MANAJEMEN RESIKO
Nomer
Revisi ke /
Berlaku
Tanggal
dr Leli Puspitowati, MM
NIP. 19750122 200604 2 016
DAFTAR ISI
Halaman Judul........................................................................................................... i
Kata Pengantar.......................................................................................................... ii
Daftar Isi.....................................................................................................................iii
BAB I DEFINISI ......................................................................................................... 1
BAB II RUANG LINGKUP ....................................................................................... 3
BAB III TATALAKSANA MANAJEMEN RESIKO..................................................... 7
BAB IV PENUTUP .....................................................................................................
13
LAMPIRAN
BAB I
DEFINISI
Puskesmas merupakan tempat kerja yang unik dan kompleks. Semakin luas
pelayanan kesehatan dan fungsi suatu puskesmas maka semakin kompleks
peralatan dan fasilitasnya. Kerumitan yang meliputi segala hal tersebut menyebabkan
puskesmas mempunyai potensi dan bahaya yang sangat besar, tidak hanya bagi
petugas tapi juga bagi pasien atau pengunjung puskesmas. Di Puskesmas Mungkid
1
terdapat tiga kegiatan manajemen resiko yang menjadi acuan sebagai dasar
pencegahan terhadap resiko yang mungkin terjadi, yaitu:
2
BAB II
RUANG LINGKUP
3
A. MANAJEMEN RESIKO LINGKUNGAN
Lingkup pelaksanaan manajemen resiko lingkungan di Puskesmas meliputi:
1. Penilaian persyaratan bangunan, sarana prasarana dan kondisi lingkungan
puskesmas
2. Identifikasi resiko kondisi lingkungan yang berdampak pada pasien, petugas
dan lingkungan sekitar puskesmas
3. Tatalaksanan penerapan manajemen resiko lingkungan
4. Pemantauan penerapan manajemen resiko lingkungan
4
1. Loket pendaftaran dan rekam medis
2. Pelayanan Umum
3. Pelayanan Gigi dan Mulut
4. Ruang KIA/KB
5. Pelayanan Gawat Darurat
6. Laboratorium
7. Unit layanan farmasi
Ruang lingkup penerapan manajemen resiko pelayanan klinis juga
dilaksanakan di jaringan pelayanan Puskesmas Mungkid yang melaksankan
layanan klinis seperti pemeriksaan, pengobatan dan tindakan termasuk
imunisasi. Jaringan pelayanan puskesmas yang dimaksud meliputi Puskesmas
Pembantu (Pustu), Ponkesdes dan Posyandu.
5
4. Hal-hal yang berhubungan dengan pasien
Identifikasi pasien yang tidak tepat, assesmen pasien yang tidak lengkap,
kegagalan memperoleh consent, pendidikan pasien yang tidak adekuat
5. Kegagalan teknis
Kegagalan alat/perlengkapan, instruksi tidak adekuat, kegagalan alat tidak
teridentifikasi dengan tepat sebagai dasar cidera pasien
6. Kebijakan dan prosedur yang tidak adekuat
Pedoman cara pelayanan dapat merupakan faktor penentu terjadinya
banyak medical error. Kegagalan dalam proses pelayanan dapat ditelusuri
sebabnya pada buruknya dokumentasi, tidak adanya pencatatan atau SOP
klinis yang tidak adekuat.
KEJADIAN NYARIS CIDERA DAN KEJADIAN TIDAK CIDERA
Kejadian nyaris cidera (KNC) adalah terjadinya insiden yang belum sampai
terpapar ke pasien.
Kejadian tidak cidera (KTC) adalah insiden yang sudah terjadi ke pasien tapi
tidak timbul cidera
Kondisi Potensial cidera (KPC) adalah kondisi yang dapat berpotensi untuk
menimbulkan cidera tapi belum terjadi insiden
6
BAB III
TATALAKSANA MANAJEMEN RESIKO
8
- Promosi hygiene dan sanitasi
o Tersedia promosi untuk menjaga kebersihan ruangan, membuang
sampah, kebersihan kamar mandi dan cara mencuci tangan, etika
batuk
d. Pemantauan penerapan manajemen resiko lingkungan
Pemantauan penerapan manajemen resiko lingkungan dilaksanakan oleh
petugas sanitasi.
10
- Insiden petugas tertusuk jarum
- insiden balita terluka pada saat
penimbangan menggunakan dacin
- kesalahan cara penimbangan
- kesalahan pencatatan hasil pengukuran
dan pemeriksaan
2. Posyandu lansia - kesalahan identifikasi
- Kesalahan pemeriksaan dan diagnosis
- Insiden perlukaan karena penggunaan
alat periksa
- Kesalahan hasil pemeriksaan
laboratorium
- Insiden perlukaan karena pemeriksaan
laboratorium
- Insiden tertusuk jarum
- Insiden kontak dengan cairan tubuh
penderita
- Tidak menggunakan APD
- Kesalahan pemberian obat
- Kesalahan dosis obat
2. Analisis Resiko
Daftar resiko yang telah didentifikasi kemudian dilakukan analisis oleh Tim
Mutu. Analisis resiko dilakukan dengan cara menilai tingkat kegawatan
resiko dan dengan metode FMEA.
3. Evaluasi resiko
Resiko yang teridentifikasi dianalisis menggunakan formulir FMEA dan
analisis penyebab dengan menggunakan metode PDCA atau RCA. Tingkat
resiko yang memiliki nilai yang tinggi merupakan prioritas untuk dilakukan
pemecahan masalah. Identifikasi resiko dilaporkan kepada Tim Mutu
Puskesmas.
4. Tindakan perbaikan
Jika diperlukan tindakan perbaikan maka tim mutu merekomendasikan
rencana tindakan perbaikan dan monitoring terhadap tindakan perbaikan.
Setiap tindakan perbaikan dikonsultasikan kepada kepala puskesmas dan
dikomunikasikan kepada petugas puskesmas lainnya.
1. ANALISIS RESIKO
Analisa dilakukan dengan menentukan skor resiko atau insiden tersebut untuk
menentukan prioritas penanganan
a. Peluang
Tingkat Resiko Deskripsi Peluang / Frekuensi
1 Sangat jarang (>5 tahun / kali)
2 Jarang (>2-5 tahun / kali)
11
3 Mungkin (1-2 tahun / kali)
4 Sering (beberapa kali / tahun)
5 Sangat sering (tiap minggu /
bulan)
b. Dampak
Tingkat Deskripsi Dampak
Resiko Peluang/Frekuensi
1 Tidak signifikan Tidak ada cidera
2 Minor - Cidera ringan, mis luka lecet
- Dapat diatasi dengan P3K
3 Moderat - Cidera sedang, mis luka robek
- Berkurangnya fungsi
motoric/sensorik/psikologis/intelektual
, tidak berhubungan dengan
penyakitnya
- Setiap kasus yang memperpanjang
masa perawatan
4 Mayor - Cidera berat/luas, mis cacat/lumpuh
- Kehilangan fungsi fisiologis yang
tidak berhubungan dengan
penyakitnya
5 Katastropik - Kematian yang tidak berhubungan
dengan penyakitnya
Hal ini akan menentukan evaluasi dan tata laksana selanjutnya.
2. EVALUASI RESIKO
Resiko yang sudah dianalisa akan dievaluasi lebih lanjut sesuai skor dan
grading yang di dapat:
SKOR RESIKO = DAMPAK X PELUANG
Dampak Total skor
Rendah 1-3
Sedang 4-6
Tinggi 8-12
Ekstrim 15-25
3. KELOLA RESIKO
Level Tindakan
Ekstrim Memerlukan tindakan segera, paling lambat 2x24 jam
Tinggi Kaji dengan detil dan perlu tindakan segera, sampai 2 minggu
Sedang Dilakukan penelitian sederhana paling lambat 2 minggu.
Sebaiknya menilai dampak terhadap bahaya dan kelola resiko.
Target waktu pengendalian sampai 6 minggu.
Rendah Dilakukan penelitian sederhana paling lama 1 minggu,
diselesaikan dengan prosedur rutin. Target waktu pengendalian
sampai 12 minggu.
12
Respon Manajemen
Setelah resiko yang mungkin terjadi diidentifikasi dan dianalisa, tim
manajerial akan memulai memformulasikan strategi penanganan resiko yang
tepat. Strategi ini didasarkan kepada sifat dan dampak potensial dari resiko itu
sendiri. Apabila resiko kondisi berdampak ekstrim dan sering terjadi, maka
kondisi tersebut dianalisa menggunakan instrument RCA, apabila masih dlaam
kategori minor sampai dengan sedang dan jarang terjadi, dapat dilakukan
siklus PDCA tiap-tiap unit. Adapun tujuan dan strategi ini adalah untuk
meniadakan dampak potensial resiko sebanyak mungkin unutk meningkatkan
control terhadap resiko.
Ada lima strategi alternatif untuk menangani resiko:
1. Menghindari resiko
2. Mencegah resiko dan mengurangi kerugian
3. Meretensi resiko
4. Mentransfer resiko
5. Asuransi
13
BAB IV
PENUTUP
14
LAMPIRAN 1
PROSES MANAJEMEN RESIKO
Menerapkan Lingkup
Manajemen Resiko
Identifikasi resiko
Evaluasi Resiko
tidak
ya
Tindakan / Treatment
terhadap Resiko
15