RAMBATAN KALOR
Disusun Oleh :
XI-MIPA 5
Dengan mengucap syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT atas segala cinta dan
kekuatan yang dilimpahkan sehingga kami dapat menyelesaikan tugas fisika yang berjudul
‘Laporan Praktikum Rambatan Kalor’.
Penyusunan tugas fisika yang berjudul ‘Laporan Praktikum Rambatan Kalor’ ini tidak
akan pernah terwujud tanpa kerjasama dan bantuan dari berbagai pihak baik moral maupun
materi yang diberikan kepada kami, untuk itu kami menyampaikan terima kasih yang sebesar
– besarnya kepada :
Kami sadar bahwa tugas fisika yang berjudul ‘Laporan Praktikum Rambatan Kalor’
ini masih jauh dari sempurna, karena itu kritik dan saran diharapkan untuk perbaikan
penyusunan yang akan datang.
Akhirnya semoga Allah SWT memberikan barokah kepada kita dan semoga laporan
ini membawa manfaat. Aamiin.
i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar…………………………………………………………………………… i
Daftar Isi………………………………………………………………………………… ii
Bab I PENDAHULUAN
2.1 Suhu…………………………………………………………………………… 2
3.2 Termometer…………………………………………………………………… 3
3.3 Kalorimeter…………………………………………………………………… 3
3.2 Variabel…………………………………………………………………………6
4.3 Pembahasan…………………………………………………………………… 8
5.1 Kesimpulan…………………………………………………………………… 9
5.2 Saran…………………………………………………………………………… 9
Lampiran………………………………………………………………………………… 10
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Secara umum untuk mendeteksi adanya kalor yang dimiliki oleh suatu benda yaitu
dengan mengukur suhu benda tersebut. Jika suhunya tinggi maka kalor yang dikandung oleh
benda sangat besar, begitu juga sebaliknya jika suhunya rendah maka kalor yang dikandung
sedikit (Purnomo, 2008). Kalorimeter adalah alat yang digunakan untuk mengukur kalor atau
energi panas. Kaor adalah suatu energi panas suatu zat yang dapat diukur dengan alat
termometer dengan perantara air yang telah didihkan. Kalor jenis suatu benda memiliki masa
yang berbeda-beda tergantung pada energi panas yang dimiliki oleh benda tersebut.
Sebelum abad ke 17, orang berpendapat bahwa kalor merupakan zat yang mengalir dari
suatu benda yang suhunya lebih tinggi kebenda yang suhunya lebih rendah jika kedua benda
tersebut bersentuhan atau tercampur. Jika kalor merupakan suatu zat tertentu akan memiliki
massa dan ternyata benda yang di panaskan masanya tidak bertambah. Kalor bukan zat tetapi
kalor adalah suatu bentuk energi dan merupakan suatu besaran yang dilambangkan Q dengan
satuan joule (J), sedangkan satuan lainya adalah kalori (kal) (Feedburner), 2010). Kalor jenis
suatu benda didefinisikan sebagai jumlah kalor yang diperlukan untuk menaikkan suhu 1 kg
suatu zat sebesar 1k. Kalor jenis ini merupakan sifat khas suatu benda yang menunjukkan
kemampuanya untuk menyerap kalor (Supriyanto, 2006).
Untuk mengetahui pengaruh kalor terhadap benda-benda yang dapat menghantar panas
(kalor). Untuk itu kami melakukan praktikum tentang perngaruh perubahan kalor dan wujud
zat. Panas (kalor) adalah suatu bentuk energi yang dipindahkan melalui perbedaan suhu.
Panas berpindah dari benda bersuhu tinggi kebenda bersuhu rendah.
Suhu adalah ukuran dari panas suatu zat. Semakin panas suatu zat maka suhunya akan
tinggi. Sedangkan semakin dingin suhunya maka suhunya akan rendah. Perpindahan kalor
ada 3 yaitu, koduksi, konveksi, dan radiasi. Pengaruh kalor terhadap perubahan wujud zat
yaitu perubahan termodinamika dari satu fase benda ke keadaan wujud zat lain. Perubahan
wujud zat benda sendiri digolongkan menjadi 3 jenis yaitu padat, gas dan cair. Dalam
kehidupan kita sehari-hari, kadang kita tidak bisa membedakan bagaimana ciri-ciri dari
perubahan kimia dan perubahan fisika. Kita menganggap bahwa semuanya adalah sama saja,
padahal sebenarnya sangat berbeda.
1
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 SUHU
Suhu adalah derajat panas atau dinginnya suatu benda. Suhu dapat diukur dengan
menggunakan alat yang disebut termometer. Sifat yang diukur untuk menyatakan suhu
disebut sifat termometrik. Satuan suhu adalah derajat. Zat cair yang biasa digunakan untuk
mengisi termometer adalah air raksa karena raksa memiliki beberapa kebaikan seperti:
segera dapat mengambil panas benda yang akan diukur sehingga suhu air raksa segera
dapat sama dengan suhu benda yang diukur
dapat dipakai untuk mengukur suhu yang rendah sampai yang tinggi sebab air raksa
memiliki titik beku pada 39oC dan titik didihnya pada suhu 357oC
tidak membasahi dinding tabung sehingga pengukurannya menjadi lebih teliti
pemuaian air raksa teratur, artinya linier terhadap kenaikan suhu kecuali pada suhu
yang sangat tinggi
mudah dilihat karena air raksa mengkilap
Alkohol dapat juga digunakan untuk mengisi tabung termometer karena alkohol dapat
mengukur suhu yang lebih rendah lagi tetapi tidak dapat mengukur suhu yang tinggi sebab
titik bekunya -144oC dan titik didihnya 78oC. Jadi termometer alkohol sangat baik
untuk mengukur suhu-suhu yang rendah tetapi tidak dapat mengukur suhu-suhu yang tinggi.
Air tidak digunakan untuk mengisi termometer karena jangkauan suhu air terbatas (0oC –
100oC), tidak berwarna sehingga sulit dilihat, membasahi dinding tempatnya dan
memerlukan waktu lama sehingga mengurangi ketelitian pembacaan skala.
Untuk menyatakan suhu dengan bilangan diperlukan patokan suhu yang tetap yang dapat
dibuat kembali dengan mudah dan teliti. Patokan suhu yang digunakan disebut titik tetap.
a. Termometer skala Celsius
Memiliki titik didih air 100°C dan titik bekunya 0°C. Rentang temperaturnya berada
pada temperatur 0°C – 100°C dan dibagi dalam 100 skala.
b. Temometer skala Reamur
Memiliki titik didih air 80°R dan titik bekunya 0°R. Rentang temperaturnya berada
pada temperatur 0°R – 80°R dan dibagi dalam 80 skala.
c. Termometer skala Fahrenheit
Memiliki titik didih air 212°F dan titik bekunya 32°F. Rentang temperaturnya berada
pada temperatur 32°F – 212°F dan dibagi dalam 180 skala.
d. Termometer skala Kelvin
Memiliki titik didih air 373,15 K dan titik bekunya 273,15 K. Rentang temperaturnya
berada pada temperatur 273,15 K – 373,15 K dan dibagi dalam 100 skala.
2
Jadi, jika diperhatikan pembagian skala tersebut, satu skala dalam derajat Celsiussama
dengan satu skala dalam derajatKelvin, sementara satu skala Celsius kurang dari satu
skala Reamur dan satu skalaCelsius lebih dari satu skala Fahrenheit. Secara matematis
perbandingan keempat skala tersebut,yaitu sebagai berikut.
2.2 TERMOMETER
Termometer adalah alat yang dipakai untuk mengukur suhu dengan tepat dan menyatakannya
dengan angka. Secara umm termometer terbuat dari pipa kaca yang diisi dengan zat cair.
Prinsip dasar mengapa digunakannya zat cair sebagai pengisi termometer adalah karena zat
cair mengalami perubahan volume seandainya suhu berubah. Beberapa jenis termometer
dalam kehidupan sehari-hari antara lain:
2.3 KALORIMETER
Dengan menerapkan hukum kekekalan energi dapat dilakukan pengukuran-pengukuran kalor
atau kalorimetri. Kalorimeter adalah suatu alat yang dapat digunakan untuk menentukan
besarnya kalor jenis dari suatu zat. Kalorimeter bekarja berdasarkan asas Black, yaitu
besarnya kalor yang dilepaskan oleh sebuah benda yang suhunya lebih tinggi akan sama
dengan kalor yang diterima oleh benda yang bersuhu lebih rendah.
3
Kalorimeter dibuat dari bejana yang sudah diketahui kalor jenisnya (ck) misalnya tembaga
atau aluminium. Bejana ini dimasukkan ke dalam bejana yang lebih besar kemudian ditutup
dengan kayu. Pada tutup ini dilengkapi dengan dua buah lubang, yang satu untuk termometer
dan yang satunya untuk pengaduk. Supaya tidak ada panas yang hilang, di antara bejana yang
kecil dan yang besar diletakkan gabus. Langkah-langkah penggunaan kalorimeter yaitu:
Dalam hal ini, yang melepaskan kalor adalah bahan yang akan dicari kalor jenisnya dan
benda yang menerima kalor adalah air dan kalorimeter. Menurut hukum kekekalan energi:
Dengan memasukkan harga-harga dari hasil pengukuran di atas maka kalor jenis bahan (cx)
dapat dihitung.
4
Besaran m .c pada persamaan kalor di atas disebut dengan kapasitas kalor (C). Secara
matematis:
Jadi kapasitas kalor adalah banyaknya kalor yang diperlukan untuk menaikkan suhu suatu zat
sebesar 1oC dengan satuan J/oC.
5
BAB III
METODE ILMIAH
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian
3.2 Variabel
Variabel Kontrol : suhu awal es batu, panas pembakar spiritus, kaki tiga, statif.
6
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
4.1 Tabel Pengamatan
Percobaan Pertama
m = 29,7 gr
0 0 3̊ C Es
1 menit Q 10̊ C Es
Percobaan Kedua
m = 81,7 gr
0 0 2̊ C Es
1 menit Q 3̊ C Es + air
2 menit 2Q 8̊ C Es + air
3 menit 3Q 9̊ C Es + air
7
11 menit 11Q 22̊ C Air
Pada kedua tabel diatas menunjukkan pola yang hampir sama yakni, es akan mencair
menjadi air. Namun, yang menjadikan kedua percobaan diatas adalah massa dari es yang
dipanaskan. Pada percobaan pertama es dengan massa yang lebih kecil akan mudah
menyerap kalor dengan waktu yang diperlukan untuk mencair lebih cepat serta suhunya lebih
cepat meningkat. Kemudian pada percobaan kedua es dengan massa yang lebih berat akan
lebih sulit menyerap kalor dengan waktu yang diperlukan untuk mencair lebih lama serta
suhunya lebih lambat meningkat.
Pengaruh kalor pada saat tidak terjadi perubahan wujud yaitu pada saat suhu tetap
yang berarti mengalami proses dari peleburan wujud tersebut. Maksudnya, pada saat itu kalor
yang bekerja bukannya kalor jenis dari benda tersebut yang pada percobaan diatas adalah es.
Namun kalor yang bekerja ada kalor lebur dari es sehingga tidak mengalami perubahan
wujud yang drastis namun mengalami proses dari peleburan itu sendiri.
Pengaruh kalor pada saat terjadi perubahan wujud yaitu pada saat terjadi perubahan
suhu yang meningkat yang berarti mengalami proses perubahan wujud atau bentuk dari benda
tersebut. Dengan ini, kalor yang bekerja adalah kalor jenis dari benda tersebut serta
mengalami perubahan suhu yang ada suhu awal (To) dan suhu akhir (Tt). Sehingga kalor
bekerja untuk mengalami proses dari perubahan wujud tadi yang dari es menjadi air, atau air
yang menjadi uap.
4. Selain perubahan suhu benda, adakah faktor yang mempengaruhi kalor yang diperlukan?
Sebutkan.
-Massa (m)
4.3 Pembahasan
Perubahan wujud dipengaruhi oleh beberapa faktor salah satunya pada percobaan
yang telah dilakukan adalah faktor perubahan suhu. Seperti yang disajikan pada tabel
perubahan wujud seperti dari es menjadi air dan air menjadi uap terjadi karena perubahan
suhu yang sangat drastis. Pada percobaan pertama perubahan wujud dari es menjadi air pada
8
perubahan suhu yang drastis yaitu dari 10̊ C menjadi 35̊ C. Sedangkan saat proses melebur
sendiri hanya terdapat selisih 1̊ C setiap menitnya. Kemudian pada percobaan kedua
perubahan wujud dari es menjadi air pada perubahan drastis yaitu dari 2̊ C menjadi 22̊ C.
Sedangkan pada saat proses meleburnya sendiri adalah sama seperti percobaan pertama.
Selain dari perubahan suhu faktor lain yang mempengaruhi adalah massa. Pada
percobaan pertama massanya lebih kecil daripada percobaan pertama yang massanya lebih
besar. Sehingga yang mempunyai massa lebih kecil akan cepat menyerap kalor karena
penyebaran kalornya lebih sedikit sehingga perubahan suhunya juga lebih cepat. Kemudian
pada percobaan kedua yang mempunyai massa lebih besar akan lebih lambat menyerap kalor
karena penyebaran kalornya lebih luas sehingga perubahan suhunya juga lebih lambat. Oleh
karena itu, faktor yang mempengaruhi perubahan wujud selain suhu adalah massa dari benda
tersebut.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Kalor yang diperlukan untuk menaikkan suhu atau merubah wujud suatu benda
dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu massa, kalor jenis, kalor lebur/uap, dan
perubahan suhu. Faktor ini mempengaruhi cepat lambatnya kenaikan suhu atau
perubahan wujud zat. Percobaan es yang dilakukan menunjukkan bahwa es dengan
massa lebih banyak akan membutuhkan waktu yang lebih lama untuk mencair
daripada es dengan massa lebih sedikit. Semakin meningkatnya suhu, perubahan
wujud akan semakin banyak. Massa yang lebih kecil akan membuat perubahan suhu
semakin cepat dan massa yang lebih besar membuat perubahan suhu semakin lama.
5.2 Saran
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis
akan lebih fokus dan detail dalam menjelaskan laporan praktikum tentang perubahan
suhu dan perubahan wujud di atas dengan sumber - sumber yang lebih banyak yang
tentunya dapat di pertanggung jawabkan. Untuk saran bisa berisi kritik atau saran
terhadap penulisan juga bisa untuk menanggapi terhadap kesimpulan dari bahasan
laporan praktikum yang telah di jelaskan.
9
LAMPIRAN
10
4. Tambah massa dan timbang
11