik berada pada batas-batas
tertentu. Intensitas bunyi yang mampu didengar manusia mempunyai
intensitas 10-12 watt/m2 sampai dengan 1 watt/m2.

Intensitas bunyi 10-12 watt/m2 adalah intensitas bunyi terendah yang


masih dapat didengar telinga manusia. Intensitas ini disebut intensitas
ambang pendengaran. Sementara itu, intensitas bunyi terbesar yang
masih dapat didengar telinga manusia tanpa menimbulkan rasa sakit
adalah 1 watt/m2 dan disebut intensitas ambang perasaan.

2.2.4 Pengertian Bioakustik


Bioakustik berasal dari kata bio dan akustika, bio artinya hidup atau
hayat dan akustika berarti kajian getaran dan bunyi. Sedangkan menurut
istilah akustika berarti bagian pisis pendengaran yang tercakup dalam
suatu bidang. Bioakustik adalah suatu perubahan mekanik terhadap zat
gas, zat cair atau zat padat yang sering menimbulkan gelombang bunyi.

Senada dengan itu, (Rusfidra, 2007) memaparkan bahwasanya


bioakustik adalah bidang ilmu yang mempelajari karateristik suara,
fisiologi suara, organ suara, fungsi suara, analisis suara hingga manfaat
suara bagi makhluk hidup. Analisis bioakustik berarti kajian yang akan
mengurai keterkaitan antara bunyi, gelombang bunyi, getaran, dan
sumber bunyi. Bioakustik dalam dunia kesehatan telah menuai banyak
kebermanfaatan, baik untuk mendiagnosis maupun untuk pengobatan
yang sifatnya kontinuitas. Tidak sampai di sana saja, analisis bioakustik
perihal lini kebahasaan juga ikut dirasakan, yakni sebagai penanda, ciri,
sekaligus pendeteksi awal berbagai kesilapan bunyi yang mungkin
diujarkan oleh manusia.

2.2.5 Proses Pendengaran

Proses mendengar diawali dengan ditangkapnya energi bunyi oleh


telinga luar, lalu menggetarkan membran timpani dan diteruskan ke telinga
tengah melalui rangkaian tulang pendengaran yang akan mengamplifikasi
getaran tersebut. Energi getar yang telah diamplifikasikan akan diteruskan
ke telinga dalam (koklea) dan diproyeksikan pada membran basilaris,
sehingga akan menimbulkan gerak relatif antara membran basilaris dan
membran tektoria. Proses ini merupakan rangsang mekanik yang
menyebabkan terjadinya defleksi stereosilia sel-sel rambut, sehingga
kanal ion terbuka dan terjadi pelepasan ion bermuatan listrik dari badan
sel. Keadaan ini menimbulkan proses depolarisasi sel rambut, sehingga
melepaskan neurotransmiter ke dalam sinapsis yang akan menimbulkan
potensial aksi pada saraf auditorius, lalu dilanjutkan ke nukleus auditorius
sampai ke korteks pendengaran (Guyton, 2007).

2.2.6 Gangguan Sistem Pendengaran

a. Gangguan pendengaran Konduktif: terjadi ketika gelombang suara,


terhalang masuknya dari lubang telinga dan gendang telinga menuju ke
rumah siput ( koklea ) dan Saraf Pendengaran(Auditory Nerve).

b. Gangguan pendengaran Sensorineural/ saraf: terjadi ketika rumah siput


( koklea) atau saraf pendengaran fungsinya menurun .

c. Gangguan pendengaran campuran: campuran antara gangguan


pendengaran konduktif dan saraf.

Pengobatan

1) Otoscopy Pemeriksaan dengan menggunakan alat semacam teropong


ini tergolong pemeriksaan awal. Fungsinya untuk melihat liang telinga,
apakah ada infeksi atau kotoran telinga.

2) Tympanometry Pemeriksaan lanjutan ini bertujuan untuk mengetahui


fungsi telinga tengah.

3) Oto Acoustic Emissions (OAE) Pemeriksaan ini dilakukan untuk


mengetahui fungsi sel rambut pada cochlea/rumah siput. Hasilnya dapat
dikategorikan menjadi dua, yakni pass dan refer. Pass berarti tidak ada
masalah, sedangkan refer artinya ada gangguan pendengaran hingga
harus dilakukan pemeriksaan berikut.

4) Auditory Brainstem Response (ABR) Cara pemeriksaannya hampir


sama dengan OAE. berfungsi sebagai screening, juga dengan 2 kategori,
yakni pass dan refer. Hanya saja alat ini cuma mampu mendeteksi
ambang suara hingga 40 dB.
5) Conditioned Oriented Responses (CORs) Pemeriksaan ini dapat
dilakukan pada bayi usia 9 bulan sampai 2,5 tahun untuk mengetahui
perkiraan ambang dengar anak. Caranya, gunakan alat yang dapat
mengeluarkan bunyi-bunyian dan biarkan anak mencari sumber bunyi
tersebut.

6) Visual Reinforced Audiometry (VRA) Pemeriksaan yang hampir sama


dengan CORs ini juga berfungsi untuk mengetahui ambang dengar anak.
Tergolong pemeriksaan subjektif karena membutuhkan respons anak.
Namun pada tes ini selain diberikan bunyi-bunyi, alat yang digunakan juga
harus dapat menghasilkan gambar sebagai reward bila anak berhasil
memberi jawaban. Pemeriksaan ini dapat dilakukan sambil bermain.

7) Play Audiometry Pemeriksaan yang juga berfungsi mengetahui ambang


dengar anak ini dapat dilakukan pada anak usia 2,5-4 tahun. Caranya?
Menggunakan audiometer yang menghasilkan bunyi dengan frekuensi
dan intensitas berbeda. Bila anak mendengar bunyi itu berarti sebagai
pertanda anak mulai bermain misalnya harus memasukkan benda ke
kotak di hadapannya atau bermain pasel.

8) Conventional Audiometry Pemeriksaan ini dapat dilakukan anak usia 4


tahun sampai remaja. Fungsinya untuk mengetahui ambang dengar anak.
Caranya dengan menggunakan alat audiometer yang mampu
mengeluarkan beragam suara, masing-masing dengan intensitas dan
frekuensi yang berbeda-beda. Tugas si anak adalah menekan tombol atau
mengangkat tangan bila mendengar suara.

9) Brainstem Evoked Response Audiometry (BERA) Pemeriksaan ini


dapat dilakukan pada semua usia. Fungsinya, untuk mengetahui respons
ambang dengar seseorang. Pemeriksaan yang tergolong objektif ini
mengharuskan anak dalam keadaan tidur, hingga anak harus dikondisikan
tidur lebih dulu.
10) Tes suara berbisik Telinga normal dapat mendengar suara berbisik
dengan nada rendah. Misalnya suara konsonan dan palatal pada jarak 5-
10 meter. Suara berbisik dengan nada tinggi misalnya suura desis pada
jarak 20 meter.

11) Tes Weber Garputala di getarkan kemudian diletakkan pada dahi atau
puncak dahi. Pada penderita tuli kunduktif akan terdengar baik terang atau
baik pada telinga yang sakit. Pada penderita tuli persepsi, getaran garpu
tala terdengar terang pada telinga normal.

12) Tes Rinne Tes ini membandinkan antara konduksi tulang dan udara.
Garputala digetarkan kemudian diletakkan pada prosesus mastoid setelah
tidak mendengar getaran lagi garputala dipindahkan di depan liang
telinga, tanyakan penderita apakah masih mendengarnya. - Normal:
konduksi udara 85-90 detik. Konduksi melalui tulang 45 detik. - Tes rinne
positif : pendengaran penderita baik juga pada penderita tulipersepsi. - Tes
rinne negative: pada penderita tuli konduksi diman jarak waktu konduksi
tulang mungkin sama atau bahkan lebih panjang.

13) Tes Schwabach Tes ini membandingkan jangka waktu konduksi tulang
melalui vertex atau prosesus mastoid penderita dengan konduksi tulang si
pemeriksa. - Pada tuli konduksi: konduksi tulang penderita lebih panjang
daii pada si pemeriksa - Pada tuli persepsi: konduksi tulang sangat
pendek

2.7 Penerapan Bioakustik dalam Dunia Kesehatan


2.7.1 Prinsip Penggunaan Ultrasonik

Efek Doppler merupakan dasar pengunaan ultrasonic yaitu terjadi


perubahan frekuensi
akibat adanya pergerakan pendengaran atau sebaliknya.Ultrasonic sama
dengan gelombang bunyi hanya saja frekuensi yang sangat tinggi
danmempunyai efek :

 Mekanik

Efek secara mekanik yaitu membentuk emulsi asap/awan dan


disintegrasi beberapa benda padat, dipakai untuk menentukan lokasi batu
empedu.

 Panas

Nelson Heerich dan Krusen, menunjukkan bahwa sebagian


ultrasonik mengalami refleksi pada titik yang bersangkutan, sedangkan
sebagian lagi pada titik tersebut mengalami perubahan panas. Pada
jaringan bisa terjadi pembentukan rongga dengan intensitas yang tinggi.

 Kimia

Gelombang ultrasonik menyebabkan proses oksidasi dan terjadi


hidrolisis pada ikatan polyester.

 Efek biologis

Efek yang ditimbulkan ultrasonik ini merupakan gabungan dari


berbagai efek misalnya akibat pemanasan menimbulkan pelebaran
pembuluh darah. Selain itu ultrasonik menyebabkan peningkatan
permeabilitas membran sel dan kapiler serta merangsang aktifitas sel.
Sesuai hukum Van’t Hoff (menimbulkan panas) otot mengalami paralyse
dan sel-sel hancur; bakteri, virus dapat mengalami kehancuran. Selain itu
menyebabkan keletihan pada tubuh manusia apabila daya ultrasonik
ditingkatkan.

2.7.2 Penggunaan dalam Bidang Kesehatan

Berkaitan dengan efek yang ditimbulkan gelombang ultrasonik dan sifat


gelombang bunyimaka gelombang ultrasonik dipergunakan sebagai
diagnosis dan pengobatan. Contoh alat yang menggunakan gelombang
ultrasonik MRI, USG, dan berbagai prosedur radiologis misalnya sinar-X,
CT-scan, dan sebagainya.

a) Ultrasonik Sebagai Pelengkap Diagnosis

Berkaitan dengan efek yang ditimbulkan gelombang ultrasonik dan sifat


gelombang bunyi ultra maka gelombang ultrasonik dipergunakan sebagai
diagnosis dan pengobatan.

1) CRT (Ossiloskop) Kristal piezo electric yang bertindak sebagai


transduser mengirim gelombang ultrasonik mencapai pada dinding
berlawanan, kemudian gelombang bunyi dipantulkan dan diterima oleh
transduser tersebut pula. Transduser yang menerima gelombang balik
akan diteruskan ke amplifier berupa gelombang listrik kemudian
gelombang tersebut ditangkap oleh CRT (ossiloskop). Bunyi yang
dihasilkan oleh piezo electric melalui transduser akan dipantulkan dan
diterima oleh transduser. Gerakan transduser mula-mula akan
menghasilkan echo dapat dilihat adanya dot (dot ini disimpan pada CRT)
kemudian transduser digerakkan kearah lain menghasilkan echo pula
sehingga kemudian tercipta suatu gambaran dua dimensi.

2) MRI (Magnetic Resonance Imaging) dan USG (Ultrasonography) MRI


adalah salah satu cara pemotretan organ tubuh menggunakan resonansi
magnetis. Sistem kerjanya adalah pasien berbaring dalam sebuah tabung.
Kemudian gelombang bunyi ultrasonik ditembakkan ke tubuhnya. Gema
dari gelombang bunyi itu akan mencitrakan gambar tubuh bagian dalam
pasien. Gelombang ultrasonik juga dapat mendeteksi keadaan bayi dalam
kandungan, yang dikenal dengan sebutan USG. Pada dasarnya, prinsip
kerja dari MRI dan USG adalah sama. Sebuah pulsa singkat dari bunyi
ultra dipancarkan oleh sebuah transduser. transduser adalah sebuah alat
yang dapat mengubah pulsa listrik menjadi pulsa bunyi. Sebagian dari
pulsa dipantulkan pada berbagai permukaan dalam tubuh, dan sebagian
besar akan diteruskan. Transduser yang sama digunakan juga untuk
mendeteksi pulsa listrik. Pilsa-pulsa ini dapat diperlihatkan pada layar
monitor. Penggunaan citra bunyi ini merupakan kemajuan yang sangat
penting dalam bidang medis. Penggunaan bunyi ultra, dalam banyak
kasus, telah menggantikan prosedur lain yang berbahaya, seperti
penggunaan sinar X. Tidak ada bukti efek yang berbahaya dari
penggunaan bunyi ultra ini, sehingga sering dikenal dengan pengujian
yang tidak merusak (nondestructive testing).

b) Hal – Hal Yang Didiagnosis Dengan Ultrasonik

Ultrasonik dapat dipergunakan untuk beberapa diagnosis, diantaranya:

1) Mendiagnosis tumor otak (echo encephalo graphy), memberi informasi


tentang penyakit-penyakit mata, daerah / lokasi yang dalam dari bola
mata, menentukan apakah cornea atau lensa yang opaque atau ada
tumor-tumor retina.

2) Untuk memperoleh informasi struktur dalam dari tubuh manusia.


Misalnya hati, lambung, usus, mata, mamma, jantung janin.

3) Untuk mendeteksi kehamilan sekitar 6 minggu, kelainan dari uterus/


kandung peranakan dan kasus-kasus perdarahan yang abnormal serta
treatened abortus (abortus yang sdang berlangsung).

4) Memberi informasi tentang jantung, valvula jantung, pericardial effusion


(timbunan zat cair dalam kantong jantung).

c) Penggunaan Ultrasonik Dalam Pengobatan

Sebagaimana telah diketahui bahawa ultrasonic mempunyai efek


kimia dan biologimaka ultrasonic dapat dipergunakan dalam pengobatan.
Ultrasonic memberi efekkenaikan temperature dan peningkatan tekanan,
efek ini timbul karena jaringan mengabsorpsi energi bunyi dengan
demikian ultrasonik dipakai sebagai diatermi/ pemanasan lokal pada otot
yang cedera.

Selain itu ultrasonik dapat dipakai untuk menghancurkan jaringan


ganas (kanker). Sel-sel ganas akan hancur pada beberapa bagian
sedangkan di daerah lain kadang-kadang menunjukkan rangsangan
pertumbuhan masih diselidiki lebih lanjut.

Pada penderita Parkinson, penggunaan ultrasonik dalam


pengobatan sangat berhasil namun sangat disayangkan untuk
memfokuskan bunyi kearah otak sangat sulit. Sedangkan pada penyakit
meniere dimana keadaan penderita kehilangan pendengaran dan
keseimbangan, apabila diobati dengan ultrasonik dikatakan 95 % berhasil
baik, ultrasonik menghansurkan jaringan dekat telinga tengah.

2.8 Pengaruh dan Pencegahan Kebisingan

Bising ialah bunyi yang tidak dikehendaki yang merupakan aktivitas


alam (bicara, pidato) maupun buatan (bunyi mesin) dan dapat menggangu
kesehatan, kenyamanan serta dapat menimbulkan ketulian yang bersifat
relatif. Alat ukur kebisingan adalah sound level meter.

2.8.1 Pembagian Kebisingan

Berdasarkan frekuensi, tingkat tekanan, tingkat bunyi dan tenaga


bunyi, maka bising dibagi dalam 3 katagori:

a. Audible noise (bising pendengaran) Bising ini disebabkan oleh frekuensi


bunyi antara 31,5 – 8.000 Hz

b. Occupational noise ( bising yang berhubungan dengan pekerjaan)


Bising ini disebabkan oleh bunyi mesin di tempat kerja, bising dari mesin
ketik.
c. Impuls noise (impact noise = bising impulsif) Bising yang terjadi akibat
adanya bunyi yang menyentak, misalnya pukulan palu, ledakan meriam,
tembakan dan lain – lain.

Berdasarkan waktu terjadinya, maka bising dibagi dalam beberapa jenis:

a. Bising kontinyu dengan spektrum luas, misalnya karena mesin, kipas


angin

b. Bising kontinyu dengan spektrum sempit, misalnya bunyi gergaji,


penutup gas

c. Bising terputus – putus, misalnya lalu lintas, bunyi kapal terbang di


udara

d. Bising sehari penuh (full noise time)

e. Bising setengah hari (part time noise) f. Bising terus – menerus (steady
noise) g. Bising impulsive (impuls noise) ataupun bising sesaat (letupan)

2.8.2 Pengaruh Bising pada Kesehatan

a. Hilangya pendengran sementara

b. Kebal atau imun terhadap bising

c. Telinga berdengung

d. Kehilangan pendengaran menetap, biasanya dimulaidari frekuensi 4000


Hz

2.8.3 Pencegahan Ketulian dari Proses Bising

Prinsip pencegahan ketulian dari proses bising adalah menjauhi


dari sumber bising. Untuk tujuan itu dapat dilakukan dengan cara sebagai
berikut. a. Memberikan pelumas dan peredam pada mesin yang
menghasilkan bising b. Menggunakan tembok pemisah antara sumber
bising dengan tempat kerja. c. Menggunakan pelindung telinga.
2.9 Suara

Suara dihasilkan oleh getaran suatu benda. Selama bergetar,


perbedaan tekanan terjadi di udara sekitarnya. Peningkatan tekanan
disebut kompresi, sedangkan penurunannya disebut rarefaction. Suara
adalah fenomena fisik yang dihasilkan oleh getaran benda, getaran suatu
benda yang berupa sinyal analog dengan amplitudo yang berubah secara
kontinyu terhadap waktu. Pada hakekatnya suara dan bunyi adalah sama.
Hanya saja kata “suara” dipakai untuk makhluk hidup, sedangkan bunyi
dipakai untuk benda mati.

a. Aliran udara yang dihasilkan dorongan otot paru-paru bersifat konstan.


Ketika pita suara dalam keadaan berkontraksi, aliran udara yang lewat
membuatnya bergetar.

b. Aliran udara tersebut dipotong-potong oleh gerakan pita suara menjadi


sinyal pulsa yang kemudian mengalami modulasi frekuensi ketika
melewati pharynx, rongga mulut ataupun pada rongga hidung. Sinyal
suara yang dihasilkan pada proses ini dinamakan sinyal voiced sound.

c. Suara bicara normal merupakan hasil dari modulasi udara yang keluar
dari dalam tubuh.

d. Beberapa bunyi ayang dihasilkan melalui mulut tanpa menggunakan


pita suara disebut Unvoiced sound, merupakan aliran udara melalui
penciutan/konstriksi yang dibentuk oleh lidah, gigi, bibir dan langit-langit.
Misalnya p, t, k, s, dan ch, secara perinci:

e. p, t, dan k suara/bunyi letupan (plosive sound)

f. S, f, dan ch suara/bunyi frikatif (fricative sound)

Proses produksi suara pada manusia dapat dibagi menjadi tiga buah
proses fisiologis, yaitu:

- pembentukan aliran udara dari paru-paru,


- perubahan aliran udara dari paru-paru menjadi suara, baik voiced,
maupun unvoiced yang dikenal dengan istilah phonation, dan artikulasi
yaitu proses modulasi/ pengaturan suara menjadi bunyi yang spesifik.

- Organ tubuh yang terlibat pada proses produksi suara adalah: paru-paru,
tenggorokan (trachea), laring (larynx), faring (pharynx), pita suara (vocal
cord), rongga mulut (oral cavity), rongga hidung (nasal cavity), lidah
(tongue), dan bibir (lips).

PEMBENTUKAN SUARA (FONASI)

-Pada pembentukan suara vokal, pita suara tertarik saling mendekat oleh
otot, udara di paru dihembuskan, tekanan dibawah pita suara meningkat
dan pita suara yang tertutup dipaksa membuka.

- Terjadi aliran cepat udara ke atas yang menyebabkan penurunan


tekanan di antara pita, menyebabkan pita suara bergerak bersama,
menghambat keluarnya udara secara parsial.

- Rongga mulut berubah bentuk akibat garakan lidah, rahang bawah,


palatum lunak, dan pipi untuk menentukan suara yang diucapkan.

- Kadang-kadang hilangnya suara, gangguan bicara, atau rasa sakit timbul


akibat obstruksi di pita suara.

- Hal tersebut perlu dilakukan pemeriksaan, salah satu metode yang


digunakan adalah laringoskopi.

- Metode lain juga yang digunakan adalah MRI, USG, dan berbagai
prosedur radiologis misalnya sinar-X, CT-scan, dan sebagainya.

Frekuensi dasar dari hasil vibrasi yang kompleks tergantung dari massa
dan tegangan dari pita suara.

- Laki-laki mempunyai frekuensi suara 125 Hz.

- Wanita mempunyai frekuansi suara 250 Hz.


- Suara berhubungan erat dengan rasa “mendengar”.

Pada sistem pengenalan suara oleh manusia terdapat tiga organ penting
yang saling berhubungan yaitu:

- Telinga yang berperan sebagai transduser dengan menerima sinyal


masukan suara dan mengubahnya menjadi sinyal syaraf,

- Jaringan syaraf yang berfungsi mentransmisikan sinyal ke otak,

- Otak yang akan mengklasifikasi dan mengidentifikasi informasi yang


terkandung dalam sinyal masukan

2.10 Vibrasi

Vibrasi adalah getaran, dapat disebabkan oleh getaran udara atau


getaran mekanis lainnya. Dibedakan menjadi: - Vibrasi karena getaran
udara yang pengaruhnya pada akustik - Vibrasi karena getaran mekanis
mengakibatkan timbulnya resonansi/ turut bergetarnya alat-alat tubuh dan
pengaruh terhadap alat alat tubuh.

2.10.1 Penjalaran Vibrasi Udara dan Efek yang Timbul

Vibrasi udara oleh karena benda bergetar dan diteruskan melalui udara
akan mencapai telinga. Getaran dengan frekuensi 1-20 Hz tidak akan
terjadi gangguan penguatan pendengaran tetapi pada intensitas lebih dari
140 dB akan terjadi gangguan vestibuler yaitu gangguan
orientasi,kehilangan keseimbangan dan mual-mual. Akan timbul nyeri
telinga,nyeri dada dan bisa terjadi getaran seluruh tubuh.

2.10.2 Penjalaran Vibrasi Mekanik dan Efek yang Timbul

Penjalaran vibrasi mekanik melalui sentuhan atau kontak dengan


permukaan benda yang bergerak,sentuhan ini melalui daerah yang
terlokalisasi (tool-hand vibration) atau mengenai seliruh tubuh (whole body
vibration). Bentuk tool hand vibration merupakan bentuk yang terlazim
dalam proses pekerjaan.

Efek vibrasi terhadap tubuh tergantung besar kecilnya frekuensi yang


mengenai tubuh. Pada frekuensi:

- 3-9 Hz: akan timbul resonansi pada dada dan perut

- 6-10 Hz:dengan intensitas 0.6 g tekanan darah,denyut


jantung,pemakaian O2 dan volume perdenyut sedikit berubah. Pada
intensitas 1.2 g terlihat banyak perubahan system peredaran darah.

- 10 Hz: leher,kepala,pinggul,kesatuan otot dan tulang akan


beresonansi.

- Tenggorokan akan mengalami resonansi.

Pada frekuensi kurang dari 20 Hz,tonus otot akan meningkat, akibat


kontraksi statis ini otot menjadi lemah,rasa tidak enak dan kurang ada
perhatian. Pada frekuensi diatas 20 Hz otot-otot menjadi kendor dan
frekuensi 30-50 Hz digunakan dalam kedokteran olahraga untuk
memulihkan otot-otot sesudah kontraksi luar biasa.

Efek vibrasi terhadap tangan:

- Getaran dalam jangka waktu cukup lama akan menimbulkan kelainan


pada tangan berupa:

- Kelainan pada persyarafan dan peredaran darah. Gejala kealinan ini


mirip dengan phenomena Raynaud yaitu keadaan pucat dan biru dari
anggota badan,pada saat anggota badan kedinginan, tanpa ada
penyumbatan pembuluh darah tepid an tanpa kelainan- kelainan gizi.
Phenomena Reynaud ini terjadi pada frekunsi sekitar 30-40 Hz

- Kerusakan-kerusakan pada persendian tulang


BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Bioakustik adalah ilmu biologi terapan yang mempelajari
karakteristik suara, organ penghasil suara, fungsi suara, fisiologi suara,
analisis suara dan manfaat suara hewan dan manusia. Bioakustik
mempelajari tentang bunyi, frekuensi, kecepatan bunyi, dan lain-lain.
Bioakustik adalah suatu perubahan mekanik terhadap zat gas, zat cair,
atau zat padat yang sering menimbulkan gelombang bunyi. Gelombang
bunyi ini merupakan vibrasi atau getaran molekul-molekul dan saling
beradu satu sama lain namun demikian zat tersebut terkoordinasi
menghasilkan gelombang. Berkaitan dengan efek yang ditimbulkan
gelombang ultrasonik dan sifat gelombang bunyi ultra maka gelombang
ultrasonik dipergunakan sebagai diagnosis dan pengobatan. Bioakustik
dalam keperawatan memiliki banyak manfaat baik untuk diagnosis suatu
penyakit maupun dalam pengobatan. Kebisingan merupakan penyakit
akibat kerja yang mana dapat merugikan kesehatan yang berdampak
pada gangguan pendengaran dan bila pemaparan dalam waktu yang lama
akan menyebabkan ketulian. Pada dasarnya pengendalian kebisingan
dapat dilakukan terhadap sumbernya perjalanannya dan penerimanya.
Langkah terakhir adalah penggunaan alat pelindung pendengaran. Jadi
bioakustik adalah ilmu yang mempelajari tentang proses penerimaan
pendengaran yang timbul oleh makhluk hidup.
B. SARAN

1. Pentingnya penerapan gelombang bunyi dalam kehidupan sehari-hari


sehinggadiharapkan mahasiswa lebih mendalami pemahaman tentang
bioakustik terutama dalam keperawatan.

2. Aplikasi gelombang bunyi dalam bidang kesehatan diharapkan terus


dipelajarimahasiswakeperawatan.

3. Telinga sebagai alat pendengaran penting untuk dijaga dari berbagai


pengaruh.
DAFTAR PUSTAKA

Gabriel. (1996). Fisika Kedokteran Buku Kedokteran. Jakarta: EGC.

Gabriel, D. J. (1988). Fisika Kedokteran. Denpasar: EGC.

Giancoli, D. C. (2001). Fisika Jilid I. Jakarta : Penerbit Erlangga.

Hall, G. A. (2007). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC.

Halliday, R. (1985). Fisika Jilid 1 (terjemahan). Jakarta: Penerbit Erlangga.

JJ., B. (1997). Penyakit Telinga, Hidung, Tenggorok, Kepala, dan Leher.


Jakarta: Binarupa Aksara.

Liston SL, D. A. (1997). Embriologi, Anatomi, dan Fisiologi Telinga .


Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

Mills JH, K. S. (2006). Anatomy and Physiology of Hearing . Philadelphia:


Lippincott W, Wilkins.

Rappaport JM, P. C. (2002). Neurootology for audiologist. Philadelphia:


Lippincott Williams & Wilkins.

Resnick, H. d. (1991). Fisika Jilid I. Jakarta : Penerbit Erlangga.

Rusfidra. (2007). Kajian Bioakustik Pada Ayam Kokok Balenggek “Ayam


Lokal Penyanyi” Sumatera Barat. Jurnal Universitas Andalas
Padang.
Sarojo, A. (2011). Gelombang dan Optika. Jakarta: PT. Salemba Teknika.

Soetirto I, H. H. (2007). Gangguan Pendengaran dan Kelainan Telinga


Dalam. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia .

Sutrisno. (1979). Fisika Dasar. Bandung: ITB.

Tipler, P. (1998). Fisika untuk Sains dan Teknik Jilid I. Jakarta : Penerbit
Erlangga.

Young, H. D. (2002). Fisika Universitas (terjemahan). Jakarta : Penerbit


Erlangga.

Zemansky, S. d. (2004). Fisika Universitas Edisi Ke Sepuluh Jilid 2.


Jakarta: Penerbit Erlangga.

.
LATIHAN SOAL

1. Banyaknya getaran yang terjadi dalam satu detik disebut ….


A. frekuensi
B. getaran
C. gelombang
D. periode
2. Bagian telinga yang memiliki fungsi meneruskan getaran dari
gendang telinga ke rumah siput adalah….
A. rumah siput
B. saluran eustachius
C. tulang telinga
D. saluran telinga
3. Perbedaan yang mendasar antara gelombang transversal dan
gelombang longitudinal adalah….
A. amplitudonya
B. frekuensinya
C. arah rambatnya
D. panjang gelombang
4. Berikut ini adalah struktur yang terdapat dalam telinga manusia:
1. daun telinga
2. saluran telinga
3. gendang telinga
4. tulang sanggurdi
5. tulang landasan
6. tulang martil
7. koklea
8. saraf pendengaran
Setelah gelombang bunyi sampai di telinga, agar bunyi dapat
didengar, getaran berturut-turut melalui struktur bernomor….
A. 1-2-3-6-5-4-7-8
B. 1-2-3-4-5-6-7-8
C. 1-2-3-6-4-5-7-8
D. 1-2-3-5-4-6-7-8
5. Telinga manusia normal mampu mendengar bunyi yang memiliki
frekuensi ….
A. kurang dari 20 Hz
B. lebih dari 20.000 Hz
C. antara 20-20.000 Hz
D. lebih dari 200.000 Hz
6. Berikut ini yang merupakan salah satu contoh hewan yang mampu
menangkap bunyi infrasonik, audiosonik, dan ultrasonik (kurang
dari 20 Hz hingga 40.000 Hz) adalah….
A. lumba-lumba
B. jangkrik
C. anjing
D. kelelawar
7. Pada saat mendengar suara yang sangat keras, sebaiknya kita
membuka mulut. Tujuan dari tindakan tersebut adalah….
A. dapat bernapas lega
B. tekanan udara telinga tengah sama dengan telinga luar
C. suara dapat masuk ke rongga mulut
D. gelombang suara keras terpecah masuk ke dalam tubuh
8. Berikut ini yang merupakan contoh pemanfaatan gelombang dalam
teknologi kecuali….
A. ultrasonografi (USG)
B. sonar
C. sonifikasi
D. thermometer
9. Gelombang bunyi pada alat ultrasonografi yang digunakan dalam
bidang kesehatan, misalnya pada proses pemeriksaan organ tubuh
manusia menerapkan konsep fisika, yaitu ....
A. Difraksi
B. Refleksi
C. Refraksi
D. Interferensi
E. Polarisasi
10. Jenis bunyi yang memiliki frekuensi yang tidak teratur disebut....
A. Dentum
B. Nada
C. Desah
D. Timbre
E. Gema

Anda mungkin juga menyukai