Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM

RAMBATAN KALOR

Guru Pembimbing : Umayya Ulfah, M.Pd.

Disusun Oleh :

Ali Badr Adeen (06)

Ihsan Brillian Adam (19)

Michelle Grady E. (20)

Nurul Izzah Azzahra (28)

Shafira Amalia Sutejo (34)

Shirly Maulidina (35)

XI-MIPA 5

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR


DINAS PENDIDIKAN, PEMUDA, DAN OLAHRAGA KABUPATEN TUBAN
SMA NEGERI 1 TUBAN
Jalan W. R. Supratman 2 Telp. (0356) 321272 Fax (0356) 33190
Email : smansatuban@gmail.com Website :www.smansatuban.sch.id
Kode Pos 62318
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Dengan mengucap syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT atas segala cinta dan
kekuatan yang dilimpahkan sehingga kami dapat menyelesaikan tugas fisika yang berjudul
‘Laporan Praktikum Rambatan Kalor’.

Penyusunan tugas fisika yang berjudul ‘Laporan Praktikum Rambatan Kalor’ ini tidak
akan pernah terwujud tanpa kerjasama dan bantuan dari berbagai pihak baik moral maupun
materi yang diberikan kepada kami, untuk itu kami menyampaikan terima kasih yang sebesar
– besarnya kepada :

1. Bpk. H. Mukti, M.Pd, selaku Kepala Sekolah SMAN I Tuban


2. Ibu Umayya Ulfah, M. Pd, selaku Guru Fisika SMAN 1 Tuban
3. Ayah dan Ibu, yang selalu memberikan bimbingan dan mendukung dalam setiap
tugas dan pekerjaan kami
4. Teman-teman XI MIPA 5 SMAN I Tuban

Kami sadar bahwa tugas fisika yang berjudul ‘Laporan Praktikum Rambatan Kalor’
ini masih jauh dari sempurna, karena itu kritik dan saran diharapkan untuk perbaikan
penyusunan yang akan datang.

Akhirnya semoga Allah SWT memberikan barokah kepada kita dan semoga laporan
ini membawa manfaat. Aamiin.

Wabillahi Taufik Wal Hidayah, Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Tuban, 28 November 2018

i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar…………………………………………………………………………… i

Daftar Isi………………………………………………………………………………… ii

Bab I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang………………………………………………………………… 1

1.2 Tujuan Praktikum……………………………………………………………… 1

1.3 Rumusan Masalah………………………………………………………………1

Bab II KAJIAN PUSTAKA

2.1 Suhu…………………………………………………………………………… 2

3.2 Termometer…………………………………………………………………… 3

3.3 Kalorimeter…………………………………………………………………… 3

3.4 Persamaan Kalor……………………………………………………………… 4

3.5 Azas Black…………………………………………………………………… 5

Bab III METODE ILMIAH

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian………………………………………………… 6

3.2 Variabel…………………………………………………………………………6

3.3 Alat dan Bahan………………………………………………………………… 6

3.4 Langkah Kerja………………………………………………………………… 6

Bab IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Tabel Pengamatan………………………………………………………………7

4.2 Analisis Data……………………………………………………………………8

4.3 Pembahasan…………………………………………………………………… 8

Bab V PENUTUP DAN SARAN

5.1 Kesimpulan…………………………………………………………………… 9

5.2 Saran…………………………………………………………………………… 9

Lampiran………………………………………………………………………………… 10

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Secara umum untuk mendeteksi adanya kalor yang dimiliki oleh suatu benda yaitu
dengan mengukur suhu benda tersebut. Jika suhunya tinggi maka kalor yang dikandung oleh
benda sangat besar, begitu juga sebaliknya jika suhunya rendah maka kalor yang dikandung
sedikit (Purnomo, 2008). Kalorimeter adalah alat yang digunakan untuk mengukur kalor atau
energi panas. Kaor adalah suatu energi panas suatu zat yang dapat diukur dengan alat
termometer dengan perantara air yang telah didihkan. Kalor jenis suatu benda memiliki masa
yang berbeda-beda tergantung pada energi panas yang dimiliki oleh benda tersebut.

Sebelum abad ke 17, orang berpendapat bahwa kalor merupakan zat yang mengalir dari
suatu benda yang suhunya lebih tinggi kebenda yang suhunya lebih rendah jika kedua benda
tersebut bersentuhan atau tercampur. Jika kalor merupakan suatu zat tertentu akan memiliki
massa dan ternyata benda yang di panaskan masanya tidak bertambah. Kalor bukan zat tetapi
kalor adalah suatu bentuk energi dan merupakan suatu besaran yang dilambangkan Q dengan
satuan joule (J), sedangkan satuan lainya adalah kalori (kal) (Feedburner), 2010). Kalor jenis
suatu benda didefinisikan sebagai jumlah kalor yang diperlukan untuk menaikkan suhu 1 kg
suatu zat sebesar 1k. Kalor jenis ini merupakan sifat khas suatu benda yang menunjukkan
kemampuanya untuk menyerap kalor (Supriyanto, 2006).

Untuk mengetahui pengaruh kalor terhadap benda-benda yang dapat menghantar panas
(kalor). Untuk itu kami melakukan praktikum tentang perngaruh perubahan kalor dan wujud
zat. Panas (kalor) adalah suatu bentuk energi yang dipindahkan melalui perbedaan suhu.
Panas berpindah dari benda bersuhu tinggi kebenda bersuhu rendah.

Suhu adalah ukuran dari panas suatu zat. Semakin panas suatu zat maka suhunya akan
tinggi. Sedangkan semakin dingin suhunya maka suhunya akan rendah. Perpindahan kalor
ada 3 yaitu, koduksi, konveksi, dan radiasi. Pengaruh kalor terhadap perubahan wujud zat
yaitu perubahan termodinamika dari satu fase benda ke keadaan wujud zat lain. Perubahan
wujud zat benda sendiri digolongkan menjadi 3 jenis yaitu padat, gas dan cair. Dalam
kehidupan kita sehari-hari, kadang kita tidak bisa membedakan bagaimana ciri-ciri dari
perubahan kimia dan perubahan fisika. Kita menganggap bahwa semuanya adalah sama saja,
padahal sebenarnya sangat berbeda.

1.2 Tujuan Praktikum


Untuk membuktikan Teori tentang Azas Black

1.3 Rumusan Masalah


1. Bagaimanakah kecenderungan atau pola yang dihasilkan ?
2. Bagaimana pengaruh kalor pada saat tidak terjadi perubahan wujud ?
3. Bagaimana pengaruh kalor pada saat terjadi perubahan wujud ?

1
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 SUHU
Suhu adalah derajat panas atau dinginnya suatu benda. Suhu dapat diukur dengan
menggunakan alat yang disebut termometer. Sifat yang diukur untuk menyatakan suhu
disebut sifat termometrik. Satuan suhu adalah derajat. Zat cair yang biasa digunakan untuk
mengisi termometer adalah air raksa karena raksa memiliki beberapa kebaikan seperti:

 segera dapat mengambil panas benda yang akan diukur sehingga suhu air raksa segera
dapat sama dengan suhu benda yang diukur
 dapat dipakai untuk mengukur suhu yang rendah sampai yang tinggi sebab air raksa
memiliki titik beku pada 39oC dan titik didihnya pada suhu 357oC
 tidak membasahi dinding tabung sehingga pengukurannya menjadi lebih teliti
 pemuaian air raksa teratur, artinya linier terhadap kenaikan suhu kecuali pada suhu
yang sangat tinggi
 mudah dilihat karena air raksa mengkilap

Alkohol dapat juga digunakan untuk mengisi tabung termometer karena alkohol dapat
mengukur suhu yang lebih rendah lagi tetapi tidak dapat mengukur suhu yang tinggi sebab
titik bekunya          -144oC dan titik didihnya 78oC. Jadi termometer alkohol sangat baik
untuk mengukur suhu-suhu yang rendah tetapi tidak dapat mengukur suhu-suhu yang tinggi.

Air tidak digunakan untuk mengisi termometer karena jangkauan suhu air terbatas (0oC –
100oC), tidak berwarna sehingga sulit dilihat, membasahi dinding tempatnya dan
memerlukan waktu lama sehingga mengurangi ketelitian pembacaan skala.

Untuk menyatakan suhu dengan bilangan diperlukan patokan suhu yang tetap yang dapat
dibuat kembali dengan mudah dan teliti. Patokan suhu yang digunakan disebut titik tetap.

Dari skala suhu yang ada sekarang telah ditetapkan:

a. Termometer skala Celsius
Memiliki titik didih air 100°C dan titik bekunya 0°C. Rentang temperaturnya berada
pada temperatur 0°C – 100°C dan dibagi dalam 100 skala.
b. Temometer skala Reamur
Memiliki titik didih air 80°R dan titik bekunya 0°R. Rentang temperaturnya berada
pada temperatur 0°R – 80°R dan dibagi dalam 80 skala.
c. Termometer skala Fahrenheit
Memiliki titik didih air 212°F dan titik bekunya 32°F. Rentang temperaturnya berada
pada temperatur 32°F – 212°F dan dibagi dalam 180 skala.
d. Termometer skala Kelvin
Memiliki titik didih air 373,15 K dan titik bekunya 273,15 K. Rentang temperaturnya
berada pada temperatur 273,15 K – 373,15 K dan dibagi dalam 100 skala.

2
Jadi, jika diperhatikan pembagian skala tersebut, satu skala dalam derajat Celsiussama
dengan satu skala dalam derajatKelvin, sementara satu skala Celsius kurang dari satu
skala Reamur dan satu skalaCelsius lebih dari satu skala Fahrenheit. Secara matematis
perbandingan keempat skala tersebut,yaitu sebagai berikut.

2.2 TERMOMETER
Termometer adalah alat yang dipakai untuk mengukur suhu dengan tepat dan menyatakannya
dengan angka. Secara umm termometer terbuat dari pipa kaca yang diisi dengan zat cair.
Prinsip dasar mengapa digunakannya zat cair sebagai pengisi termometer adalah karena zat
cair mengalami perubahan volume seandainya suhu berubah. Beberapa jenis termometer
dalam kehidupan sehari-hari antara lain:

 Termometer klinis, digunakan untuk mengukur suhu badan manusia. Angka-angka


pada termometer klinis didesain dari 35oC sampai dengan 42oC.
 Termometer dinding, umumnya dipasang tegak di dinding dan digunakan untuk
mengukur suhu ruangan. Skala termometer dinding didesain dari -50oC sampai
dengan 50oC.
 Termometer Maksimum dan Minimum Six – Bellani, digunakan untuk mengukur
suhu maksimum dan minimum di dalam rumah kaca yang dipakai untuk menanam
tanaman sebagai bahan penelitian.

2.3 KALORIMETER
Dengan menerapkan hukum kekekalan energi dapat dilakukan pengukuran-pengukuran kalor
atau kalorimetri. Kalorimeter adalah suatu alat yang dapat digunakan untuk menentukan
besarnya kalor jenis dari suatu zat. Kalorimeter bekarja berdasarkan asas Black, yaitu
besarnya kalor yang dilepaskan oleh sebuah benda yang suhunya lebih tinggi akan sama
dengan kalor yang diterima oleh benda yang bersuhu lebih rendah.

3
Kalorimeter dibuat dari bejana yang sudah diketahui kalor jenisnya (ck) misalnya tembaga
atau aluminium. Bejana ini dimasukkan ke dalam bejana yang lebih besar kemudian ditutup
dengan kayu. Pada tutup ini dilengkapi dengan dua buah lubang, yang satu untuk termometer
dan yang satunya untuk pengaduk. Supaya tidak ada panas yang hilang, di antara bejana yang
kecil dan yang besar diletakkan gabus. Langkah-langkah penggunaan kalorimeter yaitu:

 Kalorimeter dan pengaduknya ditimbang (mk)


 Kalorimeter diisi air lalu ditimbang lagi. Hasilnya dikurangi dengan mk, maka
diperoleh massa air (ma).
 Suhu kalorimeter berikut air dan pengaduknya diukur dengan termometer (ta = tk)
 Bahan yang akan diukur kalor jenisnya ditimbang (mx)
 Bahan dipanaskan kemudian diukur suhunya (tx)
 Bahan yang sudah dipanaskan dimasukkan ke dalam kalorimeter dan diaduk perlahan
kemudian diukur suhu campurannya (tcp)

Dalam hal ini, yang melepaskan kalor adalah bahan yang akan dicari kalor jenisnya dan
benda yang menerima kalor adalah air dan kalorimeter. Menurut hukum kekekalan energi:

Dengan memasukkan harga-harga dari hasil pengukuran di atas maka kalor jenis bahan (cx)
dapat dihitung.

2.4 PERSAMAAN KALOR


Pada saat memanaskan air dengan menggunakan kompor misalnya, maka api dari kompor
memberikan kalor kepada air. Beberapa saat kemudian, air akan menjadi hangat dan akhirnya
menjadi panas. Itu berarti air mengalami kenaikan suhu. Dari kejadian ini dapat disimpulkan
bahwa kalor yang diberikan pada suatu zat dapat menaikkan suhu zat tersebut. Jika air telah
mencapai suhu 100oC (titik didih air) dan terus dipanaskan maka lama kelamaan air jumlah
air akan semakin berkurang karena telah berubah menjadi uap atau dengan kata lain, jika
suhu suatu zat telah mencapai titik didih maka kalor yang diberikan digunakan untuk
mengubah wujud. Semakin banyak jumlah air yang dipanaskan maka waktu yang diperlukan
untuk memanaskan air semakin lama atau dengan kata lain kalor yang diperlukan semakin
banyak. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kalor yang diberikan sebanding dengan
perubahan suhu suatu zat dan juga sebanding dengan massa zat. Secara matematis:

4
Besaran m .c pada persamaan kalor di atas disebut dengan kapasitas kalor (C). Secara
matematis:

Jadi kapasitas kalor adalah banyaknya kalor yang diperlukan untuk menaikkan suhu suatu zat
sebesar 1oC dengan satuan J/oC.

2.5 AZAS BLACK


Apabila suatu zat dicampur dengan zat lain yang suhunya berbeda, maka antara kedua zat itu
akan terjadi pertukaran kalor hingga tercapainya keseimbangan termal dimana suhu kedua zat
akan sama. Black menemukan bahwa pada proses pencampuran ini, besarnya kalor yang
dilepaskan oleh zat yang suhu awalnya lebih tinggi akan sama dengan besarnya kalor yang
diterima oleh zat yang suhu awalnya lebih rendah. Black kemudian merumuskan asasnya
yang berbunyi: kalor yang dilepas sama dengan kalor yang diterima. Asas Black merupakan
bentuk lain dari hukum kekekalan energi, yaitu banyaknya energi selalu tetap. Artinya, bila
sebuah benda memberikan kalor kepada benda lain, maka kalor yang diterima sama dengan
kalor yang diberikan. Secara matematis:

5
BAB III
METODE ILMIAH
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Waktu : Rabu, 28 November 2018

Tempat : Laboratorium Fisika SMAN 1 Tuban

3.2 Variabel

Variabel Bebas : massa es batu, waktu stopwatch

Variabel Kontrol : suhu awal es batu, panas pembakar spiritus, kaki tiga, statif.

Variabel Terikat : lama perubahan wujud es batu, suhu akhir es batu.

3.3 Alat dan Bahan


1. Termometer
2. Pembakar spiritus
3. Kaki tiga
4. Statif
5. Stopwatch
6. Es batu
7. neraca

3.4 Langkah Kerja


1. persiapkan peralatan yang diperlukan
2. susunlah alat-alat tersebut pada statis
3. timbanglah es batu, kemudian masukkan ke dalam gelas. Catat suhu awal es dalam
gelas (t0)
4. nyalakan pembakar spiritus. Mulailah menghidupkan stopwatch sambil mengamati
perubahan suhu yang terjadi. Catat suhu es untuk setiap 30s hingga semua es
melebur menjadi air dengan suhu sekitar 30C. Masukkan data dalam tabel
5. catat suhu pada saat es mencair
6. lakukan langkah 2,3,4 dan 5 dengan batu es yang massanya berbeda.
Perhatian:
penggunaan pembakar spiritus dengan nyala api yang relatif stabil, berarti suplai
energi dianggap konstan. Dengan demikian, makin lama waktu pemanasan
diartikan sebagai makin banyak energi (kalor) yang diberikkan pada es batu.Jika
dalam waktu 1 menit jumlah kalor yang diberikan besarnya Q, maka dalam waktu
2 menit, 3 menit, dan seterusnya banyaknya menjadi 2Q, 3Q, dan seterusnya.

6
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
4.1 Tabel Pengamatan
Percobaan Pertama

m = 29,7 gr

Waktu Kalor Suhu Wujud Perubahan

0 0 3̊ C Es

1 menit Q 10̊ C Es

2 menit 2Q 19̊ C Es + air

3 menit 3Q 26̊ C Air + es

4 menit 4Q 30̊ C Air + es

5 menit 5Q 35̊ C Air

Percobaan Kedua

m = 81,7 gr

Waktu Kalor Suhu Wujud Perubahan

0 0 2̊ C Es

1 menit Q 3̊ C Es + air

2 menit 2Q 8̊ C Es + air

3 menit 3Q 9̊ C Es + air

4 menit 4Q 10̊ C Es + air

5 menit 5Q 11̊ C Es + air

6 menit 6Q 13̊ C Es + air

7 menit 7Q 13̊ C Es + air

8 menit 8Q 14̊ C Es + air

9 menit 9Q 18̊ C Es + air

10 menit 10Q 20̊ C Air + es

7
11 menit 11Q 22̊ C Air

12 menit 12Q 26̊ C Air + uap

4.2 Analisis Data


1. Berdasarkan hasil percobaan dengan kedua tabel diatas, kecenderungan atau pola apa yang
dihasilkan?

Pada kedua tabel diatas menunjukkan pola yang hampir sama yakni, es akan mencair
menjadi air. Namun, yang menjadikan kedua percobaan diatas adalah massa dari es yang
dipanaskan. Pada percobaan pertama es dengan massa yang lebih kecil akan mudah
menyerap kalor dengan waktu yang diperlukan untuk mencair lebih cepat serta suhunya lebih
cepat meningkat. Kemudian pada percobaan kedua es dengan massa yang lebih berat akan
lebih sulit menyerap kalor dengan waktu yang diperlukan untuk mencair lebih lama serta
suhunya lebih lambat meningkat.

2. Bagaimana pengaruh kalor pada saat tidak terjadi perubahan wujud?

Pengaruh kalor pada saat tidak terjadi perubahan wujud yaitu pada saat suhu tetap
yang berarti mengalami proses dari peleburan wujud tersebut. Maksudnya, pada saat itu kalor
yang bekerja bukannya kalor jenis dari benda tersebut yang pada percobaan diatas adalah es.
Namun kalor yang bekerja ada kalor lebur dari es sehingga tidak mengalami perubahan
wujud yang drastis namun mengalami proses dari peleburan itu sendiri.

3. Bagaimana pengaruh kalor pada saat terjadi perubahan wujud?

Pengaruh kalor pada saat terjadi perubahan wujud yaitu pada saat terjadi perubahan
suhu yang meningkat yang berarti mengalami proses perubahan wujud atau bentuk dari benda
tersebut. Dengan ini, kalor yang bekerja adalah kalor jenis dari benda tersebut serta
mengalami perubahan suhu yang ada suhu awal (To) dan suhu akhir (Tt). Sehingga kalor
bekerja untuk mengalami proses dari perubahan wujud tadi yang dari es menjadi air, atau air
yang menjadi uap.

4. Selain perubahan suhu benda, adakah faktor yang mempengaruhi kalor yang diperlukan?
Sebutkan.

-Massa (m)

-Kalor jenis (C) dan kalor lebur (L/U)

4.3 Pembahasan
Perubahan wujud dipengaruhi oleh beberapa faktor salah satunya pada percobaan
yang telah dilakukan adalah faktor perubahan suhu. Seperti yang disajikan pada tabel
perubahan wujud seperti dari es menjadi air dan air menjadi uap terjadi karena perubahan
suhu yang sangat drastis. Pada percobaan pertama perubahan wujud dari es menjadi air pada

8
perubahan suhu yang drastis yaitu dari 10̊ C menjadi 35̊ C. Sedangkan saat proses melebur
sendiri hanya terdapat selisih 1̊ C setiap menitnya. Kemudian pada percobaan kedua
perubahan wujud dari es menjadi air pada perubahan drastis yaitu dari 2̊ C menjadi 22̊ C.
Sedangkan pada saat proses meleburnya sendiri adalah sama seperti percobaan pertama.

Selain dari perubahan suhu faktor lain yang mempengaruhi adalah massa. Pada
percobaan pertama massanya lebih kecil daripada percobaan pertama yang massanya lebih
besar. Sehingga yang mempunyai massa lebih kecil akan cepat menyerap kalor karena
penyebaran kalornya lebih sedikit sehingga perubahan suhunya juga lebih cepat. Kemudian
pada percobaan kedua yang mempunyai massa lebih besar akan lebih lambat menyerap kalor
karena penyebaran kalornya lebih luas sehingga perubahan suhunya juga lebih lambat. Oleh
karena itu, faktor yang mempengaruhi perubahan wujud selain suhu adalah massa dari benda
tersebut.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Kalor yang diperlukan untuk menaikkan suhu atau merubah wujud suatu benda
dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu massa, kalor jenis, kalor lebur/uap, dan
perubahan suhu. Faktor ini mempengaruhi cepat lambatnya kenaikan suhu atau
perubahan wujud zat. Percobaan es yang dilakukan menunjukkan bahwa es dengan
massa lebih banyak akan membutuhkan waktu yang lebih lama untuk mencair
daripada es dengan massa lebih sedikit. Semakin meningkatnya suhu, perubahan
wujud akan semakin banyak. Massa yang lebih kecil akan membuat perubahan suhu
semakin cepat dan massa yang lebih besar membuat perubahan suhu semakin lama.

5.2 Saran
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis
akan lebih fokus dan detail dalam menjelaskan laporan praktikum tentang perubahan
suhu dan perubahan wujud di atas dengan sumber - sumber yang lebih banyak yang
tentunya dapat di pertanggung jawabkan. Untuk saran bisa berisi kritik atau saran
terhadap penulisan juga bisa untuk menanggapi terhadap kesimpulan dari bahasan
laporan praktikum yang telah di jelaskan.

9
LAMPIRAN

1. Menimbang gelas sebelum dan sesudah diberi es

2. Pengukuran titik beku

3. Amati selama 5 menit

10
4. Tambah massa dan timbang

5. Pengukuran titik beku

6. Amati selama 5 menit dan catat yang terjadi

11

Anda mungkin juga menyukai