Oleh
Achmad Kamaruddin
NIM: 004200900107
2014
i
LEMBAR REKOMENDASI PEMBIMBING
ii
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS
Achmad Kamaruddin
iii
LEMBAR PERNYATAAN PUBLIKASI
Achmad Kamaruddin
iv
RANCANGAN PERBAIKAN TATA LETAK BAHAN
BAKU PADA GUDANG BAHAN BAKU PT A
DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM DEDICATED
STORAGE
Oleh
Achmad Kamaruddin
NIM. 004200900107
Disetujui oleh,
v
ABSTRAK
Kata Kunci : Dedicated Storage, gudang, bahan baku, slot, jarak perjalanan, First
In First Out.
vi
ABSTRACT
vii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, Segala Puji bagi Tuhan Yang Maha Kuasa, yang mana akhirnya
Saya dapat menyelesaikan laporan skripsi yang berjudul “Rancangan Perbaikan
Tata Letak Bahan Baku Pada Gudang Bahan Baku PT. A Dengan Menggunakan
Sistem Dedicated Storage” tepat pada waktunya.
Banyak orang yang telah berkontribusi baik langsung maupun tidak langsung
dalam penyusuna tugas akhir ini, untuk itu Saya ingin mengucapkan terima kasih
kepada:
2. Bapak Johan Oscar Ong, ST.,MT atas masukannya kepada saya selama
penulisan laporan.
Dan orang-orang yang tidak mungkin Saya tulis satu persatu, terima kasih atas
semua bantuan dan perhatiannya.
viii
DAFTAR ISI
ix
2.6.1. Prinsip Perencanaan ....................................................................... 21
2.6.2. Prinsip Sistem ................................................................................ 22
2.6.3. Pertimbangan Keselamatan dan Kesehatan Kerja ........................... 22
2.7. Perhitungan Jarak ............................................................................... 23
2.8. Simulasi ............................................................................................. 25
2.8.1. Definisi Simulasi............................................................................ 25
2.8.2. Definisi Sistem............................................................................... 25
2.8.3. Karakteristik Sistem ....................................................................... 25
2.8.4. Definisi Model ............................................................................... 26
2.8.5. Karakteristik Model ....................................................................... 26
2.8.6. Keuntungan Simulasi ..................................................................... 27
2.8.7. Kelemahan Simulasi ...................................................................... 28
BAB III. METODE PENELITIAN ................................................................. 29
3.1. Studi Pendahuluan .............................................................................. 30
3.2. Studi Kepustakaan .............................................................................. 30
3.3. Pengumpulan Data .............................................................................`30
3.3.1. Data Primer .................................................................................... 30
3.3.2. Data Sekunder ................................................................................ 31
3.4. Pengolahan Data................................................................................. 31
3.4.1. Kebutuhan Ruang........................................................................... 31
3.4.2. Perhitungan Throughput ................................................................ 31
3.4.3. Penempatan Produk (Assignment) .................................................. 31
3.5. Analisis dan Pemecahan Masalah ....................................................... 32
3.6. Kesimpulan dan Saran ........................................................................ 33
BAB IV. PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA ........................... 34
4.1. Profil Perusahaan ............................................................................... 34
4.2. Analisis Masalah ................................................................................ 34
4.1. Pengumpulan Data ............................................................................. 36
4.1.1. Data Jenis dan Dimensi Bahan Baku .............................................. 37
4.1.2. Data Kedatangan, Penyimpanan, dan Pengiriman Bahan Baku ....... 37
4.1.3. Data Luas Gudang.......................................................................... 38
4.1.4. Tata Letak Gudang Bahan Baku Saat Ini ........................................ 38
x
4.2. Pengolahan Data................................................................................. 41
4.2.1. Perhitungan Kebutuhan Ruang ....................................................... 41
4.2.2. Perancangan Tata Letak Gudang Usulan ........................................ 43
4.2.2.1. Perancangan Tata Letak Gudang Usulan Pada Gudang C3.2 . 44
4.2.2.2. Perancangan Tata Letak Gudang Usulan Pada Gudang C4 .... 45
4.2.3. Perhitungan Throughput ................................................................. 48
4.2.3. Penempatan Bahan Baku ................................................................ 49
4.4. Analisis ............................................................................................. 61
4.4.1. Perhitungan Jarak Tempuh Pada Tata Letak Saat Ini ...................... 61
4.4.2. Perhitungan Jarak Tempuh Pada Tata Letak Usulan ....................... 62
4.4.3. Simulasi Proses Pengambilan Bahan Baku .................................... 65
4.4.3.1. Verifikasi Model ................................................................... 67
4.4.3.2. Uji Kecukupan Data .............................................................. 67
4.5. Evaluasi Standard Operational Procedure Penyimpanan Bahan Baku . 69
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................... 70
5.1. Kesimpulan ........................................................................................ 70
5.2. Saran ............................................................................................. 70
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 72
LAMPIRAN ............................................................................................. 73
Lampiran 1. Data Penerimaa Bahan Baku dari Costumer........................... 73
Lampiran 2. Data Pengiriman Bahan Baku Ke Line Produksi .................... 76
Lampiran 3. Data Perhitungan Kebutuhan Maksimum Bahan Baku ........... 79
Lampiran 4. Pengamatn Waktu Tempuh Pengambilan Bhaan Baku ........... 85
Lampiran 5. Parameter Simulasi Promodel ................................................ 88
xi
DAFTAR TABEL
xii
DAFTAR GAMBAR
xiii
DAFTAR ISTILAH
xiv
ABSTRAK
Kata Kunci : Dedicated Storage, gudang, bahan baku, slot, jarak perjalanan, First In
First Out.
1
ABSTRACT
Keywords: Dedicated Storage, warehouse, raw materials, slot, travel distance, First
In Fist Out.
2
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam operasinya, customers yang menggunakan jasa manufacturing dan repacking produk di
PT A akan menerbitkan purchase order dan mengirimkan bahan baku, bahan kemas, dan bahan
penolong ke PT A untuk kemudian dilakukan proses produksi hingga menjadi barang jadi sesuai
spesifikasi yang diinginkan customer.
Untuk bagian logistic dan warehousing, PT A menggunakan jasa pihak ketiga, yaitu PT Ceva.
Pihak ketiga diberi tanggung jawab untuk melakukan operasional logistic, seperti penerimaan
dan pengiriman barang, pengiriman material yang akan digunakan oleh bagian produksi dari
gudang ke line produksi, serta warehousing untuk barang yang dikirimkan oleh customers dan
barang jadi yang akan dikirimkan melalui jasa ekspedisi yang ditunjuk oleh customers.
Beragamnya customers serta bahan baku, bahan tambahan, bahan kemas yang dikirimkan
mengharuskan adanya penataan gudang yang baik sehingga masalah-masalah seperti
keterlambatan pengiriman, kesalahan pengiriman, dan masalah lainnya dapat dihindarkan dan
operasional menjadi efisien.
Gudang yang baik memiliki kriteria (tujuan) sebagai berikut; efisiensi distribusi barang pada saat
yang tepat, transportasi yang mudah di dalam dan di luar gudang, efisiensi waktu yaitu mudah
diakses, diambil, dan dikenali, serta tidak banyak pengaturan ulang barang-barang. Barang
tersimpan dengan baik, artinya barang tersimpan sesuai kategori dan pencatatan, tidak hilang,
dan tidak rusak. Hal ini tidak terdapat di gudang bahan baku dan bahan tambahan yang terdapat
di PT A sehingga dibutuhkan suatu perbaikan penataan produk di gudang produk jadi PT A
untuk mengurangi waktu dan jarak (travel distance), dan mengurangi kemungkinan kesalahan
pengiriman barang, dan menghindari terulangnya kejadian terdapat bahan baku customers yang
kadaluarsa di gudang PT A.
Ada banyak metode yang dapat digunakan untuk menentukan tata letak gudang produk.
Beberapa metode yang digunakan untuk menentukan tata letak gudang produk adalah metode
Fix Slot Storage (Dedicated Storage), metode Shared Storage, metode Randomized Storage, dan
metode Class-Based Dedicated Storage.
Dari pengamatan yang dilakukan di lapangan, terlihat bahwa pengaturan barang di gudang bahan
baku, bahan tambahan, dan bahan kemas dilakukan tidak sistematis. Pada gudang-gudang ini,
barang datang disusun hanya berdasarkan ruang kosong yang tersedia saat itu, sehingga bahan
baku, bahan tambahan, dan bahan kemas dari customers yang berbeda akan saling tercampur
letaknya.
Hal di atas telah menimbulkan permasalahan seperti tertukarnya bahan baku yang akan dikirim
ke line produksi, hal ini karena adanya bahan baku yang berasal dari customers berbeda memiliki
nama bahan, dan kemasan yang sama. Ketika tertukarnya bahan baku ini disadari oleh operator
di line produksi, maka operator yang bersangkutan akan meminta pengiriman bahan baku baru
dari gudang yang berarti pemborosan dari segi waktu dan biaya, namun jika kesalahan
pengiriman ini tidak disadari oleh operator produksi, maka bahan baku ini akan terpakai dalam
proses produksi dan akan menyebabkan selisih antara stok barang yang terdapat pada sistem dan
stok barang aktual ketika masing-masing customer melakukan stock opname di gudang PT A.
Akbat dari tertukarnya bahan baku mengakibtkan juga complaint dari customers terkait
ditemukannya bahan baku, bahan tambahan, dan bahan kemas milik customers yang tidak dapat
digunakan karena telah habis masa berlakunya, sedangkan berdasarkan catatan penerimaan
barang, bahan-bahan tersebut ketika diterima di gudang PT A masih memiliki masa penggunaaan
rata-rata 1-2 tahun sebelum masa berlakunya habis. Sebagai contohnya pada bulan November
2013, terjadi komplain dari salah satu customers yang mendapati produknya yang dibuat di PT
A, menggunakan tutup kemasan custumer lain yang produknya juga dibuat di PT A. Hal ini
mengakibatkan seluruh batch produk yang maksud ditarik dari pasar untuk dilakukan
pengecekan menyeluruh, dimana seluruh biaya dan kerugian yang terjadi dibebankan ke PT A.
Dari segi operasional juga terlihat bahwa proses pengiriman bahan baku memerlukan waktu
relative lama, dikarenakan operator forklift harus memindahkan terlebih dahulu barang di bagian
depan untuk mengambil barang yang dibutuhkan yang berada bagian dalam, dan kemudian
setelah itu menyusunnya kembali.
Dari paparan latar belakang masalah diatas, maka terdapat permasalahan yang perlu dicermati
dan perlu mendapatkan pengkajian lebih mendalam yaitu sebagai berikut:
“Bagaimana tata letak penyimpanan bahan baku dalam yang dapat meminimalisir jarak dan
waktu pemindahan bahan, dan memudahkan dalam pengambilan barang serta mendukung
sistem First In First Out dapat berjalan dengan baik?”
Tujuan penelitian ini adalah untuk memberikan rancangan perbaikan tata letak penempatan
bahan baku dalam gudang yang dapat meminimalisasi jarak dan waktu pemindahan bahan baku.
Untuk mempermudah pembahasan dan agar permasalahan dapat terarah, maka perlu dilakukan
pembatasan. Lingkup batasan disini adalah:
1. Penelitian dilakukan di PT A, tepatnya di gudang bahan baku. Analisa hanya dilakukan untuk
tata letak gudang bahan baku.
3. Data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari pengamatan pada periode April –
Juli 2013.
1.5. Asumsi Penelitian
3. Tidak ada perubahan ukuran, daya angkut, dan jenis material handling.
Secara garis besar penulisan hasil penelitian ini digambarkan pada sistematika penulisan berikut:
BAB I. PENDAHULUAN
Bab ini berisi tentang latar belakang masalah, identifikasi, pembatasan masalah,
perumusan masalah, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.
Bab ini memuat konsep dan prinsip dasar yang diperlukan untuk memecahkan
masalah yang dihadapi dalam penelitian.
Pada bab ini diuraikan mengenai tempat dan waktu penelitian, jenis penelitian,
objek penelitian, variabel penelitian, dan pengolahan data.
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab ini memuat data yang digunakan dalam penelitian berupa data primer seperti
jenis produk, luas gudang, ukuran (dimensi produk), tata letak gudang sekarang,
serta data sekunder seperti data permintaan dan penjualan produk, data produksi,
dan data Standard Operating Procedure (SOP). Dengan menggunakan data
primer dan sekunder tersebut dilakukan pengolahan data untuk memperoleh
kebutuhan luas lantai gudang produk jadi, allowance ruang, peletakan produk dan
jarak perjalanan yang diperlukan untuk memindahkan produk.
BAB V. PENUTUP
Bab ini berisikan kesimpulan yang dapat diambil dari hasil pemecahan masalah
dan saran-saran yang diperlukan perusahaan.
Pada bab ini telah diterangkan pendahuluan dari penelitian ini, pada bab selanjutnya akan
diterangkan studi literatur sehubungan dengan permasalahan yang dihadapi.
BAB II
STUDI PUSTAKA
2.1.1. Pengertian
7. Inventory. Karena sulit untuk melakukan forecast dengan akurat, dalam banyak
bisnis, sangat penting untuk membuat inventory dan safety stock sehingga dapat
memenuhi permintaan yang tidak diperkirakan.
1. Gudang Operasional
Adalah gudang dimana bahan baku disimpan. Disini dapat pula disimpan barang
setengah jadi, atau barang dalam proses. Barang-barang itu disiapkan untuk
digunakan oleh proses produksi.
2. Gudang Perlengkapan
Dapat berupa gudang tambahan yang diletakkan dekat proses produksi untuk
menyediakan perkakas kerja, bahan pelumas, atau barang lainnya yang diperlukan
oleh proses produksi. Barang-barang itu disimpan untuk digunakan, setelah itu
dikembalikan ke lagi gudang.
3. Gudang Pengiriman
4. Gudang Musiman
Dalam industri tertentu terkadang diperlukan sediaan barang yang harus disimpan
dalam jumlah banyak, sehingga harus menyewa ruangan.
Kegiatan yang dilakukan dalam pergudangan dapat berbeda antar gudang, namun
secara umum kegitan tersebut meliputi:
Pengiriman barang.
Hal yang arus diperhatikan dalam seluruh kegitan di atas adalah cara untuk
memaksimalkan penggunaan ruangan dan pada saat yang sama meminimumkan
waktu yang diperlukan untuk kegiatan tersebut. Kegiatan-kegiatan ini selalu
melibatkan peralatan seperti fork trucks, rack, dan sistem informasi.
Hal penting lainnya yang harus diperhatikan adalah hubungan dan keterkaitan antar
tiap kegiatan untuk mencegah terjadinya kesalahan, seperti terjadinya kesalahan
pengambilan barang. Kesalahan dapat terjadi pada proses-proses berikut ini :
Penerimaan dan detail produk, seperti kemasan, label, jumlah yang tidak sesuai,
ukuran pengemasan yang berbeda, dan sebagainya.
Proses pengambilan barang, seperti instruksi yang tidak jelas dan adanya
keterbatasan waktu.
Proses pengecekan di customer, seperti penginputan data yang salah pada sistem
Menurut Stuart Emmett (2005), biaya untuk memperbaiki kesalahan tata pengiriman
barang yang diterima oleh customer tidak terbatas pada proses pergudangan, dan 1%
kesalahan tersebut dapat dengan mudah meningkatkan biaya yang harus dikeluarkan
menjadi 10 – 30%. Hal ini karena biaya tersebut termasuk biaya pengambilan
kembali, pengeluaran untuk customer service, penundaan pembayaran, pengubahan
data, pengiriman ulang, dan juga secara keseluruhan mempengaruhi tingkat
kepercayaan customers.
Menurut Smith (2001), untuk menjadi sukses dalam abad ke-21, perencanaan gudang
harus dibuat dalam kerangka jangka panjang yang jelas, dan visi yang konsisten di
mana operasi pergudangan akan dijalankan. Strategi berikut harus menjadi dasar dari
visi ini:
5. Jaringan supply chain: Gudang tidak akan dipandang sebagai operasi independen
namun sebagai elemen dari keseluruhan rantai pasokan yang terencana .
7. Kecepatan: Pengurangan lead time, siklus produk yang lebih pendek , dan
meningkatkan hasil perputaran persediaan dalam peningkatan laju gudang .
8. Ragam: SKU yang lebih banyak dan kebutuhan pelanggan khusus lainnya
mengakibatkan peningkatan dalam berbagai tugas yang dilakukan di gudang .
11. Integrasi: Integrasi perlu dipahami tidak hanya sebagai metode perbaikan dalam,
atau bahkan antara proses melainkan sebagai metode perbaikan dari keseluruhan
proses.
12. Akurasi persediaan: Persediaan di atas 99 % adalah prinsip dengan sistem
manajemen gudang real-time, barcoding, dan pemrosesan order elektronik.
Persediaan fisik tahunan dieliminasi dan perhitungan siklus sepenuhnya dianut.
14. Keteraturan: Ada efisiensi dari keteraturan di gudang . Hal yang pasti adalah
bahwa wilayah kerja yang aman, bebas dari kemacetan, dan terorganisir dengan
baik memungkinkan personil untuk bergerak melalui pekerjaan sehari-hari
dengan konsentrasi.
17. Aliran berkelanjutan: Akan ada fokus yang jelas pada produk menarik melalui
sistem logistik dan tidak membangun persediaan besar.
19. Perubahan: Organisasi yang akan memasuki abad baru dengan berhasil adalah
menjadi organisasi yang proaktif merangkul perubahan.
Tata letak pabrik adalah perancangan susunan fisik suatu unsur kegiatan yang
berhubungan dengan industri manufaktur. Perencanaan tata letak mencakup desain
atau konfigurasi dari bagian-bagian, pusat kerja, dan peralatan yang membentuk
proses perubahan dari bahan mentah menjadi barang jadi.
Perencanaan tata letak fasilitas produksi merupakan suatu persoalan yang penting,
karena pabrik atau industri akan beroperasi dalam jangka waktu yang lama, maka
kesalahan di dalam analisis dan perencanaan layout akan menyebabkan kegiatan
produksi berlangsung tidak efektif atau tidak efesien.
Perencanaan tata letak merupakan salah satu tahap perencanaan fasilitas yang
bertujuan untuk mengembangkan suatu sistem produksi yang efisien dan efektif
sehingga dapat tercapai suatu proses produksi dengan biaya yang paling ekonomis.
Studi mengenai pengaturan tata letak fasilitas selalu berkaitan dengan minimisasi
total cost. Yang termasuk dalam elemen-elemen cost yaitu construction cost,
installation cost, material handling cost, production cost, safety cost dan in-process
storage cost. Disamping itu, perencanaan yang teliti dari layout fasilitas akan
memberikan kemudahan-kemudahan saat diperlukannya ekspansi pabrik atau
kebutuhan pengawasan.
2.3. Tujuan Perancangan Fasilitas
Menurut Apple (1990), tujuan umum dari keseluruhan rancangan adalah memberikan
masukan melalui setiap fasilitas dalam waktu yang paling singkat yang
memungkinkan dengan penggunaan biaya yang optimal. Dalam batasan industri,
penyimpanan dan penempatan produk yang semakin singkat di suatu pabrik, maka
akan semakin kecil biaya dan resiko yang akan ditanggung. Perencanaan tata letak
merupakan salah satu tahap perencanaan fasilitas yang bertujuan untuk
mengembangkan suatu sistem produksi yang efisien dan efektif sehingga dapat
tercapai suatu proses produksi dengan biaya yang paling ekonomis.
a. Susunan mesin/ peralatan, tenaga kerja, bahan di daerah kerja diatur sehingga
bahan-bahan dapat bergerak dari suatu daerah kerja ke daerah kerja yang lain
dengan lancar.
Suatu layout yang baik harus direncanakan sedemikian rupa sehingga dapat
mengurangi kegiatan material handling sampai dengan batas yang minimum.
Penggunaan handling yang mekanis dan seluruh gerakan direncanakan langsung
menuju daerah pengiriman. Bila memungkinkan, tiap part diusahakan diangkut dalam
keadaan in process (diangkut sambil dikerjakan).
2. Memelihara Fleksibilitas.
Turn over yang diharapkan adalah tinggi, untuk menjaga agar manufacturing cycle
time tidak tinggi (delay tidak lama). Persediaan bahan setengah jadi (work in process)
terjadi karena belum selesainya proses produksi dari produksi yang bersangkutan.
Rendahnya turn over dari persediaan bahan setengah jadi, menyebabkan tingginya
persediaan bahan setengah jadi. Hal ini biasanya disebabkan oleh layout yang
digunakan tidak sesuai dengan kebutuhan proses.
Efisiensi yang terbesar dalam operasi akan dicapai apabila material yang digunakan
di dalam pabrik digerakkan melalui proses yang dibutuhkan dalam waktu yang
sesingkat mungkin.
Investasi terhadap peralatan yang digunakan dapat dikurangi melalui pengaturan yang
tepat antara mesin-mesin peralatan yang digunakan dengan bagian-bagian yang
memerlukan.
5. Mengusahakan Pemakaian Luas Lantai Yang Ekonomis.
Suatu perencanaan layout yang baik, telah mencakup perencanaan kebutuhan luas
lantai dari masing-masing daerah kerja atau masing-masing departemen. Perencanaan
kebutuhan lantai yag tepat dan sesuai akan menghemat investasi, baik untuk gedung,
bangunan kantor, bangunan pabrik maupun gudang.
Beberapa usaha yang dapat ditempuh untuk mendorong penggunaan tenaga kerja
secara efektif adalah:
c. Menyeimbangkan siklus mesin sehingga mesin, pekerja dan bahan relatif tidak
ada yang menganggur.
Untuk mencapai suasana kerja yang menenangkan dan menjamin keselamatan, perlu
diperhatikan faktor-faktor sebagai berikut:
b. Suhu ruangan
c. Ventilasi
d. Kotoran
e. Abu
f. Keselamatan kerja, dan lain-lain.
Agar lalu lintas barang dapat berjalan lancar dengan penggunaaan tenaga secara
ekonomis, maka alur pengambilan barang perlu direncanakan. Interior gudang harus
direncanakan., dengan tetap memperhatikan efisiensi. Pemindahan barang khususnya
yang memakai pallet, harus menjadi perhatian utama. Harus disediakan ruangan agar
fork lift dapat bergerak bebas diantara susunan barang.
Menurut Bartholdi dan Hackman, dalam merancang desain dan operasional aliran
barang di gudang dapat melalui panduan umum seperti :
Barang harus dapat terus bergerak, tanpa harus berhenti dan memulai kembali,
yang berarti diperlukan adanya penanganan dan ruang tambahan.
Dedicated storage atau disebut juga dengan fixed slot storage, menggunakan lokasi
penyimpanan yang khusus untuk setiap barang yang disimpan (Francis et al., 1992).
Hal ini dikarenakan lokasi penyimpanan tertentu dialokasikan untuk produk yang
spesifik.
Dua jenis dari dedicated storage yang sering digunakan adalah part number sequence
storage dan throughput-based dedicated storage. Part number sequence storage
didasarkan pada penyimpanan suatu produk dengan penomoran part pada produk.
Nomor part yang rendah diberikan tempat yang dekat dengan titik I/O dan nomor part
yang tinggi diberikan tempat yang jauh dengan titik I/O. Pemberian nomor dilakukan
secara random tanpa memperhatikan aktivitas yang ada. Oleh karena itu, jika satu
part dengan nomor part yang sangat besar dengan aktivitas yang sangat tinggi,
perjalanan berulangkali akan terjadi.
penyimpanan
input/output (I/O) i
di,k = jarak yang dibutuhkan untuk perjalanan antara titik I/O i dan lokasi
storage/retrieval k
xj,k = 1, jika produk j ditempatkan pada lokasi storage/retrieval k
untuk sistem.
Min ∑ ∑ ∑ [ ] (2-1)
Dimana
∑j jk k (2-2)
∑ j (2-3)
Bagaimanapun, hanya pi,j persen dari total perjalanan untuk produk j yang dilakukan
dari/ke titik I/O i. Karena perkiraan waktu yang dibutuhkan untuk perjalanan antara
lokasi penyimpanan/penarikan k dan titik I/O i untuk produk j dinyatakan dengan
Tj/Sj dan pi,jti,kxj,k. Penjumlahan seluruh titik I/O, produk, dan lokasi penyimpanan
menghasilkan f(x). Rumus (2-2) memastikan bahwa hanya ada satu produk yang
ditempatkan pada lokasi penyimpanan/penarikan k. Rumus (2-3) memastikan bahwa
jumlah lokasi penyimpanan/penarikan yang ditempatkan untuk produk j adalah Sj.
∑ ∑ ∑ (2-4)
Tanda kurung menunjukkan rata-rata jumlah waktu yang dibutuhkan bagi produk j
untuk perjalanan anatara lokasi penyimpanan/penarikan k dan titik I/O m. Maka:
∑ (2-5)
∑ ∑ (2-6)
∑ (2-7)
Fungsi utama dari material handling system dan material hanling devices ini adalah
untuk menghantarkan bahan diantara proses produksi. Material handling secara
ringkas merupakan kegiatan yang menggunakan metode yang tepat untuk
menyediakan material dalam jumlah yang tepat pada lokasi yang tepat, pada saat
yang tepat dalam urutan, posisi, dan biaya yang tepat (Tompkins et.al. 2003).
Rencanakan lokasi yang tepat untuk lokasi pengiriman dan penerimaan material.
Buat perencanaan untuk pembuangan scrap.
Gunakan wadah yang sama dalam pemindahan material, sejauh yang dapat
dilakukan.
Saran:
Keselamatan kerja tidak dapat diabaikan dalam perancangan dan pemilihan material
handling. Dengan menerapkan prinsip keselamatan kerja dalam perancangan , maka
ketergantungan terhadap kontrol dalam proses dan alat pelindung diri dapat
dihindarkan. Banyak penyedia peralatan terpercaya dan menyediakan peralatan yang
sesuai dengan standar keselamatan dan kesehatan kerja (K3), namun penggunaan
peralatan yang sesuai dengan K3 saja tidak menjamin terciptanya lingkungan kerja
yang juga aman.
Dalam banyak hal, penggunaan material handling melibatkan rak pallet dan industrial
lift truck. Fokus pada efisiensi ruang, menjadikan banyak perancangbangun membuat
aisle (gang) yang tidak cukup luas dalam rancangannya. Dalam tabel berikut terdapat
lebar aisle yang direkomendasikan dalam perancangan fasilitas.
• Rectilinear Distance
• Euclidean Distance
1. Rectilinear Distance
Jarak diukur sepanjang lintasan dengan menggunakan garis tegak lurus (rectilinear)
satu dengan yang lainnya. Sebagai contoh adalah material yang berpindah sepanjang
gang (aisle) di pabrik.
2. Euclidean Distance
Jarak diukur sepanjang lintasan garis lurus antara dua buah titik. Jarak euclidean
dapat diilustrasikan sebagai conveyor lurus yang memotong dua buah stasiun kerja.
dij = √ (2-9)
Jarak diukur sepanjang lintasan sebenarnya yang melintas antara dua buah titik.
Sebagai contoh, pada sistem kendaraan terkendali (guided vehicle system), kendaraan
dalam perjalanannya harus mengikuti arah-arah yang sudah ditentukan pada jaringan
lintasan terkendali. Oleh karena itu, jarak lintasan aliran bisa lebih panjang
dibandingkan dengan rectilinear atau euclidean.
Antar objek di dalam sistem maupun dengan objek di luar sistem terdapat hubungan
yang bersifat umpan balik yang menyebabkan sistem senantiasa bersifat dinamis.
Sedangkan lingkungan sistem adalah segala sesuatu yang tidak merupakan bagian
dari sistem, tetapi keberadaannya dapat mempengaruhi dan atau dipengaruhi sistem.
Sistem disebut terbuka jika ada objek di luar sistem yang mempengaruhi objek di
dalam sistem, dalam hal sebaliknya, sistem disebut tertutup. Karakteristik yang lain:
sistem bersifat continuous atau discrete bergantung kepada apakah variabel yang
diamati mempunyai nilai pada setiap titik waktu atau hanya pada setiap perode waktu
tertentu, atau bersifat deterministik atau stokastik jika tidak ada atau setidaknya satu
variabel yang probabilistik. Proses karakterisasi sistem ini juga diharapkan
memberikan gambaran model konseptual sistem tersebut, faktor input yang
berpengaruh pada sistem (decision variable) dan output variables yang akan diukur
untuk mengevaluasi kinerja sistem tersebut.
1. Tingkat generalisasi yang tinggi. Makin tinggi tingkat generalisasi model, maka
model tersebut akan dapat memecahkan masalah yang semakin besar,
4. Peka terhadap perubahan asumsi. Hal ini menunjukkan bahwa proses pemodelan
tidak pernah selesai (peka terhadap perubahan lingkungan).
2.8.6. Keuntungan Simulasi
1. Fleksibel
3. Dapat melebar-luaskan waktu (expand time); hal ini terlihat terutama dalam
dunia statistik di mana hasilnya diinginkan tersaji dengan cepat.Simulasi dapat
digunakan untuk menunjukkan perubahan struktur dari suatu system nyata (Real
System) yang sebenarnya tidak dapat diteliti pada waktu yang seharusnya (Real
Time). Dengan demikian simulasi dapat membantu memprediksi response dari
Real System hanya dengan mengubah data parameter sistem.
6. Dapat dihentikan dan dijalankan kembali (stop simulation and restart); simulasi
komputer dapat dihentikan untuk kepentingan peninjauan ataupun pencatatan
semua keadaan yang relevan tanpa berakibat buruk terhadap program simulasi
tersebut. Dalam dunia nyata, percobaan tidak dapat dihentikan begitu saja.
Dalam simulasi komputer, setelah dilakukan penghentian maka kemudian dapat
dengan cepat dijalankan kembali (restart).
3. Tidak immune terhadap GIGO (Garbage In, Garbage Out). Artinya apabila kita
memasukkan data yang salah, maka kita akan mendapatkan output simulasi
yang salah juga. Sehingga dapat disimpulkan bahwa hasil simulasi tergantung
dari input yang kita masukkan.
Dalam bab ini telah dibahas studi kepustakaan yang berhubungan dengan masalah
yang dibahas, dalam bab selanjutnya akan diterangkan tentang metodologi yang
digunakan dalam penelitian ini.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Metode penelitian merupakan cara atau prosedur yang berisi tahapan-tahapan dan
disusun secara sistematis dalam proses penelitian. Tiap tahapan merupakan bagian
yang menetukan tahapan selanjutnya sehingga harus dilalui dengan cermat. Secara
garis besar metode penelitian ini dapat dilihat pada diagram berikut.
STUDI PENDAHULUAN
STUDI KEPUSTAKAAN
PENGUMPULAN DATA
PENGOLAHAN DATA
Perhitungan throughput
Dalam penelitian ini, data sekunder yang dibutuhkan adalah sebagai berikut:
a. Data kebutuhan bahan baku periode sebelumnya.
b. Data proses produksi.
(3-1)
3. Penempatan produk
Penempatan produk dilakukan dengan cara menempatkan produk dengan nilai
T/S tertinggi pada slot dengan jarak terkecil, lalu produk tertinggi kedua pada slot
terkecil kedua, dan seterusnya.
Dalam bab ini telah dibahas mengenai metodologi yang digunakan dalam penelitian
ini, dalam bab selanjutnya akan membahas pengumpulan dan pengolahan data.
BAB IV
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
0
Manpower Measurement
Kesalahan
Kurangnya perhitungan
kompetensi kebutuhan ruang
Staff gudang
tidak teliti Customers’s
complaint dan
lamanya proses
pengantaran bahan
Material baku
handling yang
tidak memadai Metode pengaturan
barang dalam
gudang tidak tepat
Machine Method
1. Metode
Saat ini tidak ada metode yang jelas dalam penyimpanan bahan baku di gudang,
sehingga bahan baku yang datang disimpan secara acak.
2. Pengukuran
Adanya bahan baku yang disimpan dengan bersusun sehingga tidak dapat dengan
mudah diakses menunjukkan adanya kesalahan dalam perhitungan kebutuhan ruang
untuk penyimpanan bahan baku.
3. Mesin/Peralatan
Kurangnya peralatan seperti rak pallet juga mengakibatkan bahan baku terpaksa
diletakkan di atas lantai.
1
4. Manpower
Kurangnya kompetensi dan ketelitian petugas gudang juga menyebabkan tertukarnya
bahan baku yang dikirim ke gudang serta tidak terpakainya bahan baku yang telah
terlebih dahulu sampai ke ke gudang.
Dari akar permasalahan yang ada, maka dapat diusulkan beberapa solusi untuk
mengatasi permasalahan tersebut:
1. Untuk mengatasi penyusunan bahan baku yang tidak sistemastis, diusulkan untuk
menggunakan metode dedicated storage pada gudang bahan baku. Metode ini
sesuai untuk diterapkan pada gudang bahan baku PT A karena beragamnya
customers yang menggunakan jasa PT A. Metode ini dapat meminimalisir
tertukarnya bahan baku meskipun bahan baku tersebut memiliki nama dan
kemasan yang sama karena setiap jenis bahan baku yang berasal dari customers
akan ditempatkan pada slot khusus di dalam gudang
2. Untuk mengatasi kurangnya ruang penyimpanan diusulkan untuk menggunakan
rak pallet pada gudang bahan baku.
3. Untuk mengatasi permasalahan terkait manpower, maka perlu dilakukan training
kepada seluruh petugas yang terkait dengan penggunaan bahan baku, terutama
petugas gudang dan operator produksi. Hal ini diharapkan dapat meningkatkan
kepedulian dan pemahaman petugas terhadap operasional gudang yang baik.
2
4.3.1. Data Jenis dan Dimensi Bahan Baku
Gudang bahan baku PT A digunakan untuk menyimpan bahan baku yang dikirimkan
oleh customers. Terdapat tujuh customers yang mengirimkan bahan baku ke gudang
PT A. Data bahan baku yang masuk serta customer yang mengirimkannya dapat
dilihat di tabel 4.1.
Tabel 4.1. Daftar Bahan Baku dan Customers
Deltamethrin Formalin
Agnique ABS RA Geronol ABA GR
Agnique CSO Propilen Glycol
Geronol BPMC
DA
Rhodacal BM Rhodorsil
Permethrin BM Castor Oil
Permethrin NF Triazophos BS
Alkil Gliserol NF Cypermethrin BS
IPA Glyphosate Cypermethrin SN SN
Bahan baku yang dikirimkan oleh customers dikemas dengan drum berbahan
Stainless Steel dan High Density Poly Ethylene dengan dimensi diameter 58 cm dan
tinggi 120 cm.
Dalam dedicated storage setiap produk akan menempati slot khusus, maka jumlah
slot yang dialokasikan untuk setiap produk harus dapat memenuhi kebutuhan
maksimum dari setiap produk tersebut. Perhitungan kebutuhan maximum storage ini
dilakukan dengan memperhitungkan jumlah stok awal, jumlah kedatangan, dan
3
jumlah pengiriman ke line produksi selama 6 bulan. Data ini dapat dilihat dalam tabel
pada lampiran 1.
4
Hal ini mengakibatkan operator forklift akan lebih memilih mengambil bahan baku
yang datangnya lebih akhir karena lebih mudah dalam pengambilannya.
Skala 1:100
Gambar 4.2. Layout gudang C3.2 saat ini
5
Sedangkan tata letak gudang bahan baku C4 saat ini dapat dilihat pada gambar 4.3.
Skala 1:100
Gambar 4.3. Layout Gudang C4 Saat Ini
Dari gambar di atas terlihat bahwa pada gudang C4 pallet diletakkan sepanjang sisi
kiri dan kanan aisle yang berhadapan langsung dengan I/O Point. Pada kondisi saat
ini sebuah pallet juga dapat ditumpuk langsung di atas pallet lain jika kondisi gudang
telah penuh. Hal ini telah mengakibatkan kesulitan bagi operator forklift untuk
mengidentifikasi dan mengambil bahan baku yang berada di tumpukan belakang.
6
4.4. Pengolahan Data
4.4.1. Perhitungan Kebutuhan Ruang
Metode ini merupakan bagian dari metode dedicated storage dimana produk yang
disimpan diletakkan pada lokasi tertentu dan hanya satu jenis produk yang
ditempatkan di lokasi penyimpanan tersebut.
Kebutuhan lokasi untuk tiap produk yang akan disimpan dapat dihitung dari
kebutuhan penyimpanan maksimum tiap produk yang telah diperlihatkan pada sub
bab sebelumnya.
Setiap produk yang akan disimpan di gudang bahan baku akan disusun di atas pallet
yang berukuran panjang 110 cm dan lebar 120 cm. Bahan baku yang dikirimkan oleh
konsumen dikemas dalam satuan drum ukuran 200 Liter. Satu pallet dapat
menyimpan 4 unit drum. Penyimpanan pallet di gudang bahan baku C3.2
mengunakan rak pallet yang dapat menampung 2 pallet, setara dengan 8 unit bahan
baku, dalam setiap kolomnya. Setiap kolom rak pallet ini selanjutnya disebut slot.
Slot ini sendiri berdimensi panjang 1,5 meter, lebar 1,5 meter, dan tinggi 4,0 meter.
Gambar slot dapat dilihat pada gambar 4.3.
Rak pallet
Bahan baku
Pallet kayu
7
Kebutuhan penyimpanan maksimum bahan baku diketahui dengan melihat data
kedatangan dan penggunaan bahan baku. Data ini dapat dilihat pada lampiran 3.
s ot
Sebagai contoh, untuk perhitungan kebutuhan slot untuk produk abamectin. Dari
tabel pada lampiran 2 diketahui bahwa penyimpanan maksimum untuk deltamethrin
adalah 32 unit. Maka kebutuhan ruang untuk produk deltamethrin adalah :
Tabel 4.2. Kebutuhan ruang masing-masing bahan baku untuk dedicated storage.
PENYIMPANAN
KEBUTUHAN RUANG
BAHAN BAKU MAKSIMUM
(SLOT)
(drum)
Deltamethrin 32 4
Agnique ABS 26 4
Agnique CSO 27 4
Geronol 32 4
Rhodacal 18 3
Permethrin BM 20 3
Permethrin NF 19 3
Alkil Gliserol 30 4
IPA Glyphosate 20 3
Formalin 21 3
Geronol ABA 19 3
Propilen Glycol 23 3
BPMC 19 3
Rhodorsil 14 2
8
Tabel 4.2. Kebutuhan ruang masing-masing bahan baku (lanjutan).
PENYIMPANAN
KEBUTUHAN RUANG
BAHAN BAKU MAKSIMUM
(SLOT)
(drum)
Castor Oil 37 5
Triazophos 33 5
Cypermethrin BS 45 6
Cypermethrin SN 25 4
JUMLAH 460 66
Dari tabel di atas terlihat bahwa total slot yang dibutuhkan pada gudang bahan baku
adalah sebanyak 66 slots.
Salah satu pertimbangan dalam membuat tata letak gudang adalah lebar aisle pada
gudang. Ukuran lebar aisle pada gudang dapat dihitung dengan menghitung panjang
diagonal dari material handling yang akan dipakai. Panjang diagonal ini dijadikan
acuan karena akan menjadi jarak yang dibutuhkan oleh material handing saat
melakukan manuver. Material handling yang dipakai adalah forklift dengan ukuran
panjang 2,5 meter dan lebar 1,2 meter. Ukuran panjang diagonal forklift dapat
dihitung sebagai berikut:
or t √ or t or t (4-1)
= 2,8 meter
9
Sedangkan jika mengacu pada tabel rekomendasi lebar aisle oleh Tompkins (2003),
maka lebar aisle untuk forklift dengan kapasitas sebesar 2 ton adalah 10 feet atau
setara dengan 3,05 meter. Lebar aisle sesuai rekomendasi ini dijadikan acuan dalan
perancangan usulan tata letak gudang C3.2 dan C4.
Pada gudang C3.2 main aisle akan ditempatkan berhadapan langsung dengan pintu
keluar masuk. Pada sisi tegak lurus dari main aisle juga dirancang aisle yang
memanjang di sisi timur gudang yang dapat diakses langsung dari I/O Point. Slot di
tempatkan di sepanjang sisi kiri dan kanan main aisle. Pada sisi belakang slot ini akan
ditempatkan slot lain yang dapat diakses dari aisle yang sejajar dengan main aisle.
Dibandingkan dengan tata letak saat ini, pada tata letak usulan aisle yang berada pada
sisi barat ditiadakan. Hal ini karena keberadaaan aisle pada sisi barat ini tidak efektif
karena tidak terdapat akses keluar masuk dari sisi tersebut. Dengan dihilangkannya
aisle tersebut, maka ruang pada sisi tersebut dapat digunakan untuk menampung 6
slots. Dengan menggunakan rancangan 3 aisles dari sisi timur ke sisi barat gudang
dan 1 aisle yang memanjang dari sisi kiri ke sisi kanan I/O point, jumlah maximum
slot yang dapat ditempatkan pada gudang C3.2 menjadi 42 slots.
Pada rancangan usulan ini, material handling telah dapat menjangkau seluruh slot
melalui aisle yang tersedia. Lebar aisle sendiri disesuaikan dengan alokasi ruangan
yang tersedia. Setelah dilakukan perancangan ulang, maka didapati bahwa lebar aisle
dapat mencapai lebar 3,5 meter. Dengan lebar ini selain manuver dari material
handling sudah dapat dilakukan dengan baik juga aspek safety telah dipenuhi. Tata
letak usulan untuk gudang C3.2 dapat dilihat pada gambar 4.5.
10
4.2.2.1. Perancangan Tata Letak Usulan Pada Gudang C4
Dengan memperhatikan tata letak saat ini pada gudang C4 terlihat bahwa tata letak
ini masih dapat dikembangkan lebih lanjut agar didapatkan tata letak gudang yang
lebih baik sehingga mengoptimalkan penggunaan ruang, memberikan tata letak yang
teratur, mengoptimalkan accessibility terhadap bahan baku, serta memberikan
keamanan dalam melakukan operasional gudang.
Pada tata letak saat ini, produk pada gudang C4 ditempatkan pada sisi kiri dan kanan
gudang secara acak dengan menggunakan pallet dan untuk mengatasi keterbatasan
ruang terkadang satu pallet dapat langsung ditumpuk di atas pallet lainnya. Hal inilah
yang mengakibatkan lamanya proses pengambilan barang dari gudang untuk
dikirimkan ke line produksi dan juga mengakibatkan operator forklift lebih memilih
untuk mengambil bahan baku yang berada di posisi yang paling mudah untuk diambil
sehingga sistem First In First Out (FIFO) tidak diterapkan dengan baik.
Untuk mengatasi hal tersebut, pada rancangan usulan, penyimpanan pallet diusulkan
menggunakan rak pallet yang dapat menampung 2 pallet dalam satu kolom seperti
yang dipergunakan pada gudang C3.2. Rancangan slot yang dapat menampung 2
pallet dalam satu kolom ini telah disesuaikan dengan gudang C4 yang memiliki
ukuran tinggi 6 meter. Rak penyimpanan ini diletakkan berderet di sisi kiri dan kanan
gudang dan In Out Point akan langsung berhadapan dengan main aisle. Lebar main
aisle setelah dihitung dapat mencapai 3,7 meter.
Dari total kebutuhan 66 slots yang dibutuhkan, 42 slots telah dirancang untuk
ditempatkan di gudang C3.2 seperti pada sub bab sebelumnya, sehingga total slot
yang dibutuhkan di gudang C4 adalah 24 slots. Setelah slots tersebut ditempatkan di
sisi kiri dan kanan gudang, masih terdapat ruang yang dapat menampung 6 slots pada
sisi belakang gudang. Area ini dapat digunakan untuk membuat slot tambahan jika
diperlukan. Hal ini dapat menghasilkan peningkatan penggunaan ruang dan
memberikan kemudahan dalam pengaturan penempatan bahan baku. Tata letak
seperti ini diharapkan dapat memperlancar arus keluar masuk barang dan
11
memudahkan dalam penempatan barang. Tata letak usulan untuk gudang C4 dapat
dilihat pada gambar 4.6.
Skala 1:100
Gambar 4.5. Layout Usulan Gudang C3.2
12
Skala 1:100
Gambar 4.6. Layout Usulan Gudang C4
Gambar 4.5 dan 4.6 di atas merupakan layout usulan awal untuk gudang C4 dan C3.2
yang dirancang dapat menampung 66 slots sesuai jumlah slot yang dibutuhkan dalam
perancangan tata letak gudang dengan menggunakan dedicated storage. Langkah
selanjutnya adalah dengan mengatur penempatan bahan baku pada slot tersebut.
Langkah-langkah dalam mengatur penempatan bahan baku pada slot dibahas pada
sub bab berikutnya.
13
4.2.3. Perhitungan Throughput
Istilah throughput digunakan sebagai ukuran jumlah aktivitas penerimaan dan
pengiriman yang terjadi per periode waktu. Perhitungan dilakukan berdasarkan
aktvitas penerimaan dan pengiriman rata-rata per pekannya.
Aktivitas penerimaan dan pengiriman di gudang bahan baku dilakukan dengan
menggunakan forklift sebagai material handling device. Throughput dihitung dari
rata-rata penerimaan dan pengiriman. Rumus yang digunakan adalah:
- -
(4-2)
Sebagai contoh untuk bahan baku deltamethrin, rata-rata penerimaan per pekan
adalah 7 unit dan rata-rata pengiriman per pekan adalah 7 unit, sedangkan untuk
sekali pemindahan dengan menggunakan forklift dapat memindahkan 4 unit bahan
baku. Maka besar throughput adalah :
Hasil perhitungan throughput untuk masing-masing bahan baku dapat dilihat di tabel
4.3.
Tabel 4.3. Throughput masing-masing bahan baku
RATA-RATA RATA-RATA
THROUGPUT (T)
BAHAN BAKU PENERIMAAN PENGIRIMAN
(aktifiitas/pekan)
(drum/pekan) (drum/pekan)
Agnique ABS 11 11 6
Alkil Gliserol 11 11 6
BPMC 7 6 4
Agnique CSO 10 10 5
Geronol 9 9 5
14
Tabel 4.3. Throughput masing-masing bahan baku (lanjutan)
RATA-RATA RATA-RATA
THROUGPUT (T)
BAHAN BAKU PENERIMAAN PENGIRIMAN
(aktifiitas/pekan)
(drum/pekan) (drum/pekan)
Castor Oil 12 12 6
Cypermethrin BS 11 10 6
Cypermethrin GR 8 8 4
Deltamethrin 7 7 4
Permethrin NF 5 5 3
Geronol ABA 5 5 3
Formalin 5 4 3
Propylen Glycol 6 5 3
Rhodorsil 4 4 2
Triazophos 7 7 4
Permethrin BM 4 4 2
IPA Glyphosate 2 3 2
Rhodacal 2 2 1
15
Tabel 4.4. Ratio T/S masing-masing bahan baku setelah dirangking
THROUGPUT KEBUTUHAN
BAHAN BAKU T/S
(T) SLOT (S)
Titik I/O pada gudang C3.2 dan gudang C4 masing-masing terletak pada koordinat
(16,5 , 10) dan (24,825 , 6.8).
Contoh Perhitungan:
Untuk menghitung jarak dari slot A1 ke titik I/O pada gudang C3.2
16
Koordinat titik I/O : (16,5 , 10)
Koordinat slot A1 : (12,25 , 0,95)
Jarak antara dua titik ini dihitung dengan menggunakan persamaan (2-8) :
d = [x – a] +[y – b]
d = [16,5-12,25] + [10-0,95]
d = 13,35 meter
Jarak antara slot dengan I/O point pada gudang C3.2 dapat dilihat pada tabel 4.5.
17
Dari tabel di atas terlihat bahwa pada gudang C3.2, slot terdekat dengan In Out Point
adalah slot A15 dan A22 dengan jarak 6,75 meter dan yang terjauh adalah slot A42
dengan jarak 22,28 meter.
Jarak antara slot dengan I/O point pada gudang C4 dapat dilihat pada tabel 4.6.
Tabel 4.6. Jarak Slot ke I/O point pada gudang C4
Koordinat Jarak ke Koordinat Jarak ke
No. Slot No. Slot
x Y titik I/O (m) X y titik I/O (m)
B43 24,37 4,2 3,45 B55 24,37 9,35 3,40
B44 22,90 4,2 4,93 B56 22,90 9,35 4,88
B45 21,37 4,2 6,45 B57 21,37 9,35 6,40
B46 19,87 4,2 7,95 B58 19,87 9,35 7,90
B47 18,35 4,2 9,48 B59 18,35 9,35 9,43
B48 16,90 4,2 10,93 B60 16,90 9,35 10,88
B49 15,42 4,2 12,41 B61 15,42 9,35 12,36
B50 13,90 4,2 13,93 B62 13,90 9,35 13,88
B51 12,40 4,2 15,43 B63 12,40 9,35 15,38
B52 10,87 4,2 16,95 B64 10,87 9,35 16,90
B53 9,37 4,2 18,45 B65 9,37 9,35 18,40
B54 7,90 4,2 19,93 B66 7,90 9,35 19,88
Dari tabel di 4.6 terlihat bahwa pada gudang C4, slot terdekat dengan In Out Point
adalah slot B55 dengan jarak 3,40 meter dan yang terjauh adalah slot B54 dengan
jarak 19,93 meter.
18
dibandingkan dengan gudang C4, maka penempatan bahan baku akan dimulai dari
gudang C3.2 kemudian dilanjutkan ke gudang C4.
Hasil penempatan bahan baku pada gudang C3.2 dapat dilihat pada tabel 4.7.
19
Tabel 4.7. Penempatan bahan baku pada gudang C3.2 (lanjutan)
Koordinat Jarak ke
No. Slot Bahan Baku
X Y titik I/O (m)
A37 10,77 19,1 14,78
A2 10,77 0,95 14,83
A21 3,27 7,55 15,73
Cypermethrin BS
A28 3,27 1255 15,73
A34 4,75 14,1 15,80
A13 4,75 6 15,80
A38 9,25 19,1 16,30
A3 9,25 0.95 16,35
Cypermethrin GR
A14 3,27 6 17,28
A35 3,27 14,1 17,28
A39 7,75 19,1 17,80
A4 7,75 0,95 17,85
Deltamethrin
A40 6,23 19,1 19,32
A5 6,23 0,95 19,37
A41 4,75 19,1 20,80
A6 4,75 0,95 20,85 Permethrin NF
A42 3,27 0,95 22,28
A7 3,27 0,95 22,33 Geronol ABA
Hasil penempatan bahan baku pada gudang C4 dapat dilihat pada tabel 4.8 di bawah
ini.
Tabel 4.8. Penempatan bahan baku pada gudang C4
Koordinat Jarak ke
No. Slot Bahan Baku
X Y titik I/O (m)
B55 24,37 9,35 3,40
Geronol ABA
B43 24,37 4,2 3,45
B56 22,90 9,35 4,88
B44 22,90 4,2 4,93 Formalin
B57 21,37 9,35 6,40
20
Tabel 4.8. Penempatan bahan baku pada gudang C4 (lanjutan)
Koordinat Jarak ke
No. Slot Bahan Baku
X Y titik I/O (m)
B45 21,37 4,2 6,45
B58 19,87 9,35 7,90 Propylen Glycol
B46 19,87 4,2 7,95
B59 18,35 9,35 9,43
Rhodorsil
B47 18,35 4,2 9,48
B60 16,90 9,35 10,88
B48 16,90 4,2 10,93
B61 15,42 9,35 12,36 Triazophos
B49 15,42 4,2 12,41
B62 13,90 9,35 13,88
B50 13,90 4,2 13,93
B63 12,40 9,35 15,38 Permethrin BM
B51 12,40 4,2 15,43
B64 10,87 9,35 16,90
B52 10,87 4,2 16,95 IPA Glyphosate
B65 9,37 9,35 18,40
B53 9,37 4,2 18,45
B66 7,90 9,35 19,88 Rhodacal
B54 7,90 4,2 19,93
Dari penempatan produk yang terlihat pada tabel 4.7 dan table 4.8, terlihat ada satu
produk yang harus ditempatkan pada dua gudang yaitu Geronol ABA yang satu
slotnya di tempatkan di gudang C3.2 dan dua slot lainnya ditempatkan di gudang C4.
Hal ini dapat mengakibatkan ketidakpraktisan dan membuat kesulitan bagi operator
forklift dalam menempatkan dan mengambil produk. Oleh karena itu diusulkan untuk
memindahkan satu slot produk Geronol ABA di gudang C3.2 ke gudang C4 sehingga
seluruh produk Geronol ABA ditempatkan di gudang C4. Sehingga tata letak dan
usulan penempatan bahan baku pada gudang C3.2 berubah seperti pada tabel 4.9.
21
Tabel 4.9. Penempatan bahan baku pada gudang C3.2 rev. 1
Koordinat Jarak ke
No. Slot Bahan Baku
X Y titik I/O (m)
A22 12,25 12,55 6,75
A15 12,25 7,55 6,75
Agnique ABS
A16 10,77 7,55 8,23
A23 10,77 12,55 8,23
A29 12,25 14,1 8,30
A8 12,25 6 8,30
Alkil Gliserol
A17 9,25 7,55 9,75
A24 9,25 12,55 9,75
A30 10,77 14,1 9,78
A9 10,77 6 9,78 BPMC
A18 7,75 7,55 11,25
A25 7,75 12,55 11,25
A31 9,25 14,1 11,30
Agnique CSO
A10 9,25 6 11,30
A19 6,23 7,55 12,77
A26 6,23 12,55 12,77
A32 7,75 14,1 12,80
Geronol
A11 7,75 6 12,80
A36 12,25 19,1 13,30
A1 12,25 0,95 13,35
A20 4,75 7,55 14,25
A27 4,75 12,55 14,25 Castor Oil
A33 6,23 14,1 14,32
A12 6,23 6 14,32
A37 10,77 19,1 14,78
A2 10,77 0,95 14,83
A21 3,27 7,55 15,73
Cypermethrin BS
A28 3,27 12,55 15,73
A34 4,75 14,1 15,80
A13 4,75 6 15,80
22
Tabel 4.9. Penempatan bahan baku pada gudang C3.2 rev. 1 (lanjutan)
Koordinat Jarak ke
No. Slot Bahan Baku
x Y titik I/O (m)
A38 9,25 19,1 16,30
A3 9,25 0,95 16,35 Cypermethrin
A14 3,27 6 17,28 GR
A35 3,27 14,1 17,28
A39 7,75 19,1 17,80
A4 7,75 0,95 17,85
Deltamethrin
A40 6,23 19,1 19,32
A5 6,23 0,95 19,37
A41 4,75 19,1 20,80
A6 4,75 0,95 20,85 Permethrin NF
A42 3,27 0,95 22,28
Karena terdapat perubahan pada penempatan bahan baku pada gudang C3.2, maka
penempatan bahan baku pada gudang C4 juga mengalami perubahan menjadi:
23
Tabel 4.10. Penempatan bahan baku pada gudang C4 rev. 1 (lanjutan)
Koordinat Jarak ke
No. Slot Bahan Baku
X Y titik I/O (m)
B47 16,90 4,2 10,93
B61 15,42 9,35 12,36
B48 15,42 4,2 12,41
B62 13,90 9,35 13,88 Triazophos
B49 13,90 4,2 13,93
B53 7,90 4,2 19,93
B54 6,37 4,2 21,45
B63 12,40 9,35 15,38
B50 12,40 4,2 15,43 Permethrin BM
B64 10,87 9,35 16,90
B51 10,87 4,2 16,95
B65 9,37 9,35 18,40 IPA Glyphosate
B52 9,37 4,2 18,45
B66 7,90 9,35 19,88
B53 7,90 4,2 19,93 Rhodacal
B54 6,37 4,2 21,45
Dari tabel 4.9 dan 4.10 terlihat bahwa seluruh bahan baku telah menempati slot
khusus di dalam gudang dan tidak ada bahan baku yang disimpan pada gudang yang
berbeda. Dengan adanya pemindahan slot ini maka total slot pada gudang C 3.2
adalah 41 slots dan jumlah slot pada gudang C4 adalah 25 slots.
Pada gudang C3.2 lebar aisle akhir adalah 3,5 meter dengan satu akses keluar masuk
gudang. Sedangkan pada gudang C4 lebar aisle menjadi 3,7 meter dengan satu akses
keluar masuk. Lebar aisle ini telah sesuai dengan lebar aisle yang direkomendasikan
oleh Tompkins, et al. (2003) yaitu 9 feet-10 feet setara dengan 2,74 meter – 3,05
meter. Dengan lebar aisle ini maka material handling telah dapat melakukan
manuver dengan baik dan aman.
24
Dari gambar akhir ini terlihat bahwa pada gudang C4 masih terdapat ruang kosong
yang masih dapat diisi dengan tambahan 5 slots.
Layout akhir usulan penempatan slot pada gudang C3.2 dan C4 dapat dilihat pada
gambar 4.7 dan gambar 4.8.
Skala 1:100
25
Gambar 4.7. Layout akhir usulan gudang C3.2
Skala 1:100
Gambar 4.8. Layout akhir usulan gudang C3.2
26
4.4. Analisis
Efisiensi yang dicapai dengan penerapan metode dedicated storage system pada
penataan tata letak bahan baku pada gudang dapat dihitung berdasarkan total jarak
yang ditempuh oleh material handling (forklift) saat pengambilan bahan baku saat ini
dibandingkan dengan jarak tempuh yang ditempuh berdasarkan tata letak usulan.
Dalam perhitungan ini, kecepatan forklift diasumsikan konstant pada 75 meter/menit.
Dari data tersebut terlihat bahwa rata-rata waktu penggunaaan forklift truck per hari
adalah 55,48 menit/hari. Dengan frekuensi penggunaan harian rata-rata sebanyak 6
kali per hari, maka rata-rata waktu yang dibutuhkan tiap pengambilan bahan baku
adalah 9,25 menit. Dengan asumsi kecepatan forklift truck adalah 75 meter/menit,
maka jarak perjalanan aktual total rata-rata yang ditempuh dapat dihitung dengan
persamaan:
S=VxT (4-3)
Dimana :
S = Jarak yang ditempuh (meter)
V= Kecepatan (meter/menit)
T = Waktu (menit)
Maka jarak yang ditempuh adalah:
S = 75 meter/menit x 55,48 menit/hari
= 4161 meter/hari.
27
4.4.2. Perhitungan Jarak Tempuh Berdasarkan Tata Letak Usulan.
Jarak tempuh total yang diharapkan per hari dapat dihitung dengan menggunakan
mengalikan jarak total dari slot ke I/O Point dengan ratio Throughput dan Storage :
∑ ∑ ∑ (4-4)
Contoh perhitungan:
Dari tabel 4.9 dan 4.10 dapat diketahui jarak dari masing-masing slot ke titik I/O serta
jenis bahan baku yang akan ditempatkan pada masing-masing slot tersebut. Pada slot
A22, A15, A16, dan A23 yang ditempati oleh bahan baku agnique ABS diketahui
jarak masing-masing slot ke titik I/O adalah masing-masing 6.75 m, 6.75 m, 8.23 m,
dan 8.23 m. Dari tabel 4.4 diketahui bahwa nilai T/S dari Agnique ABS adalah 1.5,
maka jarak tempuh yang diharapkan adalah:
= (6.75 + 6.75 + 8.23 +8.23) meter x 1.5
= 29.95 meter x 1.5
= 44.93 meter
Perhitungan jarak tempuh yang diharapkan untuk semua slot dapat dilihat pada tabel
4.11:
Tabel 4.11. Perhitungan Jarak Tempuh Total Yang Diharapkan
Koordinat Total Jarak Slot ke Jarak Tempuh
Jarak ke
No. Slot I/O Point (m) Tj/Sj yang
X Y titik I/O (m)
diharapkan (m)
A22 12,25 12,55 6,75
A15 12,25 7,55 6,75
29,95 1,5 44,93
A16 10,77 7,55 8,23
A23 10,77 12,55 8,23
28
Tabel 4.11. Perhitungan Jarak Tempuh Total Yang Diharapkan (lanjutan)
Koordinat Total Jarak Slot ke Jarak Tempuh
Jarak ke
No. Slot I/O Point (m) Tj/Sj yang
x Y titik I/O (m)
diharapkan (m)
A29 12,25 14,1 8,30
A8 12,25 6 8,30
36,10 1,5 54,15
A17 9,25 7,55 9,75
A24 9,25 12,55 9,75
A30 10,77 14,1 9,78
A9 10,77 6 9,78 30,80 1,33 41,07
A18 7,75 7,55 11,25
A25 7,75 12,55 11,25
A31 9,25 14,1 11,30
46,62 1,25 58,28
A10 9,25 6 11,30
A19 6,23 7,55 12,77
A26 6,23 12,55 12,77
A32 7,75 14,1 12,80
51,67 1,25 64,59
A11 7,75 6 12,80
A36 12,25 19,1 13,30
A1 12,25 0,95 13,35
A20 4,75 7,55 14,25
A27 4,75 12,55 14,25 70,50 1,2 84,60
A33 6,23 14,1 14,32
A12 6,23 6 14,32
A37 10,77 19,1 14,78
A2 10,77 0,95 14,83 92,66 1 92,66
A21 3,27 7,55 15,73
A28 3,27 12,55 15,73
A34 4,75 14,1 15,80 92,66 1 92,66
A13 4.75 6 15,80
A38 9,25 19,1 16,30
A3 9,25 0,95 16,35
67,20 1 67,20
A14 3,27 6 17,28
A35 3,27 14,1 17,28
29
Tabel 4.11. Perhitungan Jarak Tempuh Total Yang Diharapkan (lanjutan)
Koordinat Total Jarak Slot ke Jarak Tempuh
Jarak ke
No. Slot I/O Point (m) Tj/Sj yang diharapkan
x Y titik I/O (m)
(m)
A39 7,75 19,1 17,80
A4 7,75 0,95 17,85
74,35 1 74,35
A40 6,23 19,1 19,32
A5 6,23 0,95 19,37
A41 4,75 19,1 20,80
A6 4,75 0,95 20,85 63,98 1 63,98
A7 3,27 0,95 22,33
B55 24,37 9,35 3,40
B42 24,37 4,2 3,45 11,73 1 11,73
B56 22,90 9,35 4,88
B43 22,90 4,2 4,93
B57 21,37 9,35 6,40 17,78 1 17,78
B44 21,37 4,2 6,45
B58 19,87 9,35 7,90
B45 19,87 4,2 7,95 25,28 1 25,28
B59 18,35 9,35 9,43
B46 18,35 4,2 9,48
20,35 1 20,35
B60 16,90 9,35 10,88
B47 16,90 4,2 10,93
B61 15,42 9,35 12,36
B48 15,42 4,2 12,41 63,50 0,8 50,80
B62 13,90 9,35 13,88
B49 13,90 4,2 13,93
B63 12,40 9,35 15,38
B50 12,40 4,2 15,43 47,71 0,667 31,82
B64 10,87 9,35 16,90
B51 10,87 4,2 16,95
B65 9,37 9,35 18,40 53,81 0,667 35,89
B52 9,37 4,2 18,45
30
Tabel 4.11. Perhitungan Jarak Tempuh Total Yang Diharapkan (lanjutan)
Koordinat Total Jarak Slot ke Jarak Tempuh
Jarak ke
No. Slot I/O Point (m) Tj/Sj yang diharapkan
x Y titik I/O (m)
(m)
B66 7,90 9,35 19,88
B53 7,90 4,2 19,93 61,26 0,333 20,40
B54 6,37 4,2 21,45
Dari tabel 4.11 terlihat bahwa jarak perjalanan total yang diharapkan dengan
penerapan metode dedicated storage pada penataan bahan baku di gudang C3.2 dan
C4 adalah 859.86 meter/hari.
Jika dibandingkan dengan jarak perjalanan aktual saat ini yang mencapai 4161
meter/hari dengan jarak perjalanan yang diharapkan, maka didapatkan pengurangan
jarak tempuh sebanyak 3301.14 meter/hari. Hal ini dimungkinkan karena pada tata
letak usulan diharapkan tidak terjadi pemborosan yang disebabkan oleh hal seperti
operator yang forklift harus berkeliling mencari bahan baku di dalam gudang atau
harus mengambil bahan baku yang berda di tumpukan belakang dengan cara
memindahkan susunan pallet yang menghalangi bahan baku yang akan diambil, dan
juga karena pada tata letak usulan ini bahan baku yang lebih sering digunakan telah
ditempatkan pada area yang jaraknya dekat dengan I/O Point.
4.4.3. Simulasi Proses Pengambilan Bahan Baku Pada Tata Letak Gudang
Usulan
Waktu yang dibutuhkan untuk pengambilan bahan baku dengan berdasarkan tata
letak usulan dapat diketahui dengan menggunakan software ™. Software ini
digunakan untuk menggambarkan model tata letak gudang usulan sesuai dengan
parameter yang telah ditentukan.
™ c aku
usulan pada gudang C3.2 dan gudang C4 seperti pada gambar 4.3 dan 4.4. Setiap slot
31
diwakili dengan satu lokasi pada Promodel™. Rute yang digunakan mengikuti alur
aisle pada gudang yang jaraknya diatur sesuai hasil perhitungan jarak antara setiap
slot dengan I/O point pada masing-masing gudang seperti yang tertera pada tabel 4.4
dan 4.5.
Jarak dari In Out Point ke masing-masing slot pada kedua gudang telah disesuaikan
dengan hasil perhitungan pada tabel 4.5 dan 4.6. Parameter simulasi selengkapnya
dapat dilihat pada lampiran 5.
32
4.4.3.1 Verifikasi Model
Verifikasi dilakukan dengan membandingkan antara input yang diberikan model dan
animasi running simulasi. Input model yang terdiri dari jumlah material handling,
jumlah kedatangan bahan baku, jalur pengantaran bahan baku, dan jumlah slot. Hasil
running simulasi dapat menampilkan sesuai dengan input yang diberikan. Maka
dengan melihat dan membandingkan antara logika konseptual dan logika pada model
simulasi hasil running simulasi dapat disimpulkan bahwa telah sesuai dan
berdasarkan hasil tersebut pula maka model ini telah terverifikasi.
Nilai absolute error (e) setara dengan nilai half width (hw). Nilai ini dapat dihitung
dengan menggunakan persamaan
( ⁄ )
(4-6)
√
Dengan menggunakan tingkat kepercayaan 95% dan standard deviasi 0.01, maka
nilai hw dapat dihitung dengan menggunakan persamaan (4-3).
( )
√
hw = 0,01
Nilai hw ini equal dengan nilai absolute error (e), sehingga nilai replikasi yang
dibutuhkan dapat dihitung dengan menggunakan persamaan (4-5).
33
( ⁄ )
[ ]
( )
[ ]
Dari hasil perhitungan terlihat bahwa jumlah replikasi minimum yang dibutuhkan
adalah sebanyak 4 replikasi, sehingga simulasi yang dilakukan telah memenuhi
jumlah replikasi minimum yang diperlukan.
Simulasi dilakukan dengan menggunakan sistem kerja 8 jam per hari, Senin hingga
Jumat. Simulasi dilakukan selama 30 hari kerja. Simulasi ini dilakukan sebanyak 10
kali pengulangan. Hasil simulasi ini dapat dilihat pada output ™
gambar 4.10.
34
Dari hasil simulasi di atas dapat terlihat bahwa dari simulasi yang dilakukan selama
30 hari kerja dengan jam kerja 8 jam/hari dan dilakukan sebanyak 10 kali
pengulangan didapatkan rata-rata penggunaan forklift truck adalah 186 kali dan rata-
rata waktu penggunaan adalah 6,02 menit setiap kali pengambilan bahan baku.
Hal yang perlu diperhatikan dalam penyusunan SOP untuk penyimpanan dan
pengambilan bahan baku berdasarkan tata letak gudang usulan adalah sebagai
berikut:
1. Pada saat penerimaan bahan baku harus diidentifikasi secara seksama nama bahan,
customer yang mengirimkan, serta masa expirednya.
2. Bahan baku yang diterima, setelah lolos pemeriksaan laboratorium, kemudian
ditempatkan pada nomor slot sesuai yang telah ditentukan.
3. Penyusunan bahan baku pada slot harus memperhatikan urutan keedatangan.
Bahan baku yang terlebih dahulu datang ditempatkan pada slot yang lebih dekat
dengan I/O Point.
4. Pada saat pengambilan bahan baku, urutan pengambilan harus menggunakan
sistem FIFO.
35
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 SIMPULAN
Setelah dilakukan pengumpulan dan pengolahan data untuk mendapatkan rancangan
perbaikan tata letak gudang bahan baku dengan menggunakan sistem dedicated
storage maka dapat diambil beberapa simpulan sebagai berikut:
1. Tata letak bahan baku usulan dengan menggunakan dedicated storage system
dapat mempersingkat jarak perjalanan perhari, dari 4161 meter menjadi 859,86
meter.
2. Penerapan dedicated storage system ini dapat memudahkan dan mempercepat
pengambilan bahan baku dari gudang bahan baku dari rata-rata 9,54 menit
menjadi rata-rata 6.02 menit. Hal ini dikarenakan setiap bahan baku mendapatkan
tempat penyimpanan tersendiri sehingga bahan baku yang dikirimkan ke bagian
produksi tidak akan tertukar. Pengaturan tata letak bahan baku usulan juga
memberikan kemudahan dalam penerapan system First In Fist Out. Hal ini
dikarenakan ketika setiap bahan baku menempati slot tersendiri pada gudang,
maka akan mudah untuk mengatur penyimpanan dan pengirimannya berdasarkan
urutan tanggal kedatangan bahan baku tersebut.
5.2 SARAN
1. Dalam penelitian yang telah dilakukan ditemukan beberapa kelemahan yang
merupakan kelemahan umum dari penerapan sistem dedicated storage seperti
besarnya ruang penyimpanan yang dibutuhkan karena setiap bahan baku akan
menempati slot tersendiri dalam gudang dan tidak dapat digunakan untuk
menyimpan bahan baku lain meskipun slot tersebut tidak terisi. Untuk itu
penelitian kedepannya dapat dilakukan dengan mencoba penerapan metode lain
seperti class-based dedicated storage.
1
2. Dalam penelitian yang telah dilakukan tidak memperhitungkan jika terjadi
perubahan demand, sehingga pada penelitian kedepannya disarankan untuk
memasukkan kemungkinan perubahan demand ini dalam perencanaan penataan
gudang.