Anda di halaman 1dari 16

HAZARD K3 KARENA SUARA

Disusun Oleh

Kelompok 2

1. Adita Novitasari (A22020243)


2. Endang Rini Astuti (A22020174)
3. Etik Yulita Suberti (A22020175)
4. Furry Hermintarsih (A22020177)
5. Heri Budianto (A22020181)
6. Nur Azizah (A22020193)
7. Susi Trianingsih (A22020226)
8. R. Eka Wardoyo (A22020212)
9. Yuyun Ika Setiati (A22020233)

PRODI KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA REG. B16


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH
GOMBONG
2021
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Potensi bahaya terdapat hampir di setiap tempat dilakukan suatu aktivitas baik di
rumah,di jalan maupun di tempat kerja. Apabila potensi bahaya tersebut tidak
dikendalikan dengan tepat akan menyebabkan kelelahan, kesakitan, cedera, dan bahkan
kecelakaan yang serius. Dalam Undang-Undang (UU) No.1 Tahun 1970 tentang
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3), pengurus perusahaan mempunyai kewajiban
untuk menyediakan tempat kerja yang memenuhi syarat keselamatan dan kesehatan yang
ditetapkan baginya. Hal ini dimaksudkan untuk mengurangi biaya-biaya perawatan dan
rehabilitasi akibat kecelakaan dan sakit, meningkatkan produktivitas kerja, meningkatkan
moral dan hubungan atau relasi perusahaan/industri yang lebih baik (Tarwaka, 2008).
Industralisasi menempati posisi sentral dalam ekonomi masyarakat modern dan
merupakan motor penggerak yang memberikan dasar bagi peningkatan kemakmuran dan
mobilitas perorangan yang belum pernah terjadi sebelumnya pada sebagian besar
penduduk dunia, terutama di negara-negara maju. Bagi negara berkembang, industri
sangat esensial untuk memperluas landasan pembangunan dan memenuhi kebutuhan
masyarakat yang terus meningkat (Kristanto, 2004). Laju pertumbuhan industrialisasi
tidak terlepas dari peningkatan teknologi modern. Hal ini dikarenakan adanya mekanisasi
2 dalam dunia industri yang menggunakan teknologi tinggi, yang diharapkan pemilihan
teknologi tersebut mampu menggantikan manusia yang dinilai memiliki keterbatasan
sebagai tenaga kerja misalnya kecepatan, tenaga, dan lain-lain sehingga pekerjaan lebih
efektif dan efisien. Banyak perusahaan atau industri lebih berorientasi pada kegiatan
produksinya dibandingkan pengelolaan sumber daya manusia. Menganggap bahwa
teknologi yang sebenarnya menjadi kebutuhan utama bukan keselamatan kerja. Antara
lain pemakaian mesin-mesin otomatis yang menimbulkan suara atau bunyi yang cukup
besar, dapat memberikan dampak terhadap gangguan komunikasi, konsentrasi, kepuasan
kerja bahkan sampai pada cacat (Anizar, 2009).
Salah satu masalah utama pada kesehatan kerja di berbagai negara ialah bising
lingkungan kerja. Menurut WHO (1995), diperkirakan hampir 14% dari total tenaga kerja
negara industri terpapar bising melebihi 90 dB di tempat kerjanya. Diperkirakan lebih
dari 20 juta orang di Amerika terpapar bising 85 dB atau lebih. Waugh dan Forcier
mendapat data bahwa perusahaan kecil sekitar Sydney mempunyai tingkat kebisingan 87
dB. Di QuebecCanada, Frechet mendapatkan data bahwa 55% daerah industri
mempunyai tingkat kebisingan di atas 85 dB dan menurut survei prevalensi Noise
Induced Hearing Loss (NIHL) atau Tuli akibat bising (TAB) bervariasi antara 40-50%
(Roestam, 2004).
B. Tujuan
a. Tujuan Umum
Untuk mengetahui hazard kebisingan di tempat kerja
b. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui pengertian kebisingan
2. Untuk mengetahui sumber-sumber kebisingan
3. Untuk mengetahui jenis-jenis kebisingan
4. Untuk mengetahui dampak atau efek yang ditimbulkan kebisingan terhadap
kesehatan
5. Untuk mengetahui ambang nilai batas dan baku kebisingan pada tempat kerja
6. Untuk mengetahui bagaimana cara menanggulangi kesehatan akibat kebisingan
7. Untuk mengetahui APD digunakan untuk mencegah dampak kebisingan
8. Untuk mengetahi bagaimana cara penanggulangan APD untuk mencegah dampak
kebisingan pada tempat kerja
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Pengertian Komponen Kebisingan
Untuk memahami permasalahan kebisingan, kita perlu mengetahui arti dari beberapa
istilah tentang pengertian kebisingan itu sendiri.
1. Bunyi
Bunyi adalah rangsangan yang diterima oleh telinga karena getaran media elastis.
Sifat bunyi ini ditentukan oleh frekuensi dan intensitasnya. Frekuensi bunyi adalah
jumlah gelombangg bunyi yang lengkap yang diterima oleh telinga setiap detik.
Frekuensi bunyi yang bisa diterima oleh telinga manusia terbatas mulai frekuensi 16 –
20.000 Hertz. Bunyi dengan frekuensi kurang 20.000 Hertz. Bunyi dengan frekuensi
kurangdari 16 Hz disebut infrasonic dan di atas 20.000 Hz disebut ultrasonic.
Frekuensi bunyi yang di atas 20.000 Hz disebut ultrasonic. Frekuensi bunyi
yangterutama penting untuk komunikasi (pembicaraan) yaitu sekitar 250 Hz terutama
penting untuk komunikasi (pembicaraan) yaitu sekitar 250 Hz – 3.000 Hz. Intensitas
bunyi adalah besarnya tekanan yang dipindahkan oleh bunyi. Tekanan ini bisa diukur
dengan microbar. Untuk mempermudah pengukuran digunakan satuan decibel.
Satuan oksibel diukur dari 0 – 140, atau bunyi terlemah manusia bisa mendengar
hingga tingkat bunyi yang dapat menyebabkan kerusakan permanen pada telinga
manusia. Kata desibel biasa disingkat dB dan mempunyai 3 skala yaitu A, B dan C
dimana skala yang terdekat dengan pendengaran manusia mempunyai 3 skala yaitu A,
B dan C dimana skala yang terdekat dengan pendengaran manusia adalah skala A
atau dBA.
2. Desibel (dB)
Desibel adalah satuan untuk mengukur tekanan suara, dan intensitas suara.
Desibel hampir sama dengan derajat kecil dari perbedaan kekerasan yang biasa di
deteksi oleh telinga manusia. Pada skala desibel, 1 mewakili suara lemah yang
terdengar 120 dB umumnya dianggap permulaan dari kesakitan. Skala desibel adalah
skala logaritmik, maka dari itu nilai ini tidak dapat ditambah atau dikurangi
perhitungannya. Dalam penggabungan lebih dari tingkat decibel, dua tingkat yang
paling tinggi harus digabungkan dulu.
Penting untuk kita sadari bahwa suara-suara dari tekanan suara yang sama
mungkin bukan suara dengan kekerasan yang sama. Pada tekanan mendekati tekanan
100 desibel, frekuensi antara 20 dan 1000 putaran per sekon suara dengan kekerasan
yang sama. Pada tingkat tekanan suara yang paling rendah, frekuensi suara terendah
tidak kelihatan sama kerasnya dengan 1000 putaran per sekon nada.
3. Frekuensi (HZ)
Frekuensi adalah bilangan dari variasi tekanan suara per sekon. Frekuensi
biasanya dinyatakan dalam satuan Hertz (Hz) atau dalam putaran per sekon (pps).
Telinga anak muda yang sehat dapat mendeteksi suara dalam 20 sampai 20.000
putaran per sekon jarak. Ketika proses penuaan terjadi, beberapa kerusakan
pendengaran berlangsung. Frekuensi yang berisikan pidato ditemukan antara 250 dan
3.000 putaran per detik.
4. Jenis Kebisingan
1) Bising secara terus menerus adalah bising yang mempunyai perbedaan tingkat
intensitas bunyi diantara maksimum dan minimum yang kurang dari 3 dBA.
2) Bising fluktuasi ialah bunyi bising yang mempunyai perbedaan tingkat di antara
intensitas yang tinggi dengan yang rendah lebih dari 3 dBA.
3) Bising impuls ialah bunyi bising yang mempunyai intensitas yang sangat tinggi
dalam waktu yang singkat seperti tembakan senjata api.
4) Bising bersela adalah bunyi terjadi dalam jangka waktu tertentu dan berulang.
Contoh: bising ketika memotong besi akan berhenti apabila gergaji itu dihentikan.
5. Ciri-ciri Suara
Suara adalah perubahan tekanan yang dapat dideteksi oleh telinga. Pada
umumnya, suara adalah perubahan tekanan di udara. Namun suara dapat juga
merupakan perubahan tekanan pada air atau tekanan pada benda yang sensitif. Bising
adalah suara yang tidak diinginkan atau tidak dikehendaki. Satuan pengukuran yang
digunakan untuk mengukur tingkatan yang masih dapat dinyatakan sebagai suara atau
telah dikategorikan sebagai kebisingan yang berbahaya kita dapat dinyatakan sebagai
suara atau telah dikategorikan sebagai kebisingan yang berbahaya kita gunakan
satuan decibel atau satu persepuluh bel. Kebisingan yang ditimbulkan oleh daerah
gunakan satuan decibel atau satu persepuluh bel. Kebisingan yang ditimbulkan oleh
daerah industri dapat dibedakan menjadi tiga seperti yang dijelaskan oleh McDonalds
sebagai berikut : bising yang berfrekuensi tinggi (wide band noise), bising yang
berfrekuensi rendah (narrow bandyang berfrekuensi rendah (narrow bandnoise) dan
bising yang tiba-tiba dan kenoise) dan bising yang tiba-tiba dan keras (impulse noise).
B. Kebisingan
Bising adalah campuran dari berbagai suara yang tidak dikehendaki ataupun yang
merusak kesehatan, saat ini kebisingan merupakan salah satu penyebab “Penyakit
Lingkungan” yang penting (Slamet, 2006). Sedangkan kebisingan sering digunakan
sebagai istilah untuk menyatakan suara yang tidak diinginkan yang disebabkan oleh
kegiatan manusia atau aktifitas- aktifitas alam (Schillingaktifitas alam (Schilling, 1981).
Suara dihasilkan ketika sumbernya menyentuh partikel-partikel udara sehingga
saling bergesekan, menimbulkan gelombang suara yang bergerak menyebar ke partikel-
partikel udara lainnya akhirnya sampai kemana-mana jauh dari sumbernya. Kecepatan
rambat suara ini kira-kira 340 meter/detik, tetapi angka ini bervariasi sesuai dengan
media perantara. Kecepatan rambat suara di besi adalah 5000 meter/detik dan 1500
meter/detik di dalam air (Phoon, 1988).
Gelombang bunyi adalah gelombang mekanis longitudinal, gelombang bunyi
tersebut dapat dijalarkan di dalam benda padat, benda cair dan gas. Partikel-partikel yang
mentransmisikan sebuah gelombang seperti itu berosilasi di dalam arah penjalaran
gelombang itu sendiri. Ada suatu jangkauan frekuensi yang besar di dalam mana dapat
menghasilkan gelombang mekanis longitudinal dan gelombang bunyi adalah dibatasi
oleh jangkauan frekuensi yang dapat merangsang telinga dan otak manusia kepada
sensasi pendengaran (Halliday, 1990).
Berdasarkan frekuensi, tingkat tekanan bunyi dan tenaga bunyi maka bising
dibagi dalam 3 kategori: a)Occupational noise(bising yang berhubungan dengan
pekerjaan) yaitu bising yang disebabkan oleh bunyi mesin di tempat kerja, misal bising
dari mesin ketik.
b) Audible noise(bising pendengaran) yaitu bising yang disebabkan oleh frekuensi bunyi
antara 31,5 . 8.000 Hz. c) Impuls noise(Impact Impact noise= bising impulsif) yaitu
bising yang terjadi akibat adanya bunyi yang menyentak, misal pukulan palu, ledakan
meriam, tembakan senjata api.
C. Sumber Kebisingan
Industri menjadi sumber bising karena menggunakan peralatan mesin yang memiliki
frekuensi rendah sehingga menghasilkan bising dan getaran. Kereta api dikategorikan
bising karena gesekan roda kereta api dengan rel kereta api yang terbuat dari bahan keras
sehingga karena gesekan roda kereta api dengan rel kereta api yang terbuat dari bahan
keras sehingga menimbulkan decitan. Kebisingan juga muncul dari klakson dan mesin
kereta api. Sedangkan kebisingan pada pesawat terbang dihasilkan oleh mesin yang
berbobot berat dengan menghasilkan tenaga yang kuat sehingga menghasilkan getaran
dan bunyi bising saat tinggal landas, terbang rendah, dan mendarat.
Sumber bising adalah sumber bunyi yang kehadirannya dianggap mengganggu
pendengaran baik dari sumber bergerak maupun tidak bergerak. Umumnya sumber
kebisingan dapat berasal dari kegiatan industri, perdagangan, pembangunan, alat
pembangkit tenaga, alat dapat berasal dari kegiatan industri, perdagangan, pembangunan,
alat pembangkit tenaga,alat pengangkut dan kegiatan rumah tangga, Di industri, sumber
kebisingan dapat 3 macam, yaitu :
1. Mesin
Kebisingan yang ditimbulkan oleh aktivitas mesin.
2. Vibrasi
Kebisingan yang ditimbulkan oleh akibat getaran yang ditimbulkan akibat
gesekan, benturan, atau ketidak seimbangan gerakan bagian mesin. Terjadi pada roda
gigi, roda gila, batang torsi, piston, fan, bearing, dan laingila, batang torsi, piston, fan,
bearing, dan lain – lain.
3. Pergerakan Udara, gas, dan caira
Kebisingan ini ditimbulkan akibat pergerakan udara, gas, dan cairan dalam kegiatan
proses kerja industri misalnya pada pipa penyalur cairan gas, outlet pipa,gas
buang.jet.Flare boom, dan lain-lain.

D. Tingkat Kebisingan
Karena ada kisaran sensitivitas, telinga dapat mentoleransi bunyi-bunyi yang lebih
keras pada frekuensi yang lebih rendah dibanding pada frekuensi tinggi. Kisaran kurva-
kurva pita oktaf dikenal sebagai kurva tingkat kebisingan (NR =oktaf dikenal sebagai
kurva tingkat kebisingan (NR =noise rating noise rating ) pernah dibuat untuk
menyatakan analisis pita oktaf yang dianjurkan pada berbagai situasi. Kurva bising yang
di ukur menyatakan analisis pita oktaf yang dianjurkan pada berbagai situasi. Kurva
bising yang terletak dekat di atas pita analisis menyatakan NR kebisingan tersebut
(Harrington dan Gilyang terletak dekat di atas pita analisis menyatakan NR kebisingan
tersebut (Harrington dan Gilll,2005)
E. Jenis-jenis Kebisingan
Jenis-jenis kebisingan berdasarkan sifat dan spektrum bunyi dapat dibagi sebagai
berikut :
1. Bising yang kontinyu
Bising dimana fluktuasi dari intensitasnya tidak lebih dari 6 dB dan tidak putus. Bising
kontinyu dibagi menjadi 2 (dua) yaitu:
a. Wide Spectrum adalah bising dengan spektrum frekuensi yang luas. Bising ini
relatiftetap dalam batas kurang dari 5 dB untuk periode 0.5 detik berturut-turut,
seperti suara kipas angin, suara mesin tenun.suara kipas angin, suara mesin tenun.
b. Norrow Spectrum adalah bising ini juga relatif tetap, akan tetapi hanya mempunyai
frekuensi tertentu saja (frekuensi 500, 1000, 4000) misalnya gergaji sirkuler, katup
gas.
2. Bising terputus-putus
Bising jenis ini sering disebut juga intermittent noise, yaitu bising yang berlangsung
secara tidak terus-menerus, melainkan ada periode relatif tenang, misalnya lalu lintas,
kendaraan, kapal terbang, kereta api lalu lintas, kendaraan, kapal terbang, kereta api.
3. Bising impulsive
Bising jenis ini memiliki perubahan intensitas suara melebihi 40 dB dalam waktu
sangat cepat dan biasanya mengejutkan pendengaranya seperti suara tembakan suara
ledakan mercon, meriam.

4. Bising impulsif berulang


Sama dengan bising impulsif, hanya bising ini terjadi berulang-ulang, misalnya mesin
tempa. Berdasarkan pengaruhnya pada manusia, bising dapat dibagi atas :
a. Bising yang mengganggu(Irritating noise)
Merupakan bising yang mempunyai intensitas tidak terlalu keras, misalnya
mendengkur.
b. Bising yang menutupi(Masking noise)
Merupakan bunyi yang menutupi pendengaran yang jelas, secara tidak langsung
bunyi ini akan membahayakan kesehatan dan keselamatan tenaga kerja , karena
teriakan atau isyarat tanda bahaya tenggelam dalam bising dari sumber lain.
contohnya : bising pada las mesin di pabrik
c. Bising yang merusak (damaging/injurious noise)
Merupakan bunyi yang intensitasnya melampaui nilai ambang batas. Bunyi jenis ini
akan merusak atau menurunkan fungsi pendengaran.
Contohnya : pada bandara pesawat
F. Efek-efek Kebisingan
Dampak negatif yang timbul sebagai akibat dari kebisingan adalah efek kesehatan
dan non kesehatan. Hal ini dapat terjadi karena telinga tidak diperlengkapi untuk
melindungi dirinya sendiri dari efek kebisingan yang merugikan. Bunyi mendadak
yang keras secara cepat diikuti oleh reflek otot di telinga tengah yang akan membatasi
jumlah energi suara yang dihantarkan ketelinga dalam. Meskipun demikian di
lingkungan dengan keadaan semacam itu relatif jarang terjadi. Kebanyakan seseorang
yang terpajan pada kebisingan mengalami pajanan jangka lama, yang mungkin
intermiten atau terus menerus. Transmisi energi seperti itu, jika cukup lama dan kuat
akan merusak organ korti dan selanjutnya dapat mengakibatkan ketulian (Harrington
dan Gill, 2005).
G. Pengaruh Kebisingan terhadap tenaga kerja adalah sebagai berikut :
1. Ganguan non audometri :
a) Gangguan fisiologis
Gangguan dapat berupa peningkatan tekanan darah, nadi dan dapat
menyebabkan pucat dan gangguan sensoris.
b) Gangguan psikologis
Gangguan psikologis (mental) berupa rasa tidak nyaman, kurang konsentrasi,
emosi dll. Penanggulangannya dengan musik relax,rasa nyaman dll.
c) Gangguan komunikasi
Gangguan komunikasi dapat menyebabkan terganggunya pekerjaan, bahkan
bisa berakibat kepada kecelakaan karena tidak dapat mendengar isyarat
ataupun tanda bahaya.
2. Gangguan audiometri
a) Gangguan pada pendengaran (Ketulian)
Merupakan gangguan yang paling serius karena pengaruhnya dapat
menyebabkan berkurangnya fungsi pendengaran. Gannguan pendengaran ini
bersifat progresif tapi apabila tidak di kendalikan dapat menyebabkan ketulian
permanen.
b) Tuli sementara (Temporary Treshold Shift = TTS)
Diakibatkan pemaparan terhadap bising dengan intesitas tinggi, tenaga kerja
akan mengalami penurunan daya dengar yang sifatnya sementara. Biasanya
waktu pemaparannya terlalu singkat. Apabila kepada tenaga kerja diberikan
waktu istirahat secara cukup, daya dengarnya akan pulih kembali kepada
ambang dengar semula dengar sempurna.
c) Tuli menetap (Permanent Treshold Shift = PTS)
Biasanya akibat waktu paparan yang lama (kronis). Besarnya PTS di
pengaruhi oleh faktor-faktor berikut:
1. Tingginya level suara
2. Lama pemaparan
3. Spektrum suara
4. Temporal pattern, bila kebisingan yang kontinyu maka kemungkinan
terjadi
d) Kerusakan pendengaran total
Secara berulang sebelum pemulihan kerusakan pendengaran sementara selesai
maka akibatnya adalah kerusakan pendengaran total. Kerusakan pendengaran
total ini disebut ‘’Permanen ThresholdSPermanen ThresholdShift (PTS)’’
e) Trauma akustik
Trauma akustik adalah setiap perlukaan yamg merusak sebagian atau seluruh
alat pendengaran yang disebabkan oleh pengaruh pajanan tunggal atau
beberapa pajanan dari bising dengan intensitas yang sangat tinggi,ledakan-
ledakan atau suara yang sangat keras, seperti suara ledakan meriam yang
dapat memecahkan gendang telinga, merusakkan tulangmeriam yang dapat
merusakkan tulang pendengaran atau saraf sensoris pendengaran. pendengaran
atau saraf sensoris pendengaran.
H. Faktor-faktor yang berpengaruh
Faktor-faktor yang mempemgaruhi resiko kehilangan pendengaran berhubungan
dengan terpaparnya kebisingan. Bagian yang paling terpenting adalah :
1. Intensitas kebisingan (tingkat tekanan suara)
2. Jenis kebisingan (wide band, narrow band, impulse)
3. Lamanya terpapar per hari
4. Jumlah lamanya terpapar (dalam tahun)
5. Usia yang terpapar
6. Masalah pendengaran yang tela diderita sebelumnya
7. Lingkungan yang bising
8. Jarak pendengar dengan sumber kebisingan
I. Alat Pelindung Diri / Alat Pelindung pendengaran
Pemakaian Alat pelindung pendengaran adalah upaya terakhir dalam pencegahan
gangguan pendengaran, ada 2 jenis :
a) Ear plug / sumbat telinga
Sumbat telinga yang paling sederhana terbuat dari kapas yang dicelup
dalam lilin sampaidengan bahan sintetis sedemikian rupa sehingga sesuai dengan
liang telinga pemakai.dengan bahan sintetis sedemikian rupa sehingga sesuai
dengan liang telinga pemakai.Sumbat telinga ini dapat menurunkan intensitas
kebisingan sebesar 25 dB sampai 30 dB.
Dan sebagai peringatan kapas kerja tidak bisa digunakan sebagai sumbat
telinga karena tidak efektif. Alat ini dimasukkan ke dalam lubang telinga dengan
maksud untuk mengurangi suara dari udara sebelum sampai pada gendang telinga.
Alat ini mungkin terbuat dari karet,dari udara sebelum sampai pada gendang
telinga. Alat ini mungkin terbuat dari karet, plastik, plastik, neoprene, neoprene,
atau atau kapasyang kapasyang dilapisi dilapisi dengan dengan lilin. lilin. Bahan
Bahan dan dan bentuk bentuk memilikimemilikikeefektifan yang -sedikit dari
penyumbat yang tersedia. Berlawanan terhadap pendapatkeefektifan yang -sedikit
dari penyumbat yang tersedia. Berlawanan terhadap pendapatyang popular, kapas
yang kering memberikan perlindungan yang lebih sedikit.yang popular, kapas
yang kering memberikan perlindungan yang lebih sedikit.
b) Ear muff / tutup telinga
Penutup telinga lebih baik daripada penyumbat telinga, karena selain menghalangi
hambatan suara melalui udara, juga menghambat hantaran melalui tulang
tengkorak. Penutup telinga dapat menurunkan intensitas kebisingan sebesar 30 dB
sampai 40 dB. Penutup telinga dapat menurunkan intensitas kebisingan sebesar 30
dB sampai 40 dB.
Syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh penutup telinga adalah :Syarat-syarat yang
harus dipenuhi oleh penutup telinga adalah :
1) Harus teruji efektifitasnya oleh badan yang berwenang untuk melakukan
pengujian.
2) Alat pelindung telinga harus disesuaikan dengan setiap individu tenaga kerja.
3) Pemeliharaan serta cara penggunaan alat pelindung telinga harus diketahui
tenaga kerja yang bersangkutan kerja (sosialisasid)
4) Alat-alat pelindung yang digunakan harus diperiksa pada waktu-waktu
tertentu untuk meyakinkan bahwa keadaannya tetap baik digunakan

BAB III
SKENARIO KASUS

Seorang pasien, Tn. A, umur 40 tahun, Datang ke Poli THT RSUD DR SOEDIRMAN

KEBUMEN .dengan keluhan baru dapat mendengar pembicaraan orang dengan suara keras

sejak 1 bulan yang lalu. Pasien mengeluh sejak 1 tahun terakhir, telinga sering berdengung

terutama telinga kanan, kesukaran mendengar percakapan dengan suara biasa. Pasien bekerja

di perusahaan peleburan baja, sejak 15 tahun yang lalu, sebelumnya pasien bekerja sebagai

tukang las, selama 5 tahun. Pasien bekerja jarang menggunakan alat pelindung telinga dengan

alasan kurang nyaman karena suhu yang panas di tempatnya bekerja, getaran dari mesin yang

harus dioperasikannnya. Pasien bekerja selama 8 jam sehari, dengan 1 jam istirahat selama 5

hari kerja. Selama 14 tahun, pasien bekerja shift (gilir).Pasien tinggal di lingkungan padat

penduduk dengan jarak 3 km dari tempatnya bekerja. Pasien menggunakan motor untuk

bekerja. Dari hasil catatan perusahaan, kebisingan di bagian processing tempat pasien

bekerja, tingkat kebisingannya 88 dB. Data hasil audiometrik tidak didapatkan. Riwayat

kesehatan, pasien berobat dengan common cold atau myalgia.

Pemeriksaan Kesehatan meliputi:

1.Mengidentifikasi seseorang yang terpapar getaran yang mungkin mereka hanya


1mengalami resiko tertentu misalnya gangguan pembuluh darah seperti
Raynaud’s Disease.

2.Mengidentifikasi penyakit yang berkaitan dengan vibrasi sejak awal


pada

 pekerja yang terpapar terus-menerus.


3. Mencegah berkembangnya suatu penyakit yang akhirnya dapat menyebabkan cacat
4..Mengecek kefektifan dari pengendalian vibrasi yang telah dilakukan.
BAB IV
PEMBAHASAN

Dilihat dari aspek masa kerja pekerja tersebut yaitu lebih dari 10 tahun
menurut Nandi,(2008) menyatakan bahwa gangguan akibat bising mulai
berlangsung antara 6-10 tahun lamanya setelah terpajan bunyi yang
kontinyu. Diketahui bahwa pasien tersebut sudah bekerja selam 15 tahun di
pabrik baja. Waktu istirahat kerja 1 jam selama shift menjadi factor resiko
terjadinya kelelahan yang mengakibatkan gangguan pendengaran. Pasien
tersebut juga tidak menggunakan ear plug selama bekerja. Hal itu menjadi
resiko paparan yang lebih tinggi. Intensitas kebisingan yang diperkenankan
yaitu< 85 Db,dengan waktu pemaparan 8 jam waktu yang lama,akan terjadi
penurunan pendengaran yang temporer,yang akan menghilang setelah
beberapa menit atau jam,sementara di tempat pekrja tersebut bekerja
tingkat kebisinganya didapatkan 88 Db. Dalam Permenaker no 13 Tahun
2011 disebutkan bahwa nilai ambang batas( NAB) untuk kebisingan adalah
85 Db dengan waktu pemaparan 8 jam sehari dan 40 jam seminggu. Menurut
Mathur, (2009) bahwa pendengaran yang telah terganggu akibat bising tidak
dapat disembuhkan . Untuk menghindari paparan terhadap intensitas
kebisingan secara terus menerus dalam jangka waktu yang lama,perlu
dilakukan upaya secara administrative untuk mengatur waktu kerja ditempat
pekerja tersebut bekerja
BAB V
KESIMPULAN

Setelah melakukan penilaian resiko k3 akibat suara maka harus diputuskan


bagaimana cara paling efektif untuk mengurangi resiko tersebut. Dalam
mengendalikan resikoyang harus kita kendalikan adalah pekerjaan yang
memiliki tingkat resiko paling tinggi kemudian sedang kemudian rendah.
Pengendalian resiko meliputi:
1. Penggunaan earplug dengan NRR yang lebih besar supaya paparan
yang diterima oleh pekerja masih memenuhu NAB, menerapkan sanksi
yang tegas tergadap tenaga kerja yang tidak disiplin menggunakan
APD.
2. Perlu dilakukan pemantauan kebisingan lingkungan kerja setiap dua
kali setahun
3. Perlu menetapakn peraturan tentang keharusan bagi pekerja untuk
beristirahat selama 2 jam
DAFTAR PUSTAKA

Harrington & F.S Gill. 2005. Buku Saku Kesehatan Kerja. Buku Saku Kesehatan Kerja.Edisi 3.
Penerbit EGCEdisi 3. Penerbit EGCCetakan I. Jakarta.Cetakan I. Ja
Slamet, JS. 2006. Kesehatan Lingkungan. Kesehatan Lingkungan.Gajah Mada University Press.
Yogyakarta.Gajah Mada Un
Chandra YA.dkk. 2002. Kesehatan dan Keseamatan Kerja. Universitas Indonesia, Jakarta
https://www.google.com ?gws_rd=ssl#q=alat%20pelindung%20telinga-
isnuekos.blogspot.com/2012/09/alat-pelindung-telinga-dan-pernafasan.html-isnuekos.blog
Anizar. 2009. Teknik Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Industri. Graha Ilmu: Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai