Oleh:
dr. Vera
NPM: 1806273023
Dosen Pembimbing:
Ambar Wahyuningsih Roestam, SKM, MOH
Menururut data statistik ILO (International Labour Organization), 2,3 juta penduduk
dunia baik pria maupun wanita mengalami kecelakaan kerja atau penyakit akibat kerja
setiap tahunnya. Sebanyak 350.000 mengalami kematian akibat kecelakaan yang fatal dan
2 juta mengalami kematian akibat penyakit akibat kerja yang fatal. ILO juga
memperkirakan sebanyak 313 juta pekerja mengalami kecelakaan kerja non-fatal yang
menyebabkan cidera dan tidak bisa bekerja serta 160 juta kasus penyakit akibat kerja non-
fatal terjadi setiap tahunnya. Perkiraaan ini memberitahukan bahwa setiap hari terdapt
6.400 orang meninggal karena kecelakaan kerja atau penyakit akibat kerja dan 860.000
orang cidera saat bekerja.1
Menurut BPJS Ketenagakerjaan, angka kecelakaan kerja menunjukkan tren yang
meningkat, dimana rata-rata terdapat 130.000 kasus yang ditangani BPJS Ketenagakerjaan
dari yang ringan sampai yang fatal. Pada tahun 2017 angka kecelakaan kerja yang
dilaporkan sebanyak 123.041 kasus, sementara itu sepanjang tahun 2018 mencapai 173.105
kasus dengan nominal santunan yang dibayarkan mencapai Rp1,2 Trilyun.2 Kecelakaan
kerja dan penyakit akibat kerja bukan hanya menimbulkan kerugian material maupun
korban jiwa serta gangguan kesehatan bagi pekerja tetapi dapat mengganggu proses
produksi secara menyeluruh bahkan merusak lingkungan yang akhirnya berdampak kepada
masyarakat luas.3 Namun pada kenyataannya, kecelakaan kerja sering terjadi karena belum
optimalnya pengawasan dan pelaksanaan K3 serta perilaku K3 di tempat kerja. Mereka
kurang menyadari betapa besar resiko yang harus ditanggung oleh tenaga kerja dan
perusahaannya.4
Badan Pusat Statistik memperkirakan industri manufaktur mengalami pertumbuhan
produksi tertinggi pada tahun 2019 ini, dimana termasuk di dalamnya adalah industri
percetakan sebesar 22,7%.5 Percetakan merupakan industri yang sangat jarang diperhatikan
oleh pemerintah maupun petugas kesehatan terutama mengenai kesehatan dan keselamatan
kerja pegawainya. Hal ini harusnya mendapat perhatian lebih karena pekerjaan di industri
percetakan juga memiliki risiko bahaya kesehatan yang dapat mempengaruhi produktivitas
pekerja.
Penelitian yang dilakukan oleh Riyadina et al, mengenai keluhan nyeri Musculoskeletal
pada Pekerja Industri di Kawasan Industri Pulo Gadung menunjukkan proporsi pekerja yang
2
merasakan nyeri tertinggi terdapat pada jenis industri garmen (65,2%), diikuti oleh industri
percetakan (63%) dan industri konstruksi (60%). 6 Dengan semakin bertumbuhnya industri
percetakan dan gangguan kesehatan yang timbul, maka dibutuhkan juga penerapan K3
berupa manajemen risiko, dimana dilakukan identifikasi potensi bahaya di tempat kerja,
analisis risiko dan pengendalian dari potensi bahaya tersebut. Tujuan dari manajemen
risiko sendiri adalah untuk menciptakan lingkungan kerja yang aman dan sehat bagi
pekerja sehingga dapat lebih meningkatkan produktivitas kerja. Pada makalah ini akan
dibahas mengenai manajemen risiko pada bagian desain di Industri Percetakan Rahayu.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Menciptakan lingkungan kerja yang sehat dan aman di Industri Percetakan Rahayu dengan
menerapkan manajemen risiko sehingga produktivitas dapat terjaga.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
Gambar 1. Proses manajemen risiko8
Proses manajemen risiko pada gambar 1 mencakup elemen – elemen utama berikut
ini :
1. Menetapkan Konteks
Menetapkan konteks strateji, organisasi dan manajemen risiko di tempat kerja dimana
proses akan dilakukan. Menetapkan kriteria risiko yang akan dievaluasi dan struktur
analisis risiko.
2. Identifikasi Risiko
Identifikasi apa, mengapa dan bagaimana sesuatu dapat menjadi potensi bahaya sebagai
dasar untuk analisis lebih lanjut.
3. Analisa Risiko
Menentukan pengendalian yang telah dilakukan dan menganalisis risiko dengan melihat
faktor tingkat keparahan (consequence) dan kemungkinan (likelihood) dari risiko tersebut.
Analisis harus mempertimbangkan seberapa besar tingkat keparahan dan seberapa sering
akan terjadi. Faktor tingkat keparahan dan kemungkinan dapat digabungkan sehingga
didapatkan tingkat risiko.
5
4. Evaluasi risiko
Membandingan perkiraan tingkat resiko yang didapat dengan kriteria yang sudah ada
sebelumnya. Perbandingan ini membantu menentukan risiko mana yang menjadi prioritas
dari manajemen. Bila tingkat risiko kecil, maka mungkin tidak perlu dilakukan
pengendalian.
5. Pengendalian risiko
Risiko yang merupakan prioritas harus dilakukan pengendalian yang spesifik dengan
mempertimbangkan dana yang tersedia. Sedangkan risiko yang tidak prioritas akan
diterima dan dipantau. Tahap – tahap pengendalian resiko adalah:
a. Eliminasi
b. Subsitusi
c. Kontrol teknik
d. Kontrol administratif
e. Alat pelindung diri
6. Pemantauan dan evaluasi
Pemantauan dan evaluasi dilakukan terhadap kinerja dari sistem manajemen risiko yang
dilakukan.
7. Komunikasi dan konsultasi
Komunikasi dan konsultasi dilakukan dengan pihak internal maupun eskternal perusahaan
pada setiap tahap dari proyek manajemen resiko.
6
BAB III
7
Gambar 3. Tampak Depan Percetakan Rahayu
2). Proses pembuatan plat. Desain yang sudah jadi akan dibuat plat dengan menggunakan mesin
offset. Plat yang sudah dibuat akan membantu mencetak desain agar sesuai dengan warna
yang diinginkan.
3). Proses pencetakkan. Desain lalu akan dicetak di mesin cetak tipe konica (bila jumlah
sedikit), mesin cetak tipe SM52 (bahan kertas dan karton setebal 260 gram) atau mesin
cetak plotter (spanduk).
4). Proses pengeringan. Hasil cetakan akan dibawa ke ruangan pengeringan. Desain akan
digantung menggunakan jepitan sampai mengering selama kurang lebih 1 jam tergantung
dari jenis kertas yang digunakan.
5). Proses finishing. Setelah mengering, akan dilakukan finishing pada hasil cetakan. Tujuan
finishing adalah untuk memperindah hasil cetakan. Finishing dapat berupa hard cover,
embos (menjadikan area tertentu seperti huruf – huruf pada judul buku menjadi timbul),
lipat (kertas dilipat menjadi 2-4 bagian, biasanya untuk brosur atau leaflet), pond
(memotong kertas sesuai bentuk yang diinginkan), poly (menjadikan area tertentu seperti
huruf – huruf pada judul buku menjadi mengkilat warna perak atau emas), laminating, jilid
kawat dan jilid spiral. Yang bisa dilakukan di percetakan ini adalah laminating, lipat, jilid
kawat dan jilid spiral.
6). Proses pemotongan dan pengemasan. Setelah finishing, maka hasil cetakan akan dipotong
sesuai ukuran dan bentuk yang diminta pelanggan dengan mesin potong dan dikemas
dengan menggunakan kertas karton lalu diikat..
7). Proses pengiriman. Hasil akan dikirim kepada pelanggan oleh kurir menggunakan motor
bila jumlah cetakan tidak banyak. Bila jumlah cetakan banyak atau berukuran besar, maka
akan dibawa oleh beberapa orang ke tempat pengangkutan di bagian belakang gedung
dimana mobil angkut terpakir dan dikirimkan ke pelanggan.
Gambar 4. Alur Proses Produksi Percetakan Rahayu
Pemotong dan
pengemasan hasil Pengiriman hasil
cetakan cetakan
Proses di atas dilakukan di satu area ruko dan terdapat pintu pemisah antara ruang
desain dengan ruangan untuk mesin cetak dan mesin potong. Ruangan untuk mesin cetak
SM52, mesin cetak Plotter dan mesin potong disediakan dalam satu ruangan tersendiri.
Tidak ada ruang khusus untuk menampung hasil cetakan, hanya diletakkan di atas meja di
ruang desain karena setelah dicetak maka akan langsung dikirim. Luas tempat usaha kira-
kira 154 m2, bangunan indoor dengan jarak antara lantai dengan atap kira-kira 3 meter,
terdapat AC di dalam ruangan desain dan 4 hexos untuk ventilasi di ruangan mesin cetak.
Penerangan masih cukup baik.
Tabel 2. Identifikasi Potensi Bahaya dan Risiko Gangguan Kesehatan serta Kecelakaan Kerja di
Bagian Desain
Bahaya Potensial Risiko Kecelakaan Risiko Penyakit
Bagian Kerja Akibat Kerja
Fisik Biologi Kimia Ergonomi Psikososial
Desain - - - Posisi duduk yang Lingkungan kerja Jari tangan terluka Low Back Pain
lama di kursi monoton / jenuh. karena terkena
dengan sandaran ujung kertas / cutter Carpal Tunnel
tanpa pegangan Terdapat target Syndrome (CTS)
tangan. pesanan yang
harus dipenuhi. Terjatuh dari kursi. Kelelahan mata
Posisi tangan yang (Asthenopia)
memegang mouse Jam kerja yang
dan mengetik panjang. Tersengat listrik Stress kerja
keyboard berulang-
ulang.
Menatap monitor
komputer terus –
menerus.
3.6 Analisis Resiko Terjadinya Gangguan Kesehatan dan Kecelakaan Kerja di Bagian
Desain
Untuk menganalisis risiko gangguan kesehatan dan kecelakaan kerja, maka harus
terdapat 2 komponen yang diperlukan yaitu Hazard severity/Consequence dan Likelihood
of Occurance/Probability. Hazard severity/Consequence adalah tingkat keparahan yang
mungkin terjadi dari suatu kecelakaan/loss akibat bahaya yang ada. Sementara, Likelihood
of Occurance/Probability adalah kemungkinan terjadinya kecelakaan / kerugian ketika
terpapar dengan suatu bahaya.
Keterangan
1. Insignificant : tidak ada cidera, kerugian materi kecil
2. Minor : membutuhkan penanganan P3K, dapat bekerja kembali, kerugian materi sedang
3. Moderate : membutuhkan penanganan medis, dapat bekerja kembali dengan
pengawasan, kerugian materi cukup besar
4. Major : cidera yang luas, kehilangan kemampuan produksi, tidak dapat bekerja namun
tidak ada efek yang merugikan, kerugian materi besar.
5. Catastrophic : dapat menyebabkan kematian, tidak dapat bekerja dan terdapat efek
merugikan, kerugian materi yang sangat besar.
Likelihood of Occurance / Probability juga dibagi menjadi 5 tingkat keparahan.
Keterangan
1. Rare : Suatu kejadian yang mungkin terjadi hanya pada kondisi tertentu / khusus
2. Unlikely : Suatu kejadian dapat terjadi pada beberapa kondisi
3. Possible : Suatu kejadian akan mungkin terjadi pada beberapa kondisi
4. Likely : Suatu kejadian yang akan terjadi pada semua kondisi
5. Almost Certain : suatu kejadian yang diharapkan / pasti akan terjadi pada semua kondisi
Biologi - - - - -
Posisi duduk yang
Ergonomi Low Back Pain 4 C Extreme
lama.
Posisi tangan yang
Carpal Tunnel 3 C High
memegang mouse dan
Syndrome (CTS)
mengetik keyboard
berulang-ulang.
Menatap monitor Kelelahan mata 2 B High
komputer terus - (astenopia)
menerus
Lingkungan kerja
Psikososial Stres kerja 2 C Moderate
monoton/jenuh.
Terdapat target
Stres kerja 2 C Moderate
pesanan yang harus
dipenuhi.
Jam kerja yang Stres kerja 2 C Moderate
panjang.
Berdasarkan analisis risiko di atas, maka dapat diurutkan risiko dari yang paling tinggi
sampai yang paling rendah dalam tabel 10 berikut.
Tabel 10. Urutan tingkat risiko gangguan kesehatandan kecelakaan kerja di Industri Percetakan
Rahayu
Dari urutan tingkat risiko pada Tabel 10, maka masalah kesehatan yang menjadi
prioritas untuk diantisipasi pada bagian desain adalah low back pain karena posisi duduk
yang lama, sedangkan masalah keselamatan yang menjadi prioritas untuk diantisipasi pada
bagian design adalah jari tangan terluka karena terkena ujung kertas yang tajam dan
terjatuh dari kursi karena kursi dengan sandaran tanpa pegangan tangan.
BAB IV
PENGENDALIAN DAN EVALUASI
4.1 Pengendalian Potensi Bahaya
Adanya potensi bahaya di tempat kerja dapat membahayakan pekerja. Oleh karena itu
setelah dilakukan identifikasi potensi bahaya dan analisis risikonya, maka perlu adanya
pengendalian potensi bahaya tersebut. Untuk mengendalikan potensi bahaya di tempat
kerja maka diperlukan pengendalian yang terdiri dari 5 cara (hierarchy of controls) yaitu
eliminasi, subtitusi, kontrol teknik, kontrol administratif dan penggunaan APD (alat
pelindung diri). Hierarki dapat dilihat pada gambar 7.
4.2 Evaluasi
Bila perusahaan sudah melalukan pengendalian potensi bahaya yang dianjurkan di
atas, maka perlu dilakukan evaluasi untuk mengetahui apakah pengendalian tersebut sudah
berhasil mengurangi risiko yang berbahaya bagi pekerja. Evaluasi dapat dilihat dengan
beberapa cara, yaitu :
1. Menggunakan kuesioner untuk mengetahui apakah pekerja sudah paham tentang cara
bekerja yang baik dan benar.
2. Survey ke tempat kerja untuk melihat apakah cara bekerja yang baik dan benar sudah
dijalankan.
3. Melihat laporan data kesehatan dan kecelakaan kerja pekerja selama 6 bulan terakhir.
BAB V
KESIMPULAN
1. Adanya tren dari kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang meningkat dari tahun
2017 ke tahun 2018. Hal tersebut menyebabkan kerugian bagi pekerja dan perusahaan.
2. Perlunya manajemen risiko dilakukan agar tercipta lingkungan kerja yang aman dan sehat
bagi pekerja sehingga produktivitas dapat tetap terjaga. Proses manajemen risiko meliputi 7
elemen, dimulai dari menetapkan konteks sampai komunikasi dan konsultasi dengan pihak
internal dan eksternal perusahaan.
3. Dari identifikasi potensi bahaya di Industri Percetakan Rahayu, didapatkan potensi bahaya
yang berbahaya bagi pekerja pada bagian desain adalah faktor ergonomi dan psikososial.
4. Setelah dilakukan analisis risiko, maka didapatkan satu potensi bahaya yang menjadi
prioritas yaitu faktor ergonomi (posisi duduk yang lama di kursi dengan sandaran tanpa
pegangan tangan). Potensi bahaya tersebut dapat mengakibatkan timbulnya gangguan
kesehatan berupa low back pain dan kecelakaan kerja berupa terjatuh dari kursi.
5. Dalam melakukan pengendalian potensi bahaya dilakukan 5 cara yaitu pengendalian
dengan eliminasi, pengendalian dengan subtitusi, pengendalian dengan teknik,
pengendalian secara administrasi dan penggunaan APD. Pada Industri Percetakan Rahayu,
hanya pengendalian dengan eliminasi yang tidak dapat dilakukan, pengendalian yang lain
masih dapat dilakukan.
6. Pentingnya melakukan evaluasi untuk mengetahui apakah pengendalian potensi bahaya
yang dilakukan di Industri Percetakan Rahayu sudah berhasil.
DAFTAR PUSTAKA
1. International Labour Organization. Global Trends on Occupational Accidents and Diseases.
World Day Saf Heal Work [Internet]. 2015;(April):1–7. Available from:
http://www.ilo.org/legacy/english/osh/en/story_content/external_files/fs_st_1-
ILO_5_en.pdf
2. Ketenagakerjaan B. Angka Kecelakaan Kerja Cenderung Meningkat, BPJS
Ketenagakerjaan Bayar Santunan Rp1,2 Triliun [Internet]. 2019. p. 1. Available from:
https://www.bpjsketenagakerjaan.go.id/berita/23322/Angka-Kecelakaan-Kerja-Cenderung-
Meningkat,-BPJS-Ketenagakerjaan-Bayar-Santunan-Rp1,2-Triliun
3. Bappenas. Menaker Hanif Canangkan Peringatan Bulan K3 Nasional 2018 [Internet]. 2018.
Available from: https://www.bappenas.go.id/id/berita-dan-siaran-pers/menaker-hanif-
canangkan-peringatan-bulan-k3-nasional-2018/
4. Gabby E. M. Soputan. Manajemen Risiko Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) (Study
Kasus Pada Pembangunan Gedung SMA Eben Haezar). J Ilm Media Eng [Internet].
2014;4(4):229–38. Available from: https://media.neliti.com/media/publications/99095-ID-
manajemen-risiko-kesehatan-dan-keselamat.pdf
5. Rini AS. Industri Manufaktur Tumbuh 3,62 Persen di Kuartal II/2019 [Internet]. 2019.
Available from: https://ekonomi.bisnis.com/read/20190801/257/1131370/industri-
manufaktur-tumbuh-362-persen-di-kuartal-ii2019
6. Ashari A, Naiem MF, Rahim MR. Gambaran Keluhan Gangguan Kesehatan Pada Operator
Percetakan Kota Makassar Tahun 2013. 2013;1–10.
7. Organization IL. Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Vol. 33, Clinics in Laboratory
Medicine. 2013. 125–137 p.
8. AS/NZS 4360. Risk management AS/NZS 4360: 1999. 1999;44. Available from:
http://rogaine.asn.au/aradocs/file_download/14/AS NZS 4360-1999 Risk management.pdf.
Last viewed August 2016
9. (NIOSH) TNI for OS and H. Hierarchy of Controls [Internet]. 2015. Available from:
https://www.cdc.gov/niosh/topics/hierarchy/default.html