Anda di halaman 1dari 30

TUGAS MAKALAH

ERGONOMI DAN FAAL KERJA II


“NASA – TLX”

Disusun Oleh :
Kelompok 4

Clariza Vioito 101811123013


Nadia Nur Amalina 101811123056

ALIH JENIS 2018


UNIVERSITAS AIRLANGGA
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
SURABAYA
2019

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT karena berkat
rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah Ergonomi dan Faat
Kerja II, dimana topik yang kami bahas yaitu, “NASA – TLX”.
Adapun maksud dan tujuan kami dalam menyelesaikan tugas ini adalah
untuk menambah pengetahuan kami mengenai materi tersebut. Dengan upaya
yang kami lakukan, semoga Bapak dan Ibu dosen selalu memberikan bimbingan
pada kami, agar mendapatkan nilai yang kami harapkan dan dapat
menyampaikan persepsi dan standar pendidikan di Universitas Airlangga
khususnya dalam mata kuliah Ergonomi dan Faal Kerja II. Pola dan
penyajiannya diharapkan dapat dimengerti dan dapat digunakan sebagai media
pembelajaran.
Akhir kata kami sampaikan terima kasih pada semua pihak yang telah
membantu menyelesaikan tugas ini. Kritik dan saran selalu kami harapkan dalam
kesempurnaan makalah ini.

Surabaya, September 2019


Tim Penyusun

Kelompok 4

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii


DAFTAR ISI .........................................................................................................iii
DAFTAR TABEL ................................................................................................. iv
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................... 2
1.3 Tujuan ...................................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................... 3
2.1 Definisi Beban Kerja ................................................................................. 3
2.2 Faktor yang Mempengaruhi Beban Kerja ................................................. 4
2.3 Beban Kerja Fisik ..................................................................................... 6
2.4 Beban Kerja Mental .................................................................................. 6
2.5 Definisi NASA – TLX ................................................................................ 7
2.6 Tahapan Pengukuran NASA – TLX .......................................................... 9
BAB III STUDI KASUS ....................................................................................... 14
3.1 Gambaran Umum Studi Kasus ............................................................... 14
3.2 Pengukuran NASA-TLX.......................................................................... 15
3.2.1 Pengisian Kuesioner ........................................................................ 15
3.2.2 Pembobotan .................................................................................... 15
3.2.3 Rating .............................................................................................. 16
3.2.4 Nilai Produk ..................................................................................... 17
3.2.5 Weighted Workload (WWL) ............................................................. 17
3.2.6 Rata – rata Weighted Workload ....................................................... 18
3.2.7 Hasil Skor NASA-TLX ...................................................................... 18
3.3 Pembahasan Hasil Penilaian Beban Kerja menggunakan NASA-TLX .... 19
BAB IV PENUTUP ............................................................................................. 22
4.1 Kesimpulan ............................................................................................ 22
4.2 Saran ..................................................................................................... 22
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 23
LAMPIRAN ........................................................................................................ 24

iii
DAFTAR TABEL

Tabel 1 Pembobotan Indikator Metode NASA-TLX .............................................. 9


Tabel 2 Dimensi Skala Rating/Skor Metode NASA TLX ..................................... 10
Tabel 3 Lembar Kerja Penskoran (Rating) ......................................................... 12
Tabel 4 Klasifikasi Beban Kerja ......................................................................... 13
Tabel 5 Hasil Pembobotan Kuesioner Pekerja Reagent Area ............................ 16
Tabel 6 Hasil Pemberian Rating Kuesioner Pekerja Reagen Area .................... 16
Tabel 7 Hasil Perhitungan Nilai Produk.............................................................. 17
Tabel 8 Hasil Perhitungan Weighted Workload Pekerja Reagen Area ............... 17
Tabel 9 Hasil Perhitungan Rata-rata Weighted Workload (WWL) ...................... 18
Tabel 10 Hasil Skor NASA-TLX Pekerja Reagent Area ..................................... 19
Tabel 11 Persentase Indikator ........................................................................... 19

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kuisoner NASA-TLX ....................................................................... 24


Lampiran 2 Lembar Rating Pembobotan ........................................................... 25
Lampiran 3 Lembar Hasil Hitung Sumber Beban Kerja (Workload Tally Sheet) . 26

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Setiap pekerjaan memiliki resiko terhadap dampak yang dirasakan
oleh pekerja, atau biasa disebut sebagai beban kerja. Beban kerja dapat
dirasakan pekerja pada jangka waktu pendek maupun panjang, serta dapat
berupa gangguan fisik dan juga psikis. Beban kerja yang diterima oleh pekerja
harus sesuai dan seimbang dengan kemampuan fisik, kemampuan kognitif, dan
keterbatasan yang dimiliki oleh masing-masing pekerja dalam menerima beban
tersebut, sehingga apabila beban kerja yang dirasakan melebihi batas normal
maka dapat mengakibatkan terjadinya stres kerja pada fisik dan psikis, dimana
kondisi ini sangat rentan menimbulkan terjadinya kecelakaan kerja. Gangguan
yang dirasakan dari beban kerja yang berlebih antara lain pusing, reaksi
emosional yang berlebihan, gangguan nafsu makan, dan lain-lain. Sebaliknya,
bila beban kerja yang dirasakan sedikit atau tidak terlalu berat maka akan
mengakibatkan pekerja mengalami kebosanaan dalam melakukan
pekerjaannya.
Aktivitas mental pekerja yang berlebihan atau beban kerja mental
dapat berakibat buruk terhadap kondisi pekerja, dimana hal ini tidak dirasakan
secara langsung oleh pekerja, berbeda dengan beban kerja fisik yang dapat
dirasakan secara langsung sehingga penanganannya dapat dilakukan dengan
segera. Kemampuan kerja seorang pekerja berbeda dengan pekerja lainnya
dan hal tersebut tergantung dari tingkat keterampilan, kesegaran jasmani,
keadaan gizi, jenis kelamin, usia, serta ukuran tubuh dari masing-masing
pekerja. Oleh karena itu, organisasi harus mampu memberikan beban kerja
yang setara dengan kemampuan dan keterbatasan dari setiap tenaga kerjanya,
karena beban kerja yang berlebih maupun beban kerja yang kurang pada
tenaga kerjanya akan berdampak pada berkurangnya motivasi pekerja untuk
melakukan pekerjaan sehingga menurunkan produkivitas dan mengakibatkan
organisasi mengalami kerugian. Salah satu upaya yang dapat dilakukan oleh
organisasi untuk mengetahui apakah beban kerja yang diberikan telah sesuai
dengan kemampuan dan keterbatasan pekerjanya adalah dengan melakukan
pengukuran beban kerja, salah satunya adalah dengan menggunakan metode

1
The National Aeronautical and Space Administration Task Load Index (NASA-
TLX).

1.2 Rumusan Masalah


a. Apakah yang dimaksud dengan beban kerja ?
b. Apakah faktor-faktor yang mempengaruhi beban kerja
c. Apakah yang dimaksed dengan beban kerja fisik ?
d. Apakah yang dimaksud dengan beban kerja mental ?
e. Apakah yang dimaksud dengan NASA – TLX ?
f. Bagaimana tahapan pengukuran NASA – TLX ?
g. Bagaimana penerapan NASA-TLX dalam kasus ?
1.3 Tujuan
a. Tujuan Umum
Mahasiswa dapat memahami dan menerapan cara pengukuran
metode NASA-TLX dalam mengukur beban kerja suatu pekerjaan

b. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa dapat memahami dan menjelaskan beban kerja
b. Mahasiswa dapat memahami dan menjelaskan faktor-faktor yang
mempengaruhi beban kerja.
c. Mahasiswa dapat memahami dan menjelaskan beban kerja fisik
d. Mahasiswa dapat memahami dan menjelaskan beban kerja mental.
e. Mahasiswa dapat memahami dan menjelaskan NASA – TLX.
f. Mahasiswa dapat memahami dan menjelaskan tahapan pengukuran
NASA – TLX
g. Mahasiswa dapat memahami dan menjelaskan penerapan NASA-TLX
dalam kasus

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Beban Kerja


Hart & Staveland menyatakan bahwa beban kerja merupakan sesuatu
yang muncul dari interaksi antara tuntutan tugas-tugas, lingkungan kerja
dimana diguanakan sebagai tempat kerja, keterampilan, perilaku dan
persepsi dari pekerja (Tarwaka, 2014). Permendagri No. 12/2008
menyatakan bahwa beban kerja adalah besaran pekerjaan yang harus
dipikul oleh suatu jabatan/unit organisasi dan merupakan hasil kali antara
volume kerja dan norma waktu. Jika kemampuan pekerja lebih tinggi
daripada tuntutan pekerjaan, akan muncul perasaan bosan. Namun
sebaliknya, jika kemampuan pekerja lebih rendah daripada tuntutan
pekerjaan, maka akan muncul kelelahan yang lebih. Beban kerja yang
dibebankan kepada karyawan dapat dikategorikan kedalam tiga kondisi,
yaitu beban kerja yang sesuai standar, beban kerja yang terlalu tinggi (over
capacity) dan beban kerja yang terlalu rendah (under capacity).
Tingkat pembebanan yang terlalu tinggi memungkinkan pemakaian
energi yang berlebihan sehingga menimbulkan overstress. Sebaliknya,
intensitas pembebanan yang terlalu rendah memungkinkan pekerja
mengalami kebosanan dan kejenuhan atau hal ini biasa disebut sebagai
understress. Tingkat intensitas pembebanan kerja akan dapat dicapai secara
optimum bila tidak ada tekanan dan ketegangan yang berlebihan secara fisik
maupun mental. Tekanan yang dimaksud berkenaan dengan beberapa
aspek dari aktivitas manusia, tugas-tugas, organisasi, dan lingkungan yang
terjadi akibat adanya reaksi individu pekerja karena tidak mendapatkan
keinginan yang sesuai, sedangkan ketegangan adalah konsekuensi logis
yang harus diterima oleh individu yang bersangkutan sebagai akibat dari
tekanan yang diterima.
Tarwaka menyebut kelelahan sebagai siklus perubahan tubuh agar
terhindar dari kerusakan lebih lanjut atau lebih singkatnya kelelahan adalah
berkurangnya kapasitas kerja dan ketahanan tubuh (Suma’mur, 1996, dalam
tulisan jurnal Ramadhan). Kelelahan akan menurunkan kinerja dan
menambah tingkat kesalahan. Meningkatnya kesalahan kerja akan
memberikan peluang yang lebih besar untuk terjadi kecelakaan kerja

3
(Nurmianto, 2004, dalam tulisan jurnal Ramadhan). Hal ini menimbulkan
terjadinya hambatan–hambatan yang menyebabkan berkurangnya nilai
produktifitas.
Selain beban kerja fisik, beban kerja yang bersifat mental tidak boleh
luput dari perhatian. Pekerjaan yang bersifat mental sulit diukur melalui
perubahan fungsi faal tubuh. Secara fisiologis, aktivitas mental terlihat
sebagai suatu jenis pekerjaan yang ringan sehingga kebutuhan kalori untuk
aktivitas mental juga lebih rendah. Padahal secara moral dan tanggung
jawab, aktivitas mental jelas lebih berat dibandingkan dengan aktivitas fisik
karena lebih melibatkan kerja otak dibandingkan kerja otot. Dewasa ini,
aktivitas mental lebih banyak didominasi oleh pekerja-pekerja kantor,
supervisor dan pimpinan sebagai pengambil keputusan dengan tanggung
jawab yang lebih besar, pekerja di bidang teknik informasi, pekerja dengan
menggunakan teknologi tinggi, pekerjaan dengan kesiapsiagaan tinggi,
pekerjaan yang bersifat monotoni, dan pekerjaan lainnya yang memerlukan
kerja otak.
Berdasarkan Tarwaka (2014), Grandjean menyatakan bahwa aktivitas
mental akan selalu melbatkan unsur persepsi, interpretasi, dan proses
mental dari suatu informasi yang diterima oleh organ sensoris untuk diambil
suatu keputusan atau proses mengingat informasi yang lampau. Evaluasi
beban kerj amental merupakan poin penting di dalam penelitian dan
pengembangan hubungan antara manusia-mesin, mencari tingkat
kenyamanan, keppuasan, efisiensi dan keselamatan yang lebih baik di
tempat kerja, sebagaimana halnya yang menjadi target capaian
implementasi ergonomi. Untuk menjamin keselamatan, kesehatan,
kenyamanan, efisiensi, dan profuktivitas jangka panjang bagi pekerja, maka
perlu menyeimbangkan tuntutan tugas sehingga pekerja tidak mengalami
baik overstress maupun understress pada pekerjaannya (Tarwaka, 2014).

2.2 Faktor yang Mempengaruhi Beban Kerja


Menurut Rodahl (1989), Adiputra (1998), dan Manuaba (2000), secara
umum hubungan antara beban kerja dan kapasitas kerja dipengaruhi oleh
berbagai faktor yang sangat kompleks, yaitu faktor eksternal dan internal.

4
A. Faktor Eksternal, yaitu beban kerja yang berasal dari luar tubuh pekerja.
Faktor beban kerja eksternal sering disebut sebagai stressor, yang
terdiri dari ;
1. Tugas-tugas (Tasks) yang dilakukan bersifat fisik seperti stasiun
kerja, tata ruang tempat kerja, alat dan sarana kerja, kondisi atau
medan kerja, sikap kerja, cara angkat-angkut, beban yang diangkat-
angkut, alur kerja, alat bantu kerja, sarana informasi termasuk
display dan kontrol. Sedangkan tugas-tugas yang bersifat mental
adalah kompleksitas pekerjaan atau tingkat kesulitan pekerjaan
yang mempengaruhi tingkat emosi pekerja, dan tanggung jawab
terhadap pekerjaan.
2. Organisasi Kerja, dimana lamanya waktu kerja, waktu istirahat,
kerja bergilir, kerja malam, sistem pengupahan, sistem kerja, musik
kerja, model struktur organisasi, pelimpahan tugas, tanggung jawab
dan wewenang merupakan faktor organisasi kerja yang dapat
mempengaruhi terjadinya beban kerja.
3. Lingkungan Kerja
- Lingkungan kerja fisik, seperti suhu udara ambien, kelembaban
udara, kecepatan rambat udara, suhu radiasi, intensitas
penerangan, intensitas kebisingan, vibrasi mekanis, dan
tekanan udara.
- Lingkungan kerja kimiawi, seperti debu, gas pencemar udara,
uap logam, fume, dan lain-lain,
- Lingkungan kerja biologis, seperti bakteri, virus, parasit, jamur,
serangga.
- Lingkungan kerja psikologis, seperti pemilihan dan penempatan
tenaga kerja, hubungan antara pekerja dengan pekerja, pekerja
dengan atasan, pekerja keluarga dan pekerja dengan
lingkungan sosial yang berdampak kepada performansi kerja di
tempat kerja.
B. Faktor Internal, yaitu faktor-faktor yang berasal dari dalam tubuh itu
sendiri sebagai akibat adanya reaksi dari beban kerja eksternal. Reaksi
tubuh tersebut dikenal sebagai strain. Faktor internal beban kerja
meliputi ;

5
1. Faktor somatis, seperti jenis kelamin, usia, ukuran tubuh, kondisi
kesehatan, dan status gizi.
2. Faktor psikis, seperti motivasi, persepsi, kepercaya, keinginan, dan
kepuasan.

2.3 Beban Kerja Fisik


Kerja fisik (manual operation) adalah kerja yang memerlukan energi
fisik pada otot manusia yang akan berfungsi sebagai sumber tenaga. Setiap
aktivitas kerja fisik yang dilakukan dapat mengakibatkan perubahan fungsi
faal tubuh manusia, dimana semakin berat beban kerja maka semakin
pendek waktu kerja seseorang untuk bekerja tanpa kelelahan dan
menimbulkan gangguan fisiologis yang berarti.
Penilaian beban kerja fisik dapat diukur dengan menghitung nadi kerja,
konsumsi oksigen, kapasitas ventilasi paru, suhu inti tubuh, denyut jantung
atau nadi, konsentrasi asam laktat dalam darah, komposisi kimia dalam
darah dan jumlah air seni, tingkat penguapan melalui keringat, dan
mengukur energi yang dikeluarkan (expendiature energy) melalui asupan
oksigen selama bekerja, dimana semakin berat beban kerja maka semakin
banyak pula energi yang diperlukan atau dikonsumsi. Menteri Tenaga Kerja
dan Transmigrasi melalui Permenakertrans Nomor : 51 Tahun 2011 tentang
NAB Faktor Fisik dan Kimia menetapkan beban kerja menurut kebutuhan
kalori adalah sebagai berikut :
 Beban kerja ringan : 100 – 200 kilokalori/jam
 Beban kerja sedang : > 200 – 350 kilokalori/jam
 Beban kerja berat : > 350 – 500 kilokalori/jam

2.4 Beban Kerja Mental


Secara fisiologis, aktivitas mental terlihat sebagai suatu jenis pekerjaan
yang ringan sehingga kebutuhan kalori untuk aktivitas mental juga lebih
rendah. Padahal secara moral dan tanggung jawab, aktivitas mental jelas
lebih berat dibandingkan dengan aktivitas fisik karena lebih melibatkan kerja
otak dibandingkan kerja otot. Dewasa ini, aktivitas mental lebih banyak
didominasi oleh pekerja-pekerja kantor, supervisor dan pimpinan sebagai
pengambil keputusan dengan tanggung jawab yang lebih besar, pekerja di
bidang teknik informasi, pekerja dengan menggunakan teknologi tinggi,

6
pekerjaan dengan kesiapsiagaan tinggi, pekerjaan yang bersifat monotoni,
dan pekerjaan lainnya yang memerlukan kerja otak.
Berdasarkan Tarwaka (2014), Grandjean menyatakan bahwa aktivitas
mental akan selalu melbatkan unsur persepsi, interpretasi, dan proses
mental dari suatu informasi yang diterima oleh organ sensoris untuk diambil
suatu keputusan atau proses mengingat informasi yang lampau. Evaluasi
beban kerj amental merupakan poin penting di dalam penelitian dan
pengembangan hubungan antara manusia-mesin, mencari tingkat
kenyamanan, keppuasan, efisiensi dan keselamatan yang lebih baik di
tempat kerja, sebagaimana halnya yang menjadi target capaian
implementasi ergonomi. Untuk menjamin keselamatan, kesehatan,
kenyamanan, efisiensi, dan profuktivitas jangka panjang bagi pekerja, maka
perlu menyeimbangkan tuntutan tugas sehingga pekerja tidak mengalami
baik overstres maupun understres pada pekerjaannya.
Beban kerja mental dapat diukur dengan menggunakan sejumlah
metode, baik berdasarkan fisiologis, performansi maupun secara subjektif.
Pengukuran beban kerja mental dengan metode pengukuran subjektif lebih
di dasarkan pada persepsi subjektif pekerja yang dapat diukur. Salah satu
metode pengukuran beban kerja mental secara subjektif adalah dengan
menggunakan Indeks Beban Tugas dari National Aeronautics & Space
Administration – Task Load Index (NASA – TLX).

2.5 Definisi NASA – TLX


The National Aeronautical and Space Administration Task Load Index
(NASA TLX) dikembangkan oleh Sandra G. Dari NASA- Ames Research
Center dan Lowell E. Staveland dari San Jose State University pada tahun
1981. Metode ini dikembangkan berdasarkan munculnya kebutuhan
pengukuran subjektif yang awalnya terdiri dari skala sembilan faktor
kemudian disederhanakan menjadi enam indikator, yaitu :
a. Mental Demand merupakan kemampuan setiap orang dalam
memproses informasi yang terbatas, hal ini mempengaruhi tingkat
kinerja perorang yang dapat dicapai. Kinerja manusia pada tingkat
rendah tidak juga baik jika tidak banyak hal yang bisa dikerjakan,
dimana orang akan mudah bosan dan cenderung kehilangan
ketertarikan terhadap pekerjaan yang dilaksanakannya. Kondisi ini

7
dapat dikatakan underload dan peningkatan beban kerja setelah
titik ini akan menyebabkan degradasi dalam kinerja. Pada tingkat
beban kerja yang sangat tinggi atau overload, informasi penting
akan hilang akibat dari pendangkalan atau pemfokusan perhatian
hanya satu aspek dari pekerjaan.
b. Physical Demand merupakan dimensi mengenai kebutuhan fisik
yang memiliki deskripsi yaitu tentang seberapa banyak aktivitas
fisik yang dibutuhkan seperti mendorong, menarik, memutar,
mengontrol, mengoperasikan dan sebagainya. Selanjutnya
mengenai tugas fisik yang dilakukan tersebut apakah termasuk
dalam katagori mudah atau sulit untuk dikerjakan, gerakan yang
dilakukan selama aktivitas cepat atau lambat, serta melelahkan
atau tidak.
c. Temporal (Time) Demand merupakan dimensi kebutuhan waktu.
Hal ini tergantung dari ketersediaan waktu dan kemampuan
menggunakan waktu dalam menjalankan suatu aktivitas. Hal ini
berkaitan erat dengan analisis batas waktu yang merupakan
metode primer untuk mengetahui apakah subjek dapat
menyelesaikan tugas dalam batas waktu yang diberikan.
d. Performance merupakan dimensi yang memiliki pengertian tentang
seberapa berhasil atau sukseskah pekerja dalam menyelesaikan
pekerjaannya yang telah ditetapkan oleh atasannya. Serta apakah
pekerja puas dengan performansi dirinya sendiri dalam
menyelesaikan pekerjaannya.
e. Effort merupakan dimensi usaha dimana seberapa besar usaha
yang dilakukan oleh pekerja untuk menyelesaikan pekerjaan
tersebut. Dalam hal ini usaha yang dilakukan meliputi usaha mental
dan fisik.
f. Frustration Demand merupakan dimensi yang berkaitan dengan
kondisi yang dapat menyebabkan terjadinya kebingungan, frustasi
dan ketakutan selama melaksanakan suatu pekerjaan yang
menyebabkan pekerjaan lebih sulit dilakukan dari yang
sebenarnya. Pada keadaan stress rendah, orang akan cenderung
santai. Sejalan dengan meningkatnya stress, maka terjadi
pengacauan konsentrasi terhadap pekerjaan yang membutuhkan

8
konsentrasi lebih, hal ini disebabkan adanya faktor individual
subjek. Faktor-faktor ini antara lain motivasi, kelelahan, ketakutan,
tingkat keahlian, suhu, kebisingan, getaran, dan kenyamanan
(Hart, 2006).
Metode NASA-TLX menggunakan kuisioner sebagai media
pengumpulan data yang akan mewakilkan pernyataan kondisi pekerja di
lapangan. Dari setiap ukuran beban kerja tersebut, terdapat skala yang
nantinya harus diisikan oleh respoden. Hal ini merupakan langkah awal
dalam pengukuran beban kerja. Pada komponen kebutuhan mental,
kebutuhan fisik, kebutuhan waktu, dan tingkat frustasi, skala yang digunakan
adalah rendah hingga tinggi. Sedangkan untuk pengukuran performansi
digunakan skala baik hingga buruk.

2.6 Tahapan Pengukuran NASA – TLX


The NASA Task Load Index merupakan suatu prosedur untuk
mengevaluasi dua bagian yang berisi pembobotan (weights) dan penskoran
(rating). Berikut ini merupakan langkah pengukuran beban kerja mental
dengan menggunakan metode NASA-TLX :
a. Pembobotan
Pertama, subjek akan mendapatkan penjelasan mengenai
indikator beban mental yang akan diukur. Kemudian, subjek diminta
untuk melingkari salah satu dari dua indikator pada masing-masing
kolom yang dirasa menyumbangkan lebih banyak beban kerja akibat
pekerjaan yang dilakukannya. Kuisioner NASA-TLX yang diberikan
terdiri dari 15 perbandingan berpasangan. Tabel pembobotan
indikator dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Pembobotan Indikator Metode NASA-TLX

No Indikator Beban Mental


1 MD (Mental Demand) vs PD (Physical Demand)
2 MD (Mental Demand) vs TD (Temporal Demand)
3 MD (Mental Demand) vs OP (Own Performance)
4 MD (Mental Demand) vs EF (Effort)
5 MD (Mental Demand) vs FR (Frustation)

9
No Indikator Beban Mental
6 PD (Physical Demand) vs TD (Temporal Demand)
7 PD (Physical Demand) vs OP (Own Performance)
8 PD (Physical Demand) vs EF (Effort)
9 PD (Physical Demand) vs FR (Frustation)
10 TD (Temporal Demand) vs OP (Own Performance)
11 TD (Temporal Demand) vs EF (Effort)
12 TD (Temporal Demand) vs FR (Frustation)
13 OP (Own Performance) vs EF (Effort)
14 OP (Own Performance) vs FR (Frustation)
15 EF (Effort) vs FR (Frustation)

Dari kuesioner ini dihitung jumlah tally dari setiap indikator yang
dirasakan paling berpengaruh. Jumlah tally ini kemudian akan
menjadi bobot untuk setiap indikator beban mental, dimana nilai
pembobotan berkisar dari nilai 1 hingga 5. Nilai 1 mengindikasikan
bahwa kedua indikator sangat penting, nilai 2 mengindikasikan
bahwa indikator yang satu sedikit lebih penting dibanding indikator
lainnya, nilai 3 mengindikasikan bahwa indikator yang satu esensial
atau sangat penting dibanding indikator lainnya, nilai 4
mengindikasikan bahwa indikator yang satu benar-benar lebih
penting dari indikator lainnya, dan nilai 5 mengindikasikan bahwa
indikator yang satu mutlak lebih penting dibanding indikator lainnya.

b. Penskorsan (rating)
Responden diminta memberikan rating terhadap keenam indikator
beban mental. Indikator tersebut terlihat pada Tabel 2.

Tabel 2 Dimensi Skala Rating/Skor Metode NASA TLX


No Dimensi Deskripsi Skala Rating
1 Tuntutan Mental Seberapa besar tuntutan aktivitas Rendah/Tinggi
(Mental mental dan perseptual yang dibutuhkan
Demand) dalam pekerjaan. Apakah pekerjaan
tersebut mudah atau sulit, sederhana
atau kompleks, longga atau ketat?

10
No Dimensi Deskripsi Skala Rating
2 Tuntutan Fisik Seberapa besar aktivitas fisik yang Rendah/Tinggi
(Physical dibutuhkan dalam pekerjaan. Apakah
Demand) pekerjaan tersebut mudah atau sulit,
pelan atau cepat, tenang atau buru-
buru?
3 Tuntutan Waktu Seberapa besar tekanan waktu yang Rendah/Tinggi
(Temporal dirasakan selama pekerjaan atau
Demand) elemen pekerjaan berlangsung?
Apakah pekerjaan perlahan dan santai,
atau cepat dan melelahkan?
4 Performansi Seberapa besar keberhasilan di dalam Baik/Jelek
(Performance) mencapai target pekerjaan? Seberapa
puas performansi di dalam mencapai
target tersebut?
5 Tingkat Usaha Seberapa besar usaha yang Rendah/Tinggi
(Effort) dikeluarkan secara mental dan fisik
yang dibutuhkan untuk mencapai level
performansi?
6 Tingkat Frustasi Seberapa besar rasa tidak aman, putus Rendah/Tinggi
(Frustation) asa, dan terganggu dibanding dengan
perasaan aman, puas, cocok, nyaman,
dan kepuasan diri yang dirasakan
selama mengerjakan pekerjaan
tersebut?

Rating yang yang diberikan bersifat subjektif tergantung pada


beban mental yang dirasakan oleh responden. Lembar kerja
penskoran metode NASA-TLX dapat dilihat pada Tabel 3.

11
Tabel 3 Lembar Kerja Penskoran (Rating)

Tuntutan Mental (Mental Demand)


0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
Low High

Tuntutan Fisik (Physical Demand)


0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
Low High
Tuntutan Waktu (Temporal Demand)
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
Low High

Performansi (Performance)
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
Low High

Tingkat Usaha (Effort)


0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
Low High

Tingkat Frustasi (Frustation)


0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
Low High

c. Menghitung Produk
Produk diperoleh dengan cara mengalikan penskorsan (rating)
dengan bobot faktor untuk masing-masing deskriptor. Dengan
demikian dihasilkan 6 nilai produk untuk 6 indikator, yaitu Mental
Demand, Physical Demand, Temporal (Time) Demand, Performance,
Effort, Frustration Demand.

Produk = Bobot x Penskorsan

d. Menghitung Weighted Workload (WWL)


Weighted Workload diperoleh dengan cara menjumlahkan
keenam nilai produk yang telah dihitug sebelumnya.

Weighted Workload = Σ Produk

12
e. Menghitung Rata-Rata Weighted Workload (WWL)
Rata-rata weighted workload diperoleh dengan cara mengalikan
bobot dengan rating setiap elemen, kemudian dijmlahkan dan dibagi
yang merupakan jumlah perbandingan berpasangan.

Σ( Bobot x Penskorsan)
Skor =
15

f. Interprestasi Hasil Nilai Skor NASA-TLX,


Skor weighted workload yang didapatkan terbagi dalam tiga
kategori yang menyatakan tinggi rendahnya beban kerja yang
dirasakan. Klasifikasi beban kerja dalam metode pengukuran
menggunakan NASA-TLX dapat dilihat pada Tabel 4 berikut ini:

Tabel 4 Klasifikasi Beban Kerja


Range Nilai Rata- Kategori Beban
No.
Rata WWL Kerja
1. 0-9 Rendah
2. 10-29 Sedang
3. 30-49 Agak Tinggi
4. 50-79 Tinggi
5. 80-100 Tinggi Sekali

13
BAB III
STUDI KASUS

3.1 Gambaran Umum Studi Kasus


PT. Meares Soputan Mining adalah salah satu perusahaan
pertambangan emas yang ada di Indonesia. Pada proses produksinya, untuk
mendapatkan bijih emas yang maksimal, diperlukan penambahan beberapa
zat kimia dengan 11 prosedur, dimana proses pencampuran bahan kimia
dalam proses pengolahan bijih emas tersebut dilakukan oleh bagian reagent
area di Departemen Plant and Production.
Pada bagian reagent area terdapat 9 orang pekerja. Pekerja yang
bertugas untuk melakukan mixing reagent setiap harinya berjumlah 4 orang,
sedangkan dan 5 orang pekerja lainya bertugas untuk membantu area lain
dan juga melakukan penambahan reagent di lokasi produksi lainnya. Hari
kerja pekarja reagent area adalah 5 hari dengan waktu kerja selama 8 jam
per hari atau lebih karena proses di reagent area memiliki prosedur yang
cukup kompleks, diantaranya adalah menentukan jumlah reagent, mixing
reagent, transfer reagent, pengecekan kembali level reagent, dan mencatat
aktivitas produksi. Para pekerja di reagent area mendapatkan hari libur
selama 2 hari yang ditentukan secara acak.
Banyak kebutuhan yang harus pekerja lakukan untuk menyelesaikan
proses produksi membuat pekerja tertekan karena adanya target produksi
yang harus dipenuhi. Lingkungan kerja di area reagent yang dirasa kurang
nyaman serta seringnya pekerja terpaksa melakukan overtime terutama
pada saat proses pencampuran bahan kimia menyebabkan pekerja
mengalami gejala kelelahan yang mengindikasi bahwa sebagian besar
pekerja di reagent area mengalami beban kerja mental yang tinggi, dimana
hal ini menyebabkan menurunnya konsentrasi saat bekerja.
Penurunan kosentrasi kerja akan membuat pekerja rentan mengalami
kecelakaan kerja dan menghambat waktu produksi karena harus mengambil
cuti untuk proses pemulihan pasca kecelakaan kerja. Hal ini tentunya
merugikan perusahaan karena selain perusahaan harus menanggung
biaya kecelakaan kerja, perusahaan kehilangan tenaga kerja untuk
melakukan proses produksi yang kemudian dapat berpengaruh pada target
dan kualitas produksi.

14
Untuk menghindari proses akumulasi beban kerja mental yang
terlalu berlebihan, diperlukan analisis persentase dan penyebab beban
kerja mental pekerja reagent area untuk menentukan saran perbaikan apa
yang sebaiknya dilakukan oleh perusahaan guna mengurangi beban kerja
mental dari pekerjanya. Salah satu metode yang dapat dilakukan untuk
mengukur beban kerja mental pekerja adalah dengan menggunakan
metode NASA-TLX.

3.2 Pengukuran NASA-TLX


3.2.1 Pengisian Kuesioner
Langkah pertama yang harus dilakukan dalam pengukuran beban
kerja mental dengan menggunakan metode NASA-TLX adalah
membagikan kuesioner untuk diisi oleh responden. Dalam hal ini,
kuesioner berisi nama responden, tabel pembobotan, dan tabel rating
yang harus diisi oleh responden.
Tabel pembobotan terdiri dari 15 pasang indikator yang berisi enam
indikator yaitu mental demand (MD), physical demand (PD), temporal
demand (TD), performance (P), frustation level (FR) dan effort (EF).
Responden akan diminta untuk memilih salah satu dari dua pasang
indikator dengan memberikan tanda centang (√ ) atau melingkari indikator
yang dirasa lebih dominan mempengaruhi beban kerja responden
tersebut.
Setelah mengisi tabel pembobotan, responden diminta untuk
memberikan peringkat atau rating terhadap 6 indikator yaitu mental
demand, physical demand, temporal demand, performance, frustation,
dan effort dengan skala 0-100, dimana peringkat yang rendah
menunjukkan bahwa indikator tersebut kurang atau bahkan tidak
memberikan pengaruh terkait beban kerja mental responden, sedangkan
pemberian peringkat yang tinggi menunjukkan bahwa indikator tersebut
memperikan pengaruh terkait beban kerja mental yang besar bagi
responden.

3.2.2 Pembobotan
Langkah berikutnya yang dilakukan setelah responden mengisi
seluruh kuesioner adalah pembobotan yang dilakukan oleh peneliti

15
ataupun HSE officer. Pembobotan dilakukan dengan cara menjumlahkan
masing-masing indikator dari seluruh responden. Berikut ini merupakan
hasil pengukuran tabel pembobotan yang dilakukan oleh 9 orang pekerja
di area reagent PT Meares Soputan Mining.

Tabel 5 Hasil Pembobotan Kuesioner Pekerja Reagent Area


Dimensi
Responden Total
MD PD TD P FR EF
Pekerja 1 1 1 1 3 5 4 15
Pekerja 2 1 1 2 4 2 5 15
Pekerja 3 1 2 2 4 1 5 15
Pekerja 4 1 2 3 2 5 2 15
Pekerja 5 1 3 3 5 0 3 15
Pekerja 6 4 1 2 5 0 3 15
Pekerja 7 1 1 4 3 1 5 15
Pekerja 8 0 1 4 2 3 5 15
Pekerja 9 1 4 1 4 0 5 15
TOTAL 11 16 22 32 17 37 135
Keterangan : Mental Demand (MD), Physical Demand (PD), Temporal
Demand (TD), Performance (P), Frustation Level (FR), Effort (EF).

3.2.3 Rating
Langkah ketiga yang dilakukan setelah menghitung hasil
pembobotan adalah menjumlahkan hasil rating yang diberikan oleh
responden terkait dengan 6 indikator. Penjumlahan ini dilakukan oleh
peneliti ataupun HSE officer perusahaan. Berikut adalah hasil rating
keenam indikator dari 9 orang pekerja di area reagent.

Tabel 6 Hasil Pemberian Rating Kuesioner Pekerja Reagen Area


Dimensi
Responden TOTAL
MD PD TD P FR EF
Pekerja 1 70 70 60 90 90 90 470
Pekerja 2 60 70 60 70 70 70 400
Pekerja 3 60 90 75 60 70 70 425
Pekerja 4 70 45 90 95 90 90 480
Pekerja 5 90 80 75 80 45 70 440
Pekerja 6 85 75 50 90 10 95 405
Pekerja 7 65 60 75 90 80 80 450
Pekerja 8 95 75 90 90 70 80 500
Pekerja 9 95 80 30 90 45 80 420
Keterangan : Mental Demand (MD), Physical Demand (PD), Temporal
Demand (TD), Performance (P), Frustation Level (FR), Effort (EF).

16
3.2.4 Nilai Produk
Setelah peneliti atau HSE officer menghitung hasil rating yang
telah diisi oleh responden dalam kuesioner, langkah berikutnya yang
dilakukan adalah menghitung nilai produk dengan cara mengalikan hasil
perhitungan pembobotan dengan hasil perhitungan rating pada masing-
masing indikator yang telah diisi oleh setiap responden dalam kuesioner.
Berikut adalah hasil perhitungan nilai produk 9 orang pekerja di area
reagent PT Meares Soputan Mining.
Tabel 7 Hasil Perhitungan Nilai Produk
Dimensi
Responden
MD PD TD P FR EF
Pekerja 1 70 70 60 270 450 360
Pekerja 2 60 70 120 280 140 350
Pekerja 3 60 180 150 240 70 350
Pekerja 4 70 90 270 190 450 180
Pekerja 5 90 240 225 400 0 210
Pekerja 6 340 75 100 450 0 285
Pekerja 7 65 60 300 270 80 400
Pekerja 8 0 75 360 180 210 400
Pekerja 9 95 320 30 360 0 400
Keterangan : Mental Demand (MD), Physical Demand (PD), Temporal
Demand (TD), Performance (P), Frustation Level (FR), Effort (EF).

3.2.5 Weighted Workload (WWL)


Langkah berikutnya yang dilakukan setelah menghitung nilai
produk adalah menghitung Weighted Workload yang diperoleh dengan
cara menjumlahkan keenam nilai produk dari masing-masing responden.
Tujuan menghitung weighted workload (WWL) adalah untuk
mendapatkan nilai dari beban kerja mental di setiap indikator. Berikut
adalah hasil perhitungan weighted workload dari 9 orang pekerja di area
reagent PT Meares Soputan Mining.

Tabel 8 Hasil Perhitungan Weighted Workload Pekerja Reagen Area


Dimensi
Responden TOTAL
MD PD TD P FR EF
Pekerja 1 70 70 60 270 450 360 1.280
Pekerja 2 60 70 120 280 140 350 1.020
Pekerja 3 60 180 150 240 70 350 1.050
Pekerja 4 70 90 270 190 450 180 1.250

17
Dimensi
Responden TOTAL
MD PD TD P FR EF
Pekerja 5 90 240 225 400 0 210 1.165
Pekerja 6 340 75 100 450 0 285 1.250
Pekerja 7 65 60 300 270 80 400 1.175
Pekerja 8 0 75 360 180 210 400 1.225
Pekerja 9 95 320 30 360 0 400 1.205
Keterangan : Mental Demand (MD), Physical Demand (PD), Temporal
Demand (TD), Performance (P), Frustation Level (FR), Effort (EF).

3.2.6 Rata – rata Weighted Workload


Setelah diperoleh total weighted workload, langkah selanjutnya
yang dilakukan adalah menghitung rata-rata dari total weighted workload
tersebut. Rata-rata weighted workload diperoleh dengan membagi total
weighte workload setiap responden dengan jumlah bobot total, yaitu 15.
Berikut adalah hasil perhitungan rata-rata weighted workload dari 9 orang
pekerja di area reagent PT Meares Soputan Mining.

Tabel 9 Hasil Perhitungan Rata-rata Weighted Workload (WWL)


Pekerja Reagen Area

Responden Total WWL Rata-rata WWL

Pekerja 1 1.280 85,3


Pekerja 2 1.020 68
Pekerja 3 1.050 70
Pekerja 4 1.250 83,3
Pekerja 5 1.165 77,7
Pekerja 6 1.250 83,3
Pekerja 7 1.175 78,3
Pekerja 8 1.225 81,7
Pekerja 9 1.205 80,3

3.2.7 Hasil Skor NASA-TLX


Langkah berikutnya yang dilakukan dalam perhitungan beban
kerja mental menggunakan metode NASA-TLX setelah menghitung rata-
rata weighted workload adalah menentukan total skor NASA-TLX dengan
cara mengurutkan rata-rata weighted workload dari yang terbesar hingga
terkecil kemudian dikategorikan berdasarkan rasio beban kerja mental
sehingga diketahui tingkat beban kerja mental dari setiap responden.

18
Berikut adalah hasil skor NASA-TLX dari 9 orang pekerja di area reagent
PT Meares Soputan Mining.
Tabel 10 Hasil Skor NASA-TLX Pekerja Reagent Area
Skor Kategori Beban
Pekerja
Nasa-TLX Kerja Mental
Pekerja 1 85,3 Tinggi sekali
Pekerja 4 83,3 Tinggi sekali
Pekerja 6 83,3 Tinggi sekali
Pekerja 8 81,7 Tinggi sekali
Pekerja 9 80,3 Tinggi sekali
Pekerja 7 78,3 Tinggi
Pekerja 5 77,7 Tinggi
Pekerja 3 70,0 Tinggi
Pekerja 2 68,0 Tinggi

3.3 Pembahasan Hasil Penilaian Beban Kerja menggunakan NASA-TLX


Dari hasil perhitungan kuesioner NASA-TLX, dapat diketahui bahwa
sebagian besar pekerja di reagent area PT MEARES SOPUTAN MINING
memiliki beban kerja mental yang tinggi sekali, yaitu 55,5% (5 orang) dari
seluruh responden, sedangkan 45,5% responden lainnya memiliki beban
kerja mental dengan kategori tinggi. Kategori beban kerja mental ini bersifat
sangat subyektif karena responden menentukannya sendiri melalui
kuesioner yang diberikan dimana pekerja harus memberikan pembobotan
dan peringkat terhadap enam indikator yaitu mental demand, physical
demand, temporal demand, performance, frustation level, dan effort.
Untuk mengetahui persentase terbesar dari indikator yang dirasakan
oleh seluruh responden memberikan dampak beban kerja yang tinggi maka
berikut ini merupakan hasil prosentase dari total skor terkait keenam
indikator dari seluruh responden yang dihitung oleh kelompok :

Tabel 11 Persentase Indikator

Total Jumlah
Indikator Rata-Rata Persentase
Produk Responden
MD 850 9 94,44 8%
PD 1.180 9 131,11 11,1%

19
Total Jumlah
Indikator Rata-Rata Persentase
Produk Responden
TD 1.615 9 179,44 15,2%
P 2.640 9 293,33 24,9%
FR 1.400 9 155,55 13,2%
EF 2.935 9 326,11 27,6%
TOTAL 1.179,98 100%
Keterangan : Mental Demand (MD), Physical Demand (PD), Temporal
Demand (TD), Performance (P), Frustation Level (FR), Effort (EF).

Berdasarkan Tabel 11 diatas, diketahui bahwa indikator yang paling


mempengaruhi beban kerja mental yang dirasakan oleh pekerja reagent di
PT Meares Soputan Mining ini sejalan dengan hasil pembobotan dan rating
yang dilakukan, dimana berdasarkan hasil pembobotan diperoleh bahwa
indikator yang memiliki hasil tertinggi dari seluruh responden adalah effort
yaitu sebesar 27,6%, dan diikuti dengan indikator performance yaitu sebesar
24,9%. Menurut kelompok, tingginya indikator effort dan performance
terhadap beban kerja mental dari responden sangat sesuai karena pekerja
reagent setiap harinya memiliki target pekerjaan, yaitu untuk melakukan
mixing reagent yang akan digunakan dalam proses pengolahan bijih emas,
dimana jumlah reagent yang diproduksi setiap harinya harus mampu
memenuhi jumlah dari bijih emas yang diperoleh, terbatasnya sumberdaya,
khususnya mesin forklift yang sangat dibutuhkan oleh pekerja untuk
memindahkan bahan-bahan kimia dalam jumlah banyak untuk proses mixing
dimana perusahaan tidak menyediakan forklift khusus untuk divisi mixing
reagen melainkan mereka harus mengantri dengan divisi lainnya. Selain itu,
kasus kecelakaan kerja seperti tersiram bahan kimia yang menimpa pekerja
reagent akibat kurangnya konsentrasi juga dapat mengakibatkan
terhambatnya proses produksi dan tidak tercapainya target mixing reagent.
Kelompok menarik kesimpulan bahwa bila target produksi reagent
belum terpenuhi maka pekerja akan melakukan overtime guna mencapai
target, hal ini dilakukan untuk mencegah terhambatnya seluruh rangkaian
proses produksi di PT Meares Soputan Mining karena penggunaan reagent
sangat diperlukan guna menghasilkan emas yang optimal, dimana emas
merupakan output dari PT Meares Soputan Mining. Pekerja yang melakukan
overtime dalam frekuensi yang sering dan memiliki beban pikiran terhadap
deadline untuk menyelesaikan pekerjaannya akan mengakibatkan tingginya

20
beban kerja baik secara mental maupun fisik dari pekerja sehingga hal ini
dapat mengurangi kewaspadaan pekerja saat melakukan kegiatannya dan
berdampak pada tingginya risiko kecelakaan kerja dan menurunnya derajat
kesehatan individu pekerja itu sendiri.

21
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan == samain kaya rumusan masalah. Ambilnya dari


makalah kita aja jgn dr makalah sumber
Dengan menggunakan metode NASA-Tlx, diketahui bahwa terdapat
faktor dominan yang mempengaruhi tingginya beban kerja mental pekerja
reagent area yang dapat dilihat pada Tabel 3.2.4.1 bahwa Pekerja reagent
area memiliki beban kerja mental yang berat

Akar permasalahan yang menjadi penyebab tingginya beban kerja


mental pekerja reagent area yaitu: forklift rusak, forklift dipakai bagian lain,
tidak ada warehouse khusus reagent area, pekerja tidak melakukan pekerjaan
sesuai SOP dan menggunakan APD dengan benar

Upaya untuk menyelesaikan akar permasalahan dalam menurunkan


beban kerja mental pekerja reagent area yaitu: pengadaan 1 forklift khusus
reagent area, menggunakan container sebagai pengganti warehouse untuk
meletakkan reagent. Pekerja reagent area dipastikan untuk mengikuti
induksi site dan induksi process plant.

4.2 Saran  sarannya menurut kita aja, nanti kubantu cari juga
a. Processing Manager dapat mendiskusikan mengenai pengadaan satu
forklift khusus untuk reagent area dengan departemen yang tarkait.
b. Untuk memastikan pekerja reagent area mengikuti semua jadwal
induksi tersebut, maka supervisor perlu adakan absensi kehadiran
induksi setiap pekerja dan juga bisa diberikan reward seperti predikat
orang rajin dan malas selama 1 periode pekerja-pekerja tersebut
mengikuti induksi. Predikat tersebut dapat berupa pin. Hal tersebut dapat
mendorong pekerja untuk ikut berpartisipasi aktif dalam mengikuti induksi

22
DAFTAR PUSTAKA

M. Ansyar Bora. 2016. Analisis Tingkat Beban Kerja Operator Packing dengan
Metode NASA-TLX (Task Load Index) di PT Gembira. Jurnal : JT-
IBSI,Volume 01
Pahlevi Lua, W M (2015). Analisis Beban Kerja Mental Pekerja Reagent area
Menggunakan Metode Nasa-Tlx Di Pt Meares Soputan Mining. Bandung :
Institut Teknologi Harapan Bangsa
(https://www.academia.edu/23543092/ANALISIS_BEBAN_KERJA_MENTA
L_PEKERJA_REAGENT_AREA_MENGGUNAKAN_METODE_NASA-
TLX_DI_PT_MEARES_SOPUTAN_MINING_LAPORAN_KERJA_PRAKTI
K diakses pada tanggal 1 september 2019 pukul 20.30 WiB)
Permendagri No.12 Tahun 2008. Pedoman Analisis Beban Kerja di Lingkungan
Departemen Dalam Negeri dan Pemerintah Daerah.
(https://jatim.kemenag.go.id/file/file/peraturantentangPNS/hnwi1425872320
.pdf diakses pada tanggal 1 september 2019 pukul 21.00 WiB)
Tarwaka. 2014. Ergonomi Industri Dasar-Dasar Pengetahuan Ergonomi dan
Aplikasi di Tempat Kerja. Surakarta : Harapan Press.

23
LAMPIRAN

Lampiran 1 Kuisoner NASA-TLX

Nama Subjek :
Pekerjaan :

Berikan tanda (x) pada faktor yang dirasa paling menyebabkan Anda
mengalami kelelahan.
No Indikator Beban Mental
1 MD (Mental Demand) vs PD (Physical Demand)
2 MD (Mental Demand) vs TD (Temporal Demand)
3 MD (Mental Demand) vs OP (Own Performance)
4 MD (Mental Demand) vs EF (Effort)
5 MD (Mental Demand) vs FR (Frustation)
6 PD (Physical Demand) vs TD (Temporal Demand)
7 PD (Physical Demand) vs OP (Own Performance)
8 PD (Physical Demand) vs EF (Effort)
9 PD (Physical Demand) vs FR (Frustation)
10 TD (Temporal Demand) vs OP (Own Performance)
11 TD (Temporal Demand) vs EF (Effort)
12 TD (Temporal Demand) vs FR (Frustation)
13 OP (Own Performance) vs EF (Effort)
14 OP (Own Performance) vs FR (Frustation)
15 EF (Effort) vs FR (Frustation)

24
Lampiran 2 Lembar Rating Pembobotan

Nama Subjek :
Pekerjaan :
Hasil Skor
No Indikator Pembobotan Penskoran (Pembobotan x
Penskoran
1 Tuntutan Mental (Mental
Demand)
2 Tuntutan Fisik (Physical
Demand)
3 Tuntutan Waktu
(Temporal Demand)
4 Performansi
(Performance)
5 Tingkat Usaha (Effort)
6 Tingka Frustasi
(Frustation)
Penjumlahan Kolom (Adjusted Rating)
Skor Pembobotan (Weighted Rating) :
Jumlah Adjusted Rating/15 :

25
Lampiran 3 Lembar Hasil Hitung Sumber Beban Kerja (Workload Tally
Sheet)

Nama Subjek :
Pekerjaan :
Jumlah Hitung Pembobotan
No Indikator
(Tally) (Weight)
1 Tuntutan Mental (Mental
Demand)
2 Tuntutan Fisik (Physical
Demand)
3 Tuntutan Waktu
(Temporal Demand)
4 Performansi
(Performance)
5 Tingkat Usaha (Effort)
6 Tingka Frustasi
(Frustation)
TOTAL PENGHITUNGAN (Total Count)

26

Anda mungkin juga menyukai