“BIO-AKUSTIK”
Disusun oleh :
Angel Sisilia Posumah
Puji syukur saya panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
atas berkat dan rahmat-Nya lah makalah ini dapat terselesaikan tepat pada
waktunya. Adapaun masalah yang dibahas dalam makalah ini adalah mengenai
“Bio-Akustik” pada mata kuliah Bio-Mekanika. Terima kasih juga saya ucapkan
kepada dosen mata kuliah saya Dipa F. Hidayat S.Si., M.Si yang sudah
membimbing saya.
Saya menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih ada
kekurangan. Untuk itu, saya memohon maaf. Kritik dan saran yang bersifat
membangun sangat saya harapkan agar untuk kedepannya kesalahan-kesalahan
yang terjadi dalam penulisan makalah ini tidak terulang lagi.
Semoga apa yang saya tulis pada makalah ini dapat bermanfaat bagi saya
dan pembaca.
Penulis
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................1
DAFTAR ISI...........................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang……………...............................................................................3
1.2 Tujuan…………..……………………………………………………………..3
BAB II PEMBAHASAN
2.1 BUNYI
2.1.1 Definisi……………...………………………………….………….4
2.1.2 Gelombang Bunyi dan Kecepatan...………………………….……4
2.1.3 Sumber Bunyi……………………………………………………...4
2.1.4 Mendeteksi Bunyi…………………………………………………4
2.1.5 Pengelompokkan Bunyi…………………………………………...5
2.1.6 Intensitas Bunyi……………………………………………………5
2.1.7 Kekeresan Bunyi…………………………………………………..5
2.1.8 Sifat Gelombang Bunyi……………………………………………5
2.1.9 Azaz Doppler……………………………………………………...6
2.2 ULTRASONIK DALAM BIDANG KEDOKTERAN...............................7
2.3 SUARA………………………………………………………………………8
2.4 ALAT PENDENGARAN..............................................................................8
2.5 BISING............................................................................................................9
2
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 TUJUAN
Membantu mahasiswa mempelajari tentang bioakustik dan aplikasinya
dalam keperawatan.
3
BAB II
KAJIAN TEORITIS
2.1 BUNYI
a. Definisi
Bunyi merupakan vibrasi atau gerakan dari molekul-molekul zat dan saling
beradu satu sama lain dimana zat tersebut terkoordinasi menghasikan gelombang
serta mentransmisikan energi tanpa disertai perpindahan partikel.
b. Gelombang Bunyi dan Kecepatan
Gelombang bunyi timbul akibat terjadi perubahan mekanik pada gas, zat cair atau
zat padat yang merambat ke depan dengan kecepatan tertentu. Gelombang bunyi
dapat menjalar secara transversal atau longitudinal
c. Sumber Bunyi
Sumber bunyi adalah semua benda yang bergetar dan menghasilkan suara
merambat melalui medium atau zat perantara sampai ke telinga. Contoh sumber
bunyi yaitu: pembakaran minyak dalam mesin,instrumen musik, gerakan dahan
pohon, lonceng, garputala, dsb.
Syarat terjadinya bunyi yaitu:
Ada sumber bunyi yang bergetar
Ada zat perantara (medium) yang merambatkan gelombang bunyi dari sumber ke
telinga
Getraran mempunyai frekuensi tertentu (20 Hz – 20.000 Hz)
Indra pendengar dalam keadaan baik
4
e. Pengelompokan Bunyi
Menurut frekuensinya:
1. Bunyi infrasonik (0 – 20 Hz)
Bunyi ini tidak dapat didengar telinga manusia, tetapi dapat di dengar oleh
jangkrik dan anjing
2. Bunyi audiosonik (20 – 20.000 Hz)
Bunyi audio merupakan bunyi yang dapat didengar manusia
3. Bunyi Ultrasonik (di atas 20.000 Hz)
Arti pembagian frekuensi bunyi:
Infrasonik mengakibatkan perasaan kurang nyaman mengakibatkan perasaan
kurang nyaman , kelesuan.
Audiofrekuensi berhubungan dengan nilai ambang pendengaran (rata-rata nilai
ambang pendengaran 1000 Hz = 0 dB)
Ultrasonik digunakan dalam pengobatan, dekstruksi dan diagnosis
f. Intensitas Bunyi (I)
Yaitu energi yang melewati medium 1 m2/detik atau watt/m2
5
i. Azaz Doppler
Efek Doppler adalah peristiwa berubahnya frekuensi sumber bunyi yang didengar
akibat perubahan gerak relatif antara pendengar dan sumber bunyi. Efek doppler
digunakan untuk mengukur bergeraknya zat cair di dalam tubuh.
Rumusan sistematis :
6
2.2 ULTRASONIK DALAM BIDANG KEDOKTERAN
Ultrasonik dihasilkan oleh magnet listrik dan kristal plezo elektrik dengan
frekuensi diatas 20.000 Hz.
Medan listrik: batang feromagnet dilingkari kawat kemudian dialiri listrik yang
dan menghasilkan ultrasonik
Piezo elektrik
Ditemukan oleh Piere Curie dan Jacques 1880, tebal kristal 2,85 mm.
Bila kristal piezo electrik dialiri tegangan listrik maka akan mengakibatkan
lempengan kristal mengalanmi vibrasi dan akan menimbulkan frekuensi ultra
Frekuensi dan daya ultrasonik
Untuk diagnostik: f = 1-5 MHz,daya = 0,01 W/cm2
Untuk pengobatan: daya sampai 1 W/cm2
Untuk merusak jaringan kanker: daya 103 W/cm2
7
b. Penggunaan Dalam Bidang Kedokteran
Sebagai pelengkap diagnosis : EEG (tumor otak), penyakit mata, lokasi yang
dalam dari bola mata, apakah lensa atau kornea opaque, tumor retina, informasi
struktur organ, deteksi kehamilan, kelainan uterus, informasi tentang jantung, dsb.
Pengobatan : menghancurkan jaringan kanker, pengobatan parkinson, pengobatan
menier.
2.3 SUARA
Merupakan modulasi udara keluar dari dalam tubuh
Mekanisme pembentukan suara :
Mulai paru-paru pita suara (vokal cords) mulut dan sedikit hidung suara
a. Pembagian Kebisingan
Berdasarkan frekuensi, tingkat tekanan , tingkat bunyi dan tenaga bunyi, maka
bising dibagi dalam 3 katagori :
Audible noise (bising pendengaran)
Bising ini disebabkan oleh frekuensi bunyi antara 31,5 – 8.000 Hz
Occupational noise ( bising yang berhubungan dengan pekerjaan)
Bising ini disebabkan oleh bunyi mesin di tempat kerja, bising dari mesin ketik
9
Impuls noise (impact noise = bising impulsif)
Bising yang terjadi akibat adanya bunyi yang menyentak, misalnya pukulan palu,
ledakan meriam, tembakan dan lain – lain
Berdasarkan waktu terjadinya, maka bising dibagi dalam beberapa jenis :
A. 1. Bising kontinyu dengan spektrum luas, misalnya karena mesin, kipas angin
2. Bising kontinyu dengan spektrum sempit, misalnya bunyi gergaji, penutup gas
3. Bising terputus – putus, misalnya lalu lintas, bunyi kapal terbang di udara
A. 1. Bising sehari penuh (full noise time)
2. Bising setengah hari (part time noise)
A. 1. Bising terus – menerus (steady noise)
2. Bising impulsive (impuls noise) ataupun bising sesaat (letupan)
10
b. Daftar Skala intensitas kebisingan
Tingkat kebisingan Intensitas (dB) Batas dengar tertinggi
Menulikan 100-120 Halilintar
Meriam
Mesin uap
Sangat hiruk pikuk 80-90 Jalan hiruk pikuk
Perusahaan sangat gaduh
Pluit polisi
Kuat 60-70 Kantor gaduh
Jalan pada umumnya
Radio
Perusahaan
Sedang 40-50 Rumah gaduh
Kantot umunya
Percakapan kuat
Radio perlahan
Tenang 20-30 Rumah tenag
Kantoer perorangan
Auditorium
Percakapan
Sangat tenang 0-10 Bunyi daun
Berbisik
Batas dengar terendah
11
12
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Dari uraian singkat diatas kami dapat menyimpulkqan bahwa bioakustik
dalam keperawatan banyak manfaatnya baik untuk diagnosis suatupenyakit
maupun dalam pengobatan. Kebisingan merupakan penyakit akibat kerja yang
mana dapat merugikan kesehatan yang berdampak pada gangguan pendengaran
dan bila pemaparan dalam waktu yang lama akan menyebabkan ketulian. Pada
dasarnya pengendalian kebisingan dapat dilakukan terhadap sumbernya,
perjalanannya dan penerimanya. Selain itu dapat juga dengan melakukan
pengendalian secara teknis (Engineering control), pengendalian
secara administratif (Administrative control) dan langkah terakhir adalah
penggunaan alat pelindung pendengaran.
Pencegahan ketulian akibat bising di tempat kerja dapat dilakukan dengan
program konservasi pendengaran yang melibatkan seluruh unsur perusahaan
dengan memberikan pengetahuan dan pendidikan kepada karyawan mengenai
kebisingan dan pengaruhnya terhadap kesehatan dan melakukan program promosi
kesehatan di tempat kerja. Gunakan alat pelindung diri (APD) dalam melakukan
pekerjaan yang terpapar langsung dengan kebisingan di tempat kerja dan APD
yang digunakan harus memberikan perlindungan dan memberikan rasa aman dan
nyaman terhadap pemakainya.
3.2 Saran
14
JURNAL
Vol 3 No 2 Juni 2018
E-ISSN: 2528-410X
ARTIKEL PENELITIAN
Abstract : There are 278 million people affected by hearing loss in the world. The
absorption of information by listening is greater than reading. Primary school
students with hearing loss have difficulty in learning various aspects of verbal
communication compared to normal children. The purpose of this study is to
determine the relationship between the hearing loss with the achievement of
grade
6 students of a primary school. This is an analytical study with a cross-sectional
approach to 52 students. The data obtained from physical examination of the ear,
tuning fork examination, pure tone audiometry examination, and student’s
academic achievement report cards. Hearing function, degree of hearing loss,
and academic achievement in each subject are described in descriptive statistics.
Fisher exact test is used to find the relationship between hearing loss and
academic achievement in every subject at school. There was a significant
relationship between hearing loss and academic achievement based on
Indonesian subjects (p = 0,013), English (p = 0,026), and mathematics (p =
0,007). There is a significant relationship between the hearing loss and the
achievement of grade 6 students of the primary school.
Keywords: academic achievement, hearing disorder, primary school
PENDAHULUAN
Telinga yang sehat berasal dari telinga yang bersih danpendengaran yang
baik berasal dari telinga yang sehat. Jika terjadi gangguan pada telinga maka
proses penerimaan informasi akan terganggu. Salah satu fungsi telinga adalah
mendengar, yang dapat menyerap informasi lebih besar dibandingkan membaca.
Menurut World Health Organization (WHO), diperkirakan sekitar 278 juta
penduduk dunia mengalami gangguan pendengaran pada tahun 2005. Dimana 75
sampai 140 jutanya adalah penduduk Asia Tenggara. Indonesia berada pada
urutan keempat di Asia Tenggara dengan persentase sekitar 4,6%. Walaupun
bukan yang tertinggi tetapi prevalensi tersebut cukup besar untuk dapat
menimbulkan masalah sosial di masyarakat. Survei Nasional Kesehatan Indera
Penglihatan dan Pendengaran di tujuh provinsi pada tahun1993-1996
mendapatkan prevalensi ketulian sebesar 0,4% dan gangguan pendengaran sebesar
16,8%. Penyebabnya adalah infeksi telinga tengah (3,1%), presbiakusis (2,6%),
tuli akibat obat ototoksik (0,3%), tuli kongenital (0,1%), dan tuli akibat paparan
bising. Balai Kesehatan Indera Masyarakat kota Semarang mendapatkan
siswamengalami gangguan pendengaran akibat serumen obsturan (29,55%), otitis
media supuratif kronik(1,28%), dan tuli sensorineural unilateral (0,21%).
Komite Nasional Penanggulangan Ganguan Pendengaran dan Ketulian
mempunyai visi untuk mewujudkan pendengaran sehat 2030 dengan
menyelenggarakan program umum yaitu memfasilitasi pembentukan komite
daerah. Salah satu program khusus PGPKT, yaitu dengan melakukan skrining
pendengaran dini pada siswa sekolah agar pendengaran sehat dan cerdas.
Penelitian sebelumnya juga mendapatkan adanya hubungan antara gangguan
pendengaran dengan indeks prestasi pada siswa kelas V sekolah dasar di
Semarang pada tahun 2010 pada mata pelajaran Bahasa Indonesia dan
Matematika.5 Oleh karena itu,tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan
gangguan pendengaran dengan prestasi akademik pada siswa kelas VI sekolah
dasar.
METODE
Subjek Penelitian
Pemeriksaan Audiologi
Analisis Statistik