Anda di halaman 1dari 8

PILLAR OF PHYSICS, Vol. 1.

April 2013, 44-51

PENGARUH KERAPATAN TERHADAP KOEFISIEN ABSORBSI BUNYI PAPAN


PARTIKEL SERAT DAUN NENAS (Ananas comosus L Merr)

Wahyudil Hayat *), Syakbaniah **), Yenni Darvina***)


*) Mahasiswa Jurusan Fisika, FMIPA, UNP. Email : wahyudilhayat@yahoo.co.id
**) Staf Pengajar Jurusan Fisika, FMIPA, UNP. Email : niasyk_unp@yahoo.com
***) Staf Pengajar Jurusan Fisika, FMIPA, UNP. Email : ydarvina@yahoo.com

ABSTRACT
The main objective of this study was to determine the effect of density on board sound
absorption coefficient of the particle board pineapple leaf fiber which will be applied as a silencer.
Preparation of the sample begins with the separation of basic ingredients, followed by the
manufacture of rectangular samples with a size of 9 × 9 × 0.5 cm using a machine felts, then the
acoustic characteristics of the specimens were tested using a resonance tube. From the research
that has been done can be concluded that at low density the greater the density of the sound
absorption coefficient of the particle board pineapple leaf fiber, the greater the coefficient
absorbsinya. At high density, the sound absorption coefficient down.
Keywords: absorption coefficient, pineapple fiber, acoustic material.

PENDAHULUAN dan plafon. Peredam suara atau absorber


Kebisingan adalah suatu masalah besar adalah suatu bahan yang dapat menyerap
yang tengah dihadapi oleh masyarakat energi suara dari suatu sumber. Material
Indonesia pada saat sekarang ini, terutama penyerap bunyi mempunyai peranan
yang tinggal di daerah perkotaan yang sangat penting dalam akustik ruangan,
ramai dan sibuk oleh berbagai macam perancangan studio rekaman, ruang
aktivitas masyarakat. Suara keras yang perkantoran, sekolah dan ruang lain
dihasilkan oleh berbagai jenis kendaraan untuk mengurangi kebisingan yang
dapat mengganggu konsentrasi dan juga umumnya sangat mengganggu. Biasanya
merusak kesehatan manusia. Apabila orang menggunakan bahan yang
pengaruh ini tidak ditangani dengan baik, mengandung segneselulosa sebagai
maka akan menimbulkan dampak buruk bahan dasar untuk pembuatan peredam
terhadap lingkungan, manusia dan bunyi salah satunya adalah serat nenas.
hewan. Gangguan kebisingan bisa Serat nenas adalah salah satu
menyebabkan gangguan pendegaran contoh serat yang berasal dari alam yang
seperti ketulian. Menurut penelitian mengandung bahan segneselulosa. Dalam
Mastria Suandika (2009), orang yang pemanfaatan serat nenas sebagai bahan
hidup dalam kebisingan lalu lintas peredam bunyi, serat nanas di sini
cenderung memiliki tekanan darah tinggi nantinya akan diolah menjadi suatu papan
dibandingkan dengan orang yang hidup serat dimana akan diteliti pengaruh
di tempat yang tenang. koefisien absorbsinya terhadap koefisien
Saat ini telah banyak upaya yang absorbsi bunyi papan partikel serat daun
dilakukan orang untuk dapat mereduksi nenas, sehingga dapat diketahui seberapa
kebisingan yang terjadi pada suatu besar papan tersebut dapat meredam
ruangan yaitu dengan menggunakan bunyi. Pada penelitian ini, komposisi dari
bahan-bahan peredam bunyi dan papan serat divariasikan untuk
penyerap bunyi. Bahan tersebut dalam mendapatkan kerapatan yang berbeda.
suatu bangunan biasanya berperan Serat daun nenas (pineapple–leaf
sebagai panel-panel akustik yang fibres) adalah salah satu jenis serat yang
dipasang pada dinding pemisah (partisi)
44
berasal dari tumbuhan (vegetable fibre) lain dengan ikatan utama berasal dari
yang diperoleh dari daun-daun tanaman bahan baku yang bersangkutan
nanas. Tanaman nanas yang juga (khususnya lignin) atau bahan lain
mempunyai nama lain, yaitu Ananas (khusus perekat) untuk memperoleh sifat
cosmosus, (termasuk dalam family khusus.
Bromeliaceae), pada umumnya termasuk
jenis tanaman semusim. Bentuk daun
nanas menyerupai pedang yang
meruncing diujungnya dengan warna
hijau kehitaman dan pada tepi daun
terdapat duri yang tajam.
Pemisahan atau pengambilan serat
nanas dari daunnya (fiber extraction)
dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu
dengan tangan (manual) ataupun dengan
Gambar 1. Papan Serat (Sartono,2005)
peralatan decorticator (Kirby, 1963).
Yang biasa digunakan orang adalah cara
Menurut Lewis dan Douglas (1993)
water retting (manual). . Water retting
material akustik dapat dibagi ke dalam
adalah proses yang dilakukan dengan
tiga kategori dasar, yaitu:
cara merendam dalam air selama
1. material penyerap bunyi (absorbing
beberapa hari dan karena oleh pengaruh
material).
mikrooranisme (bacterial action), maka
2. material penghalang bunyi (barrier
serat nenas akan memisahkan dari kulit
material).
daunnya.
3. material peredam bunyi (damping
Kata bunyi mempunyai dua
material).
definisi, yaitu: (1) secara fisis, bunyi
Pada umumnya material penyerap
adalah penyimpangan tekanan,
secara alami bersifat resistif, berserat
pergeseran partikel dalam medium elastik
(fibrous), berpori (porous) atau dalam
seperti udara dan (2) secara fisiologis,
kasus khusus bersifat resonator aktif.
bunyi adalah sensasi pendengaran yang
Ketika gelombang bunyi menumbuk
disebabkan penyimpangan fisis yang
material penyerap, maka energi bunyi
digambarkan diatas (Doelle, 1993).
sebagian akan diserap dan diubah
Ketika bunyi menumbuk suatu batas dari
menjadi panas. Bunyi akan masuk ke
medium yang dilewatinya, maka energi
dalam material melalui pori-pori. Bunyi
dalam gelombang bunyi dapat diteruskan,
akan menumbuk partikel-partikel di
diserap atau dipantulkan oleh batas
dalam material tersebut, kemudian oleh
tersebut. Pada umumnya ketiganya terjadi
partikel di pantulkan ke partikel lain,
pada derajat tingkat yang berbeda,
begitu seterusnya sehingga bunyi
tergantung pada jenis batas yang
terkurung di dalam material. Kejadian ini
dilewatinya (Lord, 1980).
disebut proses penyerapan. Besarnya
Papan serat adalah salah satu jenis
penyerapan bunyi pada material penyerap
produk komposit atau panel kayu yang
dinyatakan dengan koefisien serapan (α).
terbuat dari serat atau bahan-bahan
Koefisien serapan (α) dinyatakan dalam
berlignoselulosa lainnya, yang diikat
bilangan antara 0 dan 1. Nilai koefisien
dengan perekat atau bahan pengikat
serapan 0 menyatakan tidak ada energi
lainnya kemudian dikempa panas
bunyi yang diserap dan nilai koefisien
(Maloney, 1993). Papan serat merupakan
serapan 1 menyatakan serapan yang
panel yang dihasilkan dari pengempaan
sempurna.
serat kayu atau bahan berlignoselulosa

45
Nilai koefisien serapan dihitung (1965) mengemukakan pendapat bahwa
menggunakan rumus : perekatan merupakan suatu peristiwa
tarik-menarik antara molekul-molekul
I = I0 𝑒 −𝑥 (1)
dari dua permukaan yang direkat.
Dimana : I = intensitas akhir (dB). Merekatnya dua buah benda yang direkat
I0 = intensitas awal (dB). terjadi oleh adanya gaya tarik menarik
antar perekat dengan bahan yang direkat
α = koefisien absorbsi bunyi. (adhesi) dan gaya tarik menarik (kohesi)
x = ketebalan sampel. antara perekat dengan perekat dan antar
bahan yang direkat.
Impedansi akustik pada dasarnya
adalah ukuran nilai hambatan yang METODE PENELITIAN
diberikan oleh suatu fluida atau medium
terhadap rambatan gelombang bunyi. Penelitian ini termasuk jenis
Impedansi akustik juga berpengaruh penelitian eksperimen laboratorium
terhadap nilai koefisien absorbsi bunyi dengan menggunakan Resonator Tube
(α). Pada bahan material yang dan Sound Level Meter. Penelitian ini
kerapatannya tinggi, energi bunyi akan dilakukan di Laboratorium Fakultas
sulit menembus material tersebut karena Kehutanan Universitas Muhammadiyah
porositasnya kecil, kecepatan partikel Sumatera Barat dan di Laboratorium
bunyi kecil dan impedansinya besar Instrumentasi dan Elektronika Fisika
sehingga bunyi lebih banyak dipantulkan Universitas Negeri Padang.
dari pada diserap (Kinsler,1982). 1. Bahan
Menurut Gabriel JF. 2001, bising a. Serat daun nenas.
atau noise dalam konteks akustik b. Perekat yang digunakan adalah lem
memiliki beberapa arti yaitu : (1) Bunyi fox.
atau suara yang keras, tidak disenangi, c. Air sebagai pengencer lem.
tidak terprediksi, tidak diinginkan (2)
Gangguan, dalam bentuk acak dan terus 2. Alat
menerus, yang membuat sinyal menjadi a. Kempa Panas
tidak jelas atau tereduksi. Untuk b. Gelas Ukur.
mengetahui intensitas suatu kebisingan c. Wadah plastik.
atau noise di suatu lingkungan atau d. Timbangan digital.
daerah digunakan alat Sound Level Meter e. Cetakan specimen ukuran 9cm × 9cm
(SLM). Nilai ambang untuk batas × 0,5 cm.
kebisingan adalah 85 dB dan waktu f. Batang pengaduk.
bekerja maksimim adalah 8 jam per hari. g. Alumunium foil.
Sound Level Meter (SLM) adalah alat h. Sound Level Meter.
pengukur suara, Mekanisme kerja SLM i. Resonance Tube.
apabila ada benda bergetar, maka akan j. Audio Frekuensi Generator.
menyebabkan terjadinya perubahan
tekanan udara yang dapat ditangkap oleh 3. Variabel Penelitian
alat ini, selanjutnya akan menggerakkan a. Variabel bebas adalah kerapatan
meter penunjuk. dari papan partikel serat nanas dan
Perekat (adhesive) adalah suatu frekuensi sumber bunyi.
substansi yang dapat menyatukan dua b. Variabel kontrol adalah ketebalan
buah benda atau lebih melalui ikatan dari papan partikel serat nanas.
permukaan. Perekat terbagi menjadi dua, c. Variabel terikat dalam penelitian ini
yaitu perekat thermosetting dan perekat adalah nilai intensitas awal bunyi
thermoplastic. Houwink dan Solomon dari papan partikel serat nanas.

46
Diagram alir dari percobaan dapat bunyi papan serat daun nenas dan
dilihat pada Gambar 2. Berikut ini : hubungan antara frekuensi dengan
koefisien absorbsi bunyi papan serat daun
nenas.
Melalui hasil pengukuran tersebut,
kita mendapatkan data digital nilai
intensitas akhir dari sumber bunyi yang
melewati sampel dan diolah
menggunakan rumus (1) di atas. Dari
hasil pengolahan data, di dapatkan hasil
koefisien rata-rata bunyi yang disajikan
dalam Tabel 1.
Tabel 1. Hasil Koefisien Absorbsi Bunyi
Rata- Rata.

Dari semua tabel di atas, dapat


terlihat bahwa nilai dari koefisien
Pengujian dilakukan dengan
absorbsi rata-ratanya secara keseluruhan
menggunakan Resonance Tube dan
berkisar antara 0,09-0,83. Nilai koefisien
Sound Level Meter. Skema Pengujian
absorbsi rata-rata meningkat seiring
dapat dilihat pada Gambar 2 berikut.
dengan bertambahnya frekuensi. Terlihat
pada tabel nilai koefisien absorbsi rata-
rata maksimum ada pada frekuensi 1600
Hz dan frekuensi minimum pada
frekuensi 600 Hz. Selain dipengaruhi
oleh frekuensi, nilai koefisien absorbsi
bunyi juga dipengaruhi oleh kerapatan.
Semakin tinggi kerapatan maka semakin
rendah nilai koefisien absorbsi bunyinya.
Dalam penelitian ini frekuensi
dibatasi dari 600 Hz sampai dengan 1600
Gambar 2. Skema Pengujian Koefisien Hz. Hasil yang diperoleh dari pengujian
Absorbsi Bunyi Papan Serat sampel dan perhitungan diplot dalam
Daun Nenas. bentuk grafik yang menunjukkan
hubungan antara kerapatan papan serat
HASIL PENELITIAN DAN dengan koefisien absorbsi bunyi gambar
PEMBAHASAN berikut ini :

Sesuai dengan tujuan penelitian


yang ada, didapatkan hubungan antara
kerapatan dengan koefisien absorbsi

47
1. Frekuensi 600 Hz koefisien absorbsinya di atas 0,3
0.5 merupakan penyerap bunyi yang baik.
Koefisien Absorbsi Rata-

0.4
3. Frekuensi 1000 Hz
0.3
rata

0.2
0.1
0
0 0.5 1
Kerapatan gram/cm3

Gambar3. Grafik Hubungan kerapatan


dengan Koefisien Absorbsi
pada Frekuensi 600 Hz.
Gambar 5. Grafik Hubungan kerapatan
Pada frekuensi ini, nilai serapan dengan Koefisien Absorbsi
maksimum yang dicapai oleh papan serat pada Frekuensi 1000 Hz.
adalah pada kerapatan 0.2 gram/cm3 yaitu
hanya sebesar 0.3 sedangkan nilai Berdasarkan Gambar 9, terlihat
koefisien absorbsi minimumnya adalah bahwa untuk range frekuensi 1000 Hz,
0,09. Pada frekuensi ini, papan serat tidak koefisien serapan relatif baik dan
cocok dijadikan sebagai bahan penyerap mencapai nilai puncak maksimum pada
bunyi karena rata-rata nilai koefisien angka 0,65 pada papan serat kerapatan
absorbsinya masih rendah. terendah yaitu 0,2 gram/cm3 sedangkan
nilai minimumnya pada angka 0,49 pada
2. Frekuensi 800 Hz kerapatan 0,6.

4. Frekuensi 1200.

Gambar 4. Grafik Hubungan kerapatan


dengan Koefisien Absorbsi
pada Frekuensi 800 Hz. Gambar 6. Grafik Hubungan kerapatan
dengan Koefisien Absorbsi pada
Berdasarkan Gambar 4. diperoleh Frekuensi 1200 Hz.
bahwa pada frekuensi 800 Hz nilai
koefisen absorbsi maksimum yang Nilai maksimum koefisien absorbsi
diperoleh adalah 0.58 pada kerapatan bunyi pada frekuensi ini mencapai 0,73
paling rendah yaitu 0,2 gram/cm3 dan pada kerapatan 0,2 gram/cm3 sedangkan
nilai serapan paling rendah ada pada nilai terendah atau minimum adalah 0,51
kerapatan tertinggi yaitu 0,6 gram sebesar pada kerapatan 0,6 gram/cm3. Angka ini
0,40. Pada frekuensi ini, papan serat menunjukkan bahwa papan serat daun
setiap kerapatan cukup baik dijadikan nenas untuk seluruh kerapatan dapat
sebagai bahan penyerap bunyi. Menurut menyerap bunyi dengan baik pada
Simatupang (2007), material yang
48
frekuensi ini. Pada frekuensi ini, papan Berdasarkan Gambar 12. pada
bisa dikatakan baik dijadikan sebagai frekuensi 1600 Hz kemampuan papan
peredam bunyi karena semua angka serat daun nenas dalam menyerap bunyi
koefisien rata-rata absorbsi bunyi untuk sangat baik sekali. Hal ini ditandai
setiap kerapatannya di atas 0,3. Hal ini dengan nilai koefisien absorbsi
sesuai dengan Doelle (1993) yang maksimumnya mencapai 0,83 dan nilai
diperkuat oleh Simatupang (2007), minimumnya adalah 0,62 yang berarti
menyatakan bahwa material yang bahwa pada frekuensi ini, papan serat
koefisien absorbsinya di atas 0,3 daun nenas hampir menyerap semua
merupakan penyerap bunyi yang baik. bunyi yang datang padanya. Nilai
maksimum 0,8 merupakan nilai serapan
5. Frekuensi 1400 Hz tertinggi untuk semua frekuensi dan
kerapatan. Pada frekuensi ini,
keseluruhan kerapatan dari papan serat
dapat menyerap bunyi dengan baik. Dari
sini dapat disimpulkan bahwa papan serat
dapat menyerap bunyi dengan baik pada
frekuensi tinggi.
Berdasarkan hasil penelitian dapat
diketahui bahwa kerapatan sangat
mempengaruhi kemampuan daya serap
bunyi suatu material. Hal ini terlihat
Gambar 7. Grafik Hubungan kerapatan bahwa nilai koefisien absorbsi bunyi dari
dengan Koefisien Absorbsi papan serat daun nenas semakin tinggi
pada Frekuensi 1400 Hz. pada kerapatan terendah dan semakin
Pada frekuensi 1400 Hz, papan rendah pada kerapatan tertinggi. Pada
serat daun nenas mempunyai nilai puncak papan serat yang memiliki kerapatan
penyerapan pada angka 0,77 sedangkan rendah mempunyai porositas yang tinggi,
nilai terendah pada angka 0,57. Semakin karena semakin rendah suatu kerapatan
tinggi kerapatan maka semakin rendah maka semakin tinggi porositasnya
nilai koefisien absorbsi rata-ratanya (Doelle,1993). Pada penelitian ini,
begitu sebaliknya. Hal ini karena pada dilakukan pengujian daya serap bunyi
kerapatan tinggi, porositas papan rendah dari papan serat daun nenas pada rentang
dan impedansinya besar sehingga sulit frekuensi 600 Hz-1600 Hz. Untuk
bagi bunyi menembus papan tersebut. frekuensi di bawah 600 Hz, sangat sulit
dianalisis karena alat tidak dapat
6. Frekuensi 1600 Hz membaca dengan baik nilai intensitasnya.
Oleh karena itu koefisien absorbsi yang
bisa di analisis dengan baik adalah pada
rentang 600 Hz-1600 Hz karena pada
dasarnya material penyerap bunyi
memiliki kemampuan penyerapan bunyi
pada rentang frekuensi tertentu saja
berdasarkan sifat dan karakteristik dari
masing-masing material (Bell,1994).
Demikian pula pada penelitian ini,
sampel serat daun nenas menunjukkan
Gambar 6. Grafik Hubungan kerapatan
kemampuan menyerap bunyi pada
dengan Koefisien Absorbsi
rentang frekuensi tertentu saja.
pada Frekuensi 1600 Hz.
49
Gelombang bunyi dalam medium serat daun nenas, karena karakteristik
yang lebih rapat mempunyai cepat rambat dari serat daun nenas mengandung
lebih lambat dari pada berjalan pada selulosa yang tinggi, mempunyai
medium yang lebih renggang. Makin permukaan lembut dan juga berdaya
tinggi kerapatan dari suatu sampel maka simpan tinggi, sehingga serat ini
susunan atom atau partikel di dalamnya memenuhi syarat sebagai bahan akustik
akan semakin rapat dan menyebabkan untuk penyerapan bunyi.
gelombang bunyi yang melalui sampel
tersebut mempunyai kecepatan yang kecil KESIMPULAN
sehingga energi bunyi akan sulit Berdasarkan hasil analisa
menembus dinding sampel tersebut.
terhadap data yang diperoleh pada
Dari grafik telihat bahwa papan penelitian ini didapatkan beberapa hal
serat dengan kerapatan 0.2 gram/cm3 yang dapat dijadikan kesimpulan semakin
memiliki kemampuan absorbsi yang lebih besar kerapatan (density) papan serat
baik dari kerapatan lainnya. Hal itu daun nenas maka semakin rendah nilai
terlihat dari rata-rata koefisien serapan koefisien serapan bunyinya begitu
bunyinya lebih tinggi dari kerapatan sebaliknya.
lainnya. Semakin tinggi kerapatan maka
semakin nilai koefisien absorbs bunyinya
DAFTAR PUSTAKA
akan semakin turun. Hal ini sesuai
–αx Baihaqi H. 2009. Hubungan antara Sifat
dengan rumus I = I0 e , terlihat pada
grafik bahwa koefisien absorbsi bunyi Akustik dengan Sifat Fisis dan
dari papan serat daun nenas menurun Mekanis Lima Jenis Kayu.
secara eksponensial seiring meningkatnya [Skripsi]. Bogor: Fakultas
kerapatan papan. Papan serat yang Kehutanan. Institut Pertanian
mempunyai kerapatan rendah cenderung Bogor.
memiliki banyak rongga-rongga atau
porositas dibanding dengan papan serat Bucur V. 2006. Acoustic of Wood
yang berkerapatan lebih tinggi. Hal ini (diterjemahan Ria Astika). ITB:
membuat bunyi dapat dengan mudah Bandung.
diserap oleh sampel.
Menurut Doelle (1993) dan Doelle L. Leslie.1993.Akustik
Simatupang (2007), bahan material yang Lingkungan.(diterjemahkan oleh
dapat dijadikan sebagai bahan penyerap Lea Prasetia).Jakarta : Erlangga.
bunyi adalah bahan yang mempunyai
nilai koefisien absorbsinya di atas 0,3. Doraiswarmy et al. (1993). Pineapple
Dari grafik di atas terlihat bahwa rata-rata Leaf Fibres, Textile Progress Vol.
nilai koefisien absorbsi untuk setiap 24 Number 1, Textile Institute.
frekuensi berkisar antara 0,04-0,83.
Untuk kerapatan 0,2-0,4 umumnya nilai Giancoli, Douglas C. 2001. Fisika Jilid 2
koefisien serapan bunyinya di atas 0,3, Edisi Kelima. [diterjemahkan Dra.
sehingga dapat disimpulkan bahwa papan Yuhliza Hanum, M. Eng]. Jakarta:
serat daun nenas dapat dijadikan sebagai Erlangga.
bahan penyerap atau peredam bunyi. Hal .
ini sesuai dengan pendapat Maloney Halliday dan Resnick. 1996. Fisika Jilid
(1993) yang menyatakan bahwa material 2 Edisi Ketiga. (diterjemahkan
yang mempunyai selulosa yang tinggi Pantur Silaban dan Erwin Sucipta).
sangat baik dijadikan sebagai bahan Jakarta: Erlangga.
peredam bunyi. Begitu juga papan dari

50
Hidayat, Praktino.2008. Teknologi
Pemanfaatan Serat Daun Nanas Maloney, T.M. 1993. Modern Partikel
sebagai Alternatif Bahan Baku Board and Dry Process Fiberboard
Tekstil.Jurnal Teknologi Industri Manufacturing. Miller Freeman,
Volume 13 No 2. Hal 31-35. inc San Fransisco ( Diunduh 12
Februari 2011).
Himawanto, DA. 2007. Karakteristik
Panel Akustik Sampah Kota Pada Mastria Suandika (2009),Pengaruh
Frekuensi Rendah dan Frekuensi Biologis Efek Kebisingan Terhadap
Tinggi Akibat Variasi Kadar Bahan Makhluk Hidup.JurnVol.3 Hal 27-
Anorganik .Jurnal Teknik Gelagar, 29.(Diunduh 18 Juni,2011).
Vol. 18, No.1 April 2007 : 19- .
24.(Diunduh 23 Juni 2011). Tippler,1998. Fisika untuk Sains dan
Teknik. Jilid 1. Alih bahasa,Lea
Indrawati, Evi.2009. Koefisien Prasetio,Rahmad,W.Adi. Jakarta:
Penyerapan Bunyi Bahan Akustik Erlangga.
dari Pelepah Pisang dengan
Kerapatan yang Berbeda .(Skripsi). Tsoumis, G. 1991. Science and
Jurusan Fisika. Fakultas Technology of Wood (Structure,
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Properties, Utilization). New York
Alam : Universitas Islam Negeri : Van Nostrand. (Diunduh 17 Juni
Maulana Malik Ibrahim Malang. 2011).

Jailani M, Nor M, Jamaludin N, Tamiri


FM. 2004. A Preliminary Study of
Sound Absorption Using Multi-
Layer Coconut Coir Fibers.
Electronic Journal”Technical
Acoustics”. (Diunduh 17 Juni
2011).

Kirby.(1963). Vegetable Fibres. Leonard


Hill, London.

Kinsler, L.E., Frey. A. R., 1982.


Fundamental of Acoustics. John
Wiley & Sons. Inc. New York.

Lewis H. Bell, Dougals H. Bell., 1994,


Industrial Noise Control
Fundamentals and Applications,
New York. (diunduh 4 Agustus
2011).

Lidya (2006). Pengkajian Teknologi


Proses Serat Non Kapas untuk
Tekstil
http//www.bbpt.go.id.(Diunduh 18
Juni 2011).

51

Anda mungkin juga menyukai