FISIKA DASAR
MODUL I (GELOMBANG BUNYI)
Disusun Oleh :
Kelompok 9
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BHAYANGKARA JAKART RAYA
2022/2023
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR
MODUL I
(GELOMBANG BUNYI)
Mengetahui,
Asisten Asisten
i
DAFTAR ISI
3
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana cara mengoperasikan alat sound level meter?
2. Bagaimana cara menghitung intensitas bunyi yang dihasilkan oleh sumber kebisingan?
1.4 Waktu
Hari / Tanggal : Sabtu, 24 Desember 2022
Pukul : 08.00 – 10.00 WIB
Tempat : Labroratorium Fisika Fakultas Ilmu Komputer Universitas Bhayangkara Jakarta Raya
BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini menjelaskan latar belakang penulisan laporan praktikum, perumusan masalah,
pembatasan masalah dan sistematis penulisan.
BAB II : LANDASAN TEORI
Bab ini menjelaskan mengenai hasil dari laporan praktikum yang telah dilaksanakan.
BAB III : METODOLOGI
Bab ini menjelaskan tentang alat dan bahan, alur flowchart dan Langkah pengamatan laporan
peraktikum hingga terjadinya laporan ini.
BAB IV : PENGUMPULAN DATA
Bab ini menjelasskan tentang Analisa bab dari laporan ini.
4
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini merupakan bagian dari kesimpulan dan saran-saran tentang laporan praktikum fisika
dasar yang telah dikemukakan pada bagian materi.
DAFTAR PUSTAKA : Berisikan daftar buku atau alamat informasi yang digunakan sebagai
rujukan atau referensi dalam laporan ini.
LAMPIRAN : Berisikan arsip data bukti yang diperlukan dalam terkait praktikum.
5
BAB II
LANDASAN TEORI
Namun, kadang karena kesulitan dalam menggambar bentuk gelombang ini, dalam
kebanyakan kasus gelombang suara dilukiskan sebagai gelombang transversal, yang
maksudnya hanya menunjukkan amplitudonya saja. Anda tidak perlu bingung dengan hal
ini.(Ishaq & Sejarah, 2003)
6
Gelombang adalah bentuk dari getaran yang merambat pada suatu medium. Pada suatu
satuan atau gabungan getaran yang merambat adalah gelombangnya. Rumus umum gelombang
: E = hv/λ = hf. Hubungan antara periode T dan panjang gelombang adalahω=2π/T dan k=2π/λ.
Cepat rambat gelombang adalah jarak yang ditempuh oleh gelombang dalam waktu satu
detik.(Valentinus, 2008).
Berdasarkan mediumnya gelombang dibedakan menjadi dua yaitu gelombang mekanik
dan elektromagnetik. Gelombang mekanik adalah gelombang yang arah rambatannya
memerlukan medium perantara sedangkan gelombang elektromagnetik adalah gelombang yang
arah rambatannya tanpa menggunakan medium. Berdasarkan rambatannya gelombang dibagi
menjadi dua yaitu gelombang transversal dan longitudinal. Gelombang transversal merupakan
gelombang yang rambatan sejajar dengan getaran dan mediumnya sedangkan gelombang
longitudinal adalah gelombang yang rambatannya sejajar dengan getaran dan mediumnya
(Bambang, 2008).
2.2 Resonasi
Resonansi merupakan fenomena yang terjadi apabila sebuah sistem berosilasi
dipengaruhi oleh sederet pulsa periodik yang sama atau hampir sama dengan salah satu
frekuensi alami dari osilasi sistem. Sistem tersebut akan berosilasi dengan amplitudo yang
relatif besar atau amplitudo maksimal (Sugiyanto, 2011).
7
adalah intensitas acuan (atau patokan) yang diambil sebagai ambang pendengaran manusia
yaitu 10-12 W/m2. Satuan dari tingkat intensitas adalah dB (desibel). Dalam skala desibel, batas
terendah pendengaran kita adalah :
sedangkan menurut satuan frekuensi batas terendah pendengaran kita adalah 20 Hz. Sedangkan
batas tertinggi pendengaran kita adalan 20 kHz, atau menurut skala desibel :
di atas batas atas tersebut, gendang telinga kita mulai terasa sakit.(Ishaq & Sejarah, 2003)
8
BAB III
METODOLOGI
9
3.3 Alur Pengamatan
a) Nyalakan alat sound level meter
b) Nyalakan handphone dan atur frekuensi audio sebagai sumber kebisingan
c) Atur pada jarak 10cm dari sound level meter
d) Cek intensitas bunyi
e) Ulangi langkah 1-4 dengan frekuensi audio yang berbeda dan jarak bunyi yang berbeda
(20cm,30cm,40cm,50cm)
10
BAB IV
PENGUMPULAN DATA
11
50 cm 85
12
BAB V
PEMBAHASAN DAN ANALISA
Rumus
Langkah awal atur gelombang frekuensi audio sebesar 500 Hz dan atur jarak bunyi sesuai jarak
yang ditentukan.
Hasil
Hasil intensitas bunyi dalam sound level meter dengan jarak bunyi 10 cm = 85
Hasil intensitas bunyi dalam sound level meter dengan jarak bunyi 20 cm = 77
Hasil intensitas bunyi dalam sound level meter dengan jarak bunyi 30 cm = 71
Hasil intensitas bunyi dalam sound level meter dengan jarak bunyi 40 cm = 69
Hasil intensitas bunyi dalam sound level meter dengan jarak bunyi 50 cm = 65
13
(Sumber Kebisingan 2 = 1000 Hz , Jarak Bunyi 10 cm, 20 cm, 30 cm, 40 cm, 50 cm)
sumber 1 Jarak Bunyi Intentitas Bunyi
10 cm 103
20 cm 90
1000 Hz 30 cm 89
40 cm 85
50 cm 79
Rumus
Langkah awal atur gelombang frekuensi audio sebesar 1000 Hz dan atur jarak bunyi sesuai
jarak yang ditentukan.
Hasil
Hasil intensitas bunyi dalam sound level meter dengan jarak bunyi 10 cm = 103
Hasil intensitas bunyi dalam sound level meter dengan jarak bunyi 20 cm = 90
Hasil intensitas bunyi dalam sound level meter dengan jarak bunyi 30 cm = 89
Hasil intensitas bunyi dalam sound level meter dengan jarak bunyi 40 cm = 85
Hasil intensitas bunyi dalam sound level meter dengan jarak bunyi 50 cm = 79
(Sumber Kebisingan 3 = 2000 Hz , Jarak Bunyi 10 cm, 20 cm, 30 cm, 40 cm, 50 cm)
sumber 1 Jarak Bunyi Intentitas Bunyi
10 cm 105
20 cm 99
2000 Hz 30 cm 93
40 cm 86
50 cm 82
14
Rumus
Langkah awal atur gelombang frekuensi audio sebesar 2000 Hz dan atur jarak bunyi sesuai
jarak yang ditentukan.
Hasil
Hasil intensitas bunyi dalam sound level meter dengan jarak bunyi 10 cm = 105
Hasil intensitas bunyi dalam sound level meter dengan jarak bunyi 20 cm = 99
Hasil intensitas bunyi dalam sound level meter dengan jarak bunyi 30 cm = 93
Hasil intensitas bunyi dalam sound level meter dengan jarak bunyi 40 cm = 86
Hasil intensitas bunyi dalam sound level meter dengan jarak bunyi 50 cm = 82
(Sumber Kebisingan 4 = 3000 Hz , Jarak Bunyi 10 cm, 20 cm, 30 cm, 40 cm, 50 cm)
sumber 1 Jarak Bunyi Intentitas Bunyi
10 cm 108
20 cm 103
3000 Hz 30 cm 97
40 cm 92
50 cm 86
Rumus
Langkah awal atur gelombang frekuensi audio sebesar 3000 Hz dan atur jarak bunyi sesuai
jarak yang ditentukan.
Hasil
Hasil intensitas bunyi dalam sound level meter dengan jarak bunyi 10 cm = 108
Hasil intensitas bunyi dalam sound level meter dengan jarak bunyi 20 cm = 103
Hasil intensitas bunyi dalam sound level meter dengan jarak bunyi 30 cm = 97
Hasil intensitas bunyi dalam sound level meter dengan jarak bunyi 40 cm = 92
Hasil intensitas bunyi dalam sound level meter dengan jarak bunyi 50 cm = 86
(Sumber Kebisingan 5 = 4000 Hz , Jarak Bunyi 10 cm, 20 cm, 30 cm, 40 cm, 50 cm)
15
sumber 1 Jarak Bunyi Intentitas Bunyi
10 cm 105
20 cm 99
4000 Hz 30 cm 95
40 cm 88
50 cm 85
Rumus
Langkah awal atur gelombang frekuensi audio sebesar 4000 Hz dan atur jarak bunyi sesuai
jarak yang ditentukan.
Hasil
Hasil intensitas bunyi dalam sound level meter dengan jarak bunyi 10 cm = 105
Hasil intensitas bunyi dalam sound level meter dengan jarak bunyi 20 cm = 99
Hasil intensitas bunyi dalam sound level meter dengan jarak bunyi 30 cm = 95
Hasil intensitas bunyi dalam sound level meter dengan jarak bunyi 40 cm = 88
Hasil intensitas bunyi dalam sound level meter dengan jarak bunyi 50 cm = 85
16
BAB VI
KESIMPULAN
6.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari praktik gelombang bunyi di Labroratorium Fisika Fakultas
Ilmu Komputer Universitas Bhayangkara Jakarta Raya yang dilaksanakan pada tanggal Sabtu,
24 Desember 2022 antara lain:
1. Alat sound level meter bekerja dengan cara mendeteksi getaran atau sumber kebisingan
yang dihasilkan oleh benda tertentu. Getaran dari benda akan menyebabkan perubahan
tekanan udara dan inilah yang nantinya akan ditangkap oleh sistem pada sound level
meter.
2. Besar kecilnya nilai intensitas bunyi dapat diketahui dengan cara mengetahui seberapa
jauh atau dekat jarak antara sound level meter dengan sumber kebisingan. Dengan alat
sound level meter kita dapat mengukur intensitas bunyi kebisingan yang dihasilkan dari
sumber kebisingan pengukuran tingkat kebisingan juga dapat digunakan untuk dapat
mengetahui apakah tingkat kebisingan tersebut aman atau tidak untuk kesehatan
manusia.
6.2 Saran
1. Alangkah baiknya dapat diberikan informasi lebih lanjut tentang tujuan atau manfaat
kita melakukan tes gelombang bunyi pada sumber kebisingan di kehidupan nyata.
2. Dalam melakukan praktik gelombang suara di laboratorium, Sebaiknya dilakukan oleh
semua dari tim anggota kelompok agar semua anggota kelompok dapat mengetahui
proses dan cara mengukur intensitas bunyi dari sumber kebisingan.
17
DAFTAR PUSTAKA
Galih, V., Putra, V., Purnomosari, E., & Mohamad, J. N. (2020). Developing Heat Rate and
Heat Capacity Measurement Instruments of Textile Waste Solution in the Textile Dyeing
Process. 9(2). https://doi.org/10.24042/jipfalbiruni.v9i2.5951
Jamaludin, J., Suriyanto, S., Adiansyah, D., Sholachuddin A, M., & Sucahyo, I. (2014).
Perancangan Dan Implementasi Sound Level Meter (Slm) Dalam Skala Laboratorium
Sebagai Alat Ukur Intensitas Bunyi. Jurnal Penelitian Fisika Dan Aplikasinya (JPFA),
4(1), 42. https://doi.org/10.26740/jpfa.v4n1.p42-46
18
LAMPIRAN
19
LAPORAN PRAKTIKUM
FISIKA DASAR
MODUL II (GELOMBANG CAHAYA)
Disusun Oleh :
Kelompok 9
1. Muhammad Saputra 202210715162
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BHAYANGKARA JAKARTA RAYA
2022/2023
20
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR
MODUL II
(GELOMBANG CAHAYA)
Mengetahui,
Asisten Asisten
i
DAFTAR ISI
ii
Laporan Praktikum Fisika Dasar
Modul III “Induksi Elektromagnetik”
Kelompok 9
BAB I
PENDAHULUAN
Banyak barang elektronik di jaman moderen saat ini yang bisa memanfaatkan
gelombang contohnya gelombang yang dapat merambat di ruang hampa dan digunakan
oleh manusia untuk membuat bohlam lampu agar bisa memberikan cahaya di ruangan
yang gelap.
BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini menjelaskan latar belakang penulisan laporan praktikum, perumusan masalah,
pembatasan masalah dan sistematis penulisan.
BAB II : LANDASAN TEORI
Bab ini menjelaskan mengenai hasil dari laporan praktikum yang telah dilaksanakan.
4
BAB III : METODOLOGI
Bab ini menjelaskan tentang alat dan bahan, alur flowchart dan Langkah pengamatan
laporan peraktikum hingga terjadinya laporan ini.
BAB IV : PENGUMPULAN DATA
Bab ini menjelasskan tentang Analisa bab dari laporan ini.
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini merupakan bagian dari kesimpulan dan saran-saran tentang laporan praktikum
fisika dasar yang telah dikemukakan pada bagian materi.
DAFTAR PUSTAKA
Berisikan daftar buku atau alamat informasi yang digunakan sebagai rujukan atau
referensi dalam laporan ini
LAMPIRAN
Berisikan arsip data bukti yang diperlukan terkait praktikum.
5
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Cahaya
Cahaya merupakan suatu gelombang elektromagnetik yang dipancarkan suatu sumber
cahaya tertentu (Halliday, 2007). Cahaya diasumsikan bergerak lurus dan sebagian
dibiaskan dan dipantulkan ketika mengenai suatu permukaan. (Moller, 2007). Sebagai
gelombang elektromagnetik cahaya terbentuk dari dua pasang vektor medan sama yaitu
medan listrik dan medan magnet (Saleh, 1991)
Teori Cahaya merupakan gelombang elektromagnetik muncul pertama kali oleh
hipotesis Maxwell, J. (2011), dengan argumentasinya bahwa jika perubahan medan
magnet menghasilkan medan listrik, seperti pada hukum Faraday, maka hal yang
sebaliknya juga bisa terjadi perubahan medan listrik menghasilkan medan magnet,
simpangan terus-menerus ini merupakan gelombang elektromagnetik, yang tak bukan
adalah gelombang cahaya (Giancoli, 2001).
Adapun kecepatan rambat (v) gelombang elektromagnetik di ruang bebas sama dengan
3x108 meter per detik. Jika frekuensi (ƒ) dan panjang gelombang (λ) maka berlaku :
[ v=λxf ]
di mana: λ adalah panjang gelombang, dengan satuan meter (m)
v adalah kecepatan cahaya, dengan satuan meter per sekon (m/s)
adalah frekuensi, dengan satuan hertz (Hz)
dipancarkan ke sutau arah tertentu di sebut dengan intensiras cahaya (Atmam, dkk, 2015:
2-3).Intensitas cahaya (I) di definisikan sebagai banyaknya fluks cahaya yang memancar
(Φ) per satuan sudut ruang (ω). Total sudut ruang adalah ω=4π (steradian). Fluks cahaya
adalah besarnya intensitas cahaya yang memancar pada sudut ruang tertentu.
6
intensitas radiasi dipermukaan bumi dipengaruhi oleh letak garis lintang lokasi, ketebalan
awan, topografi dan musim (Sitorus, 2014).
7
BAB III
METODOLOGI
1. Luxmeter
2. Meteran
3. Lampu Senter
8
3.2 Flowchart Pengamatan
Start
Nyalakan
Luxmeter
Nilai isensitas
Nyalakan lampu
senter
Atur jarak 10 cm
dari Luxumer
Finish
9
3.3 Alur Pengamatan ( Sesuai dengan Flowchart Pengamatan)
1. Nyalakan Luxmeter
5. Ulangi langkah 1-4 dengan lampu yang berbeda dan jarak yang
berbeda (20cm dan 30cm)
10
BAB IV
PENGUMPULAN DATA
GELOMBANG CAHAYA
11
BAB V
PEMBAHASAN DAN ANALISA
Lampu 1
Jarak 20cm = 29 – 86 = 57
Jarak 30cm = 29 – 35 = 6
Lampu 2
Jarak 30cm = 29 – 87 = 58
12
Intentitas Intentitas Intentitas
No. Jenis Lampu Jarak
Awal Akhir Lampu
10 cm 29 625 596
3 Lampu III 20 cm 29 274 245
30 cm 29 124 95
Lampu 3
Lampu 4
13
10 cm 29 525 496
5 Lampu V 20 cm 29 418 389
30 cm 29 205 176
Lampu 5
14
BAB VI
KESIMPULAN
6.1.Kesimpulan
Dapat Disimpulkan bahwa Cahaya adalah energi berbentuk gelombang
elektromagnetik yang kasat mata dengan panjang gelombang sekitar 380-750 nm. Pada
bidang fsika, cahaya adalah radiasielektromagnetik, baik dengan panjang gelombang
kasat mata maupun yang tidak. Selain itu, cahaya adaah partikel yang disebut foton.
1. Gelombang cahaya adalah gelombang elektromagnetik yang dapat diteruskan
melalui ruang hampa atau melalui material yang transparan. Gelombang cahaya
dapat dihasilkan oleh sumber cahaya, seperti lampu, bintang, atau sinar matahari,
dan dapat di deteksi oleh indera manusia sebagai penglihatan.
2. Luxmeter adalah alat ukur kuat penerangan dalam suatu ruang. Satuan ukur
luxmeter adalah lux. Luxmeter juga di sebut digital light meter. Alat ini
dilengkapi-sensor cahaya yang sangat peka terhadap perubahan jumlah cahaya
yang diterima.
15
6.2 Saran
Adapun saran yang dapat diberikan penulis untuk penelitian selanjutnya sehingga
berguna untuk mendapatkan hasil penelitian yang lebih baik. dan untuk memahami lebih
lanjut tentang fenomena gelombang Cahaya, kita perlu belajar tentang konsep-konsep
fisika yang terkait, seperti hukum-hukum fisika yang berlaku pada gelombang Cahaya,
dan cara mengukur dan menganalisis sifat-sifat gelombang Cahaya. Selain itu, kita juga
dapat belajar tentang cara menggunakan dan mengaplikasikan pengetahuan tentang
gelombang Suara dalam kehidupan sehari-hari, seperti dalam teknologi komunikasi,
teknologi Cahaya, dan teknologi medis seperti sinar-X.
16
DAFTAR PUSTAKA
Fatma, S., Putri, D., Materi, J., & Jmpf, F. (2022). Analisis Intensitas Cahaya di Dalam
Ruangan dengan Menggunakan Aplikasi Smart Luxmeter Berbasis Android. 12,
51–55.
Zakiah, I. F., Karim, S., Efendi, R., & Feranie, S. (2021). Rancang Bangun E-book
Interaktif pada Materi Gelombang Cahaya. Wahana Pendidikan Fisika, 6(1).
Halliday, D. dan Resnick, R., 1978, Fisika Jilid 2, Terjemahan Pantur Silaban
Saleh, B.E.A. dan Teich, M.C., 1991, Fundamental of Photonics, John Wiley & Sons,
Inc.,
Kanada.
Maxwell, J. (2011). The Scientific Papers of James Clerk Maxwell (Cambridge Library
Collection - Physical Sciences) (W. Niven, Ed.)
17
LAMPIRAN
18
LAPORAN PRAKTIKUM
FISIKA DASAR
MODUL III (INDUKSI ELEKTROMEGNETIK)
Disusun Oleh :
Kelompok 9
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BHAYANGKARA JAKART RAYA
2022/2023
19
LEMBAR PENGESAHAN
Mengetahui,
Asisten Asisten
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Selama abad ke-18, banyak filsuf ilmu alam yang mencoba menemukan hubungan
antara listrik dan magnet. Muatan listrik yang stasioner dan magnet tampak tidak saling
mempengaruhi. Tetapi pada tahun 1820, Hans Cristian Oersted (1777-1851) menemukan
bahwa lketika jarum kompas diletakkan di dekat kawat listrik, jarum akan menyimpang saat
kawat dihubungkan ke sumber tegangan dan arus mengalir. Jarum kompas dapat dibelokkan
oleh medan magnet. Apa yang ditemukan Oersted adalah bahwa arus listrik menghasilkan
medan magnet.
Pada tahun 1830 Michael Faraday dan Joseph Henry memperagakan dalam percobaan
terpisah bahwa medan magnet yang berubah aken menghasilkan medan listrik. Pada tahun 1860
James Clerk Maxwell mengembangkan sebuah teori lengkap tentang listrik dan magnetisme
yang menunjukkan bahwa suatu perubahan medan listrik akan menghasilkan medan magnet.
Sebuah kumparan kawat panjang yang terdiri dari banyak loop disebut solenoida.
Solenoida adalah sebuah kawat panjang yang dililitkan dalam sebuah helix yang terbungkus
3
rapat dan yang mengangkut sebuah arus I. Medan magnet solenoida merupakan jumlah vektor
Dengan kata lain setiap kumparan menghasilkan medan magnet.
BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini menjelaskan latar belakang penulisan laporan praktikum, perumusan masalah,
pembatasan masalah dan sistematis penulisan.
BAB II : LANDASAN TEORI
Bab ini menjelaskan mengenai hasil dari laporan praktikum yang telah dilaksanakan.
BAB III : METODOLOGI
Bab ini menjelaskan tentang alat dan bahan, alur flowchart dan Langkah pengamatan laporan
peraktikum hingga terjadinya laporan ini.
BAB IV : PENGUMPULAN DATA
Bab ini menjelasskan tentang Analisa bab dari laporan ini.
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN
4
Bab ini merupakan bagian dari kesimpulan dan saran-saran tentang laporan praktikum fisika
dasar yang telah dikemukakan pada bagian materi.
DAFTAR PUSTAKA
Berisikan daftar buku atau alamat informasi yang digunakan sebagai rujukan atau referensi
dalam laporan ini
LAMPIRAN
Berisikan arsip data bukti yang diperlukan terkait praktikum.
5
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Kemagnetan
Kemagnetan adalah suatu sifat zat yang teramati sebagai suatu gaya Tarik atau gaya
tolak antara kutub-kutub tidak senama atau senama. Gaya magnet paling kuat di dekat ujung-
ujung atau kutub-kutub magnet tersebut. Semua magnet memiliki dua kutub magnet yang
berlawanan,utara (U) dan selatan (S). Ada bahan-bahan yang dapat ditarik magnet, disebut
bahan magnetic dan bahan yang tidak dapat ditarik magnet, disebut bahan non-magnetik.
Besar arus atau tegangan induksi bergantung pada tiga hal berikut:
a. Jumlah lilitan. Semakin banyak lilitan pada kumparan, semakin besar tegangan yang
diinduksikan.
b. Kecepatan gerakan medan magnet. Semakin cepat garis gaya magnet yang mengenai
c. Jumlah garis gaya magnet. Semakin besar jumlah garis gaya magnet yang mengenai
6
φ = B̅. A
φ = FluksMagnet
B = Induksi Magnet
A = Luas Bidang
N = Jumlah lilitan
Faraday dalam percobaannya, dapat membangkitkan arus listrik dari suatu konduktor
dengan menggerak-gerakkan batang magnet yang berada di dekat bahan konduktor tersebut.
Hal serupa juga dapat dilakukan seperti dengan mengalirkan arus bolak-balik pada kawat
konduktor, sebagai penginduksi kawat konduktor lain yang sejajar dan berada didekatnya.
Konsep dua kawat sejajar ini tidak lain merupakan prinsip dasar penggunaan dua solenida
dalam praktikum ini, di mana solenoid besar bertindak sebagai kawat penginduksi dan
solenoid kecil sebagai kawat yang diinduksi.( Anonymous. 2010. Petunjuk Praktikum Fisika
Eksperimen II. Laboratorium Fisika Lanjutan Jurusan Fisika FMIPA Universitas Brawijaya.
Malang)
Kuat medan magnet dalam suatu solenoida dengan diameter d diberikan oleh
persamaan 1. Jika diberikan solenoida dengan diameter yang lebih kecil, diletakkan sejajar
7
dan tepat di tengah-tengah solenoid, jumlah fluks yang mengenai kawat pada solenoid kecil
nilainya akan sebanding dengan persamaan 2.
B = μ oN
Di mana:
B = Kuat medan magnet
μo = Permaebilitas udara=4π x 10-7 T.m/A
N = jumlah lilitan persatuan Panjang
I = arus yang diberikan pada solenoida
∅ = Ban
dengan:
B = Kuat medan solenoid besar
A = Luas lingkaran solenoid kecil
n = Jumlah lilitan solenoid kecil
∅ = Fluks magnet
Dan apabila fluks magnet yang mengenai solenoid kecil berasal dari arus yang mengalir
bolak-balik (AC), maka pada kawat yang terkenai medan tersebut akan terjadi ggl induksi (εe)
yang nilainya sebanding dengan persamaan :
d∅ dBAn
εe = - =
Dt Dt
8
d (μoNI)
= -An
Dt
dI
εe = Uind = -ANnμo
Dt
Uind dapat disebut juga sebagai tegangan hasil induksi arus penginduksi I. Kemudian
berdasarkan persamaan 3 di atas, karena Uind berbanding lurus dengan I, maka dapat
diasumsikan pula Uind berbanding lurus dengan U penginduksinya.( Serway, and Jewett.
2002. Principles of Physics. Edisi ketiga. Thomson Learning. Singapore
9
BAB III
METODOLOGI
10
3.2 Flowchart Pengamatan
11
3.3 Alur Pengamatan (Sesuai dengan flowchart Pengamatan)
a) atur kutub magnet
b) atur jumlah lilitan
c) kekuatan magnet
d) atur posisi jarum galvanometer
e) ulang langkah 2-5 dengan kutub magnet,jumlah magnet dan kekuatan magnet yang di
tentukan
12
BAB IV
PENGUMPULAN DATA
INDUKSI ELEKTROMAGNETIK
13
DIAM 0 0
U 500 100% CEPAT 15 KANAN
LAMBAT 5 KANAN
DIAM 0 0
U 750 100% CEPAT 30 KANAN
LAMBAT 11 KANAN
DIAM 0 0
S 250 30% CEPAT 2 KIRI
LAMBAT 1 KIRI
DIAM 0 0
S 500 30% CEPAT 10 KIRI
LAMBAT 7 KIRI
DIAM 0 0
S 750 30% CEPAT 21 KIRI
LAMBAT 9 KIRI
DIAM 0 0
S 250 50% CEPAT 5 KIRI
LAMBAT 1 KIRI
DIAM 0 0
S 500 50% CEPAT 20 KIRI
LAMBAT 8 KIRI
DIAM 0 0
S 750 50% CEPAT 30 KIRI
LAMBAT 11 KIRI
DIAM 0 0
S 250 100% CEPAT 9 KIRI
LAMBAT 2 KIRI
DIAM 0 0
S 500 100%
CEPAT 30 KIRI
14
LAMBAT 10 KIRI
DIAM 0 0
S 750 100% CEPAT 30 KIRI
LAMBAT 21 KIRI
15
BAB V
PEMBAHASAN DAN ANALISA
Saat magnet diletakkan di atas kumparan dalam keadaan diam, jarum amperemeter juga
diam. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada arus listrik yang timbul dalam kumparan. Saat
magnet digerakkan masuk-keluar kumparan, jarum amperemeter juga ikut bergerak. Hal ini
menunjukkan bahwa ada arus listrik yang timbul dalam kumparan yang disebut Gaya Gerak
Listrik induksi. Ini sesuai dengan hukum faraday, di mana perubahan medan magnet
menghasilkan arus listrik. Lalu ketika magnet batang digerakkan lebih cepat dari sebelumnya,
arus yang terlihat di amperemeter naik, ini membuktikan bahwa kecepatan magnet batang
berbanding lurus dengan besar listrik yang ditimbulkan. Ini sesuai dengan apa yang dikatakan
faraday bahwa laju perubahan medan magnet mempengaruhi besar GGL Induksi yang
dihasilkan. Berdasarkan data hasil pengamatan juga didapatkan bahwa semakin banyak lilitan
pada kumparan, semakin besar tegangan yang diinduksikan; Semakin cepat garis gaya magnet
yang mengenai konduktor, semakin besar tegangan induksi; magnet. Semakin besar jumlah
garis gaya magnet yang mengenai konduktor, semakin besar tegangan induk
16
CEPAT 8 KANAN
LAMBAT 1 KANAN
DIAM 0 0
U 500 50% CEPAT 19 KANAN
LAMBAT 3 KANAN
DIAM 0 0
U 750 50% CEPAT 20 KANAN
LAMBAT 12 KANAN
DIAM 0 0
U 250 100% CEPAT 10 KANAN
LAMBAT 3 KANAN
DIAM 0 0
U 500 100% CEPAT 15 KANAN
LAMBAT 5 KANAN
DIAM 0 0
U 750 100% CEPAT 30 KANAN
LAMBAT 11 KANAN
DIAM 0 0
S 250 30% CEPAT 2 KIRI
LAMBAT 1 KIRI
DIAM 0 0
S 500 30% CEPAT 10 KIRI
LAMBAT 7 KIRI
DIAM 0 0
S 750 30% CEPAT 21 KIRI
LAMBAT 9 KIRI
DIAM 0 0
S 250 50%
CEPAT 5 KIRI
17
LAMBAT 1 KIRI
DIAM 0 0
S 500 50% CEPAT 20 KIRI
LAMBAT 8 KIRI
DIAM 0 0
S 750 50% CEPAT 30 KIRI
LAMBAT 11 KIRI
DIAM 0 0
S 250 100% CEPAT 9 KIRI
LAMBAT 2 KIRI
DIAM 0 0
S 500 100% CEPAT 30 KIRI
LAMBAT 10 KIRI
DIAM 0 0
S 750 100% CEPAT 30 KIRI
LAMBAT 21 KIRI
18
BAB VI
KESIMPULAN
6.1.Kesimpulan
1). Magnet selalu memiliki dua kutub, yaitu kutub utara dan kutub selatan. Kutub-kutub yang
senama bila didekatkan akan saling tolak menolak, sedangkan kutub-kutub yang berbeda
nama bila didekatkan akan saling tarik-menarik.
Bumi sifat kemagnetan. Secara geografis, kutub utara magnet bumi berada di selatan bumi
dan kutub selatan magnet bumi berada di utara bumi. Jarum kompas selalu menghadap utara
karena adanya gaya tarik menarik-menarik antara kutub utara magnet dan kutub selatan
magnet bumi yang berada di kutub utara bumi.Berdasarkan sifat jarum kompas tersebut,
penentuan kutub magnet batang dapat dilakukan dengan percobaan sederhana yaitu dengan
metakkan magnet batang di atas gabus. Kemudian apungkan di permukaan air, maka ujung
magnet yang menunjuk ke arah utara adalah kutub utara magnet, dan ujung magnet yang
menunjuk arah selatan adalah kutub selatan magnet.
2).Induktansi diri L sebuah solenoida dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan 4 pada
induksi elektromagnetik. Medan magnet di dalam solenoida adalah:
B = μ .n.I
dengan n = N/l, dari persamaan 3. pada induksi elektromagnetik dan (1) akan diperoleh:
Jadi,
19
Sehingga:
dengan:
20
1.Bagi dosen fisika agar dapat menggunakan alat praktikum dalam proses pembelajaran,
karena penggunaan alat praktikum sebagai salah satu alternatif untuk meningkatkan dan
mengeksplorasi pemahaman konsep mahasiswa.
2.Diharapkan untuk guru dan peneliti lanjutan agar dapat membuat dan mengembangkan alat
yang lebih bagus, sehingga dengan alat yang dikembangkan siswa benar-baenar paham akan
konsep yang diajarkan.
3.Diharapkan untuk penelitian lanjutan dengan pokok bahasan dan alat praktikum yang sama
agar alat praktikum induksi magnetik pada solenoida dapat digunakan untuk meningkatkan
berpikir kritis dan berpikir kreatif mahasiswa, karena berfikir kraetif dan kritis adalah proses
berpikir yang sangat penting
21
DAFTAR PUSTAKA
Anonymous. 2010. Petunjuk Praktikum Fisika Eksperimen II. Laboratorium Fisika Lanjutan
Jurusan Fisika FMIPA Universitas Brawijaya. Malang
Serway, and Jewett. 2002. Principles of Physics. Edisi ketiga. Thomson Learning. Singapore
22
LAMPIRAN
23
LAPORAN PRAKTIKUM
FISIKA DASAR
MODUL IV (KARAKTERISTIK RANGKAIAN LISTRIK)
Disusun Oleh :
Kelompok 9
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BHAYANGKARA JAKART RAYA
2022/2023
24
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR
MODUL IV
(RANGKAIAN LISTRIK)
Mengetahui,
Asisten Asisten
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Lampu adalah beban listrik dan sumber listrik berasal dari baterai. Listrik mengalir melalui kabel
dan saklar berfungsi untuk memutus atau menyambungkan aliran listrik. Simbol universal untuk beban
listrik adalah hambatan (resistor). Terdapat dua tipe rangkaian yaitu: rangkaian seri dan rangkaian
paralel. Rangkaian seri dan paralel dapat dikombinasikan sehingga menjadi rangkaian campuran
1.4 Waktu
Hari / Tanggal : Sabtu, 24 Desember 2022
Pukul : 08.00 – 10.00 WIB
Tempat : Labroratorium Fisika Fakultas Ilmu Komputer Universitas Bhayangkara Jakarta Raya
1
BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini menjelaskan latar belakang penulisan laporan praktikum, perumusan masalah, pembatasan
masalah dan sistematis penulisan.
BAB II : LANDASAN TEORI
Bab ini menjelaskan mengenai hasil dari laporan praktikum yang telah dilaksanakan.
BAB III : METODOLOGI
Bab ini menjelaskan tentang alat dan bahan, alur flowchart dan Langkah pengamatan laporan
peraktikum hingga terjadinya laporan ini.
BAB IV : PENGUMPULAN DATA
Bab ini menjelasskan tentang Analisa bab dari laporan ini.
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini merupakan bagian dari kesimpulan dan saran-saran tentang laporan praktikum fisika dasar
yang telah dikemukakan pada bagian materi.
DAFTAR PUSTAKA : Berisikan daftar buku atau alamat informasi yang digunakan sebagai
rujukan atau referensi dalam laporan ini.
LAMPIRAN : Berisikan arsip data bukti yang diperlukan dalam terkait praktikum.
2
BAB II
LANDASAN TEORI
V = IR , dimana :
• I adalah arus listrik yang mengalir pada suatu penghantar dalam satuanampere.
• V adalah tegangan listrik yang terdapat pada kedua ujung penghantardalam satuan
volt.
• R adalah nilai hambatan listrik (resistansi) yang terdapat pada suatu penghantar dalam
satuan ohm.
Hukum ini dicetuskan oleh George Simon Ohm, seorang fisikawan dari Jermanpada tahun 1825
dan dipublikasikan pada sebuah paper yang berjudul The Galvanic Circuit Investigated
Mathematically pada tahun 1827.
Sebuah benda penghantar (konduktor) dikatakan mematuhi hukum Ohm apabila nilai resistansinya
tidak bergantung terhadap besar dan polaritas beda potensial yang diberikan kepada konduktor
tersebut. Walaupun pernyataan ini tidak selalu berlaku untuk semua jenis penghantar, namun istilah
“hukum” tetap digunakan dengan alasan sejarah. Berlakunya hukum ohm sangat terbatas pada
kondisi-kondisi tertentu, bahkan hukum ini tidak berlaku jika suhu konduktor tersebut berubah.
Untuk material – material atau piranti elektronika tertentu sepertidiode dan transistor, hubungan I
dan V tidak linier.
3
Ada 2 bunyi hukum Ohm yaitu :
1. Besarnya arus listrik yang mengalir sebanding dengan besarnya beda potensial
(Tegangan). Untuk sementara tegangan dan beda potensial dianggap sama walau
sebenarnya kedua secara konsep berbeda. Secara matematika di tuliskan V ∞ I, Untuk
menghilangkan kesebandingan ini maka perlu ditambahkan sebuah konstanta yang
kemudian di kenal dengan Hambatan (R) sehingga persamaannya menjadi V = I.R.
Dimana V adalah tegangan (volt), I adalah kuat arus (A) dan R adalah hambatan (Ohm).
2. Perbandingan antara tegangan dengan kuat arus merupakan suatu bilangan konstan
yang disebut hambatan listrik. Secara matematika di tuliskan V/I = R atau dituliskan V
= I.R.
Fungsi utama hukum Ohm adalah digunakan untuk mengetahui hubungan tegangan dan kuat
arus serta dapat digunakan untuk menentukan suatu hambatan beban listrik tanpa menggunakan
Ohmmeter. Kesimpulan akhir hukum Ohm adalah semakin besar sumber tegangan maka semakin
besar arus yang dihasilkan.Kemudian konsep yang sering salah pada siswa adalah hambatan listrik
dipengaruhi oleh besar tegangan dan arus listrik. Konsep ini salah, besar kecilnya hambatan listrik
tidak dipengaruhi oleh besar tegangan dan arus listrik tetapi dipengaruhi oleh panjang penampang,
luas penampang dan jenis bahan.
2.2 Resistivitas
Resistivas merupakan sifat dari medium. Zat dengan sifat konduktifitas yang baik memiliki
resistivas yang sangat kecil, sedangkan zat yang bersifat isolator sebaliknya. Resistansi (juga
resistivas) suatu bahan akan meningkat dengan naiknya temperature, dalam hal iniyang terjadi
adalah kenaikan temperature membuat elektron bergerak lebih aktif dan lebih banyak tumbukan
yang terjadi sehingga arus listrik menjadi terhambat. Resistansi juga merupakan fungsi dari
temperatur (dipengaruhi oleh temperatur) dengan rumusan sebagai berikut: R =Ro(1+@.delta T)
Dengan:
4
berbanding lurus dengan panjang benda, semakin panjang maka semakin besar hambatan suatu
benda. Hambatan juga berbanding terbalik dengan luas penampang benda, semakin luas
penampangnya maka semakin kecil hambatannya. Inilah alasan mengapa kabel tiang listrik dibuat
besar-besar, tujuannya adalah untuk memperkecil hambatan sehingga tegangan bisa mengalir
dengan mudah. Hambatan juga berbanding lurus dengan jenis benda (hambatan jenis) semakin
besar hambatan jenisnya maka semakin besar hambatan benda itu. Secara matematika dapat
dituliskan :
R = ρ L/A dimana :
R adalah nilai hambatan listrik
5
BAB III
METODOLOGI
4. Hambatan Variabel
5. Saklar
6
3.2 Flowchart Pengamatan
mulai
Nyalakan multimeter
Tempel komponen ke
Tegangan Sumber(DC)
Mulai pengukuran
selesai
7
3.3 Alur Pengamatan
A. Rangkaian Seri
1. Susunlah rangkaian tersebut dengan rangkaian seri.Kemudian, hubungkan dengan sumber
tegangan 12V DC.
2. Putar saklar di multimeter ke arah ohm untuk mengukur hambatan dari ketiga resistor
tersebut.
3. Putar saklar multimeter tersebut ke arah (V) untuk mengukur sumber tegangan dan mengukur
tegangan yang masuk melewati R1, R2, R3.
4. Putar saklar multimeter ke arah arus untuk mengukur (I TOTAL) yang melewati R1,R2,R3.
B. RANGKAIAN PARAREL
1. Susunlah rangkaian tersebut dengan rangkaian pararel.Kemudian, hubungkan dengan sumber
tegangan 12V DC.
2. Putar saklar di multimeter ke arah ohm untuk mengukur hambatan dari ketiga resistor
tersebut.
3. Putar saklar multimeter tersebut ke arah (V) untuk mengukur sumber tegangan dan mengukur
tegangan yang masuk melewati R1, R2, R3.
4. Putar saklar multimeter ke arah arus untuk mengukur (I TOTAL) yang melewati R1,R2,R
8
BAB IV
PENGUMPULAN DATA
RANGKAIAN SERI
RANGKAIAN PARAREL
9
BAB V
PEMBAHASAN DAN ANALISA
Berdasarkan hasil pengambilan data yang telah dilakukan dan diperoleh dengan alat ukur multimeter,
hambatan yang kita pakai berbeda-beda dengan 9 buah resistor dan 1 buah tegangan sumber 12V DC.
10
BAB VI
KESIMPULAN
6.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari praktik gelombang bunyi di Labroratorium Fisika Fakultas Ilmu
Komputer Universitas Bhayangkara Jakarta Raya yang dilaksanakan pada tanggal Sabtu, 24 Desember
2022 antara lain:
1. Hukum ohm adalah suatu pernyataan bahwa besar tegangan listrik pada
sebuah penghantar berbanding lurus dengan arus listrik yang mengaliri penghantar. Sebuah
penghantar dikatakan mematuhi hukum Ohm apabila nilai hambatan tidak bergantung
terhadap besar dan polaritas tegangan yang diberikan terhadap penghantar atau nilai
hambatannya haruslah konstanta tetap. Walaupun pernyataan ini tidak selalu berlaku untuk
semua jenis penghantar, dikarenakan adanya penghantar ohmic, dan non-ohmic, tetapi istilah
"hukum" tetap digunakan dengan alasan sejarah.
2. Resistor digunakan untuk mengehambat arus listrik, dioda berfungsi menghatarkan arus listrik
dan menghambat arus listrik dari arah sebaliknya, kapasitor berfungsi sebagai menyimpan
arus listrik untuk sementara waktu, dan transistor berfungsi sebagai penguat arus listrik
6.2 Saran
3. Sebaiknya Praktikan telah memahami teori tentang judul percobaan danmengetahui cara
pembacaan alat – alat ukur yang digunakan.
4. Sebaiknya praktikan lebih teliti dalam membaca alat ukur.
5. Sebaiknya praktikan tidak menggunakan sumber tegangan yang tinggi serta tidakterlalu lama
mengambil data agar elemen yang digunakan tidak terbakar
11
DAFTAR PUSTAKA
Chirzun, A., Nurhasanah, N., & Utami, T. A. (2017). Rancangan Perencanaan Produksi Jenis
Produk Make To Order dengan Pendekatan Simulasi Sistem Dinamik. JURNAL Al-
AZHAR INDONESIA SERI SAINS DAN TEKNOLOGI, 3(3), 113.
Chopra, S., & Meindl, P. (2016). Supply Chain Management : Strategy,
Planning, andOperation.Prentice Hall.
1
LAMPIRAN