Anda di halaman 1dari 16

Ilmu Dasar Keperawatan II

Biotermal

DisusunOleh:
Kelompok 4
Aqsa Multi Nugrahaini (1511311001)
Annisa Pujiati (1511311013)
Rahmi Oktavianda (1511312010)
Syarifa Aini (1511312012)
Rahma Dhani Fitri (1511312017)

FakultasKeperawatan
UniversitasAndalas
Padang
2016

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat ALLAH SWT atas segala rahmat dan karunia yang diberikan-

Nya sehingga tugas makalah yang berjudul ”Biotermal“ ini dapat kami selesaikan. Makalah

ini kami buat sebagai kewajiban untuk memenuhi tugas Ilmu Dasar Keperawatan II.

Dalam kesempatan ini, penulis menghaturkan terimakasih kepada semua pihak yang

telah membantu menyumbangkan ide dan pikiran mereka demi terwujudnya makalah ini.

Makalah ini belum sempurna dan masih terdapat berbagai kekurangan. Oleh

karenanya penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak demi

perbaikan makalah ini.

Padang, April 2016

TIM PENULIS

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................. i

DAFTAR ISI ......................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 LatarBelakangMasalah ............................................................................... 1


1.2 RumusanMasalah ....................................................................................... 2
1.3 Tujuan ........................................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Hukum-HukumTermodinamikadanMetabolisme ...................................... 3
2.2 SkalaTemperatur ........................................................................................ 4
2.3 PengaturanSuhuTubuh ............................................................................... 5
2.4 Transfer Panas ............................................................................................ 7
2.5 EfekPanas .................................................................................................. 10
2.6 PenggunaanEnergipanasdalamPengobatan ............................................... 11

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan ............................................................................................... 12
3.2 Saran .......................................................................................................... 12

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 13

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Biotermal berasal dari dua kata yaitu, bio yang berarti makhluk hidup dan
termal yang berarti suhu.Jadi biotermal adalah panas yang berasal dari makhluk
hidup.Suhu merupakan besaran fisika yang menyatakan derajat panas suatu
zat.Alat yang digunakan sebagai penukur suhu adalah thermometer, macam-
macam thermometer adalah thermometer air raksa, thermometer tahanan,
thermometer tahanan, pynometer optic, dan thermometer gas yang bervolume
tetap.

Untuk mengukur suhu tubuh manusia, bisa dilakukan dengan cara


beberapa metoda yang dipergunakan untuk menghitungnya. Tetapi metoda yang
lazim dipakai untuk menghitung temperatur kulit rerata ialah: 0,07 Tkepala + 0,14
Tlengan + 0,05 Ttangan + 0,07 Tkaki + 0,13 Tbetis + 0,09 Tpaha + 0,35 Tbatang
tubuh.

Sesuai dengan seluruh reaksi kimia, rata-rata reaksi kimia didalam tubuh
tergantung pada temperatur.Menurunnya reaksi tubuh, seiring dengan
menurunnya temperatur. (Hukum Vant Hoff)

Biotermal yang berkaitan erat dengan kondisi dan situasi aktual kekinian
yang bersentuhan langsung dengan tugas-tugas para tenaga keperawatan dalam
kehidupan sehari-hari. Misalnya dalam hal pengukuran suhu tubuh pasien pada
aksila, rektal, oral, dan timpani. Timpani merupakan tempat yang paling tepat
dalam pengukuran suhu tubuh karena dekat dengan membrane timpani.

4
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Bagaimana Hukum-Hukum Termodinamika dan Metabolisme ?
1.2.2 Bagaimana skala dan temperaturbiotermal ?
1.2.3 Bagaimana Cara Pengaturan Suhu Tubuh ?
1.2.4 Apa itu Transfer Panas (Alih Panas) ?
1.2.5 Apa itu Efek Panas ?
1.2.6 Bagaimana Penggunaan Energi Panas dalam Pengobatan ?

1.3 Tujuan
1.3.1 Menjelaskan Hukum-Hukum Termodinamika dan Metabolisme ?
1.3.2 Menjelaskan skala dan temperatur biotermal ?
1.3.3 Menjelaskan Cara Pengaturan Suhu Tubuh ?
1.3.4 Menjelaskan Transfer Panas (Alih Panas) ?
1.3.5 Menjelaskan Efek Panas ?
1.3.6 Menjelaskan Penggunaan Energi Panas dalam Pengobatan ?

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Hukum-hukum Termodinamika dan Metabolisme

Termodinamika berasal dari dua kata yaitu thermal yang berarti suhu (yang
berhubungan dengan panas) dan dinamika yang berarti pergerakan atau
perpindahan.Jadi, termodinamika adalah ilmu mengenai fenomena-fenomena tentang
energy yang berubah-ubah karena pengaliran panas dan usaha yang dilakukan.

Alat yang digunakan sebagai pengukur suhu disebut thermometer, prinsip


dasar dari thermometer adalah fenomena pemuaian yang merupakan indeks
temperature.Contoh : thermometer air raksa dan thermometer alcohol.

Air raksa mempunyai batas muai dan titik uap tertentu yaitu pada -400°C, air
raksa akan membeku dan titik uapnya berkisar diatas 3600°C, sehingga perlu ada
metode lain/ alat lain untuk mengukur suhu suatu benda.

Macam-macam thermometer :

 Termometer air raksa/alkohol.


Termometer ini terdiri dari bola gelas A berdinding tipis.
Bagian atas bola dihubungkan dengan pipa kapiler B. Antara pipa
kapiler dan bola A terdapat suatu penyempitan. Tujuannya agar air
raksa setelah memuai, tidak mudah kembali kekeadaan semula.Bagian
atas kapiler dihampakan udara kemudian ujung kapiler tersebut
ditutup.Untuk mengukur tinggi permukaan air raksa dibuat skala yang
digoreskan pada dinding pipa tersebut.Pada dinding belakang yang
berlawanan dengan skala, di sebelah luarnya ruangan
terdapat/diberikan lapisan perak agar dapat memberikan gambaran
skala lebih tajam.Untuk jelasnya dibuat potongan penampung lintang
pipa kapiler dari sebuah thermometer.

6
 Termometer tahanan (termistor thermometer).
Thermometer ini merupakan salah satu dari thermometer
elektronik yang menggunakan thermistor.Thermistor merupakan semi
konduktor yang mempunyai berbagai variasi tahanan terhadap
temperatur.Termistor ini terdiri dari kawat halus platina yang
dillilitkan pada kerangka mika kemudian dimasukkan kedalam tabung
gelas yang berdinding tipis sebagai pelindung.
 Termometer elemen (termocouple).
Dasar termocoupel dalam pengukuran suhu (Thermoelectric
thermometri) dikemukakan oleh oleh seebeck (1827), beliau
mengamati suatu gaya gerak listrik. Yang timbul pada dua hubungan
dua logam yang berbeda.
 Pyrometer optic.
Pyrometer optic diarahkan ketungku pembakaran yang sedang
nyala.Kemudian lampu dinyalakan.Nyala lampu diatur sedemikian
rupa sehingga sesuai dengan nyala tungku.Berdasarkan skala suhu
yang diketahui, kemudian skala pada amperemeter disesuaikan dengan
skala suhu.
 Termometer gas yang bervolume tetap.

2.2 Skala Temperatur

Di Amerika banyak mempergunakan skala Fahrenheit .Dalam pembuatan


skala itu dicari titik referensi, yang disebut titik tetap kemudian dibuat skala
sekehendak kita. Sebelum tahun 1954 ditentukan dua titik sebagai titik acuan baku
yaitu titik es dan titik uap. Titik es yaitu suatu titik dimana terdapat campuran air
yang jenuh udara dengan es yang bertekanan 1 atmosfir. Titik uap ialah suhu dimana
terdapat air mendidih pada tekanan 1 atmosfir.

Fahrenheit pada tahun 1724 telah menentukan skala temperatur dimana pada
32°F adalah titik es, pada 212°F merupakan titik uap serta temperatur rectal berkisar

7
98,6°F. Dalam bidang kedokteran banyak menggunakan skala Celsius, titik es diberi
harga 0°C suhu pada titik uap diberi 100°C. Untuk keperluan bidang ilmu
pengetahuan diperlukan skala lain yaitu skala Kelvin.

2.3 Pengaturan Suhu Tubuh


1) Keseimbangan Panas
Pengaturan temperatur atau regulasi termal adalah suatu pengaturan
secara kompleks dari suatu proses fisiologis di mana terjadi kesetimbangan
antara produksi panas dan kehilangan panas sehingga suhu tubuh dapat
dipertahankan secara konstan. Burung atau mamalia secara fisiologis
digolongkan dalam “Worm-Blooded” atau Homotermal. Organisme
homotermal ini secara umum dapat dikatakan temperatur tubuh tetap konstan
walaupun suhu lingkungan berubah. Hal ini oleh karena ada interaksi secara
berantai antara heat produksi (pembentukan panas) dan heat loss (kehilangan
panas). Kedua proses ini dalam keadaan tertentu aktifitasnya diatur oleh
susunan syaraf pusat yang mengatur metabolisme, sirkulasi (peredaran darah),
perspirasi (penguapan) dan pekerjaan otot-otot skeletal; sebagai contoh
kontraksi otot banyak menghasilkan panas, rumusnya dapat ditulis:
K=W/H
Keterangan :
K = Efisiensi
H = Energi total (dalam kalori) pada waktu kerja
W = Usaha dinyatakan dalam Kg M.
2) Topografi Temperatur Badan Dan Kulit
Temperatur 37°C diterima sebagi temperatur normal tubuh
manusia.Untuk mengukur rata-rata temperatur badan dan kulit terdapat
banyak kesukaran.Pengukuran temperatur pada orang sehat yang beristirahat:
-Suhu oral antara 36,6o C dan 37oC
-Suhu aksila 0,6oC lebih rendah dari suhu oral
-Suhu timpani (36,8-37,9oC)

8
-Suhu rectal 0,6oC lebih tinggi dari suhu oral.
Temperatur liang dubur (rektal) 0,3°C sampai dengan 0,5°C lebih
tinggi daripada temperatur aksila. Daerah tubuh maupun kepala mempunyai
temperatur kulit lebih tinggi daripada anggota badan.Untuk mengetahui rata-
rata temperatur kulit banyak metoda yang dipergunakan untuk
menghitungnya. Tetapi metoda yang lazim dipakai untuk menghitung
temperatur kulit rerata ialah: 0,07 Tkepala + 0,14 Tlengan + 0,05 Ttangan +
0,07 Tkaki + 0,13 Tbetis + 0,09 Tpaha + 0,35 Tbatang tubuh.
Kuantitas ini berkaitan dengan panas yang tertampung di dalam tubuh
manusia (heat storage). Perubahan temperature tubuh rata-rata dikalikan
dengan panas spesifik dan massa badan maka diperoleh persamaan :
Heat storage = temp. change ×spesifik heat ×massa.
Nilai spesifik heat/panas spesifik diperoleh dari hasil eksperimen
sebesar 0,83 g kalori/gram/°C. Dengan mengetahui persamaan temperatur
kulit rata-rata dapat kita mengetahui variabel yang lain yaitu heat conductance
/ konduksi panas. Heat conductance ialah rasio antara rata-rata transfer panas
(rate heat transfer )/ rata-rata alih panas dengan perbedaan temperatur antara
temperatur internal / rectal dengan temperatur kulit rata-rata maka diperoleh :
Heat conductance = (Rate of heat transfer)/(Rectal temp-mean skin
temp)

3) Pengaturan Temperatur Tanpa Umpan Balik Dan Dengan Umpan Balik


a) Pengaturan temperatur tanpa umpan balik
Yang dimaksud dengan pengaturan temperatur berarti mengatur heat
loss dan heat produksi.Untuk manusia hal ini dapat terjadi tetapi bagi
benda-benda mati tidak, oleh karena benda mati tidak produksi panas
sehingga umpan balik tidak pernah terjadi. Misalnya: sebuah logam
dipanaskan berarti temperatur akan meninggi dengan demikian logam
logam tersebut akan memuai sesuai dengan persamaan:
Lt = Lo [ I + λ (t1 – t0) ]

9
Keterangan:
L0 = panjang mula-mula pada t0
Lt = panjang pada t1
λ = angka muai panjang
Pada temperatur tinggi ini logam akan memancarkan radiasi (heat
loss). Apabila logam tersebut diletakkan pada tempat yang dingin,
logam tersebut akan dingin perlahan-lahan dan tidak mungkin dapat
memanaskan diri sendiri, sehingga dapat kita katakan bahwa pada
benda mati tidak akan terjadi umpan balik akibat perbedaan
temperature.
b) Pengaturan temperatur dengan umpan balik
Tubuh selalu berikhtiar agar temperatur tetap konstan walaupun
lingkungan ada perubahan temperatur. Pengaturan fisik panas secara
implicit adalah sejumlah total dari proses fisiologis dimana terjadi
peningkatan dan penurunan panas dari tubuh kita.

2.4 Transfer Panas (Alih Panas)


Sesuai dengan seluruh reaksi kimia, rata-rata reaksi kimia didalam
tubuh tergantung pada temperatur.Menurunnya reaksi tubuh, seiring dengan
menurunnya temperatur. (Hukum Vant Hoff)
Apabila ular dimasukkan kedalam mesin pendingin maka ia akan
merespon normal walaupun dalam keadaan dingin. Tetapi dalam keadaan
dingin yang ekstrim mekanisme pengaturan suhu (Homeestik mechanism)
terganggu bahkan sama sekali tidak dapat bekerja sehingga tampak suhu
tubuh turun secara drastis, diklinik dikenal proteksi metabolisme agar dapat
mencegah keadaan anoreksia/kekurangan oksigen, aliran dapat berhenti pada
waktu yang singkat yang tidak membahayakan jaringan, oleh karena jaringan
yang hipotermia membutuhkan oksigen sangat rendah.
Fungsi pengaturan suhu terutama terletak pada reaksi biokimia dari
organisme itu sendiri. Panas dan hasil-hasil dari proses metabolisme serta heat

10
loss melalui lingkungan. Energi panas yang hilang atau masuk kedalam tubuh
melalui kulit ada 4 cara, yaitu: Konduksi, Konveksi, Radiasi dan Evaporasi
1) Konduksi
Konduksi ialah pemaparan dari suatu objek yang suhunya lebih tinggi ke
objek lain dengan jalan kontak langsung. Berdasarkan teori kinetis dimana
energy kinetis dihantarkan dari satu molekul ke molekul yang lain dengan
jalan tabrak sehingga terbentuk panas. Berdasarkan teori ini dicarikan
persamaan hantaran panas melalui konduksi.
2) Konveksi (Convection)
Apabila secret kopi diletakkan di atas kompor listrik yang panas maka energy
didalam ceret akan meningkat yang disebabkan oleh konduksi. Bila seceret
kopi panas diletakkan diatas meja maka tampak ada peningkatan energy
didaerah yang ditempatkan diseceret kopi tersebut. Transfer panas ini disebut
konveksi yang sangat berbeda dengan konduksi. Aliran konveksi dapat terjadi
dikarenakan massa jenis udara panas sangat ringan dibandingkan udara
dingin. Konveksi secara alam dapat terjadi oleh karena pemanasan yang
asimetris. Gaya konveksi dapat terjadi apabila angin secukupnya mengalir
melewati tubuh. Pertukaran panas dan gaya konveksi adalah berbanding lurus
perbedaan temperatur antara kulit dan udara dan kecepatan udara. Aliran
panas yang terjadi antara kulit dan lingkungan secara konveksi dapat ditulis
persamaan seperti:
Jq (konveksi) = 8,3 V 0,5 (Ts – Ta)
Keterangan:
V = Kecepatan angin (m/s)
8,3 = Konstanta dimana seorang berdiri berhadapan dengan tiupan
udara.
Ta = Temperatur udara
Ts = Temperatur kulit.
Persamaan ini diperoleh secara empiris dan dikenal sebagai hukum
newton mengenai konveksi.

11
3) Radiasi
Umumnya teori kuantum membawa pengertian tentang menyusutnya
radioaktif, bom atom dan lain-lain manivestasi yang dramatis.Ada beberapa
pandangan mengenai fenomena atom yang memberi pengertian tentang
energy radiasi. Sebuah permukaan obyek akan memberi energi dalam bentuk
radiasi elektromagnetis dan radiasi yang dipancarkan dalam bentuk paket
kuantum oleh karena distribusi energy sangat khas dari tiap-tiap obyek.
Radiasi adalah suatu transfer energy panas dari suatu permukaan obyek
keobyek yang lain tanpa mengalami kontak dari kedua obyek tersebut. Oleh
planck mengatakan radiasi mempunyai energy dan energy dari suatu radiasi
itu sama dengan konstanta dikalikan dengan frekwensi radiasi.
E (energy) = n h f
Keterangan:
E = energy radiasi
n = Suatu bilangan bulat
h = Konstanta planck 6,62 x 10-27 erg/dt
f = Frekwensi
4) Evaforation
Evaforati adalah peralihan panas dari bentuk cairan menjadi uap.Manusia
kehilangan sekitar 9 x 103 kalori/gram melalui penguapan paru-paru. Dengan
suatu latihan yang berat atau lingkungan yang panas seseorang akan minum
air 4 liter/jam, ini merupakan suatu proses pembentukan energy thermal.
Kehilangan panas lewat evaforasi dapat terjadi apabila:
a) Perbedaan tekanan uap air antara keringat pada kulit dan udara
ambient.
Temperatur lingkungan rendah dari normal sehingga evaporasi dari
keringat dapat terjadi dan dapat menghilangkan panas dari tubuh dan
itu dapat terjadi apabila temperatur basa kering dibawah temperatur
kulit.
b) Adanya gerakan angin

12
c) Adanya kelembaban.

Dengan demikian kehilangan panas melalui evaforasi melewati kulit dapat


ditulis dengan rumus:

Jq maksimum = 13,7 – V (P kulit – P udara)

Keterangan:

Jq dalam watt/m2

V =Kecepatan angin

P kulit = Tekanan uap air pada kulit dalam milibar

P Udara = Tekanan uap air pada uadara dalam milbar.

2.5 Efek Panas

Sukar dikatakan secara pasti efesiensi panas apabila ada energy panas
mengenai salah satu bagian tubuh. Tapi jelas apabila energy panas mengenai salah
satu bagian tubuh akan menaikkan temperatur daerah tersebut. Efek panas dapt dibagi
tiga bagian:

1) Fisik
Panas menyebabkan zat cair, padat dan gas mengalami pemuaian segala
arah.Sebuah logam berbentuk kubus mengalami pemuaian isi.
2) Kimia
Kecepatan reaksi kimia akan meningkat dengan peningkatan temperatur.
Permeabilitas membrane sel akan meningkat sesuai dengan peningkatan
suhu, pada jaringan akan terjadi peningkatan metabolisme seiring dengan
peningkatan pertukaran antara zat kimia tubuh dengan cairan tubuh.
3) Biologis
Efek panas terhadap biologis merupakan sumasi dari efek panas terhadap
fisik dan kimia. Adanya peningkatan sel darah putih secara total dan

13
fenomena reaksi peradangan serta adanya dilatasi (pelebaran) pembuluh
darah yang mengakibatkan peningkatan sirkulasi (peredaran) darah serta
peningkatan tekanan kapiler. Tekanan O2 dan CO2 didalam darah akan
meningkat sedangkan pH darah akan mengalami penurunan.

2.6 Penggunaan Energi Panas dalam Pengobatan


Metoda-metoda yang digunakan dalam pengobatan:
 Metoda Konduksi, Melalui metoda konduksi ini dapat melalui:
Kantong air panas, Handuk panas, Turkish batsh (mandi uap), Mud
packs (lumpur panas) dan Elektric pads
 Metoda radiasi
 Metoda elektromagnetis
 Metoda ultrasonografi

14
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Biotermal berasal dari dua kata, yaitu bio yang berarti makhluk hidup,
dan termal berarti suhu.Jadi, biotermal adalah zat panas yang berasal dari
makhluk hidup.Thermometer merupakan alat yang digunakan sebagai
pengukur suhu tubuh. Thermometer terdiri dari berbaggai macam, yaitu :

1. Thermometer air raksa/ alcohol


2. Thermometer tahanan
3. Thermometer elemen
4. Pynometer optic
5. Thermometer gas yang bervolume tetap.

Fungsi pengaturan suhu terutama terletak pada reaksi biokimia dari


organisme itu sendiri. Energi panas yang hilang atau masuk kedalam tubuh
melalui kulit ada 4 cara, yaitu: Konduksi, Konveksi, Radiasi dan Evaporasi.

3.2 Saran

Diharapkan kita mampu untuk mengembangkan dan meningkatan


pengetahuan kita tentang biotermal dan penerapannya dalam dunia kesehatan
terutama di bidang keperawatan.

15
DAFTAR PUSTAKA

Gabriel, J. F. 1996. Fisika Kedokteran. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC


http://www.google.com/biothermal.html

16

Anda mungkin juga menyukai