Anda di halaman 1dari 79

ANALISIS PENERAPAN SUPPLY CHAIN MATERIAL BETON

PADA PERUSAHAAN BATCHING PLANT


(Studi Kasus: PT. HAKAASTON)

TUGAS AKHIR
Diajukan untuk memenuhi persyaratan mencapai gelar sarjana S1 pada Departemen Teknik Sipil,
Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara

FANIZA RAHAYU GINTING


15 0404 008

BIDANG STUDI MANAJEMEN REKAYASA KONSTRUKSI


DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2020

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


KATA PENGANTAR

Segala hormat, kemuliaan, puji dan syukur saya panjatkan kepada The
Almighty One, Tuhan Yesus Kristus, Sang Juruselamat, yang selalu menyertai
dan mencurahkan kasihNya yang begitu besar kepada penulis sehingga penulis
dapat menyelesaikan penulisan Tugas Akhir ini, sebagai salah satu syarat untuk
mencapai kelulusan sarjana teknik Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Sumatera Utara, dengan judul: “Analisis Penerapan Supply Chain
Material Beton Pada Perusahaan Batching Plant (Studi Kasus: PT. Hakaaston)”

Adapun Tugas Akhir ini tidak terlepas dari dukungan dan bantuan serta
bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu, dengan segala rasa hormat dan
kerendahan hati, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan
penghargaan setinggi-tingginya kepada beberapa pihak yaitu:
1. Terutama kepada kedua orangtua penulis, ayahanda Rejeki Ginting dan
Ibunda Martianna Tarigan serta kepada kakak dan adik saya yaitu Enzelia
Ginting dan Egia Ninta Ginting yang telah memberikan dukungan penuh
serta mendoakan saya dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini.
2. Bapak Ir. Syahrizal M.T., sebagai dosen pembimbing dan Bapak Ir. Andy
Putra Rambe, M.B.A., selaku dosen co-pembimbing, yang telah dengan
sabar memberikan bimbingan yang sangat bernilai, masukan, dukungan
serta meluangkan waktu, tenaga dan pikiran dalam membantu penulis
menyelesaikan Tugas Akhir ini.
3. Bapak Prof. Dr. Ing. Johannes Tarigan dan Ibu Rezky Ariessa Dewi, S.T.
M.T., sebagai dosen penguji yang telah memberikan arahan dan
bimbingan kepada penulis.
4. Bapak Ir. Syahrizal M.T. selaku koordinator sub jurusan Manajemen
Rekayasa Konstruksi Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Sumatera Utara.
5. Bapak Medis Sejahtera Surbakti, S.T. M.T., sebagai Ketua Departemen
Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.
6. Bapak Dr. Ridwan Anas, S.T. M.T., sebagai Sekretaris Departemen
Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


7. Bapak dan Ibu Dosen staf pengajar dan seluruh staf pegawai Departemen
Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara yang telah
membimbing dan membantu penulis.
8. Staf PT. Hakaaston terutama Pak Ikbal dan Pak Suryo yang sudah banyak
mengarahkan dan membantu penulis dalam melakukan penelitian ini.
9. Musuh terbesar penulis Teho yang sangat berperan besar dalam
menggangu penulis dalam pengerjaan Tugas Akhir ini.
10. Teman-teman terbaik WS Theodesya, Jizah, Junita dan Rohani karena
selalu ada, mendukung dan memotivasi, mendengar dan mengerti keluh
kesah saya selama masa perkuliahan.
11. Sahabat terbaik penulis Dayana, Desi, Frisil dan Ketrin yang turut
membantu penulis dalam mengerjakan Tugas Akhir ini serta selalu ada
untuk memotivasi penulis.
12. Teman-teman seperjuangan KBK MRK stambuk 2015 Nia, Abel, Ribka,
Adji, Arif, Sento yang telah berjuang bersama-sama demi gelar S.T.
13. Teman seperjuangan Teknik Sipil 2015, Indah, Nanda, Kendra, Putra,
Yudha, Jo, Edric, Fauzi, Ayu, Pardi dan teman-teman lain yang tidak dapat
disebutkan telah mengisi masa-masa perkuliahan penulis, terimakasih atas
kebahagiaan, semangat dan bantuannya selama ini.
14. Dan segenap pihak yang belum penulis sebutkan disini atas jasa-jasanya
dalam mendukung dan membantu penulis dari segi apapun.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Tugas Akhir ini tidak luput
dari segala kekurangan dan bahkan mungkin masih jauh dari kesempurnaan.
Untuk itu tidak tertutup segala bentuk kritik dan saran yang membangun demi
kesempurnaan Tugas Akhir ini.
Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih dan semoga Tugas Akhir
ini dapat bermanfaat.
Medan, Januari 2020
Penulis

Faniza Rahayu Ginting


150404008

ii

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


ABSTRAK

Perkembangan dunia bisnis semakin berkembang pesat, khususnya dalam bisnis


pemasok material konstruksi. Dalam persaingan lingkungan bisnis yang begitu
kompetitif, setiap perusahaan dituntut untuk pembenahan terhadap proses
bisnisnya guna menarik para konsumen agar menjadi pelanggan tetap dan
memenangkan persaingan pasar. Begitu juga dengan PT. Hakaaston yang
mempunyai tujuan untuk menjadi industri manufaktur pendukung konstruksi
terkemuka di Indonesia. Untuk itu, diperlukan supply chain yang dapat mengelola
dan mengontrol bagaimana jalannya supply material beton dari supplier hingga ke
perusahaan batching plant yang diyakini dapat mempengaruhi tingkat
keberhasilan suatu perusahaan dalam berbisnis.
Penelitian ini dimulai dengan melakukan identifikasi variabel untuk mendapatkan
variabel yang relevan sebagai survei pendahuluan. Identifikasi variabel dilakukan
terhadap 3 aliran supply chain, yaitu aliran material/produk, aliran informasi, dan
aliran finansial/keuangan yang hasilnya akan dijadikan sebagai acuan untuk
melakukan survei utama dari variabel yang sudah relevan tersebut. Dari hasil
survei utama tersebut selanjutnya data akan diolah dengan menggunakan metode
mean dari persepsi PT. Hakaaston dan para supplier material beton (semen, pasir
dan kerikil) untuk mengetahui penerapan supply chain serta dari hasil tersebut
dapat diketahui faktor-faktor dominan kendala dalam penerapan supply chain
pada perusahaan tersebut.
Dari hasil analisis data, maka didapatkan hasil untuk persepsi perusahaan dengan
mean: 2.76 dan persentase: 68.89% serta untuk hasil persepsi supplier material
semen, pasir dan kerikil dengan mean: 2.84 dan persentase: 71.11%. Berdasarkan
hasil persepsi perusahaan dan persepsi supplier material semen, pasir dan kerikil
tersebut didapatkan total mean yaitu 2.80 dengan persentase 70.00%. Maka, dapat
disimpulkan bahwa penerapan supply chain material beton pada PT. Hakaaston
tergolong dalam kategori Baik. Sementara itu, terdapat 3 variabel yang menjadi
faktor dominan kendala dalam penerapan supply chain pada PT. Hakaaston.

Kata Kunci: Supply Chain, Material Beton, Batching Plant

iii

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................... i


ABSTRAK ...................................................................................................... iii
DAFTAR ISI ................................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... vii
DAFTAR TABEL .......................................................................................... viii

BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................................ 1


1.1. Latar Belakang ........................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah ...................................................................... 2
1.3. Tujuan Penelitian ....................................................................... 3
1.4. Batasan Masalah......................................................................... 3
1.5. Manfaat Penelitian ..................................................................... 3
1.6. Sistematika Penulisan ................................................................ 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA .................................................................. 5


2.1. Perusahaan.................................................................................. 5
2.2. Batching Plant............................................................................ 6
2.3. Material Beton ............................................................................ 6
2.3.1. Semen ...................................................................................... 8
2.3.2. Agregat .................................................................................... 10
2.3.2.1. Agregat halus ....................................................................... 10
2.3.2.2. Agregat kasar ....................................................................... 12
2.3.3. Air ........................................................................................... 13
2.4. Supply Chain .............................................................................. 14
2.4.1. Supply Chain Management ..................................................... 19
2.4.2. Tujuan Supply Chain ............................................................... 19
2.4.3. Area Cakupan Supply Chain ................................................... 19
2.4.4. Faktor Pemilihan Supplier ...................................................... 21
2.4.5. Strategi Supply Chain.............................................................. 22
2.4.6. Tantangan dalam Mengelola Supply Chain ............................ 23

iv

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2.5. Identifikasi Kendala dalam Menerapkan Supply Chain ............. 25
2.6. Gambaran Umum Perusahaan .................................................... 26
2.7. Penelitian Terdahulu .................................................................. 28

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN .................................................... 30


3.1. Lokasi Penelitian ........................................................................ 30
3.2. Pemilihan Strategi Penelitian ..................................................... 31
3.3. Populasi dan Sampel .................................................................. 31
3.4. Variabel Penelitian ..................................................................... 32
3.5. Instrumen Penelitian................................................................... 33
3.6. Metode Pengumpulan Data ........................................................ 33
3.6.1. Angket Kuesioner.................................................................... 34
3.6.1.1. Survei pendahuluan .............................................................. 34
3.6.1.2. Survei Utama........................................................................ 34
3.6.2. Data Penelitian ........................................................................ 35
3.6.2.1. Data primer........................................................................... 35
3.6.2.2. Data sekunder ....................................................................... 36
3.7. Metode Analisis Data ................................................................. 36
3.7.1. Analisis Deskriptif .................................................................. 36
3.8. Flowchart Penelitian................................................................... 37

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................... 38


4.1. Umum......................................................................................... 38
4.2. Identifikasi Variabel ................................................................... 38
4.3. Analisis Penerapan Supply Chain Material Beton Pada
Perusahaan ................................................................................. 42
4.3.1. Gambaran Umum Proses Supply Chain Pada Perusahaan ...... 42
4.3.2. Analisis Mean Penerapan Supply Chain Material Beton
Pada Perusahaan ..................................................................... 44
4.3.2.1. Analisis Mean berdasarkan persepsi perusahaan ................. 45
4.3.2.1.1. Material semen .................................................................. 45

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


4.3.2.1.2. Material pasir dan kerikil .................................................. 49
4.3.2.2. Analisis Mean berdasarkan persepsi supplier ...................... 52
4.3.2.2.1. Material semen .................................................................. 52
4.3.2.2.2. Material pasir dan kerikil .................................................. 58
4.4. Faktor Dominan Kendala Penerapan Supply Chain Pada
Perusahaan.................................................................................. 64

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................... 66


5.1. Kesimpulan ................................................................................ 66
5.2. Saran ........................................................................................... 67

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 68

LAMPIRAN

vi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Batching plant .......................................................................... 6


Gambar 2.2. Proses supply chain dan 3 macam aliran yang dikelola ........... 15
Gambar 2.3. Usaha jasa konstruksi dan perdagangan PT. Hakaaston .......... 26
Gambar 3.1. Lokasi unit-unit produksi PT. Hakaaston ................................ 30
Gambar 3.2. Lokasi perusahaan PT. Hakaaston unit produksi Binjai .......... 31
Gambar 3.3. Rantai pasok material Beton pada PT. Hakaaston ................... 32
Gambar 3.4. Diagram Alir Penelitian ........................................................... 37
Gambar 4.1. Rantai pasok material beton pada PT. Hakaaston .................... 38

vii

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Batas Gradasi Agregat Halus ................................................... 12


Tabel 2.2. Batas Gradasi Agregat Kasar ................................................... 13
Tabel 2.3. Enam bagian utama dalam sebuah perusahaan manufaktur
yang terkait dengan fungsi-fungsi utama supply chain ............ 20
Tabel 2.4. Daftar supplier semen, pasir, dan kerikil pada PT. Hakaaston 27
Tabel 3.1. Tabel skala penilaian ................................................................ 35
Tabel 4.1. Hasil identifikasi variabel ........................................................ 39
Tabel 4.2. Tabel contoh hasil kuesioner .................................................... 44
Tabel 4.3. Hasil dari pengolahan data aliran material/produk material
semen berdasarkan persepsi perusahaan .................................. 45
Tabel 4.4. Hasil dari pengolahan data aliran informasi material
semen berdasarkan persepsi perusahaan .................................. 47
Tabel 4.5. Hasil dari pengolahan data aliran finansial/keuangan material
semen berdasarkan persepsi perusahaan .................................. 48
Tabel 4.6. Hasil dari pengolahan data aliran material/produk material
pasir dan kerikil berdasarkan persepsi perusahaan .................. 49
Tabel 4.7. Hasil dari pengolahan data aliran informasi material pasir dan
kerikil berdasarkan persepsi perusahaan .................................. 50
Tabel 4.8. Hasil dari pengolahan data aliran finansial/keuangan material
pasir dan kerikil berdasarkan persepsi perusahaan .................. 51
Tabel 4.9. Hasil dari pengolahan data aliran material/produk material
semen berdasarkan persepsi supplier ....................................... 52
Tabel 4.10. Hasil dari pengolahan data aliran informasi material
semen berdasarkan persepsi supplier ....................................... 53
Tabel 4.11. Hasil dari pengolahan data aliran finansial/keuangan material
semen berdasarkan persepsi supplier ....................................... 54
Tabel 4.12. Hasil dari pengolahan data aliran material/produk material
semen berdasarkan persepsi supplier ....................................... 55
Tabel 4.13. Hasil dari pengolahan data aliran informasi material
semen berdasarkan persepsi supplier ....................................... 56

viii

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Tabel 4.14. Hasil dari pengolahan data aliran finansial/keuangan material
semen berdasarkan persepsi supplier ....................................... 57
Tabel 4.15. Hasil dari pengolahan data aliran material/produk material
pasir dan kerikil berdasarkan persepsi supplier ....................... 58
Tabel 4.16. Hasil dari pengolahan data aliran informasi material pasir
dan kerikil berdasarkan persepsi supplier ................................ 59
Tabel 4.17. Hasil dari pengolahan data aliran finansial/keuangan material
pasir dan kerikil berdasarkan persepsi supplier ....................... 60
Tabel 4.18. Hasil dari pengolahan data aliran material/produk material
pasir dan kerikil berdasarkan persepsi supplier ....................... 61
Tabel 4.19. Hasil dari pengolahan data aliran informasi material pasir
dan kerikil berdasarkan persepsi supplier ................................ 62
Tabel 4.20. Hasil dari pengolahan data aliran finansial/keuangan material
pasir dan kerikil berdasarkan persepsi supplier ....................... 63
Tabel 4.21. Faktor dominan kendala penerapan supply chain pada
PT. Hakaaston .......................................................................... 64

ix

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Perkembangan dunia bisnis semakin berkembang pesat, khususnya dalam


bisnis pemasok material konstruksi. Dalam persaingan lingkungan bisnis yang
begitu kompetitif, setiap perusahaan dituntut untuk pembenahan terhadap proses
bisnisnya guna menarik para konsumen agar menjadi pelanggan tetap dan
memenangkan persaingan pasar. Perusahaan tersebut juga perlu memperhatikan
kualitas material yang ditawarkan sehingga dapat memenuhi permintaan
konsumen yang tidak hanya terfokus pada unsur kualitas tetapi juga ketahanan,
harga yang terjangkau bahkan mungkin kemudahan konsumen memperoleh
material tersebut. Pengadaan barang seringkali menjadi hambatan di tiap-tiap
perusahaan karena harus sesuai dengan permintaan pasar. Keadaan tersebut dapat
menyebabkan terjadinya lost of sales, yang mengakibatkan hilangnya penghasilan
yang mungkin diperoleh.
Dengan bertambahnya pembangunan proyek konstruksi setiap waktunya
menyebabkan kebutuhan akan material konstruksi, misalnya material beton juga
semakin meningkat. Beton adalah salah satu unsur yang sangat penting dalam
struktur bangunan. Bahan susun beton pada dasarnya adalah semen, pasir, kerikil
dan air. Di Indonesia hampir seluruh konstruksi bangunan menggunakan beton
sebagai bahan bangunan, seperti pada konstruksi bangunan gedung, jembatan,
jalan dan lainnya. Aspek biaya, waktu, ketepatan komposisi dan kondisi
lingkungan tentunya menjadi pertimbangan utama sebagian besar kontraktor
untuk memilih menggunakan beton pada proyek konstruksinya.
Ketersediaan material dilapangan menjadi suatu pembahasan yang penting
dalam sebuah perusahaaan karena dalam proyek-proyek konstruksi, material dan
peralatan merupakan bagian terbesar yang nilainya mencapai 50%-60% dari total
keseluruhan biaya proyek (Soeharto I, 1995).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


PT. Hakaaston merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang
manufaktur dengan usaha jasa konstruksi penyedia beton ready mix, hotmix,
precast, dan geotextile. Perusahaaan ini tersebar di beberapa wilayah Indonesia,
dan pada penelitian ini perusahaan batching plant yang diteliti berada di provinsi
Sumatera Utara tepatnya di jalan Megawati Binjai. Perusahaan tersebut
merupakan perusahaan penyedia beton ready mix dengan kapasitas produksi
batching plant sebesar 211.200 ton/tahun. PT. Hakaaston mempunyai tujuan
untuk menjadi industri manufaktur pendukung konstruksi terkemuka di Indonesia.
Untuk itu perusahaan membutuhkan strategi untuk mengarahkan jalannya
organisasi agar dapat mencapai tujuan yang diinginkan. Tujuan-tujuan strategis
tersebut perlu dicapai agar perusahaan dapat bertahan dalam persaingan pasar.
Untuk bisa bertahan dalam persaingan pasar maka perusahaan harus bisa
menyediakan produk yang murah, berkualitas dan tepat waktu.
Dari hal tersebut, diperlukan suatu sistem khusus yang berfungsi untuk
mengelola dan mengontrol bagaimana jalannya supply material beton dari
supplier hingga ke perusahaan batching plant. Sehingga dalam penelitian ini akan
dibahas bagaimana penerapan supply chain yang diyakini dapat mempengaruhi
tingkat keberhasilan suatu perusahaan dalam berbisnis. Supply chain adalah suatu
jaringan perusahaan-perusahaan penyedia barang dan jasa untuk menyampaikan
produk kepada konsumen akhir sehingga barang dapat diproduksi dalam jumlah
yang tepat, pada waktu yang tepat, dan lokasi yang tepat untuk mencapai biaya
yang efesien.
Berdasarkan hal-hal di atas maka dapat disimpulkan latar belakang
penelitian adalah “Analisis penerapan supply chain material beton pada
perusahaan batching plant “.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah penelitian ini adalah:


1. Bagaimana penerapan supply chain material beton berdasarkan persepsi
perusahaan batching plant pada PT. Hakaaston?
2. Bagaimana penerapan supply chain material beton berdasarkan persepsi
supplier material beton pada PT. Hakaaston?

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


3. Apa faktor dominan yang menjadi kendala penerapan supply chain pada
perusahaan batching plant ?

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:


1. Mengetahui bagaimana penerapan supply chain material beton
berdasarkan persepsi perusahaan batching plant pada PT. Hakaaston?
2. Mengetahui bagaimana penerapan supply chain material beton
berdasarkan persepsi supplier material beton pada PT. Hakaaston?
3. Mengetahui faktor dominan yang menjadi kendala penerapan supply
chain pada perusahaan batching plant.

1.4. Batasan Masalah

Penelitian ini memiliki batasan masalah sebagai berikut:


1. Penelitian ini dilakukan pada aktivitas supply chain material beton dari
supplier ke manufacturer.
2. Penelitian dilakukan pada perusahaan batching plant di PT. Hakaaston
Binjai Sumatera Utara.
3. Jenis material yang diteliti yaitu semen, pasir (agregat halus) dan batu
kerikil (agregat kasar).
4. Responden yang di wawancarai adalah staff yang bekerja di PT. Hakaaston
antara lain: Kepala Unit Produksi, Kepala Divisi Pengendalian, staff
Logistik, Kepala Divisi Keuangan, Kepala Divisi Produksi, staff Peralatan,
staff Pelaksana Produksi dan untuk responden perusahaan supplier semen,
pasir dan kerikil adalah staff bagian Marketing/Pemasaran.

1.5. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:


1. Bagi penulis, dapat dijadikan sebagai penambah wawasan dan
pengetahuan mengenai penerapan supply chain, terutama supply chain
pada perusahaan batching plant.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2. Bagi akademis, dapat menjadi bahan bacaan dan literatur untuk penelitian
selanjutnya.
3. Bagi tempat penelitian, sebagai bahan masukan dan pembelajaran tentang
penerapan supply chain pada perusahaan batching plant.

1.6. Sistematika Penulisan

Laporan penelitian ini terdiri dari 5 (lima) bab, yaitu pendahuluan, tinjauan
pustaka, metodologi penelitian, analisis dan pembahasan, serta kesimpulan dan
saran. Masing-masing bab diuraikan sebagai berikut:

a. Bab I. Pendahuluan
Bab ini terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan
penelitian, batasan masalah, manfaat penelitian, dan sistematika
penulisan penelitian.
b. Bab II. Tinjauan Pustaka
Bab ini berisi tentang landasan teori yang berkaitan dengan supply
chain dan juga bersifat mendukung penulisan tugas akhir ini.
c. Bab III. Metodologi Penelitian
Bab ini berisi tentang tata cara dan teknik pengumpulan data yang
dilakukan dalam pemecahan masalah untuk mencapai tujuan
penelitian.
d. Bab IV. Analisis Data dan Pembahasan
Bab ini berisi tentang semua tabulasi informasi, perhitungan dan
analisis terhadap data-data yang ada, dimana hasil yang diperoleh akan
dibahas secara seksama.
e. Bab V. Kesimpulan dan Saran
Bab ini berisi tentang kesimpulan dari hasil penelitian, yang akan
menjawab pertanyaan yang sudah dirangkum pada rumusan masalah,
dan berisi tentang saran penulis berdasarkan hasil penelitian yang
didapat.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Perusahaan

Perusahaan adalah suatu organisasi yang didirikan oleh seseorang atau


sekelompok orang atau badan lain yang kegiatannya adalah melakukan produksi
dan distribusi guna memenuhi kebutuhan ekonomis manusia. Kegiatan produksi
dan distribusi dilakukan dengan menggabungkan berbagai faktor produksi, yaitu
alam (tanah, air, hutan laut), manusia (sebagai tenaga kerja) dan modal (uang,
mesin-mesin, bangunan dan lain lain).
Menurut Soemarso (2002) apabila didasarkan atas kegiatan utama yang
dijalankan, secara garis besar jenis perusahaan dapat digolongkan menjadi:

1. Perusahaan jasa
Perusahaan jasa adalah perusahaan yang menawarkan suatu tindakan yang
bersifat abstrak atau tidak berwujud dan tidak menyebabkan perpindahan
kepemilikan pada orang lain.
2. Perusahaan dagang
Perusahaan dagang adalah perusahaan yang aktivitas utamanya adalah
membeli, menyimpan dan menjual kembali barang-barang dagang tanpa
nilai memberi nilai tambah terhadapnya.
3. Perusahaan pabrik (manufaktur)
Pengertian manufakturing adalah pengolahan bahan mentah melalui proses
kimia dan fisika untuk mengubak bentuk, sifat atau tampilan untuk
membuat komponen atau produk. Secara umum, manufaktur mempunyai
beberapa tahap operasi, dan setiap tahapan operasi membuat bahan mentah
lebih dekat ke bentuk akhir.
Perusahaan manufaktur adalah sebuah badan usaha yang mengoperasikan
mesin, peralatan dan tenaga kerja dalam suatu medium proses untuk
mengubah bahan-bahan mentah menjadi barang jadi yang memiliki nilai

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


jual. Pabrik adalah istilah penyebutan tempat yang digunakan untuk proses
manufakturing atau fabrikasi.
2.2. Batching Plant

Batching plant adalah sebuah lokasi yang didalamnya terdapat alat-alat


yang dipakai untuk mencampur atau membuat adukan beton ready mix dalam
skala yang besar. Batching plant ditempatkan pada sebidang tanah yang terdapat
kantor, laboratorium, alat berat, dan alat-alat pembantu lainnya yang mendukung
terhadap proses produksi beton dengan kualitas terbaik dan sesuai dengan standar
yang berlaku.
Batching plant berfungsi untuk membuat adukan beton ready mix dalam
skala besar, dan juga sebagai tempat untuk mengendalikan produksi beton agar
mutu, slump, nilai strength dari beton itu sendiri terjaga.

Gambar 2.1. Batching plant


(Sumber : Sentosa Limanto & Herry P. Chandra, 2006)

Keterangan gambar:
A = Hopper (bak penampung material)
B = Alat penimbang
C = Conveyor belt
D = Silo kedap air`

2.3. Material Beton

Beton merupakan suatu bahan komposit (campuran) dari beberapa


material, yang bahan utamanya terdiri dari campuran antara semen, agregat halus,
agregat kasar, air dan atau tanpa bahan tambah lain dengan perbandingan tertentu.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Karena beton merupakan komposit, maka kualitas beton sangat tergantung dari
kualitas masing-masing material pembentuk (Kardiyono Tjokrodimuljo, 2007).

Nugraha Paul (2007), mengungkapkan bahwa pada beton yang baik, setiap
butir agregat seluruhnya terbungkus dengan mortar. Demikian pula halnya dengan
ruang antar agregat, harus terisi oleh mortar. Jadi kualitas pasta atau mortar
menentukan kualitas beton. Semen adalah unsur kunci dalam beton, meskipun
jumlahnya hanya 7-15% dari campuran. Beton dengan jumlah semen yang sedikit
(sampai 7%) disebut beton kurus (lean concrete), sedangkan beton dengan jumlah
semen yang banyak disebut beton gemuk (rich concrete).
Beton memiliki kelebihan dan kekurangan, yaitu:
1. Kelebihan:
a. Dapat dengan mudah mendapatkan material dasarnya (availability).
Agregat dan air pada umumnya bisa didapat dari lokal setempat.
Semen pada umumnya juga dapat dibuat didaerah setempat, bila
tersedia. Dengan demikian, biaya pembuatan relatif murah karena
semua bahan bisa didapat di dalam negeri, bahkan bisa setempat.
Bahan termahal adalah semen, yang bisa diproduksi di dalam negeri.
b. Kemudahan untuk digunakan (versatility).
c. Kemampuan beradaptasi (adaptability) sehingga beton dapat dicetak
dengan betuk dan ukuran berapapun.
d. Tahan terhadap temperatur tinggi.
e. Biaya pemeliharaan yang kecil.
f. Mampu memikul beban yang berat.
2. Kekurangan:
a. Kekuatan tariknya rendah, meskipun kekuatan tekannya besar.
b. Beton cenderung untuk retak, karena semennya hidrolis. Baja tulangan
bisa berkarat, meskipun tidak terekspose separah struktur baja.
c. Kualitasnya sangat tergantung cara pelaksanaan di lapangan. Beton
yang baik maupun yang buruk dapat terbentuk dari rumus dan
campuran yang sama.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


d. Struktur beton sulit untuk dipindahkan. Pemakaian kembali atau
daurulang sulit dan tidak ekonomis. Dalam hal ini struktur baja lebih
unggul, misalnya tinggal melepas sambungannya saja.

2.3.1. Semen

Semen berasal dari kata caementum (bahasa latin) yang artinya memotong
menjadi bagian-bagian kecil tak beraturan. Sedangkan dalam pengertiannya
semen adalah zat yang digunakan untuk merekatkan batu bata, batako maupun
bahan bangunan lainnya.
Semen adalah perekat hidraulik yang dihasilkan dengan cara
menghaluskan klinker yang terdiri dari bahan utama silikat-silikat kalsium dan
bahan tambahan batu gypsum dimana senyawa-senyawa tersebut dapat bereaksi
dengan air dan membentuk zat baru bersifat perekat pada bebatuan. Semen dalam
pengertian umum adalah bahan yang mempunyai sifat adhesive dan cohesive,
digunakan sebagai bahan pengikat (bonding material), yang dipakai bersama-sama
dengan batu kerikil dan pasir.
Beberapa jenis semen menurut Standar Nasional Indonesia (SNI) yang
berlaku untuk semen yang dipasarkan di seluruh wilayah Indonesia antara lain:
1. Semen Portland Putih
Semen Portland putih dapat digunakan untuk semua tujuan didalam
pembuatan adukan semen serta beton yang tidak memerlukan persyaratan
khusus, kecuali warna putihnya.
2. Semen Portland
Semen Portland ialah semen hidrolisis yang dihasilkan dengan cara
menghasilkan klinker terutama dari silikat-silikat kalsium yang bersifat
hidrolisis (dapat mengeras jika bereaksi dengan air) dengan gips sebagai
bahan tambahan. Semen merupakan bahan pengikat yang paling terkenal
dan paling banyak digunakan dalam proses konstruksi beton. Semen yang
umum dipakai adalah semen tipe I dan ketergantungan kepada pemakaian
semen jenis ini masih sangat besar. Semen portland jika dilihat dari sisi
fungsi masih memiliki kekurangan dan keterbatasan yang pada akhirnya
akan mempengaruhi mutu mortar.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Standar ini membagi semen menjadi lima jenis sebagai berikut:
a. Jenis I, yaitu semen Portland untuk penggunakan umum yang tidak
memerlukan persyaratan-persyaratan khusus seperti yang
disyarakatkan pada jenis lainnya.
b. Jenis II, yaitu semen yang penggunaannya memerlukan ketahanan
terhadap sulfat atau kalor hydrasi sedang.
c. Jenis III, yaitu semen Portland yang dalam penggunaannya
memerlukan kekuatan tinggi pada tahap permulaan setelah pengikatan
terjadi.
d. Jenis IV, yaitu semen Portland yang dalam penggunaannya
memerlukan kalor hydrasi rendah.
e. Jenis V, yaitu semen Portland yang dalam penggunaannya
memerlukan ketahanan tinggi terhadap sulfat.
3. Semen Portland Komposit (PCC)
Semen Portland komposit dapat digunakan untuk kontruksi umum, seperti
pekerjaan beton, pasangan bata selokan, jalan, pagar dinding, dan
pembuatan elemen bangunan khusus (seperti beton pracetak, beton
pratekan, panel beton dan bata beton/paving block). Untuk memenuhi
standar SNI, kedalam semen Portland komposit telah ditambahkan bahan
anorganis material tertentu atau kombinasinya guna mendapatkan
karakteristik semen seperti yang diinginkan.
4. Semen Portland Pozolan
Berdasarkan jenis penggunaannya, standar ini membagi semen Portland
pozolan menjadi lima jenis sebagai berikut:
a. Jenis IP-U, yaitu semen Portland pozzolan yang dapat dipergunakan
untuk semua tujuan pembuatan adukan beton.
b. Jenis IP-K, yaitu semen Portland pozzolan yang dapat dipergunakan
untuk semua tujuan pembuatan adukan beton, semen untuk tahan sulfat
sedang dan panas hydrasi sedang.
c. Jenis P-U, yaitu semen Portland pozzolan yang dapat dipergunakan
untuk pembuatan beton dimana tidak disyaratkan kekuatan awal yang
tinggi.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


d. Jenis P-K, yaitu semen Portland pozzolan yang dapat diguanakan
untuk pembuatan beton dimana tidak disyaratkan kekuatan awal yang
tinggi, serta untuk tahan sulfat sedang dan panas hydrasi rendah.

2.3.2. Agregat

Agregat adalah butiran mineral yang merupakan hasil disintegrasi alami


batu-batuan atau juga berupa hasil mesin pemecah batu dengan memecah batu
alami. Agregat merupakan salah satu bahan pengisi pada beton, namun demikian
peranan agregat pada beton sangatlah penting. Kandungan agregat dalam beton
kira-kira mencapai 70%-75% dari volume beton. Agregat sangat berpengaruh
terhadap sifat-sifat beton, sehingga pemilihan agregat merupakan suatu bagian
penting dalam pembuatan beton.
Agregat dibedakan menjadi dua macam yaitu agregat halus dan agregat
kasar yang didapat secara alami atau buatan. Untuk menghasilkan beton dengan
kekompakan yang baik, diperlukan gradasi agregat yang baik. Gradasi agregat
adalah distribusi ukuran kekasaran butiran agregat. Cara membedakan jenis
agregat yang paling banyak dilakukan adalah dengan berdasarkan pada ukuran
butir-butirnya. Agregat yang mempunyai butir-butir yang besar disebut agregat
kasar yang ukurannya lebih besar dari 4,8 mm. Sedangkan butir agregat yang
kecil disebut agregat halus yang memiliki ukuran lebih kecil dari 4,8 mm.
Penggunaan bahan batuan dalam adukan beton berfungsi:
1. Menghemat penggunaan semen portland.
2. Menghasilkan kekuatan yang besar pada betonnya.
3. Mengurangi susut pengerasan.
4. Mencapai susunan pampat beton dengan gradasi beton yang baik.
5. Mengontrol workability adukan beton dengan gradasi bahan batuan baik.

2.3.2.1. Agregat halus

Agregat sebagai bahan pengisi yang memberikan sifat kaku dan stabilitas
dimensi dari beton. Agregat halus sebaiknya berbentuk bulat dan halus

10

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


dikarenakan untuk mengurangi kebutuhan air. Agregat halus yang pipih akan
membutuhkan air yang lebih banyak dikarenakan luas permukaan agregat (surface
area) akan lebih besar.

Gradasi agregat halus sebaiknya sesuai dengan spesifikasi ASTM C-33,


yaitu:
1. Mempunyai butiran yang halus.
2. Tidak mengandung lumpur lebih dari 5%.
3. Tidak mengandung zat organik lebih dari 0,5%. Untuk beton mutu tunggi
dianjurkan dengan modulus kehalusan 3,0 atau lebih.
4. Gradasi yang baik dan teratur (diambil dari sumber yang sama).
Agregat halus adalah pasir alam sebagai disintegrasi alami dari batuan atau
pasir yang dihasilkan oleh industri pemecah batu dan mempunyai ukuran terbesar
4,8 mm. Pasir alam dapat digolongkan menjadi 3 (tiga) macam (Kardiyono T,
2007), yaitu:
1. Pasir galian
Pasir ini diperoleh lansung dari permukaan tanah atau dengan cara
menggali. Bentuk pasir ini biasanya tajam, bersudut, berpori dan bebas
dari kandungan garam walaupun biasanya harus dibersihkan dari kotoran
tanah dengan jalan dicuci terlebih dahulu.
2. Pasir sungai
Pasir ini diperoleh langsung dari dasar sungai, yang pada umumnya
berbutir halus, bulat-bulat akibat proses gesekan. Daya lekatan antar
butiran agak kurang karena bentuk butiran yang bulat.
3. Pasir laut
Pasir laut adalah pasir yang diambil dari pantai. Butir-butirnya halus dan
bulat karena gesekan. Pasir ini merupakan pasir yang jelek karena
mengandung banyak garam. Garam ini menyerap kandungan air dari udara
dan mengakibatkan pasir selalu agak basah serta menyebabkan
pengembangan volume bila dipakai pada bangunan. Selain dari garam ini
mengakibatkan korosi terhadap struktur beton, oleh karena itu pasir laut
sebaiknya tidak dipakai.

11

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
3. Besar kecilnya nilai susut beton
4. Kelangsungan reaksi dengan semen portland
5. Perawatan keras adukan beton guna menjamin pengerasan yang baik
Air adalah alat untuk mendapatkan kelecakan yang perlu untuk
penggunaan beton. Jumlah air yang digunakan tentu tergantung pada sifat material
yang digunakan.
Air yang mengandung kotoran yang cukup banyak akan mengganggu
proses pengerasan atau ketahanan beton. Pengaruh kotoran secara umum dapat
menyebabkan:
1. Gangguan pada hidrasi dan pengikatan
2. Gangguan pada kekuatan dan ketahanan
3. Perubahan volume yang dapat menyebabkan keretakan
4. Korosi pada tulangan baja maupun kehancuran beton
5. Bercak-bercak pada campuran beton
Air untuk pembuatan beton minimal memenuhi syarat sebagai air minum
yang tawar, tidak berbau, dan tidak mengandung bahan-bahan yang dapat
merusak beton, seperti minyak, asam, alkali, garam atau bahan-bahan organis
lainnya yang dapat merusak beton atau tulangannya. (Tata Cata Perhitungan
Standar Beton Untuk Bangunan Gedung, SNI 03-2847-2002).
Selain untuk reaksi pengikatan, dapat juga untuk perawatan sesudah beton
dituang. Air untuk perawatan (curing) harus memiliki syarat-syarat yang lebih
tinggi dari air untuk pembuatan beton. Keasamannya tidak boleh PHnya > 6, juga
tidak dibolehkan terlalu sedikit mengandung kapur.

2.4. Supply Chain

Supply chain (rantai pasok) yaitu suatu sistem tempat organisasi


menyalurkan barang produksi dan jasanya kepada para pelanggannya. Rantai ini
juga merupakan jaringan atau jejaring dari berbagai organisasi yang saling
berhubungan yang mempunyai tujuan yang sama, yaitu sebaik mungkin
menyelenggarakan pengadaan atau penyaluran barang tersebut (Indrajit &
Djokopranoto, 2002).

14

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
1. Arus material melibatkan arus produk fisik dari pemasok sampai
konsumen melalui rantai, sama baiknya dengan arus balik dari retur
produk, layanan, daur ulang dan pembuangan.
2. Arus informasi meliputi ramalan permintaan, transmisi pesanan dan
laporan status pesanan.
3. Arus keuangan meliputi informasi kartu kredit, syarat-syarat kredit, jadwal
pembayaran, penetapan kepemilikan dan pengiriman.

Salah satu faktor kunci untuk mengoptimalkan supply chain adalah dengan
menciptakan alur informasi yang bergerak secara mudah dan akurat diantara
jaringan atau mata rantai tersebut, dan pergerakan barang yang efektif dan efisien
yang menghasilkan kepuasan maksimal pada para pelanggan (Indrajit &
Djokopranoto, 2002).
Dengan tercapainya koordinasi dari rantai supply perusahaan, maka tiap
channel dari rantai supply perusahaan tidak akan mengalami kekurangan barang
juga tidak kelebihan barang terlalu banyak.
Menurut Indrajit dan Djokopranoto (2002) dalam supply chain ada
beberapa pemain utama yang merupakan perusahaan-perusahaan yang
mempunyai kepentingan didalam arus barang, para pemain utama itu adalah:
a. Supplier
b. Manufacturer
c. Distributor
d. Retail Outlets
e. Customer
Proses mata rantai yang terjadi antar pemain utama itu adalah sebagai
berikut:
a. Chain 1: Supplier
Jaringan yang bermula dari sini, yang merupakan sumber yang
menyediakan bahan pertama, dimana mata rantai penyaluran barang
akan dimulai. Bahan pertama ini bisa dalam bentuk bahan baku, bahan
mentah, bahan penolong, bahan dagangan, subassemblies, suku cadang

16

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


dan sebagainya. Sumber pertama ini dinamakan supplier. Dalam arti
yang murni, ini termasuk juga suppliers’ supplier atau sub-suppliers.
Jumlah supplier bisa banyak atau sedikit, tetapi supplier’s suppliers
biasanya berjumlah banyak sekali. Inilah mata rantai yang pertama.
b. Chain 1–2: Supplier–Manufacturer
Rantai pertama dihubungkan dengan rantai yang kedua, yaitu
manufacturer atau plants atau assembler atau fabricator atau bentuk
lain yang melakukan pekerjaan membuat, memfabrikasi, meng-
assembling, merakit, mengkonversikan, ataupun menyelesaikan barang
(finishing). Hubungan dengan mata rantai pertama ini sudah
mempunyai potensi untuk melakukan penghematan. Misalnya
inventories bahan baku, bahan setengah jadi, dan bahan jadi yang
berada di pihak supplier, manufacturer dan tempat transit merupakan
target untuk penghematan ini. Tidak jarang penghematan sebesar 40%-
60%, bahkan lebih, dapat diperoleh dari inventory carring cost di mata
rantai ini. Dengan menggunakan konsep supplier partnering misalnya,
penghematan dapat di peroleh.
c. Chain 1–2–3: Supplier–Manufacturer–Distributor
Barang sudah jadi yang dihasilkan oleh manufacturer sudah mulai
disalurkan kepada pelanggan. Walaupun tersedia banyak cara untuk
menyalurkan barang ke pelanggan, yang umum adalah melalui
distributor dan ini biasanya ditempuh oleh sebagian besar supply
chain. Barang dari pabrik melalui gudangnya disalurkan ke gudang
distributor atau wholesaler atau pedagang dalam jumlah yang besar,
dan pada waktunya nanti pedagang besar menyalurkan dalam jumlah
yang lebih kecil kepada retailers atau pengecer.
d. Chain 1–2–3–4: Supplier–Manufacturer–Distributor–Retail Outlets
Pedagang besar biasanya mempunyai fasilitas gedung sendiri atau
dapat juga menyewa dari pihak lain. Gudang ini digunakan untuk
menimbun barang sebelum disalurkan ke pihak pengecer. Sekali lagi
disini ada kesempatan untuk memperoleh penghematan dalam bentuk
jumlah inventories dan biaya gedung, dengan cara melakukan desain

17

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


kembali pola – pola pengirima barang abik dari gudang manufacturer
maupun ke toko pengecer (retail outlets).
e. Chain 1–2–3–4–5: Supplier–Manufacturer–Distributor–Retail
Outlets–Customer
Dari rak – raknya, para pengecer atau retailers ini menawarkan
barangnya langsung kepada para pelanggan atau pembeli atau
pengguna barang tersebut. Yang termasuk outlets adalah toko, warung,
toko serba ada, pasar swalayan, toko koperasi, mal, club stores dan
sebagainya, pokoknya dimana pembeli akhir melakukan penelitian.
Walaupun secara fisik dapat dikatakan ini mata rantai terakhir,
sebetulnya masih ada satu mata rantai lagi, yaitu dari pembeli (yang
mendatangi retail outlets) ke real customer dan real user, karena
pembeli belum tentu pengguna yang sesungguhnya. Mata rantai supply
baru benar – benar berhenti setelah yang bersangkutan tiba di pemakai
langsung (pemakai yang sebenarnya) barang atau jasa yang dimaksud.
Berdasarkan pendapat Indrajit & Djokopranoto (2002) menyatakan bahwa
ada beberapa keuntungan supply chain management, antara lain:
1. Mengurangi inventory dengan berbagai cara
a. Inventory merupakan bagian paling besar dari asal perusahaan, yang
berkisar antara 30%-40%.
b. Sedangkan biaya penyimpanan barang (inventory carrying cost)
berkisar 20%-40% dari nilai barang yang disimpan.
c. Oleh karena itu, usaha dan cara harus dikembangkan untuk menekan
penimbunan barang dalam gudang agar biaya dapat ditekan menjadi
sedikit mungkin.
2. Menjamin kelancaran penyediaan barang
a. Kelancaran barang yang perlu dijamin adalah mulai dari barang asal
(pabrik pembuat), supplier, perusahaan sendiri, wholesaler, retailer,
sampai kepada final customer.
b. Jadi, rangkaian perjalanan dari bahan baku sampai menjadi barang jadi
dan diterima oleh pemakai atau pelanggan merupakan suatu mata
rantai yang panjang yang perlu dikelola dengan baik.

18

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


3. Menjamin mutu
a. Mutu barang jadi (finished product) ditentukan tidak hanya proses
produksi barang tersebut, tetapi juga oleh mutu dan bahan mentalnya
dan mutu keamanan dalam pengirimannya.
b. Jaminan mutu juga merupakan serangkaian mata rantai panjang yang
harus dikelola dengan baik.

2.4.1. Supply Chain Management

Manajemen rantai pasok (supply chain management) adalah integrasi


aktivitas pengadaan bahan dan pelayanan, pengubahan menjadi barang setengah
jadi dan produk akhir, serta pengiriman ke pelanggan. Seluruh aktivitas ini
mencakup aktivitas pembelian dan pengalihdayaan (outsourcing), ditambah fungsi
lain yang penting bagi hubungan antara pemasok dengan distributor (Jay Heizer &
Barry Render, 2005).
Supply chain management merupakan suatu metode atau pendekatan
integrative untuk mengelola aliran produk, informasi dan uang secara terintegrasi
yang melibatkan pihak-pihak mulai dari hulu ke hilir yang terdiri dari supplier,
pabrik, jaringan distribusi maupun jasa-jasa logistik. (I Nyoman Pujawan, 2005)

2.4.2. Tujuan Supply Chain

Menurut Jay Heizer & Barry Render (2005), tujuan dari rantai pasok
(supply chain) adalah membangun sebuah rantai pemasok yang memusatkan
perhatian untuk memaksimalkan nilai bagi perusahaan.
Chopra & Meindl (2004) berpendapat bahwa tujuan dari supply chain
adalah untuk memaksimalkan nilai keseluruhan yang dihasilkan untuk memenuhi
kebutuhan dan permintaan pelanggan. Di sisi lain, tujuannya adalah untuk
meminimalkan biaya keseluruhan (biaya pemesanan, biaya penyimpanan, biaya
bahan baku, biaya transportasi dan lain-lain).

19

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2.4.3. Area Cakupan Supply Chain

Supply chain pada hakekatnya mencakup lingkup pekerjaan dan tanggung


jawab yang luas. Kebanyakan akademis maupun praktisi menggolongkan mereka
yang ada pada kegiatan mengelola aliran material dan informasi (yang terkait
dengan aliran material) adalah kegiatan-kegiatan inti supply chain.
Menurut I Nyoman Pujawan (2005), apabila kita mengacu pada sebuah
perusahaan manufaktur, kegiatan-kegiatan utama yang masuk dalam klasifikasi
supply chain adalah:

1. Kegiatan merancang produk baru


2. Kegiatan mendapatkan bahan baku
3. Kegiatan merencanakan produksi dan persediaan
4. Kegiatan melakukan produksi
5. Kegiatan melakukan pengiriman/distribusi
6. Kegiatan pengelolaan pengembalian produk/barang
Keenam klasifikasi tersebut biasanya tercermin dalam bentuk pembagian
departemen atau divisi pada perusahaan manufaktur. Pada tabel 2.3. akan
diuraikan lebih lanjut beberapa contoh kegiatan yang biasanya dilakukan oleh
masing-masing bagian.

Tabel 2.3. Enam bagian utama dalam sebuah perusahaan manufaktur yang terkait
dengan fungsi-fungsi utama supply chain
Bagian Cakupan kegiatan
Pengembangan produk Melakukan riset pasar, merancang
pruduk baru, melibatkan supplier
dalam perancangan produk baru.
Pengadaan Memilih supplier, mengevaluasi
kinerja supplier, melakukan
pembelian bahan baku dan
komponen, memonitor supply risk,
membina dan memelihara
hubungan dengan supplier.

20

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Perencanaan & pengendalian Demand planning, peramalan
permintaan, perencanaan kapasitas,
perencanaan produksi dan
persedian.
Operasi/produksi Eksekusi produksi dan
pengendalian kualitas.
Pengiriman/distribusi Perencanaan jaringan distribusi,
penjadwalan pengiriman, mencari
dan memelihara hubungan dengan
perusahaan jasa pengiriman,
memonitori service level di tiap
distribusi.
Pengembalian Merancang saluran pengembalian
produk, penjadwalan pengambilan,
proses disposal, penentuan harga
produk refurbish, dan lain-lain.
Sumber : I Nyoman Pujawan, 2005

2.4.4. Faktor Pemilihan Supplier

Pemilihan supplier didefinisikan sebagai proses untuk menemukan


supplier yang mampu menyediakan pembeli dengan hak kualitas produk dengan
harga yang tepat, jumlah yang tepat dan pada waktu yang tepat. Pemilihan
supplier yang tepat merupakan faktor penting yang mempengaruhi berakhirnya
hubungan pembeli-pemasok. Jika proses ini dilakukan dengan benar, maka lebih
lama hubungan yang akan dicapai.
Pemilihan supplier pada perusahaan sangat penting, hal ini dikarenakan
supplier memegang peranan penting dalam ketersediaan bahan baku. Bahan baku
dibutuhkan agar perusahaan dapat menjalankan aktivitasnya sebagai penyedia jasa
konstruksi.
I Nyoman Pujawan (2005), mengemukakan beberapa kriteria untuk
pemilihan dan evaluasi supplier. Dengan banyak kriteria-kriteria yang ada dalam

21

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


pemilihan supplier, namun tentu saja setiap perusahaan harus menentukan sendiri
kriteria-kriteria yang akan digunakan dalam memilih supplier.
Beberapa faktor umum pemilihan supplier:
1. Pelayanan (service)
2. Kualitas material
3. Harga dan pemberian potongan
4. Waktu pengiriman
5. Ketepatan pemesanan
6. Lokasi supplier
7. Citra / nama baik supplier
8. Fleksibilitas
9. Kebijakan persediaan supplier

2.4.5. Strategi Supply Chain

Setiap perusahaan yang ingin menang atau bertahan dalam persaingan


harus memiliki strategi yang tepat. Strategi akan mengarahkan jalannya organisasi
ke tujuan jangka panjang yang ingin dicapai. Strategi diperlukan oleh satu unit
operasi dalam sebuah perusahaan, oleh sebuah perusahaan secara keseluruhan
maupun oleh sebuah supply chain.
Di dalamnya akan tercakup keputusan strategis tentang jaringan pasokan
(supply network) yang menyangkut keputusan tentang supplier yang akan dipilih,
supplier yang akan diajak sebagai mitra jangka panjang, lokasi gudang dan pusat
distribusi yang akan didirikan, apakah akan melakukan sendiri kegiatan logistik
(warehousing, transportasi dan lain lain) atau menyerahkannya ke pihak ketiga,
dan sebagainya.
Strategi tidak bisa dilepaskan dari tujuan jangka panjang. Tujuan inilah
yang diharapkan akan tercapai. Keputusan-keputusan jangka pendek dan
lingkungan lokal mestinya harus mendukung organisasi atau supply chain kearah
tujuan-tujuan stategis tersebut. Tujuan-tujuan strategis tersebuat perlu dicapai
untuk membuat supply chain menang atau setidaknya bertahan dalam persaingan
pasar. Untuk bisa memenangkan persaingan pasar, maka supply chain harus bisa
menyediakan produk yang murah, berkualitas, tepat waktu, bervariasi.

22

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Keempat tujuan strategis tersebut sangat penting di mata pelanggan.
Namun perlu disadari bahwa tingkat kepentingan untuk masing-masing tujuan di
atas berbeda-beda untuk tiap jenis produk dan segmen pelanggan. Ada produk
yang dibeli oleh pelanggan dengan pertimbangan utama harga yang murah,
sedangkan ada pelanggan yang membeli dengan kualitas sebagai pertimbangan
utama. Ada jenis produk yang bisa unggul di pasar karena mampu menciptakan
jenis produk yang beragam, ada juga karena mudah atau cepat bisa diperoleh.
Untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut, maka supply chain harus bisa
menerjemahkan tujuan-tujuan di atas ke dalam kemampuan sumber daya yang
dimiliki. Dalam konteks operasi supply chain, tujuan-tujuan di atas bisa dicapai
apabila memiliki kemampuan untuk beroperasi secara efisien, menciptakan
kualitas, cepat, fleksibel, dan inovatif.

2.4.6. Tantangan dalam Mengelola Supply Chain

Menurut I Nyoman Pujawan (2005) terdapat dua tantangan terbesar dalam


mengelola supply chain, yakni:
1. Kompleksitas struktur supply chain
Suatu supply chain biasanya sangat kompleks, melibatkan banyak pihak di
dalam maupun di luar perusahaan. Pihak-pihak tersebut sering kali
memiliki kepentingan yang berbeda-beda, bahkan tidak jarang
bertentangan antara yang satu dengan yang lainnya. Sehingga
mengakibatkan adanya kompleksitas yang melibatkan internal perusahaan
maupun eksternal perusahaan. Internal perusahaan misalnya antara bagian
marketing dengan produksi, marketing seringkali membuat kesepakatan
dengan pelanggan tanpa mengecek secara baik kemampuan produksi,
perubahan jadwal produksi secara tiba-tiba karena marketing menyepakati
perubahan order dengan pelanggan. Disisi lain bagian produksi sering
resistant dengan perubahan mendadak. Konflik kepentingan juga terjadi
pada eksternal perusahaan misalnya antara supplier yang menginginkan
pemesanan produknya jauh-jauh hari sebelum waktu pengiriman dan
sedapat mungkin pesanan tidak berubah. Supplier juga menginginkan
pengiriman segera setelah produksinya selesai. Disisi lain perusahaan

23

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


menghendaki fleksibilitas yang tinggi dengan mengubah jumlah,
spesifikasi maupun jadwal pengiriman bahan baku yang dipesan. Pembeli
juga menginginkan supplier bisa mengirim tepat waktu dengan kuantitas
pengiriman kecil, sehingga pembeli tidak perlu menumpuk persediaan
dengan jumlah yang besar di gudang mereka. Konflik kepentingan juga
muncul dalam kaitannya dengan term pembayaran. Supplier menginginkan
agar pembeli cepat membayar, sementara pembeli menginginkan term
pembayaran yang panjang. Kompleksitas yang lain juga dipengaruhi oleh
zona waktu, budaya dan bahasa antara satu perusahaan dengan perusahaan
lain.

2. Ketidakpastian
Ketidakpastian merupakan sumber utama kesulitan pengelolaan suatu
supply chain. Ketidakpastian menimbulkan ketidakpercayaan diri terhadap
rencana yang sudah dibuat. Sebagai akibatnya, perusahaan sering
menciptakan pengaman di sepanjang supply chain. Pengaman ini bisa
berupa persediaan (safety stock), waktu (safety time), ataupun kapasitas
produksi maupun transportasi. Di sisi lain ketidakpastian sering
menyebabkan janji tidak bisa terpenuhi. Dengan kata lain, custumer
service level akan lebih rendah pada situasi dimana ketidakpastian cukup
tinggi. Berdasarkan sumbernya, ada tiga klasifikasi utama ketidakpastian
pada supply chain. Pertama, adalah ketidakpastian permintaan. Sebuah
toko tidak akan pernah bisa memilih informasi yang pasti berapa suatu
produk akan terjual pada minggu atau hari tertentu. Mereka hanya bisa
meramalkan dan kita semua sadar bahwa ramalan hampir selalu tidak
benar. Pesanan dari sebuah toko ke distributor juga tidak pernah pasti
karena berbagai faktor, termasuk adanya kesalahan administrasi
persediaan, adanya syarat jumlah pengiriman minimum dari pabrik, dan
keharusan toko untuk mengakomodasikan ketidakpastian pelanggan
mereka. Demikian juga halnya dengan distributor ke pabrik. Pabrik
menghadapi ketidakpastian pesanan dari distributor karena berbagai sebab
tadi. Bahkan, semakin ke hulu ketidakpastian permintaan ini biasanya

24

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


semakin meningkat. Peningkatan ketidakpastian atau variasi permintaan
dari hilir ke hulu pada suatu supply chain dinamakan bullwhip effect.
Ketidakpastian kedua, berasal dari supplier yaitu berupa ketidakpastian
pada lead time pengiriman, harga bahan baku atau komponen,
ketidakpastian kualitas, serta kuantitas material yang dikirim.
Ketidakpastian ketiga adalah ketidakpastian internal yang bisa disebabkan
oleh kerusakan mesin, kinerja mesin yang tidak sempurna, ketidakhadiran
tenaga kerja, serta ketidakpastian waktu maupun kualitas produksi.

2.5. Identifikasi Kendala dalam Menerapkan Supply Chain

Supply chain merupakan sesuatu yang sangat kompleks sekali, dimana


banyak kendala yang dihadapi dalam implementasinya, sehingga dalam
implementasinya memang membutuhkan tahapan mulai tahap perancangan
sampai tahap evaluasi dan continuous improvement. Selain itu implementasi
supply chain membutuhkan dukungan dari berbagai pihak mulai dari internal
dalam hal ini seluruh manajemen puncak dan eksternal, dalam hal ini seluruh
partner yang ada. Berikut ini merupakan hambatan-hambatan yang akan dialami
dalam implementasi supply chain yang semakin menguatkan argumen bahwa
implementasi supply chain memang membutuhkan dukungan berbagai pihak
(Chopra & Meindl, 2004):
1. Incerasing variety of products. Sekarang konsumen seakan dimanjakan
oleh produsen, hal ini kita lihat semakin beragamnya jenis produk yang
ada di pasaran. Hal ini juga kita lihat strategi perusahan yang selalu
berfokus pada customer (customer oriented). Jika dahulu produsen
melakukan strategi dengan melakukan pembagian segment pada customer,
maka sekarang konsumen lebih dimanjakan lagi dengan pelemparan
produk menurut keinginan setiap individu bukan menurut keinginan
segment tertentu. Banyaknya jenis produk dan jumlah dari yang tidak

25

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


menentu dari masing-masing produk membuat produsen semakin
kewalahan dalam memuaskan keinginan dari konsumen.
2. Decreasing product life cycles. Menurunnya daur hidup sebuah produk
membuat perusahaan semakin kerepotan dalam mengatur strategi pasokan
barang, karena untuk mengatur pasokan barang tertentu maka perusahaan
membutuhkan waktu yang tertentu juga. Daur hidup produk diartikan
sebagai umur produk tersebut dipasaran.
3. Increasingly demand customer. Supply chain berusaha mengatur (manage)
peningkatan permintaan secara cepat, karena sekarang customer semakin
menuntut pemenuhan permintaan yang secara cepat walaupun permintaan
itu sangat mendadak dan bukan produk yang standar (customize).
4. Fragmentation of supply chain ownership. Hal ini menggambarkan supply
chain itu melibatkan banyak pihak yang mempunyai masing-masing
kepentingan, sehingga hal ini membuat supply chain semakin rumit dan
kompleks.
5. Globalization. Globalisasi membuat supply chain semakin rumit dan
kompleks karena pihak-pihak yang terlibat dalam supply chain tersebut
mencakup pihak-pihak di berbagai negara yang mungkin mempunyai
lokasi diberbagai pelosok dunia.

2.6. Gambaran Umum Perusahaan

1. Sejarah perusahaan
PT. Hakaaston berdiri pada tanggal 25 November 2010. PT. Hakaaston
merupakan anak perusahaan PT. Hutama Karya (Persero) yang bergerak
dibidang manufaktur dengan usaha jasa konstruksi dan perdagangan:
hotmix, precast, ready mix, dan geotextile.

26

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Gambar 2.3. Usaha jasa konstruksi dan perdagangan PT. Hakaaston
(Sumber : PT. Hakaaston)

2. Visi dan misi perusahaan


a. Visi
Menjadi industri manufaktur pendukung konstruksi terkemuka di
Indonesia.
b. Misi
1) Meningkatkan nilai perusahaan dengan memberikan kontribusi
berupa laba, kas & pertumbuhan kepada pemegang saham.
2) Menjadi mitra bisnis terpercaya didukung sistem manajemen dan
tata kelola perusahaan yang baik dengan SDM professional dan
berintegritas tinggi.
3) Selalu memberi nilai tambah dengan menghasilkan produk &
layanan yang excellent.
4) Secara konsisten mengembangkan kapasitas dan kapabilitas
finansial dan human capital guna peningkatan daya saing.
5) Pengembangan teknologi material, produk dan sistem konstruksi
untuk meningkatkan kualitas dan nilai infrastruktur.

3. Daftar supplier semen, pasir, dan kerikil

27

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Adapun supplier semen, pasir, dan kerikil pada PT. Hakaaston pada
penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 2.4. Daftar supplier semen, pasir, dan kerikil pada PT. Hakaaston
No. Material Supplier
1. Semen a. Semen Andalas
b. Semen Merah Putih
2. Pasir (agregat halus) a. Sirun Limbong
b. Lazuardi
3. Kerikil (agregat kasar) a. Sirun Limbong
b. Lazuardi
Sumber : PT. Hakaaston

2.7. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu yang digunakan sebagai referensi penunjang di dalam


penulisan proposal ini di buat sebagai berikut:
Yohanes Krisma Wardhana (Universitas Atma Jaya, 2017) melakukan
penelitian tugas akhir tentang “Analisis Kontrol Pengadaan Material Beton Ready
Mix Pada Proyek Konstruksi Di Yogyakarta”. Dari penelitiannya dapat
disimpulkan bahwa: Hasil analisis pada variabel terkait kontrol terhadap proses
pengadaan beton ready mix yang paling perlu dilakukan adalah bentuk informasi
untuk pembelian atau pemesanan beton ready mix dengan kriteria pengiriman
bahan yang tepat waktu. Untuk variabel faktor-faktor pemilihan supplier, dari data
rekapitulasi dan hasil ranking yang didapat diperoleh bahwa faktor-faktor yang
menjadi penentu utama dalam pemilihan supplier menurut responden adalah
ketepatan pesanan, waktu pengiriman, serta pelayanan/service. Untuk hasil
analisis terkait kontrol terhadap aspek resiko dan hambatan yang paling mungkin
terjadi adalah pada aliran material dengan kriteria resiko keterlambatan
pengiriman oleh supplier kepada pihak kontraktor.

28

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Steven, Richard Ch Ali dan Ratna Setiawardani Alifen (Universitas
Kristen Petra, 2017) melakukan penelitian tugas akhir tentang “Studi Penerapan
Manajemen Rantai Pasok Pengadaan Material Proyek Konstruksi”. Dari
penelitiannya dapat disimpulkan bahwa pada penerapan manajemen rantai pasok
dalam pengadaan material proyek konstruksi sudah dijalankan oleh sebagian besar
kontraktor untuk menjaga kelancaran aliran material ke lapangan. Kontraktor
membina hubungan baik dengan supplier material dan selalu mengutamakan
pertukaran informasi dan koordinasi dengan supplier. Kebijakan inventarisasi
kontraktor juga tidak kaku sehingga mampu menyesuaikan dengan situasi dan
kondisi yang ada. Sehingga dapat disimpulkan bahwa entah para kontraktor
menyadari atau tidak, mereka telah menerapkan rantai pasok dalam industry
konstruksi. Sementara itu, untuk tantangan dalam penerapannya, kompleksitas
menjadi hal yang dianggap sebagai tantangan oleh sebgian besar kontraktor serta
keberadaan banyak pihak dalam proses pengadaan material dan kepentingan
masing-masing menjadi tantangan bagi sebuah rantai pasok.
Regina Suharto dan Devie (Universitas Kristen Petra, 2013) melakukan
penelitian tugas akhir tentang “Analisa Pengaruh Supply Chain Management
terhadap Keunggulan Bersaing dan Kinerja Perusahaan”. Dari penelitiannya dapat
disimpulkan bahwa: 1) Terdapat pengaruh signifikan dan positif antara supply
chain management terhadap keunggulan bersaing. Penerapan supply chain
management pada perusahaan manufaktur di Surabaya yang baik akan mampu
meningkatkan keunggulan bersaing yang dimiliki oleh perusahaan. 2) Penerapan
supply chain management yang baik akan mampu meningkatkan kinerja
perusahaan, baik dari kinerja keuangan maupun operasionalnya. 3) Keunggulan
bersaing perusahaan yang meningkat akan mampu meningkatkan kinerja
perusahaan pula.

29

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Gambar 3.2. Lokasi perusahaan PT. Hakaaston unit produksi Binjai
(Sumber : Google Earth, 2019)

3.2. Pemilihan Strategi Penelitian

Pada penelitian ini strategi penelitian yang digunakan untuk melakukan


penelitian Tugas Akhir ini adalah survei dan studi kasus.

3.3. Populasi dan Sampel

Dalam suatu penelitian, mengamati seluruh individu dalam suatu populasi


termasuk sulit untuk dilakukan. Hal ini dikarenakan jumlah populasi yang amat
besar, cakupan wilayah penelitian yang cukup luas, atau keterbatasan biaya
penelitian. Untuk itu, kebanyakan penelitian menggunakan sampel. Sampel adalah
bagian dari populasi yang digunakan untuk menyimpulkan atau menggambarkan
populasi. Pemilihan sampel dengan metode yang tepat dapat menggambarkan
kondisi populasi sesungguhnya yang akurat, dan dapat menghemat biaya
penelitian secara efektif.
Dalam penelitian ini, responden yang ditetapkan sebagai sampel adalah
orang-orang yang dianggap berkompeten, paling memahami aktivitas supply
chain material beton secara keseluruhan sesuai dengan bidangnya, yaitu
responden yang bekerja di PT. Hakaaston dan perusahaan supplier semen, pasir
dan kerikil.

31

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Responden yang diminta untuk terlibat dalam pengisian kuesioner untuk
perusahaan PT. Hakaaston antara lain: Kepala Unit Produksi, Kepala Divisi
Pengendalian, Staff Logistik, Kepala Divisi Keuangan, Kepala Divisi Produksi,
Staff Peralatan, Staff Pelaksana Produksi dan untuk responden perusahaan supplier
semen, pasir dan kerikil adalah staff bagian Marketing/Pemasaran.

Semen Andalas
(PT. Lafarge Cement Indonesia)
Supplier
semen
Semen Merah Putih
(PT. Cemindo Gemilang)

PT. Hakaaston
Stone Crusher
(Sirun Limbong)
Supplier pasir
dan kerikil
Stone Crusher
(Lazuardi)

Gambar 3.3. Rantai pasok material Beton pada PT. Hakaaston

3.4. Variabel Penelitian

Dari pengkajian studi literatur didapatkan variabel-variabel yang biasanya


terjadi dalam supply chain material beton pada perusahaan batching plant, yang
nantinya akan dijadikan sebagai identifikasi awal pada kuesioner survei
pendahuluan yang akan disebarkan. Variabel-variabel tersebut dikelompokkan
dalam 3 bagian yaitu aliran material (produk), aliran informasi, dan aliran
finansial (keuangan).
Variabel penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi penerapan supply
chain material beton (semen, pasir, dan kerikil) dalam sudut pandang (persepsi)
yang berbeda dari tiap pelaku, yaitu:

32

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


a. Persepsi PT. Hakaaston sebagai perusahaan batching plant terhadap
supplier semen, pasir dan kerikil.
b. Persepsi para perusahaan semen, pasir dan kerikil sebagai supplier
material beton terhadap PT. Hakaaston.

3.5. Instrumen Penelitian

Instrumen adalah semua alat bantu yang digunakan oleh peneliti untuk
mengumpulkan, menganalisa dan menyajikan data-data secara sistematis dan
objektif sehingga data-data tersebut dapat membantu dalam menjawab rumusan
masalah. Instrumen yang digunakan pada penelitian ini terdiri dari:
a. Literatur atau referensi pendukung
Adapun literatur atau referensi yang dibutuhkan pada penyusunan
penelitian ini diantaranya adalah jurnal penelitian dan buku literatur.
b. Kuesioner
Kuesioner dalam penelitian ini merupakan instrumen yang disusun
peneliti berdasarkan standar supply chain dan penelitian yang telah
dilakukan oleh peneliti Cynthia Tirza Christanti dan Awal Febri
Romadhon dengan tujuan memperoleh informasi dari responden yang
memahami dan mengerti tentang proses supply chain material beton
yang dikaji secara langsung melalui proses komunikasi atau dengan
mengajukan pertanyaan. Kuesioner dapat dilihat pada Lampiran.

3.6. Metode Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah cara-cara yang digunakan untuk


mengumpulkan data. Data adalah fakta atau fenomena yang sifatnya mentah atau
belum dianalisis, seperti angka, nama, keterangan dan sebagainya. Dalam
penelitian ini diperlukan angket kuesioner dan data penelitian untuk mendukung
keakuratan hasil penelitian ini.

33

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


3.6.1. Angket Kuesioner

Angket kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang berisikan


poin-poin pernyataan yang nantinya akan diberikan kepada responden. Kuesioner
tersebut lalu diisi oleh responden dari pihak perusahaan maupun pihak supplier
semen, pasir dan kerikil sesuai dengan persepsi masing-masing individu. Tahap
penyebaran kuesioner pada penelitian ini dibagi menjadi dua, yaitu survei
pendahuluan dan survei utama.

3.6.1.1. Survei Pendahuluan


Survei pendahuluan ini bertujuan untuk mendapatkan variabel yang
relevan dari variabel yang telah disusun oleh penulis dari studi literatur dan
penelitian sebelumnya. Pengisian variabel yang dianggap relevan menggunakan
skala Guttman. Skala pengukuran dengan tipe ini akan didapat jawaban yang
tegas. Data yang diperoleh dapat berupa data interval atau rasio di khotomi (dua
alternatif). Pada penelitian ini dua alternatif pilihan yaitu “relevan – tidak
relevan”. Responden dapat menambahkan masukan variabel baru bila memang
variabel tersebut pernah terjadi di lapangan. Survei pendahuluan ini dilakukan
dengan cara membagikan kuesioner kepada responden yang bekerja di perusahaan
batching plant dan memahami proses rantai pasok material beton.

3.6.1.2. Survei Utama


Survei utama bertujuan untuk memperoleh data yaitu berupa penilaian
persepsi terhadap variabel yang telah di validasi oleh responden di tahap survei
pendahuluan. Pernyataan mengenai penerapan supply chain dilakukan
mengunakan sistem penilaian yang mengadopsi skala Likert. Skala Likert
digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau
sekelompok orang mengenai suatu permasalahan. Dengan skala Likert, maka
variabel yang akan diukur dapat dijabarkan menjadi indikator variabel. Kemudian
indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun variabel instrumen
yang dapat berupa pernyataan atau pertanyaan. Jenis skala Likert (dari 1-4).

34

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Tabel 3.1. Tabel skala penilaian

Alternatif Jawaban Skor Skala


No.

Sangat Baik (SB) 4 75.1%-100%


1.

Baik (B) 3 50.1%-75%


2.

Kurang Baik (KB) 2 25.1%-50%


3.

Tidak Baik (TB) 1 0%-25%


4.

3.6.2. Data Penelitian

Adapun metode atau teknik pengumpulan data yang dilakukan peneliti


untuk mendapatkan data-data penelitian. Data pada penelitian ini merupakan
berupa fakta yang sudah ditulis dalam bentuk catatan atau direkam dalam media.
Jenis data pada penelitian ini dibagi menjadi dua bagian yaitu data primer dan data
sekunder.

3.6.2.1. Data Primer


Data primer merupakan data yang dikumpulkan dan diolah sendiri oleh
peneliti langsung dari objek penelitian dengan cara:
1. Pengamatan langsung
Peneliti melakukan pengukuran langsung pada objek penelitian yaitu PT.
Hakaaston untuk mengetahui penerapan supply chain material beton pada
perusahaan yang perlu diamati dengan baik sesuai dengan kriteria yang
ada di kuesioner.
2. Wawancara dan Kuesioner
Dalam penelitian ini responden yang diwawancarai adalah staff dari PT.
Hakaaston dan staff dari supplier material beton. Wawancara dilakukan
dengan tujuan untuk memastikan hasil dari kuesioner yang telah diisi
sebelumnya oleh responden tersebut, serta mengetahui kendala penerapan
supply chain dari para supplier material beton.

35

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


3.6.2.2. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data yang diperoleh dalam bentuk yang sudah
jadi, sudah dikumpulkan dan diolah serta sudah dipublikasikan oleh pihak lain.
Data sekunder pada penelitian ini meliputi data umum tentang profil perusahaan
PT. Hakaaston, data perusahaan supplier yang bekerja sama dengan perusahaan
PT. Hakaaston, data identitas responden yang dibutuhkan dalam penelitian ini
termasuk data pendukung pelengkap data primer.

3.7. Metode Analisis Data

Setelah seluruh data diperoleh dari responden, selanjutnya peneliti


melakukan olah data dengan analisis data sebagai berikut:

3.7.1. Analisis Deskriptif

Menurut Sugiyono (2007) analisis deskriptif adalah statistik yang


digunakan untuk menganalisa data dengan cara mendeskripsikan atau
menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud
membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi. Analisis
deskriptif bertujuan mengubah kumpulan data mentah menjadi mudah dipahami
dalam bentuk informasi yang lebih ringkas.
Pada penelitian ini, untuk mengetahui bagaimana penerapan supply chain
pada PT. Hakaaston ditentukan dari hasil nilai semua persepsi staff yang bekerja
di perusahaan tersebut beserta para supplier material beton pada perusahaan
tersebut. Untuk itu nilai ini bisa diwakili dengan menggunakan metode mean.
- Mean
Mean didefinisikan sebagai nilai rata-rata dari hasil observasi terhadap
suatu variabel dan merupakan jumlah dari seluruh hasil observasi dibagi dengan
jumlah observasinya. Mean dapat dirumuskan sebagai berikut:
Keterangan:

Me = Nilai rata-rata
Me = ∑ = Jumlah
= Nilai x ke i sampai ke n
n = Jumlah data kuesioner yang didapat

36

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


3.8. Flowchart Penelitian

Mulai

Analisis Penerapan Supply Chain Material


Beton Pada Perusahaan Batching Plant

Studi Literatur

Pemilihan Strategi Penelitian

Penyusunan Instrumen Penelitian

Survei Pendahuluan Penelitian

Pengumpulan Data

Data Primer Data Sekunder

- Observasi - Data profil PT. Hakaaston


- Pengamatan melalui kuesioner - Data perusahaan supplier yang
- Wawancara bekerja sama dengan
PT. Hakaaston

Pengolahan dan Analisis Data


menggunakan Metode Mean

Hasil Penelitian

Kesimpulan & Saran

Selesai

Gambar 3.4. Diagram Alir Penelitian

37

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Umum

Dalam memperoleh data untuk penelitian tentang penerapan supply chain


material beton pada perusahaan batching plant ini dilakukan dengan membagikan
kuesioner kepada responden kepada PT. Hakaaston serta para supplier semen,
pasir dan kerikil pada perusahaan ini. Dapat dilihat pada gambar berikut.

Semen Andalas
(PT. Lafarge Cement Indonesia)
Supplier
semen
Semen Merah Putih
(PT. Cemindo Gemilang)

PT. Hakaaston
Stone Crusher
(Sirun Limbong)
Supplier pasir
dan kerikil
Stone Crusher
(Lazuardi)

Gambar 4.1. Rantai pasok material beton pada PT. Hakaaston

4.2. Identifikasi Variabel

Untuk Identifikasi variabel dilakukan survei pendahuluan agar peneliti


dapat mengetahui variabel yang relevan dengan yang ada di lapangan, dimana
variabel yang akan dinilai pada penelitian ini bersumber dari studi literatur.
Responden diminta untuk mengisi survei pendahuluan dengan cara mencentang
pada kolom relevan atau tidak relevan untuk setiap variabel yang diberikan.
Responden dapat menambahkan varibel yang dianggap juga sering terjadi dalam
aktivitas rantai pasok pada proyek konstruksi.

38

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Dalam hal ini keterangan relevan adalah variabel tersebut pernah terjadi
atau mungkin akan terjadi diwaktu yang akan datang, sedangkan keterangan tidak
relevan adalah variabel tersebut tidak pernah terjadi atau tidak mungkin terjadi
diwaktu yang akan datang pada supply chain material beton.
Hasil pada survei pendahuluan dalam penelitian ini telah diperoleh
sebanyak 6 kuesioner dari responden yang ditujukan kepada staff yang bekerja di
perusahaan batching plant dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 4.1. Hasil identifikasi variabel

No. Tidak
Variabel Relevan Total Ket.
Angket Relevan
Material Semen
Kelancaran pengiriman
1 6 0 6 relevan
semen
Penanganan semen saat tiba
2 6 0 6 relevan
di perusahaan
Pencatatan semen yang
3 6 0 6 relevan
keluar masuk gudang
Kecukupan semen pada saat
4 6 0 6 relevan
pengadaan material
Ketepatan waktu supplier
5 6 0 6 relevan
dalam pengiriman semen
Penanganan supplier jika ada
6 barang yang tidak sesuai 6 0 6 relevan
pesanan
Pelayanan supplier jika ada
7 6 0 6 relevan
pesanan secara mendadak
Kecepatan supplier dalam
8 6 0 6 relevan
merespon permintaan
Supplier memberi informasi
9 4 2 6 relevan
terbaru tentang semen
Komunikasi untuk
10 pengadaan dan perubahan 6 0 6 relevan
harga semen
Komunikasi untuk
11 pengadaan dan perubahan 6 0 6 relevan
jumlah semen
Komunikasi kendala selama
12 6 0 6 relevan
pengiriman semen
Kelancaran pembayaran oleh
13 6 0 6 relevan
pihak perusahaan
Penetapan harga dan
14 6 0 6 relevan
kesepakatan pembayaran

39

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Pembayaran secara teratur
15 6 0 6 relevan
kepada supplier
Material Pasir
1 Kelancaran pengiriman pasir 6 0 6 relevan
Penanganan pasir saat tiba di
2 6 0 6 relevan
perusahaan
Pencatatan pasir yang keluar
3 6 0 6 relevan
masuk gudang
Kecukupan pasir pada saat
4 6 0 6 relevan
pengadaan material
Ketepatan waktu supplier
5 6 0 6 relevan
dalam pengiriman pasir
Penanganan supplier jika ada
6 barang yang tidak sesuai 6 0 6 relevan
pesanan
Pelayanan supplier jika ada
7 6 0 6 relevan
pesanan secara mendadak
Kecepatan supplier dalam
8 6 0 6 relevan
merespon permintaan
Supplier memberi informasi
9 5 1 6 relevan
terbaru tentang pasir
Komunikasi untuk
10 pengadaan dan perubahan 6 0 6 relevan
harga pasir
Komunikasi untuk
11 pengadaan dan perubahan 6 0 6 relevan
jumlah pasir
Komunikasi kendala selama
12 6 0 6 relevan
pengiriman pasir
Kelancaran pembayaran oleh
13 6 0 6 relevan
pihak perusahaan
Penetapan harga dan
14 6 0 6 relevan
kesepakatan pembayaran
Pembayaran secara teratur
15 6 0 6 relevan
kepada supplier
Material Kerikil
Kelancaran pengiriman
1 6 0 6 relevan
kerikil
Penanganan kerikil saat tiba
2 6 0 6 relevan
di perusahaan
Pencatatan kerikil yang
3 6 0 6 relevan
keluar masuk gudang
Kecukupan kerikil pada saat
4 6 0 6 relevan
pengadaan material
Ketepatan waktu supplier
5 6 0 6 relevan
dalam pengiriman kerikil

40

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Penanganan supplier jika ada
6 barang yang tidak sesuai 6 0 6 relevan
pesanan
Pelayanan supplier jika ada
7 6 0 6 relevan
pesanan secara mendadak
Kecepatan supplier dalam
8 6 0 6 relevan
merespon permintaan
Supplier memberi informasi
9 5 1 6 relevan
terbaru tentang kerikil
Komunikasi untuk
10 pengadaan dan perubahan 6 0 6 relevan
harga kerikil
Komunikasi untuk
11 pengadaan dan perubahan 6 0 6 relevan
jumlah kerikil
Komunikasi kendala selama
12 6 0 6 relevan
pengiriman kerikil
Kelancaran pembayaran oleh
13 6 0 6 relevan
pihak perusahaan
Penetapan harga dan
14 6 0 6 relevan
kesepakatan pembayaran
Pembayaran secara teratur
15 6 0 6 relevan
kepada supplier

Hasil dari identifikasi variabel yang telah dilakukan mendapatkan 15


variabel yang relevan pada masing-masing material semen, pasir dan kerikil.
Setelah mendapatkan identifikasi variabel yang relevan, maka dilakukan survei
kuesioner kedua yaitu kepada responden utama pada PT. Hakaaston dan kepada
supplier material beton (semen, pasir dan kerikil).

41

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


4.3. Analisis Penerapan Supply Chain Material Beton Pada Perusahaan

4.3.1. Gambaran Umum Proses Supply Chain Pada Perusahaan

Pada penelitian ini ditambahkan kuesioner proses supply chain material


beton yang berfungsi untuk melengkapi atau menjadi data pendukung penerapan
supply chain agar dapat diketahui proses dari rantai pasok pada PT. Hakaaston
tersebut. Untuk kuesioner proses supply chain diwakili satu responden saja yaitu
kepada Kepala Divisi Pengendalian dan didukung oleh hasil wawancara.
Berdasarkan hasil jawaban didapatkan tiga proses dalam supply chain
material beton yaitu yang pertama adalah proses pemesanan, kedua adalah proses
pembayaran dan yang ketiga adalah proses pengiriman material beton. Berikut ini
adalah gambaran secara umum proses supply chain yang dapat terjadi.
1. Material Semen
a. Proses pemesanan supply chain material semen
Bagian logistik perusahaan melakukan pemesanan semen dengan cara
menghubungi supplier semen melalui SMS/telepon kepada bagian
gudang pemasok material semen sesuai dengan yang dibutuhkan.
b. Proses pembayaran supply chain material semen
Bagian logistik perusahaan membayar dengan cara fasilitas SKBDN
dan SCF kepada bagian gudang supplier semen.
c. Proses pengiriman supply chain material semen
Pengiriman semen sampai ke perusahaan berlangsung dalam 1 hari
dikarenakan supplier semen berlokasi yang sama dengan perusahaan.
Pengiriman semen biasanya menggunakan transportasi mobil/truk
tangki semen. Pada saat semen sampai di perusahaan, pekerja dari
pihak supplier semen mengangkut semen ke gudang penyimpanan
perusahaan yang dalam sekali pengiriman dapat berjumlah ± 150 ton.
Jika ada kelebihan atau sisa semen yang tidak digunakan maka sisanya
dimasukkan ke kartu gudang.
2. Material Pasir
a. Proses pemesanan supply chain material pasir

42

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Bagian logistik perusahaan melakukan pemesanan pasir dengan cara
menghubungi supplier pasir melalui SMS/telepon kepada
owner/pemilik pemasok material pasir sesuai dengan yang dibutuhkan.
b. Proses pembayaran supply chain material pasir
Bagian logistik perusahaan membayar dengan cara fasilitas SKBDN
dan SCF kepada kepada owner/pemilik supplier pasir.
c. Proses pengiriman supply chain material pasir
Pengiriman pasir sampai ke perusahaan berlangsung dalam 1 hari
walaupun lokasi supplier dan perusahaan tergolong jauh. Pengiriman
material pasir menggunakan transportasi truk. Pada saat pasir sampai
di perusahaan, pekerja dari pihak supplier pasir mengangkut pasir ke
gudang penyimpanan perusahaan yang dalam sekali pengiriman dapat
berjumlah ± 400 ton. Jika ada kelebihan atau sisa pasir yang tidak
digunakan maka sisanya dimasukkan ke kartu gudang.
3. Material kerikil
a. Proses pemesanan supply chain material kerikil
Bagian logistik perusahaan melakukan pemesanan kerikil dengan cara
menghubungi supplier kerikil melalui SMS/telepon kepada kepada
owner/pemilik pemasok material kerikil sesuai dengan yang
dibutuhkan.
b. Proses pembayaran supply chain material kerikil
Bagian logistik perusahaan membayar dengan cara fasilitas SKBDN
dan SCF kepada kepada owner/pemilik supplier kerikil.
c. Proses pengiriman supply chain material kerikil
Pengiriman kerikil sampai ke perusahaan berlangsung dalam 1 hari
walaupun lokasi supplier dan perusahaan tergolong jauh. Pengiriman
material kerikil menggunakan transportasi truk. Pada saat kerikil
sampai di perusahaan, pekerja dari pihak supplier kerikil mengangkut
kerikil ke gudang penyimpanan perusahaan yang dalam sekali
pengiriman dapat berjumlah ± 700 ton. Jika ada kelebihan atau sisa
kerikil yang tidak digunakan maka sisanya dimasukkan ke kartu
gudang.

43

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


4.3.2. Analisis Mean Penerapan Supply Chain Material Beton Pada
Perusahaan

Penerapan supply chain material beton (semen, pasir dan kerikil) dibagi
menjadi tiga kelompok variabel yaitu aliran material/produk (7 aktivitas), aliran
informasi (5 aktivitas), dan aliran finansial/keuangan (3 aktivitas). Variabel
tersebut dianalisis berdasarkan dua persepsi (sudut pandang) yaitu persepsi
perusahaan dan persepsi para supplier material beton.
Responden diminta untuk memberi penilaian dengan skala 1 (satu) sampai
dengan 4 (empat) untuk kedua persepsi tersebut. Untuk mendapatkan hasil
penerapan supply chain pada penelitian ini, dapat dilihat contoh perhitungan
berikut:

Tabel 4.2. Tabel contoh hasil kuesioner


Frekuensi bobot
Aktivitas
No. jawaban Skala
Mean %
Angket Aliran Produk Penilaian
1 2 3 4
Material Semen
Penanganan semen 89.2
2 0 0 3 4 3.57 Sangat Baik
saat tiba di perusahaan

Pada aktivitas penanganan semen saat tiba di perusahaan didapatkan hasil


kuesioner yaitu: jawaban tidak baik dengan skor (1) sebanyak 0 responden,
jawaban kurang baik dengan skor (2) sebanyak 0 responden, jawaban baik dengan
skor (3) sebanyak 3 responden, dan jawaban sangat baik dengan skor (4) sebanyak
4 responden. Kemudian untuk mencari rata-rata dari hasil setiap aktivitas
dimasukkan rumus mean sebagai berikut:

Keterangan:

Me = Nilai rata-rata
Me = ∑ = Jumlah
= Nilai x ke i sampai ke n
n = Jumlah data kuesioner yang didapat

44

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Maka, didapatkan hasil sebagai berikut:

( ) ( ) ( ) ( )
Me =

Untuk mendapatkan hasil skala penilaiannya, pada penelitian ini


digunakan jenis skala Likert (dari 1-4) berdasarkan tabel 3.1.

Tabel skala penilaian


Skala
Alternatif Jawaban Skor
No. Persentase (%)
Sangat Baik (SB) 4 75.1%-100%
1.
Baik (B) 3 50.1%-75%
2.
Kurang Baik (KB) 2 25.1%-50%
3.
Tidak Baik (TB) 1 0%-25%
4.

Maka, persentase dari hasil mean 3.57 adalah 89.2%, sehingga


berdasarkan tabel diatas pada aktivitas penanganan semen saat tiba di perusahaan
didapatkan hasil kategori Sangat Baik (SB).

4.3.2.1. Analisis Mean berdasarkan persepsi perusahaan

Hasil dari kuesioner berdasarkan persepsi perusahaan dalam penelitian ini


telah diperoleh sebanyak 7 (tujuh) kuesioner dari responden yang ditujukan
kepada staff yang bekerja di PT. Hakaaston.

4.3.2.1.1. Material semen


1. Aliran material/produk
Berikut ini hasil dari pengolahan data aliran material/produk untuk
material semen.

Tabel 4.3. Hasil dari pengolahan data aliran material/produk material semen
berdasarkan persepsi perusahaan
No. Skala
Aktivitas Mean %
Angket Penilaian

45

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


1 Kelancaran pengiriman semen 3.00 75.00 Baik
Penanganan semen saat tiba di
2 3.57 89.29 Sangat Baik
perusahaan
Pencatatan semen yang keluar masuk
3 3.57 89.29 Sangat Baik
gudang
Kecukupan semen pada saat pengadaan
4 3.00 75.00 Baik
material
Ketepatan waktu supplier dalam
5 2.28 57.14 Baik
pengiriman semen
Penanganan supplier jika ada barang
6 3.00 75.00 Baik
yang tidak sesuai pesanan
Pelayanan supplier jika ada pesanan
7 2.28 57.14 Baik
secara mendadak

Berdasarkan hasil analisis mean aliran material/produk untuk material


semen diperoleh kesimpulan bahwa kelancaran pengiriman semen dengan nilai
mean 3.00 tergolong dalam kategori baik, penanganan semen saat tiba di
perusahaan dengan nilai mean 3.57 tergolong dalam kategori sangat baik,
pencatatan semen yang keluar masuk gudang dengan nilai mean 3.57 tergolong
dalam kategori sangat baik, kecukupan semen pada saat pengadaan material
dengan nilai mean 3.00 tergolong dalam kategori baik, ketepatan waktu supplier
dalam pengiriman semen dengan nilai mean 2.28 tergolong dalam kategori baik,
penanganan supplier jika ada barang yang tidak sesuai pesanan dengan nilai mean
3.00 tergolong dalam kategori baik, pelayanan supplier jika ada pesanan secara
mendadak dengan nilai mean 2.28 tergolong dalam kategori baik.
Hal ini didukung oleh hasil wawancara kepada responden bahwa
kelancaran pengiriman semen ke perusahaan oleh supplier berjalan dengan lancar
dimana semen ditangani dengan sangat baik pada saat tiba di perusahaan, di mulai
dengan proses pencatatan keluar masuknya semen ke gudang yang sangat baik,
stok semen yang tersedia di gudang supplier semen selalu mencukupi permintaan
perusahaan saat dilakukannya proses pemesanan. Bukan hanya itu, pengiriman
semen oleh supplier dilakukan tepat waktu tanpa sering terjadinya keterlambatan.
Hal ini didukung oleh perusahaan dan supplier semen berada pada lokasi yang
sama. Apabila ada material semen yang tidak sesuai pesanan dan ada permintaan
secara mendadak maka supplier mampu melayaninya dengan baik.

46

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2. Aliran informasi
Berikut ini hasil dari pengolahan data aliran informasi untuk material
semen.

Tabel 4.4. Hasil dari pengolahan data aliran informasi material semen
berdasarkan persepsi perusahaan
No. Skala
Aktivitas Mean %
Angket Penilaian
Kecepatan supplier dalam merespon
8 2.86 71.43 Baik
permintaan
Supplier memberi informasi terbaru
9 2.71 67.86 Baik
tentang semen
Komunikasi untuk pengadaan dan
10 3.00 75.00 Baik
perubahan harga semen
Komunikasi untuk pengadaan dan
11 3.00 75.00 Baik
perubahan jumlah semen
Komunikasi kendala selama
12 3.00 75.00 Baik
pengiriman semen

Berdasarkan hasil analisis mean aliran informasi untuk material semen


diperoleh kesimpulan bahwa kecepatan supplier dalam merespon permintaan
dengan nilai mean 2.86 tergolong dalam kategori baik, supplier memberi
informasi terbaru tentang semen dengan nilai mean 2.71 tergolong dalam kategori
baik, komunikasi untuk pengadaan dan perubahan harga semen dengan nilai mean
3.00 tergolong dalam kategori baik, komunikasi untuk pengadaan dan perubahan
jumlah semen dengan nilai mean 3.00 tergolong dalam kategori baik, komunikasi
kendala selama pengiriman semen dengan nilai mean 3.00 tergolong dalam
kategori baik.
Hal ini didukung oleh hasil wawancara kepada responden bahwa pada
saat dilakukannya pemesanan semen oleh perusahaan maka supplier merespon
dan memproses pengadaan semen dengan baik. Selain itu, supplier semen juga
selalu memberikan informasi terbaru mengenai harga, mutu, kualitas dan kuantitas
semen kepada pihak perusahaan. Supplier semen dan perusahaan juga selalu
melakukan komunikasi dengan baik terkait pengadaan, perubahan harga dan
jumlah semen, dan juga komunikasi apabila terjadi kendala pada saat
dilakukannya pengiriman semen oleh pihak supplier.

47

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


3. Aliran finansial/keuangan
Berikut ini hasil dari pengolahan data aliran finansial/keuangan untuk
material semen.

Tabel 4.5. Hasil dari pengolahan data aliran finansial/keuangan material semen
berdasarkan persepsi perusahaan
No. Skala
Aktivitas Mean %
Angket Penilaian
Kelancaran pembayaran oleh pihak
13 2.00 50.00 Kurang Baik
perusahaan
Penetapan harga dan kesepakatan
14 3.00 75.00 Baik
pembayaran
Pembayaran secara teratur kepada
15 1.86 46.43 Kurang Baik
supplier

Berdasarkan hasil analisis mean aliran finansial/keuangan untuk


material semen diperoleh kesimpulan bahwa kelancaran pembayaran oleh pihak
perusahaan dengan nilai mean 2.00 tergolong dalam kategori kurang baik,
penetapan harga dan kesepakatan pembayaran dengan nilai mean 3.00 tergolong
dalam kategori baik, pembayaran secara teratur kepada supplier dengan nilai
mean 1.86 tergolong dalam kategori kurang baik.
Hal ini didukung oleh hasil wawancara kepada responden bahwa
kelancaran pembayaran dari pihak perusahaan kepada supplier semen tergolong
kurang baik karena masih sering terjadinya keterlambatan pembayaran yang
disebabkan oleh kurang lancarnya pengiriman dana dari perusahaan pusat PT.
Hakaaston ke cabang Binjai pada penelitian ini. Akan tetapi untuk penetapan
harga dari material semen dan kesepakatan pembayaran antar kedua belah pihak
dilakukan dengan baik.

48

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


4.3.2.1.2. Material pasir dan kerikil
1. Aliran material/produk
Untuk hasil material pasir dan kerikil digabungkan karena berasal dari
supplier yang sama. Tetapi untuk pernyataan aktivitas poin 5 (lima) dipisahkan
untuk pasir (5a) dan kerikil (5b) karena hasilnya berbeda. Berikut ini hasil dari
pengolahan data aliran material/produk untuk material pasir dan kerikil.

Tabel 4.6. Hasil dari pengolahan data aliran material/produk material pasir dan
kerikil berdasarkan persepsi perusahaan
No. Skala
Aktivitas Mean %
Angket Penilaian
1 Kelancaran pengiriman pasir 2.71 67.86 Baik
Penanganan pasir dan kerikil saat tiba
2 3.00 75.00 Baik
di perusahaan
Pencatatan pasir dan kerikil yang
3 3.71 92.86 Sangat Baik
keluar masuk gudang
Kecukupan pasir dan kerikil pada saat
4 2.86 71.43 Baik
pengadaan material
Ketepatan waktu supplier dalam
5a 2.71 67.86 Baik
pengiriman pasir
Ketepatan waktu supplier dalam Kurang
5b 1.86 46.43
pengiriman kerikil Baik
Penanganan supplier jika ada barang
6 2.86 71.43 Baik
yang tidak sesuai pesanan
Pelayanan supplier jika ada pesanan
7 2.00 50.00 Baik
secara mendadak

Berdasarkan hasil analisis mean aliran material/produk untuk material


pasir dan kerikil diperoleh kesimpulan bahwa kelancaran pengiriman pasir dan
kerikil dengan nilai mean 2.71 tergolong dalam kategori baik, penanganan pasir
dan kerikil saat tiba di perusahaan dengan nilai mean 3.00 tergolong dalam
kategori baik, pencatatan pasir dan kerikil yang keluar masuk gudang dengan nilai
mean 3.71 tergolong dalam kategori sangat baik, kecukupan pasir dan kerikil pada
saat pengadaan material dengan nilai mean 2.86 tergolong dalam kategori baik,
ketepatan waktu supplier dalam pengiriman pasir dengan nilai mean 2.71
tergolong dalam kategori baik, ketepatan waktu supplier dalam pengiriman kerikil

49

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


dengan nilai mean 1.86 tergolong dalam kategori kurang baik, penanganan
supplier jika ada barang yang tidak sesuai pesanan dengan nilai mean 2.86
tergolong dalam kategori baik, pelayanan supplier jika ada pesanan secara
mendadak dengan nilai mean 2.00 tergolong dalam kategori baik.
Hal ini didukung oleh hasil wawancara kepada responden bahwa
kelancaran pengiriman pasir dan kerikil ke perusahaan oleh supplier berjalan
dengan lancar dimana pasir dan kerikil ditangani dengan baik pada saat tiba di
perusahaan di mulai dengan proses pencatatan keluar masuknya pasir dan kerikil
ke gudang yang sangat baik, stok pasir dan kerikil yang tersedia di gudang
supplier pasir dan kerikil selalu mencukupi permintaan perusahaan saat
dilakukannya proses pemesanan. Untuk pengiriman pasir dilakukan dengan
walaupun lokasi suppliernya tergolong jauh, akan tetapi untuk pengiriman kerikil
sendiri dikatakan kurang baik karena sering mengalami keterlambatan. Apabila
ada material pasir dan kerikil yang tidak sesuai pesanan dan ada permintaan
secara mendadak maka supplier mampu melayaninya dengan cukup baik.

2. Aliran informasi
Berikut ini hasil dari pengolahan data aliran informasi untuk material
pasir dan kerikil.

Tabel 4.7. Hasil dari pengolahan data aliran informasi material pasir dan kerikil
berdasarkan persepsi perusahaan
No. Skala
Aktivitas Mean %
Angket Penilaian
Kecepatan supplier dalam merespon
8 2.86 71.43 Baik
permintaan
Supplier memberi informasi terbaru
9 2.86 71.43 Baik
tentang pasir dan kerikil
Komunikasi untuk pengadaan dan
10 3.00 75.00 Baik
perubahan harga pasir dan kerikil
Komunikasi untuk pengadaan dan
11 3.00 75.00 Baik
perubahan jumlah pasir dan kerikil
Komunikasi kendala selama pengiriman
12 3.00 75.00 Baik
pasir dan kerikil

Berdasarkan hasil analisis mean aliran aliran informasi untuk material


pasir dan kerikil diperoleh kesimpulan bahwa kecepatan supplier dalam merespon
permintaan dengan nilai mean 2.86 tergolong dalam kategori baik, supplier

50

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


memberi informasi terbaru tentang pasir dan kerikil dengan nilai mean 2.86
tergolong dalam kategori baik, komunikasi untuk pengadaan dan perubahan harga
pasir dan kerikil dengan nilai mean 3.00 tergolong dalam kategori baik,
komunikasi untuk pengadaan dan perubahan jumlah pasir dan kerikil dengan nilai
mean 3.00 tergolong dalam kategori baik, komunikasi kendala selama pengiriman
pasir dan kerikil dengan nilai mean 3.00 tergolong dalam kategori baik.
Hal ini didukung oleh hasil wawancara kepada responden bahwa pada
saat dilakukannya pemesanan pasir dan kerikil oleh perusahaan maka supplier
merespon dan memproses pengadaan pasir dan kerikil dengan baik. Selain itu,
supplier pasir dan kerikil juga selalu memberikan informasi terbaru mengenai
harga, mutu, kualitas dan kuantitas pasir dan kerikil kepada pihak perusahaan.
Supplier pasir dan kerikil dan perusahaan juga selalu melakukan komunikasi
dengan baik terkait pengadaan, perubahan harga dan jumlah pasir dan kerikil, dan
juga komunikasi yang baik apabila terjadi kendala pada saat dilakukannya
pengiriman pasir dan kerikil oleh pihak supplier.

3. Aliran finansial/keuangan
Berikut ini hasil dari pengolahan data aliran finansial/keuangan untuk
material pasir dan kerikil.

Tabel 4.8. Hasil dari pengolahan data aliran finansial/keuangan material pasir dan
kerikil berdasarkan persepsi perusahaan
No. Skala
Aktivitas Mean %
Angket Penilaian
Kelancaran pembayaran oleh pihak
13 2.00 50.00 Kurang Baik
perusahaan
Penetapan harga dan kesepakatan
14 2.86 71.43 Baik
pembayaran
Pembayaran secara teratur kepada
15 2.00 50.00 Kurang Baik
supplier

Berdasarkan hasil analisis mean aliran finansial/keuangan untuk


material pasir dan kerikil diperoleh kesimpulan bahwa kelancaran pembayaran
oleh pihak perusahaan dengan nilai mean 2.00 tergolong dalam kategori kurang
baik, penetapan harga dan kesepakatan pembayaran dengan nilai mean 2.86

51

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


tergolong dalam kategori baik, pembayaran secara teratur kepada supplier dengan
nilai mean 2.00 tergolong dalam kategori kurang baik.
Hal ini didukung oleh hasil wawancara kepada responden bahwa
kelancaran pembayaran dari pihak perusahaan kepada supplier pasir dan kerikil
tergolong kurang baik karena masih sering terjadinya keterlambatan pembayaran
yang disebabkan oleh kurang lancarnya pengiriman dana dari perusahaan pusat
PT. Hakaaston ke cabang Binjai pada penelitian ini sehingga membuat proses
pembayarannya kurang teratur. Akan tetapi penetapan harga dari material pasir
dan kerikil dan kesepakatan pembayaran antar kedua belah pihak dilakukan
dengan baik.

4.3.2.2. Analisis Mean berdasarkan persepsi supplier


Hasil dari kuesioner berdasarkan persepsi supplier material beton dalam
penelitian ini telah diperoleh sebanyak 2 (dua) kuesioner dari responden yang
ditujukan kepada staff yang bekerja di Semen Andalas, 2 (dua) kuesioner dari
responden yang ditujukan kepada staff yang bekerja di Semen Merah Putih, 2
(dua) kuesioner dari responden yang ditujukan kepada staff yang bekerja di Stone
Crusher (Sirun Limbong), 2 (dua) kuesioner dari responden yang ditujukan
kepada staff yang bekerja di Stone Crusher (Lazuardi).

4.3.2.2.1. Material semen

A. Semen Andalas
1. Aliran material/produk
Berikut ini hasil dari pengolahan data aliran material/produk untuk
material semen.

Tabel 4.9. Hasil dari pengolahan data aliran material/produk material semen
berdasarkan persepsi supplier
No. Skala
Aktivitas Mean %
Angket Penilaian
1 Kelancaran pengiriman semen 3.00 75.00 Baik
Penanganan semen saat tiba di
2 3.00 75.00 Baik
perusahaan
Pencatatan semen yang keluar masuk
3 3.50 87.50 Sangat Baik
gudang

52

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Kecukupan semen pada saat pengadaan
4 2.50 62.50 Baik
material
Ketepatan waktu supplier dalam
5 3.00 75.00 Baik
pengiriman semen
Penanganan supplier jika ada barang
6 3.00 75.00 Baik
yang tidak sesuai pesanan
Pelayanan supplier jika ada pesanan
7 2.50 62.50 Baik
secara mendadak

Berdasarkan hasil analisis mean aliran material/produk untuk material


semen diperoleh kesimpulan bahwa kelancaran pengiriman semen dengan nilai
mean 3.00 tergolong dalam kategori baik, penanganan semen saat tiba di
perusahaan dengan nilai mean 3.00 tergolong dalam kategori baik, pencatatan
semen yang keluar masuk gudang dengan nilai mean 3.50 tergolong dalam
kategori sangat baik, kecukupan semen pada saat pengadaan material dengan nilai
mean 2.50 tergolong dalam kategori kurang baik, ketepatan waktu supplier dalam
pengiriman semen dengan nilai mean 3.00 tergolong dalam kategori baik,
penanganan supplier jika ada barang yang tidak sesuai pesanan dengan nilai mean
3.00 tergolong dalam kategori baik, pelayanan supplier jika ada pesanan secara
mendadak dengan nilai mean 2.50 tergolong dalam kategori baik.

2. Aliran informasi
Berikut ini hasil dari pengolahan data aliran informasi untuk material
semen.

Tabel 4.10. Hasil dari pengolahan data aliran informasi material semen
berdasarkan persepsi supplier
No. Skala
Aktivitas Mean %
Angket Penilaian
Kecepatan supplier dalam merespon
8 3.00 75.00 Baik
permintaan
Supplier memberi informasi terbaru
9 3.00 75.00 Baik
tentang semen
Komunikasi untuk pengadaan dan
10 3.00 75.00 Baik
perubahan harga semen
Komunikasi untuk pengadaan dan
11 3.00 75.00 Baik
perubahan jumlah semen
Komunikasi kendala selama
12 3.00 75.00 Baik
pengiriman semen

53

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Berdasarkan hasil analisis mean aliran aliran informasi untuk material
semen diperoleh kesimpulan bahwa kecepatan supplier dalam merespon
permintaan dengan nilai mean 3.00 tergolong dalam kategori baik, supplier
memberi informasi terbaru tentang semen dengan nilai mean 3.00 tergolong dalam
kategori baik, komunikasi untuk pengadaan dan perubahan harga semen dengan
nilai mean 3.00 tergolong dalam kategori baik, komunikasi untuk pengadaan dan
perubahan jumlah semen dengan nilai mean 3.00 tergolong dalam kategori baik,
komunikasi kendala selama pengiriman semen dengan nilai mean 3.00 tergolong
dalam kategori baik.

3. Aliran finansial/keuangan
Berikut ini hasil dari pengolahan data aliran finansial/keuangan untuk
material semen.

Tabel 4.11. Hasil dari pengolahan data aliran finansial/keuangan material semen
berdasarkan persepsi supplier
No. Skala
Aktivitas Mean %
Angket Penilaian
Kelancaran pembayaran oleh pihak
13 2.00 50.00 Kurang Baik
perusahaan
Penetapan harga dan kesepakatan
14 3.00 75.00 Baik
pembayaran
Pembayaran secara teratur kepada
15 2.50 62.50 Baik
supplier

Berdasarkan hasil analisis mean aliran finansial/keuangan untuk


material semen diperoleh kesimpulan bahwa kelancaran pembayaran oleh pihak
perusahaan dengan nilai mean 2.00 tergolong dalam kategori kurang baik,
penetapan harga dan kesepakatan pembayaran dengan nilai mean 3.00 tergolong
dalam kategori baik, pembayaran secara teratur kepada supplier dengan nilai
mean 2.50 tergolong dalam kategori baik.

Berdasarkan hasil wawancara kepada responden bahwa kelancaran


pembayaran dari pihak perusahaan kepada supplier semen tergolong kurang baik
karena memang masih sering terjadinya keterlambatan pembayaran oleh
perusahaan kepada supplier. Sedangkan untuk pernyataan aktivitas yang lainnya
sudah tergolong baik apalagi Semen Andalas adalah supplier semen yang sudah

54

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


lama menjalin kerja sama dengan PT. Hakaaston, sehingga perusahaan sudah
mempercayai kualitas dari supplier tersebut. Untuk kendala yang dialami Semen
Andalas sendiri hampir tidak ada yang sampai menghambat pengiriman semen ke
PT. Hakaaston. Hanya untuk banyaknya permintaan semen dari perusahaan
batching plant yang lain sering kali membuat Semen Andalas tersebut kesulitan
untuk melayani PT. Hakaaston, apalagi jika ada permintaan yang mendadak dari
perusahaan.

B. Semen Merah Putih


1. Aliran material/produk
Berikut ini hasil dari pengolahan data aliran material/produk untuk
material semen.

Tabel 4.12. Hasil dari pengolahan data aliran material/produk material semen
berdasarkan persepsi supplier
No. Skala
Aktivitas Mean %
Angket Penilaian
1 Kelancaran pengiriman semen 3.00 75.00 Baik
Penanganan semen saat tiba di
2 4.00 100.00 Sangat Baik
perusahaan
Pencatatan semen yang keluar masuk
3 3.00 75.00 Baik
gudang
Kecukupan semen pada saat
4 2.50 62.50 Baik
pengadaan material
Ketepatan waktu supplier dalam
5 2.50 62.50 Baik
pengiriman semen
Penanganan supplier jika ada barang
6 3.00 75.00 Baik
yang tidak sesuai pesanan
Pelayanan supplier jika ada pesanan
7 2.50 62.50 Baik
secara mendadak

Berdasarkan hasil analisis mean aliran material/produk untuk material


semen diperoleh kesimpulan bahwa kelancaran pengiriman semen dengan nilai
mean 3.00 tergolong dalam kategori baik, penanganan semen saat tiba di
perusahaan dengan nilai mean 4.00 tergolong dalam kategori sangat baik,
pencatatan semen yang keluar masuk gudang dengan nilai mean 3.00 tergolong
dalam kategori sangat baik, kecukupan semen pada saat pengadaan material
dengan nilai mean 2.50 tergolong dalam kategori baik, ketepatan waktu supplier

55

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


dalam pengiriman semen dengan nilai mean 2.50 tergolong dalam kategori baik,
penanganan supplier jika ada barang yang tidak sesuai pesanan dengan nilai mean
3.00 tergolong dalam kategori baik, pelayanan supplier jika ada pesanan secara
mendadak dengan nilai mean 2.50 tergolong dalam kategori baik.

2. Aliran informasi
Berikut ini hasil dari pengolahan data aliran informasi untuk material
semen.

Tabel 4.13. Hasil dari pengolahan data aliran informasi material semen
berdasarkan persepsi supplier
No. Skala
Aktivitas Mean %
Angket Penilaian
Kecepatan supplier dalam merespon
8 3.00 75.00 Baik
permintaan
Supplier memberi informasi terbaru
9 2.50 62.50 Baik
tentang semen
Komunikasi untuk pengadaan dan
10 3.00 75.00 Baik
perubahan harga semen
Komunikasi untuk pengadaan dan
11 3.00 75.00 Baik
perubahan jumlah semen
Komunikasi kendala selama
12 3.00 75.00 Baik
pengiriman semen

Berdasarkan hasil analisis mean aliran aliran informasi untuk material


semen diperoleh kesimpulan bahwa kecepatan supplier dalam merespon
permintaan dengan nilai mean 3.00 tergolong dalam kategori baik, supplier
memberi informasi terbaru tentang semen dengan nilai mean 2.50 tergolong dalam
kategori baik, komunikasi untuk pengadaan dan perubahan harga semen dengan
nilai mean 3.00 tergolong dalam kategori baik, komunikasi untuk pengadaan dan
perubahan jumlah semen dengan nilai mean 3.00 tergolong dalam kategori baik,
komunikasi kendala selama pengiriman semen dengan nilai mean 3.00 tergolong
dalam kategori baik.

56

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


3. Aliran finansial/keuangan
Berikut ini hasil dari pengolahan data aliran finansial/keuangan untuk
material semen.

Tabel 4.14. Hasil dari pengolahan data aliran finansial/keuangan material semen
berdasarkan persepsi supplier
No. Skala
Aktivitas Mean %
Angket Penilaian
Kelancaran pembayaran oleh pihak
13 2.50 62.50 Baik
perusahaan
Penetapan harga dan kesepakatan
14 3.00 75.00 Baik
pembayaran
Pembayaran secara teratur kepada
15 2.50 62.50 Baik
supplier

Berdasarkan hasil analisis mean aliran finansial/keuangan untuk


material semen diperoleh kesimpulan bahwa kelancaran pembayaran oleh pihak
perusahaan dengan nilai mean 2.50 tergolong dalam kategori baik, penetapan
harga dan kesepakatan pembayaran dengan nilai mean 3.00 tergolong dalam
kategori baik, pembayaran secara teratur kepada supplier dengan nilai mean 2.50
tergolong dalam kategori baik.

Berdasarkan hasil wawancara kepada responden bahwa semua


pernyataan aktivitas yang diberikan sudah tergolong baik. Penanganan supplier
pada saat semen tiba di PT. Hakaaston juga sangat baik karna perkerja dari
supplier memang selalu memperhatikan material agar sampai ke gudang
perusahaan dalam kondisi yang baik. Untuk kendala yang dialami hampir tidak
ada yang menghambat proses pengiriman barang ke perusahaan. Hanya saja
memang alat produksi semen dari supplier tersebut terkadang mengalami
gangguan, sehingga menghambat proses pengantaran semen ke perusahaan. Akan
tetapi, kendala tersebut selalu diantisipasi oleh supplier agar tidak mengecewakan
PT. Hakaaston.

57

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


4.3.2.2.2. Material pasir dan kerikil

A. Stone crusher (Sirun Limbong)


1. Aliran material/produk
Untuk hasil material pasir dan kerikil digabungkan karena berasal dari
supplier yang sama. Berikut ini hasil dari pengolahan data aliran material/produk
untuk material pasir dan kerikil.

Tabel 4.15. Hasil dari pengolahan data aliran material/produk material pasir dan
kerikil berdasarkan persepsi supplier
No. Skala
Aktivitas Mean %
Angket Penilaian
1 Kelancaran pengiriman pasir 3.00 75.00 Baik
Penanganan pasir dan kerikil saat tiba
2 3.00 75.00 Baik
di perusahaan
Pencatatan pasir dan kerikil yang
3 3.00 75.00 Baik
keluar masuk gudang
Kecukupan pasir dan kerikil pada saat
4 3.00 75.00 Baik
pengadaan material
Ketepatan waktu supplier dalam
5 2.50 62.50 Baik
pengiriman pasir dan kerikil
Penanganan supplier jika ada barang
6 3.00 75.00 Baik
yang tidak sesuai pesanan
Pelayanan supplier jika ada pesanan Kurang
7 2.00 50.00
secara mendadak Baik

Berdasarkan hasil analisis mean aliran material/produk untuk material


pasir dan kerikil diperoleh kesimpulan bahwa kelancaran pengiriman pasir dan
kerikil dengan nilai mean 3.00 tergolong dalam kategori baik, penanganan pasir
dan kerikil saat tiba di perusahaan dengan nilai mean 3.00 tergolong dalam
kategori baik, pencatatan pasir dan kerikil yang keluar masuk gudang dengan nilai
mean 3.00 tergolong dalam kategori baik, kecukupan pasir dan kerikil pada saat
pengadaan material dengan nilai mean 2.50 tergolong dalam kategori baik,
ketepatan waktu supplier dalam pengiriman pasir dan kerikil dengan nilai mean
3.00 tergolong dalam kategori baik, penanganan supplier jika ada barang yang
tidak sesuai pesanan dengan nilai mean 3.00 tergolong dalam kategori baik,

58

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


pelayanan supplier jika ada pesanan secara mendadak dengan nilai mean 2.00
tergolong dalam kategori kurang baik.
2. Aliran informasi
Berikut ini hasil dari pengolahan data aliran informasi untuk material
pasir dan kerikil.

Tabel 4.16. Hasil dari pengolahan data aliran informasi material pasir dan kerikil
berdasarkan persepsi supplier
No. Skala
Aktivitas Mean %
Angket Penilaian
Kecepatan supplier dalam merespon
8 3.00 75.00 Baik
permintaan
Supplier memberi informasi terbaru
9 3.00 75.00 Baik
tentang pasir dan kerikil
Komunikasi untuk pengadaan dan
10 3.00 75.00 Baik
perubahan harga pasir dan kerikil
Komunikasi untuk pengadaan dan
11 3.00 75.00 Baik
perubahan jumlah pasir dan kerikil
Komunikasi kendala selama pengiriman
12 3.00 75.00 Baik
pasir dan kerikil

Berdasarkan hasil analisis mean aliran aliran informasi untuk material


pasir dan kerikil diperoleh kesimpulan bahwa kecepatan supplier dalam merespon
permintaan dengan nilai mean 3.00 tergolong dalam kategori baik, supplier
memberi informasi terbaru tentang pasir dan kerikil dengan nilai mean 3.00
tergolong dalam kategori baik, komunikasi untuk pengadaan dan perubahan harga
pasir dan kerikil dengan nilai mean 3.00 tergolong dalam kategori baik,
komunikasi untuk pengadaan dan perubahan jumlah pasir dan kerikil dengan nilai
mean 3.00 tergolong dalam kategori baik, komunikasi kendala selama pengiriman
pasir dan kerikil dengan nilai mean 3.00 tergolong dalam kategori baik.

3. Aliran finansial/keuangan
Berikut ini hasil dari pengolahan data aliran finansial/keuangan untuk
material pasir dan kerikil.

59

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Tabel 4.17. Hasil dari pengolahan data aliran finansial/keuangan material pasir
dan kerikil berdasarkan persepsi supplier
No. Skala
Aktivitas Mean %
Angket Penilaian
Kelancaran pembayaran oleh pihak
13 2.50 62.50 Baik
perusahaan
Penetapan harga dan kesepakatan
14 3.00 75.00 Baik
pembayaran
Pembayaran secara teratur kepada
15 2.50 62.50 Baik
supplier

Berdasarkan hasil analisis mean aliran finansial/keuangan untuk


material pasir dan kerikil diperoleh kesimpulan bahwa kelancaran pembayaran
oleh pihak perusahaan dengan nilai mean 2.50 tergolong dalam kategori baik,
penetapan harga dan kesepakatan pembayaran dengan nilai mean 3.00 tergolong
dalam kategori baik, pembayaran secara teratur kepada supplier dengan nilai
mean 2.50 tergolong dalam kategori baik.

Berdasarkan hasil wawancara kepada responden bahwa hampir semua


pernyataan aktivitas yang diberikan sudah tergolong baik. Untuk kendala dari
stone crusher ini yaitu sulit untuk melayani permintaan yang mendadak dari PT.
Hakaaston. Karena supplier mengirim sesuai kesepakatan dalam kontrak yang
telah dibuat sebelumnya, apalagi supplier juga harus melayani permintaan dari
perusahaan batching plant yang lainnya.

B. Stone crusher (Lazuardi)


1. Aliran material/produk
Untuk hasil material pasir dan kerikil digabungkan karena berasal dari
supplier yang sama. Tetapi untuk pernyataan aktivitas poin 5 (lima) dipisahkan
untuk pasir (5a) dan kerikil (5b) karena hasilnya berbeda. Berikut ini hasil dari
pengolahan data aliran material/produk untuk material pasir dan kerikil.

60

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Tabel 4.18. Hasil dari pengolahan data aliran material/produk material pasir dan
kerikil berdasarkan persepsi supplier
No. Skala
Aktivitas Mean %
Angket Penilaian
1 Kelancaran pengiriman pasir 3.00 75.00 Baik
Penanganan pasir dan kerikil saat tiba
2 3.00 75.00 Baik
di perusahaan
Pencatatan pasir dan kerikil yang
3 3.50 87.50 Sangat Baik
keluar masuk gudang
Kecukupan pasir dan kerikil pada saat
4 3.00 75.00 Baik
pengadaan material
Ketepatan waktu supplier dalam
5a 3.00 75.00 Baik
pengiriman pasir
Ketepatan waktu supplier dalam Kurang
5b 2.00 50.00
pengiriman kerikil Baik
Penanganan supplier jika ada barang
6 3.00 75.00 Baik
yang tidak sesuai pesanan
Pelayanan supplier jika ada pesanan Kurang
7 2.00 50.00
secara mendadak Baik

Berdasarkan hasil analisis mean aliran material/produk untuk material


pasir dan kerikil diperoleh kesimpulan bahwa kelancaran pengiriman pasir dan
kerikil dengan nilai mean 3.00 tergolong dalam kategori baik, penanganan pasir
dan kerikil saat tiba di perusahaan dengan nilai mean 3.00 tergolong dalam
kategori baik, pencatatan pasir dan kerikil yang keluar masuk gudang dengan nilai
mean 3.50 tergolong dalam kategori sangat baik, kecukupan pasir dan kerikil pada
saat pengadaan material dengan nilai mean 3.00 tergolong dalam kategori baik,
ketepatan waktu supplier dalam pengiriman pasir dengan nilai mean 2.00
tergolong dalam kategori baik, ketepatan waktu supplier dalam pengiriman kerikil
dengan nilai mean 3.00 tergolong dalam kategori kurang baik, penanganan
supplier jika ada barang yang tidak sesuai pesanan dengan nilai mean 2.00
tergolong dalam kategori baik, pelayanan supplier jika ada pesanan secara
mendadak dengan nilai mean 2.00 tergolong dalam kategori kurang baik.

61

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2. Aliran informasi
Berikut ini hasil dari pengolahan data aliran informasi untuk material
pasir dan kerikil.

Tabel 4.19. Hasil dari pengolahan data aliran informasi material pasir dan kerikil
berdasarkan persepsi supplier
No. Skala
Aktivitas Mean %
Angket Penilaian
Kecepatan supplier dalam merespon
8 3.00 75.00 Baik
permintaan
Supplier memberi informasi terbaru
9 3.00 75.00 Baik
tentang pasir dan kerikil
Komunikasi untuk pengadaan dan
10 3.00 75.00 Baik
perubahan harga pasir dan kerikil
Komunikasi untuk pengadaan dan
11 3.00 75.00 Baik
perubahan jumlah pasir dan kerikil
Komunikasi kendala selama pengiriman
12 3.00 75.00 Baik
pasir dan kerikil

Berdasarkan hasil analisis mean aliran aliran informasi untuk material


pasir dan kerikil diperoleh kesimpulan bahwa kecepatan supplier dalam merespon
permintaan dengan nilai mean 3.00 tergolong dalam kategori baik, supplier
memberi informasi terbaru tentang pasir dan kerikil dengan nilai mean 3.00
tergolong dalam kategori baik, komunikasi untuk pengadaan dan perubahan harga
pasir dan kerikil dengan nilai mean 3.00 tergolong dalam kategori baik,
komunikasi untuk pengadaan dan perubahan jumlah pasir dan kerikil dengan nilai
mean 3.00 tergolong dalam kategori baik, komunikasi kendala selama pengiriman
pasir dan kerikil dengan nilai mean 3.00 tergolong dalam kategori baik.

3. Aliran finansial/keuangan
Berikut ini hasil dari pengolahan data aliran finansial/keuangan untuk
material pasir dan kerikil.

62

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Tabel 4.20. Hasil dari pengolahan data aliran finansial/keuangan material pasir
dan kerikil berdasarkan persepsi supplier
No. Skala
Aktivitas Mean %
Angket Penilaian
Kelancaran pembayaran oleh pihak
13 2.00 50.00 Kurang Baik
perusahaan
Penetapan harga dan kesepakatan
14 3.00 75.00 Baik
pembayaran
Pembayaran secara teratur kepada
15 2.50 62.50 Baik
supplier

Berdasarkan hasil analisis mean aliran finansial/keuangan untuk


material pasir dan kerikil diperoleh kesimpulan bahwa kelancaran pembayaran
oleh pihak perusahaan dengan nilai mean 2.00 tergolong dalam kategori kurang
baik, penetapan harga dan kesepakatan pembayaran dengan nilai mean 3.00
tergolong dalam kategori baik, pembayaran secara teratur kepada supplier dengan
nilai mean 2.50 tergolong dalam kategori baik.

Berdasarkan hasil wawancara kepada responden bahwa hampir semua


pernyataan aktivitas yang diberikan sudah tergolong baik. Pencatatan pasir dan
kerikil yang keluar masuk gudang sangat baik untuk mencegah terjadinya
kelebihan atau kekurangan material. Untuk kendala dari stone crusher ini yaitu
sulit untuk melayani permintaan yang mendadak dari PT. Hakaaston. Karna
supplier mengirim sesuai kesepakatan yang telah dibuat sebelumnya, apalagi
supplier juga harus melayani perusahaan batching plant yang lain. Untuk material
kerikil kendala yang hampir sering terjadi pada kerusakan pada alat stone
crushernya yaitu jaw breaker (mesin pemecah batu), sehingga hal ini sering
menghambat proses produksi batu pecah pada stone crusher ini.

63

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


4.4. Faktor Dominan Kendala Penerapan Supply Chain Pada Perusahaan

Berdasarkan hasil dari pengolahan data aliran material/produk, aliran


informasi, aliran finansial/keuangan yang terdapat dalam tabel 4.3. sampai dengan
tabel 4.20., maka didapatkan faktor-faktor dominan yang menjadi kendala supply
chain pada PT. Hakaaston yang didukung oleh hasil wawancara terhadap
responden dari kedua persepsi yaitu persepsi PT. Hakaaston dan persepsi para
supplier material beton (semen, pasir dan kerikil). Faktor dominan yang menjadi
kendala pernyataan aktivitas dominan yang tergolong dalam kategori kurang baik
dapat ditunjukkan dalam tabel berikut ini:

Tabel 4.21. Faktor dominan kendala penerapan supply chain pada PT. Hakaaston
berdasarkan frekuensi kemunculan
No. Frekuensi Persentase
Aktivitas
Angket Kemunculan (%)

5 Ketepatan waktu supplier dalam X X 18.18


pengiriman material
7 Pelayanan supplier jika ada X X X 27.27
pesanan secara mendadak
13 Kelancaran pembayaran oleh
X X X X 36.36
pihak perusahaan

1. Ketepatan waktu supplier dalam pengiriman material


Kendala dalam ketepatan waktu pengiriman material memang tidak dapat
dihindari dalam proses supply chain material beton. Beberapa supplier
pada perusahaan PT. Hakaaston mengalami kendala dalam proses
pengiriman material ke perusahaan. Sehingga terjadi keterlambatan waktu
dalam pengiriman material betonnya. Berdasarkan hasil wawancara faktor
kendala tersebut dapat disebabkan oleh:
a. Alat produksi yang rusak
b. Perubahan cuaca yang tidak menentu
c. Gangguan transportasi

64

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2. Pelayanan supplier jika ada pesanan secara mendadak
Hampir semua supplier material terutama pasir dan kerikil tidak dapat
melayani pesanan yang mendadak. Berdasarkan hasil wawancara faktor
kendala tersebut dapat disebabkan oleh:
a. Semua pesanan harus dikirim berdasarkan kontrak yang telah di
sepakati bersama sebelumnya sesuai dengan Purchase Order (PO).
Jika ada pun pesanan yang mendadak, itu dapat dikirim beberapa
waktu setelahnya jika supplier memang mampu mengirimnya.
b. Supplier tidak hanya memasok material ke PT. Hakaaston saja,
supplier juga harus memenuhi permintaan dari perusahaan batching
plant yang lain. Untuk itu PT. Hakaaston harus dapat memperkirakan
berapa kebutuhan material pada saat pemesanan agar tidak terjadi
kekurangan material yang menyebabkan perusahaan harus memesan
sesara mendadak kepada supplier.
3. Kelancaran pembayaran oleh pihak perusahaan
Hal tersebut hampir selalu menjadi kendala dalam setiap proses supply
chain material beton pada PT. Hakaaston. Berdasarkan hasil wawancara
faktor kendala tersebut dapat disebabkan oleh:
a. Perusahaan cabang Binjai pada penelitian ini harus menunggu
pembayaran dari PT. Hakaaston pusat, sehingga sering kali tidak
sesuai dengan jadwal pembayaran yang seharusnya.
b. Kerja sama antara pihak PT. Hakaaston dan supplier yang sudah
berlangsung lama membuat pembayaran dari pihak perusahaan tidak
sesuai dengan kontrak yang telah disepakati.

Berdasarkan hasil wawancara kepada responden, faktor-faktor diatas tidak


pernah sampai merugikan kedua belah pihak dalam skala besar. Perusahaan dan
supplier membina hubungan baik untuk saling mengerti dan saling terbuka untuk
memberikan informasi terkait kendala yang mungkin terjadi, serta menutupi
kendala masing-masing selama hal tersebut masih wajar dan masih dapat
ditoleransi agar setiap proses supply chain material beton dapat berjalan dengan
baik.

65

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan dari hasil analisis yang telah dilakukan, maka dapat diperoleh
kesimpulan sebagai berikut:

1. Penerapan supply chain material beton pada perusahaan batching plant di


PT. Hakaaston yaitu:
1) Hasil persepsi perusahaan
a. Mean : 2.76
b. Persentase : 68.89%
2) Hasil persepsi supplier material semen, pasir dan kerikil
a. Mean : 2.84
b. Persentase : 71.11%

Berdasarkan hasil persepsi perusahaan dan persepsi supplier material


semen, pasir dan kerikil diatas didapatkan total mean yaitu 2.80 dengan
persentase 70.00%. Maka, berdasarkan tabel skala penilaian 3.1. dapat
disimpulkan bahwa penerapan supply chain material beton pada PT.
Hakaaston tergolong dalam kategori Baik (B).

2. Faktor dominan kendala dalam penerapan supply chain pada PT.


Hakaaston berdasarkan pernyataan aktivitas yang dominan kurang baik
adalah sebagai berikut:
1) Ketepatan waktu supplier dalam pengiriman material, yang dapat
disebabkan oleh:
a. Alat produksi yang rusak
b. Perubahan cuaca yang tidak menentu
c. Gangguan transportasi
2) Pelayanan supplier jika ada pesanan secara mendadak, yang dapat
disebabkan oleh:
a. Semua pesanan harus dikirim berdasarkan kontrak

66

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


b. Supplier tidak hanya memasok material ke PT. Hakaaston saja
3) Kelancaran pembayaran oleh pihak perusahaan disebabkan oleh:
a. Perusahaan cabang Binjai pada penelitian ini harus menunggu
pembayaran dari PT. Hakaaston pusat
b. Kerja sama antara pihak PT. Hakaaston dan supplier yang sudah
berlangsung lama membuat pembayaran dari pihak perusahaan
tidak sesuai dengan kontrak yang telah disepakati

5.2. Saran

1. Untuk meminimalisir kendala yang terjadi dalam penerapan supply chain


material beton pada PT. Hakaaston diharapkan pihak supplier dan
perusahaan melakukan pengecekan bertahap terhadap alat produksi, alat
transportasi, stok material dan juga menjalin komunikasi yang berkala
mengenai jadwal pembayaran sesuai dengan kontrak perjanjian awal.
2. Agar penelitian ini lebih berkembang, diharapkan peneliti selanjutnya
melakukan analisis banding dengan perusahaan batching plant yang lebih
banyak.

67

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR PUSTAKA

Chopra, S. and Meindl, P. 2004. Supply Chain Management. New Jersey: Pearson
Education.

Christanti, C.T. 2017. Studi Rantai Pasok Material Semen Pada Proyek
Konstruksi Di Yogyakarta. Tugas Akhir Jurusan Teknik Sipil Universitas
Atma Jaya Yogyakarta. Yogyakarta.

Heizer, J.H. and Render, B. 2005. Prinsip-prinsip Manajemen Operasi: Operation


Management. Jakarta: Salemba Empat.

Indrajit, R.E., dan Djokopranoto, R. 2002. Konsep Manajemen Rantai Supply


Chain: Strategi Mengelola Manajemen Rantai Pasokan Bagi Perusahaan
Modern di Indonesia. Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia.

Limanto, S & Chandra, H.P. 2006. Manajemen Risiko Bidang Operasional Pada
Readymix Concrete. Surabaya, Indonesia: Tugas Akhir Teknik Sipil.
Universitas Kristen Petra. Surabaya.

Nugraha, P. & Antoni. 2007. Teknologi Beton. Penerbit: ANDI Yogyakarta.

Pujawan, I. N. 2005. Supply Chain Management (Edisi Pertama). Surabaya: Guna


Widya.

Romadhon, A.F. 2017. Analisis Rantai Pasok Pada Proyek Pembangunan


Perumahan di Provinsi Jambi. Tugas Akhir Jurusan Teknik Sipil
Universitas Atma Jaya Yogyakarta. Yogyakarta.

SNI 03-2834:1993. 1993. Tata Cara Pembuatan Rencana Campuran Beton


Normal. Badan Standarisasi Nasional. Jakarta.

Soeharto, I. 1995. Manajemen Proyek (Dari Konseptual Sampai Operasional).


Penerbit Erlangga. Jakarta.

Soemarso S.R. 2002. Akutansi Suatu Pengantar. Jakarta: Salemba Empat.

68

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Steven, Ali R.C. dan Alifen, R.S. 2017. Studi Penerapan Manajemen Rantai Pasok
Pengadaan Material Proyek Konstruksi. Tugas Akhir Teknik Sipil.
Universitas Kristen Petra. Surabaya.

Sugiono. 2007. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Suharto, R. dan Devie. 2013. Analisa Pengaruh Supply Chain Management


terhadap Keunggulan Bersaing dan Kinerja Perusahaan. Tugas Akhir
Akutansi Bisnis. Universitas Kristen Petra. Surabaya.

Tjokrodimuljo, K. 2007. Teknologi Beton. Biro Penerbit Jurusan Teknik Sipil


Fakultas Teknik UGM, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.

Vrijhoef, R. and Koskela, L. 1999. The Four Roles of Supply Chain Management
in Construction, European Journal of Purchasing and Supply Management,
vol. 6, pp. 78-169.

Wardhana, Y.K. 2017. Analisis Kontrol Pengadaan Material Beton Ready Mix
Pada Proyek Konstruksi Di Yogyakarta. Tugas Akhir Jurusan Teknik Sipil
Universitas Atma Jaya Yogyakarta, Yogyakarta.

69

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Anda mungkin juga menyukai