Anda di halaman 1dari 39

Ilmu Dasar Keperawatan II

Bioakustik dan Biooptik

Disusun Oleh:
Kelompok 4
Aqsa Multi Nugrahaini (1511311001)
Annisa Pujiati (1511311013)
Rahmi Oktavianda (1511312010)
Syarifa Aini (1511312012)
Rahma Dhani Fitri (1511312017)

Fakultas Keperawatan
Universitas Andalas
Padang
2016

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat ALLAH SWT atas segala rahmat dan karunia

yang diberikan-Nya sehingga tugas makalah yang berjudul ”Bioakustik dan

Biooptik“ ini dapat kami selesaikan. Makalah ini kami buat sebagai kewajiban

untuk memenuhi tugas praktik Ilmu Dasar Keperawatan II.

Dalam kesempatan ini, penulis menghaturkan terima kasih kepada semua

pihak yang telah membantu menyumbangkan ide dan pikiran mereka demi

terwujudnya makalah ini.

Makalah ini belum sempurna dan masih terdapat berbagai

kekurangan. Oleh karenanya penulis sangat mengharapkan kritik dan saran

dari berbagai pihak demi perbaikan makalah ini.

Padang, April 2016

TIM PENULIS

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................... i

DAFTAR ISI ......................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah ........................................................................... 1


1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................... 2
1.3 Tujuan ........................................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Bioakustik ................................................................................................ 3
2.1.1 Definisi Bunyi ................................................................................. 3
2.1.2 Sifat dan Kecepatan Gelombang Bunyi .......................................... 5
2.1.3 Bising .............................................................................................. 7
2.1.4 Pembentukan Suara ......................................................................... 8
2.1.5 Vibrasi ............................................................................................. 9
2.1.6 Penerapan Gelombang Bunyi dalam Bidang Kesehatan ................ 10
2.2 Biooptik.................................................................................................... 18
2.2.1 Defenisi Biooptik ............................................................................ 18
2.2.2 Jenis Optik ...................................................................................... 18
2.2.3 Lensa ............................................................................................... 18
2.2.4 Mata ................................................................................................ 19
2.2.5 Cahaya ............................................................................................. 25
2.2.6 Laser ................................................................................................ 32
2.2.7 Miksroskop ..................................................................................... 34
2.2.8 Penerapan dalam Keperawatan ....................................................... 34
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ............................................................................................... 35
3.2 Saran .......................................................................................................... 35
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 36

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Gelombang bunyi merupakan vibrasi atau getaran dari molekul – molekul


zat dan saling beradu satu sama lain dimana zat tersebut terkoordinasi
menghasilkan gelombang serta mentransmisikan energi tanpa disertai perpindahan
partikel. Gelombang bunyi dapat menjalar secara transversal atau longitudinal.

Bunyi berhubungan dengan indra pendengaran yaitu fisiologi telinga.


Telinga berfungsi secara efisien untuk mengubah energi getaran dari gelombang
menjadi sinyal listrik yang dibawa ke otak melalui syaraf. Telinga manusia
merupakan detektor bunyi yang sangat sensitif.

Dalam keseharian kita selalu melihat ada orang yang memakai kaca mata
dan ada pula yang tidak, dan ada pula yang dulunya tidak memakai kacamata
tetapi sekarang memakai kaca mata. Disamping itu ada pula yang memakai kaca
mata tetapi masih melihat suatu benda tersebut tidak jelas. Hal itulah yang
membuat penulis mengangkat masalah ini menjadi makalah penulis. Sampai abad
ke-4 sebelum masehi orang masih berrpendapat bahwa benda-benda di sekitar
dapat dilihat oleh karena mata mengeluarkan sinar-sinar penglihatan. Anggapan
ini didukung oleh Plato (429 – 348 ) dan Euclides (287 – 212 SM) oleh karena
pada mata binatang di malam hari tampak bersinar.

4
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apakah pengertian bunyi?
1.2.2 Bagaimana Sifat dan Kecepatan Gelombang Bunyi?
1.2.3 Apa itu Bising?
1.2.4 Bagaimana Mekanisme Pembentukan Suara?
1.2.5 Apa itu Vibrasi?
1.2.6 Bagaimana Penerapan Gelombang Bunyi dalam Bidang Kesehatan?
1.2.7 Apakah defenisi Biooptik?
1.2.8 Apa-apa saja Jenis Optik?
1.2.9 Apa itu Lensa
1.2.10 Apa saja ruang Lingkup Mata?
1.2.11 Apa itu Cahaya?
1.2.12 Apa itu Laser?
1.2.13 Apa itu Miksroskop?
1.2.14 Bagaimana Penerapan Biooptik dalam Keperawatan?

1.3 Tujuan

Dalam pembuatan makalah ini, adapun tujuan yang hendak dicapai penulis
yaitu membantu mahasiswa mempelajari tentang biooptik dan bioakustikserta
aplikasinya dalam keperawatan.

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Bioakustik
Bioakustik berasal dari kata bio dan akustika, bio artinya hidup atau hayat
dan akustika berarti kajian getaran dan bunyi. Sedangkan menurut istilah akustika
berarti bagian pisis pendengaran yang tercakup dalam suatu bidang. Bioakustik
adalah suatu perubahan mekanik terhadap zat gas, zat cair atau zat padat yang
sering menimbulkan gelombang bunyi. Gelombang bunyi ini merupakan vibrasi
atau getaran molekul-molekul dan saling beradu satu sama lain namun demikian
zat tersebut terkoordinasi menghasilkan gelombang, jadi Bioakustik yaitu ilmu
yang mempelajari tentang proses penerimaan pendengaran yang timbul oleh
mahluk hidup.

2.1.1 Defenisi Bunyi


Bunyi merupakan vibrasi atau gerakan dari molekul-molekul zat dan saling
beradu satu sama lain dimana zat tersebut terkoordinasi menghasikan gelombang
serta mentransmisikan energi tanpa disertai perpindahan partikel.
Bunyi merupakan getaran yang menimbulkan gelombang longitudinal yang
merambat melalui medium perambatannya (zat cair, zat padat, dan udara)
sehingga dapat didengar. (Fisika, 2006 : 41).
Gelombang bunyi merupakan vibrasi atau gerakan dari molekul-molekul zat
dan saling beradu satu sama lain dimana zat tersebut terkoordinasi menghasikan
gelombang serta mentransmisikan energi tanpa disertai perpindahan partikel.
(Fisika Kedokteran, 1996 : 65)

1) Sumber Bunyi
Sumber bunyi adalah semua benda yang bergetar dan menghasilkan suara
merambat melalui medium atau zat perantara sampai ke telinga. Contoh sumber
bunyi yaitu: pembakaran minyak dalam mesin, instrumen musik, gerakan dahan
pohon, lonceng, garputala, dsb.

6
Syarat terjadinya bunyi yaitu:
 Ada sumber bunyi yang bergetar
 Ada zat perantara (medium) yang merambatkan gelombang bunyi dari
sumber ke telinga
 Getaran mempunyai frekuensi tertentu (20 Hz – 20.000 Hz)
 Indra pendengar dalam keadaan baik

2) Mendeteksi Bunyi
Untuk mendeteksi bunyi perlu mengkonversikan gelombang bunyi bentuk
vibrasi sehingga dapat dianalisa frekuensi dan intensitasnya. Untuk perubahan ini
diperlukan alat mikrofon dan telinga manusia. Alat mikrofon merupakan
transduser yang memberi respon terhadap tekanan bunyi (sound pressure0 dan
menghasilkan isyarat/signal listrik. Mikrofon yang banyak digunakan adalah
mikrofon kondensor. Pemilihan mikrofon ini sangat penting oleh karena berguna
untuk mendeteksi kebisingan lingkungan perusahaan (merupakan medan difus
segala arah atau medan bebas) disamping itu perlu diperhatikan faktor kecepatan
angin, cuaca oleh karena sangat mempengaruhi pada mikrofon.

3) Pengelompokan Bunyi
Menurut frekuensinya, bunyi dikelompokan menjadi:
a. Bunyi infrasonik (0 – 20 Hz)
Infrasonik merupakan bunyi yang tidak dapat didengar telinga
manusia, tetapi dapat di dengar oleh jangkrik dan anjing. Frekuensi ini
biasanya ditimbulkan oleh getaran tanah, gempa bumi, getaran gunung
berapi.

b. Bunyi audiosonik (20 – 20.000 Hz)


Bunyi audio merupakan bunyi yang dapat didengar manusia.
Audiofrekuensi berhubungan dengan nilai ambang pendengaran (rata-rata
nilai ambang pendengaran 1000 Hz = 0 dB).

7
c. Bunyi Ultrasonik (di atas 20.000 Hz)
Ultrasonik merupakan bunyi yang tidak dapat didengar telinga
manusia. Frekuensi ini dalam bidang kedokteran digunakan dalam 3 hal
yaitu pengobatan, destruktif dan diagnosis. Hal ini dapat terjadi oleh karena
frekuensi yang tinggi mempunyai daya tembus jaringan cukup besar.

4) Azaz Doppler
Efek Doppler adalah peristiwa berubahnya frekuensi sumber bunyi
yang didengar akibat perubahan gerak antara pendengar dan sumber bunyi. Pada
tahun 1800, Christian Johann Doppler mengemukakan Efek Doppler ini berlaku
secara umun pada gelombang.
Efek Doppler ini dipergunakan untuk mengukur bergeraknya zat cair di
dalam tubuh misalnya darah. Berkas ultrasonik/bunyi ultra uynag mengenai darah
(darah bergerak menjauhi bunyi) darah akan memantulkan bunyi ekho dan
diterima oleh detektor.

2.1.2 Sifat dan Kecepatan Gelombang Bunyi


a. Sifat Gelombang Bunyi

Gelombang bunyi mempunyai sifat memantul, diteruskan, dan diserap


benda. Apabila gelombang suara mengenai tubuh manusia (dinding) maka bagian
dari gelombang akan dipantulkan dan bagian lain akan diteruskan ke dalam tubuh.
Penyerapan energi bunyi ini akan mengakibatkan berkurangnya amplitudo
gelombang bunyi.
Nilai amplitudo bunyi yang menetap pada jaringan dinyatakan dalam rumus:

A = A-αx
Keterangan :
A = amplitudo bunyi yang menetap pada jaringan yang tebal X cm
Ao = amplitudo bunyi mula-mula
α = koefisien adsorpsi jaringan (cm-1)
x = tebal jaringan (cm)

8
Dengan mempergunakan rumus tersebut dapat menghitung nilai adsopsi
jaringan terhadap gelombang bunyi.
Berikut tabel koefisien adsorpsi jaringan dan nilai paruh ketebalan jaringan.
nilai paruh ketebalan jaringan
Bahan Frekuensi Α (cm-1)
(cm)
Otot 1 0,13 2,7
Lemak 0,8 0,05 6,9
Otak 1 0,11 1,2
Tulang 0,6 0,4 6,95
-4
Air 1 2,5 x 10 14 103

b. Kecepatan Gelombang Bunyi


Gelombang bunyi timbul akibat terjadi perubahan mekanik pada zat padat,
zat cair dan gas yang merambat ke depan dengan kecepatan tertentu. Gelombang
bunyi ini menjalar secara longitudinal, lain dengan cahaya yang menjalar secara
transversal.
Pada suatu percobaan, apabila terjadi vibrasi dari suatu bunyi maka akan
terjadi suatu peningkatan tekanan dan penurunan tekanan pada tekanan atmosfer,
peningkatan tekanan ini disebut kompresi sedangkan penurunan tekanan disebut
rarefaksi (peregangan).
Kecepatan bunyi berbeda-beda dalam melewati berbagai medium. Berikut
tabel perbedaannya.
Masa Jenis ( ) Kecepatan (v) Z (= )
Temperatur Material
3
Kg/m cm/s Kg/m2s
20o C Udara 1,29 331 430
0o C CO2 1,98 258 430
0o C H2 8,99 x 10-2 1.270 430
20o C Alkohol 791 1.210 430
o
20 C Air 1.000 1.480 430
20o C Besi 7.900 5.130 430
o
37 C Darah 1.056 1.570 430
20o C Otak 1.020 1.530 1,56 x 106
20o C Otot 1.040 1.580 1,64 x 106

9
20o C Lemak 920 1.450 1,33 x 106
20o C Tulang 1.900 4.040 7,68 x 106

Gelombang bunyi dibawa oleh zat padat, cair, dan gas. Pada umumnya,
makin keras zat, makin cepat gelombang bunyi merambat. Hal ini masuk akal,
karena kekerasan zat menyatakan secara tidak langsung bahwa partikel-partikel
tergandeng secara kuat sehingga lebih responsif terhadap gerak partikel lainnya.

2.1.3 Bising
Bising ialah bunyi yang tidak dikehendaki yang merupakan aktivitas alam
(bicara, pidato) maupun buatan (bunyi mesin) dan dapat menggangu kesehatan,
kenyamanan serta dapat menimbulkan ketulian yang bersifat relatif. Alat ukur
kebisingan adalah sound level meter.
1) Pengaruh Bising pada Kesehatan
a. Hilangya pendengaran sementara
b. Kebal atau imun terhadap bising
c. Telinga berdengung
d. Kehilangan pendengaran menetap, biasanya dimulaidari frekuensi 4000 Hz
2) Daftar Skala Intensitas Kebisingan
Tingkat kebisingan Intensitas (dB) Batas dengar tertinggi

Menulikan 100-120 Halilintar


Meriam
Mesin uap

Sangat hiruk pikuk 80-90 Jalan hiruk pikuk


Perusahaan sangat gaduh
Pluit polisi

Kuat 60-70 Kantor gaduh


Jalan pada umumnya
Radio
Perusahaan

Sedang 40-50 Rumah gaduh


Kantor umunya

10
Percakapan kuat
Radio perlahan

Tenang 20-30 Rumah tenag


Kantoer perorangan
Auditorium
Percakapan

Sangat tenang 0-10 Bunyi daun


Berbisik
Batas dengar terendah

3) Pencegahan Ketulian dari Proses Bising


Prinsip pencegahan ketulian dari proses bising adalah menjauhi dari
sumber bising. Untuk tujuan itu dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut.
a. Memberikan pelumas dan peredam pada mesin yang menghasilkan bising
b. Menggunakan tembok pemisah antara sumber bising dengan tempat kerja.
c. Menggunakan pelindung telinga

2.1.4 Pembentukan Suara


Pada pembentukan suara vokal, pita suara tertarik saling mendekat oleh
otot, udara di paru dihembuskan, tekanan dibawah pita suara meningkat dan pita
suara yang tertutup dipaksa membuka.
Terjadi aliran cepat udara ke atas yang menyebabkan penurunan tekanan
di antara pita, menyebabkan pita suara bergerak bersama, menghambat keluarnya
udara secara parsial. Rongga mulut berubah bentuk akibat garakan lidah, rahang
bawah, palatum lunak, dan pipi untuk menentukan suara yang diucapkan.
Kadang-kadang hilangnya suara, gangguan bicara, atau rasa sakit timbul
akibat obstruksi di pita suara. Hal tersebut perlu dilakukan pemeriksaan, salah satu
metode yang digunakan adalah laringoskopi. Metode lain juga yang digunakan
adalah MRI, USG, dan berbagai prosedur radiologis misalnya sinar-X, CT-scan,
dan sebagainya.
Frekuensi dasar dari hasil vibrasi yang kompleks tergantung dari massa
dan tegangan dari pita suara.

11
• Laki-laki mempunyai frekuensi suara 125 Hz.
• Wanita mempunyai frekuansi suara 250 Hz.
• Suara berhubungan erat dengan rasa “mendengar”.
Pada sistem pengenalan suara oleh manusia terdapat tiga organ penting
yang saling berhubungan yaitu :
• telinga yang berperan sebagai transduser dengan menerima sinyal
masukan suara dan mengubahnya menjadi sinyal syaraf,
• jaringan syaraf yang berfungsi mentransmisikan sinyal ke otak,
• dan otak yang akan mengklasifikasi dan mengidentifikasi informasi
yang terkandung dalam sinyal masukan.

2.1.5 Vibrasi
Vibrasi adalah getaran, dapat disebabkan oleh getaran udara atau getaran
mekanis lainnya.Dibedakan menjadi:
 Vibrasi karena getaran udara yang pengaruhnya pada akustik
 Vibrasi karena getaran mekanis mengakibatkan timbulnya resonansi/ turut
bergetarnya alat-alat tubuh dan pengaruh terhadap alat alat tubuh.

1. Penjalaran Vibrasi Udara dan Efek yang Timbul


Vibrasi udara oleh karena benda bergetar dan diteruskan melalui udara
akan mencapai telinga. Getaran dengan frekuensi 1-20 Hz tidak akan terjadi
gangguan penguatan pendengaran tetapi pada intensitas lebih dari 140 dB akan
terjadi gangguan vestibuler yaitu gangguan orientasi,kehilangan keseimbangan
dan mual-mual. Akan timbul nyeri telinga,nyeri dada dan bisa terjadi getaran
seluruh tubuh.
2. Penjalaran Vibrasi Mekanik dan Efek yang Timbul
Penjalaran vibrasi mekanik melalui sentuhan atau kontak dengan
permukaan benda yang bergerak,sentuhan ini melalui daerah yang terlokalisasi
(tool-hand vibration) atau mengenai seliruh tubuh (whole body vibration). Bentuk
tool hand vibration merupakan bentuk yang terlazim dalam proses pekerjaan.

12
Efek vibrasi terhadap tubuh tergantung besar kecilnya frekuensi yang
mengenai tubuh. Pada frekuensi :
 3-9 Hz : akan timbul resonansi pada dada dan perut
 6-10 Hz :dengan intensitas 0.6 g tekanan darah,denyut jantung,pemakaian
O2 dan volume perdenyut sedikit berubah. Pada intensitas 1.2 g terlihat
banyak perubahan system peredaran darah.
 10 Hz : leher,kepala,pinggul,kesatuan otot dan tulang akan beresonansi.
 Tenggorokan akan mengalami resonansi.
Pada frekuensi kurang dari 20 Hz,tonus otot akan meningkat, akibat
kontraksi statis ini otot menjadi lemah,rasa tidak enak dan kurang ada perhatian.
Pada frekuensi diatas 20 Hz otot-otot menjadi kendor dan frekuensi 30-50 Hz
digunakan dalam kedokteran olahraga untuk memulihkan otot-otot sesudah
kontraksi luar biasa.

Efek vibrasi terhadap tangan :


 Getaran dalam jangka waktu cukup lama akan menimbulkan kelainan pada
tangan berupa :
 Kelainan pada persyarafan dan peredaran darah. Gejala kealinan ini mirip
dengan phenomena Raynaud yaitu keadaan pucat dan biru dari anggota
badan,pada saat anggota badan kedinginan, tanpa ada penyumbatan pembuluh
darah tepid an tanpa kelainan- kelainan gizi. Phenomena Reynaud ini terjadi
pada frekunsi sekitar 30-40 Hz.
 Kerusakan-kerusakan pada persendian tulang

2.1.6 Penerapan Gelombang Bunyi dalam Bidang Kesehatan


1. Alat Pendengaran
Telinga merupakan alat penerima gelombang suara atau udara kemudian
diubah menjadi sinyal listrik dan diteruskan ke korteks pendengaran melalui saraf
pendengaran. Telinga mempunyai reseptor khusus untuk mengenali getaran bunyi
dan untuk keseimbangan. Ada tiga bagian utama dari telinga manusia, yaitu
bagian telinga luar, telinga tengah, dan telinga dalam.Telinga luar berfungsi

13
menangkap getaran bunyi, dan telinga tengah meneruskan getaran dari telinga luar
ke telinga dalam. Reseptor yang ada pada telinga dalam akan menerima rarigsang
bunyi dan mengirimkannya berupa impuls ke otak untuk diolah.

a. Susunan Telinga
Telinga tersusun atas tiga bagian yaitu telinga luar, telinga tengah, dan
telinga dalam.
1) Telinga luar
Telinga luar terdiri dari daun telinga, saluran luar, dan membran timpani
(gendang telinga).
Daun telinga manusia mempunyai bentuk yang khas, mendukung fungsinya
sebagai penangkap dan pengumpul getaran suara. Saluran luar yang dekat dengan
lubang telinga dilengkapi dengan rambut-rambut halus yang menjaga agar benda
asing tidak masuk, dan kelenjar lilin yang menjaga agar permukaan saluran luar
dan gendang telinga tidak kering.
Membran timpani tebalnya 0,1 mm, luas 65 mm2, mengalami vibrasi dan
diteruskan ke telinga tengah
2) Telinga tengah
Bagian ini merupakan rongga yang berisi udara untuk menjaga tekanan
udara agar seimbang. Di dalamnya terdapat saluran Eustachio yang
menghubungkan telinga tengah dengan faring.
Suara yang masuk itu, 99% mengalami refleksi dan hanya 0,1 % saja yang
ditransmisi. Telinga tengah ini memiliki peranan proteksi. Karena adanya tuba
eustachi yang mengatur tekanan didalam telinga, dimana eustachi berhubungan
langsung dengan mulut.
3) Telinga dalam
Telinga dalam (labirin) adalah suatu struktur yang kompleks, yang terjdiri
dari 2 bagian utama:
 Koklea (organ pendengaran)
 Kanalis semisirkuler (organ keseimbangan)

14
Koklea merupakan saluran berrongga yang berbentuk seperti rumah siput,
terdiri dari cairan kental dan organ corti, yang mengandung ribuan sel-sel kecil
(sel rambut) yang memiliki rambut yang mengarah ke dalam cairan tersebut.
Getaran suara yang dihantarkan dari tulang pendengaran di telinga tengah
ke jendela oval di telinga dalam menyebabkan bergetarnya cairan dan sel rambut.
Sel rambut yang berbeda memberikan respon terhadap frekuensi suara yang
berbeda dan merubahnya menjadi gelombang saraf. Gelombang saraf ini lalu
berjalan di sepanjang serat-serat saraf pendengaran yang akan membawanya ke
otak. Walaupun ada perlindungan dari refleks akustik, tetapi suara yang gaduh
bisa menyebabkan kerusakan pada sel rambut. jika sel rambut rusak, dia tidak
akan tumbuh kembali.
Jika telinga terus menerus menerima suara keras maka bisa terjadi
kerusakan sel rambut yang progresif dan berkurangnya pendengaran.

Cara Kerja Telinga


a. Getaran bunyi terkumpul di daun telinga.
b. Getaran bunyi tersebut kemudian masuk ke dalam lubang telinga.
c. Bila getaranbunyi tersebut mencapai gendang telinga maka gendang tersebut
ikut bergetar dan menggetarkan tulang- tulang pendengaran demikan pula
cairan di rumah siput ikut bergetar.
d. Gerakan ini mengubah energi mekanik tersebut menjadi energi elektrik ke saraf
pendengaran (auditory nerve,) dan menuju ke pusat pendengaran di otak.
e. Pusat ini akan menerjemahkan energi tersebut menjadi suara yang dapat
dikenal oleh otak.

Proses Pendengaran Manusia


a. Proses pendengaran manusia Pertama di mulai dari daun telinga (outer Ear)
yang fungsinya menangkap suara-suara di sekitar dan memasukkan nya ke
canal/ lubang telinga.

15
b. Proses kedua suara yang masuk melalui lubang telinga di terima oleh gendang
telinga yang berakibat bergetarnya tiga tulang pendengaran yaitu maleus,inkus
dan stapes(middle Ear). Dan menyalurkan ke cohlea / rumah siput.
c. Proses ke tiga di dalam cohlea / Rumah siput terdapat hear sell yang yang
bergetar akibat suara dan getarannya menghasilkan getaran listrik yang
dihasilkan dari energy kinestetik. Sehingga aliran listrik itu menjadikan sinyal
yang menyalurkan ke otak, yang di aliri oleh syaraf pendengaran, untuk
selanjutnya otak yang bekerja mengartikan semua suara-suara yang masuk tadi.
d. Gangguan pendengaran bisa terjadi pada siapa saja dan pada semua umur , bisa
sementara dan bahkan permanen.
e. Gangguan pendengaran disebabkan karena salah satu atau lebih, bagian dari
telinga tidak dapat berfungsi secara normal.

Jenis Gangguan Pendengaran


a. Gangguan pendengaran Konduktif : terjadi ketika gelombang suara, terhalang
masuknya dari lubang telinga dan gendang telinga menuju ke rumah siput (
koklea ) dan Saraf Pendengaran(Auditory Nerve).
b. Gangguan pendengaran Sensorineural/ Saraf : terjadi ketika rumah siput (
koklea) atau saraf pendengaran fungsinya menurun .
c. Gangguan pendengaran campuran : campuran antara gangguan pendengaran
konduktif dan saraf.
Pemeriksaan
1. Otoscopy
Pemeriksaan dengan menggunakan alat semacam teropong ini tergolong
pemeriksaan awal. Fungsinya untuk melihat liang telinga, apakah ada infeksi atau
kotoran telinga.

2. Tympanometry
Pemeriksaan lanjutan ini bertujuan untuk mengetahui fungsi telinga tengah.

3. Oto Acoustic Emissions (OAE)


Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui fungsi sel rambut pada

16
cochlea/rumah siput. Hasilnya dapat dikategorikan menjadi dua, yakni pass dan
refer. Pass berarti tidak ada masalah, sedangkan refer artinya ada gangguan
pendengaran hingga harus dilakukan pemeriksaan berikut.

4. Auditory Brainstem Response (ABR)


Cara pemeriksaannya hampir sama dengan OAE. berfungsi sebagai screening,
juga dengan 2 kategori, yakni pass dan refer. Hanya saja alat ini cuma mampu
mendeteksi ambang suara hingga 40 dB.

5. Conditioned Oriented Responses (CORs)


Pemeriksaan ini dapat dilakukan pada bayi usia 9 bulan sampai 2,5 tahun untuk
mengetahui perkiraan ambang dengar anak. Caranya, gunakan alat yang dapat
mengeluarkan bunyi-bunyian dan biarkan anak mencari sumber bunyi tersebut.

6. Visual Reinforced Audiometry (VRA)


Pemeriksaan yang hampir sama dengan CORs ini juga berfungsi untuk
mengetahui ambang dengar anak. Tergolong pemeriksaan subjektif karena
membutuhkan respons anak. Namun pada tes ini selain diberikan bunyi-bunyi,
alat yang digunakan juga harus dapat menghasilkan gambar sebagai reward bila
anak berhasil memberi jawaban. Pemeriksaan ini dapat dilakukan sambil bermain.

7. Play Audiometry
Pemeriksaan yang juga berfungsi mengetahui ambang dengar anak ini dapat
dilakukan pada anak usia 2,5-4 tahun. Caranya? Menggunakan audiometer yang
menghasilkan bunyi dengan frekuensi dan intensitas berbeda. Bila anak
mendengar bunyi itu berarti sebagai pertanda anak mulai bermain misalnya harus
memasukkan benda ke kotak di hadapannya atau bermain pasel.

8. Conventional Audiometry
Pemeriksaan ini dapat dilakukan anak usia 4 tahun sampai remaja. Fungsinya
untuk mengetahui ambang dengar anak. Caranya dengan menggunakan alat

17
audiometer yang mampu mengeluarkan beragam suara, masing-masing dengan
intensitas dan frekuensi yang berbeda-beda. Tugas si anak adalah menekan tombol
atau mengangkat tangan bila mendengar suara.

9.Brainstem Evoked Response Audiometry (BERA)


Pemeriksaan ini dapat dilakukan pada semua usia. Fungsinya, untuk mengetahui
respons ambang dengar seseorang. Pemeriksaan yang tergolong objektif ini
mengharuskan anak dalam keadaan tidur, hingga anak harus dikondisikan tidur
lebih dulu.

10.Tes suara berbisik


Telinga normal dapat mendengar suara berbisik dengan nada rendah. Misalnya
suara konsonan dan palatal pada jarak 5-10 meter. Suara berbisik dengan nada
tinggi misalnya suura desis pada jarak 20 meter.

11.Tes Weber
Garputala di getarkan kemudian diletakkan pada dahi atau puncak dahi. Pada
penderita tuli kunduktif akan terdengar baik terang atau baik pada telinga yang
sakit. Pada penderita tuli persepsi, getaran garpu tala terdengar terang pada telinga
normal.

12.Tes Rinne
Tes ini membandinkan antara konduksi tulang dan udara. Garputala digetarkan
kemudian diletakkan pada prosesus mastoid setelah tidak mendengar getaran lagi
garputala dipindahkan di depan liang telinga, tanyakan penderita apakah masih
mendengarnya.
 Normal : konduksi udara 85-90 detik. Konduksi melalui tulang 45 detik.
 Tes rinne positif : pendengaran penderita baik juga pada penderita tulipersepsi.
 Tes rinne negative : pada penderita tuli konduksi diman jarak waktu konduksi
tulang mungkin sama atau bahkan lebih panjang.

18
13.Tes Schwabach
Tes ini membandingkan jangka waktu konduksi tulang melalui vertex atau
prosesus mastoid penderita dengan konduksi tulang si pemeriksa.
 Pada tuli konduksi : konduksi tulang penderita lebih panjang daii pada si
pemeriksa
 Pada tuli persepsi : konduksi tulang sangat pendek.

Spesialisasi Dalam Pendengaran/Telinga


Didalam bidang kedokteran dibagi dalam masing – masing bagian sesuai dengan
keahlian:

1. Otologist : seorang dokter yang ahli dalam bidang telinga dan


pendengaran.
2. Otolaryngologist : seorang dokter yang ahli dalam bidang penyakit telinga
dan operasi Telinga.
3. ENT specialist : dokter ahli THT yaitu seorang dokter yang ahli dalam hal
telinga, hidung dan tenggorokan.
4. Audiologist : Seseorang yang bukan dokter, tetapi ahli dalam mengukur
respon pendengaran, diagnosis kelainan pendengaran melalui test
pendengaran, rehabilitasi yang berkaitan dengan hilangnya pendengar.

2.Ultrasonik
Ultrasonik dihasilkan oleh magnet listrik dan kristal plezo elektrik dengan
frekuensi diatas 20.000 Hz.
 Medan listrik
Batang feromagnet dilingkari kawat kemudian dialiri listrik yang dan
menghasilkan ultrasonik
 Piezo elektrik
Ditemukan oleh Piere Curie dan Jacques 1880, tebal kristal 2,85 mm.

19
Bila kristal piezo electrik dialiri tegangan listrik maka akan
mengakibatkan lempengan kristal mengalanmi vibrasi dan akan
menimbulkan frekuensi ultra
Frekuensi dan daya ultrasonik
 Untuk diagnostik: f = 1-5 MHz,daya = 0,01 W/cm2
 Untuk pengobatan: daya sampai 1 W/cm2
 Untuk merusak jaringan kanker: daya 103 W/cm2

a) Prinsip dan Efek Penggunaan Ultrasonik

 Efek doppler
Perubahan frekuensi akibat pergerakan pendengaran atau sebaliknya
 Efek gelombang ultrasonik:
 Mekanik: membentuk asap/awan dan disintegrasi benda padat
(batu empedu)
 Panas: refleksi pada titik tertentu akan menimbulkan panas dan
terjadi pembentukan rongga bila intensitasnya tinggi
 Kimia: menyebabkan proses oksidasi dan terjadi hidrolisis pada
ikatan polyester
 Biologis: gabungan dari beberapa efek, misal; pelebaran pebuluh
darah, peningkatan permiabilitas membran sel dan kapiler,
merangsang aktifitas sel, keletihan pada tubuh

b) Penggunaan dalam Bidang Kedokteran


o Sebagai pelengkap diagnosis : EEG (tumor otak), penyakit mata,
lokasi yang dalam dari bola mata, apakah lensa atau kornea opaque,
tumor retina, informasi struktur organ, deteksi kehamilan, kelainan
uterus, informasi tentang jantung, dsb.
o Pengobatan : menghancurkan jaringan kanker, pengobatan parkinson,
pengobatan menier.
2.2 Biooptik

20
2.2.1 Defenisi Biooptik

Kata biooptik, tersusun atas kata bio dan optik. Bio berkaitan dengan makhluk
hidup/ zat hidup atau bagian tertentu dari makhluk hidup, sedangkan optik dikenal
sebagai bagian ilmu fisika yang berkaitan dengan cahaya atau berkas sinar. secara
spesifik ada klasifikasi Optik geometri dan optika fisis. Fokus utama di biooptik
adalah terkait dengan indera penglihatan manusia, yaitu mata. Mata menjadi alat
optik yang paling penting pada manusia atau makhluk hidup.

2.2.2 Jenis Optik

1. OPTIK GEOMETRI
Berpangkal pada perjalanan cahaya dalam medium secara garis lurus,
berkas-berkas cahaya di sebut garis cahaya dan gambar secara garis lurus.
Dengan cara pendekatan ini dapatlah melukiskan ciri-ciri cermin dan lensa
dalam bentuk matematika.
2. OPTIK FISIK
Gejala cahaya seperti dispersi, interferensi dan polarisasi tidak dapat di
jelaskan malalui metode optika geometri. Gejala-gejala ini hanya dapat
dijelaskan dengan menghitung ciri-ciri fisik dari cahaya tersebut.

2.2.3 Lensa
Berdasarkan bentuk permukaan lensa maka lensa dapat dibagi menjadi 2:
1. Lensa yang mempunyai permukaan sferis.
2. Lensa yang mempunyai permukaan silindris.
Permukaan sferis ada dua macam pula yaitu :
1. Lensa konvergen / konveksi
Yaitu sinar sejajar yang menembus lensa akan berkumpul
menjadi bayangan nyata, juga disebut lensa positif atau lensa
cembung.

21
2. Lensa divergen / konkaf.
Yaitu sinar yang sejajar yang menembus lensa akan menyebar
, lensa ini disebut lensa negatif atau lensa cekung
Lensa yang mempunyai permukaan silindris disebut lensa silindris.
Lensa ini mempunyai focus yang positif dan ada pula mempunyai
focus negatif.
2.2.4 Mata
Banyak pengetahuan yang kita peroleh melalui suatu penglihatan. Untuk
membedakan gelap atau terang tergantung atas penglihatan seseorang.
Ada tiga komponen pada penginderaan penglihatan :
1. Mata memfokuskan bayangan pada retina
2. System syaraf mata yang memberi informasi ke otak
3. Korteks penglihatan salah satu bagian yang menganalisa penglihatan tersebut.

 ALAT OPTIK MATA


Bagian-bagian pada mata terdiri dari :
a) Retina
Terdapat ros batang dank ones/kerucut, fungsi rod untuk melihat
pada malam hari sedangkan kone untuk melihat siang hari. Dari
retina ini akan dilanjutkan ke saraf optikus.
b) Fovea sentralis
Daerah cekung yang berukuran 0,25 mm di tengah-tengahnya
terdapat macula lutea (bintik kuning).
c) Kornea dan lensa
Kornea merupakan lapisan mata paling depan dan berfungsi
memfokuskan benda dengan cara refraksi, tebalnya 0,5 mm
sedangkan lensa terdiri dari kristal mempunyai dua permukaan
dengan jari-jari kelengkungan 7,8 m fungsinya adalah
memfokuskan objek pada berbagai jarak.
d) Pupil
Di tengah-tengah iris terdapat pupil yang fungsinya mengatur

22
cahaya yang masuk. Apabila cahaya terang pupil menguncup
demikian sebaliknya.
Sistem optic mata serupa dengan kamera TV bahkan lebih mahal oleh karena :

a. Mata bisa mengamati objek dengan sudut yang sangat besar


b. Tiap mata mempunyai kelopak mata dan ada cairan lubrikasi
c. Dalam satu detik dapat memfokuskan objek berjarak 20 cm
d. Mata sangat efektif pada intensitas cahaya 10 : 1
e. Diafragma mata di atur secara otomatis oleh iris
f. Kornea terdiri dari sel-sel hidup namun tidak mendapat vaskularisasi

g. Tekanan bola mata diatur secara otomatis sehingga mencapai 20 mmHg


h. Tiap mata dilindungi oleh tulang
i. Bayangan yang terbentuk oleh mata akan diteruskan ke otak
j. Bola mata dilengkapi dengan otot-otot mata yang mengatur gerakan

bola mata (m = muskulus = otot)


M. rektus medialis = menarik bola mata ke dalam
M. rektus lateralis = menarik bola mata ke samping
M. rektus superior = menarik bola mata ke atas
M. rektus inferior = menarik bola mata ke bawah
M. obligus inferior = memutar ke samping atas
M. obligus superior = memutar ke samping dalam.

Kelumpuhan salah satu otot mata akan timbul gejala yang disebut strabismus
(mata juling).

 DAYA AKOMODASI
Dalam hal memfokuskan objek pada retina, lensa mata memegang peranan
penting. Kornea mempunyai fungsi memfokuskan objek secara tetap
demikian pula bola mata (diameter bola mata 20 – 23 mm). Kemampuan
lensa mata untuk memfokuskan objek di sebut daya akomodasi. Selama
mata melihat jauh, tidak terjadi akomodasi. Makin dekat benda yang

23
dilihat semakin kuat mata / lensa berakomodasi. Daya akomodasi ini
tergantung kepada umur. Usia makin tua daya akomodasi semakin
menurun. Hal ini disebabkan kekenyalan lensa/elastisitas lensa semakin
berkurang.

 PENYIMPANGAN PENGLIHATAN
Mata yang mempunyai titik jauh/punktum remotum terhingga akan
memberi bayangan benda secara tajam pada selaput retina. Dikatakan mata
emetropia. Sedangkan mata yang mempunyai titik jauh yang bukan tak
terhingga , mata demikian disebut mata ametropia.Mata emetropia
mempunyai punktum proksimum sekitar 25 cm, disebut mata normal.
Sedangkan mata emetropia yang mempunyai punktum proksimum lebih
dari 25 cm di sebut mata presbiopia.Mata ametropia mempunyai dua
bentuk :
1. Miopia (penglihatan dekat)
Mata ametropia yang mempunyai P dan r terlalu kecil disebut mata
myopia. Mata myopia ini bentuk mata terlalu lonjong maka benda
berjauhan tak terhingga akan tergambar tajam di depan retina. Mata
seperti ini dapat melihat tajam benda pada titik dekat tanpa akomodasi.
Dengan akomodasi kuat akan terlihat benda yang lebih dekat lagi.

2. Hipermetropia (penglihatan jauh)


Mata ametropia yang mempunyai P dan r terlalu besar dikatakan hiper
metropia. Kalau diperhatikan bola mata hipermetropia maka akan terli-
hat bola mata yang agak gepeng dari normal. Mata yang demikian itu
tanpa akomodasi bayangan tak terhingga akan terletak di belakang reti
na, tetapi kadang kala dengan akomodasi akan terlihat benda-benda
yang jauh tak terhingga secara tajam bahkan dapat melihat benda-ben-
da berada dekat di depan mata.

 TEHNIK KOREKSI

24
Setelah melalui pemeriksaan dokter mata dengan seksama maka
ditentukan apakah penderita menderita presbiopia, hipermetropia, myopia,
astigmatisma atau campuran (presbiopia dan myopia).

a. Mata presbiopia
Pada mata presbiopia tidak ada masalah untuk melihat jauh. Yang menjadi
masalah adalah melihat dekat, untuk itu penderita dianjurkan memakai
kacamata positif

b. Mata hipermetropia
Mata demikian kemampuan melihat dekat terganggu dimana punktum
proksimum dan punktum remotum yang terlalu jauh sehingga dianjurkan
memakai kacamata positif.

c. Mata myopia
Pada mata myopia, kemampuan melihat jauh tergganggu oleh karena letak
punktum proksimum dan punktum remotum yang terlalu dekat sehingga
dianjurkan memakai kacamata negatif.

d. Mata astigmatisma
Penderita yang mengalami mata astigmatisma akan terganggu penglihatan
nya tidak dalam segala arah, sehingga penderita ini dianjurkan memakai
kacamata silindris atau kaca mata toroidal. Penderita astigmatisma dengan
satu mata akan melihat garis dalam satu arah lebih jelas daripada kea rah
yang berlawanan.

e. Campuran
Ada penderita yang matanya sekaligus mangalami presbipoi dan myopia,
maka mempunyai punktum proksimum yang letaknya terlalu jauh dan
punktum remotum terlalu kecil, penderita demikian memakai kacamata
rangkap yaitu kacamata bifocal (negatif diatas, positif di bawah)

25
Ada penderita yang hanya menderita presbiopia, myopia atau
hipermetropia tanpa astigmatisma hanya memakai kacamata berlensa
sferis.

 KETAJAMAN PENGLIHATAN
Ketajaman penglihatan dipergunakan untuk menentukan penggunaan
kacamata , di klinik dikenal dengan nama visus. Tapi bagi seorang ahli
fisika ketajaman penglihatan ini disebut resolusi mata.
Visus penderita bukan saja memberi pengertian tentang optiknya
(kacamata) tetapi mempunyai arti yang lebih luas yaitu memberi
keterangan tentang baik buruknya fungsi mata keseluruhannya. Oleh
karena itu definisi visus adalah : nilai kebalikan sudut (dalam menit)
terkecil dimana sebuah benda masih kelihatan dan dapat dibedakan.
Pada penentuan visus, para ahli mempergunakan kartu Snellen, dengan
berbagai ukuran huruf dan jarak yang sudah ditentukan. Misalnya mata
normal pada waktu diperiksa diperoleh 20/40 berarti penderita dapat
membaca hurup pada 20 ft sedangkan bagi mata normal dapat membaca
pada jarak 40 ft (20 ft = 4 meter).

 MEDAN PENGLIHATAN
Untuk mengetahui besar kecilnya medan penglihatan seseorang di perguna
kan “alat perimeter”.Dengan alat ini diperoleh medan penglihatan vertical
± 130°; sedangkan medan penglihatan horizontal ± 155°.

 TANGGAP CAHAYA
Bagian mata yang tanggap cahaya adalah retina. Ada dua tipe fotoresep tor
pada retina yaitu Rod (batang) dan Cone(kerucut).Rod dan Kone tidak
terletak pada permukaan retina melainkan beberapa lapis di belakang
jaringan syaraf.
Distribusi Rod dan Kone pada retina
a. Kone (kerucut)

26
Tiap mata mempunyai ± 6,5 juta cone yang berfungsi untuk melihat siang
hari disebut “fotopik”. Melalui kone kita dapat mengenal berbagai warna,
tetapi kone tidak sensitive terhadap semua warna, ia hanya sensitive
terhadap warna kuning, hijau (panjang gelombang 550 nm). Kone terdapat
terutama pada fovea sentralis.

b. Rod (batang)
Dipergunakan pada waktu malam atau disebut penglihatan Skotopik. Dan
merupakan ketajaman penglihatan dan dipergunakan untuk melihat ke
samping. Setiap mata ada 120 juta batang. Distribusi pada retina tidak
merata, pada sudut 20° terdapat kepadatan yang maksimal. Batang ini
sangat peka terhadap cahaya biru, hijau (510 nm).
Tetapi Rod dan Kone sama-sama peka terhadap cahaya merah (650 – 700
nm), tetapi penglihatan kone lebih baik terhadap cahaya merah jika
dibandingkan dengan Rod

 PENYESUAIAN TERHADAP TERANG DAN GELAP


Dari ruangan gelap masuk ke dalam ruangan terang kurang mengalami
kesulitan dalam penglihatan. Tetapi apabila dari ruangan terang masuk ke
dalam ruangan gelap akan tampak kesulitan dalam penglihatan dan
diperlukan waktu tertentu agar memperoleh penyesuaian. Pendapat ini
telah lama diketahui orang. Apabila kepekaan retina cukup besar, seluruh
objek/benda akan merangsang rod secara maksimum sehingga setiap
benda bahkan yang gelap pun akan terlihat terang putih. Tetapi apabila
kepekaan retina sangat lemah, ketika masuk ke dalam ruangan gelap tidak
ada bayangan yang benderang yang merangsang rod dengan akibat tidak
ada suatu objekpun yang terlihat. Perubahan sensitifitas retina secara
automatis ini dikenal sebagai fenomena penyesuaian terang dan gelap

 PERALATAN DALAM PEMERIKSAAN MATA

27
Dari sekian banyak peralatan mata, hanya beberapa peralatan yang akan
dibahas dalam kaitan pemeriksaan mata. Ada tiga prinsip dalam pemerik
saan mata yaitu : pemeriksaaan mata bagian dalam, pengukuran daya focus
mata, penmgukuran kelengkungan kornea. Peralatan dalam pemeriksaan
mata dan lensa ada 6 macam yaitu :
 OPTHALMOSKOP
Alat ini mula-mula dipakai oleh Helmholtz (1851). Prinsip
pemeriksaan dengan opthalmoskop untuk mengetahui keadaan
fundus okuli ( = retina mata dan pembuluh darah khoroidea
keseluruhannya).

 KERATOMETER
Alat ini untuk mengukur kelengkungan kornea. Pengukuran ini
diperuntukkan pemakaian lensa kontak; lensa kontak ini dipakai
langsung yaitu dengan cara menempel pada kornea yang
mengalami gangguan kelengkungan.
 PUPILOMETER DARI EINDHOVEN
Diameter pupil dapat diukur dengan menggunakan pupilometer
dari eindhoven. Yaitu lempengan kertas terdiri dari sejumlah
lubang kecil dengan jarak tertentu.
 LENSOMETER
Suatu alat yang dipakai untuk mengukur kekuatan lensa baik
dipakai si penderita atau sekedar untuk mengetahui dioptri lensa
tersebut.

2.2.5 Cahaya
Cahaya dapat kita temui dimana-mana. cahaya bersifat gelombang dan
partikel, Maxwell (1831-1874) mengemukakan pendapatnya bahwa cahaya
dibangkitkan oleh gejala kelistrikkan dan kemagnetan sehingga tergolong
gelombang elektomagnetik. Cahaya sendiri pada hakekatnya tidak dapat
dilihat, kesan adanya cahaya apabila cahaya tersebut mengenai suatu benda.

28
Melaluipendekatan cahaya sebagai gelombang dan partikel maka peristiwa
refraksi, defraksi , dispersi, dan refleksi dapat dijelaskan dengan teori
gelembang.

 Sumber dan Sifat Cahaya


Sumber cahaya secara garis besar dibagi menjadi 2, yaitu:

1. Cahaya Alam (Natural Ligthing)


Yang termaksud cahaya alam adalah cahaya matahari yang merupakan
sumber cahaya utama dan dominan di bumi.
2. Cahaya Buatan (Artifasial)
Cahaya buatan ini meliputi cahaya listrik, cahaya gas, lampu minyak
dan lilin. Cahaya buatan ini sebagai sarana pelengkap untuk
penerangan ruangan.

Sifat Cahaya :

1. Cahaya Merambat Lurus


Cahaya yang dipancarkan oleh sebuah sumber cahaya merambat ke
segala arah. Bila medium yang dilaluinya homogen, maka cahaya
lurus. Bukti cahaya merambat lurus tampak pada berkas cahaya
matahari yang menembus masuk ke dalam ruangan yang gelap.
Demikian pula dengan berkas lampu sorot pada malam hari. Berkas-
berkas itu tampak sebagai batang putih yang lurus. Ketika menyentuh
permukaan suatu benda maka rambatan cahaya akan mengalami dua
hal, yaitu pemantulan atau pembiasan. tidak tembus cahaya, sedangkan
pembiasan terjadi pada benda yang transparan atau tembus cahaya.
2. Cahaya Dapat Dipantulkan
Kita dapat melihat benda di sekitar kita karena benda itu memantulkan
cahaya. Kemudian cahaya pantulan itu masuk ke mata kita. Jelas
tidaknya benda tergantung pada banyaknya cahaya yang dipantulkan
oleh benda. Benda tampak berwarna merah karena benda tersebut
memantulkan spektrum warna merah dan menyerap spektrum warna

29
lain. Benda tampak hitam karena benda tidak memantulkan cahaya
tetapi menyerap semua spektrum warna, sedangkan benda putih akan
memantulkan semua cahaya. Jenis pemantulan cahaya ada 2 yakni
pemantulan teratur dan pemantulan baur. pemantulan teratur adalah
pemantulan yang sama sudutnya dengan sinardatang dan terjadi pada
benda teratur. sedangkan pemantulan baur adalah cahaya yang
dipantulkan yang tersebar ke banyak arah yang berbeda dikarenakan
suatu permukaan tidak teratur.
3. Cahaya Dapat Dibiaskan
Setiap berkas cahaya yang masuk dari medium yang satu ke medium
yang lain akan dibiaskan atau dibelokkan arah rambatnya disebut
pembiasan atau refraksi. Besarnya pergeseran berkas cahaya yang
keluar dari suatu medium bergantung pada kerapatan optik medium
tersebut. Jika cahaya masuk dari zat optik kurang rapat ke zat optik
lebih rapat, cahaya dibiaskan mendekati garis normal. Sebaliknya, jika
cahaya masuk dari zat optic lebih rapat ke zat optik kurang rapat,
cahaya dibiaskan menjauhi garis normal.
4. Cahaya Dapat Diuraikan (Dispersi)
Dispersi cahaya merupakan peristiwa terurainya cahaya putih menjadi
warna-warna spektrum. Isac Newton mengemukakan bahwa
sesungguhnya cahaya putih mengandung semua dari tujuh warna yang
terdapat pada pelangi. Berdasarkan urutan penurunan panjang
gelombang, maka warna-warna yang seharusnya kamu lihat pada
pelangi adalah merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, dan ungu.
 Fotometri
Fotometri ialah ilmu yang mempelajari tentang pengukuran kwantita
cahaya. Ada beberapa kwantitas cahaya yaitu:
a. Kuat/ Intensitas Cahaya (I)
Kuat cahaya merupakan jumlah arus cahaya yang dapat
dipancarkan dari sumber cahaya tiap satuan sudut ruang.
Satuan kuat cahaya adalah Iilin(I)/ candela (Cd). Satu iilin

30
internasional ialah kuat cahaya yang memberikab cahaya
sebanyak 1/20 kali banyaknya cahaya yang dipancarkan oleh
1cm2 platina pada titik lebur.
b. Arus Cayaha (Fluks Cahaya=F)
Banyaknya tenaga cahaya yang dipancarkan dari sumber
cahaya tiap satu satuan waktu. satuan arus cahaya adalah
Lumen (Lm) yang didefinisikan sebagai satuLumenadalah arus
cahaya yang dipancarkan dari sumber cahaya sekuat 1 kandela
steradial. atau arus cahaya yang dipancarkan dari sumber
cahaya yang menubus bidang serluad 1 m2 dari kulit bola yang
berjari-jari 1m di mana pusat bola terdapat 1 Iilin internasional.
c. Kuat Penerangan (E)
Jumlah arus cahaya tiap satuan luas. satuan penarangan adalah
Luks, satu Luks didefinisikan sebagai kuat penerangan bidang
yang tiap 1m2 bidang tersebut menerima arus cahaya 1
Lumen.Jika arus cahaya (F) menerangi merata suatu bidang
seluas A m2 maka kuat penerangan bidang tersebut sebesar: E=
d. Terang Cahaya (E)
Besar kuat cahaya tiap cm2 dari luas permukaan sumber cahaya
yang dilihat (kalua sumber cahaya berupa bola maka luas
permukaanya dapat dilihat berupa luas lingkaran).
 Alat Pengukur Cahaya
1. Fotometer Sederhana
Terdiri dari sebuah kertas ditengah-tengah terdapat bintik minyak. Bintik
minyak yang mendapat cahaya lebih terang dari satu pihak akan terlihat
lebih tua dari pada sekelilingnya dan lebih mudah tembus cahaya dari pada
sekelilingnya. Sedangkan kalau kedua belah pihak mendapat penerangan
yang sama kuat, bintik minyak ini tidak dapat dibedakan sekelilingnya.
Fotometer ini dipindah-pindahkan/digeser-geser diantara dua sumber
cahaya di mana salah satu I-nya telah diketahui.
Maka:

31
I1 I2

R12 R22

2. Fotometer Buatan Lummer Dan Brodhun


Melalui fotometer ini mata sekaligus dapat melihat bidang B kanan dan
kiri yang mendapat penyinaran dari sumber cahaya I1 dan I2.
Luks meter biasanya dipakai untuk menentukan waktu oxposure
(pencahayaan) sedangkan waktu pencahayaan berbanding terbalik
dengakuat penerangan bidang. Dengan mempergunakan luks meter maka
diperoleh data kuat penerangan, yaitu:
1. Cahaya matahari 100.000 luks.
2. Lampu-lampu gedung bioskop 50.000 luks.
3. Ruangan aula 300 luks.
4. Ruangan membaca 150 luks.
5. Bulan purnama 0,2 luks.
6. Bintang malam hari 0,003 luks.
Ruangan membaca mempunyai kuat penerangan 150 luks agar tidak
merusak kesehatan mata dan tidak cepat lelah.

 Penggunaan Sinar Dalam Bidang Kedokteran


Sinar sangat berguna dalam bidang kedokteran baik sebagai pembantu
dalam memperoleh informasi maupun terapi. Demikian pula sinar
berkaitan dengan ketajaman penglihatan. Sebagai contoh, lampu operasi.
Lampu ini dipakai pada waktu operasi: dengan bantuan cermin cekung
untuk memperoleh sinar yang benderang. Di bawah ini akan dibahas
penggunaan sinar menurut panjang gelombang.

 Sinar Tampak

32
Sinar tampak digunakan untuk mengetahui secara langsung apakah
bagian-bagian tubuh baik luar maupun dalam mengalami suatu kelainan;
untuk itu dapat diperinci sebagai berikut:
1. Transilluminasi
Transilluminasi yaitu transmisi cahaya melalui jaringan tubuh
untuk mengetahui apakah ada gejala hidrosefalus ( kepala
mengandung cairan oleh karena belum sempurna pembentukan
tulang tengkorak) atau ada kelainan di dalam tubuh. Cahay yang
masuk itu akan dihamburkan sedemikian rupa sehingga
membentuk cahaya yang spesifik. Selain transilluminasi
dipergunakan untuk menentukan pneumetoraks, kelainan testes dan
payudara.
2. Endoskop
Alat yang dipergunakan untuk melihat ruang di dalam tubuh. Alat
ini terdiri dari fiberglas, lampu. Sinar-sinar yang melalui fiberglas
akan dipantulkan secara sempurna sehingga gambaran di dalam
tubuh dapat terlihat dengan mudah. Di samping itu sifat fiberglas
mudah dibengkokkan.
3. Sistoskop
Prinsip sama dengan endoskop. Alat ini dipergunakan untuk
melihat struktur di dalam kandung kencing.
4. Protoskop
Prinsip sama dengan endoskop, diperuntukan melihat struktur
rektum (dubur
5. Bronkhoskop
Alat ini untuk melihat bronkus paru-paru.

 Ungu Ultra
Sinar ungu ultra mempunyai efek fisik, kimia dan biologis, di samping itu
sinar ungu ultra dipakai untuk sterilisasi oleh karena mempunyai sifat
bakterisid. Sinar ungu ultra mempunyai efek terhadap kulit yaitu dalam hal

33
pembentukan vitamin D. Demikian pula ungu ultra dapat menyebabkan
kulit kemerah-merahan (erithema), dengan mempergunakan sifat ini maka
telah ada usaha untuk mengobati penderita vitiligo (kulit putih), selain itu
menyebabkan edema kulit, pigmentasi (melanin kulit) dan pembentukan
vitamin D. Terhadap mata menyebabkan foto keratitis dan katarak pada
lensa mata dan cairan mata bisa mengalami fluoresen yang bersifat
sementara tanpa perubahan patologis.
Untuk mengatasi penderita artritis yaitu dengan memakai lampu kromayer.
Ungu ultra dapat diperoleh dari sinar matahari, tekanan rendah lampu
merkuri, lampu matahari/sun lamp, dan lampu cahaya hitam yang
kesemuanya itu merupakan emisi rendah. Ada sumber ungu ultra yang
emisi tinggi yaitu lampu gas merkuri dengan tekanan tinggi, arkus xenon
dengan tekanan tinggi.

Spektrum ungu ultra dari masing-masing lampu sebagai berikut.

1. Lampu merkuri tekanan rendah (253 nm).


2. Lampu merkuri tekanan tinggi (200-230 nm).
3. Lampu fluoresen (lebih besar dari 320 nm).
4. Lampu cahaya hitam (336).

 Merah Infra
Merah infra dihasilkan oleh lampu berfilter merah dengan daya 250 watt,
750 watt, sinar matahari, emisi lampu pijar, lampu fluoresen dan
temperatur tinggi komponen listrik.
Kegunaan akan merah infra:
1. Sebagai diameter pada penderita artritis.
2. Emisi infra merah fotografi di mana radiasi yang dipancarkan oleh
tubuh kemudian ditangkap/dideteksi sebagai thermogram.
3. Reflective infra red phoography yaitu menggunaka panjang
gelombang 700-900 nm, untuk menunjukkan aliran vena pada kulit.

34
4. Juga dipergunakan untuk fotografi terhadap pupil mata tanpa suatu
rangsangan.

 Sinar biru
Energi sinar diserap oleh molekul tertentu secara selektif. Berdasarkan
sifat ini maka pada tahun 1958telah diusahakan fototerapi dengan sinar
biru (-450 nm) terhadap penderita penyakit kuning. Alat ini dapat
membangkitkan panjang gelombang yang dikehendaki (biru, merah,
kuning, dan hijau) kemudian mempergunakan electrode diletakkan pada
penderita untuk pengobatan berbagai penyakit.

2.2.6 Laser
Laser adalah singkatan dari kata light amplification by stimulated emission
of radiaton. Yang berarti menghasilkan sumber cahaya dengan intensitas yang
besar dan fase koheren. Sinar laser merupakan sumber cahaya yang diemisi
sebagai berkas cahaya yang monokhromatis yang masing – masing gelombang
dalam satu fase bersama – sama dengan berkas cahaya lainnya yang
berdekatan ( cahaya koheren ) dan paralel.

Sinar laser dimanfaatkan pada bidang medis. Pada beberapa penyakit


mata, sinar laser digunakan secara rutin untuk koagulasi darah yang
memblokir pembuluh darah vena. Dalam penggunaan sinar laser sebagai foto
koagulasi harus diketahui minimum reaktif dose ( MRD) misalnya MRD
untuk penembakan pada retina sebesar 50 um yaitu kira – kira 2,4 mJ selam
0,25 detik. Unutk foto koagulasi penyinaran dapat 10 – 50 kali MRD dengan
penembakan dalam waktu 0,25 detik. Selain penggunaan laser sebagai foto
koagulasi, laser juga dipakai untuk memperoleh bayangan tiga dimensi yang
dikenal sebagai “ Holography “ kadang kala laser juga digunakan pula untuk
pengobatan pada beberapa tipe kanker.

Selain mempunyai manfaat, penggunaan laser juga mempunyai akibat.


Akibat dari penggunaan laser tersebut, yaitu mengakibatkan kerusakan pada

35
jaringan yang terjadi oleh karena menggunakan sinar laser pada jaringhan
mencapai temperature 1000C.

 Macam-macam Laser
Berdasarkan material pembentukan laser maka dikenal bermacam-macam
laser, yaitu:

1. Laser p-n Junction


Belum banyak digunakan, beroperasi pada daerah merah dengan
kepadatan arus 103 A/cm2 atau lebih, serta pulsa 10-100 ns ( nano
second)
2. Laser He-Ne
Beroperasi pada daerah merah dengan spectrum 633 nm. Laser ini
bekerja melalui suatu tekanan yang rendah serupa dengan neon
dengan daya 100 mW.
3. Laser Argon
Memberikan tingkat daya kontinyu yang tinggi (1-15 W) dengan
spektrum 515 nm. Kegunaannya : untuk foto coagulase pembuluh
darah di dalam mata penderita yang mengalami diabetes retinophaty.
4. Laser CO2
Member daya 50-500 W. dipakai untuk memotong plastik logam
setebal 1 cm.
5. Laser Solid State
Ada dua macam yaitu:

1. Laser rubi (ImJ) bekerja dengan spektrum 693 nm pada daerah merah.

2. Laser (Nd: YAG) mempenyai daya 2 W/mm dengan spektrum 1.064 nm

pada daerah merah infra.

 Penggunaan Laser
a. Pada beberapa penyakit mata, sinar laser digunaka secara rutin untuk
koagulasi darah dan memblokir pembuluh darah vena.Dalam
penggunaan sinar laser sebagai foto koagulasi harus diketahui minimal
reaktif dose (MRD) misalnya MRD untuk penembakan pada retina
sebesar 50 um yaitukira-kira 2,4 mJ selama 0,2 detik. Untuk foto

36
koagulasi penyinaran dapat 10 sampai 50 kali MRD (misalnya 24
sampai 120 mJ untuk 50 um), dengan penembakan dalam waktu 0,25
detik.
b. Selain penggunaan laser sebagai foto koagulasi laser juga dipakai untuk
memperoleh bayangan tiga dimensi yang dilakukan sebagai
“holography”.
c. Kadangkala laser digunakan pula untuk pengobatan pada beberapa tipe
kanker

2.2.7 Mikroskop
Kata mikroskop bersal dari bahasa Yunani yaitu micron yang artinya kecil
dan scropos yang artinya melihat atau tujuan. Jadi dapat dikatakan bahwa
mikroskop adalah alat untuk melihat obyek yang terlalu kecil untuk dilihat
dengan mata telanjang. Alat utama dalam mikroskop yang digunakan untuk
mengamati adalah lensa objektif dan lensa okuler. Dalam mikroskop baik lensa
objektif maupun lensa okuler keduanya merupakan lensa cembung. Secara
garis besar lensa objektif menghasilkan suatu bayangan sementara yang
mempunyai sifat semu, tebalik dan diperbesar terhadap posisi benda mula-
mula.

2.2.8 Penerapan biooptik dalam asuhan keperawatan


a. Pengkajian
Klien mengatakan pandangannya kabur pada jarak jauh dan jelas pada
jarak dekat.
b. Tujuan
Agar kliendapatmelihatdenganjelaspadajarakjauh.
c. Perencanaan
Melakukanpemeriksaandenganmenggunakansnellen chart.
d. Evaluasi
klien mengatakan bisa melihat jelas dengan memakai lensa negatif skala
0,50.

37
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dari uraian singkat diatas kami dapat menyimpulkqan bahwa bioakustik dalam
keperawatan banyak manfaatnya baik untuk diagnosis suatupenyakit maupun
dalam pengobatan. Kebisingan merupakan penyakit akibat kerja yang mana dapat
merugikan kesehatan yang berdampak pada gangguan pendengaran dan bila
pemaparan dalam waktu yang lama akan menyebabkan ketulian. Pada dasarnya
pengendalian kebisingan dapat dilakukan terhadap sumbernya, perjalanannya dan
penerimanya. Selain itu dapat juga dengan melakukan pengendalian secara
teknis (Engineering control), pengendalian secara administratif
(Administrative control) dan langkah terakhir adalah penggunaan alat pelindung
pendengaran.

Dari pembahasan diatas juga dapat disimpulkan kata biooptik, tersusun


atas kata bio dan optik. Bio berkaitan dengan makhluk hidup/ zat hidup atau
bagian tertentu dari makhluk hidup, sedangkan optik dikenal sebagai bagian ilmu
fisika yang berkaitan dengan cahaya atau berkas sinar. secara spesifik ada
klasifikasi Optik geometri dan optika fisis. Fokus utama di biooptik adalah terkait
dengan indera penglihatan manusia, yaitu mata. Mata menjadi alat optik yang
paling penting pada manusia atau makhluk hidup. Struktur dari mata itu sendiri
atau bisa di sebut dengan anatomi mata meliputi sklera, konjungtiva, kornea,
pupil, iris, lensa, retina, saraf optikus, humor aqueous, serta humor vitreous yang
masing-masingnya memiliki fungsi atau kerjanya sendiri.

3.2 Saran

Pentingnya penerapan gelombang bunyi dalam kehidupan sehari-hari sehingga


diharapkan mahasiswa lebih mendalami pemahaman tentang
bioakustikterutama dalam keperawatan.

38
DAFTAR PUSTAKA

Dr. J. F. Gabriel 1988 Fisika Kedokteran. Penerbit Buku Kedokteran EGC.


Denpasar

Giancoli, Douglas C., 2001, Fisika Jilid I (terjemahan), Jakarta : Penerbit


Erlangga

Halliday dan Resnick, 1991, Fisika Jilid I, Terjemahan, Jakarta : Penerbit


Erlangga

Tipler, P.A.,1998, Fisika untuk Sains dan Teknik-Jilid I (terjemahan), Jakarta


: Penebit Erlangga

http://arwinlim.blogspot.com/2007/10/bio-optik-dalam-keperawatan.html

http://nursing-academy.blogspot.com/2011/07/bioakustik-
dalamkeperawatan.html

39

Anda mungkin juga menyukai