BLOK 10 MODUL 1
Infeksi pada Tulang Rahang
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
limpahan rahmat serta hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan laporan blok 10
modul 1 yang berjudul “Infeksi pada Tulang Rahang” tepat pada waktunya.
Laporan ini kami susun dari berbagai sumber referensi dan juga hasil diskusi
kelompok kecil kami.
Kami mengucapkan terimakasih kepada berbagai pihak yang telah membantu
sehingga terselesaikannya laporan ini, antara lain :
1. drg. Mashyudi, M.Si selaku tutor kelompok 3 yang telah membimbing kami
dalam menyelesaikan diskusi kelompok kecil (DKK).
Kelompok 1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ....................................................................................... i
DAFTAR ISI ...................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................ 1
1.2 Tujuan Penulisan ............................................................................ 1
1.3 Manfaat Penulisan .......................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................... 3
2.1 Skenario ........................................................................................... 3
2.2 Identifikasi Istilah sulit ................................................................... 3
2.3 Identifikasi Masalah ....................................................................... 4
2.4 Analisa Masalah .............................................................................. 4
2.5 Strukturisasi Konsep ...................................................................... 8
2.6 Learning Objective.......................................................................... 9
2.7 Belajar Mandiri ............................................................................... 9
2.8 Sintesis .............................................................................................. 9
BAB III PENUTUP .......................................................................................... 26
3.1 Kesimpulan ...................................................................................... 26
3.2 Saran ............................................................................................... 26
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 27
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
1. Mahasiswa mampu menjelaskan etiologi dan faktor predisposisi dari
osteomielitis
2. Mahasiswa mampu menjelaskan klasifikasi dari osteomielitis
3. Mahasiswa mampu menjelaskan tanda dan gejala klinis dari osteomielitis
4. Mahasiswa mampu menjelaskan patologi dari osteomielitis
5. Mahasiswa mampu menjelaskan pemeriksaan dari osteomielitis
6. Mahasiswa mampu menjelaskan penatalaksanaan dari osteomielitis
1.3 Manfaat
Dengan adanya laporan ini diharapkan mahasiswa mampu mengetahui
dan menjelaskan secara menyeluruh mengenai osteomielitis, etiologi dan
faktor predisposisi, klasifikasi, tanda dan gejala klinis , patologi, pemeriksaan
dan tata laksana osteomielitis.
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Skenario
Pagi hari Andi terbangun karena pipinya terasa sakit nyut-nyut. Sudah 3
hari Andi sakit gigi tapi tidak separah pagi ini. Betapa kagetnya dia ketika
bercermin di depan kaca pipi daerah rahang bawah bengkak besar, ketika
diraba keras, tak berbatas jelas, hangat dan sakit sekali. Cepat-cepat Andi
mandi dan pergi Puskesmas. Oleh drg Puskesmas dilakukan anamnesa dan
melihat kondisi umum serta pemeriksaan klinis ekstra oral dan intra oral.
Berdasarkan anamnesa sakit pada gigi tersebut sudah sering dirasakan tetapi
sembuh dengan sendirinya setelah minum antibiotika dan analgesik. Tetapi 3
hari yang lalu sakit gigi dirasakan lagi dengan gigi penyebab yang sama.
Kondisi umum Andi, Baik, Compos Mentis. Hasil pemeriksaan klinis Ektra
Oral: Inflamasi (+) daerah mandibula hingga depan telinga kanan, keras,
berbatas tidak jelas, hangat, dan sakit hingga ke telinga, trismus 2 jari. Hasil
pemeriksaan klinis intra oral : 46 berlubang besar, mobiliti(+) derajat 2, Tes
perkusi (+) nyeri, Druk/Tes tekan(+), calculus (+), daerah bukal sepanjang
gigi 48 hingga 43 terangkat dan berwarna kemerahan. Oleh drg Puskesmas
Andi dirujuk untuk dilakukan pengambilan foto panoramik. Apa yang terjadi
dengan Andi.....
Osteomielitis
Etiologi dan
Tanda dan Gejala
faktor Klasifikasi Patologi Pemeriksaan Penatalaksanaan
Klinis
predisposisi
2.6 Learning Objective
1. Mahasiswa mampu menjelaskan etiologi dan faktor predisposisi dari
osteomielitis.
2. Mahasiswa mampu menjelaskan klasifikasi dari osteomielitis.
3. Mahasiswa mampu menjelaskan tanda dan gejala klinis dari osteomielitis.
4. Mahasiswa mampu menjelaskan patologi dari osteomielitis.
5. Mahasiswa mampu menjelaskan pemeriksaan dari osteomielitis.
6. Mahasiswa mampu menjelaskan penatalaksanaan dari osteomielitis.
2.8 Sintesis
1. Mahasiswa Mampu Menjelaskan Etiologi dan Faktor Predisposisi
Osteomielitis
A. Etiologi
Pada umumnya, osteomielitis disebabkan oleh mikroorganisme
patogen yang menginfeksi tulang rahang, seperti: Staphylococcus
aureus, Staphylococcus agalactiae, Escherichia coli adalah organisme
yang paling sering diisolasi dari darah dan tulang pada bayi.
Sedangkan Staphylococcus aureus, Staphylococcus pyogenes, dan
Haemophilus influenzae paling banyak diisolasi pada anak di atas usia
satu tahun. Staphylococcus aureus juga paling banyak diisolasi pada
orang dewasa. Kemudian organisme seperti jamur juga dapat
menyebabkan infeksi tulang.14
Saat ini terdapat kasus infeksi pada rahang yang ditemukan bahwa
penyebab infeksinya adalah bakteri aerob-anaerob. Banyak kasus yang
disebabkan oleh streptococci aerob, streptococci anaerob, dan anaerob
lainnya seperti fusobacterium, bacteriodes, peptostreptococcus. Bentuk
khusus dari osteomielitis yang disebabkan oleh Mycobacterium
tuberculosis, Treponema pallidum, actinomyces, dan lain-lain.4
Osteomielitis atau infeksi pada bagian medular tulang diawali oleh
infeksi mikroorganisme. Sumber infeksi ini dapat muncul dari:4
1. Infeksi odontogenik, yang dapat berupa infeksi pulpa dan
periodontal.4
2. Cedera traumatis pada rahang, seperti patah tulang.4
3. Periostitis yang disebabkan oleh ulserasi gingiva atau infeksi
kelenjar getah bening akibat luka di wajah.4
4. Pada kasus yang jarang terjadi, penyebaran infeksi hematogen dapat
berasal dari tempat yang jauh.4
Terdapat juga beberapa etiologi berdasarkan tipe-tipe osteomielitis,
diantaranya adalah:
1. Osteomielitis Infantile
Infeksi ini disebabkan oleh Staphylococcus aureus.
Mikroorganisme patogen dapat masuk melalui luka yang ada pada
mukosa mulut. Infeksi ini juga dapat disebabkan oleh karena
adanya infeksi dari rongga hidung atau antrum maksila. Infeksi
hematogen oleh streptococci, pneumococci, atau staphylococcal
dari gigi molar desidui pertama juga dapat menjadi sumber infeksi.4
2. Osteomielitis Piogenik Akut
Tipe ini dapat disebabkan oleh infeksi odontogenik yang dapat
berupa infeksi periapikal, periodontal, atau perikoronal. Infeksi
juga dapat disebabkan oleh kista odontogenik, tumor, atau abses
peritonsil. Infeksi dapat berasal dari luka setelah ekstraksi atau
patah pada tulang rahang. Infeksi juga dapat disebabkan karena
penggunaan instrumen yang terkontaminasi pada saat melakukan
ekstraksi gigi atau pada saat melakukan prosedur operasi.4
3. Osteomielitis Supuratif Kronik
Primary: disebabkan oleh infeksi organisme subvirulen
Secondary: disebabkan jika osteomielitis akut belum sepenuhnya
hilang.4
4. Osteomielitis Non-Supuratif Kronik
Disebabkan karena adanya respon terhadap infeksi tingkat
rendah yang mungkin ada di rahang selama bertahun-tahun.4
5. Osteomielitis Garre’s
Dapat disebabkan oleh karies pada gigi yang terlibat, infeksi
pada jaringan lunak di atasnya juga dapat menjadi etiologi dari tipe
ini.4
6. Actinomycosis
Disebabkan oleh spesies actinomyces. Actinomyces dapat
terlihat di beberapa bagian yang berbeda pada rongga mulut, seperti
pada kalkulus gigi, tonsillar crypts, kalkuli saliva, dan pada mukosa
mulut yang biasanya menyerang jaringan lunak melalui luka yang
ada pada rongga mulut atau melalui ulserasi.4
7. Osteomielitis Tuberculous
Disebabkan oleh Myobacterium tuberculosis, mikroorganisme
ini dapat menular ke rahang melalui:
● Inokulasi langsung dari basil ke dalam luka (seperti luka karena
trauma atau operasi) di mukosa mulut.
● Penyebaran langsung dari dahak yang terinfeksi ke dalam soket
ekstraksi atau garis fraktur.
● Penyebaran hematogen dari fokus utama di paru-paru tau di
tempat lain di tubuh.4
8. Osteoradionecrosis
Disebabkan oleh efek radiasi yang berlebihan.4
B. Faktor Predisposisi
Tulang yang normal sangat resisten terhadap infeksi, padahal
banyak mikroorganisme infektif yang dapat menyebabkan infeksi pada
tulang rahang (seperti gigi yang karies, periodontitis, dll). Faktor host
dapat mempengaruhi individu untuk berkembangnya osteomielitis.
Kurangnya pengendalian infeksi awal dapat menyebabkan infeksi yang
lebih parah. Lalu terdapat pula kondisi yang dapat menurunkan
pertahanan tubuh atau kondisi yang mengganggu vaskularisasi tulang,
serta kondisi yang dapat mengganggu inervasi tulang yang cenderung
dapat mempengaruhi pasien menjadi rentan terhadap berlangsungnya
osteomielitis, diantaranya adalah.4,14,17
Kondisi yang dapat menurunkan pertahanan tubuh:
● Diabetes
● Malnutrisi
● Agranulositosis
● Leukemia
● Konsumsi alkohol kronik
● Demam4
Kondisi yang dapat mengganggu inervasi dan vaskularisasi tulang
rahang:
● Terapi radiasi
● Penyakit tulang paget
● Displasia fibrosa
● Osteoporosis
● Osteopetrosis
● Tumor ganas tulang4,17
- Osteomielitis kronis
Adanya tulang nekrotik, yaitu pembentukan tulang baru, dan
eksudasi leukosit polimorfonuklear bergabung dengan komponen
darah lainnya adalah beberapa gambaran patologis dari osteomielitis
kronis. Fragmen yang masih hidup dari periosteum dan endosteum di
daerah infeksi membentuk tulang baru. Itu terbentuk involucrum,
selubung tulang hidup yang membungkus mengelilingi tulang mati di
bawah periosteum. Involucrum sering kali mengalami perforasi
dengan lubang yang bisa masuk nanah ke dalam jaringan lunak di
sekitarnya dan mengalir ke permukaan kulit menyebabkan sinus
kronis pembentukan. Ini juga mungkin meningkat secara bertahap
kepadatan dan ketebalannya untuk membentuk sebagian atau
seluruhnya diafisis baru. Meningkatnya jumlah dan kepadatan tulang
sesuai dengan ukuran tulang dan durasi serta luasnya dari infeksi.
Endosteum baru tulang bisa berkembang biak dan menghalangi kanal
meduler. Terutama pada anak-anak, setelah pertahanan tuan rumah
atau operasi pengangkatan sequestrum, rongga yang tersisa mungkin
isi dengan tulang baru. Namun, pada orang dewasa, file rongga bisa
bertahan atau ruang akan terisi dengan jaringan fibrosa yang mungkin
menghubungkan permukaan kulit melalui saluran sinus.14
B. Pemeriksaan Radiografis
1. Radiografi Panoramik
Radiografi panoramik sangat diperlukan dalam evaluasi awal
osteomielitis. Radiografi panoramik mudah dilakukan dan dapat
memberikan informasi penting, diantaranya, perubahan tampilan
tulang, sumber infeksi, dan kondisi predisposisi seperti tulang yang
fraktur atau penyakit tulang yang sudah ada sebelumnya. Perlu
waktu beberapa minggu hingga perubahan pada tulang dapat
tampak secara radiografis. Oleh karena itu, sering terdapat
gambaran panoramik rongga mulut tampak normal pada seorang
pasien yang menderita osteomielitis akut. Namun, gambaran
panoramik osteomielitis akut juga dapat menunjukkan adanya
sequestrum yang merupakan tanda klasik dari osteomielitis.12
2. Computerized Tomography Scan
CT Scan merupakan salah satu standar dalam mengevaluasi
penyakit pada maksilofasial seperti osteomielitis, karena CT Scan
menghadirkan pencitraan tiga dimensi yang tidak terdapat pada
gambaran panoramik. CT Scan dapat menunjukkan gambaran erosi
dini tulang kortikal yang sangat detail pada osteomielitis.
Pencitraan ini dapat menunjukkan seberapa luas lesi, sequestrum,
dan tulang yang fraktur. Namun, seperti rontgen polos, pada CT
Scan perlu terjadi demineralisasi tulang sebanyak 30 hingga 50
persen sebelum perubahan pada tulang dapat benar-benar terlihat,
sehingga dapat menyebabkan keterlambatan dalam diagnosis
osteomielitis.12
3. Magnetic Resonance Imaging
MRI sangat baik untuk mengevaluasi lesi jaringan lunak pada
daerah maksilofasial. MRI dapat membantu diagnosis dini
osteomielitis dengan menunjukkan gambaran hilangnya sumsum
sebelum erosi kortikal atau sequestrum muncul. Sehingga, MRI
mungkin dapat mengidentifikasi osteomielitis lebih awal.12
C. Biopsi
Biopsi jaringan dilakukan untuk memperoleh pemeriksaan
histopatologis osteomielitis sehingga dapat mengidentifikasi
mikroorganisme penyebab. Material biopsi pasien pada osteomielitis
akut banyak mengandung tulang yang nekrotik. Tulang tersebut
menunjukkan adanya osteosit yang hilang dari lakuna, resorpsi tulang
bagian perifer, dan kolonisasi bakteri yang menyebabkan ineksi. Bagian
perifer tulang dan saluran havers juga mengandung debris nekrotik dan
inifltrat inlamasi akut yang terdiri dari leukosit polimorfonuklear.13
Pada material biopsi pasien osteomielitis kronis akan menunjukkan
komponen jaringan lunak yang signifikan yang terdiri dari jaringan ikat
fibrosa yang meradang secara kronis atau subakut yang mengisi bagian
intratrabekuler tulang. Selain itu, biasanya juga terdapat formasi abses
dan sequestrum yang tersebar.13
6. Mahasiswa Mampu Menjelaskan Mengenai Penatalaksaan
Osteomielitis
Penatalaksanaan osteomielitis melibatkan dua aspek: medis dan
pembedahan. Jelas, langkah pertama dalam pengobatan osteomielitis
adalah diagnosis kondisi yang benar. Diagnosis dibuat dari evaluasi klinis,
evaluasi radiografi, dan diagnosis jaringan. Klinisi harus menyadari bahwa
keganasan dapat menyerupai presentasi osteomielitis dan harus
dipertahankan dalam diagnosis banding sampai disingkirkan oleh
histopatologi jaringan. Jaringan dari situs yang terkena harus dikirim untuk
pewarnaan gram, kultur, penentuan sensitivitas, dan evaluasi
histopatologi.7
Tujuan dilakukan penatalaksanaan osteomielitis adalah untuk
menyingkirkan puing-puing pendukung patogen, menyediakan stabilitas
regional dan mengganggu penghalang patofisiologi sambil membangun
kembali permeabilitas vaskular ke area yang terinfeksi. 8
Penatalaksanaannya meliputi: (A) Perawatan konservatif, dan (B)
Perawatan bedah. Pengobatan yang berhasil didasarkan pada prinsip-
prinsip dasar berikut: (1) Diagnosis dini, (2) Kultur bakteri dan pengujian
sensitivitas, (3) Terapi antibiotik yang memadai, tepat, dan cepat, (4)
Kontrol nyeri yang memadai, (5) Intervensi bedah yang tepat , (6)
Rekonstruksi, jika ada indikasi.10
A. Penatalaksanaan konservatif:
1. Istirahat total di tempat tidur. 10
2. Terapi suportif: Meliputi dukungan nutrisi berupa protein tinggi
dan diet tinggi kalori; dan multivitamin yang cukup. 10
3. Dehidrasi: Hidrasi secara oral atau melalui pemberian cairan. 10
4. Transfusi darah: Jika sel darah merah dan hemoglobin rendah. 10
5. Pengendalian nyeri: Ini dikendalikan dengan analgesik. Sedasi
dapat digunakan untuk menjaga pasien tetap nyaman dan
memungkinkan untuk tidur. 10
6. Agen antimikroba : Osteomielitis umumnya terjadi pada tulang
dengan suplai darah yang tidak adekuat atau pada pasien dengan
gangguan sistem imun. Oleh karena itu, penggunaan antibiotik
dosis tinggi umumnya dianjurkan. Selain itu, karena tingkat
antibiotik yang adekuat dalam serum harus dipertahankan,
antibiotik harus diberikan secara intravena. Secara umum,
antibiotik yang direkomendasikan termasuk dalam kelas penisilin
karena aktivitasnya yang tinggi melawan bakteri yang biasa
terlibat. Klindamisin dan metronidazol dapat menjadi alternatif
yang sangat baik untuk pasien yang hipersensitif terhadap penisilin.
Beberapa antibiotik baru yang memberikan perlindungan yang
efektif meliputi: metronidazol, klindamisin, tikarsilin, asam
klavulonat, sefalosporin, vankomisin dalam kombinasi dengan
antibiotik lain, dan fluoroquinolones. 1,10
Regimen Antibiotik yang direkomendasikan untuk OML rahang
adalah sebagai berikut:
a. Regimen I (pilihan pertama): Sebagai terapi empiris, diberikan
Penicillin (Penicillin-V).
b. Regimen II didasarkan pada hasil kultur dan sensitivitas.
Penisilin yang tahan terhadap penisilinase, seperti oxacillin,
cloxacillin, dicloxacillin, atau flucloxacillin dapat diberikan. 10
7. Perawatan khusus untuk penyakit sistemik: Anemia, diabetes
mellitus, dan malnutrisi memerlukan perawatan khusus. Bentuk
infektif khusus dari OML kronis meliputi: tuberkulosis, sifilis, dan
aktinomikosis. Penatalaksanaannya sama, seperti pada OML
kronis; dan sebagai tambahan, masing-masing obat yang sesuai
harus diberikan. Tuberkulosis mungkin memerlukan terapi hingga
satu tahun, sedangkan aktinomikosis mungkin membutuhkan 2-3
bulan. 10
B. Penatalaksanaan bedah
Tujuan pembedahan adalah: (1) Untuk meningkatkan suplai darah
di area yang terkena sehingga memungkinkan penetrasi antibiotik
yang memadai; dan (2) Untuk memaksimalkan mekanisme pertahanan
tubuh dan kemampuan penyembuhan diri. 1
1. Insisi dan drainase
Harus dilakukan secepat mungkin. Ini mengurangi tekanan dan
rasa sakit yang disebabkan oleh penumpukan nanah. Insisi abses
harus dilakukan secara intraoral atau ekstraoral tergantung
lokasinya. Evakuasi nanah, dengan drainase, mengurangi
penyerapan produk beracun dan mencegah penyebaran infeksi
lebih lanjut di tulang; sehingga membantu dalam pelokalannya. 10
Konsistensi, warna, dan bau nanah dapat memberikan petunjuk
penting untuk diagnosis dan pengobatan awal. Pasien dengan
kondisi sistemik yang terganggu atau toksemia, gangguan operasi
dapat ditunda selama 2-3 hari. Berbagai metode yang digunakan
untuk menyebabkan drainase dari tulang meliputi: 10
a. Membuka ruang pulpa,
b. Dengan membuat fenestrasi melalui pelat kortikal di atas area
apikal dengan bor,
c. Di area edentulous, khususnya, rahang atas posterior atau daerah
tuberositas rahang atas, dengan membuat sayatan di atas puncak
alveolar, dan dengan membuat jendela, nanah dievakuasi, dan
d. OML pada sudut mandibula, atau ramus menaik, drainase dapat
dilakukan dengan sayatan kecil yang dibuat di atas titik paling
lembut, atau tepat di bawah mandibula. 10
2. Pencabutan gigi yang lepas atau rusak10
Kadang-kadang, drainase dilakukan dengan pencabutan gigi yang
bermasalah.
3. Debridemen10
Dilanjutkan dengan I/D, melalui debridemen area terdampak
harus dilakukan. Area tersebut dapat diairi dengan hidrogen
peroksida dan garam. Benda asing, jaringan nekrotik atau
sekuestrum kecil harus dibuang.
4. Dekortikasi10
Pengangkatan plat kortikal tulang lateral dan inferior yang
terinfeksi secara kronis 1-2 cm di luar area yang terkena. Dengan
demikian akses diberikan ke rongga meduler. Obwegeser (1960)
menganjurkan prosedur ini, karena mempersingkat waktu
penyembuhan.
Dekortikasi harus dilakukan pada stadium subakut atau kronis.
Ini didasarkan pada prinsip, bahwa tulang kortikal yang terlibat
adalah avaskular dan menampung mikroorganisme, sedangkan
abses ada di dalam rongga meduler, di mana antibiotik tidak dapat
menembus. Prosedur ini harus dilakukan, di mana rezim
konservatif awal telah gagal.
5. Irigasi kateter tertutup yang terus menerus atau terputus-putus 10
Setelah sekuestrektomi intraoral dan saucerization atau
decortication, dilakukan untuk memungkinkan drainase nanah dan
untuk menyediakan rute di mana antibiotik lokal dapat ditanamkan
dalam konsentrasi yang sangat tinggi.
6. Sequestrektomi8,10
Bagian integral dari terapi definitif. Ini membantu dalam
pembentukan proliferasi mikrovaskular lokal. Ini harus dilakukan
melalui insisi intra-oral; atau pendekatan ekstraoral
(submandibular), tergantung pada lokasi sekuestrum. Sequestra,
adalah (i) biasanya kortikal; dan mungkin (ii) kanselus, atau (iii)
kortiko-kanselus.
Sequestra umumnya terlihat 2 minggu setelah permulaan
infeksi, mereka mungkin diserap kembali atau dikeluarkan secara
spontan. Jika tetap ada, mereka mungkin terinfeksi secara kronis,
yang semakin memperumit resolusi infeksi. Dengan demikian,
potongan tulang nekrotik kecil yang merupakan mikroorganisme
avaskular dan pelabuhan perlu dihilangkan.
7. Saucerization
Eksisi tepi tulang nekrotik di atas fokus osteomielitis. Ini
berguna dalam bentuk kronis, karena memungkinkan penghapusan
sequestra yang terbentuk dan terbentuk dengan visualisasi yang
lebih baik. Ini dilakukan ketika pengangkatan sequestrum
meninggalkan rongga besar; dan untuk menghilangkan ruang mati
untuk menghindari infeksi ulang gumpalan yang luas. 10
Teknik Saucerization5
a. Prosedur ini dapat dilakukan dengan bius lokal atau total.
b. Gigi bergerak dan segmen tulang yang lepas diangkat.
c. Tulang yang terbuka atau terkena diangkat dengan kombinasi
ronguer dan bur bulat. Kedalaman saucerization berakhir di
dalam sumsum tulang yang berdarah. Semua margin harus
melibatkan tulang yang sehat dan berdarah. Semua segmen
tulang dan jaringan yang diangkat dikirim untuk pemeriksaan
histopatologi.
d. Semua tepi tulang dihaluskan, dan tempat pembedahan diirigasi
secara berlebihan.
e. Tempat pembedahan dibungkus dengan kain kasa pita. Kain
kasa diganti setiap 2–3 hari untuk merangsang pembentukan
jaringan jaringan yang sehat dengan epitelisasi pada lokasi
pembedahan.
8. Trephination 10
Atau fenestration adalah pembuatan lubang atau jendela tulang
di atas tulang kortikal yang berdekatan dengan proses infeksi untuk
amoniasi jaringan dan dekompresi kompartemen meduler.
Pengeboran lubang ke dalam korteks dan mencapai medula
menyediakan beberapa port transkortikal bedah, yang
memungkinkan komunikasi vaskular antara periosteum dan rongga
meduler.
9. Reseksi10
Jika bagian tulang yang luas terlibat dalam proses penyakit,
maka reseksi tulang rahang dianjurkan. Setelah reseksi,
rekonstruksi dianjurkan: a) untuk menjaga kontinuitas fragmen, b)
untuk mencegah fraktur patologis. c) untuk mencegah deformitas
wajah dan d) memberikan perlekatan pada jaringan lunak.
10. Rekonstruksi segera dan / atau tertunda10
Jenis pengobatan ini kontroversial dan dilakukan jika semua
jenis pengobatan sebelumnya gagal. Ini telah berhasil digunakan
dalam kasus (i) patah tulang patologis, (ii) persistensi infeksi
setelah dekortikasi, dan (iii) ketika kedua lempeng kortikal sangat
sakit. Rekonstruksi segera menawarkan keuntungan yang jelas dari
memperpendek masa sakit dan mempercepat pemulihan dan
rehabilitasi.
11. Perawatan pasca operasi10
Ini mencakup hal-hal berikut:
a. Terus menggunakan antibiotik, analgesik, dan larutan kumur
saline panas,
b. Hidrasi yang memadai, istirahat total, pengangkatan sequestrae,
jika berada di bagian alveolar tulang. Luka sebaiknya ditutup
terutama dengan drainase.
12. Terapi oksigen hiperbarik
Jenis pengobatan ini adalah alternatif yang ampuh untuk
reperfusi bedah dan sebagai tambahan untuk respons tubuh.
Peningkatan konsumsi oksigen mungkin karena respon inflamasi
yang lebih besar, eksudasi seluler dan respirasi fagosit. Selain
infeksi, organisme infektif juga mengonsumsi oksigen. Ini adalah
cara pengobatan di mana pasien menghirup oksigen 100% pada
tekanan yang lebih besar dari tekanan atmosfer normal. Karena
tekanan oksigen yang meningkat, oksigen dalam jumlah besar larut
dalam darah, dan kemudian segera dikirim ke jaringan bahkan
dengan suplai darah yang buruk. Terapi ini memiliki sifat
neovaskularisasi dan merangsang sistem kekebalan tubuh. Selain
itu, dapat membunuh langsung bakteri tertentu. 1,10
3.1 Kesimpulan
Osteomyelitis adalah keadaan infeksi yang terjadi pada tulang dan
sumsum tulang yang dapat terjadi pada tulang rahang akibat infeksi kronis.
Pada umumnya osteomielitis disebabkan oleh infeksi bakteri patogen
Staphylococus aureus, Staphylococcus agalactiae, Escheria coli . selain itu
faktor host juga mempengaruhi perkembangan osteomielitis seperti diabetes,
malnutrisi, dan konsumsi alkohol. Faktor lain yaitu terapi radiasi, dan
penyakit tulang lainnya. Osteomielitis dapat diklasifikasikan menjadi
osteomielitis akut, osteomielitis kronis, osteomielitis kronis supuratif dan non
supuratif dan osteomielitis sklerosing. Berdasarkan infeksinya dibagi menjadi
hematogenous, contigous dan insufisiensi vascular. Gejala yang umum
dirasakan penderita yaitu rasa nyeri dan pembengkakan, limpadenopati, rasa
panas dan malaise, gigi goyang dan sensitif terhadap perkusi.
Pada osteomielitis akut, apabila suplai vaskular pada tulang menurun,
dapat menyebabkan nekrosis jaringan tulang. Sehingga berkembang menjadi
osteomielitis kronis jika terdapat tulang yang nekrosis. Osteomielitis
membutuhkan pemeriksaan dan perawatan segera. Pemeriksaan yang dapat
dilakukan yaitu pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan radiografis seperti
radiografi panoramik, CT Scan, dan MRI, serta Biopsi. Penatalaksanaan
osteomielitis melibatkan dua aspek: Penatalaksanaan konservatif salah
satunya pemberian antibiotik dan pembedahan yang meliputi insisi, drainase,
ekstraksi, debridemen, dekortikasi, irigasi, sequestrektomi, saucerization dan
lain lain.
3.2 Saran
Dengan adanya laporan ini, diharapkan pembaca dapat mengetahui dan
memahami materi mengenai osteomielitis. Semoga laporan ini dapat
bermanfaat bagi seluruh pihak. Diharapkan pembaca dapat mempelajari
materi ini lebih dalam dengan memperbanyak literasi. Kami menyadari masih
banyak kekurangan dalam laporan ini maupun diskusi kami. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan demi
penyempurnaan kelompok kami di masa mendatang.
DAFTAR PUSTAKA