MAKALAH
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Biofisika
Yang dibina oleh Ibu Vita Ria Mustikasari, S.Pd., M.Pd. dan Ibu Novida Pratiwi,
S.Si., M.Sc.
Disusun Oleh :
Offering B 2015
Kelompok 8
1. Aisa Safana (150351605779)
2. Eltrida Hardiyanti (150351606702)
3. M. Agung laksono Gempur Angkoro (150351607322)
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman Judul....................................................................................................... i
Kata Pengantar ..................................................................................................... ii
Daftar Isi .............................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................... 1
1.3 Tujuan ............................................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN
Suara dan Telinga ........................................................................................... 3-8
1. Suara . ......................................................................................................... 3-6
1.1 Pengertian suara.....................................................................................3
1.2 sifat-sifat gelombang suara.....................................................................3
1.3 karateristik gelombang suara .................................................................4-6
2. Mekanisme pembentukan suara ..................................................................6
3. Anatomi dan Fisiologi Telinga..................................................................7-11
3.1 Telinga luar.............................................................................................8
3.2 Telinga tengah........................................................................................8
3.3 Telinga dalam.........................................................................................10
3.4 Saraf pendengaaran...............................................................................11
4. Mekanisme mendengar.............................................................................12-14
5. Telinga sebagai alat keseimbangan...........................................................14
6. Keterkaitan suara dengan indera pendengaran..............................................15
7. Alat pendengaran dari hewan lain ..............................................................16
Cahaya dan Mata ......................................................................................... 20-25
1. Mata
1.1 Pengertian mata. ..................................................................................... 20
1.2 Anatomi Fisiologi mata.......................................................................... 20
1.3 Proses kerja mata ................................................................................... 23
1.4 Kelainan pada mata ............................................................................... .25
2. Cahaya........................................................................................................27-
31
2.1 Pengertian cahaya.....................................................................................27
2.2 Sifat cahaya..............................................................................................28
2.3 Sumber pencahayaan...............................................................................30
2.4 keterkaitan cahaya dengan indera penglihatan.........................................31
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ............................................................................................. 32
3.2 Saran.... .................................................................................................... 32
Daftar Pustaka.......................................................................................................33
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Saraf indera penglihatan dan saraf indera pendengaran sangatlah penting
untuk diketahui. Mengenai anatomi dan fisiologi serta prinsip kerja dalam sehari
hari beserta kajian fisika yang mengkaitkannya, berupa kaitannya cahaya dengan
penglihatan dan suara dengan pendengaran. Terdapat banyak sekali rincian ulasan
dari anatomi sistem pendengaran dan sistem penglihatan yang belum diketahui
secara umum kaitan ilmu biologi dan fisika nya. Dalam matakuliah ini, kami
kelompok delapan berusaha untuk menyelaraskan jalan antara kaitan ilmu biologi
dan fisika serta prinsip – prinsip cahaya & suara kaitannya dengan indera
penglihatan dan pendengaran.
Manusia tidak mendengar semua suara. Sebagai contoh, kita tidak bisa
mendengar suara peluit anjing , tapi anjing bisa mendengar suara itu. Hewan
laut dapat mendengar suara yang tidak bisa di dengar manusia. Hewan laut
mendengar suara yang mereka gunakan setiap hari. Suara yang terdengar itu
seperti percakapan manusia. Manusia atau hewan laut, dapat mendengar suara
tergantung pada frekuensi suara dan intensitas suara. Manusia dapat mendengar
suara pada frekuensi dari sekitar 20Hz sampai 20.000 Hz. Frekuensi dasar dari
hasil vibrasi yang kompleks tergantung dari massa dan tegangan dari pita
suara. Laki-laki mempunyai frekuensi suara 125 Hz, sedangkan wanita
mempunyai frekuensi 150 Hz. Frekuensi rendah pada penyanyi sekitar 64 Hz
dan frekuensi tinggi sekitar 2048 Hz Gangguan pendengaran dapat mengurangi
rentang frekuensi seseorang bisa mendengar. Telinga manusia tidak
menganggap semua frekuensi yang sama. Manusia mendengar suara pada
frekuensi sekitar 3.000 hingga 4.000 Hz, di mana suara manusia berpusat. Para
ilmuwan mengukur Intensitas bunyi tidak sama dengan kenyaringan. Loudness
menggambarkan bagaimana orang merasakan suara. Orang dapat mendengar
suara terlembut pada frekuensi 1000 Hertz yang memiliki intensitas suara
diukur dari 0 desibel relatif terhadap intensitas gelombang suara dengan
tekanan 20 microPascals (dB re 20 μP) . Kenyaringan yaitu di mana manusia
hampir tidak mendengar suara yang dikenal sebagai Ambang Pendengaran.
Ambang Pendengaran bervariasi dengan frekuensi. Dan telinga kita
mempunyai ambang batas pendengaran di angka 120dB, diangka 120dB
telinga kita akan mulai merasakan sakit, angka 120dB ini juga disebut dengan
threshold of pain. (Gabriel, 1996)
2. Mekanisme pembentukan suara
kompresional diubah menjadi impuls listrik yang dirasakan oleh otak. Dengan
cara ini, kita dapat mendengar dan membedakan berbagai jenis suara. Tiga
bagian utama dari telinga manusia adalah telinga luar, telinga tengah, dan
telinga bagian dalam Liang telinga luar merupakan suatu saluran yang
terbentang dari daun telinga melintasi tulang timpani hingga permukaan luar
membran timpani. Bagian permukaannya mengandung tulang rawan elastin
dan ditutupi oleh kulit yang mengandung folikel rambut, kelenjar sebasea dan
modifikasi kelenjar keringat yang dikenal sebagai kelenjar serumen. Sekret
kelenjar sebacea bersama sekret kelenjar serumen merupakan komponen
penyusun serumen. Serumen merupakan materi bewarna coklat seperti lilin
dengan rasa pahit dan berfungsi sebagai pelindung.
Bagian ini terdiri dari membrane. Disebut juga labirain, sebab bentunya
memang sama. Labirin tulang adalah rongga yang ada di tulang pelipis.
Isinya cairan perilimefe. Labirin membrane ada di bagian kanan dari
labirin tulang. Tetapi tempatnya dalam. Memiliki lapisan sep epitel dan
cairan endolimfe.
Labirin telinga ada 3 bagian:
c. Vestibulum merupakan bagian tengah labirin tulang, yang berhubungan
dengan rongga timpani melalui suatu membran yang dikenal sebagai
tingkap oval (fenestra ovale). Ke dalam vestibulum bermuara 3 buah
kanalis semisirkularis yaitu kanalis semisirkularis anterior, posterior
dan lateral yang masing-masing saling tegak lurus. Setiap saluran
semisirkularis mempunyai pelebaran atau ampula. Walaupun ada 3
saluran tetapi muaranya hanya lima dan bukan enam, karena ujung
posterior saluran posterior yang tidak berampula menyatu dengan
ujung medial saluran anterior yang tidak bermapula dan bermuara ke
dalam bagian medial vestibulum oleh krus kommune. Ke arah anterior
rongga vestibulum berhubungan dengan koklea tulang dan tingkap
bulat (fenestra rotundum).
d. Koklea merupakan tabung berpilin mirip rumah siput. Bentuk
keseluruhannya mirip kerucut dengan dua tiga-perempat putaran.
Sumbu koklea tulang di sebut mediolus. Tonjolan tulang yang terjulur
dari modiolus membentuk rabung spiral dengan suatu tumpukan tulang
yang disebut lamina spiralis. Lamina spiralis ini terdapat pembuluh
darah dan ganglion spiralis, yang merupakan bagian koklear nervus
akustikus.
e. Kanalis semisirkularis membranasea mempunyai penampang yang
oval. Pada permukaan luarnya terdapat suatu ruang perilimf yang lebar
dilalui oleh trabekula.ada setiap kanalis semisirkularis ditemukan
sebuah krista ampularis, yaitu badan akhir saraf sensorik yang
terdapat di dalam ampula (bagian yang melebar) kanalis (Gb-8). Tiap
krista ampularis di bentuk oleh sel-sel penyokong dan dua tipe sel
rambut yang serupa dengan sel rambut pada makula. Mikrovili,
stereosilia dan kinosilianya terbenam dalam suatu massa gelatinosa
yang disebut kupula serupa dengan membran otolitik tetapi tanpa
otokonia.Dalam krista ampularis, sel-sel rambutnya di rangsang oleh
gerakan endolimf akibat percepatan sudut kepala. Gerakan endolimf
ini mengakibatkan tergeraknya stereosilia dan kinosilia. Dalam makula
sel-sel rambut juga terangsang tetapi perubahan posisi kepala dalam
ruang mengakibatkan suatu peningkatan atau penurunan tekanan pada
sel-sel rambut oleh membran otolitik.
4. Mekanisme mendengar
Mendengar adalah sebuah proses biophysical, dimana dunia fisik dari suara
berinteraksi dengan dunia biologis dari sel-sel, saraf-saraf, serta komunikasi
kimiawi.
Syarat terdengarnya bunyi ada 3 macam:
Ada sumber bunyi
Ada medium (udara)
Ada pendengar
Proses mendengar diawali dengan ditangkapnya energi bunyi oleh daun telinga
dalam bentuk gelombang yang dihantarkan melalui udara atau tulang ke
koklea. Getaran tersebut menggetarkan membran timpani dan diteruskan ke
telinga tengah melalui rangkaian tulang pendengaran yang akan memperkuat
getaran melalui daya ungkit tulang pendengaran dan perkalian perbandingan
luas membran timpani dan foramen ovale. Energi getar yang teiah diperkuat ini
akan diteruskan ke stapes yang menggerakkan foramen ovale sehingga cairan
perilimfe pada skala vestibuli bergerak. Getaran akibat getaran perilimfe
diteruskan melalui membran Reissner yang akan mendorong endolimfe,
sehingga akan terjadi gerak relatif antara membran basilaris dan membran
tektoria. Proses ini merupakan rangsang mekanik yang menyebabkan
terjadinya defleksi stereosilia sel-sel rambut, sehingga kanal ion terbuka dan
terjadi penglepasan ion bermuatan listrik dari badan sel. Keadaan ini
menimbulkan proses depolarisasi sel rambut, sehingga melepaskan
neurotransmiter ke dalam sinapsis yang akan menimbulkan potensial aksi pada
saraf auditorius, lalu dilanjutkan ke nukleus auditorius sampai ke korteks
pendengaran (area 39 - 40) di lobus temporalis. Mekanisme Pendengaran
Gelombang bunyi merupakan suatu gelombang getaran udara yang timbul
akibat getaran suatu obyek. Bunyi yang didengar oleh setiap orang muda antara
20 dan 20.000 siklus per detik. Akan tetapi, batasan bunyi sangat tergantung
pada intensitas. Bila intesitas kekerasan 60 desibel di bawah 1 dyne/cm2
tingkat tekanan bunyi, rentang bunyi menjadi 500 sampai 5000 siklus per detik.
Pada orang yang lebih tua rentang frekuensi yang bisa didengarnya akan
menurun dari pada saat seseorang berusia muda, frekuensi pada orang yang
lebih tua menjadi 50 sampai 8000 siklus perdetik atau kurang. Kekerasan bunyi
ditentukan oleh sistem pendengaran yang melalui tiga cara. Cara yang pertama
di mana ketika bunyi menjadi keras, amplitudo getaran 16 membran basiler dan
sel-sel rambut menjadi meningkat sehingga akan mengeksitasi ujung saraf
dengan lebih cepat. Kedua, ketika amplitudo getaran meningkat akan
menyebabkan sel-sel rambut yang terletak di pinggir bagian membran basilar
yang beresonansi menjadi terangsang sehinga menyebabkan penjumlahan
spasial implus menjadi transmisi yang melalui banyak serabut saraf. Ketiga,
sel-sel rambut luar tidak akan terangsang secara bermakna sampai dengan
getaran membran basiler mencapai intensitas yang tinggi dan perangsangan
sel-sel ini tampaknya yang menggambarkan pada sistem saraf bahwa tersebut
sangat keras.Sel rambut dalam adalah sel yang mengubah gaya mekanik suara
(getaran cairan koklea) menjadi impuls listrik pendengaran (potensial aksi yang
menyampaikan pesan pendengaran ke korteks serebri). Karena berkontak
dengan membran tektorium yang kaku dan stasioner, maka stereosilia sel-sel
reseptor ini tertekuk maju-mundur ketika membran basilaris mengubah posisi
relatif terhadap membran tektorium. Deformasi mekanis majumundur rambut-
rambut ini secara bergantian membuka dan menutup saluran ion berpintu
mekanis di sel rambut sehingga terjadi perubahan potensial depolarisasi dan
hiperpolarisasi yang bergantian. Sel rambut dalam berhubungan melalui suatu
sinaps kimiawi dengan ujung serat-serat saraf aferen yang membentuk nervus
auditorius (kokhlearis). Lintasan impuls auditori selanjutnya menuju ganglion
spiralis korti, saraf VIII, nukleus koklearis di medula oblongata, kolikulus
superior, korpus genukulatum medial, korteks auditori di lobus temporalis
serebri.Sementera sel-sel rambut dalam mengirim sinyal auditorik ke otak
melalui serat aferen, sel rambut luar tidak memberi sinyal ke otak tentang suara
yang datang. Sel-sel rambut luar secara aktif dan cepat berubah panjang
sebagai respons terhadap perubahan potensial membran, suatu perilaku yang
dikenal sebagai elektromotilitas. Sel rambut luar memendek pada depolarisasi
dan memanjang pada hiperpolarisasi.
Secara singkat proses mendengar adalah sebagai berikut.
Miopi atau penglihatan dekat adalah cacat mata yang disebabkan oleh
diameter anterosposterior bola mata terlalu panjang sehingga bayang-
bayang dari benda yang jaraknya jauh akan jatuh di depan retina. Pada
miopia orang tidak dapat melihat benda yang jauh,
merekahanyadapatmelihatbendayangjaraknyadekat.Untukcacat
sepertiiniorangdapatditolongdenganlensacekung(negatif).
Hipermetropi
Astigsmatismus
Matadikatakanpresbiopia,bilapadausia40tahunseseorangdengan
penglihatannormalmengalamikesulitanuntukmemfokuskanobjek- objek
dekat. Pada mata presbiopia terjadi penurunan daya akomodasi. Dengan
bantuan lensa cembung (lensa plus) maka keluhan tersebut dapat diatasi
(Pamekar,1992).
Hemeralopi(rabun senja)
Hemeralopi adalah gangguan mata yang disebabkan kekurangan vitamin A.
Penderita rabun senja tidak dapat melihat dengan jelas pada waktu senja
hari.Keadaan seperti itu apabila dibiarkan berlanjut terus mengakibatkan kornea
mata bisa rusak dan dapat menyebabkan kebutaan.Oleh karena itu, pemberian
vitamin A yang cukup sangat perlu dilakukan.
Katarak
Katarak adalah cacat mata yang disebabkan pengapuran pada lensa mata sehingga
penglihatan menjadi kabur dan daya akomodasi berkurang. Umumnya katarak
terjadi pada orang yang telah lanjut usia.
Buta Warna
Buta warna merupakan gangguan penglihatan mata yang bersifat menurun.
Penderita buta warna tidak mampu membedakan warna-warna tertentu,
misalnya warna merah, hijau, atau biru.Buta warna tidak dapat diperbaiki
atau disembuhkan.
Konjungtivitas (menular)
Merupakan penyakit mata akibat iritasi atau peradangan akibat infeksi di
bagian selaput yang melapisi mata.
Trakoma (menular)
Infeksi pada mata yang disebabkan bakteri Chlamydia trachomatis yang
berkembang biak di lingkungan kotor atau bersanitasi buruk serta bisa menular.
Keratokonjungtivitas Vernalis (KV)
Penyakit iritasi/peradangan pada bagian kornea (selaput bening) akibat alergi
sehingga menimbulkan rasa sakit.
Selulitis Orbitalis (SO)
Penyakit mata akibat peradangan pada jaringan di sekitar bola mata.
2. CAHAYA
2.1 Pengertian cahaya
Berdasarkan teori, cahaya dapat bersifat gelombang dan partikel.
Cahaya sendiri pada hakekatnya tidak dapat dilihat, kesan adanya cahaya
apabila cahaya tersebut mengenai benda. Dalam teori Sir Isaac Newton
(1642 - 1727) mcnggambarkan peristiwa cahaya sebagai sebuah aliran dan
butir - butir kecil (teorikorpuskuler).MenurutPlank(1858-
1947)peloporteorikwantummenyatakancahayaitu terdiri atas kwanta atau
forton - forton, tampaknya agak mirip dengan teori Newton yang lama itu.
Dengan menggunakan teori Max Plank dapat menjelaskan mengapa benda
itu panas apabila terkena sinar. Thomas Young (1773 - 1829) dan August
Fresnel (1788 - 1827) dapat menjelaskan bahwa cahaya dapat melentur
dan berinterferensi. James Clark Maxwell (1831 - 1879) berkebangsaan
Skotlandia dari hasil percobaanya dapat menjelaskan bahwa cahaya adalah
gelombang elektromagnetik.
Sedangkan menurut Huygens (1690) menganggap cahaya itu sebagai
gejala gelombang. Dari sebuah sumber cahaya menjalarlah getaran -
getaran ke semua jurusan. Setiap titik dari ruangan yang tergetar olehnya
dapat dianggap sebagai sebuah pusat gelombang baru. Inilah prinsip
Huygens yang belu bisa menjelaskan penjalaran cahaya dari satu medium
ke medium lain. Dari hasil percobaan Einstein (1879 - 1955) dimana
logam disinari dengan cahaya akan memancarkan elektron (gejala
fotolistrik). Hal ini dapat disimpulkan bahwa cahaya memiliki sifat
partikel dan gelombang magnetik. Dari uraian diatas dapat disimpulkan
bahwa cahaya mempunyai sifat materi (partikel) dan sifat gelombang (J.F.
Gabriel,1996).
Diffuse
Spread
Mixed
b. Refraction(Dibelokkan)
c. Transmission (MenembusMaterial)
Cahaya mampu menembus beberapa jenis benda, seperti kaca dan plastic.
d. Absorbtion(Penyerapan)
Pencahayaanalamiadalahpencahayaanyangdihasilkanolehsumbercahaya
alamiyaitumataharidengancahayanyayangkuattetapibervariasimenurut
jam, musim dan tempat. Pencahayaan yang bersumber dari matahari
dirasa kurang efektif dibanding dengan pencahayaan buatan, hal ini
disebabkan
karenamataharitidakdapatmemberikanintensitascahayayangtetap.Pada
penggunaan pencahayaan alami diperlukan jendela – jendela yang besar,
dindng kaca dan dinding yang banyak dilubangi, sehingga
pembiayaanbangunanmenjadimahal.Keuntungandaripenggunaansumber
cahaya matahari adalah pengurangan terhadap energilistrik.Pencahayaan
sebaiknya lebih mengutamakan pencahayaan alamiahdengan
merencanakan cukup jendela pada bangunanyang ada.Kalau karenaalasan
teknis penggunaan pencahayaan alamiah tidak dimungkinkan, barulah
pencahayaan buatan dimanfaatkan dan ini pun harus dilakukan dengan
tepat. Untuk memenuhi intensitas cahaya yang diinginkan sumber cahaya
alami dan buatan dapat digunakan secara bersamaan sehingga menjadi
lebih efektif.
2. PencahayaanBuatan
Pencahayaan buatan adalah pencahayaan yang dihasilkan oleh sumber
cahaya selain cahaya alami. Apabila pencahayan alami tidak memadai
atau posisi ruangan sukar untuk dicapai oleh pencahayaan alami dapat
dipergunakan pencahayaan buatan. Pencahayaan buatan sebaiknya
memenuhi persyaratan sebagai berikut:
Mempunyaiintensitasyangcukupsesuaidenganjenispekerjaan.
3.1 Kesimpulan
Telah kita pelajari bersama, indera pendengaran dan penglihatan, anatomi,
fisiologi, mekanisme kerja dan prinsip dalam kajian fisika hubungannya dengan
cahaya dan suara.
3.2 Saran
Dengan mengucap syukur Alhamdulillah pada Allah SWT, penulis dapat
menyelesaikan makalah ini dengan baik, dan tentunya masih jauh dari harapan.
Oleh karena itu, masih perlu kritik dan saran yang membangun serta bimbingan.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan penulis.
Daftar Pustaka
Campbell, N.A., J.B. Reece, L.G. Mitchell. 2012. Biologi. Edisi 8 Jilid 3. Jakarta :
Erlangga
Ganong. 1990. Fisiologi Kedokteran. Jakarta : Buku Kedokteran EGC
Gibson, Ivansevich, and Donelly, 1995, Anatomi dan Fisiologi Modern untuk
Perawat. Jakarta:Buku Kedokteran EGC
J.F. Gabriel. 1996. Fisika Kedokteran. Jakarta: Buku Kedokteran EGC
Ilyas S. 1997. Kesehatan Mata. Jakarta : FKUI
Isnaeni, W., 2006. Fisiologi Hewan, Kanisius (Anggota IKAPI), Yogyakarta
Campbell, N.A., J.B. Reece, L.G. Mitchell. 2012. Biologi. Edisi 8 Jilid 3. Jakarta :
Erlangga