Anda di halaman 1dari 79

LAPORAN PRAKTIKUM

FISIKA DASAR
MODUL I (GELOMBANG BUNYI)

Disusun Oleh :
Kelompok 9

1. Muhammad Saputra 202210715162

2. Dodo Sugendro 202210715113


3. Christian Noah Sipahutar 202210715175
4. Muhammad Zaky Maulana 202210715130
5. Moch. Alfitho Riezky Sianani 202210715150

FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BHAYANGKARA JAKART RAYA
2022/2023
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR
MODUL I
(GELOMBANG BUNYI)

Bekasi, Januari 2023

Mengetahui,

Asisten Asisten

Afif Febryanto Nur Aeni


(202010215056) (202110215039)

Dosen Pengampu Mata Kuliah

Rafika Sari M.Si


(0329098902)

i
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................................. i


DAFTAR ISI .................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................... 3
1.1 Latar Belakang ................................................................................................................. 3
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................................ 4
1.3 Tujuan Pengamatan .......................................................................................................... 4
1.4 Waktu ............................................................................................................................... 4
1.5 Sistematika Penulisan ....................................................................................................... 4
BAB II LANDASAN TEORI ........................................................................................ 6
2.1 Gelombang Bunyi............................................................................................................. 6
2.2 Resonasi............................................................................................................................ 7
2.3 Intensitas Suara................................................................................................................. 7
BAB III METODOLOGI .............................................................................................. 9
3.1 Alat dan Bahan (Software yang digunakan) ..................................................................... 9
3.2 Flowchart Pengamatan ..................................................................................................... 9
3.3 Alur Pengamatan ............................................................................................................ 10
BAB IV PENGUMPULAN DATA ............................................................................. 11
BAB V PEMBAHASAN DAN ANALISA ................................................................. 13
5.1 Pembahasan Intensitas Suara.......................................................................................... 13
5.2 Analisa Tabel Intensitas Suara ....................................................................................... 13
BAB VI KESIMPULAN .............................................................................................. 17
6.1 Kesimpulan..................................................................................................................... 17
6.2 Saran ............................................................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... 18
LAMPIRAN ................................................................................................................... 19
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Gelombang adalah getaran yang merambat, baik melalui medium ataupun tidak melalui
medium. Perambatan gelombang ada yang memerlukan medium, seperti gelombang tali
melalui tali dan ada pula yang tidak memerlukan medium yang berarti bahwa gelombang
tersebut dapat merambat melalui vakum ( hampa udara ) , seperti gelombang listrik magnet
dapat merambat dalam vakum. Perambatan gelombang dalam medium tidak diikuti oleh
perambatan media, tapi partikel-partikel mediumnya akan bergetar. Perumusan matematika
suatu gelombang dapat diturunkan dengan peninjauan penjalaran suatu pulsa. Dilihat dari
ketentuan pengulangan bentuk, gelombang dibagi atas gelombang 3eriodic dan gelombang non
3eriodic.
Berdasarkan sumber getarnya, tanpa disertai dengan medium perantaranya, gelombang
dapat diklasifikasikan dalam dua kategori, yaitu gelombang mekanik dan gelombang
elektromagnetik. Bunyi merupakan gelombang mekanik yang dalam perambatannya arahnya
sejajar dengan arah getarnya (gelombang longitudinal).
Gelombang bunyi merupakan gelombang mekanis longitudinal”. Hal ini berarti bahwa bunyi
memerlukan medium untuk merambat. Medium perambatan bunyi dapat berupa zat padat
ataupun fluida(zat alir, meliputi zat cair dan gas). Partikel-partikel bahan yang mentransmisikan
sebuah gelombang seperti itu berosilasi di dalam arah penjalaran gelombang itu sendiri.
Ada suatu jangkauan frekuensi yang besar di mana dapat dihasilkan gelombang mekanis
longitudinal dan gelombang bunyi adalah dibatasi oleh jangkauan frekuensi yang dapat
merangsang telinga dan otak manusia kepada sensasi pendengaran. Jangkauan ini adalah kira-
kira 20 siklus/ detik ( atau 20 Hz) sampai kira- kira 20.000 Hz dan dinamakan jangkauan suara
yang dapat didengar (audible range).Persepsi manusia terhadap bunyi terkait dengan
karakteristik bunyi yang dapat dirasakan. Secara umum ada dua karakteristik bunyi yang
mampu dirasakan oleh manusia, yaitu keras–lemahnya bunyi dan tinggi rendahnya bunyi.
Keras–lemahnya bunyi terkait dengan amplitude dan energy gelombang bunyi tersebut.

3
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana cara mengoperasikan alat sound level meter?
2. Bagaimana cara menghitung intensitas bunyi yang dihasilkan oleh sumber kebisingan?

1.3 Tujuan Pengamatan


1. Menjelaskan cara kerja alat ukur sound level meter
2. Untuk mengetahui cara mengukur intensitas bunyi yang dihasilkan oleh sumber
kebisingan pada suatu lokasi

1.4 Waktu
Hari / Tanggal : Sabtu, 24 Desember 2022
Pukul : 08.00 – 10.00 WIB
Tempat : Labroratorium Fisika Fakultas Ilmu Komputer Universitas Bhayangkara Jakarta Raya

1.5 Sistematika Penulisan


Laporan praktikum ini dibagi menjadi dalam beberapa bab oleh penulis. Hal ini
bertujuan agar para pembaca lebih mudah untuk memahami isi maupun materi yang dipaparkan
atau terkandung di dalamnya, yaitu sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini menjelaskan latar belakang penulisan laporan praktikum, perumusan masalah,
pembatasan masalah dan sistematis penulisan.
BAB II : LANDASAN TEORI
Bab ini menjelaskan mengenai hasil dari laporan praktikum yang telah dilaksanakan.
BAB III : METODOLOGI
Bab ini menjelaskan tentang alat dan bahan, alur flowchart dan Langkah pengamatan laporan
peraktikum hingga terjadinya laporan ini.
BAB IV : PENGUMPULAN DATA
Bab ini menjelasskan tentang Analisa bab dari laporan ini.

4
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini merupakan bagian dari kesimpulan dan saran-saran tentang laporan praktikum fisika
dasar yang telah dikemukakan pada bagian materi.
DAFTAR PUSTAKA : Berisikan daftar buku atau alamat informasi yang digunakan sebagai
rujukan atau referensi dalam laporan ini.
LAMPIRAN : Berisikan arsip data bukti yang diperlukan dalam terkait praktikum.

5
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Gelombang Bunyi


Gelombang bunyi merupakan gelombang logitudinal yang terjadi karena energi
membuat (partikel) udara merapat dan merenggang, dengan cara ini pula energi dirambatkan
ke seluruh ruang. Jika partikel udara tidak ada atau anda berada dalam ruang vakum seperti di
luar angkasa, suara anda tidak akan menjalar dan tidak terdengar rekan astronot lain, maka
untuk komunikasi di luar angkasa mereka menggunakan gelombang radio/EM. Jika anda
berbicara maka getaran dari energi getaran dari pita suara anda diteruskan ke udara dan
menyebabkan molekul udara merapat dan merenggang secara bergantian ke segala arah,
membentuk muka gelombang berbentuk bola.

Namun, kadang karena kesulitan dalam menggambar bentuk gelombang ini, dalam
kebanyakan kasus gelombang suara dilukiskan sebagai gelombang transversal, yang
maksudnya hanya menunjukkan amplitudonya saja. Anda tidak perlu bingung dengan hal
ini.(Ishaq & Sejarah, 2003)

6
Gelombang adalah bentuk dari getaran yang merambat pada suatu medium. Pada suatu
satuan atau gabungan getaran yang merambat adalah gelombangnya. Rumus umum gelombang
: E = hv/λ = hf. Hubungan antara periode T dan panjang gelombang adalahω=2π/T dan k=2π/λ.
Cepat rambat gelombang adalah jarak yang ditempuh oleh gelombang dalam waktu satu
detik.(Valentinus, 2008).
Berdasarkan mediumnya gelombang dibedakan menjadi dua yaitu gelombang mekanik
dan elektromagnetik. Gelombang mekanik adalah gelombang yang arah rambatannya
memerlukan medium perantara sedangkan gelombang elektromagnetik adalah gelombang yang
arah rambatannya tanpa menggunakan medium. Berdasarkan rambatannya gelombang dibagi
menjadi dua yaitu gelombang transversal dan longitudinal. Gelombang transversal merupakan
gelombang yang rambatan sejajar dengan getaran dan mediumnya sedangkan gelombang
longitudinal adalah gelombang yang rambatannya sejajar dengan getaran dan mediumnya
(Bambang, 2008).

2.2 Resonasi
Resonansi merupakan fenomena yang terjadi apabila sebuah sistem berosilasi
dipengaruhi oleh sederet pulsa periodik yang sama atau hampir sama dengan salah satu
frekuensi alami dari osilasi sistem. Sistem tersebut akan berosilasi dengan amplitudo yang
relatif besar atau amplitudo maksimal (Sugiyanto, 2011).

2.3 Intensitas Suara


Intensitas adalah jumlah energi bunyi tiap detiknya menembus tegak lurus bidang seluas
satuan luas. Luasnya daerah bunyi yang dapat diterima telinga manusia, dan penggunaan skala
logaritma akan mempermudah pembacaan harga intensitas bunyi. Hubungan intensitas bunyi
(I) dengan tingkat intensitas bunyi dinyatakan dengan TI=10 log I/Io, dimana TI adalah tingkat
intensitas bunyi (sound preasure level) dalam satuan dB.(Jamaludin et al., 2014)
Kemudian, bagaimana suatu suara diukur ? Kenyaringan suatu suara diukur melalui
tingkat intensitas suara β, di mana :

7
adalah intensitas acuan (atau patokan) yang diambil sebagai ambang pendengaran manusia
yaitu 10-12 W/m2. Satuan dari tingkat intensitas adalah dB (desibel). Dalam skala desibel, batas
terendah pendengaran kita adalah :

sedangkan menurut satuan frekuensi batas terendah pendengaran kita adalah 20 Hz. Sedangkan
batas tertinggi pendengaran kita adalan 20 kHz, atau menurut skala desibel :

di atas batas atas tersebut, gendang telinga kita mulai terasa sakit.(Ishaq & Sejarah, 2003)

8
BAB III
METODOLOGI

3.1 Alat dan Bahan (Software yang digunakan)


1. Sound Level Meter
2. Sumber Bunyi
3. Speaker
4. Penggaris / Meteran
3.2 Flowchart Pengamatan

9
3.3 Alur Pengamatan
a) Nyalakan alat sound level meter
b) Nyalakan handphone dan atur frekuensi audio sebagai sumber kebisingan
c) Atur pada jarak 10cm dari sound level meter
d) Cek intensitas bunyi
e) Ulangi langkah 1-4 dengan frekuensi audio yang berbeda dan jarak bunyi yang berbeda
(20cm,30cm,40cm,50cm)

10
BAB IV
PENGUMPULAN DATA

Sumber 1 Jarak Bunyi Intentitas Bunyi


10 cm 85
20 cm 77
500 Hz 30 cm 71
40 cm 69
50 cm 65
10 cm 103
20 cm 90
1000 Hz 30 cm 89
40 cm 85
50 cm 79
10 cm 105
20 cm 99
2000 Hz 30 cm 93
40 cm 86
50 cm 82
10 cm 108
20 cm 103
3000 Hz 30 cm 97
40 cm 92
50 cm 86
10 cm 105
20 cm 99
4000 Hz
30 cm 95
40 cm 88

11
50 cm 85

12
BAB V
PEMBAHASAN DAN ANALISA

5.1 Pembahasan Intensitas Suara


Besar dan kecil nilai dari intensitas bunyi dapat dipengaruhi dari besar dan kecilnya
sumber kebisingan dan seberapa dekat atau jauh jarak bunyi sumber kebisingan. Dengan itu,
dapat diketahui bahwa alat sound level meter dapat mendeteksi apakah intensitas bunyi bernilai
besar dan kecil tergantung dari seberapa besar frekuensi sumber kebisingan dan juga jauh jarak
bunyi antara sound level meter dengan sumber kebisingan.

5.2 Analisa Tabel Intensitas Suara


(Sumber Kebisingan 1 = 500 Hz , Jarak Bunyi 10 cm, 20 cm, 30 cm, 40 cm, 50 cm)
Sumber Jarak Bunyi Intentitas Bunyi
10 cm 85
20 cm 77
500 Hz 30 cm 71
40 cm 69
50 cm 65

Rumus
Langkah awal atur gelombang frekuensi audio sebesar 500 Hz dan atur jarak bunyi sesuai jarak
yang ditentukan.
Hasil
Hasil intensitas bunyi dalam sound level meter dengan jarak bunyi 10 cm = 85
Hasil intensitas bunyi dalam sound level meter dengan jarak bunyi 20 cm = 77
Hasil intensitas bunyi dalam sound level meter dengan jarak bunyi 30 cm = 71
Hasil intensitas bunyi dalam sound level meter dengan jarak bunyi 40 cm = 69
Hasil intensitas bunyi dalam sound level meter dengan jarak bunyi 50 cm = 65

13
(Sumber Kebisingan 2 = 1000 Hz , Jarak Bunyi 10 cm, 20 cm, 30 cm, 40 cm, 50 cm)
sumber 1 Jarak Bunyi Intentitas Bunyi
10 cm 103
20 cm 90
1000 Hz 30 cm 89
40 cm 85
50 cm 79

Rumus
Langkah awal atur gelombang frekuensi audio sebesar 1000 Hz dan atur jarak bunyi sesuai
jarak yang ditentukan.
Hasil
Hasil intensitas bunyi dalam sound level meter dengan jarak bunyi 10 cm = 103
Hasil intensitas bunyi dalam sound level meter dengan jarak bunyi 20 cm = 90
Hasil intensitas bunyi dalam sound level meter dengan jarak bunyi 30 cm = 89
Hasil intensitas bunyi dalam sound level meter dengan jarak bunyi 40 cm = 85
Hasil intensitas bunyi dalam sound level meter dengan jarak bunyi 50 cm = 79

(Sumber Kebisingan 3 = 2000 Hz , Jarak Bunyi 10 cm, 20 cm, 30 cm, 40 cm, 50 cm)
sumber 1 Jarak Bunyi Intentitas Bunyi
10 cm 105
20 cm 99
2000 Hz 30 cm 93
40 cm 86
50 cm 82

14
Rumus
Langkah awal atur gelombang frekuensi audio sebesar 2000 Hz dan atur jarak bunyi sesuai
jarak yang ditentukan.
Hasil
Hasil intensitas bunyi dalam sound level meter dengan jarak bunyi 10 cm = 105
Hasil intensitas bunyi dalam sound level meter dengan jarak bunyi 20 cm = 99
Hasil intensitas bunyi dalam sound level meter dengan jarak bunyi 30 cm = 93
Hasil intensitas bunyi dalam sound level meter dengan jarak bunyi 40 cm = 86
Hasil intensitas bunyi dalam sound level meter dengan jarak bunyi 50 cm = 82

(Sumber Kebisingan 4 = 3000 Hz , Jarak Bunyi 10 cm, 20 cm, 30 cm, 40 cm, 50 cm)
sumber 1 Jarak Bunyi Intentitas Bunyi
10 cm 108
20 cm 103
3000 Hz 30 cm 97
40 cm 92
50 cm 86

Rumus
Langkah awal atur gelombang frekuensi audio sebesar 3000 Hz dan atur jarak bunyi sesuai
jarak yang ditentukan.
Hasil
Hasil intensitas bunyi dalam sound level meter dengan jarak bunyi 10 cm = 108
Hasil intensitas bunyi dalam sound level meter dengan jarak bunyi 20 cm = 103
Hasil intensitas bunyi dalam sound level meter dengan jarak bunyi 30 cm = 97
Hasil intensitas bunyi dalam sound level meter dengan jarak bunyi 40 cm = 92
Hasil intensitas bunyi dalam sound level meter dengan jarak bunyi 50 cm = 86

(Sumber Kebisingan 5 = 4000 Hz , Jarak Bunyi 10 cm, 20 cm, 30 cm, 40 cm, 50 cm)

15
sumber 1 Jarak Bunyi Intentitas Bunyi
10 cm 105
20 cm 99
4000 Hz 30 cm 95
40 cm 88
50 cm 85
Rumus
Langkah awal atur gelombang frekuensi audio sebesar 4000 Hz dan atur jarak bunyi sesuai
jarak yang ditentukan.
Hasil
Hasil intensitas bunyi dalam sound level meter dengan jarak bunyi 10 cm = 105
Hasil intensitas bunyi dalam sound level meter dengan jarak bunyi 20 cm = 99
Hasil intensitas bunyi dalam sound level meter dengan jarak bunyi 30 cm = 95
Hasil intensitas bunyi dalam sound level meter dengan jarak bunyi 40 cm = 88
Hasil intensitas bunyi dalam sound level meter dengan jarak bunyi 50 cm = 85

16
BAB VI
KESIMPULAN

6.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari praktik gelombang bunyi di Labroratorium Fisika Fakultas
Ilmu Komputer Universitas Bhayangkara Jakarta Raya yang dilaksanakan pada tanggal Sabtu,
24 Desember 2022 antara lain:
1. Alat sound level meter bekerja dengan cara mendeteksi getaran atau sumber kebisingan
yang dihasilkan oleh benda tertentu. Getaran dari benda akan menyebabkan perubahan
tekanan udara dan inilah yang nantinya akan ditangkap oleh sistem pada sound level
meter.
2. Besar kecilnya nilai intensitas bunyi dapat diketahui dengan cara mengetahui seberapa
jauh atau dekat jarak antara sound level meter dengan sumber kebisingan. Dengan alat
sound level meter kita dapat mengukur intensitas bunyi kebisingan yang dihasilkan dari
sumber kebisingan pengukuran tingkat kebisingan juga dapat digunakan untuk dapat
mengetahui apakah tingkat kebisingan tersebut aman atau tidak untuk kesehatan
manusia.

6.2 Saran
1. Alangkah baiknya dapat diberikan informasi lebih lanjut tentang tujuan atau manfaat
kita melakukan tes gelombang bunyi pada sumber kebisingan di kehidupan nyata.
2. Dalam melakukan praktik gelombang suara di laboratorium, Sebaiknya dilakukan oleh
semua dari tim anggota kelompok agar semua anggota kelompok dapat mengetahui
proses dan cara mengukur intensitas bunyi dari sumber kebisingan.

17
DAFTAR PUSTAKA

Galih, V., Putra, V., Purnomosari, E., & Mohamad, J. N. (2020). Developing Heat Rate and
Heat Capacity Measurement Instruments of Textile Waste Solution in the Textile Dyeing
Process. 9(2). https://doi.org/10.24042/jipfalbiruni.v9i2.5951

Yasid, A., Yushardi, & Handayani, D. (2016). PENGARUH FREKUENSI GELOMBANG


BUNYI TERHADAP PERILAKU LALAT RUMAH (Musca domestica). Jurnal
Pembelajaran Fisika, 5(2), 190–196.

Jamaludin, J., Suriyanto, S., Adiansyah, D., Sholachuddin A, M., & Sucahyo, I. (2014).
Perancangan Dan Implementasi Sound Level Meter (Slm) Dalam Skala Laboratorium
Sebagai Alat Ukur Intensitas Bunyi. Jurnal Penelitian Fisika Dan Aplikasinya (JPFA),
4(1), 42. https://doi.org/10.26740/jpfa.v4n1.p42-46

Ishaq, M., & Sejarah, S. (2003). G E L O M B a N G : B U N Y I.

18
LAMPIRAN

19
LAPORAN PRAKTIKUM
FISIKA DASAR
MODUL II (GELOMBANG CAHAYA)

Disusun Oleh :

Kelompok 9
1. Muhammad Saputra 202210715162

2. Dodo Sugendro 202210715113


3. Christian Noah 202210715175
4.Muhammad Zaky 202210715130
5. Moch. Alfitho Riezky 202210715150

FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BHAYANGKARA JAKARTA RAYA
2022/2023

20
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR
MODUL II
(GELOMBANG CAHAYA)

Bekasi, Januari 2023

Mengetahui,

Asisten Asisten

Afif Febryanto Nur Aeni


(202010215056) (202110215039)

Dosen Pengampu Mata Kuliah

Rafika Sari M.Si


(0329098902)

i
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................................. i


DAFTAR ISI .................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................... 3
1.1 Latar Belakang ................................................................................................................. 3
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................................ 4
1.3 Tujuan Pengamatan .......................................................................................................... 4
1.4 Waktu Pengamatan ........................................................................................................... 4
1.5 Sistematika Penulisan ....................................................................................................... 4
BAB II LANDASAN TEORI ........................................................................................ 6
2.1 Cahaya .............................................................................................................................. 6
2.2 Intensitas Cahaya .............................................................................................................. 6
2.3 Faktor Pencahayaan .......................................................................................................... 7
BAB III METODOLOGI .............................................................................................. 8
3.1 Alat dan Komponen.......................................................................................................... 8
3.2 Flowchart Pengamatan ..................................................................................................... 9
3.3 Alur Pengamatan ( Sesuai dengan Flowchart Pengamatan) ........................................... 10
BAB IV PENGUMPULAN DATA ............................................................................. 11
BAB V PEMBAHASAN DAN ANALISA ................................................................. 12
5.1 Perhitungan Intensitas .................................................................................................... 12
BAB VI KESIMPULAN .............................................................................................. 15
6.1.Kesimpulan..................................................................................................................... 15
6.2 Saran ............................................................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... 17
LAMPIRAN ................................................................................................................... 18

ii
Laporan Praktikum Fisika Dasar
Modul III “Induksi Elektromagnetik”
Kelompok 9

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada zaman yang serba moderen ini teknologi menjadi hal penting. Teknologi
dapat memudahkan pekerjaan dan memperpendek jarak yang seharusnya jarak ribuan
mil, misalnya dengan menggunakan perangkat telepon. Salah satu hal penting yang
mendukung keberadaan teknologi adalah sarana, misalnya energi atau gelombang sebagai
media di kehidupan sehari-hari.

Gelombang cahaya memiliki beberapa sifat yang membedakannya dari


gelombang mekanik lainnya, seperti gelombang suara. Salah satu sifat utama gelombang
cahaya adalah kecepatannya yang sangat tinggi. Kecepatan cahaya dalam ruang hampa
adalah sekitar 299.792.458 meter per detik, yang merupakan kecepatan tercepat yang
diketahui oleh manusia.

Banyak barang elektronik di jaman moderen saat ini yang bisa memanfaatkan
gelombang contohnya gelombang yang dapat merambat di ruang hampa dan digunakan
oleh manusia untuk membuat bohlam lampu agar bisa memberikan cahaya di ruangan
yang gelap.

Banyak alat-alat elektronik di sekitar kita yang teknologinya memanfaatkan


gelombang, namun sebagian besar dari kita belum sepenuhnya tahu dan paham.
Pemanfaatan gelombang cahaya dalam kehidupan sehari-hari lebih sepsifik. Dalam
pelajaran fisika kita pasti dengar istilah kata Gelombang Cahaya dan biasanya di pelajari
di tingkat sekolah menengah atas (SMA), selain itu gelombang cahaya punya banyak
manfaatnya. Yaitu digunakan dalam kehidupan sehari-hari, yang bisa kita tahu alat yang
digunakan untuk mengukur tingkat suatu cahaya di suatu tempat.

Pengukuran pencahayaan dapat mengukur tingkat cahaya secara langsung atau


tidak langsung. Pengukur pencahayaan yang mengukur tingkat cahaya secara langsung
menggunakan sensor cahaya yang terpapar langsung ke sumber cahaya. Pencahayaan
dapat juga mengukur tingkat cahaya dalan spektrum yang lebih luas, termasuk cahaya
inframerah dan ultraviolet. Hal ini berguna untuk mengukur tingkat cahaya yang tidak
bisa di lihat oleh mata manusia, namun dapat mempengaruhi kesehatan atau kinerja
manusia.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa itu gelombang cahaya?
2. Bagaimana bentuk dan cara kerja luxmeter ?
3. Bagaimana Sifat-sifat gelombang cahaya dapat diukur dan
diinterprestasikan?
4. Apakah ada faktor--faktor yang dapat mempengaruhi sifat-sifat
gelombang cahaya?

1.3 Tujuan Pengamatan


1. Mengetahui alat ukur pencahayaan.
2. Menjelaskan prinsip kerja alat ukur pencahayaan.
3. Memahami fungsi dilakukannya pengukuran pencahayaan

1.4 Waktu Pengamatan


HARI/TANGGAL:Sabtu,24 Desember 2022
PUKUL: 08:00 – 10:00
TEMPAT: Laboratorium fisika falkultas ilmu komputer universitas
bhayangkara Jakarta raya
1.5 Sistematika Penulisan
Laporan praktikum ini dibagi menjadi dalam beberapa bab oleh penulis. Hal ini
bertujuan agar para pembaca lebih mudah untuk memahami isi maupun materi yang
dipaparkan atau terkandung di dalamnya, yaitu sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini menjelaskan latar belakang penulisan laporan praktikum, perumusan masalah,
pembatasan masalah dan sistematis penulisan.
BAB II : LANDASAN TEORI
Bab ini menjelaskan mengenai hasil dari laporan praktikum yang telah dilaksanakan.

4
BAB III : METODOLOGI
Bab ini menjelaskan tentang alat dan bahan, alur flowchart dan Langkah pengamatan
laporan peraktikum hingga terjadinya laporan ini.
BAB IV : PENGUMPULAN DATA
Bab ini menjelasskan tentang Analisa bab dari laporan ini.
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini merupakan bagian dari kesimpulan dan saran-saran tentang laporan praktikum
fisika dasar yang telah dikemukakan pada bagian materi.
DAFTAR PUSTAKA
Berisikan daftar buku atau alamat informasi yang digunakan sebagai rujukan atau
referensi dalam laporan ini
LAMPIRAN
Berisikan arsip data bukti yang diperlukan terkait praktikum.

5
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Cahaya
Cahaya merupakan suatu gelombang elektromagnetik yang dipancarkan suatu sumber
cahaya tertentu (Halliday, 2007). Cahaya diasumsikan bergerak lurus dan sebagian
dibiaskan dan dipantulkan ketika mengenai suatu permukaan. (Moller, 2007). Sebagai
gelombang elektromagnetik cahaya terbentuk dari dua pasang vektor medan sama yaitu
medan listrik dan medan magnet (Saleh, 1991)
Teori Cahaya merupakan gelombang elektromagnetik muncul pertama kali oleh
hipotesis Maxwell, J. (2011), dengan argumentasinya bahwa jika perubahan medan
magnet menghasilkan medan listrik, seperti pada hukum Faraday, maka hal yang
sebaliknya juga bisa terjadi perubahan medan listrik menghasilkan medan magnet,
simpangan terus-menerus ini merupakan gelombang elektromagnetik, yang tak bukan
adalah gelombang cahaya (Giancoli, 2001).

Adapun kecepatan rambat (v) gelombang elektromagnetik di ruang bebas sama dengan
3x108 meter per detik. Jika frekuensi (ƒ) dan panjang gelombang (λ) maka berlaku :
[ v=λxf ]
di mana: λ adalah panjang gelombang, dengan satuan meter (m)
v adalah kecepatan cahaya, dengan satuan meter per sekon (m/s)
adalah frekuensi, dengan satuan hertz (Hz)
dipancarkan ke sutau arah tertentu di sebut dengan intensiras cahaya (Atmam, dkk, 2015:
2-3).Intensitas cahaya (I) di definisikan sebagai banyaknya fluks cahaya yang memancar
(Φ) per satuan sudut ruang (ω). Total sudut ruang adalah ω=4π (steradian). Fluks cahaya
adalah besarnya intensitas cahaya yang memancar pada sudut ruang tertentu.

2.2 Intensitas Cahaya


Intensitas cahaya matahari yaitu jumlah energy yang diterima pada suatu
permukaan tiap satuan luas dan waktu. Satuan waktu yaitu pengukuran intensitas
matahari berarti penyinaran saat matahari mulai bersinar selama sehari. Besarnya

6
intensitas radiasi dipermukaan bumi dipengaruhi oleh letak garis lintang lokasi, ketebalan
awan, topografi dan musim (Sitorus, 2014).

2.3 Faktor Pencahayaan


Faktor pencahayaan merupakan hal terpenting yang wajib diperhatikan karena
jika tidak memenuhi standart SNI 03-7062-2004. Maka akan dapat membahayakan
kesehatan mata penghuninya (Muharnis dan Khoirudinsyah, 2017). Faktor lain yang
dapat mempengaruhi intensitas cahaya yaitu perubahan suhu, waktu, daya lampu yang
digunakan, jarak lux meter dengan sumber cahaya, dan luas ruangan yang digunakan
(Pamungkas dan Yuyun, 2015)

7
BAB III
METODOLOGI

3.1 Alat dan Komponen

1. Luxmeter

2. Meteran

3. Lampu Senter

8
3.2 Flowchart Pengamatan

Start

Nyalakan
Luxmeter

Nilai isensitas

Nyalakan lampu
senter

Atur jarak 10 cm
dari Luxumer

Ulang langkah 1-4


dengan lampu
/senter berbeda dan
jarak (20 cm dan 30
cm)

Finish

9
3.3 Alur Pengamatan ( Sesuai dengan Flowchart Pengamatan)
1. Nyalakan Luxmeter

2. Catat nilai intersitas yang tertera pada luxmeter

3. Nyalakan lampu senter

4. Atur pada jarak 10cm dari luxmeter

5. Ulangi langkah 1-4 dengan lampu yang berbeda dan jarak yang
berbeda (20cm dan 30cm)

10
BAB IV
PENGUMPULAN DATA

GELOMBANG CAHAYA

Intentitas Intentitas Intentitas


No Jenis Lampu Jarak
Awal Akhir Lampu
10 cm 29 420 391
1 Lampu I 20 cm 29 86 57
30 cm 29 35 6
10 cm 29 332 303
2 Lampu II 20 cm 29 156 127
30 cm 29 87 58
10 cm 29 625 596
3 Lampu III 20 cm 29 274 245
30 cm 29 124 95
10 cm 29 477 448
4 Lampu IV 20 cm 29 235 206
30 cm 29 139 110
10 cm 29 525 496
5 Lampu V 20 cm 29 418 389
30 cm 29 205 176

11
BAB V
PEMBAHASAN DAN ANALISA

5.1 Perhitungan Intensitas


Lampu = intensitas awal = insensitas akhir = insensitas lampu

Intentitas Intentitas Intentitas


No Jenis Lampu Jarak
Awal Akhir Lampu
10 cm 29 420 391
1 Lampu I 20 cm 29 86 57
30 cm 29 35 6

Lampu 1

Jarak 10cm = 29 – 420 = 391

Jarak 20cm = 29 – 86 = 57

Jarak 30cm = 29 – 35 = 6

Intentitas Intentitas Intentitas


No Jenis Lampu Jarak
Awal Akhir Lampu
10 cm 29 332 303
2 Lampu II 20 cm 29 156 127
30 cm 29 87 58

Lampu 2

Jarak 10cm = 29 – 332 = 303

Jarak 20cm = 29 – 156 = 127

Jarak 30cm = 29 – 87 = 58

12
Intentitas Intentitas Intentitas
No. Jenis Lampu Jarak
Awal Akhir Lampu
10 cm 29 625 596
3 Lampu III 20 cm 29 274 245
30 cm 29 124 95

Lampu 3

Jarak 10cm = 29 – 625 = 596

Jarak 20cm = 29 – 274 = 245

Jarak 30cm = 29 – 124 = 95

Intentitas Intentitas Intentitas


No. Jenis Lampu Jarak
Awal Akhir Lampu
10 cm 29 477 448
4 Lampu IV 20 cm 29 235 206
30 cm 29 139 110

Lampu 4

Jarak 10cm = 29 – 477 = 448

Jarak 20cm = 29 – 235 = 206

Jarak 30cm = 29 – 139 = 110

Intentitas Intentitas Intentitas


No. Jenis Lampu Jarak
Awal Akhir Lampu

13
10 cm 29 525 496
5 Lampu V 20 cm 29 418 389
30 cm 29 205 176

Lampu 5

Jarak 10cm = 29 – 525 = 496

Jarak 20cm = 29 – 418 = 389

Jarak 30cm = 29 – 205 = 176

14
BAB VI
KESIMPULAN

6.1.Kesimpulan
Dapat Disimpulkan bahwa Cahaya adalah energi berbentuk gelombang
elektromagnetik yang kasat mata dengan panjang gelombang sekitar 380-750 nm. Pada
bidang fsika, cahaya adalah radiasielektromagnetik, baik dengan panjang gelombang
kasat mata maupun yang tidak. Selain itu, cahaya adaah partikel yang disebut foton.
1. Gelombang cahaya adalah gelombang elektromagnetik yang dapat diteruskan
melalui ruang hampa atau melalui material yang transparan. Gelombang cahaya
dapat dihasilkan oleh sumber cahaya, seperti lampu, bintang, atau sinar matahari,
dan dapat di deteksi oleh indera manusia sebagai penglihatan.
2. Luxmeter adalah alat ukur kuat penerangan dalam suatu ruang. Satuan ukur
luxmeter adalah lux. Luxmeter juga di sebut digital light meter. Alat ini
dilengkapi-sensor cahaya yang sangat peka terhadap perubahan jumlah cahaya
yang diterima.

3. Adapun beberapa sifat atau karakteristik dari gelombang cahaya :


• Merambat Lurus
• Dapat Dipantulkan (Refleksi)
• Dapat dibiaskan (Refraksi)
• Dapat diuraikan (Dispersi)
• Dapat Diserap (Absorpsi)
• Dapat Disearahkan (Polarisasi)
• Dapat menembus benda bening
4. Faktor yang mempengaruhi sifat-sifat cahaya adalah (diameter/lebar celah), (jarak
celah ke layar), nilai n (orde ke- n), dan p (jarak pola terang ke terang pusat).

15
6.2 Saran
Adapun saran yang dapat diberikan penulis untuk penelitian selanjutnya sehingga
berguna untuk mendapatkan hasil penelitian yang lebih baik. dan untuk memahami lebih
lanjut tentang fenomena gelombang Cahaya, kita perlu belajar tentang konsep-konsep
fisika yang terkait, seperti hukum-hukum fisika yang berlaku pada gelombang Cahaya,
dan cara mengukur dan menganalisis sifat-sifat gelombang Cahaya. Selain itu, kita juga
dapat belajar tentang cara menggunakan dan mengaplikasikan pengetahuan tentang
gelombang Suara dalam kehidupan sehari-hari, seperti dalam teknologi komunikasi,
teknologi Cahaya, dan teknologi medis seperti sinar-X.

16
DAFTAR PUSTAKA

Fatma, S., Putri, D., Materi, J., & Jmpf, F. (2022). Analisis Intensitas Cahaya di Dalam
Ruangan dengan Menggunakan Aplikasi Smart Luxmeter Berbasis Android. 12,
51–55.

Zakiah, I. F., Karim, S., Efendi, R., & Feranie, S. (2021). Rancang Bangun E-book
Interaktif pada Materi Gelombang Cahaya. Wahana Pendidikan Fisika, 6(1).

Halliday, D. dan Resnick, R., 1978, Fisika Jilid 2, Terjemahan Pantur Silaban

Giancoli, Douglas C., 2001, Fisika Jilid I

Saleh, B.E.A. dan Teich, M.C., 1991, Fundamental of Photonics, John Wiley & Sons,
Inc.,

Kanada.

Thobega, Moreetsi., and Gregg Moller. 2007. “Supervisory Behaviors of Cooperating


Agricultural Education Teachers”. Journal of Agricultural Education Volume
48, Number 1, pp. 64 – 74

Maxwell, J. (2011). The Scientific Papers of James Clerk Maxwell (Cambridge Library
Collection - Physical Sciences) (W. Niven, Ed.)

17
LAMPIRAN

18
LAPORAN PRAKTIKUM
FISIKA DASAR
MODUL III (INDUKSI ELEKTROMEGNETIK)

Disusun Oleh :
Kelompok 9

1. Muhammad Saputra 202210715162

2.Dodo Sugendro 202210715113


3. Christian Noah Sipahutar 202210715175
4.Muhammad Zaky Maulana 202210715130
5.Moch.Alfitho Riezky Sianani 202210715150

FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BHAYANGKARA JAKART RAYA
2022/2023

19
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR


MODUL III
(GELOMBANG BUNYI)

Bekasi, Januari 2023

Mengetahui,

Asisten Asisten

Afif Febryanto Nur Aeni


(202010215056) (202110215039)

Dosen Pengampu Mata Kuliah

Rafika Sari M.Si


(0329098902)

i
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................................. i


DAFTAR ISI .................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................... 3
1.1 Latar Belakang ........................................................................................................ 3
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................... 4
1.3 Tujuan Pengamatan ................................................................................................. 4
1.4 Waktu Pengamatan .................................................................................................. 4
1.5 Sistematika Penulisan .............................................................................................. 4
BAB II LANDASAN TEORI ....................................................................................... 6
2.1 Kemagnetan ............................................................................................................. 6
2.2 Induksi Elektromagnetik ......................................................................................... 6
2.3 Medan Magnet ......................................................................................................... 7
BAB III METODOLOGI ........................................................................................... 10
3.1 Alat dan Bahan (Software yang digunakan).......................................................... 10
3.2 Flowchart Pengamatan .......................................................................................... 11
3.3 Alur Pengamatan (Sesuai dengan flowchart Pengamatan).................................... 12
BAB IV PENGUMPULAN DATA ............................................................................. 13
BAB V PEMBAHASAN DAN ANALISA ................................................................. 16
BAB VI KESIMPULAN .............................................................................................. 19
6.1.Kesimpulan............................................................................................................ 19
6.2.Saran ...................................................................................................................... 20
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... 22
LAMPIRAN ................................................................................................................... 23

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Semua magnet baik yang bentuknya batang atau tapal kuda memiliki dua ujung atau
muka yang disebut kutub, dimana efek magnet paling kuat. Jika magnet digantungkan dengan
benang, ternyata satu kutub magnet akan selalu menunjuk ke utara. Merupakan fakta yang telah
lama dikenal jika dua magnet didekatkan, masing-masing akan memberikan gaya pada yang
lainnya. Gaya tersebut bisa berupa gaya tolak menolak atau tarik menarik dan dapat dirasakan
bahwa bahkan saat magnet-magnet tersebut tidak bersentuhan. Jika kutub utara suatu magnet
didekatkan ke kutub utara magnet yang lain maka akan terjadi gaya tolak menolak. Begitu juga
jika dua kutub selatan saling didekatkan maka akan terjadi gaya tolak menolak. Tetapi ketika
kutub utara suatu magnet didekatkan dengan kutub selatan magnet lain maka akan terjadi gaya
tarik-menarik antara kedua kutub tersebut.

Selama abad ke-18, banyak filsuf ilmu alam yang mencoba menemukan hubungan
antara listrik dan magnet. Muatan listrik yang stasioner dan magnet tampak tidak saling
mempengaruhi. Tetapi pada tahun 1820, Hans Cristian Oersted (1777-1851) menemukan
bahwa lketika jarum kompas diletakkan di dekat kawat listrik, jarum akan menyimpang saat
kawat dihubungkan ke sumber tegangan dan arus mengalir. Jarum kompas dapat dibelokkan
oleh medan magnet. Apa yang ditemukan Oersted adalah bahwa arus listrik menghasilkan
medan magnet.

Pada tahun 1830 Michael Faraday dan Joseph Henry memperagakan dalam percobaan
terpisah bahwa medan magnet yang berubah aken menghasilkan medan listrik. Pada tahun 1860
James Clerk Maxwell mengembangkan sebuah teori lengkap tentang listrik dan magnetisme
yang menunjukkan bahwa suatu perubahan medan listrik akan menghasilkan medan magnet.

Sebuah kumparan kawat panjang yang terdiri dari banyak loop disebut solenoida.
Solenoida adalah sebuah kawat panjang yang dililitkan dalam sebuah helix yang terbungkus

3
rapat dan yang mengangkut sebuah arus I. Medan magnet solenoida merupakan jumlah vektor
Dengan kata lain setiap kumparan menghasilkan medan magnet.

1.2 Rumusan Masalah


1. Menentukan arah kutub utara dan kutub selatan magnet
2. Menentukan arah induksi pada selenoida
3. Menjelaskan konsep gerak gaya listrik induksi magnet
1.3 Tujuan Pengamatan
Menyelidiki konsep induksi elektromagnetik atau gejala kelistrikan yang terjadi karena induksi
1.4 Waktu Pengamatan
HARI/TANGGAL:Sabtu,24 desember 2022
PUKUL: 08:00 – 10:00
TEMPAT:Laboratorium fisika falkultas ilmu komputer universitas bhayangkara Jakarta raya
1.5 Sistematika Penulisan
Laporan praktikum ini dibagi menjadi dalam beberapa bab oleh penulis. Hal ini bertujuan agar
para pembaca lebih mudah untuk memahami isi maupun materi yang dipaparkan atau
terkandung di dalamnya, yaitu sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini menjelaskan latar belakang penulisan laporan praktikum, perumusan masalah,
pembatasan masalah dan sistematis penulisan.
BAB II : LANDASAN TEORI
Bab ini menjelaskan mengenai hasil dari laporan praktikum yang telah dilaksanakan.
BAB III : METODOLOGI
Bab ini menjelaskan tentang alat dan bahan, alur flowchart dan Langkah pengamatan laporan
peraktikum hingga terjadinya laporan ini.
BAB IV : PENGUMPULAN DATA
Bab ini menjelasskan tentang Analisa bab dari laporan ini.
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

4
Bab ini merupakan bagian dari kesimpulan dan saran-saran tentang laporan praktikum fisika
dasar yang telah dikemukakan pada bagian materi.
DAFTAR PUSTAKA
Berisikan daftar buku atau alamat informasi yang digunakan sebagai rujukan atau referensi
dalam laporan ini
LAMPIRAN
Berisikan arsip data bukti yang diperlukan terkait praktikum.

5
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Kemagnetan
Kemagnetan adalah suatu sifat zat yang teramati sebagai suatu gaya Tarik atau gaya
tolak antara kutub-kutub tidak senama atau senama. Gaya magnet paling kuat di dekat ujung-
ujung atau kutub-kutub magnet tersebut. Semua magnet memiliki dua kutub magnet yang
berlawanan,utara (U) dan selatan (S). Ada bahan-bahan yang dapat ditarik magnet, disebut
bahan magnetic dan bahan yang tidak dapat ditarik magnet, disebut bahan non-magnetik.
Besar arus atau tegangan induksi bergantung pada tiga hal berikut:

a. Jumlah lilitan. Semakin banyak lilitan pada kumparan, semakin besar tegangan yang

diinduksikan.

b. Kecepatan gerakan medan magnet. Semakin cepat garis gaya magnet yang mengenai

konduktor, semakin besar tegangan induksi.

c. Jumlah garis gaya magnet. Semakin besar jumlah garis gaya magnet yang mengenai

konduktor, semakin besar tegangan induksi.

2.2 Induksi Elektromagnetik


Induksi elektromagnetik adalah peristiwa timbulnya Gaya Gerak Listrik (GGL) pada
kumparan akibat perubahan fluks magnetik. Pada percobaan Michael Faraday tahun 1821
membuktikan bahwa perubahan medan magnet dapat menimbulkan arus lisrtik. Faraday
menyimpulkan bahwa medan magnet yang konstan tidak dapat menghasilkan arus, dan laju
perubahan fluks magnet pada suatu kumparan menimbulkan GGL induksi yang besarnya
juga dipengaruhi oleh banyaknya lilitan.Fluks magnet dapat diartikan sebagai perkalian
antara medan magnet dengan luas bidang yang letaknya tegak lurus dengan induksi
magnetnya. Secara matematis dapat ditulis:

6
φ = B̅. A

φ = FluksMagnet

B = Induksi Magnet

A = Luas Bidang

ε = GGL Induksi (Volt)

N = Jumlah lilitan (∆Φ)

ε = GGL Induksi (Volt)

N = Jumlah lilitan

Faraday dalam percobaannya, dapat membangkitkan arus listrik dari suatu konduktor
dengan menggerak-gerakkan batang magnet yang berada di dekat bahan konduktor tersebut.
Hal serupa juga dapat dilakukan seperti dengan mengalirkan arus bolak-balik pada kawat
konduktor, sebagai penginduksi kawat konduktor lain yang sejajar dan berada didekatnya.
Konsep dua kawat sejajar ini tidak lain merupakan prinsip dasar penggunaan dua solenida
dalam praktikum ini, di mana solenoid besar bertindak sebagai kawat penginduksi dan
solenoid kecil sebagai kawat yang diinduksi.( Anonymous. 2010. Petunjuk Praktikum Fisika
Eksperimen II. Laboratorium Fisika Lanjutan Jurusan Fisika FMIPA Universitas Brawijaya.
Malang)

2.3 Medan Magnet

Kuat medan magnet dalam suatu solenoida dengan diameter d diberikan oleh
persamaan 1. Jika diberikan solenoida dengan diameter yang lebih kecil, diletakkan sejajar

7
dan tepat di tengah-tengah solenoid, jumlah fluks yang mengenai kawat pada solenoid kecil
nilainya akan sebanding dengan persamaan 2.

B = μ oN
Di mana:
B = Kuat medan magnet
μo = Permaebilitas udara=4π x 10-7 T.m/A
N = jumlah lilitan persatuan Panjang
I = arus yang diberikan pada solenoida
∅ = Ban

dengan:
B = Kuat medan solenoid besar
A = Luas lingkaran solenoid kecil
n = Jumlah lilitan solenoid kecil
∅ = Fluks magnet

Gambar 1. medan magnet pada solenoida

Dan apabila fluks magnet yang mengenai solenoid kecil berasal dari arus yang mengalir
bolak-balik (AC), maka pada kawat yang terkenai medan tersebut akan terjadi ggl induksi (εe)
yang nilainya sebanding dengan persamaan :

d∅ dBAn
εe = - =
Dt Dt

8
d (μoNI)
= -An
Dt
dI
εe = Uind = -ANnμo
Dt

Uind dapat disebut juga sebagai tegangan hasil induksi arus penginduksi I. Kemudian
berdasarkan persamaan 3 di atas, karena Uind berbanding lurus dengan I, maka dapat
diasumsikan pula Uind berbanding lurus dengan U penginduksinya.( Serway, and Jewett.
2002. Principles of Physics. Edisi ketiga. Thomson Learning. Singapore

9
BAB III
METODOLOGI

3.1 Alat dan Bahan (Software yang digunakan)


1. Laptop dengan koneksi internet
2. Alat tulis

10
3.2 Flowchart Pengamatan

11
3.3 Alur Pengamatan (Sesuai dengan flowchart Pengamatan)
a) atur kutub magnet
b) atur jumlah lilitan
c) kekuatan magnet
d) atur posisi jarum galvanometer
e) ulang langkah 2-5 dengan kutub magnet,jumlah magnet dan kekuatan magnet yang di
tentukan

12
BAB IV
PENGUMPULAN DATA

INDUKSI ELEKTROMAGNETIK

KUTUB JUMLAH KEKUATAN GERAKAN POSISI JARUM ARAH


MAGNET LILITAN MAGNET MAGNET GALVANOMETER SIMPANGAN
DIAM 0 0
U 250 30% CEPAT 5 KANAN
LAMBAT 1 KANAN
DIAM 0 0
U 500 30% CEPAT 10 KANAN
LAMBAT 5 KANAN
DIAM 0 0
U 750 30% CEPAT 20 KANAN
LAMBAT 9 KANAN
DIAM 0 0
U 250 50% CEPAT 8 KANAN
LAMBAT 1 KANAN
DIAM 0 0
U 500 50% CEPAT 19 KANAN
LAMBAT 3 KANAN
DIAM 0 0
U 750 50% CEPAT 20 KANAN
LAMBAT 12 KANAN
DIAM 0 0
U 250 100% CEPAT 10 KANAN
LAMBAT 3 KANAN

13
DIAM 0 0
U 500 100% CEPAT 15 KANAN
LAMBAT 5 KANAN
DIAM 0 0
U 750 100% CEPAT 30 KANAN
LAMBAT 11 KANAN
DIAM 0 0
S 250 30% CEPAT 2 KIRI
LAMBAT 1 KIRI
DIAM 0 0
S 500 30% CEPAT 10 KIRI
LAMBAT 7 KIRI
DIAM 0 0
S 750 30% CEPAT 21 KIRI
LAMBAT 9 KIRI
DIAM 0 0
S 250 50% CEPAT 5 KIRI
LAMBAT 1 KIRI
DIAM 0 0
S 500 50% CEPAT 20 KIRI
LAMBAT 8 KIRI
DIAM 0 0
S 750 50% CEPAT 30 KIRI
LAMBAT 11 KIRI
DIAM 0 0
S 250 100% CEPAT 9 KIRI
LAMBAT 2 KIRI
DIAM 0 0
S 500 100%
CEPAT 30 KIRI

14
LAMBAT 10 KIRI
DIAM 0 0
S 750 100% CEPAT 30 KIRI
LAMBAT 21 KIRI

15
BAB V
PEMBAHASAN DAN ANALISA

Saat magnet diletakkan di atas kumparan dalam keadaan diam, jarum amperemeter juga
diam. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada arus listrik yang timbul dalam kumparan. Saat
magnet digerakkan masuk-keluar kumparan, jarum amperemeter juga ikut bergerak. Hal ini
menunjukkan bahwa ada arus listrik yang timbul dalam kumparan yang disebut Gaya Gerak
Listrik induksi. Ini sesuai dengan hukum faraday, di mana perubahan medan magnet
menghasilkan arus listrik. Lalu ketika magnet batang digerakkan lebih cepat dari sebelumnya,
arus yang terlihat di amperemeter naik, ini membuktikan bahwa kecepatan magnet batang
berbanding lurus dengan besar listrik yang ditimbulkan. Ini sesuai dengan apa yang dikatakan
faraday bahwa laju perubahan medan magnet mempengaruhi besar GGL Induksi yang
dihasilkan. Berdasarkan data hasil pengamatan juga didapatkan bahwa semakin banyak lilitan
pada kumparan, semakin besar tegangan yang diinduksikan; Semakin cepat garis gaya magnet
yang mengenai konduktor, semakin besar tegangan induksi; magnet. Semakin besar jumlah
garis gaya magnet yang mengenai konduktor, semakin besar tegangan induk

KUTUB JUMLAH KEKUATAN GERAKAN POSISI JARUM ARAH


MAGNET LILITAN MAGNET MAGNET GALVANOMETER SIMPANGAN
DIAM 0 0
U 250 30% CEPAT 5 KANAN
LAMBAT 1 KANAN
DIAM 0 0
U 500 30% CEPAT 10 KANAN
LAMBAT 5 KANAN
DIAM 0 0
U 750 30% CEPAT 20 KANAN
LAMBAT 9 KANAN
U 250 50% DIAM 0 0

16
CEPAT 8 KANAN
LAMBAT 1 KANAN
DIAM 0 0
U 500 50% CEPAT 19 KANAN
LAMBAT 3 KANAN
DIAM 0 0
U 750 50% CEPAT 20 KANAN
LAMBAT 12 KANAN
DIAM 0 0
U 250 100% CEPAT 10 KANAN
LAMBAT 3 KANAN
DIAM 0 0
U 500 100% CEPAT 15 KANAN
LAMBAT 5 KANAN
DIAM 0 0
U 750 100% CEPAT 30 KANAN
LAMBAT 11 KANAN
DIAM 0 0
S 250 30% CEPAT 2 KIRI
LAMBAT 1 KIRI
DIAM 0 0
S 500 30% CEPAT 10 KIRI
LAMBAT 7 KIRI
DIAM 0 0
S 750 30% CEPAT 21 KIRI
LAMBAT 9 KIRI
DIAM 0 0
S 250 50%
CEPAT 5 KIRI

17
LAMBAT 1 KIRI
DIAM 0 0
S 500 50% CEPAT 20 KIRI
LAMBAT 8 KIRI
DIAM 0 0
S 750 50% CEPAT 30 KIRI
LAMBAT 11 KIRI
DIAM 0 0
S 250 100% CEPAT 9 KIRI
LAMBAT 2 KIRI
DIAM 0 0
S 500 100% CEPAT 30 KIRI
LAMBAT 10 KIRI
DIAM 0 0
S 750 100% CEPAT 30 KIRI
LAMBAT 21 KIRI

18
BAB VI
KESIMPULAN

6.1.Kesimpulan
1). Magnet selalu memiliki dua kutub, yaitu kutub utara dan kutub selatan. Kutub-kutub yang
senama bila didekatkan akan saling tolak menolak, sedangkan kutub-kutub yang berbeda
nama bila didekatkan akan saling tarik-menarik.
Bumi sifat kemagnetan. Secara geografis, kutub utara magnet bumi berada di selatan bumi
dan kutub selatan magnet bumi berada di utara bumi. Jarum kompas selalu menghadap utara
karena adanya gaya tarik menarik-menarik antara kutub utara magnet dan kutub selatan
magnet bumi yang berada di kutub utara bumi.Berdasarkan sifat jarum kompas tersebut,
penentuan kutub magnet batang dapat dilakukan dengan percobaan sederhana yaitu dengan
metakkan magnet batang di atas gabus. Kemudian apungkan di permukaan air, maka ujung
magnet yang menunjuk ke arah utara adalah kutub utara magnet, dan ujung magnet yang
menunjuk arah selatan adalah kutub selatan magnet.
2).Induktansi diri L sebuah solenoida dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan 4 pada
induksi elektromagnetik. Medan magnet di dalam solenoida adalah:

B = μ .n.I

dengan n = N/l, dari persamaan 3. pada induksi elektromagnetik dan (1) akan diperoleh:

Jadi,

karena ΦB = B.A = μ0.N.I.A / l, Perubahan I akan menimbulkan perubahan fluks sebesar :

19
Sehingga:

dengan:

L = induktansi diri solenoida atau toroida ( H)


μ0 = permeabilitas udara (4 π × 10-7 Wb/Am)
N = jumlah lilitan
l = panjang solenoida atau toroida (m)
A = luas penampang (m2)
3). Konsep yang digunakan dalam menjawab soal ini adalah definisi ggl induksi kumparan.
Gaya gerak listrik induksi (disingkat ggl induksi) adalah gaya gerak listrik yang timbul di dalam
kumparan yang diakibatkan karena adanya perubahan medan magnet dengan tempo yang cepat.
Gaya ini mencakup sejumlah fluks magnetik. Gaya gerak listrik induksi hanya terjadi jika fluks
magnetik muncul dalam jumlah yang berbeda-beda. Perubahan jumlah fluks magnetik ini harus
terjadi seiring waktu. Gaya gerak listrik induksi dihasilkan oleh perubahan fluks magnetik
dengan nilai yang berbanding lurus dengan laju perubahan fluks.
gaya gerak listrik induksi kumparan merupakan gaya gerak listrik yang timbul di dalam
kumparan yang diakibatkan karena adanya perubahan medan magnet dengan tempo yang cepat
6.2.Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, saran yang dapat peneliti sampaikan adalah
sebagai berikut:

20
1.Bagi dosen fisika agar dapat menggunakan alat praktikum dalam proses pembelajaran,
karena penggunaan alat praktikum sebagai salah satu alternatif untuk meningkatkan dan
mengeksplorasi pemahaman konsep mahasiswa.
2.Diharapkan untuk guru dan peneliti lanjutan agar dapat membuat dan mengembangkan alat
yang lebih bagus, sehingga dengan alat yang dikembangkan siswa benar-baenar paham akan
konsep yang diajarkan.
3.Diharapkan untuk penelitian lanjutan dengan pokok bahasan dan alat praktikum yang sama
agar alat praktikum induksi magnetik pada solenoida dapat digunakan untuk meningkatkan
berpikir kritis dan berpikir kreatif mahasiswa, karena berfikir kraetif dan kritis adalah proses
berpikir yang sangat penting

21
DAFTAR PUSTAKA

Anonymous. 2010. Petunjuk Praktikum Fisika Eksperimen II. Laboratorium Fisika Lanjutan
Jurusan Fisika FMIPA Universitas Brawijaya. Malang

Serway, and Jewett. 2002. Principles of Physics. Edisi ketiga. Thomson Learning. Singapore

22
LAMPIRAN

23
LAPORAN PRAKTIKUM
FISIKA DASAR
MODUL IV (KARAKTERISTIK RANGKAIAN LISTRIK)

Disusun Oleh :
Kelompok 9

1. Muhammad Saputra 202210715162

2. Dodo Sugendro 202210715113


3. Christian Noah Sipahutar 202210715175
4. Muhammad Zaky Maulana 202210715130
5. Moch. Alfitho Riezky Sianani 202210715150

FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BHAYANGKARA JAKART RAYA
2022/2023

24
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR
MODUL IV
(RANGKAIAN LISTRIK)

Bekasi, Januari 2023

Mengetahui,

Asisten Asisten

Afif Febryanto Nur Aeni


(202010215056) (202110215039)

Dosen Pengampu Mata Kuliah

Rafika Sari M.Si


(0329098902)

i
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................................. i


DAFTAR ISI .................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................................ 1
1.3 Tujuan Pengamatan .......................................................................................................... 1
1.4 Waktu ............................................................................................................................... 1
1.5 Sistematika Penulisan ....................................................................................................... 1
BAB II LANDASAN TEORI ........................................................................................ 3
2.1 Hukum Ohm ..................................................................................................................... 3
2.2 Resistivitas........................................................................................................................ 4
BAB III METODOLOGI .............................................................................................. 6
3.1 Alat dan Bahan (Software yang digunakan) ..................................................................... 6
3.2 Flowchart Pengamatan ..................................................................................................... 7
3.3 Alur Pengamatan .............................................................................................................. 8
BAB IV PENGUMPULAN DATA ............................................................................... 9
RANGKAIAN PARAREL ............................................................................................. 9
BAB V PEMBAHASAN DAN ANALISA ................................................................. 10
5.1 Pembahasan Rangkaian Seri dan Paralel........................................................................ 10
BAB VI KESIMPULAN .............................................................................................. 11
6.1 Kesimpulan..................................................................................................................... 11
6.2 Saran ............................................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 1
LAMPIRAN ..................................................................................................................... 2

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Rangkaian Listrik adalah sebuah jalur atau rangkaian sehingga elektron dapat mengalir dari sumber
voltase atau arus listrik. Proses perpindahan elektron inilah yang kita kenal sebagai listrik. Elektron
dapat mengalir pada material penghantar arus listrik yakni konduktor. Oleh karena itu kabel yang
dipakai pada rangkaian listrik karena kabel terbuat dari tembaga yang dapat menghantarkan arus listrik.

Lampu adalah beban listrik dan sumber listrik berasal dari baterai. Listrik mengalir melalui kabel
dan saklar berfungsi untuk memutus atau menyambungkan aliran listrik. Simbol universal untuk beban
listrik adalah hambatan (resistor). Terdapat dua tipe rangkaian yaitu: rangkaian seri dan rangkaian
paralel. Rangkaian seri dan paralel dapat dikombinasikan sehingga menjadi rangkaian campuran

1.2 Rumusan Masalah


3. Jelaskan bunyi hukum Ohm!
4. Tulis kan fungsi resistor,diaoda,kapasitor dan transistor!

1.3 Tujuan Pengamatan


3. Menyelidiki karakteristik I – V dari beberapa elemen listrik seperti lampu pijar,dan resistor
4. Mengenal bahan – bahan yang memenuhi dan tidak memenuhi hukum Ohm

1.4 Waktu
Hari / Tanggal : Sabtu, 24 Desember 2022
Pukul : 08.00 – 10.00 WIB
Tempat : Labroratorium Fisika Fakultas Ilmu Komputer Universitas Bhayangkara Jakarta Raya

1.5 Sistematika Penulisan


Laporan praktikum ini dibagi menjadi dalam beberapa bab oleh penulis. Hal ini bertujuan agar para
pembaca lebih mudah untuk memahami isi maupun materi yang dipaparkan atau terkandung di
dalamnya, yaitu sebagai berikut :

1
BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini menjelaskan latar belakang penulisan laporan praktikum, perumusan masalah, pembatasan
masalah dan sistematis penulisan.
BAB II : LANDASAN TEORI
Bab ini menjelaskan mengenai hasil dari laporan praktikum yang telah dilaksanakan.
BAB III : METODOLOGI
Bab ini menjelaskan tentang alat dan bahan, alur flowchart dan Langkah pengamatan laporan
peraktikum hingga terjadinya laporan ini.
BAB IV : PENGUMPULAN DATA
Bab ini menjelasskan tentang Analisa bab dari laporan ini.
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini merupakan bagian dari kesimpulan dan saran-saran tentang laporan praktikum fisika dasar
yang telah dikemukakan pada bagian materi.
DAFTAR PUSTAKA : Berisikan daftar buku atau alamat informasi yang digunakan sebagai
rujukan atau referensi dalam laporan ini.
LAMPIRAN : Berisikan arsip data bukti yang diperlukan dalam terkait praktikum.

2
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Hukum Ohm


Hukum Ohm adalah suatu pernyataan bahwa besar arus listrik yang mengalir melalui sebuah
penghantar selalu berbanding lurus dengan beda potensial yang diterapkan kepadanya. Sebuah
benda penghantar dikatakan mematuhi hukum Ohm apabila nilai resistansinya tidak bergantung
terhadap besar dan polaritas bedapotensial yang dikenakan kepadanya. Walaupun pernyataan ini
tidak selalu berlaku untuk semua jenis penghantar, namun istilah "hukum" tetap digunakan dengan
alasan sejarah. Secara matematis hukum Ohm diekspresikan dengan persamaan:

V = IR , dimana :

• I adalah arus listrik yang mengalir pada suatu penghantar dalam satuanampere.

• V adalah tegangan listrik yang terdapat pada kedua ujung penghantardalam satuan
volt.

• R adalah nilai hambatan listrik (resistansi) yang terdapat pada suatu penghantar dalam
satuan ohm.

Hukum ini dicetuskan oleh George Simon Ohm, seorang fisikawan dari Jermanpada tahun 1825
dan dipublikasikan pada sebuah paper yang berjudul The Galvanic Circuit Investigated
Mathematically pada tahun 1827.

Sebuah benda penghantar (konduktor) dikatakan mematuhi hukum Ohm apabila nilai resistansinya
tidak bergantung terhadap besar dan polaritas beda potensial yang diberikan kepada konduktor
tersebut. Walaupun pernyataan ini tidak selalu berlaku untuk semua jenis penghantar, namun istilah
“hukum” tetap digunakan dengan alasan sejarah. Berlakunya hukum ohm sangat terbatas pada
kondisi-kondisi tertentu, bahkan hukum ini tidak berlaku jika suhu konduktor tersebut berubah.
Untuk material – material atau piranti elektronika tertentu sepertidiode dan transistor, hubungan I
dan V tidak linier.

3
Ada 2 bunyi hukum Ohm yaitu :

1. Besarnya arus listrik yang mengalir sebanding dengan besarnya beda potensial
(Tegangan). Untuk sementara tegangan dan beda potensial dianggap sama walau
sebenarnya kedua secara konsep berbeda. Secara matematika di tuliskan V ∞ I, Untuk
menghilangkan kesebandingan ini maka perlu ditambahkan sebuah konstanta yang
kemudian di kenal dengan Hambatan (R) sehingga persamaannya menjadi V = I.R.
Dimana V adalah tegangan (volt), I adalah kuat arus (A) dan R adalah hambatan (Ohm).
2. Perbandingan antara tegangan dengan kuat arus merupakan suatu bilangan konstan
yang disebut hambatan listrik. Secara matematika di tuliskan V/I = R atau dituliskan V
= I.R.
Fungsi utama hukum Ohm adalah digunakan untuk mengetahui hubungan tegangan dan kuat
arus serta dapat digunakan untuk menentukan suatu hambatan beban listrik tanpa menggunakan
Ohmmeter. Kesimpulan akhir hukum Ohm adalah semakin besar sumber tegangan maka semakin
besar arus yang dihasilkan.Kemudian konsep yang sering salah pada siswa adalah hambatan listrik
dipengaruhi oleh besar tegangan dan arus listrik. Konsep ini salah, besar kecilnya hambatan listrik
tidak dipengaruhi oleh besar tegangan dan arus listrik tetapi dipengaruhi oleh panjang penampang,
luas penampang dan jenis bahan.

2.2 Resistivitas
Resistivas merupakan sifat dari medium. Zat dengan sifat konduktifitas yang baik memiliki
resistivas yang sangat kecil, sedangkan zat yang bersifat isolator sebaliknya. Resistansi (juga
resistivas) suatu bahan akan meningkat dengan naiknya temperature, dalam hal iniyang terjadi
adalah kenaikan temperature membuat elektron bergerak lebih aktif dan lebih banyak tumbukan
yang terjadi sehingga arus listrik menjadi terhambat. Resistansi juga merupakan fungsi dari
temperatur (dipengaruhi oleh temperatur) dengan rumusan sebagai berikut: R =Ro(1+@.delta T)
Dengan:

R = resistansi pada temperature T

Ro = resistansi pada temperatur kamar

(To)a = koefisisen temperature resistansi


Hambatan dipengaruhi oleh 3 faktor yaitu panjang, luas dan jenis bahan. Hambatan

4
berbanding lurus dengan panjang benda, semakin panjang maka semakin besar hambatan suatu
benda. Hambatan juga berbanding terbalik dengan luas penampang benda, semakin luas
penampangnya maka semakin kecil hambatannya. Inilah alasan mengapa kabel tiang listrik dibuat
besar-besar, tujuannya adalah untuk memperkecil hambatan sehingga tegangan bisa mengalir
dengan mudah. Hambatan juga berbanding lurus dengan jenis benda (hambatan jenis) semakin
besar hambatan jenisnya maka semakin besar hambatan benda itu. Secara matematika dapat
dituliskan :

R = ρ L/A dimana :
R adalah nilai hambatan listrik

(ohm) ρ adalah hambatan jenis(ohmmeter)

L adalah panjang benda (m)

A adalah luas penampang (m kuadrat) biasanya luas penampang bentuknyalingkara

5
BAB III
METODOLOGI

3.1 Alat dan Bahan (Software yang digunakan)

1. Sumber Tegangan AC/DC

2. Ammeter AC/DC, Voltmeter AC/DC

3. Elemen Listrik, terdiri dari; lampu pijar 12v;8 watt;resistor

4. Hambatan Variabel

5. Saklar

6
3.2 Flowchart Pengamatan

mulai

Persiapkan alat dan bahan

Nyalakan multimeter

Tempel komponen ke
Tegangan Sumber(DC)

Mulai pengukuran

Baca hasil pengukuran

Matikan multimeter apabila sudah yakin dengan hasilnya

Catat hasil pengukuran

selesai

7
3.3 Alur Pengamatan
A. Rangkaian Seri
1. Susunlah rangkaian tersebut dengan rangkaian seri.Kemudian, hubungkan dengan sumber
tegangan 12V DC.
2. Putar saklar di multimeter ke arah ohm untuk mengukur hambatan dari ketiga resistor
tersebut.
3. Putar saklar multimeter tersebut ke arah (V) untuk mengukur sumber tegangan dan mengukur
tegangan yang masuk melewati R1, R2, R3.
4. Putar saklar multimeter ke arah arus untuk mengukur (I TOTAL) yang melewati R1,R2,R3.

B. RANGKAIAN PARAREL
1. Susunlah rangkaian tersebut dengan rangkaian pararel.Kemudian, hubungkan dengan sumber
tegangan 12V DC.
2. Putar saklar di multimeter ke arah ohm untuk mengukur hambatan dari ketiga resistor
tersebut.
3. Putar saklar multimeter tersebut ke arah (V) untuk mengukur sumber tegangan dan mengukur
tegangan yang masuk melewati R1, R2, R3.
4. Putar saklar multimeter ke arah arus untuk mengukur (I TOTAL) yang melewati R1,R2,R

8
BAB IV
PENGUMPULAN DATA

RANGKAIAN SERI

NO Sumber VR1 VR2 VR3 V Total Irang R1 R2 R3


tegangan

1 7.6 5 7.2 4.6 7.2 4.6 365 240 500

2 7.6 7 4.8 4.2 7 7 200.000 500 400

3 7.6 6.2 5.4 3 4.5 2.2 500 50 400

RANGKAIAN PARAREL

NO Sumber VR1 VR2 VR3 V Irang R1 R2 R3


tegangan Total

1 6.6 6 6 6 6 2.8 365 240 500

2 6.6 4 4 4 4 2.4 200.000 500 400

3 6.6 4 3 3.4 3.4 3 500 50 400

9
BAB V
PEMBAHASAN DAN ANALISA

5.1 Pembahasan Rangkaian Seri dan Paralel


Dalam pengambilan data yang telah dilakukan pada suatu ruangan, dimana ruangan tersebut digunakan
untuk menguji rangkaian yang telah kami buat dan siap untuk di ujicobakan. Hasil yang telah diperoleh
adalah sebagai berikut:

Berdasarkan hasil pengambilan data yang telah dilakukan dan diperoleh dengan alat ukur multimeter,
hambatan yang kita pakai berbeda-beda dengan 9 buah resistor dan 1 buah tegangan sumber 12V DC.

10
BAB VI
KESIMPULAN

6.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari praktik gelombang bunyi di Labroratorium Fisika Fakultas Ilmu
Komputer Universitas Bhayangkara Jakarta Raya yang dilaksanakan pada tanggal Sabtu, 24 Desember
2022 antara lain:
1. Hukum ohm adalah suatu pernyataan bahwa besar tegangan listrik pada
sebuah penghantar berbanding lurus dengan arus listrik yang mengaliri penghantar. Sebuah
penghantar dikatakan mematuhi hukum Ohm apabila nilai hambatan tidak bergantung
terhadap besar dan polaritas tegangan yang diberikan terhadap penghantar atau nilai
hambatannya haruslah konstanta tetap. Walaupun pernyataan ini tidak selalu berlaku untuk
semua jenis penghantar, dikarenakan adanya penghantar ohmic, dan non-ohmic, tetapi istilah
"hukum" tetap digunakan dengan alasan sejarah.
2. Resistor digunakan untuk mengehambat arus listrik, dioda berfungsi menghatarkan arus listrik
dan menghambat arus listrik dari arah sebaliknya, kapasitor berfungsi sebagai menyimpan
arus listrik untuk sementara waktu, dan transistor berfungsi sebagai penguat arus listrik
6.2 Saran

3. Sebaiknya Praktikan telah memahami teori tentang judul percobaan danmengetahui cara
pembacaan alat – alat ukur yang digunakan.
4. Sebaiknya praktikan lebih teliti dalam membaca alat ukur.

5. Sebaiknya praktikan tidak menggunakan sumber tegangan yang tinggi serta tidakterlalu lama
mengambil data agar elemen yang digunakan tidak terbakar

11
DAFTAR PUSTAKA

Chirzun, A., Nurhasanah, N., & Utami, T. A. (2017). Rancangan Perencanaan Produksi Jenis
Produk Make To Order dengan Pendekatan Simulasi Sistem Dinamik. JURNAL Al-
AZHAR INDONESIA SERI SAINS DAN TEKNOLOGI, 3(3), 113.
Chopra, S., & Meindl, P. (2016). Supply Chain Management : Strategy,
Planning, andOperation.Prentice Hall.

Pujawan, I. N., & Mahendrawati, E. (2017). Supply Chain Management; Edisi


Ketiga.Andi.

1
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai