Anda di halaman 1dari 18

PANDUAN

MANAJEMEN RESIKO

Nomer
Revisi ke /
Berlaku
Tanggal

Kepala Puskesmas Mungkid

dr. Leli Puspitowati, M.M


NIP 19750122 200604 2 016

PEMERINTAH KABUPATEN MAGELANG


DINAS KESEHATAN
PUSKESMAS MUNGKID
Jl. Pasar No. 2, Blabak, Mungkid, Magelang 56551 (0293) 782496
KATA PENGANTAR

Dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat pada umumnya


perlu diperhatikan, salah satu diantaranya yang dianggap mempunyai peranan
penting adalah penyelenggaraan pelayanan kesehatan.
Agar penyelenggaraan pelayanan kesehatan dapat mebcapai tujuan yang
diinginkan, maka pelayanan harus memenuhi berbagai syarat, diantaranya tersedia
dan berkesinambungan, dapat diterima dan wajar, mudah dicapai, mudah dijangkau
dan bermutu.
Dengan mengucapkan Puji Syukur kepaada Tuhan Yang Maha Esa,
Puskesmas Mungkid telah menyusun Panduan Manajemen Resiko Klinis sebagai
panduan dalam melaksanakan upaya menanggulangi semua reisko yang mungkin
terjadi di Puskesmas Mungkid
Kami sampaikan terima kasih yang tak terhingga kepada berbagai pihak atas
sumbangan pikirannya sehingga tersusunlah Panduan Manajemen Resiko Klinis ini.
Semoga panduan ini akan bermanfaat dan Tuhan Yang Maha Esa akan senantiasa
melimpahkan hidayah-Nya.
Penyusunan panduan ini ditasakan masih jauh dari sempurna, sehubungan
dengan adanya keterbatasan-keterbatasan. Saran yang konstruktif sangatlah
diharapkan demi penyempurnaan di masa yang akan datang.

Kepala Puskesmas Mungkid

dr Leli Puspitowati, MM
NIP. 19750122 200604 2 016
DAFTAR ISI

Halaman Judul........................................................................................................... i
Kata Pengantar.......................................................................................................... ii
Daftar Isi.....................................................................................................................iii
BAB I DEFINISI ......................................................................................................... 1
BAB II RUANG LINGKUP ....................................................................................... 3
BAB III TATALAKSANA MANAJEMEN RESIKO..................................................... 7
BAB IV PENUTUP .....................................................................................................
13
LAMPIRAN
BAB I
DEFINISI

Sarana pelayanan kesehatan Puskesmas termasuk kedalam kriteria tempat


kerja dengan berbagai ancaman bahaya yang dapat menimbulkan dampak
kesehatan, tidak hanya terhadap para pelaku langsung yang bekerja di Puskesmas,
tapi juga terhadap pasien maupun pengunjung Puskesmas. Sehingga seharusnya
Puskesmas menerapkan Manajemen Resiko.
Manajemen resiko adalah sebuah proses formal untuk mengidentifikasi,
menganalisa dan merespon sebuah resiko secara sistematik, sepanjang jalannya
pekerjaan, untuk mendapatkan tingkatan tertinggi atau yang bhisa diterima dalam hal
ini mengeliminasi resiko dan kontrol resiko.
Manajemen resiko adalah upaya menanggulangi semua resiko yang mungkin
terjadi di sebuah instansi, diperlukan sebuah proses yang dinamakan sebagai
manajemen reisko. Manajemen resiko merupakan metode penanganan sistematis
formal dimana dikonsentrasikan pada mengidentifikasi dan control peristiwa atau
kondisi yang memiliki kemungkinan perubahan yang tidak diinginkan. Resiko adalah
hal yang tidak akan pernah dapat dihindari pada suatu kegiatan/aktifitas yang
dilakukan manusia.

Resiko dapat dikelompokkan dalam beberaoa karakteristik, yaitu:


1. Resiko berdasarkan sifat
1.1. Resiko spekulatif yaitu resiko yang memang sengaja diadakan agar dilain
pihak dapat diharapkan hal-hal yang menguntungkan.
Contoh: penjualan produk
1.2. Resiko murni yaitu resiko yang tidak disengaja yang jika terjadi dapat
menimbulkan kerugian secara tiba-tiba.
Contoh: resiko kebakaran
2. Resiko berdasarkan timbulnya
2.1. Resiko internal yaitu resiko yang berasal dari dalam lingkungan itu
sendiri. Misalnya resiko kerusakan peralatan kerja karena kesalahan
pengoperasian
2.2. Resiko eksternal yaitu resiko yang berasal dari luar lingkungan. Misalnya
resiko pencurian.

Puskesmas merupakan tempat kerja yang unik dan kompleks. Semakin luas
pelayanan kesehatan dan fungsi suatu puskesmas maka semakin kompleks
peralatan dan fasilitasnya. Kerumitan yang meliputi segala hal tersebut menyebabkan
puskesmas mempunyai potensi dan bahaya yang sangat besar, tidak hanya bagi
petugas tapi juga bagi pasien atau pengunjung puskesmas. Di Puskesmas Mungkid
1
terdapat tiga kegiatan manajemen resiko yang menjadi acuan sebagai dasar
pencegahan terhadap resiko yang mungkin terjadi, yaitu:

1. Manajemen Resiko Lingkungan


Manajemen resiko lingkungan di Puskesmas adalah penerapan manajemen
resiko untuk meminimalkan dampak yang ditimbulkan oleh aktifitas atau
kegiatan di puskesmas pada kesehatan pasien, petugas maupun lingkungkan.
2. Manajemen Resiko Klinis
Manajemen resiko klinis merupakan proses identifikasi, evaluasi,
mengendalikan dan meminimalkan resiko dalam suatu organisasi secara
menyeluruh. Manajemen resiko layanan klinis adalah suatu pendekatan untuk
mengenal keadaan yang menempatkan pasien pada suatu resiko dan tindakan
untuk mencegah terjadinya resiko tersebut.
Manajemen resiko layanan klinis di puskesmas dilaksanakan unutk
meminimalkan resiko akibat adanya layanan klinis oleh tenaga kesehatan di
puskesmas yang dapat berdampak pada pasien maupun petugas.
Tujuan utama penerapan manajemen resiko layanan klinis di puskesmas adalah
untuk keselamatan pasien dan petugas. Penyusunan panduan manajemen
resiko layanan klinis bertujuan untuk memberikan panduan bagi petugas
kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan yang paling aman untuk
pelanggan puskesmas
3. Manajemen Resiko Pelaksanaan Program
Manajemen resiko pada pelaksanaan program puskesmas merupakan upaya
untuk mengidentifikasi, menganalisa dan meminimalkan resiko atau dampak
atas pelaksanaan program puskesmas.

2
BAB II
RUANG LINGKUP

Pada dasaranya dalam pelaksanaan manajemen resiko, terdapat beberapa


tahapan dalam manajemen resiko. Salah satu tahapannya adalah:
1. Identifikasi resiko
2. Menafsirkan kerugian atau resiko yang dapat terjadi
3. Implementasi
4. Monitoring dan evaluasi dari implementasi

Tahapan pertama dalam manajemen resiko adalah tahap identifikasi resiko.


Identifikasi resiko merupakan suatu proses yang secara sistematis dan terus-
menerus dilakukan untuk mengidentifikasi kemungkinan timbulnya resiko atau
kerugian. Proses identifikasi resiko ini mungkin adalah proses terpenting, karena
dengan proses inilah semua resiko yang ada atau yang mungkin terjadi pada suatu
pekerjaan dapat diminimalisasi. Adapun proses identifikasi harus dilakukan secara
cermat dan komprehensif, sehingga tidak ada resiko yang terlewatkan atau tidak
teridentifikasi. Dalam pelaksanaannya, identifikasi resiko dapat dilakukan dengan
beberapa teknik antara lain:
1. Incident investigation
2. Inspection
3. Checklist
4. Auditing

Puskesmas adalah upaya kesehatan yang menyelenggarakan kegiatan


pelayanan kesehatan. Puskesmas merupakan salah satu tempat bagi masyarakat
untuk mendapatkan pengobatan dan pemeliharaan kesehatan dengan berbagai
fasilitas dan peralatan kesehatan. Potensi bahaya di sarana pelayanan kesehatan,
selain penyakit infeksi juga ada potensi bahaya lain yang mempengaruhi situasi dan
kondisi tempat pelayanan tersebut, seperti bahan kimia berbahaya dan gangguan
psikososial.
Semua potensi bahaya tersebut jelas mengancam jiwa bagi kehidupan
karyawan, pasien maupun pengunjung yang ada di lingkungan puskesmas. Sarana
pelayanan kesehatan mempunyai karakteristik khusus yang dapat meningkatkan
peluang kecelakaan. Misalnya jari jemari acap kali menjadi tempat goresan kecil dan
luka. Untuk itu perlu ada upaya untuk mengendalikan, meminimalisasi dan bila
mungkin meniadakannya. Oleh karena itu, manajemen resiko di tempat pelayanan
kesehatan perlu dikelola dengan baik.

3
A. MANAJEMEN RESIKO LINGKUNGAN
Lingkup pelaksanaan manajemen resiko lingkungan di Puskesmas meliputi:
1. Penilaian persyaratan bangunan, sarana prasarana dan kondisi lingkungan
puskesmas
2. Identifikasi resiko kondisi lingkungan yang berdampak pada pasien, petugas
dan lingkungan sekitar puskesmas
3. Tatalaksanan penerapan manajemen resiko lingkungan
4. Pemantauan penerapan manajemen resiko lingkungan

Penerapan manajemen resiko lingkungan di Puskesmas Mungkid meliputi:


1. Sarana dan prasarana bangunan puskesmas
2. Sarana prasaranan fasilitas puskesmas termasuk rasio jumlah karyawan dan
toilet, dsb
3. Tata ruang dan penetapan zona resiko
4. Pemantauan kualitas lingkungan termasuk suplai air bersih, keadaan udara,
penghawaan, kebisingan, pencahayaan dan kelembaban.
5. Pemantauan fasilitas sanitasi puskesmas:
a. Toilet dan kamar mandi
b. Pembuangan sampah
c. Penyediaan air minum dan air bersih
d. Hygiene dan sanitasi makanan
e. Pengelolaan limbah
f. Pengelolaan limbah medis
g. Pengelolaan linen
h. Pengendalian serangga dan binatang pengganggu
i. Dekontaminasi dan sterilisasi
j. Promosi hygiene dan sanitasi

B. MANAJEMEN RESIKO PELAYANAN KLINIS


Manajemen resiko layanan klinis mencakup adanya prosedur untuk
mencegah kondisi yang membahayakan dan prosedur untuk meminimalkan
resiko (patient safety). Lingkup penerapan manajemen resiko layanan klinis di
Puskesmas Mungkid meliputi:
1. Resiko yang berhubungan dengan pasien/pengunjung puskesmas
2. Resiko yang berhubungan dengan petugas kesehatan
3. Resiko yang berhubungan dengan staf puskesmas lainnya
4. Resiko yang berhubungan dengan peralatan kesehatan dan property
puskesmas lainnya.
Penerapan manajemen resiko layanan klinis di Puskesmas Mungkid
dilaksanakan di unit pelayanan yang menyelenggarakan layanan klinis, yaitu:

4
1. Loket pendaftaran dan rekam medis
2. Pelayanan Umum
3. Pelayanan Gigi dan Mulut
4. Ruang KIA/KB
5. Pelayanan Gawat Darurat
6. Laboratorium
7. Unit layanan farmasi
Ruang lingkup penerapan manajemen resiko pelayanan klinis juga
dilaksanakan di jaringan pelayanan Puskesmas Mungkid yang melaksankan
layanan klinis seperti pemeriksaan, pengobatan dan tindakan termasuk
imunisasi. Jaringan pelayanan puskesmas yang dimaksud meliputi Puskesmas
Pembantu (Pustu), Ponkesdes dan Posyandu.

C. MANAJEMEN RESIKO PELAKSANAAN PROGRAM


Manajemen resiko pelaksanaan program puskesmas meliputi resiko:
1. Resiko pelaksanaan program terhadap masyarakat sasaran
2. Resiko pelaksanaan program terhadap lingkungan
3. Resiko pelaksanaan program terhadap petugas pelaksana program
Tempat pelaksanaan program dan sasaran program termasuk pada
pelaksanaan kegiatan Posyandu balita dan Posyandu lansia.

KEJADIAN TIDAK DIHARAPKAN (KTD)


Merupakan kejadian yang mengakibatkan cidera yang tidak diaharapkan
pada pasien karena suatu atau karena tidak bertindak dan bukan karena penyakit
yang mendasari atau kondisi pasien. Masalah KTD bisa terjadi dikarenakan:
1. Masalah komunikasi
Penyebab yang paling umum terjadi medical error. Kegagalan komunikasi:
verbal atau tertulis, miskomunikasi antar staf, antar shift, informasi yang
tidak didokumentasikan dengan baik/hilang, masalah-masalah komunikasi,
antar tim layanan dengan pekerja non klinis dan antara staf dengan
pasien.
2. Arus informasi yang tidak adekuat
Ketersediaan informasi yang kritis saat akan merumuskan keputusan
penting, komunikasi tepat waktu dan dapat diandalkan saat pemberian
hasil pemeriksaan yang kritis, kondisi instruksi obat saat transfer antar unit,
informasi penting tidak disertakan saat pasien dirujuk ke Rumah Sakit
3. Masalah SDM
Gagal mengikuti kebijakan, SOP dan proses-proses, labeling specimen
yang buruk, staf tidak mempunyai pengetahuan yang adekuat untuk setiap
pasien pada saat dibutuhkan.

5
4. Hal-hal yang berhubungan dengan pasien
Identifikasi pasien yang tidak tepat, assesmen pasien yang tidak lengkap,
kegagalan memperoleh consent, pendidikan pasien yang tidak adekuat
5. Kegagalan teknis
Kegagalan alat/perlengkapan, instruksi tidak adekuat, kegagalan alat tidak
teridentifikasi dengan tepat sebagai dasar cidera pasien
6. Kebijakan dan prosedur yang tidak adekuat
Pedoman cara pelayanan dapat merupakan faktor penentu terjadinya
banyak medical error. Kegagalan dalam proses pelayanan dapat ditelusuri
sebabnya pada buruknya dokumentasi, tidak adanya pencatatan atau SOP
klinis yang tidak adekuat.
KEJADIAN NYARIS CIDERA DAN KEJADIAN TIDAK CIDERA
Kejadian nyaris cidera (KNC) adalah terjadinya insiden yang belum sampai
terpapar ke pasien.
Kejadian tidak cidera (KTC) adalah insiden yang sudah terjadi ke pasien tapi
tidak timbul cidera
Kondisi Potensial cidera (KPC) adalah kondisi yang dapat berpotensi untuk
menimbulkan cidera tapi belum terjadi insiden

6
BAB III
TATALAKSANA MANAJEMEN RESIKO

A. TATALAKSANA MANAJEMEN RESIKO LINGKUNGAN


Manajemen resiko lingkungan di Puskesmas Mungkid diterapkan pada
seluruh kegiatan yang menimbulkan dampak resiko terhadap lingkungan, yaitu:
1. Kegiatan pelayanan klinis di puskesmas
2. Kegiatan pelayanan kesehatan di Pustu, PKD dan Posyandu
3. Kegiatan pasien/pengunjung puskesmas
4. Kegiatan karyawan puskesmas

Kegiatan penerapan manajemen resiko lingkungan:


a. Penilaian persyaratan bangunan, saranan dan prasarana puskesmas.
- Bangunan puskesmas terdiri dari bangunan dengan konstruksi kuat, atap
tidak bocor, lantai tidak licin, permukaan dinding kuat dan rata serta
menggunakan bahan bangunan yang tidak membahayakan.
- Lingkungan puskesmas tidak panas, ventilasi cukup, pencahayaan
cukup, seluruh ruangan tidak lembab dan tidak berbau.
- Terdapat fasilkitas pemadam kebakaran dan petunjuk jalur evakuasi dan
pintu darurat jika terjadi kecelakaan.
- Rasio kecukupan toilet yaitu 1:20 artinya setiap penambahan 20
karyawan harus ditambah 1 toilet dan 1 kamar mandi.
- Tata ruang
o Zona ruang dengan:
 Resiko rendah; meliputi ruang administrasi TU, ruang kepala
puskesmas, ruang pertemuan, ruang penyimpanan rekam
medis, ruang penyimpanan obat, ruang akrediatsi dan musholla
 Resiko sedang; meliputi poli rawat jalan (umum, gigi, KIA/KB)
 Resiko tinggi; meliputi laboratorium dan UGD
o Penataan ruangan memperhatikan zona resiko penularan
b. Identifikasi resiko kondisi lingkungan
Setiap unit kerja melakukan identifikasi resiko kondisi lingkunan, antara lain:
- Sarana
o Kerusakan bangunan atau sarana dan prasarana
o Fasilitas sanitasi seperti wastafel air buntu, air tidak lancar, tempat
sampah medis tidak tersedia, toilet rusak, dll
- Kondisi pencahayaan, penghawaan, kelembaban, kebisingan peralatan,
dll
- Kebersihan ruangan dan fasilitas
7
- Limbah, misalnya sarana pembuangan limbah yang penuh, paparan
limbah pada lingkungan, dll
c. Tatalaksana penerapan manajemen resiko lingkungan
- Toilet dan kamar mandi
o Tersedia dalam keadaan bersih
o Lantai kedap air dan mudah dibersihkan
o Terpisah antara toilet laki-laki dan perempuan
o Tidak terdapat perindukan nyamuk
- Pembuangan sampah
o Tersedia fasilitas tempat sampah organic dan non organic di setiap
ruangan
o Tempat sampah tertutup
o Sampah/limbah non medis padat ditampung dalam kantong warna
hitam. Sampah medis ditampung dalam kantong warna kuning
o Sampah setiap hari dibuang ditempat penampungan sampah
sementara
- Penyediaan air minum dan air bersih
o Tersedia air bersih
o Tersedia air minum untuk karyawan sesuai kebutuhan
- Hygiene dan sanitasi makanan
o Kebersihan peralatan makan/minum di puskesmas
- Pengolahan limbah
o Limbah cair ditampung dalam IPAL Puskesmas
- Pengolahan limbah medis
o Limbah medis tajam ditampung dalam safety box
o Limbah medis padat ditampung dalam tempat sampah medis
dengan kantong warna kuning
o Limbah medis padat selanjutnya ditampung pada penampungan
sementara untuk dikirim ke tempat pemusnahan.
- Pengelolaan linen
o Dilakukan pemisahan linen yang infeksius dan non infeksius
o Linen yang terkontaminasi dilakukan proses desinfeksi
o Linen secara berkala dikumpulkan dan dikirim ke tempat pencucian
- Dekontaminasi dan sterilisasi
o Seluruh peralatan yang terkontaminasi dilakukan proses
dekontaminasi dan sterilisasi
o Proses dekontaminasi dilaksanakan segera setelah proses
pelayanan, sterilisasi dilakukan di ruang sterilisasi.

8
- Promosi hygiene dan sanitasi
o Tersedia promosi untuk menjaga kebersihan ruangan, membuang
sampah, kebersihan kamar mandi dan cara mencuci tangan, etika
batuk
d. Pemantauan penerapan manajemen resiko lingkungan
Pemantauan penerapan manajemen resiko lingkungan dilaksanakan oleh
petugas sanitasi.

B. TATALAKSANA MANAJEMEN RESIKO PELAYANAN KLINIS


Proses penerapan manajemen resiko layanan klinis meliputi kegiatan:
1. Identifikasi resiko
Masing-masing unit pelayanan dan jaringan puskesmas menyusun daftar
resiko yang berpotensi membahayakan pasien dan petugas yang bisa
didapatkan dari:
- Hasil temuan pada audit internal
- Keluhan pasien/pelanggan
- Adanya insiden atau kondisi berbahaya yang pernah terjadi di unit
pelayanan tersebut

Contoh daftar resiko pada layanan klinis di puskesmas:


No. Unit layanan Resiko
1. Loket pendaftaran dan -Kesalahan pemberian identitas rekam medis
rekam medis -Kesalahan pengambilan rekam medis
2. Poli Umum, Poli Gigi, Poli -Kesalahan diagnosis
KIA/KB, MTBS dan UGD -Kesalahan identifikasi pasien/salah orang
-Kesalahan pemberian terapi
-Kesalahan pemberian resep
-Kesalahan tindakan yang menimbulkan
perlukaan
-Monitoring pengobatan atau tindakan yang
kurang baik
-Insiden tertusuk jarum bekas pakai
-Limbah medis berceceran
-Paparan dengan luka terbuka atau cairan tubuh
pasien
-Tidak menggunakan APD
-Menggunakan peralatan tidak steril
3. Laboratorium -Kegagalan pengambilan sampel sehingga
menimbulkan perlukaan
-Kesalahan pengambilan sampel
-Kesalahan pemberian label sampael
laboratorium
-Kesalahan penulisan hasil pemeriksaan
laboratorium
-Hasil pemeriksaan hilang
9
-Sampel rusak atau hilang
4. Unit layanan farmasi -Kesalahan membaca resep
-Kesalahan pemberian obat
-Kesalahan dosis/formula obat
-Kesalahan edukasi cara minum/pemakaian
obat
-Kesalahan identifikasi pasien
-Pemberian obat kadaluwarsa
-Kesalahan penulisan label
-Pemberian obat rusak
-Kesalahan pengambilan obat
Daftar resiko yang telah teridentifikasi, dicatta dalam formulir identifikasi
manajemen resiko puskesmas dan dilaporkan kepada tim mutu puskesmas.

1. Analisis Resiko (Risk Assesment)


Daftar resiko yang telah diidentifikasi kemudian dilakukan analisis oleh tim
mutu. Analisis resiko dilakukan dengan cara menilai tingkat kegawatan dan
resiko (severity assessment) dan dengan metode FMEA (failure mode and
effect analysis).
2. Evaluasi resiko
Evaluasi resiko dilakukan pada kasus yang terpilih berdasarkan kegawatan
resiko. Evaluasi dilakukan dengan mencari penyebab masalah menggunakan
PDCA (plan, Do, Check, Action) atau Analisis Akar Masalah (RCA/ Root Case
Analysis) kemudian ditentukan apakah memerlukan tindakan perbaikan atau
tidak.
3. Tindakan atau perbaikan
Jika diperlukan tindakan perbaikan maka tim mutu merekomendasikan
rencana tindakan perbaikan dengan monitoring terhadap tindkan perbaikan.
Setiap tindakan perbaikan dikonsultasikan kepada petugas puskesmas
lainnya.

C. MANAJEMEN RESIKO PELAKSANAAN PROGRAM


Penerapan manajemen resiko pelaksanaan program meliputi kegiatan:
1. Identifikasi resiko
Resiko yang dapat timbul karena pelaksanaan program, antara lain:
No. Program Resiko
1. Posyandu balita - Kesalahan penentuan kebutuhan
imunisasi
- Kesalahan cara pemberian imunisasi
- Kesalahan jenis imunisasi
- Kesalahan dosis vaksin
- Insiden kegagalan pemberian imunisasi
- Insiden efek samping imunisasi
- Ceceran limbah medis

10
- Insiden petugas tertusuk jarum
- insiden balita terluka pada saat
penimbangan menggunakan dacin
- kesalahan cara penimbangan
- kesalahan pencatatan hasil pengukuran
dan pemeriksaan
2. Posyandu lansia - kesalahan identifikasi
- Kesalahan pemeriksaan dan diagnosis
- Insiden perlukaan karena penggunaan
alat periksa
- Kesalahan hasil pemeriksaan
laboratorium
- Insiden perlukaan karena pemeriksaan
laboratorium
- Insiden tertusuk jarum
- Insiden kontak dengan cairan tubuh
penderita
- Tidak menggunakan APD
- Kesalahan pemberian obat
- Kesalahan dosis obat

2. Analisis Resiko
Daftar resiko yang telah didentifikasi kemudian dilakukan analisis oleh Tim
Mutu. Analisis resiko dilakukan dengan cara menilai tingkat kegawatan
resiko dan dengan metode FMEA.
3. Evaluasi resiko
Resiko yang teridentifikasi dianalisis menggunakan formulir FMEA dan
analisis penyebab dengan menggunakan metode PDCA atau RCA. Tingkat
resiko yang memiliki nilai yang tinggi merupakan prioritas untuk dilakukan
pemecahan masalah. Identifikasi resiko dilaporkan kepada Tim Mutu
Puskesmas.
4. Tindakan perbaikan
Jika diperlukan tindakan perbaikan maka tim mutu merekomendasikan
rencana tindakan perbaikan dan monitoring terhadap tindakan perbaikan.
Setiap tindakan perbaikan dikonsultasikan kepada kepala puskesmas dan
dikomunikasikan kepada petugas puskesmas lainnya.

1. ANALISIS RESIKO
Analisa dilakukan dengan menentukan skor resiko atau insiden tersebut untuk
menentukan prioritas penanganan
a. Peluang
Tingkat Resiko Deskripsi Peluang / Frekuensi
1 Sangat jarang (>5 tahun / kali)
2 Jarang (>2-5 tahun / kali)

11
3 Mungkin (1-2 tahun / kali)
4 Sering (beberapa kali / tahun)
5 Sangat sering (tiap minggu /
bulan)
b. Dampak
Tingkat Deskripsi Dampak
Resiko Peluang/Frekuensi
1 Tidak signifikan Tidak ada cidera
2 Minor - Cidera ringan, mis luka lecet
- Dapat diatasi dengan P3K
3 Moderat - Cidera sedang, mis luka robek
- Berkurangnya fungsi
motoric/sensorik/psikologis/intelektual
, tidak berhubungan dengan
penyakitnya
- Setiap kasus yang memperpanjang
masa perawatan
4 Mayor - Cidera berat/luas, mis cacat/lumpuh
- Kehilangan fungsi fisiologis yang
tidak berhubungan dengan
penyakitnya
5 Katastropik - Kematian yang tidak berhubungan
dengan penyakitnya
Hal ini akan menentukan evaluasi dan tata laksana selanjutnya.

2. EVALUASI RESIKO
Resiko yang sudah dianalisa akan dievaluasi lebih lanjut sesuai skor dan
grading yang di dapat:
SKOR RESIKO = DAMPAK X PELUANG
Dampak Total skor
Rendah 1-3
Sedang 4-6
Tinggi 8-12
Ekstrim 15-25

3. KELOLA RESIKO
Level Tindakan
Ekstrim Memerlukan tindakan segera, paling lambat 2x24 jam
Tinggi Kaji dengan detil dan perlu tindakan segera, sampai 2 minggu
Sedang Dilakukan penelitian sederhana paling lambat 2 minggu.
Sebaiknya menilai dampak terhadap bahaya dan kelola resiko.
Target waktu pengendalian sampai 6 minggu.
Rendah Dilakukan penelitian sederhana paling lama 1 minggu,
diselesaikan dengan prosedur rutin. Target waktu pengendalian
sampai 12 minggu.

12
Respon Manajemen
Setelah resiko yang mungkin terjadi diidentifikasi dan dianalisa, tim
manajerial akan memulai memformulasikan strategi penanganan resiko yang
tepat. Strategi ini didasarkan kepada sifat dan dampak potensial dari resiko itu
sendiri. Apabila resiko kondisi berdampak ekstrim dan sering terjadi, maka
kondisi tersebut dianalisa menggunakan instrument RCA, apabila masih dlaam
kategori minor sampai dengan sedang dan jarang terjadi, dapat dilakukan
siklus PDCA tiap-tiap unit. Adapun tujuan dan strategi ini adalah untuk
meniadakan dampak potensial resiko sebanyak mungkin unutk meningkatkan
control terhadap resiko.
Ada lima strategi alternatif untuk menangani resiko:
1. Menghindari resiko
2. Mencegah resiko dan mengurangi kerugian
3. Meretensi resiko
4. Mentransfer resiko
5. Asuransi

13
BAB IV
PENUTUP

Puskesmas adalah sarana upaya kesehatan yang menyelenggarakan kegiatan


pelayanan kesehatan. Puskesmas merupakan salah satu tempat bagi masyarakat
untuk mendapatkan pengobatan dan pemeliharaan kesehatan dengan berbagai
fasilitas dan perlatan kesehatan. Potensi bahaya di puskesmas, selain penyakit
infeksi, juga berpotensi bahay lain yang mempengaruhi situasi dan kondisi di
puskesmas. Semua potensi bahaya tersebut jelas mengancam jiwa bagi kehidupan
karyawan, pasien dan pengunjung puskesmas. Mengelola resiko harus dilakukan
secara komprehensif melalui pendekatan manajemen resiko.

14
LAMPIRAN 1
PROSES MANAJEMEN RESIKO

Menerapkan Lingkup

Manajemen Resiko

Identifikasi resiko

Analisis Resiko Monitoring,


Komunikasi audit dan
dan konsultasi tinjauan
pada dukungan
stakeholders internal

Evaluasi Resiko

tidak
ya

Tindakan / Treatment
terhadap Resiko

15

Anda mungkin juga menyukai