Kelompok 4
Nama : 1. Ridho Abdurrahman W (14020057)
2. Fathiya Hanif (14020069)
3. Ruth Kinanti Palupi (14020079)
4. Ramzy Alam Abdulhaq (14020125)
Dosen : M. Widodo, AT, M. Tech., P.hD
Asisten Dosen : 1. Ir. Elly K, Bk. Teks, M. Pd
2. Yayu E. Y., S.ST.
Kualitas dari bahan peredam suara ditunjukkan dengan harga (koefisien penyerapan
bahan terhadap bunyi).Semakin besar maka semakin baik digunakan sebagai
peredam suara. Nilai berkisar antara 0 sampai 1, jika bernilai 0, artinya tidak ada
bunyi yang diserap, sedangkan jika bernilai 1 artinya 100% bunyi yang datang diserap
oleh bahan.
2.6 Penyempurnaan Anti api
Kain mudah terbakar (flammable) adalah kain yang akan terus terbakar meski tanpa
dibantu bila terkena api. Sebaliknya adalah kain tahan api (non-flammable) yang tidak
terbakar bila dikenai api. Flame retardant adalah istilah yang dipakai untuk
menerangkan sifat tidak mudah terbakar pada kain, dimana pembakaran berlangsung
lambat dan api akan mati dengan sendirinya bila sumber api ditiadakan.
Prinsip Pengujian Antiapi
Prinsip pengujian penyempurnaan antiapi cara vertikal dilakukan dengan cara
membakar kain yang dijepit rangka dan diletakan vertikal selama waktu tertentu. Diukur
waktu dari saat api diambil sampai nyala padam, waktu dari saat nyala padam sampai
bara padam, dan panjang sobekan pada contoh uji karena sobekan dengan gaya
tertentu.
2.7 Penyempurnaan tolak air
Cara untuk mendapatkan sifat antiair pada bahan tekstil adalah dengan
mengadsorpsikan atau mendekomposisikan zat-zat yang bersifat tolak air pada
permukaan bahan, seperti garam-garam alumunium, lilin, parafin, silikon, atau senyawa
fluorokarbon.
Prinsip Pengujian tolak air (Uji Siram)
Prinsip pengujian uji antiair dengan cara uji siram adalah dengan cara menyiramkan air
pada permukaan kain dengan kondisi tertentu sehingga menghasilkan pola kebasahan
pada permukaan kain yang ukurannya relatif bergantung pada sifat tolak air kain.
Evaluasi dilakukan dengan membandingkan pola kebasahan kain dengan gambar pada
penilaian uji siram standar.
Nilai Siram :
Nilai Keterangan
0 : Pembasahan pada seluruh permukaan atas dan bawah.
Terbasahi seluruh permukaan yang disiram/pembasahan seluruh
50 (ISO 1) :
permukaan atas.
70 (ISO 2) : Terbasahi setengah permukaan yang disiram/permukaan atas.
Terbasahi hanya pada daerah kecil yang jelas, yang disiram pada
80 (ISO 3) : beberapa area kecil terpisah/pembasahan permukaan atas pada titik-
titik tetesan.
Tidak ada pembasahan tetapi ada tetesan kecil yang menempel pada
90 (ISO 4) :
permukaan yang disiram/permukaan atas.
Tidak ada pembasahan dan tidak ada penempelan tetesan kecil pada
100 (ISO 5) :
permukaan yang disiram/permukaan atas.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Rancangan Penelitian
Pengujian Antiair
Pengujian Antiapi
Perhitungan
Kebutuhan larutan = 100 ml
20
PVA = x 100 ml = 2 gram
1000
20
Katalis = x 2 gram = 0.4 gram
100
Perhitungan
Kebutuhan larutan = 100 ml
3
Resin Antiair (Elasguard DK-610) = x 100 ml = 3 ml
100
15
Resin Antiapi (Pyroguard FP-710) = x 100 ml = 15 ml
100
0 detik
155 g/m2 (kain terbakar cepat dan habis 2 detik 31 detik
terbakar)
4.4 Pengujian Antiair
Tempat pengujian : Laboratorium Evaluasi Kimia Politeknik STTT Bandung
1 0.8
Koefisien absorpsi suara
0.7
0.8 0.81 0.6
0.5
0.6
0.53 0.4
0.4 0.3
0.2
0.2
0.1
0 0
Blanko 47 g/m2 Blanko 155 g/m2 0.08 mm 0.32 mm
Konstruksi kain Tebal kain
5.2 Pengaruh PVA dan Resin Antiair serta Antiapi Terhadap Koefisien Absorbsi Suara
Dolle (1986) dalam penelitiannya menyatakan bahwa karakteristik material penyerap
berpori lebih efisien menyerap bunyi pada frekuensi tinggi dibandingkan frekuensi
rendah.Semakin berpori suatu material akustik, maka semakin besar penyerapan bunyi
pada material tersebut.Adanya pori-pori menyebabkan gelombang suara dapat masuk
kedalam material tersebut. Energi suara yang diserap oleh bahan akan dikonversikan
menjadi bentuk energi lainnya, pada umumnya diubah ke energi kalor.
0.7 0.65
0.6
0.5
0.4
0.4
0.3
0.2
0.1
0
Blanko 155 Blanko 155 Blanko 155 Blanko 155
g/m2 g/m2 +PVA g/m2 + Resin g/m2 +PVA +
Antiair dan Resin Antiair
Antiapi dan Antiapi
Pada kain dengan gramasi 155 g/m2pengaplikasian resin antiair dan antiapi, atau
pengaplikasian PVA, maupun pengaplikasian keduanya menghasilkan penurunan nilai
koefisien absorpsi suaranya. Hal tersebut dapat disebabkan karena, resin tersebut atau
PVA yang diaplikasikan pada kain menutupi pori-pori yang terdapat pada kain sehingga
suara lebih sulit masuk ke pori-pori kain sehingga suara yang dipantulkan akan lebih
banyak daripada suara yang diserap oleh kain.
Pengujian daya tembus udara menunjukan bahwa kain yang telah diresin antiair dan
antiapi, atau kain yang telah dilapisi PVA, maupun keduanya menunjukan nilai daya
tembus udara yang lebih kecil dibandingkan dengan kain yang tidak dilakukan
penyempurnaan apapun. Sehingga dapat diketahui bahwa pori-pori kain yang telah
dilakukan proses penyempurnaan memang mengalami sedikit penutupan oleh resin
maupun PVA.
0.7
0.6 0.53
0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0
Blanko 47 Blanko 47 Blanko 47 Blanko 47
g/m2 g/m2 +PVA g/m2 + Resin g/m2 +PVA +
Antiair dan Resin Antiair
Antiapi dan Antiapi
Pada kain dengan gramasi 47 g/m2 menunjukan kenaikan nilai absorpsi suara setelah
dilakukan penyempurnaan tolak air anti api dan pelapisan resin PVA. Hal ini dapat
terjadi karena kain dengan gramasi 47 g/m2 memiliki pori-pori yang lebih besar akibat
konstruksi kainnya yang lebih renggang, maka dimungkinkan walaupun kain telah diberi
resin masih terdapat rongga terbuka pada pori-pori kain yang mengakibatkan kain
dengan gramasi 47 g/m2 lebih mudah meresap suara.
5.3 Penyempurnaan Antiair dan Antiapi
Berdasarkan pengujian antiair terhadap kedua kain poliester contoh uji menggunakan uji
siram, kain contoh uji yang hanya melalui proses penyempurnaan antiair dengan resin
Elasguard DK-610 menghasilkan kain yang terbasahi hanya pada daerah kecil atau
mengalami pembasahan permukaan atas pada titik-titik tetesan saja. Hal tersebut terjadi
pada kedua kain poliester dengan gramasi yang berbeda.Meskipun kain poliester
bersifat hidrofob, pada uji siram kain poliester mengalami pembasahan pada seluruh
permukaan atas dan bawahnya.
Sementara pengujian antiapi menggunakan alat uji vertikal, kain poliester contoh uji
tanpa penyempurnaan dengan resin antiapi memiliki waktu nyala 0 detik tetapi kain
terbakar habis.Kain poliester dengan gramasi 47g/m2 juga memiliki waktu nyala 0 detik,
tetapi kain tidak terbakar banyak.Sementara kain poliester dengan gramasi 155
g/m2memiliki waktu nyala 2 detik tetapi kain tidak terbakar habis.
Pengujian antiair dan antiapi pada kain yang diaplikasikan resin antiair dan antiapi
secara bersamaan menghasilkan kain dengan ketahanan terhadap air dan api yang
kurang baik. Hasil pengujian antiair menunjukan bahwa kain yang dilakukan
penyempurnaan antiair dan antiapi secara bersamaan menunjukan bahwa kain
terbasahi seluruh permukaan atasnya. Sementara pengujian antiapi menunjukan bahwa
kain mempunyai waktu nyala selama 2 detik pada kain dengan gramasi 47 g/m 2dan 31
detik pada kain dengan gramasi 155 g/m2.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengujian yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa :
1. Semakin besar gramasi yang dimiliki kain maka semakin besar pula koefisien
absorbsi suaranya.
2. Semakin tebal kain maka semakin besar pula koefisien absorbsi suaranya.
3. Pemberian resin penyempurnaan pada kain akan mempengaruhi nilai koesfisien
absorbs suara.
4. Pada kain dengan konstruksi rapat kemudian diberi resin penyempurnaan maka
nilai koefisien absorbsi suaranya akan semakin kecil.
5. Pada kain dengan konstruksi lebih renggang kemudian diberi resin penyempurnaan
maka nilai koefisien absorbsi suaranya akan semakin besar.
DAFTAR PUSTAKA
1. Hitariat, N.M Susyami dkk. Bahan Ajar Praktek Evaluasi Tekstil III (Evaluasi Kain).
Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil Bandung. 2005.
2. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/41013/4/Chapter%20II.pdf (Diakses
tanggal 25 Desember 2016)
3. Buchari. Kebisingan. Kebisingan Industri dan Hearing Conservation Program, 2007 USU
Repository. http://library.usu.ac.id/download/ft/07002749.pdf (Diakses tanggal 25
Desember 2016)
4. Seddeq, Hoda S. 2009. Factors Influencing Acoustic Performance of Sound Absorptive
Materials. Australian Journal of Basic and Applied Sciences, 3(4): 4610-4617, 2009
ISSN 1991-8178.
5. Meemon, Hafeezullah dkk. 2015. Consideration While Designing Acoustic HomeTectile :
A Review. Journal Textile and Apparel, Technology and Management Volume 9, Issue3,
2015.
6. Baheramsyah, Alam dan Adib Setyawan. Studi Pemanfaatan Pencampuran Jerami dan
Sabut Kelapa Sebagai Bahan Dasar Sekat Absorpsi Bunyi Antar Ruangan di Kapal.
7. Tugas Kebisingan. http://nanudz.blog.uns.ac.id/files/2011/09/tugas-kebisingan.pdf
(Diakses tanggal 25 Desember 2016)