Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) adalah usaha pencegahan yang dibuat untuk
pekerja atau buruh maupun pengusaha sebagai pencegahan timbulnya kecelakaan kerja
dan penyakit akibat hubungan kerja di dalam lingkungan kerja dengan cara mengenali
potensi yang akan menimbulkan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja (PAK).
Pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah salah satu bentuk upaya
menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran lingkungan, sehingga
dapat mengurangi dan atau bebas dari kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang
pada akhirnya dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja. Kecelakaan kerja
tidak saja menimbulkan korban jiwa maupun kerugian materi bagi pekerja dan pengusaha,
tetapi juga dapat mengganggu proses produksi secara menyeluruh, merusak lingkungan
yang pada akhirnya akan berdampak pada masyarakat luas.
Penyakit Akibat Kerja (PAK) dan Kecelakaan Kerja (KK) di kalangan petugas
kesehatan dan non kesehatan di Indonesia belum terekam dengan baik. Jika kita pelajari
angka penyakit akibat kerja di beberapa Negara maju (dari beberapa pengamatan)
menunjukkan kecenderungan peningkatan prevalensi. Sebagai faktor penyebab, sering
terjadi karena kurangnya kesadaran pekerja dan kualitas serta keterampilan pekerja yang
kurang memadai. Banyak pekerja yang meremehkan resiko kerja, sehingga tidak
menggunakan alat-alat pengaman walaupun sudah tersedia.
Potensi bahaya di RS, selain penyakit-penyakit infeksi juga ada potensi bahaya-
bahaya lain yang mempengaruhi situasi dan kondisi RS, yaitu kecelakaan (peledakan,
kebakaran, kecelakaan yang berhubungan dengan instalasi listrik, dan sumber-sumber
cidera lainnya), radiasi, bahan-bahan kimia yang berbahaya, gas-gas anastesi, gangguan
psikososial dan ekonomi. Semua potensi bahaya tersebut di atas, jelas mengancam jiwa dan
kehidupan bagi para karyawan di RS, para pasien maupun para pengunjung yang ada di
lingkungan RS.
Keselamatan dan kesehatan kerja Rumah Sakit yang selanjutnya disingkat K3RS
adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi keselamatan dan kesehatan bagi
sumber daya manusia rumah sakit, pasien, pendamping pasien, pengunjung, maupun
lingkungan RS melalui upaya pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja di
rumah sakit. Sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja Rumah Sakit yang
selanjutnya di sebut SMK3 Rumah Sakit adalah bagian dari manajemen RS secara
keseluruhan dalam rangka pengendalian resiko yang berkaitan dengan aktifitas proses
kerja di Rumah Sakit memiliki kewajiban menciptakan lingkungan kerja yang sehat,
selamat, aman, dan nyaman bagi sumber daya manusia Rumah Sakit, pasien, pendamping
pasien, pengunjung, maupun lingkungan Rumah Sakit. Untuk melaksanakan kewajiban
tersebut harus sesuai dengan standar K3RS yaitu manajemen resiko K3RS. (Peraturan
Menteri NO. PER 66/MEN/2016).
A. PENGERTIAN
Resiko adalah peluang terjadinya hasil yang tidak diinginkan.
Manjemen resiko adalah pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen dalam
penanggulangan resiko.
Manajemen resiko adalah suatu sistem pengawasan resiko dan perlindungan
harta benda, hak milik dan keuntungan badan usaha atau perorangan atas
kemungkinanan timbulnya kerugian karena adanya suatu resiko.
Manajemen resiko adalah kegiatan terkoordinasi untuk mengarahkan dan
mengendalikan organisasi berkaitan dengan resiko.
Penyakit akibat kerja adalah penyakit yang disebabkan oleh pekerja dan lingkungan
kerja. Berbagai potensi bahaya kesehatan dan kemungkinan dampaknya, antara lain :
A. ASPEK FISIK
1. Suara tinggi yang bising melalui ambang batas normal bisa mengakinatkan
ketulian
2. Debu yang bisa menyebabkan pneumoconiosis dan sebagainya
3. Temperature tinggi bisa mengakibatkan hyperpireksi, heat cramp, heatstres.
4. Getaran bisa mengakibatkan gangguan proses metabolisme polineurutis,
masalah syaraf
5. Penerangan yang kurang bisa mengakibatkan kerusakan pandangan
B. ASPEK KIMIA
1. Beberapa bahan kimia (desinfektan) yang masuk lewat aliran pernapasan
yang bisa membuat resiko alergi, iritasi, korosif, asphyxia
2. Uap serta gas beracun yang bisa mengakibatkan keracunan
C. ASPEK ERGONOMI
1. Tempat kerja, alat kerja yang tidak ergonomis, langkah kerja yang salah,
konstruksi yang salah hingga bisa mempunyai dampak kelelahan pada tubuh
2. Angkat beban yang berat
3. Tempat statis
4. Tempat membungkuk yang tidak ergonomis.
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Resiko akibat kerja di luar lingkungan kerja lebih banyak berpotensi bahaya
dikarenakan kemungkinan terjadi akibat dampak dari aspek fisik, aspek kimia,
aspek ergonomi yang menimbulkan kecelakaan itu sendiri.
B. SARAN
Diharapkan agar lebih berhati-hati dalam bekerja dan selalu mengedepankan
kesehatan dan keselamatan kerja dengan menggunakan alat pelindung diri yang
tepat untuk sebisa mungkin melindungi diri dari penyakit yang ada, agar tidak
terjadi hal-hal yang menimbulkan resiko yang sangat tinggi.