Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

“BIO-AKUSTIK”

Dosen Mata Kuliah :


Dipa F. Hidayat S.Si., M.Si

Disusun oleh :
Angel Sisilia Posumah

AKADEMI KEPERAWATAN BETHESDA TOMOHON


T.A 2018/2019
KATA PENGANTAR

            Puji syukur saya panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
atas berkat dan rahmat-Nya lah makalah ini dapat terselesaikan tepat pada
waktunya. Adapaun masalah yang dibahas dalam makalah ini adalah mengenai
“Bio-Akustik” pada mata kuliah Bio-Mekanika. Terima kasih juga saya ucapkan
kepada dosen mata kuliah saya Dipa F. Hidayat S.Si., M.Si yang sudah
membimbing saya.
          Saya menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih ada
kekurangan. Untuk itu, saya memohon maaf. Kritik dan saran yang bersifat
membangun sangat saya harapkan agar untuk kedepannya kesalahan-kesalahan
yang terjadi dalam penulisan makalah ini tidak terulang lagi.
            Semoga apa yang saya tulis pada makalah ini dapat bermanfaat bagi saya
dan pembaca.

Tomohon, 11 September 2018

Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................1
DAFTAR ISI...........................................................................................................2

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang……………...............................................................................3
1.2 Tujuan…………..……………………………………………………………..3

BAB II PEMBAHASAN
2.1 BUNYI
2.1.1 Definisi……………...………………………………….………….4
2.1.2 Gelombang Bunyi dan Kecepatan...………………………….……4
2.1.3 Sumber Bunyi……………………………………………………...4
2.1.4 Mendeteksi Bunyi…………………………………………………4
2.1.5 Pengelompokkan Bunyi…………………………………………...5
2.1.6 Intensitas Bunyi……………………………………………………5
2.1.7 Kekeresan Bunyi…………………………………………………..5
2.1.8 Sifat Gelombang Bunyi……………………………………………5
2.1.9 Azaz Doppler……………………………………………………...6
2.2  ULTRASONIK DALAM BIDANG KEDOKTERAN...............................7
2.3 SUARA………………………………………………………………………8
2.4    ALAT PENDENGARAN..............................................................................8
2.5    BISING............................................................................................................9

BAB III PENUTUP


3.1     KESIMPULAN……………….…………………………………..……….13
3.2 SARAN……………………………………………………………………13
DAFTAR PUSTAKA………...…………………………………………...……..14

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1  LATAR BELAKANG


Gelombang bunyi timbul akibat terjadi perubahan mekanik pada zat gas,
zat cair atau zat padat yang merambat ke depan dengan kecepatan tertentu.
Gelombang bunyi merupakan vibrasi atau getaran dari molekul – molekul zat dan
saling beradu satu sama lain dimana zat tersebut terkoordinasi menghasilkan
gelombang serta mentransmisikan energi tanpa disertai perpindahan partikel.
Gelombang bunyi dapat menjalar secara transversal atau longitudinal.
Bunyi berhubungan dengan indra pendengaran yaitu fisiologi telinga.
Telinga berfungsi secara efisien untuk mengubah energi getaran dari gelombang
menjadi sinyal listrik yang dibawa ke otak melalui syaraf. Telinga manusia
merupakan detektor bunyi yang sangat sensitif.
 Bising didefinisikan sebagai bunyi yang kehadirannya tidak dikehendaki
dan dianggap mengganggu pendengaran. Bising dapat berasal dari bunyi atau
suara yang merupakan aktivitas alam seperti bicara, pidato, tertawa dan lain – lain.
Bising juga dapat berasal dari bunyi atau suara buatan manusia seperti bunyi
mesin kendaraan dan mesin – mesin yang ada di pabrik. Untuk menilai bunyi
sebagai bising sangatlah relatif. Misalnya musik di tempat – tempat diskotik, bagi
orang yang biasa mengunjungi tempat itu tidaklah merasa suatu kebisingan, tetapi
bagi orang – orang yang tidak pernah berkunjung di tempat diskotik akan merasa
suatu kebisingan yang mengganggu.

1.2       TUJUAN
Membantu mahasiswa mempelajari tentang bioakustik dan aplikasinya
dalam keperawatan.

3
BAB II
KAJIAN TEORITIS

2.1    BUNYI
a.      Definisi
Bunyi merupakan vibrasi atau gerakan dari molekul-molekul zat dan saling
beradu satu sama lain dimana zat tersebut terkoordinasi menghasikan gelombang
serta mentransmisikan energi tanpa disertai perpindahan partikel.
b.      Gelombang Bunyi dan Kecepatan
Gelombang bunyi timbul akibat terjadi perubahan mekanik pada gas, zat cair atau
zat padat yang merambat ke depan dengan kecepatan tertentu. Gelombang bunyi
dapat menjalar secara transversal atau longitudinal
c.       Sumber Bunyi
Sumber bunyi adalah semua benda yang bergetar dan menghasilkan suara
merambat melalui medium atau zat perantara sampai ke telinga. Contoh sumber
bunyi yaitu: pembakaran minyak dalam mesin,instrumen musik, gerakan dahan
pohon, lonceng, garputala, dsb.
Syarat terjadinya bunyi yaitu:
 Ada sumber bunyi yang bergetar
 Ada zat perantara (medium) yang merambatkan gelombang bunyi dari sumber ke
telinga
 Getraran mempunyai frekuensi tertentu (20 Hz – 20.000 Hz)
 Indra pendengar dalam keadaan baik

d.      Mendeteksi Bunyi


 Dengan mengkonversikan gelombang bunyi bentuk vibrasi sehingga dapat
dianalisa frekuensi dan intensitasnya
 Perlu alat mikrofon dan telinga manusia
 Mikrofon merupakan transducer yang memberi respon terhadap tekanan bunyi
dan menghasilkan isyara/sinyal listrik.

4
e.      Pengelompokan Bunyi
Menurut frekuensinya:
1.      Bunyi infrasonik (0 – 20 Hz)
Bunyi ini tidak dapat didengar telinga manusia, tetapi dapat di dengar oleh
jangkrik dan anjing
2.      Bunyi audiosonik (20 – 20.000 Hz)
Bunyi audio merupakan bunyi yang dapat didengar manusia
3.      Bunyi Ultrasonik (di atas 20.000 Hz)
Arti pembagian frekuensi bunyi:
        Infrasonik mengakibatkan perasaan kurang nyaman mengakibatkan perasaan
kurang nyaman , kelesuan.
        Audiofrekuensi berhubungan dengan nilai ambang pendengaran (rata-rata nilai
ambang pendengaran 1000 Hz = 0 dB)
        Ultrasonik digunakan dalam pengobatan, dekstruksi dan diagnosis
f.        Intensitas Bunyi  (I)
Yaitu energi yang melewati medium 1 m2/detik atau watt/m2

g.      Kekerasan Bunyi


Merupakan bagian dari ukuran bunyi yang merupakan perbandingan kasar dari
logaritma intensitas efektifnya jarak penekana bunyi yang mengakibatkan respon
pendengaran, hal ini tidak ada kaitannya dengan frekuensi
h.      Sifat Gelombang Bunyi
Gelombang bunyi mempunyai sifat memantul, diteruskan, dan diserap benda.
Apabila gelombang suara mengenai tubuh manusia (dinding) maka bagian dari
gelombang akan dipantulkan dan bagian lain akan diteruskan ke dalam tubuh.

5
i. Azaz Doppler

Efek Doppler adalah peristiwa berubahnya frekuensi sumber bunyi yang didengar
akibat perubahan gerak relatif antara pendengar dan sumber bunyi. Efek doppler
digunakan untuk mengukur bergeraknya zat cair di dalam tubuh.
Rumusan sistematis :

                                 

6
2.2    ULTRASONIK DALAM BIDANG KEDOKTERAN
Ultrasonik dihasilkan oleh magnet listrik dan kristal plezo elektrik dengan
frekuensi diatas 20.000 Hz.
        Medan listrik: batang feromagnet dilingkari kawat kemudian dialiri listrik yang
dan menghasilkan ultrasonik
        Piezo elektrik
Ditemukan oleh Piere Curie dan Jacques 1880, tebal kristal 2,85 mm.
Bila kristal piezo electrik dialiri tegangan listrik maka akan mengakibatkan
lempengan kristal mengalanmi vibrasi dan akan menimbulkan frekuensi ultra
Frekuensi dan daya ultrasonik
Untuk diagnostik: f = 1-5 MHz,daya = 0,01 W/cm2
Untuk pengobatan: daya sampai 1 W/cm2
Untuk merusak jaringan kanker: daya 103 W/cm2

a. Prinsip dan Efek Penggunaan Ultrasonik

Efek doppler: perubahan frekuensi akibat pergerakan pendengaran atau sebaliknya


Efek gelombang ultrasonik:
         Mekanik: membentuk asap/awan dan disintegrasi benda padat (batu empedu)
         Panas: refleksi pada titik tertentu akan menimbulkan panas dan terjadi
pembentukan rongga bila intensitasnya tinggi
         Kimia: menyebabkan proses oksidasi dan terjadi hidrolisis pada ikatan polyester
         Biologis: gabungan dari beberapa efek, misal; pelebaran pebuluh darah,
peningkatan permiabilitas membran sel dan kapiler, merangsang aktifitas sel,
keletihan pada tubuh

7
b. Penggunaan Dalam Bidang Kedokteran

         Sebagai pelengkap diagnosis : EEG (tumor otak), penyakit mata, lokasi yang
dalam dari bola mata, apakah lensa atau kornea opaque, tumor retina, informasi
struktur organ, deteksi kehamilan, kelainan uterus, informasi tentang jantung, dsb.
         Pengobatan : menghancurkan jaringan kanker, pengobatan parkinson, pengobatan
menier.

2.3    SUARA
Merupakan modulasi udara keluar dari dalam tubuh
Mekanisme pembentukan suara :
Mulai paru-paru  pita suara (vokal cords)  mulut dan sedikit hidung  suara

2.4    ALAT PENDENGARAN


Telinga merupakan alat penerima gelombang suara atau udara kemudian diubah
menjadi pulsa listrik dan diteruskan ke korteks pendengaran melalui saraf
pendengaran. Dibagi menjadi:
        Telinga bagian luar
        Telinga bagian tengah
        Telinga bagian dalam
a.      Spesialisasi dalam Pendengaran Telinga
1.      Otologist : dokter ahli telinga dan pendengaran
2.      Otolaringologist : ahli penyakit telinga
3.      ENT Spesialist : dokter ahli THT
4.      Audiologist : bukan dokter tapi ahli mengukur respon pendengaran
b.      Hilang Pendengaran
1.      Tuli konduksi
Vibrasi suara tidak dapat mencapai telinga bagian tengah, tuli sementara
disebabkan kekurangan malam/wax/serumen/cairan
2.      Tuli persepsi
Terjadi kerusakan saraf tetapi hanya sebagian kecil
8
c.       Test Pendengaran
1.      Test Suara Berbisik / Noise Box
        Mendengar suara berbisik dengan tone/ nada rendah, misalnya suara konsonan
dan palatal : b, p, t, m, n pada jarak 5-10 m
      Suara berbisik dengan nada tinggi, misalnya suara desis/sibiland : s, z, ch, h, shel
pada jarak 20 m

2.      Test Garputala


        Test Weber 
        Test Rinne
        Test Schwabach
3.      Audiometer
Alat elektronik pembangkit bunyi yang digunakan untuk mengetahui derajat
ketulian
2.5    BISING
Bising ialah bunyi yang tidak dikehendaki yang merupakan aktivitas alam (bicara,
pidato) maupun buatan (bunyi mesin) dan dapat menggangu kesehatan,
kenyamanan serta dapat menimbulkan ketulian yang bersifat relatif.

a. Pembagian Kebisingan

Berdasarkan frekuensi, tingkat tekanan , tingkat bunyi dan tenaga bunyi, maka
bising dibagi dalam 3 katagori :
        Audible noise (bising pendengaran)
Bising ini disebabkan oleh frekuensi bunyi antara 31,5 – 8.000 Hz
        Occupational noise ( bising yang berhubungan dengan pekerjaan)
Bising ini disebabkan oleh bunyi mesin di tempat kerja, bising dari mesin ketik

9               
        Impuls noise (impact noise = bising impulsif)
Bising yang terjadi akibat adanya bunyi yang menyentak, misalnya pukulan palu,
ledakan meriam, tembakan  dan lain – lain
Berdasarkan waktu terjadinya, maka bising dibagi dalam beberapa jenis :
A.  1. Bising kontinyu dengan spektrum luas, misalnya karena mesin, kipas angin
2. Bising kontinyu dengan spektrum sempit, misalnya bunyi gergaji, penutup gas
3. Bising terputus – putus, misalnya lalu lintas, bunyi kapal terbang di udara
A.  1. Bising sehari penuh (full noise time)
2. Bising setengah hari (part time noise)
A.  1. Bising terus – menerus (steady noise)
2. Bising impulsive (impuls noise) ataupun bising sesaat (letupan)                      

10
b.  Daftar Skala intensitas kebisingan
Tingkat kebisingan Intensitas (dB) Batas dengar tertinggi
Menulikan 100-120 Halilintar
              Meriam
Mesin uap
Sangat hiruk pikuk 80-90 Jalan hiruk pikuk
Perusahaan sangat gaduh
Pluit polisi
Kuat 60-70 Kantor gaduh
Jalan pada umumnya
Radio
Perusahaan
Sedang 40-50 Rumah gaduh
Kantot umunya
Percakapan kuat
Radio perlahan
Tenang 20-30 Rumah tenag
Kantoer perorangan
Auditorium
Percakapan
Sangat tenang 0-10 Bunyi daun
Berbisik
Batas dengar terendah

11

c.   Pengaruh Bising pada Kesehatan


o Hilangya pendengran sementara
o Kebal atau imun terhadap bising
o Telinga berdengung
o Kehilangan pendengaran menetap, biasanya dimulaidari frekuensi 4000
Hz

d. Pencegahan Ketulian dari Proses Bising

o Menjauhi sumber bising dengan cara:


o Memberikan pelumas dan peredam pada mesin
o Berada dalam tembok pemisah
o Menggunakan pelindung telinga

12
BAB III
PENUTUP
3.1  KESIMPULAN
     Dari uraian singkat diatas kami dapat menyimpulkqan bahwa bioakustik
dalam keperawatan banyak manfaatnya baik untuk diagnosis suatupenyakit
maupun dalam pengobatan. Kebisingan merupakan penyakit akibat kerja yang
mana dapat merugikan kesehatan yang berdampak pada gangguan pendengaran
dan bila pemaparan dalam waktu yang lama akan menyebabkan ketulian. Pada
dasarnya pengendalian kebisingan dapat dilakukan terhadap sumbernya,
perjalanannya dan penerimanya. Selain itu dapat juga dengan melakukan
pengendalian    secara       teknis     (Engineering        control),     pengendalian
secara administratif (Administrative control) dan langkah terakhir adalah
penggunaan alat pelindung pendengaran.
     Pencegahan ketulian akibat bising di tempat kerja dapat dilakukan dengan
program konservasi pendengaran yang melibatkan seluruh unsur perusahaan
dengan memberikan pengetahuan dan pendidikan kepada karyawan mengenai
kebisingan dan pengaruhnya terhadap kesehatan dan melakukan program promosi
kesehatan di tempat kerja. Gunakan alat pelindung diri (APD) dalam melakukan
pekerjaan yang terpapar langsung dengan kebisingan di tempat kerja dan APD
yang digunakan harus memberikan perlindungan dan memberikan rasa aman dan
nyaman terhadap pemakainya.
3.2 Saran

1. Pentingnya penerapan gelombang bunyi dalam kehidupan sehari-hari


sehinggadiharapkan mahasiswa lebih mendalami pemahaman tentang bioakustik
terutama dalam keperawatan.
2. Aplikasi gelombang bunyi dalam bidang kesehatan diharapkan terus
dipelajarimahasiswakeperawatan.
3. Telinga sebagai alat pendengaran penting untuk dijaga dari berbagai
pengaruh.
13
DAFTAR PUSTAKA
library.usu.ac.id/download/ft/07002749.pdf
http://mudzakir.wordpress.com/2008/05/05/pengaruh-bising-terhadap-kesehatan/
http://www.sabah.org.my/bm/kenali_sabah/as_pencemaran_bunyi.asp
arifkristanta.files.wordpress.com/2008/01/bunyi.pdf

14
JURNAL
Vol 3 No 2 Juni 2018
E-ISSN: 2528-410X

ARTIKEL PENELITIAN

Hubungan Antara Gangguan Pendengaran


dengan Prestasi Akademik Siswa Kelas VI
di Sekolah Dasar Muhammadiyah 8 Medan

Tekto Yudo Frassetyo Darmito1, Muhammad Edy Syahputra Nasution2


Siti Masliana Siregar2, Desi Isnayanti3

1Mahasiswa, Fakultas Kedokteran, Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara


2Departemen Telinga, Hidung, Tenggorok, Kepala, dan Leher
Fakultas Kedokteran, Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara
3 Fakultas Kedokteran, Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara
Email: mhd.edysyahputra@umsu.ac.id

Abstrak: Terdapat 278 juta orang terkena gangguan pendengaran di dunia.


Penyerapan informasi dengan mendengar lebih besar daripada membaca. Siswa
sekolah dasar dengan gangguan pendengaran mengalami kesulitan untuk
mempelajari berbagai aspek komunikasi verbal dibandingkan dengan yang
normal. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan antara gangguan
pendengaran dengan prestasi akademik siswa kelas VI sekolah dasar. Penelitian
ini merupakan penelitian analitik dengan pendekatan cross-sectional terhadap 52
siswa. Data-data diperoleh dari pemeriksaan fisik telinga, garpu tala, audiometri
nada murni, dan nilai rapor siswa. Fungsi pendengaran, derajat gangguan
pendengaran, dan prestasi akademik pada setiap mata pelajaran dideskripsikan
dalam bentuk tabel. Uji Fisher exact digunakan untuk melihat hubungan antar
gangguan pendengaran dengan prestasi akademik pada setiap mata pelajaran di
sekolah. Didapatkan hubungan yang bermakna antara gangguan pendengaran
dengan prestasi akademik berdasarkan mata pelajaran Bahasa Indonesia (p =
0,013), Bahasa Inggris (p = 0,026), dan matematika (p = 0,007). Dari penelitian
terdapat hubungan yang bermakna antara gangguan pendengaran dengan prestasi
akademik siswa kelas VI sekolah dasar.
Kata Kunci: gangguan pendengaran, prestasi akademik, sekolah dasar

The Relationship between Hearing Loss and Academic Achievement


of Grade VI Students at Muhammadiyah 8 Elementary School
in Medan

Abstract : There are 278 million people affected by hearing loss in the world. The
absorption of information by listening is greater than reading. Primary school
students with hearing loss have difficulty in learning various aspects of verbal
communication compared to normal children. The purpose of this study is to
determine the relationship between the hearing loss with the achievement of
grade
6 students of a primary school. This is an analytical study with a cross-sectional
approach to 52 students. The data obtained from physical examination of the ear,
tuning fork examination, pure tone audiometry examination, and student’s
academic achievement report cards. Hearing function, degree of hearing loss,
and academic achievement in each subject are described in descriptive statistics.
Fisher exact test is used to find the relationship between hearing loss and
academic achievement in every subject at school. There was a significant
relationship between hearing loss and academic achievement based on
Indonesian subjects (p = 0,013), English (p = 0,026), and mathematics (p =
0,007). There is a significant relationship between the hearing loss and the
achievement of grade 6 students of the primary school.
Keywords: academic achievement, hearing disorder, primary school

PENDAHULUAN
Telinga yang sehat berasal dari telinga yang bersih danpendengaran yang
baik berasal dari telinga yang sehat. Jika terjadi gangguan pada telinga maka
proses penerimaan informasi akan terganggu. Salah satu fungsi telinga adalah
mendengar, yang dapat menyerap informasi lebih besar dibandingkan membaca.
Menurut World Health Organization (WHO), diperkirakan sekitar 278 juta
penduduk dunia mengalami gangguan pendengaran pada tahun 2005. Dimana 75
sampai 140 jutanya adalah penduduk Asia Tenggara. Indonesia berada pada
urutan keempat di Asia Tenggara dengan persentase sekitar 4,6%. Walaupun
bukan yang tertinggi tetapi prevalensi tersebut cukup besar untuk dapat
menimbulkan masalah sosial di masyarakat. Survei Nasional Kesehatan Indera
Penglihatan dan Pendengaran di tujuh provinsi pada tahun1993-1996
mendapatkan prevalensi ketulian sebesar 0,4% dan gangguan pendengaran sebesar
16,8%. Penyebabnya adalah infeksi telinga tengah (3,1%), presbiakusis (2,6%),
tuli akibat obat ototoksik (0,3%), tuli kongenital (0,1%), dan tuli akibat paparan
bising. Balai Kesehatan Indera Masyarakat kota Semarang mendapatkan
siswamengalami gangguan pendengaran akibat serumen obsturan (29,55%), otitis
media supuratif kronik(1,28%), dan tuli sensorineural unilateral (0,21%).
Komite Nasional Penanggulangan Ganguan Pendengaran dan Ketulian
mempunyai visi untuk mewujudkan pendengaran sehat 2030 dengan
menyelenggarakan program umum yaitu memfasilitasi pembentukan komite
daerah. Salah satu program khusus PGPKT, yaitu dengan melakukan skrining
pendengaran dini pada siswa sekolah agar pendengaran sehat dan cerdas.
Penelitian sebelumnya juga mendapatkan adanya hubungan antara gangguan
pendengaran dengan indeks prestasi pada siswa kelas V sekolah dasar di
Semarang pada tahun 2010 pada mata pelajaran Bahasa Indonesia dan
Matematika.5 Oleh karena itu,tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan
gangguan pendengaran dengan prestasi akademik pada siswa kelas VI sekolah
dasar.

METODE
Subjek Penelitian

Ini adalah penelitian analitik dengan desain cross-sectional. Penelitian


dilakukan dari bulan April hingga Desember 2017. Penelitian dilakukan di
Sekolah Dasar Muhammadiyah 8 Medan. Populasi terjangkau penelitian ini
adalah siswa kelas VI di sekolah tersebut yaitu sebanyak 150 orang. Jumlah
subjek penelitian ditentukan dengan menggunakan teknik consecutive sampling
dengan kriteria inklusi dan kriteria ekslusi yang ditentukan oleh peneliti. Kriteria
inklusi terdiri atas: siswa kelas VI yang aktif, bersedia diikutsertakan dalam
penelitian, tidak memiliki gangguan penglihatan, gangguan pola makan, gangguan
pola tidur, tidak memiliki gangguan psikologis seperti: kurangnya motivasi,
minat, intelegensi yang dapat mempengaruhi prestasi akademik, memiliki kondisi
sosial
ekonomi yang memadai, hubungan keluarga harmonis, kebutuhan makan, dan
minum yang terpenuhi. Sedangkan siswa yang tidak mengikuti penelitian hingga
selesai dieksklusikan, sehingga didapatkan sebanyak 52 orang subjek. Penelitian
ini menggunakan data primer yang diperoleh dari pemeriksaan telinga dengan
otoskop, garpu tala, audiometri nada murni, dan data sekunder nilai rapor subjek.
Penelitian ini sudah mendapatkan persetujuan dari komisi etik penelitian
kesehatan dari institusi kami dan informed consent dari orang tua subjek.

Pemeriksaan Audiologi

Terhadap semua subjek penelitian, dilakukan pemeriksaan audiometri nada murni


oleh pemeriksa yang sama di dalam ruangan yang tenang (<40 dBHL).
Pemeriksaan audiometri nada murni(250-8.000 Hz)dilakukan dengan Triveni
TAM-25 Audiometer(Lightning Enterprises, Limington, USA). Penilaian ambang
hantaran udara dilakukan pada frekuensi 250 hingga 8000 Hz, penilaian ambang
hantaran tulang dilakukan pada frekuensi 250 Hz hingga 4000 Hz dan penilaian
ambang gap udara-tulang dilakukan pada frekuensi 500 Hz to 4000 Hz dengan
menggunakan vibrator tulang. Kami mendapatkan ambang dengar dari nilai rata-
rata ambang dengar pada frekuensi 500 Hz, 1000 Hz, 2000 Hz, dan 4000 Hz.
Audiogram diklasifikasikan berdasarkan kriteria WHO,6 yaitu:
pendengaran normal (≤25 dBHL), gangguan pendengaran ringan (26-40 dBHL),
gangguan pendengaran sedang (41-60 dBHL), gangguan pendengaran berat (61-
80 dBHL), gangguan pendengaran sangat berat (≥81 dBHL). Gangguan
pendengaran diklasifikasikan berdasarkan: gangguan pendengaran sensorineural
jika hantaran udara dan hantaran tulang >25 dBHL, gangguan pendengaran
konduktif jika didapatkan air-bone gap ≥10 Dbhl pada sedikitnya dua frekuensi
yang berurutan, atau gangguan pendengaran campuran jika hantaran udara dan
hantaran tulang >25 dBHL dengan air-bone gap ≥10 dBHL pada sedikitnya dua
frekuensi yang berurutan. Subjek dinyatakan mengalami gangguan pendengaran
jika salah satu atau kedua telinganya mengalami gangguan pendengaran.

Analisis Statistik

Fungsi pendengaran, derajat gangguan pendengaran, dan prestasi akademik subjek


pada setiap mata pelajaran dideskripsikan dalam bentuk tabel. Uji Fisher exact
digunakan untuk melihat hubungan antar gangguan pendengaran dengan prestasi
akademik pada setiap mata pelajaran di sekolah yang terdiri atas: agama, Bahasa
Indonesia, Bahasa Inggris, kewarganegaraan, matematika, Ilmu Pengetahuan
Alam (IPA), dan Ilmu Pengetahuan Sosial(IPS). Dinyatakan bermakna secara
statistik jika didapatkan nilai p<0,05.
PEMBAHASAN

Hasil penelitian ini memperlihatkan adanya hubungan yang bermakna antara


gangguan pendengaran dengan prestasi akademik, yaitu berdasarkan mata
pelajaran Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, dan matematika. Hal ini sesuai
dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Irma5 yang menyatakan
bahwa terdapat hubungan antara gangguan pendengaran terhadap prestasi belajar
pada nilai Bahasa Indonesia dan matematika. Penelitian ini juga sesuai dengan
penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Khairi dkk.8 yang mendapatkan
hubungan antara gangguan pendengaran ringan terhadap prestasi belajar pada
anak sekolah dasar. Hasil penelitian ini juga sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh Bess9 yang menyatakan bahwa anak dengan gangguan
pendengaran sensorineural memiliki kemampuan belajar yang lebih rendah
dibandingkan anak dengan pendengaran normal. Penelitian ini juga sesuai
penelitian yang dilakukan oleh Culbertson10 yang mendapatkan anak dengan
gangguan pendengaran unilatral lebih memiliki kesulitan dalam prestasi akademik
dibandingkan anak dengan pendengaran normal.Penelitian ini juga sesuai dengan
penelitian yang dilakukan oleh Peterson11 yang menyatakan bahwa anak dengan
gangguan pendengaran memiliki prestasi akademik yang lebih rendah
dibandingkan anak dengan anak yang memiliki pendengaran normal.
Menurut National Information Center for Children and Youth with Disabilities,12
anak dengan kurang pendengaran mengalami kesulitan untuk mempelajari
kosakata, tatabahasa, kata perintah, ungkapan, dan aspek lainnya dalam
komunikasi verbal dibandingkan dengan anak normal.Pendengaran berguna bagi
perkembangan bahasa dan penuturan, tingkah laku, kemampuan membaca, dan
prestasi secara keseluruhan. Pada anak yang tidak dapat mendengar dengan baik,
biasanya akan terjadi masalah dalam pembelajaran disekolah.13 Anak dengan
gangguan pendengaran memiliki kesulitan lebih besar dalam tugas yang
melibatkan konsep bahasa, bacaan, dan ejaan.10 American Speech Language
Hearing Association14 menyatakan bahwa anak-anak dengan gangguan
pendengaran mengalami kesulitan pada semua bidang akademik, terutama yang
berhubungan dengan membaca dan matematika. Gangguan pendengaran
mengakibatkan ketidakmampuan menginterpretasikan percakapan, penurunan
kemampuan berkomunikasi, keterlambatan berbahasa, masalah ekonomi dan
pendidikan, isolasi sosial, dan kecacatan.15 Gangguan pendengaran juga
mengakibatkan anak sekolah sulit menerima pelajaran, produktivitas menurun,
dan biaya hidup yang tinggi. Ini dikarenakan telinga mempunyai peranan yang
besar dalam kehidupan seharihari. Mendengar dapat menyerap 20% informasi,
lebih besar dibandingkan dengan membaca yang hanya menyerap 10% informasi.
Di Indonesia, gangguan pendengaran dan ketulian saat ini masih merupakan
masalah yang dihadapi masyarakat.3 Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
tidak ada hubungan yang bermakna antara gangguan pendengaran dengan nilai
mata pelajaran agama, kewarganegaraan, IPA, dan IPS. Hal ini sejalan dengan
penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Irma5 yang menyatakan bahwa tidak
terdapat hubungan antara gangguan pendengaran terhadap prestasi belajar pada
nilai IPA. Hal ini mungkin karena mata pelajaran tersebut kurang membutuhkan
kemampuan dalam kosakata, tatabahasa, kata perintah, ungkapan, maupun aspek
komunikasi verbal lainnya.12 Secara umum, penelitian ini mendapatkan
hubungan yang bermakna antara gangguan pendengaran dengan prestasi
akademik.Namun, masih diperlukan penelitian lanjutan dengan menggunakan
pendekatan yang lebih baik seperti case-control atau cohort untuk menentukan
hubungan yang lebih pasti antara gangguan pendengaran dengan prestasi
akademik tersebut.
KESIMPULAN
Penelitian ini mendapatkan fungsi pendengaran terbanyak yaitu normal, diikuti
dengan gangguan pendengaran konduktif. Derajat gangguan yang terbanyak yaitu
derajat ringan. Didapatkan hubungan yang bermakna antara gangguan
pendengaran dengan prestasi akademik berdasarkan nilai mata pelajaran Bahasa
Indonesia, Bahasa Inggris, dan matematika. Tidak didapatkan hubungan yang
bermakna antara gangguan pendengaran dengan prestasi akademik mata pelajaran
agama, kewarganegaraan, IPA, dan IPS. Diperlukan pemeriksaan fungsi
pendengaran berkala terhadap siswa sekolah dasar untuk mencegah gangguan
prestasi akademik. Diperlukan pula edukasi terhadap siswa, orang tua, dan guru
mengenai gangguan pendengaran tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
1. Kementrian Kesehatan RI. Pendengaran Sehat Untuk Hidup Bahagia. Pusat
Komunikasi Publik Setjen Kemenkes RI. 2013.
2. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Rencana Strategi Nasional
Penanggulangan Gangguan Pendengaran dan Ketulian untuk Mencapai Sound
Hearing 2030. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2016.
3. Etania C. Hubungan penyumbatan serumen dengan kemampuan mendengar
pada siswa-siswi di beberapa sekolah dasar di kecamatan medan maimun dan
kecamatan medan labuhan. Medan: FK Universitas Sumatera Utara; 2012.
4. Pujo Widodo, Muyassaroh, Yuslam Samihardja. Workshop; Peran BKIM
dalam skrining pendengaran anak sekolah. 2007.
5. Irmawati D. Hubungan Gangguan Pendengaran dengan Prestasi Belajar Siswa.
(Studi Kasus pada Siswa Kelas V SD di Kota Semarang). FK Universitas
Diponegoro, Semarang. 2010.
6. World Health Organization. Prevention of Blindness and deafness: Grades of
Hearing Impairment.
7. Muhammad Edy Syahputra Nasution, Tengku Siti Hajar Haryuna. The Effects
of Rheumatoid Arthritis in Hearing Loss: Preliminary Report. Journal of Clinical
and Diagnostic Research [serial online] 2018 March [cited: 2018 Apr
23];12:MC01-MC05. Available from http://jcdr.net/back_issues.asp?issn = 0973
709x&year=2018&month= March&volume=12&issue=3&pag e=MC01-
MC05&id=11239.
8. Daud MK, Noor RM, Rahman NA, Sidek DS, Mohamad A. The effect of mild
hearing loss on academic performance in primary school children. International
journal of pediatric otorhinolaryngology. 2010. 74(1):67-70.
9. Bess FH, Dodd-Murphy J, Parker RA. Children with minimal sensorineural
hearing loss: prevalence, educational performance, and functional status. Ear and
hearing. 1998. 19(5):339- 54.
10.Culbertson JL, Gilbert LE. Children with unilateral sensorineural hearing loss:
cognitive, academic, and social development. Ear and hearing. 1986 Feb;7(1):38
42.
11.Peterson, M.E. The effects of mild hearing loss on academic performance
among young school age children. 1981.
12.National Information Center for Children and Youth with Disabilities.
Deafness and hearing loss. Washington, DC: Author. Jan 2004.
13. Muhammad, Jamila K.A. special education for special children. Jakarta: PT
Mizan Publika. 2007. pp.65-70.
14. American Speech-Language- Hearing Association. Effect of Hearing Loss
Development. 2005. Available from:http://www.asha.org/public
c/hearing/Effects-of-Hearing- Loss-on- Development/.[Accessed 26 Januari
2018].

Anda mungkin juga menyukai