Disusun Oleh :
Kelompok 4
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT karena berkat
rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah Ergonomi dan Faat
Kerja II, dimana topik yang kami bahas yaitu, “NASA – TLX”.
Adapun maksud dan tujuan kami dalam menyelesaikan tugas ini adalah
untuk menambah pengetahuan kami mengenai materi tersebut. Dengan upaya
yang kami lakukan, semoga Bapak dan Ibu dosen selalu memberikan bimbingan
pada kami, agar mendapatkan nilai yang kami harapkan dan dapat
menyampaikan persepsi dan standar pendidikan di Universitas Airlangga
khususnya dalam mata kuliah Ergonomi dan Faal Kerja II. Pola dan
penyajiannya diharapkan dapat dimengerti dan dapat digunakan sebagai media
pembelajaran.
Akhir kata kami sampaikan terima kasih pada semua pihak yang telah
membantu menyelesaikan tugas ini. Kritik dan saran selalu kami harapkan dalam
kesempurnaan makalah ini.
Kelompok 4
ii
DAFTAR ISI
iii
DAFTAR TABEL
DAFTAR LAMPIRAN
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
The National Aeronautical and Space Administration Task Load Index (NASA-
TLX).
b. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa dapat memahami dan menjelaskan beban kerja
b. Mahasiswa dapat memahami dan menjelaskan faktor-faktor yang
mempengaruhi beban kerja.
c. Mahasiswa dapat memahami dan menjelaskan beban kerja fisik
d. Mahasiswa dapat memahami dan menjelaskan beban kerja mental.
e. Mahasiswa dapat memahami dan menjelaskan NASA – TLX.
f. Mahasiswa dapat memahami dan menjelaskan tahapan pengukuran
NASA – TLX
g. Mahasiswa dapat memahami dan menjelaskan penerapan NASA-TLX
dalam kasus
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
(Nurmianto, 2004, dalam tulisan jurnal Ramadhan). Hal ini menimbulkan
terjadinya hambatan–hambatan yang menyebabkan berkurangnya nilai
produktifitas.
Selain beban kerja fisik, beban kerja yang bersifat mental tidak boleh
luput dari perhatian. Pekerjaan yang bersifat mental sulit diukur melalui
perubahan fungsi faal tubuh. Secara fisiologis, aktivitas mental terlihat
sebagai suatu jenis pekerjaan yang ringan sehingga kebutuhan kalori untuk
aktivitas mental juga lebih rendah. Padahal secara moral dan tanggung
jawab, aktivitas mental jelas lebih berat dibandingkan dengan aktivitas fisik
karena lebih melibatkan kerja otak dibandingkan kerja otot. Dewasa ini,
aktivitas mental lebih banyak didominasi oleh pekerja-pekerja kantor,
supervisor dan pimpinan sebagai pengambil keputusan dengan tanggung
jawab yang lebih besar, pekerja di bidang teknik informasi, pekerja dengan
menggunakan teknologi tinggi, pekerjaan dengan kesiapsiagaan tinggi,
pekerjaan yang bersifat monotoni, dan pekerjaan lainnya yang memerlukan
kerja otak.
Berdasarkan Tarwaka (2014), Grandjean menyatakan bahwa aktivitas
mental akan selalu melbatkan unsur persepsi, interpretasi, dan proses
mental dari suatu informasi yang diterima oleh organ sensoris untuk diambil
suatu keputusan atau proses mengingat informasi yang lampau. Evaluasi
beban kerj amental merupakan poin penting di dalam penelitian dan
pengembangan hubungan antara manusia-mesin, mencari tingkat
kenyamanan, keppuasan, efisiensi dan keselamatan yang lebih baik di
tempat kerja, sebagaimana halnya yang menjadi target capaian
implementasi ergonomi. Untuk menjamin keselamatan, kesehatan,
kenyamanan, efisiensi, dan profuktivitas jangka panjang bagi pekerja, maka
perlu menyeimbangkan tuntutan tugas sehingga pekerja tidak mengalami
baik overstress maupun understress pada pekerjaannya (Tarwaka, 2014).
4
A. Faktor Eksternal, yaitu beban kerja yang berasal dari luar tubuh pekerja.
Faktor beban kerja eksternal sering disebut sebagai stressor, yang
terdiri dari ;
1. Tugas-tugas (Tasks) yang dilakukan bersifat fisik seperti stasiun
kerja, tata ruang tempat kerja, alat dan sarana kerja, kondisi atau
medan kerja, sikap kerja, cara angkat-angkut, beban yang diangkat-
angkut, alur kerja, alat bantu kerja, sarana informasi termasuk
display dan kontrol. Sedangkan tugas-tugas yang bersifat mental
adalah kompleksitas pekerjaan atau tingkat kesulitan pekerjaan
yang mempengaruhi tingkat emosi pekerja, dan tanggung jawab
terhadap pekerjaan.
2. Organisasi Kerja, dimana lamanya waktu kerja, waktu istirahat,
kerja bergilir, kerja malam, sistem pengupahan, sistem kerja, musik
kerja, model struktur organisasi, pelimpahan tugas, tanggung jawab
dan wewenang merupakan faktor organisasi kerja yang dapat
mempengaruhi terjadinya beban kerja.
3. Lingkungan Kerja
- Lingkungan kerja fisik, seperti suhu udara ambien, kelembaban
udara, kecepatan rambat udara, suhu radiasi, intensitas
penerangan, intensitas kebisingan, vibrasi mekanis, dan
tekanan udara.
- Lingkungan kerja kimiawi, seperti debu, gas pencemar udara,
uap logam, fume, dan lain-lain,
- Lingkungan kerja biologis, seperti bakteri, virus, parasit, jamur,
serangga.
- Lingkungan kerja psikologis, seperti pemilihan dan penempatan
tenaga kerja, hubungan antara pekerja dengan pekerja, pekerja
dengan atasan, pekerja keluarga dan pekerja dengan
lingkungan sosial yang berdampak kepada performansi kerja di
tempat kerja.
B. Faktor Internal, yaitu faktor-faktor yang berasal dari dalam tubuh itu
sendiri sebagai akibat adanya reaksi dari beban kerja eksternal. Reaksi
tubuh tersebut dikenal sebagai strain. Faktor internal beban kerja
meliputi ;
5
1. Faktor somatis, seperti jenis kelamin, usia, ukuran tubuh, kondisi
kesehatan, dan status gizi.
2. Faktor psikis, seperti motivasi, persepsi, kepercaya, keinginan, dan
kepuasan.
6
pekerjaan dengan kesiapsiagaan tinggi, pekerjaan yang bersifat monotoni,
dan pekerjaan lainnya yang memerlukan kerja otak.
Berdasarkan Tarwaka (2014), Grandjean menyatakan bahwa aktivitas
mental akan selalu melbatkan unsur persepsi, interpretasi, dan proses
mental dari suatu informasi yang diterima oleh organ sensoris untuk diambil
suatu keputusan atau proses mengingat informasi yang lampau. Evaluasi
beban kerj amental merupakan poin penting di dalam penelitian dan
pengembangan hubungan antara manusia-mesin, mencari tingkat
kenyamanan, keppuasan, efisiensi dan keselamatan yang lebih baik di
tempat kerja, sebagaimana halnya yang menjadi target capaian
implementasi ergonomi. Untuk menjamin keselamatan, kesehatan,
kenyamanan, efisiensi, dan profuktivitas jangka panjang bagi pekerja, maka
perlu menyeimbangkan tuntutan tugas sehingga pekerja tidak mengalami
baik overstres maupun understres pada pekerjaannya.
Beban kerja mental dapat diukur dengan menggunakan sejumlah
metode, baik berdasarkan fisiologis, performansi maupun secara subjektif.
Pengukuran beban kerja mental dengan metode pengukuran subjektif lebih
di dasarkan pada persepsi subjektif pekerja yang dapat diukur. Salah satu
metode pengukuran beban kerja mental secara subjektif adalah dengan
menggunakan Indeks Beban Tugas dari National Aeronautics & Space
Administration – Task Load Index (NASA – TLX).
7
dapat dikatakan underload dan peningkatan beban kerja setelah
titik ini akan menyebabkan degradasi dalam kinerja. Pada tingkat
beban kerja yang sangat tinggi atau overload, informasi penting
akan hilang akibat dari pendangkalan atau pemfokusan perhatian
hanya satu aspek dari pekerjaan.
b. Physical Demand merupakan dimensi mengenai kebutuhan fisik
yang memiliki deskripsi yaitu tentang seberapa banyak aktivitas
fisik yang dibutuhkan seperti mendorong, menarik, memutar,
mengontrol, mengoperasikan dan sebagainya. Selanjutnya
mengenai tugas fisik yang dilakukan tersebut apakah termasuk
dalam katagori mudah atau sulit untuk dikerjakan, gerakan yang
dilakukan selama aktivitas cepat atau lambat, serta melelahkan
atau tidak.
c. Temporal (Time) Demand merupakan dimensi kebutuhan waktu.
Hal ini tergantung dari ketersediaan waktu dan kemampuan
menggunakan waktu dalam menjalankan suatu aktivitas. Hal ini
berkaitan erat dengan analisis batas waktu yang merupakan
metode primer untuk mengetahui apakah subjek dapat
menyelesaikan tugas dalam batas waktu yang diberikan.
d. Performance merupakan dimensi yang memiliki pengertian tentang
seberapa berhasil atau sukseskah pekerja dalam menyelesaikan
pekerjaannya yang telah ditetapkan oleh atasannya. Serta apakah
pekerja puas dengan performansi dirinya sendiri dalam
menyelesaikan pekerjaannya.
e. Effort merupakan dimensi usaha dimana seberapa besar usaha
yang dilakukan oleh pekerja untuk menyelesaikan pekerjaan
tersebut. Dalam hal ini usaha yang dilakukan meliputi usaha mental
dan fisik.
f. Frustration Demand merupakan dimensi yang berkaitan dengan
kondisi yang dapat menyebabkan terjadinya kebingungan, frustasi
dan ketakutan selama melaksanakan suatu pekerjaan yang
menyebabkan pekerjaan lebih sulit dilakukan dari yang
sebenarnya. Pada keadaan stress rendah, orang akan cenderung
santai. Sejalan dengan meningkatnya stress, maka terjadi
pengacauan konsentrasi terhadap pekerjaan yang membutuhkan
8
konsentrasi lebih, hal ini disebabkan adanya faktor individual
subjek. Faktor-faktor ini antara lain motivasi, kelelahan, ketakutan,
tingkat keahlian, suhu, kebisingan, getaran, dan kenyamanan
(Hart, 2006).
Metode NASA-TLX menggunakan kuisioner sebagai media
pengumpulan data yang akan mewakilkan pernyataan kondisi pekerja di
lapangan. Dari setiap ukuran beban kerja tersebut, terdapat skala yang
nantinya harus diisikan oleh respoden. Hal ini merupakan langkah awal
dalam pengukuran beban kerja. Pada komponen kebutuhan mental,
kebutuhan fisik, kebutuhan waktu, dan tingkat frustasi, skala yang digunakan
adalah rendah hingga tinggi. Sedangkan untuk pengukuran performansi
digunakan skala baik hingga buruk.
9
No Indikator Beban Mental
6 PD (Physical Demand) vs TD (Temporal Demand)
7 PD (Physical Demand) vs OP (Own Performance)
8 PD (Physical Demand) vs EF (Effort)
9 PD (Physical Demand) vs FR (Frustation)
10 TD (Temporal Demand) vs OP (Own Performance)
11 TD (Temporal Demand) vs EF (Effort)
12 TD (Temporal Demand) vs FR (Frustation)
13 OP (Own Performance) vs EF (Effort)
14 OP (Own Performance) vs FR (Frustation)
15 EF (Effort) vs FR (Frustation)
Dari kuesioner ini dihitung jumlah tally dari setiap indikator yang
dirasakan paling berpengaruh. Jumlah tally ini kemudian akan
menjadi bobot untuk setiap indikator beban mental, dimana nilai
pembobotan berkisar dari nilai 1 hingga 5. Nilai 1 mengindikasikan
bahwa kedua indikator sangat penting, nilai 2 mengindikasikan
bahwa indikator yang satu sedikit lebih penting dibanding indikator
lainnya, nilai 3 mengindikasikan bahwa indikator yang satu esensial
atau sangat penting dibanding indikator lainnya, nilai 4
mengindikasikan bahwa indikator yang satu benar-benar lebih
penting dari indikator lainnya, dan nilai 5 mengindikasikan bahwa
indikator yang satu mutlak lebih penting dibanding indikator lainnya.
b. Penskorsan (rating)
Responden diminta memberikan rating terhadap keenam indikator
beban mental. Indikator tersebut terlihat pada Tabel 2.
10
No Dimensi Deskripsi Skala Rating
2 Tuntutan Fisik Seberapa besar aktivitas fisik yang Rendah/Tinggi
(Physical dibutuhkan dalam pekerjaan. Apakah
Demand) pekerjaan tersebut mudah atau sulit,
pelan atau cepat, tenang atau buru-
buru?
3 Tuntutan Waktu Seberapa besar tekanan waktu yang Rendah/Tinggi
(Temporal dirasakan selama pekerjaan atau
Demand) elemen pekerjaan berlangsung?
Apakah pekerjaan perlahan dan santai,
atau cepat dan melelahkan?
4 Performansi Seberapa besar keberhasilan di dalam Baik/Jelek
(Performance) mencapai target pekerjaan? Seberapa
puas performansi di dalam mencapai
target tersebut?
5 Tingkat Usaha Seberapa besar usaha yang Rendah/Tinggi
(Effort) dikeluarkan secara mental dan fisik
yang dibutuhkan untuk mencapai level
performansi?
6 Tingkat Frustasi Seberapa besar rasa tidak aman, putus Rendah/Tinggi
(Frustation) asa, dan terganggu dibanding dengan
perasaan aman, puas, cocok, nyaman,
dan kepuasan diri yang dirasakan
selama mengerjakan pekerjaan
tersebut?
11
Tabel 3 Lembar Kerja Penskoran (Rating)
Performansi (Performance)
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
Low High
c. Menghitung Produk
Produk diperoleh dengan cara mengalikan penskorsan (rating)
dengan bobot faktor untuk masing-masing deskriptor. Dengan
demikian dihasilkan 6 nilai produk untuk 6 indikator, yaitu Mental
Demand, Physical Demand, Temporal (Time) Demand, Performance,
Effort, Frustration Demand.
12
e. Menghitung Rata-Rata Weighted Workload (WWL)
Rata-rata weighted workload diperoleh dengan cara mengalikan
bobot dengan rating setiap elemen, kemudian dijmlahkan dan dibagi
yang merupakan jumlah perbandingan berpasangan.
Σ( Bobot x Penskorsan)
Skor =
15
13
BAB III
STUDI KASUS
14
Untuk menghindari proses akumulasi beban kerja mental yang
terlalu berlebihan, diperlukan analisis persentase dan penyebab beban
kerja mental pekerja reagent area untuk menentukan saran perbaikan apa
yang sebaiknya dilakukan oleh perusahaan guna mengurangi beban kerja
mental dari pekerjanya. Salah satu metode yang dapat dilakukan untuk
mengukur beban kerja mental pekerja adalah dengan menggunakan
metode NASA-TLX.
3.2.2 Pembobotan
Langkah berikutnya yang dilakukan setelah responden mengisi
seluruh kuesioner adalah pembobotan yang dilakukan oleh peneliti
15
ataupun HSE officer. Pembobotan dilakukan dengan cara menjumlahkan
masing-masing indikator dari seluruh responden. Berikut ini merupakan
hasil pengukuran tabel pembobotan yang dilakukan oleh 9 orang pekerja
di area reagent PT Meares Soputan Mining.
3.2.3 Rating
Langkah ketiga yang dilakukan setelah menghitung hasil
pembobotan adalah menjumlahkan hasil rating yang diberikan oleh
responden terkait dengan 6 indikator. Penjumlahan ini dilakukan oleh
peneliti ataupun HSE officer perusahaan. Berikut adalah hasil rating
keenam indikator dari 9 orang pekerja di area reagent.
16
3.2.4 Nilai Produk
Setelah peneliti atau HSE officer menghitung hasil rating yang
telah diisi oleh responden dalam kuesioner, langkah berikutnya yang
dilakukan adalah menghitung nilai produk dengan cara mengalikan hasil
perhitungan pembobotan dengan hasil perhitungan rating pada masing-
masing indikator yang telah diisi oleh setiap responden dalam kuesioner.
Berikut adalah hasil perhitungan nilai produk 9 orang pekerja di area
reagent PT Meares Soputan Mining.
Tabel 7 Hasil Perhitungan Nilai Produk
Dimensi
Responden
MD PD TD P FR EF
Pekerja 1 70 70 60 270 450 360
Pekerja 2 60 70 120 280 140 350
Pekerja 3 60 180 150 240 70 350
Pekerja 4 70 90 270 190 450 180
Pekerja 5 90 240 225 400 0 210
Pekerja 6 340 75 100 450 0 285
Pekerja 7 65 60 300 270 80 400
Pekerja 8 0 75 360 180 210 400
Pekerja 9 95 320 30 360 0 400
Keterangan : Mental Demand (MD), Physical Demand (PD), Temporal
Demand (TD), Performance (P), Frustation Level (FR), Effort (EF).
17
Dimensi
Responden TOTAL
MD PD TD P FR EF
Pekerja 5 90 240 225 400 0 210 1.165
Pekerja 6 340 75 100 450 0 285 1.250
Pekerja 7 65 60 300 270 80 400 1.175
Pekerja 8 0 75 360 180 210 400 1.225
Pekerja 9 95 320 30 360 0 400 1.205
Keterangan : Mental Demand (MD), Physical Demand (PD), Temporal
Demand (TD), Performance (P), Frustation Level (FR), Effort (EF).
18
Berikut adalah hasil skor NASA-TLX dari 9 orang pekerja di area reagent
PT Meares Soputan Mining.
Tabel 10 Hasil Skor NASA-TLX Pekerja Reagent Area
Skor Kategori Beban
Pekerja
Nasa-TLX Kerja Mental
Pekerja 1 85,3 Tinggi sekali
Pekerja 4 83,3 Tinggi sekali
Pekerja 6 83,3 Tinggi sekali
Pekerja 8 81,7 Tinggi sekali
Pekerja 9 80,3 Tinggi sekali
Pekerja 7 78,3 Tinggi
Pekerja 5 77,7 Tinggi
Pekerja 3 70,0 Tinggi
Pekerja 2 68,0 Tinggi
Total Jumlah
Indikator Rata-Rata Persentase
Produk Responden
MD 850 9 94,44 8%
PD 1.180 9 131,11 11,1%
19
Total Jumlah
Indikator Rata-Rata Persentase
Produk Responden
TD 1.615 9 179,44 15,2%
P 2.640 9 293,33 24,9%
FR 1.400 9 155,55 13,2%
EF 2.935 9 326,11 27,6%
TOTAL 1.179,98 100%
Keterangan : Mental Demand (MD), Physical Demand (PD), Temporal
Demand (TD), Performance (P), Frustation Level (FR), Effort (EF).
20
beban kerja baik secara mental maupun fisik dari pekerja sehingga hal ini
dapat mengurangi kewaspadaan pekerja saat melakukan kegiatannya dan
berdampak pada tingginya risiko kecelakaan kerja dan menurunnya derajat
kesehatan individu pekerja itu sendiri.
21
BAB IV
PENUTUP
4.2 Saran sarannya menurut kita aja, nanti kubantu cari juga
a. Processing Manager dapat mendiskusikan mengenai pengadaan satu
forklift khusus untuk reagent area dengan departemen yang tarkait.
b. Untuk memastikan pekerja reagent area mengikuti semua jadwal
induksi tersebut, maka supervisor perlu adakan absensi kehadiran
induksi setiap pekerja dan juga bisa diberikan reward seperti predikat
orang rajin dan malas selama 1 periode pekerja-pekerja tersebut
mengikuti induksi. Predikat tersebut dapat berupa pin. Hal tersebut dapat
mendorong pekerja untuk ikut berpartisipasi aktif dalam mengikuti induksi
22
DAFTAR PUSTAKA
M. Ansyar Bora. 2016. Analisis Tingkat Beban Kerja Operator Packing dengan
Metode NASA-TLX (Task Load Index) di PT Gembira. Jurnal : JT-
IBSI,Volume 01
Pahlevi Lua, W M (2015). Analisis Beban Kerja Mental Pekerja Reagent area
Menggunakan Metode Nasa-Tlx Di Pt Meares Soputan Mining. Bandung :
Institut Teknologi Harapan Bangsa
(https://www.academia.edu/23543092/ANALISIS_BEBAN_KERJA_MENTA
L_PEKERJA_REAGENT_AREA_MENGGUNAKAN_METODE_NASA-
TLX_DI_PT_MEARES_SOPUTAN_MINING_LAPORAN_KERJA_PRAKTI
K diakses pada tanggal 1 september 2019 pukul 20.30 WiB)
Permendagri No.12 Tahun 2008. Pedoman Analisis Beban Kerja di Lingkungan
Departemen Dalam Negeri dan Pemerintah Daerah.
(https://jatim.kemenag.go.id/file/file/peraturantentangPNS/hnwi1425872320
.pdf diakses pada tanggal 1 september 2019 pukul 21.00 WiB)
Tarwaka. 2014. Ergonomi Industri Dasar-Dasar Pengetahuan Ergonomi dan
Aplikasi di Tempat Kerja. Surakarta : Harapan Press.
23
LAMPIRAN
Nama Subjek :
Pekerjaan :
Berikan tanda (x) pada faktor yang dirasa paling menyebabkan Anda
mengalami kelelahan.
No Indikator Beban Mental
1 MD (Mental Demand) vs PD (Physical Demand)
2 MD (Mental Demand) vs TD (Temporal Demand)
3 MD (Mental Demand) vs OP (Own Performance)
4 MD (Mental Demand) vs EF (Effort)
5 MD (Mental Demand) vs FR (Frustation)
6 PD (Physical Demand) vs TD (Temporal Demand)
7 PD (Physical Demand) vs OP (Own Performance)
8 PD (Physical Demand) vs EF (Effort)
9 PD (Physical Demand) vs FR (Frustation)
10 TD (Temporal Demand) vs OP (Own Performance)
11 TD (Temporal Demand) vs EF (Effort)
12 TD (Temporal Demand) vs FR (Frustation)
13 OP (Own Performance) vs EF (Effort)
14 OP (Own Performance) vs FR (Frustation)
15 EF (Effort) vs FR (Frustation)
24
Lampiran 2 Lembar Rating Pembobotan
Nama Subjek :
Pekerjaan :
Hasil Skor
No Indikator Pembobotan Penskoran (Pembobotan x
Penskoran
1 Tuntutan Mental (Mental
Demand)
2 Tuntutan Fisik (Physical
Demand)
3 Tuntutan Waktu
(Temporal Demand)
4 Performansi
(Performance)
5 Tingkat Usaha (Effort)
6 Tingka Frustasi
(Frustation)
Penjumlahan Kolom (Adjusted Rating)
Skor Pembobotan (Weighted Rating) :
Jumlah Adjusted Rating/15 :
25
Lampiran 3 Lembar Hasil Hitung Sumber Beban Kerja (Workload Tally
Sheet)
Nama Subjek :
Pekerjaan :
Jumlah Hitung Pembobotan
No Indikator
(Tally) (Weight)
1 Tuntutan Mental (Mental
Demand)
2 Tuntutan Fisik (Physical
Demand)
3 Tuntutan Waktu
(Temporal Demand)
4 Performansi
(Performance)
5 Tingkat Usaha (Effort)
6 Tingka Frustasi
(Frustation)
TOTAL PENGHITUNGAN (Total Count)
26