Anda di halaman 1dari 31

ek

  
SIPIL MESIN ARSITEKTUR ELEKTRO

PENGGUNAAN AKUSTIKA LUAR-RUANGAN

DALAM MENANGGULANGI KEBISINGAN PADA BANGUNAN

*
Mashuri

Abstract
This article is the review of the literature about the way to tackle the noisy in the building by using the outdoor
acoustic. This way would be effective if it would be done comprehensively. In this case, we do not only concern with
the elements which are put in the building, but also designing the outdoor of the building which can reduce the noisy
from outside. There are several ways to plan outdoor acoustic which can solve the noisy from outside such as
organizing the building layout, using artificial barrier, and using the combination insulation material.
Keyword: noisy, outdoor acoustic

Abstrak
Penulisan ini merupakan studi literatur yang membahas tentang penanggulangan kebisingan pada bangunan dengan
menggunakan akustika luar-ruangan. Penanggulangan kebisingan dengan menggunakan akustika luar-ruangan akan
sangat efektif bila dilakukan secara menyeluruh. Kita tidak hanya memperhatikan elemen-elemen yang menempel
atau berada pada bangunan, namun juga merancang luar ruang yang mampu menahan atau setidaknya mengurangi
masuknya kebisingan dari luar ruangan ke dalam bangunan. Menata layout banguanan, penggunaan penghalang
buatan dan pemakaian material dengan insulasi kombinasi merupakan beberapa langkah perancangan akustik luar
ruangan yang dapat ditempuh dalam menanggulangi kebisingan.
Kata kunci: kebisingan, akustika luar-ruangan

1. Pendahuluan kesehatan manusia secara


Masalah kebisingan di negara-negara berkembang, umum serta adanya anggapan
terutama di negara yang beriklim tropis-lembab atau hangat- bahwa solusi untuk mengatasi
lembab seperti Indonesia, seringkali lebih pelik dibandingkan yang kebisingan selalu rumit dan
dihadapi oleh negara maju dengan iklim dingin-kering. Di negara mahal.
berkembang, dengan tingkat pendidikan dan ekonomi Kekurangan informasi
masyarakatnya yang masih rendah, orang cenderung mengabaikan ini tidak hanya terjadi pada
permasalahan kebisingan. Beberapa alasan yang mendasari sikap masyarakat umum, namun
ini di antaranya adalah: belum adanya informasi yang jelas juga terjadi secara formal di
mengenai akibat buruk kebisingan bagi kenyamanan dan bangku sekolah dan kuliah.
Bahkan mereka yang bergerak
di dunia rancang bangun
sekalipu ( arsitek, kontraktor,
pengembang dan lain-lain )
masih banyak yang belum
memahami solusi akustik
sederhana pada bangunan.
Rendahnya pemahaman masyarakat antara lain disebabkan oleh massa
minimnya informasi mengenai kebisingan yang dimuat di media

* Staf Pengajar Jurusan Teknik Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Tadulako, Palu
Penggunaa
n Akustik
Luar
Ruangan
dalam
Menanggul
angi
Kebisingan
pada
Bangunan
(Mashuri.)

y
a meli
puti:
P prng
e alam
2 an
. terha
dap
M
kebi
e
sing
3 an,
. kegi
S atan,
e perki
raan
terha
dap
kem
ungk
inan
mun
culn
ya
kebi
sing
an,
manf
aat
obje
k
yang
men
ghas
ilkan
kebi
sing
an,
kepri
badi
an,
lingk
unga
n
dan
kead
aan.
Sem
ua
fakto
r
terse
but
h
a
K
e
4
.
M
e
P
e
197
Jurnal SMARTek, Vol. 5, No. 3, Agustus 2007: 196 - 206

Undang No. 16/2002


mengenai Bangunan Tabel.1 Pintakat
Gedung (UUBG). Dalam Peruntukan
UUBG, peraturan
kebisingan hanya
dimasukkan dalam pasal
mengenai kenyamanan,
belum sampai pasal
mengenai kesehatan.
Kebisingan juga diatur
dalam Peraturan MenKes
No.
718/MenKes/Per/XI/87
dan Keputusan Dirjen
Pemberantasan Penyakit
Menular (PPM)
No.70-I/PP.03.04.LP Dari
peraturan tersebut,
diperoleh bajuan tingkat
kebisingan menurut
pintakat peruntukan (zone)
sebagaimana tercantum
pada tabel 1.
Sampai saat ini,
mengatasi kebisingan
dengan jalan membatasi
atau meniadakan sumber
kebisingan belum dapat
diterapkan. Sebagai
contoh, aturan ketat yang
membatasi dan
menerapkan sanksi kepada
mereka yang menghasilkan
kebisingan melebihi
bakuan belum diterapkan
di Indonesia.

5. Reduksi kebisingan
secara alamiah
Tanpa harus
melakukan perlakuan
khusus, misalalnya dengan
menempatkan elemen-
elemen buatan, sebenarnya
fenomena alam yang
terjadi disekitar kita
mampu mengurangi
tingkat kebisingan.
Meskipun nilai reduksi
kebisingan akibat kondisi
di sekitar bangunan tidak
terlampau signifikan, ada
baiknya kita mempelajari
hal tersebut untuk
selanjutnya berusaha
mencapai nilai maksimal.
Adapun
sebesar 3 dB
(BRE/CIRIA, 1983).
faktor-faktor alami yang b. Serapan Udara
memungkinkan mereduksi
kebisingan adalah : Udara di
sekitar kita, yang
menjadi medium
perambatan gelombang
a. Jarak bunyi, sesungguhnya
Kita memahami mampu menyerap
bahwa dengan semakin sebagian kecil
jauhnya jarak telinga kekuatan gelombang
terhadap sumber bunyi yang
kebisingan maka semakin melewatinya.
lemahlah bunyi yang Kemampuan serapan
diterima. Reduksi udara tersebut
kebisingan akibat jarak bergantung pada suhu
akan berbeda besarnya dan kelembabannya.
antara sumber kebisingan Serapan yang lebih
tunggal atau majemuk. besar akan terjadi pada
Penelitian menunjukkan udara bersuhu rendah
bahwa pada sumber bunyi dibandingkan dengan
tunggal, setiap kali jarak udara bersuhu tinggi.
telinga dari sumber Serapan juga terjadi
bertambah dua kali lipat lebih baik pada udara
dari jarak semula, kekuatan dengan kelembaban
bunyi akan turun sebesar 6 relatif rendah,
dB. Sedangkan pada dibandingkan pada
sumber bunyi majemuk, udara dengan
setiap kali jarak telinga kelembaban relatif
dari sumber bertambah dua tinggi.
kali lipat dari jarak semula,
kekuatannya akan turun
Tingkat Kebisingan (dBA)
Pintakat Peruntukan
Maksimum di dalam Bangunan
Dianjurkan Diperbolehkan
A Laboratorium, rumah sakit, panti perawatan 35 45
B Rumah, sekolah, tempat rekreasi 45 55
C Kantor, pertokoan 50 60
D Industri, terminal, stasiun KA 60 70
Sumber : Peraturan MenKes No. 718/MenKes/Per/XI/87

198
Penggunaa
n Akustik
Luar
Ruangan
dalam
Menanggul
angi
Kebisingan
pada
Bangunan
(Mashuri.)

H
a men
yera
c p
. gelo
P mba
e ng
buny
d i
. mera
P mbat
e tetap
i
justr
u
mem
antul
kann
ya,
sehi
ngga
buny
i
yang
sam
pai
ke
suat
u
titik
pada
jarak
terte
ntu
dari
sum
ber
buny
i
dapa
t
menj
adi
lebih
kuat.

e.
Hala
ngan
R
eduk
si
buny
i

6
.
K
e
B
e
199
Jurnal SMARTek, Vol. 5, No. 3, Agustus 2007: 196 - 206

bangunan tunggal tidak memberikan


berbentuk ”L” atau reduksi maksimal.
Agar dapat
membangun barrier
secara tepat, beberapa
”U” akan faktor harus kiata
pengelompokan ruangperhatikan
semacam diini.
antaranya
Layout ”L” lebih cocok peletaka atau posisi,
pada bangunan domestik dimensi atau ukuran
dengan luasan kecil seperti barrier, pemilihan
rumah tinggal biasa atau material, dan estetika.
sederhana, sedangkan
layout ”U” cocok untuk a. Posisi atau peletakan
bangunan publik yang luas Pada
seperti kantor atau rumah permukaan bumi yang
sakit. Bangunan dengan berkontur tajam, dalam
layout ”U” perlu kasus di mana
memperhatikan detil tata keberadaan bangunan
massa, agar area di antara lebih rendah dari jalan
dua lengan ”U” tidak dan berada di balik
menjadi sumber bukit, di manapun
kebisingan, misalnya untuk barrier diletakkan,
tempat parkir. Bila hal ini akan tercapai hasil
terjadi, maka pada area yang maksimal.
tersebut justru terjadi Sedangkan pada
tingkat kebisingan yang keadaan di mana lahan
tinggi akibat terpantulnya bangunan lebih tinggi
bunyi oleh permukaan dari jalan (setidaknya
dinding yang saling ada selisih 1 m),
berhadapan dari kedua ketinggian barrier
lengan tersebut. Untuk menjadi faktor yang
mengatasinya dapat dipilih lebih penting
layout menyerupai huruf dibandingkan faktor
”V” agar pantulan dibuang posisi. Sayangnya
ke arah luar. kondisi tanah
berkontur semacam ini
tidak banyak djumpai
7. Penghalang buatan di kota besar, sehingga
Penghalang buatan posisi barrier menjadi
(sound barrier atau barrier) amat penting.
dapat pula menjadi pilihan Pada situasi di
ketika pengurangan mana ketinggian
kebisingan melalui permukaan jalan dan
pemilihan layout bangunan lahan bangunan hampir
sama, peletakan barrier
sejauh mungkin dari
bangunan akan
memberikan hasil yang
maksimal.
Gambar 1. Layout bangunan yang memungkinkan
terbentuknya ruang-ruang (ruang B) yang
jauh dari kebisingan untuk ruang privat,
sementara ruang A yang lebih dekat
dengan kebisingan dapat difungsikan
sebagai ruang publik.

200
Penggunaa
n Akustik
Luar
Ruangan
dalam
Menanggul
angi
Kebisingan
pada
Bangunan
(Mashuri.)

Gambar 2. Posisi barrier yang sedekat mungkin pada sumber atau pendengar akan memberikan efek
reduksi kebisingan maksimal, sebaliknya posisi barrier yang berada ditengah-tengah tidak
akan berfungsi efektif.

Bila kondisi ini tidak dapat diterapkan akibat diambil dari garis tengah
keterbatasan lahan, maka diusahakan agar barrier lebar jalan di muka
dibangun sedekat mungkin ke dinding muka bangunan.
bangunan. Untuk kondisi yang kedua kita memerlukan
b. Dimensi
ketinggian barrier yang melebihi ketinggian dinding
bangunan agar kebisingan yang terdefraksi dari ujung Ketika menggunakan
atas barrier tidak masuk ke dalam bangunan. Bila barrier yang lebih dekat ke
sekiranya diperlukan taman atau ruang terbuka, arah bangunan daripada ke
peletakan elemen ini pada bagian belakang bangunan arah jalan, dapat dipastikan
akan lebih ideal. Penempatan taman pada bagian dibutuhkan ketinggian barrier
depan lahan sangat mungkin justru menciptakan jarak yang melebihi dinding depan
yang sama antara barrier dengan sumber bising dan bangunan. Sementara itu, pada
barrier dengan bangunan. Pada penempatan semacam keadaan yang memungkinkan
ini, meski ketinggiannya cukup baik dan bahan yang ketinggian barrier lebih rendah
dipakai bagus, kebisingan tetap akan masuk ke dalam dari dinding, perlu kiranya
bangunan melalui defraki yang terjadi pada ujung atas dihitung ketinggian yang tepat,
barrier. Jarak sumber kebisingan terhadap barrier sehingga diperoleh reduksi
yang dikehendaki.
Penghitungan ketinggian
barrier yang tepat diharapkan dapat menjadi solusi bagi
masalah kebisingan sekaligus memungkinkan aliran udara
yang sangat diperlukan oleh bangunan. Dimensi barrier
terdiri dari panjang (atau lebar) dan tinggi. Untuk
memperoleh hasil yang maksimal, usahakan agar barrier
dibangun sepanjang lebar lahan bagian depan yang ,
usahakan agar

201
Jurnal SMARTek, Vol. 5, No. 3, Agustus 2007: 196 - 206

barrier dibangun sepanjang memperoleh


lebar lahan bagian depan reduksi yang
yang berhubungan maksimal ketika
langsung dengan jalan. membangun barrier,
Pintu atau gerbang untuk ukurannya harus
akses dapat diletakkan cukup besar untuk
berhadapan dengan ruang mengimbangi
yang tidak membutuhkan panjang gelombang
ketenangan secara bunyi berfrekuensi
signifikan, misalnya di rendah sehingga
antara dua lengan pada dapat mereduksi
layout ”U” atau kekuatan bunyi
berhadapan dengan lengan tersebut.
sejajar jalan pada layout
”L”. N = 10 log10 20X .................. (1)
Selanjutnya untuk
Dengan :
menghitung ketinggian
efektif barrier ada
beberapa formula yang N = reduksi dalam
dapat digunakan, di 2
dB ( 2 x 10 N/m
antaranya yang
dikemukakan oleh X pada persamaan
di atas diperoleh
Lawrence (1967) dan Egan
dari :
(1976). Kedua formula ini
membutuhkan detil
frekuensi bunyi yang     2 
  H 2   H 
muncul sebagai salah satu 
2 R 1   1 D 1   1 
   R    D 
faktor untuk mengerjakan x     
perhitungan. Hal inilah   H 2 
yang membuat kedua 1   
  R 
formula ini tidak dengan  
mudah dapat dipergunakan
oleh mereka yang kurang ........................................................(2)
ahli dalam bidang ilmu
fisika. Selain itu, andaikata Dengan (lihat gambar
frekuensi bunyi yang 3 di bawah):
muncul dapat ditentukan, H = ketinggian sumber
karena umumnya bunyi- terhadap ujung atas
bunyi yang kita dengar barrier (m)
adalah multi frekuensi R = jarak sumber
maka reduksi yang terhadap barrier (m)
diperoleh untuk masing-
masing frekuensi tersebut
perlu difitung satu per satu.
Dalam praktek sehari-hari D = jarak barrier
hal ini cukup menyulitkan, terhadap pendengar
terlebih bila ternyata
muncul frekuensi lain yang
tidak terduga sebelumnya.
(m)
0 Formula Lawrence
Secara tegas Lawrence
mengungkapkan bahwa λ = panjang gelombang
untuk bunyi (m)
Bila D  R  H, maka
persamaan di atas
dapat disederhanakan
menjadi :
H 2
(3)
X  R

Gambar 3. Skematik penghitungan kemampuan reduksi


barrier menurut formula Lawrence

202
Penggunaa
n Akustik
Luar
Ruangan
dalam
Menanggul
angi
Kebisingan
pada
Bangunan
(Mashuri.)
a
n
0F ju
g
F
a
o
m
r
e
m
n
u
y
la
ar
i
a
n
n
i
k
m
a
e
n
r
p
u
e
p
m
a
a
k
k
a
ai
n
a
p
n
e
b
n
ar
g
ri
e
er
m
y
b
a
a
n
n
g
g
b
a
er
n
di
d
m
a
e
ri
ns
f
i
o
b
r
es
m
ar
u
,
la
d
L
e
a
n
w
g
r
a
e
n
n
ja
c
ra
e.
k
E
a
g
nt
a d
r ea
a ln
b y
a a
rr ja
ie ra
r k
d a
a nt
n ar
b a
a b
n ar
g ri
u er
n d
a a
n n
s b
ej a
a n
u g
h u
m n
u a
n n
g m
k in
i i
n. m
B al
a e
h m
k p
a at
n k
s al
e i
c ja
a ra
r k
a su
te m
g b
a er
s k
d e
i bi
k si
e n
m g
u a
k n
a k
k e
a b
n ar
b ri
a er
h .
w A
a d
i a
p a
u d
n al
la a
n h
g :
k
a (1) H
h it
- u
la n
n g
g ra
k si
a o
h a
p nt
e ar
r a
h ti
it n
u g
n
gi
g
b
a
ar
n
ri
d
er
i
m (H)
e de
n ng
si an
b jar
a ak
su
rr
m
ie
be
r
r
d ter
e ha
n da
g p
a ba
n rri
m er
e (R
n ).
g A
g da
u pu
n n
a H
k da
a n
n R
f m
o asi
r ng
m -
u m
la asi
E ng
g di
a hit
n un
g
dalam a
satuan n
feet, ol
di e
mana h
1m= b
3,281 ar
feet. ri
er
(2) D d
e e
n n
g g
a a
n n
m m
e e
n m
g a
g k
u ai
n p
a er
k sa
a m
n aa
r n:
a
si H
10
o
te
rs A log R
e De
b ng
u an
t, :
te A
n =
t ad
u ala
k h
a re
n du
b ksi
e ya
s ng
a di
r pe
n rol
y eh
a (d
r B)
e f =
d ad
u ala
k h
si fre
y ku
a en
n si
bu
g
ny
d i
i ya
b ng
e m
ri un
k
cul di
(Hz) te
m
Ketik u
a k
kebisi a
ngan n
yang d
munc a
ul n
berkar fr
akter e
multif k
rekue u
nsi, e
kita n
harus si
melak te
ukan la
pengh h
itunga di
n sart te
per nt
satu u
sesuai k
frekue a
nsi n,
yang m
munc
a
ul.
k
a
(3) b
S e
el s
ai ar
n n
m y
e a
n re
g d
g u
u k
n si
a y
k a
a n
n g
ru di
m b
u er
s ik
di a
at n
as b
, ar
k ri
et er
ik bi
a s
ra a
si di
o hi
te tu
la n
h g
d ta
e p
n er
g lu
a m
n e
m n
e g
n hi
g tu
g n
u g
n n
a y
k a
a te
n rs
di e
a n
gr di
a ri
m
p
a
d
a
G
a
m
b
ar
4.
S
el
a
nj
ut
n
y
a
u
nt
u
k
ti
a
p
fr
e
k
u
e
n
si
y
a
n
g
b
er
b
e
d
a,
ki
oh
dan
c per
. man
en
M sang
e atlah
diha
rapk
an.
Sete
lah
posi
si
dan
dim
ensi
barri
er
dite
ntuk
an,
mak
a
perl
u
kira
nya
dipe
rtim
bang
kan
pem
akai
an
bera
t
mate
rial
seba
gai
beri
kut (
Tun
ner
dala
m
Chri
stina
,
200
5) :

0U
n
t
u
k
m
e
n
d
u
k
u
n
g k
m
r e
e n
d d
u u
k k
s u
i n
g
0 r
e
d
- u
k
1 s
0 i
1
d 1
B -
A 1
5
d d
i B
p A
e
r d
l i
u p
k e
a r
n l
u
b k
a a
h n
a b
n a
h
d a
e n
n d
g e
a n
n g
a
n
b b
e e
r r
a a
t t
m
m i
i n
n i
i m
m a
a l
l 1
0
5 k
g
k /
g m
2
/
m
2 0U
n
t
u
0U k
m
n
t e
u n
d
u J
k ika
u kete
n
g ntua
n
r men
e gena
d i
u bera
k t
s mate
i
rial
1 barri
6 er
- tida
2 k
0 dipe
nuhi
d ,
B mak
A
a
mes
d
i ki
p posi
e si
r dan
l dim
u ensi
k
a barri
n er
telah
b dite
a ntuk
h an
a deng
n an
tepat
d
e ,
n redu
g ksi
a yang
n diha
rapk
b an
e sang
r
a at
t dim
ung
m kink
i an
n tida
i k
m terja
a
l di
seba
1 gai
5 man
a
k mest
g inya
/ .
m Tabe
2
l 2
juga
B ,
a pelet
akan
yang
bena
r,
dim
ensi
yang
tepat
, dan
pem
iliha
n
mate
rial
adal
ah
tiga
hal
yang
erat
kaita
nnya
untu
k
men
ghas
ilka
n
redu
ksi
yang
kita
ingi
nkan
.
Jika
sala
h
satu
dari
keti
ga
fakt
or
ini
tida
k
terp
enuh
i,
kem
ung
kina
n
besa
r
barri
er
yang
diba
ngu
n
203
Jurnal SMARTek, Vol. 5, No. 3, Agustus 2007: 196 - 206

Gambar 4. Bagan reduksi barrier menurut formula Egan

Tabel 2. Beberapa jenis material dan beratnya (Elridge,1974)


Mater ial Kg/m2

Asbes lembaran tabal 4,8 mm Beton ringan untuk 8,4


paving block 7-11

Beton untuk cor lantai tabal 25 mm Plaster board 55-


65
gipsum 9,5 mm
6,5-
Genteng keramik 10
Genteng beton
34-
40
34-
45
d. Estetika
Secara akustik, faktor estetika adalah faktor yang
tidak mendapatkan perhatian yang serius. Namun secara
arsitektur, faktor ini penting diperhatikan agar barrier yang
dibangun tidak menutupi fasade atau tampak depan bangunan tabal-berat-masif yang dapat
dengan terlalu ekstrim. Hal ini patut mendapatkan perhatian dikategorikan sebagai elemen
yang serius terutama karena barrier yang efektif harus yang mengganggu fasade.
memenuhi persyaratan

204 8. Pemakaian Material


dengan Insulasi
Kombinasi
Bagi bangunan yang berdiri di camping jalan dengan
tingkat kebisingan yang tinggi, upaya meredam masuknya
kebisingan ke dalam
Penggunaa
n Akustik
Luar
Ruangan
dalam
Menanggul
angi
Kebisingan
pada
Bangunan
(Mashuri.)

b
a mak
a
P disai
e n
B bang
a unan
dima
P
ksud
a
haru
s
mam
pu
men
gura
ngi
kebi
sing
an
sebe
sar
35
dBA
.
Jika
akib
at
keter
batas
an
laha
n,
pena
taan
layo
ut
bang
unan
tidak
mem
berik
an
redu
ksi
kebi
sing
an
yang
signi
fican
,
lang
k
a

9
.
D
a
A
d

1
0

Archit
ectural
Acoust
ic,
Prectic
e-

Hall
Inc.,
New-
Jersey.

E
l
Buildin
g
Materi
als,
MTP

Constr
uction,
Lancas
ter,
UK.

205
Jurnal SMARTek, Vol. 5, No. 3, Agustus 2007: 196 - 206

Lawrence, Anita, (1967). Mediastika, E.


Architectural Christina, (2005).
Akustika

Acoustic,
Bangunan :
Applied Prinsip-prinsip
dan
Science

Penerapannya di
Publishers Ltd., Indonesia,
London. Penerbir
Erlangga,
Mangunwijaya, Y.B, Jakarta.
(1994) Pengantar
Templeton, D. and D.
Saunders, (1987).

Fisika Bangunan,
Cetakan IV, Acoustic
Djambatan, Design, The
Jakarta. Architectural

Press, London.
206

Anda mungkin juga menyukai