Anda di halaman 1dari 12

PANDUAN

MANAJEMEN RISIKO

PUSKESMAS MUNGKID
Jl. Pasar No. 2 Blabak Mungkid Magelang 56551 Telp. (0293) 782496
BAB I
DEFINISI

Manajemen risiko merupakan hal yang rutin dilakukan untuk


meminimalkan risiko terjadinya tuntutan hukum. Keberhasilan program
manajemen risiko bagaimanapun tergantung pada sistem pembuatan dan
monitoring keselamatan yang dirancang untuk mengurangi risiko dan
meningkatkan kinerja sumber daya manusia.
Puskesmas memiliki sistem untuk pelaporan pasien jatuh, kematian
karena anastesia, pembedahan, persalinan, pertolongan terlambat, salah
diagnosis, kesalahan pengobatan, kesalahan identifikasi pasien dan yang
lainnya yang merupakan bagian dari ‘gunung es’ yang tidak terlihat, belum
diteliti dan dilaporkan sehingga dalam memberikan pelayanan Puskesmas
harus tetap mengoptimalkan upaya untuk meminimalisir terjadinya risiko
tersebut.
Keselamatan pasien Puskesmas adalah suatu sistem dimana
Puskesmas membuat asuhan pasien lebih aman yang meliputi asesment
risiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko
pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan
tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya
risiko dan mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan
akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang
seharusnya diambil (Kemenkes RI, 2011).
Risiko Klinik adalah bahaya, kesalahan, musibah atau potensi terjadinya
hal - hal yang merugikan pasien, terkait dengan atau sebagai dampak asuhan
klinik yang diberikan kepadanya
Manajemen risiko klinis adalah proses mengenal, mengevaluasi,
mengendalikan, meminimalkan risiko dalam suatu organisasi secara
menyeluruh ( NHS).
BAB II
RUANG LINGKUP

Ruang lingkup manajemen risiko Puskesmas Mungkid :


A. Risiko terhadap pasien terkait pelayanan
1. Berhubungan langsung dengan pelayanan pasien
2. Konsekuensi hasil pengobatan yang tidak sesuai dengan yang
diharapkan
3. Perlindungan dari kelalaian dan serangan
4. Pemberitahuan pasien terhadap risiko
5. Pengobatan yang non diskriminatif
6. Perlindungan barang berharga pasien dari kerugian atau kerusakan
B. Risiko terhadap staff medis
1. Dilakukan kredensial terhadap staff medis
2. Tindakan medis dilakukan sesuai kompetensi dan prosedur baku
3. Pasien dikelola dengan benar
4. Pelatihan staff medis
C. Risiko terhadap staff atau pegawai
1. Menjaga lingkungan yang aman
2. Kebijakan kesehatan pegawai
D. Risiko terhadap sarana prasana fasilitas atau aset Puskesmas
1. Melindungi aset dari kerugian akibat kebakaran, banjir, dll
2. Catatan rekaman medik pasien non elektronik, catatan keuangan
dilindungi dari kerusakan atau perusakan
3. Ikatan kerjasama dan asuransi untuk melindungi fasilitas dari kerugian
E. Risiko terhadap keuangan
F. Risiko lain-lain
1. Manajemen bahan berbahaya lain: kimia, radioaktif, bahan biologis
menular, manajemen limbah
2. Risiko terkait hukum dan peraturan
Dengan adanya panduan manajemen risiko klinis ini, Puskesmas Mungkid
diharapkan mampu melaksanakan manajemen risiko klinis dengan
memperhatikan 3 aspek yaitu :
1. Pencegahan risiko klinis
2. Pengendalian risiko klinis
3. Penanganan jika sudah terjadi musibah klinis

Sasaran dari manajemen risiko klinis adalah:


1. Puskesmas
2. UGD, Persalinan di Puskesmas
3. Puskesmas Pembantu/PKD
4. Posyandu

BAB III
TATA LAKSANA
Apabila terjadi adverse event atau insiden yang mengakibatkan cidera (harm),
kehilangan (loss), atau kerusakan (damage) maka potensi yang mungkin terjadi
adalah :
1. Adanya kasus medikolegal dimana kasus adverse event atau yangdianggap
sebagai adverse event akibat asuhan klinis/medis, yang dibawa ke
pengadilan oleh pasien atau keluarga (biasanya diwakili oleh advokat) dengan
klaim ganti rugi.
2. Dokter dapat dituduh melakukan malpraktek
3. Manajemen Puskesmas dapat dituduh lalai (negligence)
Untuk itu perlu dilakukan langkah untuk melakukan manajemen risiko klinis sebagai
berikut :
A. Identifikasi Risiko
Identifikasi risiko adalah usaha mengidentifikasi situasi yang dapat
menyebabkan cedera, tuntutan atau kerugian secara finansial. Identifikasi
akan membantu langkah-langkah yang akan diambil manajemen terhadap
risiko tersebut.
Instrumen yang diperlukan :
1. Keluhan Pasien
Data keluhan pasien ini dapat diperoleh dari keluhan tertulis pada lembar
kotak saran yang disediakan di Puskesmas Mungkid maupun dari
kuisioner melalui komputer di ruang tunggu ataupun pada tiap tiap unit
yang dicatat oleh petugas
2. Laporan Insiden (Incident Report)
Laporan insiden (incident report) terdiri atas :
a. Pelaporan setiap masalah atau kejadian yang menyimpang dari yang
direncanakan atau secara normal seharusnya tidak terjadi dan
berdampak pada keselamatan pasien
b. Pelaporan atas masalah / kejadian yang menghadapkan pasien pada
keadaan berisiko
c. Pelaporan atas masalah / kejadian yang bertendensi / berpotensi
menghadapkan rumah sakit pada tuntutan hukum
d. Masalah / kejadian tidak harus selalu menyebabkan cedera. Tetapi
termasuk juga suatu keadaan yang potensial menyebabkan cedera.
e. Pelaporan atas masalah / kejadian yang dapat dijadikan pelajaran untuk
mengeliminasi atau menurunkan risiko
f. Pelaporan dari masalah / kejadian yang mempunyai dampak terhadap
anggaran dan risiko ketersediaan keuangan, peralatan maupun supplies.
3. Audit Internal, diselenggarakan oleh Tim Audit Internal .
a. Analisa Risiko
Analisa risiko merupakan upaya untuk menentukan estimasi risiko
secara kuantitatif atau kualitatif berdasarkan tehnik-tehnik evaluasi
maupun matematis. Dan merupakan proses untuk mengenali bahaya
yang mungkin terjadi dan bagaimana potensi kegawatan dari bahaya
tersebut. Analisa risiko dilaksanakan untuk menentukan :
1) Risiko apa yang dapat terjadi.
2) Kapan risiko tersebut dapat terjadi.
3) Faktor yang berhubungan dengan risiko.
Instrumen yang diperlukan :
a) Severity Assessment
Memilih kejadian untuk dilakukan investigasi.
b) Root Cause Analysis (RCA)
RCA dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :
(1) Investigasi kejadian
(a) Menentukan masalah
(b) Mengumpulkan bukti-bukti yang nyata
(c) Melakukan wawancara
(d) Meneliti lingkungan kejadian
(e) Mengenali faktor-faktor yang berkontribusi terhadap
timbulnya kejadian
(f) Menggambarkan rantai terjadinya kejadian
(2) Rekonstruksi kejadian
(a) Mengenali kejadian-kejadian yang mengawali terjadinya
adverse event ataupun near miss
(b) Melakukan analisis dengan menggunakan pohon
masalah untuk mengetahui kegiatan atau kondisi yang
menyebabkan timbul kejadian
(c) Lanjutkan sehingga dapat dikenali sistem yang melatar
belakangi timbulnya kejadian atau sampai tidak
beralasan lagi untuk melanjutkan
(1) Analisis sebab
(a) Mengidentifikasi akar-akar penyebab yang dapat bersumber
dari :
i. Manusia

 Kelelahan

 Kurang terlatih

 Komunikasi yang buruk

 Kekuasaan / pengendalian

 Keterbatasan waktu

 Keraguan (heuristic)

 Logic error

 Over confidence

ii. Organisasi

 Rancang bangun ruang kerja

 Perencanaan kebijakan

 Administrasi / pembiayaan

 Insentif / dinsentif / kepemimpinan

 Manajemen suplai

 Supervisi / umpan balik

 Ketidak jelasan tugas

 Salah menempatkan personil

iii. Teknikal

 Poor automation

 Peralatan yang buruk

 Keterbatasan peralatan

 Tidak memiliki decision support

 Kompleksitas

 Kurang terintegrasi

 Terlalu banyak informasi

 Tidak menggunakan checklist

(b) Rumuskan pernyataan akar masalah


(2) Menyusun rencana tindakan
(c)Menetapkan strategi yang tepat untuk mengatasi penyebab
yang diidentifikasi, dan dapat diterima oleh pihak yang terkait
dengan kejadian.
(d) Rencana tindakan disusun untuk tiap akar penyebab kejadian
dan pengukuran untuk menilai efektifitas tindakan thd akar
penyebab
(e) Dapatkan persetujuan dari kepemimpinan dalam organisasi
(3) Melaporkan proses analisis dan temuan

 Catat proses dan alat yang digunakan

 Biaya yang dibutuhkan

 Ringkasan kejadian

 Proses investigasi dan analisis

 Temuan

c) Failure Mode And Effect Analysis (FMEA)


FMEA adalah Suatu alat mutu untuk mengkaji suatu prosedur secara
rinci, dan mengenali model-model adanya kegagalan / kesalahan
pada suatu prosedur, melakukan penilaian terhadap tiap model
kesalahan / kegagalan, dengan mencari penyebab terjadinya,
mengenali akibat dari kegagalan / kesalahan, dan mencari solusi
dengan melakukan perubahan disain / prosedur.
FMEA dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :
(1) Bentuk tim FMEA : orang-orang yang terlibat dalam suatu
proses
(2) Tetapkan tujuan, keterbatasan, dan jadual tim
(3) Tetapkan peran dari tiap anggota tim
(4) Gambarkan alur proses yang ada sekarang
(5) Kenalilah Failure modes pada proses tersebut
Tipe medical eror :
(a) Kekeliruan konsep meliputi :

 Wrong concept of disease (Kekeliruan konsep penyakit)

 Wrong concept of treatment (Kekeliruan konsep perawatan)

(b) Kekeliruan Diagnostik

 Misdiagnosis
 Late diagnosis

 Gagal melakukan prosedur diagnosis

 Menggunakan prosedur yang usang

 Gagal melakukan pemantauan dan follow-up hasil


pemeriksaan penunjang
(c)Kekeliruan Terapi

 Kesalahan melakukan tindakan medik / operasi

 Kekeliruan dalam memberikan terapi

 Kekeliruan dalam menetapkan dosis

 Kekeliruan dalam menetapkan cara pemberian obat

 Terlambat memberikan terapi padahal indikasi


berdasarkan hasil diagnostik sudah jelas

 Melakukan tindakan medik tidak adekuat dan tanpa


indikasi

 Teknik yang keliru

(d) Kekeliruan Pencegahan

 Gagal melakukan terapi pencegahan sesuai yang diperlukan

 Tidak adekuat melakukan pemantauan hasil terapi

(e) Lainnya

 Gagal dalam berkomunikasi dengan pasien atau tenaga


kesehatan lainnya

 Kegagalan peralatan

 Kegagalan sistem lainnya

(6) Kenalilah penyebab terjadinya failure untuk tiap model


kesalahan/kegagalan
(7) Kenalilah apa akibat dari adanya failure untuk tiap model
kesalahan/kegagalan
(8) Lakukan penilaian untuk tiap model kesalahan/kegagalan:

 Sering tidaknya terjadi (occurrence): (Occ)

0 : tidak pernah, 10 sangat sering

 Kegawatannya (severity): (SV)

0 : tidak gawat, 10 sangat gawat


 Kemudahan untuk terdeteksi: (DT)

0 : mudah dideteksi, 10 : sangat sulit dideteksi


(9) Hitung Risk Priority Number (RPN) dengan mengkalikan:
Occ x SV x DT
(10) Tentukan batasan (cut-off point) RPN yang termasuk prioritas
(11) Tentukan kegiatan untuk mengatasi (design action/solution)
(12) Tentukan cara memvalidasi apakah solusi tersebut berhasil
(13) Gambarkan alur yang baru dengan adanya solusi tersebut
b. Pembahasan
Pembahasan berupa diskusi event-event yang berisiko yang ada di Puskesmas dan
memilih mana yang paling prioritas.Yang terlibat dalam pembahasan manajemen
risiko klinis adalah Tim Audit Internal, Koordinator UKP, Dokter yang terkait, dan Tim
Manajemen Mutu.
Jika terjadi adverse event, hal yang harus dilakukan adalah :
1. Merespons terhadap kebutuhan segera dari pasien dan pihak-pihak lain yang
terlibat, termasuk staf.
2. Melakukan tindakan koreksi untuk menciptakan kembali suasana yang aman.
3. Semua bahan bukti dibiarkan sebagaimana adanya dan segera diamankan
untuk pemeriksaan kemudian. Semua obat dan alat yang rusak dihentikan
penggunaannya dan juga diamankan.
4. Berkomunikasi dengan pasien atau keluarga, mereka yang mengurus pasien,
teman, dll tentang apa yang sudah terjadi dalam waktu yang tepat.
5. Berkomunikasi secara lisan dan melalui laporan tertulis dengan pejabat
kesehatan setempat sesuai dengan asas positif dan bukan untuk menghukum
siapapun (non-punitive).
6. Berkomunikasi dengan dokter keluarga atau dokter spesialis yang mengirim
pasien.
7. Memberi informasi kepada stakeholder eksternal yang relevan.
8. Menghadapi pers dengan baik.
9. Belajar dari musibah agar kejadian yang sama tidak lagi terulang,dengan
melakukan analisis mendalam (root cause analysis) untuk mencari penyebab
sebenarnya dari adverseevent yang telah terjadi. Menyusun strategi dan
rencana kegiatan (baru) untuk perbaikan.
10. Memantau dan mengevaluasi efektifitas tindakan-tindakan perbaikan yang
dilakukan.
11. Membangun ‘budaya melapor’ pada pasien dan staf tentang adverse
incidents, adverse events, dan near misses yang dialami, agar dapat
dilakukan analisis mendalam tentang kejadian-kejadian tetentu itu

BAB IV
DOKUMENTASI
Dokumentasi manajemen risiko klinis yaitu:
1. Buku bantu laporan identifikasi risiko di unit pelayanan klinis
2. Laporan bulanan identifikasi risiko

Anda mungkin juga menyukai