Anda di halaman 1dari 9

Identifikasi Risiko Manajemen Rantai Pasok Beras Organik

(Studi Kasus di MUTOS, Kabupaten Mojokerto)


Performance Identification Supply Chain Management in Organic Rice Product
(The Study Case of MUTOS, Mojokerto)
Infandra Irfak Zainudin Ridwan1) * , Panji Deoranto2) , Ika Atsari Dewi2)
1)
Alumni Jurusan Teknologi Industri Pertanian, FTP Univ. Brawijaya
2)
Staf Pengajar Jurusan Teknologi Industri Pertanian, FTP Univ. Brawijaya
*
email_korespondensi: Infandra@gmail.com
Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah menganalisis kondisi rantai pasok produk beras organik di MUTOS
dan mengetahui hasil identifikasi risiko setiap stakeholder dalam rantai pasok produk beras organik.
Penelitian ini dilakukan menggunakan identifikasi risiko rantai pasok beras organik. Dimana identifikasi
risiko rantai pasok akan menganalisis setiap stakeholder yang terlibat menggunakan pendekatan tahap 1
dan tahap 2. Anggota rantai pasok yang digunakan sebagai responden ahli yaitu petani sebagai supplier,
MUTOS sebagai prosesor, distributor dan retailer. Hasil analisa tahap 1 yang dilakukan menunjukkan
supplier dengan 12 kendala, prosesor dengan 16 kendala, distributor dengan 12 kendala dan retailer
dengan 4 kendala. Kendala paling banyak terdapat pada prosesor dan paling dominan terdapat pada
unsur make. Hasil penelitian level 2 didapatkan elemen yang berpengaruh yaitu source-stocked-product
(S1), make-to-order (M2), deliver-stocked-product (D1) dan return defective product (SR1) serta deliver
return excess product (DR3). Didapatkan hasil identifikasi risiko yang menjadi kendala utama yaitu
risiko gangguan kerusakan peralatan selama pengolahan, risiko kerusakan komoditas selama proses
produksi, risiko penurunan hasil produksi dan risiko produk mengalami kontaminasi selama proses
pengolahan.
Kata kunci: Beras organik, Identifikasi Risiko, Prosesor , Tahap 1, Tahap 2.

Abstract
The purpose of this study was to analyze the condition of the supply chain of organic rice products
in MUTOS and to know the results of the identification of performance problems on each stakeholder in
the supply chain of organic rice products. This research was conducted using the performance

identification of organic rice supply chain. Where the identification of supply chain
performance will analyze each of the stakeholders involved using the approach phase 1 and
phase 2. Members used as a supply chain expert respondents are farmers as suppliers, MUTOS as
processors, distributors and retailers. The results of the analysis carried out showed level 1 supplier
with 12 obstacles, a processor with 16 obstacles, distributors and retailers with 12 obstacles with 4
constraints. Constraints are most numerous in the processor and the most dominant element present in
the make. Research results obtained level 2 elements that affect the source-stocked-product (S1), maketo-order (M2), delivering on-stocked product (D1) and return defective product (SR1) and deliver excess
return product (DR3) . Performance parameters obtained become the main obstacle is the risk of
damage to the equipment during processing disorder, the risk of damage during the process of
commodity production and the risk of decline in production output.
Keywords: Organic Rice, Performance Identification, Phase 1, Phase 2, Processor.

PENDAHULUAN
Produk pangan organik adalah hasil sektor
pertanian yang sudah mengarah pada produk
pertanian
sehat
dan
mempertahankan
keseimbangan lingkungan. Kegunaan pertanian
organik pada dasarnya ialah membatasi dampak
negatif yang ditimbulkan bahan kimiawi.
Strategi pertanian organik adalah memindahkan

hara secapatnya dari sisa tanaman, kompos, dan


pupuk kandang menjadi biomassa tanah yang
lalu mengalami proses mineralisasi akan
menjadi hara dalam larutan tanah (Sutanto,
2002). Pemerintah Indonesia menetapkan
program ini dengan nama Indonesia GoOrganik.
Salah satu lembaga yang melaksanakan
penghasil pertanian organik adalah Manajemen

Usaha Tani Organik Seloliman (MUTOS).


MUTOS merupakan lembaga yang menangani
tentang penyediaan bibit padi organik, budidaya
padi organik secara ekologis dengan
menggunakan pupuk dan pestisida alami.
MUTOS bertanggung jawab terhadap beras
organik yang dihasilkan oleh petani serta
melakukan penggilingan padi, pengemasan dan
pendistribusian beras organik.
Penanganan beras organik pada setiap
stakeholder harus benar-benar dijaga agar beras
organik yang dihasilkan tetap memenuhi
standar beras organik. Standar beras organik
didapatkan dengan melakukan pengecekan pada
lembaga yang menangani sertifikasi organik
Indonesia. Beras yang dihasilkan oleh MUTOS
telah memiliki sertifikasi organik Indonesia,
namun
untuk
menunjang
sertifikasi
berkelanjutan perlu dilakukan manajemen rantai
pasok yang lebih baik dari sisi petani,
koperasi/pedagang pengepul, distributor dan
retailer/konsumen.
Berdasarkan hal tersebut maka dilakukan
penelitian identifikasi risiko rantai pasok beras
organik. Identifikasi risiko rantai pasok
menyediakan pengamatan dan pengukuran
proses supply chain secara menyeluruh. Tujuan
identifikasi
risiko
dapat
memberikan
rekomendasi perbaikan untuk indikator risiko
perusahaan yang belum mencapai target
(Hanugrani, 2012)
BAHAN DAN METODE
Penelitian ini dilaksanakan di Manajemen
Usaha Tani Organik Seloliman (MUTOS)
Seloliman, Mojokerto. Pengolahan data
dilakukan di Laboratorium Manajemen
Agroindustri, Jurusan Teknologi Industri
Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian,
Universitas Brawijaya, Malang. Penelitian dan
pengolahan data dilakukan mulai bulan Oktober
2013 sampai Maret 2014.
Batasan Masalah
Batasan masalah dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Penelitian dilakukan dengan melakukan
wawancara mendalam kepada pakar untuk
masing-masing stakeholder.

2. Identifikasi risiko rantai pasok yang


digunakan tidak mencakup penelitian
tentang
proses-proses
administrasi
penjualan dan pemasaran, proses riset dan
pengembangan teknologi, perancangan dan
pengembangan produk serta beberapa
unsur yang berhubungan dengan pasca
pengiriman dukungan pelanggan.
3. Penelitian ini tidak dilakukan pada
konsumen akhir
Identifikasi Risiko Rantai Pasok
Identifikasi risiko dianalisis pada setiap
bagian rantai pasok beras organik, identifikasi
pencapaian risiko beserta resiko dalam setiap
bagiannya. Identifikasi dilakukan pada setiap
stakeholder rantai pasok beras organik yaitu
petani sebagai supplier, MUTOS sebagai
prosesor, distributor dan retailer. Dasar metode
yang digunakan adalah deep interview dan
focus group discussion. Hasil dari deep
interview dan FGD kemudian dianalisis
menggunakan dua tahapan dalam identifikasi
risiko rantai pasok.
Pengolahan dan Analisis Data Identifikasi
Risiko
Identifikasi risiko memiliki dua tahapan
proses dari yang umum hingga ke detail, yaitu
1) Tahap satu
Tahap 1 dalam identifikasi risiko ini
dinamakan TOP level yaitu mendefinisikan
cakupan untuk lima proses manajemen inti
yaitu plan, source, make, deliver, dan return.
Lima perspektif tersebut diklasifikasikan
dengan aktifitas utama dari masing-masing
supply chain. Pada tahap 1 dilakukan penelitian
pada masing-masing stakeholder melalui
pertanyaan-pertanyaan dari kuesioner.
Tabel 1. Identifikasi risiko tahap satu
Tahap
satu
Plan
Source
Make
Deliver
Return

Petani

Pelaku Rantai Pasok


MUTOS
Distributor

Retailer

2) Tahap dua
Tahap 2 merupakan pusat pemeriksaan
hubungan yang terkait dengan hasil identifikasi
pada tahap 1. Pada tahap 2 ini dapat diketahui
alur hubungan yang dapat membantu
mengidentifikasi akar dari sebuah jarak
performansi dari metrik level. Tahap 2 ini
terdapat analisis tiga proses yaitu Planning
(perencanaan), Execution (pelakasanaan), dan
Enable.

Gambar 1. Skema Kategori Tahap 2


HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis Kondisi Rantai Pasok
Rantai pasok beras organik dimulai
dengan adanya permintaan dari konsumen
sampai dengan beras organik sampai ke tangan
konsumen. Anggota rantai pasok beras organik
terdiri dari petani sebagai supplier, MUTOS,
distributor dan retailer. Suwarno (2006), bahwa
aktivitas rantai pasok yaitu menyediakan
sumber daya yang diperlukan oleh perusahaan
untuk menghasilkan barang dan jasa, dimana
perkembangan pemasok dapat secara serius
mempengaruhi pemasaran. Semua anggota
menjalankan
aktivitas
yang
langsung
berhubungan dengan kegiatan operasional dan
manajerial yang akan menghasilkan produk
beras organik yang diinginkan oleh konsumen.
a. Supplier
Supplier membeli input dari prosesor, lalu
melakukan penanaman dan pengeringan padi.
Supplier menjual padi kering siap giling kepada
prosesor.

b. Prosesor
Prosesor membeli padi kering siap giling
dari supplier dan menggiling padi menjadi
beras lalu melakukan pengemasan. Prosesor
menjual beras dalam kemasan kepada
distributor
c. Distributor
Distributor membeli beras organik
kemasan dari prosesor namun tidak melakukan
pengolahan lagi. Distributor menjual beras
organik kepada retailer
d. Retailer
Retailer menjual produk beras organik dari
distributor kepada konsumen akhir tanpa
melakukan pengolahan lagi.
Identifikasi Risiko Rantai Pasok
Identifikasi risiko digunakan untuk
memperkirakan kesuksesan dalam tujuan
jangka panjang serta dapat meningkatkan
efektifitas dan efisiensi setiap sistem. Sistem
pengukuran risiko diperlukan untuk melakukan
monitoring
dan
pengendalian,
mengkomunikasikan tujuan organisasi ke
fungsi-fungsi pada rantai pasokan, mengetahui
dimana posisi suatu organisasi relatif terhadap
pesaing maupun terhadap tujuan yang hendak
dicapai, dan menentukan arah perbaikan untuk
menciptakan keunggulan dalam bersaing
(Setiawan, 2010). Penelitian ini melibatkan
empat supplier, satu prosesor, tiga distributor
dan satu retailer.
Berdasarkan kuesioner tahap satu
menunjukkan supplier memiliki satu kerjasama
dengan entitas bisnis lain dalam mendapatkan
pasokan dan memasarkan produk pertanian.
Tiga Supplier menunjukkan kualitas sebagai
prioritas pertama, biaya prioritas kedua dan
waktu sebagai prioritas ketiga. Hal ini
disebabkan karena kualitas padi sangat
menentukan saat proses pemasaran dimana
menjadi citra dari produk organik itu sendiri.
Saat padi yang dihasilkan memiliki kualitas
terbaik maka harga jual juga relatif lebih tinggi.
Hal ini sesuai dengan pendapat Talluri (2003),
bahwa proses pada pemasok yang tepat adalah
saat pemasok mampu memberikan pembeli
kualitas produk dan pelayanan yang tepat

dengan harga yang sesuai dengan jumlah dan


memiliki waktu penerimaan yang tepat.
Responden kedua yaitu pada MUTOS
selaku prosesor melakukan kerjasama lebih dari
tiga entitas bisnis dalam mendapatkan pasokan
dan
memasarkan
produk.
Prosesor
menunjukkan kualitas sebagai prioritas pertama,
waktu prioritas kedua dan biaya sebagai
prioritas ketiga. Hal ini disebabkan karena
kualitas padi sangat menentukan saat proses
pemasaran dimana menjadi citra dari produk
organik itu sendiri. Oleh karena itu prosesor
harus selalu menjaga mutu dari beras yang
dihasilkan. . Penentuan prioritas tersebut telah
sesuai dengan pendapat Solechah (2007),
bahwa variabel kepercayaan pembeli dan ritel
terhadap pemasok adalah kualitas produk yang
dihasilkan oleh pemasok dan komunikasi
formal dua arah yang dapat dipercaya seperti
waktu pengiriman dan ketersediaan produk.
Identifikasi risiko pada distributor yaitu
melakukan kerjasama antara satu dan dua
entitas bisnis lain dalam mendapatkan pasokan.
Distributor melakukan kerjasama lebih dari tiga
entitas bisnis lain dalam memasarkan produk
pertanian. Distributor menentukan kualitas
sebagai prioritas pertama, waktu sebagai
prioritas kedua dan biaya sebagai prioritas
ketiga. Hal ini disebabkan karena kualitas padi
sangat menentukan saat proses pemasaran
dimana menjadi citra dari produk organik itu
sendiri.
Identifikasi risiko pada retailer yaitu
melakukan kerjasama dengan lebih dari tiga
entitas bisnis dalam mendapatkan pasokan.
Retailer tidak memiliki kerjasama dengan
entitas bisnis lain dalam melakukan pemasaran.
Retailer memiliki lebih dari tiga kerjasama
dalam mendapatkan pasokan disebabkan
retailer memerlukan stok yang sangat banyak
untuk selalu memenuhi permintaan konsumen
akhir. Retailer tidak memiliki kerjasama dengan
entitas bisnis lain dalam melakukan pemasaran
karena pembeli produk dari retailer adalah
konsumen akhir yang tidak memerlukan
kerjasama.
Retailer menunjukkan kualitas produk
menjadi prioritas pertama, waktu menjadi
prioritas kedua dan biaya menjadi prioritas

ketiga. Hal ini disebabkan karena retailer


sangat mengedepankan kualitas produk yang
dipasarkan serta ketersediaan secara terus
menerus. Hal ini juga menunjukkan bahwa
kualitas produk merupakan salah satu faktor
penentu kepuasan konsumen. Menurut Santosa
(2013), pemasaran merupakan hal yang paling
penting dilaksanakan oleh perusahaan dalam
usahanya menciptakan pasar untuk memperoleh
kesempatan mendapatkan laba yang optimal
dan menjaga kelangsungan hidup suatu usaha.
Identifikasi Risiko Rantai Pasok Tahap 1
Pada kegiatan rantai pasok beras organik
terdapat
identifikasi
risiko
yang
mengidentifikasi setiap aspek pada stakeholder
mulai dari supplier, prosesor, distributor dan
retailer. Kegiatan yang dilakukan oleh masingmasing pelaku dalam rantai pasok akan diteliti
mengenai pemetaan risiko rantai pasok,
pengkajian dan pengukuran resiko serta
mitigasi dari penyebab yang ada. Identifikasi
risiko rantai pasok tahap 1 dianalisis dengan
pendekatan plan, source, make, deliver dan
return.
Plan merupakan rencana dalam proses
yang menyeimbangkan permintaan dan pasokan
secara
menyeluruh
yang
bertujuan
mengembangkan
kebutuhan
pengiriman,
produksi dan pasokan secara optimal. Source
yaitu proses pembelian barang baku dan jasa
yang bertujuan untuk memenuhi permintaan
aktual atau yang direncanakan. Make yaitu
proses transformasi material menjadi produk
akhir untuk memenuhi permintaan aktual atau
yang direncanakan. Deliver yaitu proses
penyediaan produk jadi/ jasa untuk memenuhi
permintaan aktual atau yang direncanakan,
mencakup manajemen pemesanan, manajemen
transportasi dan distribusi. Return yaitu proses
yang diasosiasikan dengan pengembalian dan
penerimaan ulang berupa produk maupun
komplain balik disertai dengan berbagai alasan
dalam perjanjian kerjasama (Supply Chain
Council, 2006).
Hasil identifikasi risiko tahap 1 didapatkan
dari penelitian yang menunjukkan kejadian,
dampak dan deteksi pada setiap stakeholder. .
Kejadian menunjukkan seberapa sering suatu

kendala itu terjadi. Dampak menjukkan akibat


yang ditimbulkan dari kejadian yang terjadi.
Deteksi
menunjukan
apakah
pernah
memperkirakan dan menduga suatu kendala itu
akan terjadi. Penentuan suatu kejadian memiliki
kendala apabila dalam hasil kuesioner
menunjukan ada salah satu dari anggota pada
setiap stakeholder memiliki nilai kejadian
selain nilai 1.

2. Analisis identifikasi risiko tahap 1 pada


prosesor
Tabel 3 Hasil Analisis Identifikasi Risiko
Tahap 1 Pada Prosesor
Anggota
Rantai
Pasok
Prosesor/
MUTOS

Unsur
Plan

p1

p3

Make

s1

m1
m2
m3
m4
m5

m6
Deliver
Return

Plan

p1

Source

p2
s1

s3
s4
Make

d1
d2
r1

Perencanaan akan pembuatan


pupuk
Perencanaan tim supplier untuk
memulai proses pembibitan
Perencanaan penanaman sesuai
keadaan musim
Bibit mengalami kerusakan
ataupun penurunan
kualitas
Risiko kerusakan selama proses
penanaman
Risiko keterlambatan/penundaaan
penanaman
Risiko penurunan hasil produksi
usaha tani
Risiko kerusakan komoditas
selama proses penanaman
Risiko gangguan kerusakan hama
dan penyakit selama proses
penanaman
Risiko gangguan kerusakan
karena perubahan iklim
Risiko kehabisan persediaan
Risiko kelebihan persediaan
-

Sumber: Data Penelitian (2014)


Hasil pada tahap 1 menunjukkan bahwa
potensi terjadinya resiko paling banyak pada
pelaku rantai pasok produk organik adalah pada
sisi prosesor (MUTOS) dimana jumlah kejadian
yang ditemukan sebanyak 16 kejadian,
kemudian dari sisi supplier sebagai pemasok
sebanyak 12 kejadian, dari sisi distributor
sebanyak 12 kejadian dan pelaku yang memiliki
faktor resiko paling pembahasan tahap 1 adalah
risiko rantai pasok MUTOS untuk memberikan
layanan yang terbaik dan keuntungan bagi
perusahaan tergolong kurang baik. Untuk itu
perlu dilakukan penelusuran lebih lanjut apa
yang menyebabkan risiko rantai pasok masih
rendah yaitu pada sisi prosesor. Penelusuran
akan dilakukan pada tahap berikutnya, yaitu di
tahap 2.

m1
m2

Analisis tahap 1

p2

Source

Analisis tahap 1

s2

1. Analisis identifikasi risiko tahap 1 pada


supplier padi organik
Tabel 2 Hasil analisis risiko tahap 1 pada
supplier padi organik
Anggota
Rantai
Pasok
Supplier
/Pemasok

Unsur

m3
m4
m5

m6
Deliver

Return

d1
d2
d3
r1

Perencanaan produksi padi organik


dalam gudang
Perencanaan jadwal pengiriman
Keterlambatan pasokan komoditas
organik
Ketidaksesuaian kualitas
komoditas dengan standar
Komoditas mengandung cemaran
bahan kimia
Komoditas mengalami kerusakan
ataupun penurunan kualitas
Risiko kerusakan selama
penyimpanan
Risiko keterlambatan/penundaan
pengolahan komoditas
Risiko penurunan hasil produksi
Resiko kerusakan komoditas
selama proses produksi
Risiko gangguan kerusakan
peralatan selama proses
pengolahan
Risiko kontaminasi produk selama
proses pengolahan
Risiko kehabisan persediaan
Risiko perubahan jumlah
permintaan
Risiko adanya produk pesaing
Risiko pengembalian produk

Sumber: Data Penelitian (2014)


3. Analisis identifikasi risiko tahap 1 pada
distributor
Tabel 4. Hasil Analisis Identifikasi Risiko
Tahap 1 Pada Distributor
Anggota
Rantai
Pasok
Distributor

Unsur
Plan
Source

Analisis Tahap 1

s1
s2
s3
s4
s5

Make

m1
m2

Deliver

d1
d2
d3

Return

r1
r2

Keterlambatan Pasokan
Komoditas Organik
Ketidaksesuaian Kualitas
Komoditas dengan Standar
Komoditas mengalami kerusakan
ataupun penurunan kualitas
Komoditas yang dikirim kurang
dari jumlah yang dipesan
Komoditas yang dikirim melebihi
pesanan/ kebutuhan
Risiko Kerusakan Selama
Penyimpanan
Risiko Penurunan Hasil Produksi
Risiko kehabisan persediaan
Risiko kelebihan persediaan
Risiko perubahan jumlah
permintaan
Risiko pengembalian produk
Risiko komoditas memiliki
produk pesaing

Sumber: Data Penelitian (2014)

4. Analisis identifikasi risiko tahap 1 pada


retailer
Tabel 5. Hasil Identifikasi Analisis Risiko
Tahap 1 Pada Retailer
Anggota
Rantai
Pasok
Peritel

Unsur

Analisis Tahap 1

Plan

p1

Source

s1

Make
Deliver

d1

Return

r1

Perencanaan akan penjualan


produk ke konsumen
Risiko komoditas mengalami
keterlambatan pasokan
komoditas organik
Risiko komoditas mengalami
kehabisan persediaan
Risiko komoditas mengalami
perubahan jumlah
permintaan

Identifikasi risiko rantai pasok tahap 2


Identifikasi risiko rantai pasok tahap 2
ini akan ditampilkan gambaran rinci dari
proses-proses yang ada dalam rantai pasok
prosesor, mulai dari proses yang berkaitan
dengan pemasok, aktivitas produksi dan
distribusi sampai produk diterima oleh
konsumen. Gambar 2 menampilkan aktivitasaktivitas yang telah dilakukan untuk kelima
proses plan, source, make, deliver dan return di
prosesor.

Sumber: Data Penelitian (2014)

Gambar 2. Identifikasi risiko rantai pasok tahap 2 di prosesor


Diagram pemetaan tahap 2 menggambarkan
tentang penguraian identifikasi risiko yang
dilakukan
oleh
prosesor
dengan
menggolongkannya kepada 3 unsur utama tahap
2 yaitu planning, execution dan enable.
Diagram menunjukkan beberapa aspek rantai
pasok beras organik dari pemasok sampai ke
konsumen.
1. Planning (Perencanaan)
Proses perencanaan pada prosesor sudah
cukup baik. Dimulai dari perencanaan rantai
pasok secara keseluruhan, yaitu proses

perencanaan pengadaan bahan baku dari


pemasok, perencanaan kebutuhan bahan baku,
perencanaan
persediaan
beras
dan
penggudangan,
persiapan
peralatan,
perencanaan produksi, perencanaan pengiriman
kepada distributor hingga pelayanaan klaim.
Prosesor telah cukup baik dalam melaksanakan
permintaan dan penawaran dalam bisnis serta
pengiriman beras organik kepada distributor
agar dapat mencapai target dalam mencapai
tujuan bisnis yang telah ditetapkan.

2. Excecution (Pelaksanaan)
Pada sisi source tahap 2 prosesor
termasuk pada golongan S1 yaitu sourcestocked-product. Penentuan prosesor masuk
dalam kategori S1 disebabkan prosesor
menyediakan jenis beras organik sudah
dibuat untuk persediaan sebelumnya.
Prosesor sebelumnya telah menyediakan
beras organik dalam gudang sebelum
pesanan pembelian.
Pada sisi make diketahui bahwa
prosesor termasuk kedalam golongan maketo-order (M2), dimana unsur ini
menguraikan kegiatan yang dilakukan oleh
prosesor dalam hal pengolahan komoditas
sesuai dengan permintaan pelanggan.
Penentuan prosesor masuk dalam kategori
Make-to-order (M2) disebabkan prosesor
melakukan
proses
produksi
dan
pengemasan, pengecekan beras organik
sebelum dikirim dan material placement
atau tempat penampungan produk selama
produksi.
Pada sisi deliver prosesor masuk dalam
penggolongan D1 deliver-stocked-product
menempatkan barang jadi dalam persediaan
di atas basis yang dijanjikan ada sebelum
pesanan pelanggan. Tingkat persediaan
tidak bergantung pada jumlah pesanan
pelanggan tertentu. Penentuan prosesor
masuk dalam kategori D1 disebabkan
prosesor melakukan kegiatan antara lain
pengiriman, persiapan dokumen serta
penjadwalan produk.
Pada sisi return terdapat dua perspektif
yaitu return to suppliers (SRx) dan return
form customer (DRx). Pada sisi return to
suppliers (SRx) prosesor masuk dalam
penggolongan SR1 source return defective
product yaitu dipicu oleh warranty claim
oleh pelanggan yang skalanya kecil bahan
baku oleh sumber daya internal yang
skalanya besar.
Pada sisi return form customer (DRx)
prosesor masuk dalam penggolongan DR3
deliver return excess product yaitu dipicu
oleh pengembalian persediaan yang
direncanakan
berdasarkan
perjanjian
kontrak dengan pelanggan khusus atau

pengembalian persediaan yang tidak


direncanakan berdasarkan kategori data
manajemen untuk ruang yang tidak
dibutuhkan bagi distributor atau retailer
.
3. Enable
Sistem Informasi yang mendukung
dalam proses perencanaan dan pelaksanaan
sangat penting. Membuat, mengelola dan
melakukan penilaian tiap proses sebagai
bentuk pengontrolan serta perlu dilakukan
pengontrolan.
Mengelola
persediaan
sebagai
bentuk perencanaan
dalam
melaksanakan ketersediaan secara terus
menerus.
Mengelola transportasi merupakan
rencana pada pengiriman sehingga dalam
pelaksanaan
tidak
terjadi
masalah.
Mengelola risiko proses pada rantai
pasokan merupakan perencanaan dalam
mengatasi klaim dari konsumen dan semua
resiko lain dalam setiap aliran beras organik.
Hasil Identifikasi Risiko Rantai Pasok Beras
Organik
Analisis hasil dapat diketahui dari analisis
tahap 1 yang memperlihatkan bahwa risiko
rantai pasok yang rendah disebabkan oleh risiko
pada proses make yang memiliki kendala paling
banyak yaitu 6 kejadian. Kejadian pada tahap 1
juga akan mempengaruhi hasil pada make-toorder (M2) pada tahap 2. Aktifitas-aktifitas
yang dilakukan dapat diketahui hasil tersebut,
maka dapat dikatakan semua proses yang terjadi
pada tahap 2 dapat terjadi dengan baik
didukung dengan make-to-order (M2) yang
lebih baik pula.
Hal ini dikarenakan untuk mengetahui
identifikasi
risiko
yang
berpengaruh
menggunakan analisis antara tahap 1 dan tahap
2 serta untuk mengetahui pada bagian apa saja
yang memiliki kendala terberat diperkuat
dengan
wawancara
mendalam
dengan
responden ahli pada prosesor mengenai hasil
yang didapatkan. Untuk mengetahui hasil lebih
jelas dapat dilihat pada Gambar 3.

kualitas sebagai prioritas pertama, waktu


menjadi prioritas kedua dan biaya menjadi
prioritas ke tiga.

Gambar 3. Skema hasil identifikasi risiko


rantai pasok
Berdasarkan pengelolaan data risiko yang
paling berpengaruh pada make di prosesor.
Penentuan penyebab utama pada unsur make
didasarkan pada tingkat kejadian dan dampak
yang paling tinggi dan deteksi yang paling
rendah. Untuk mempertajam hasil juga
dilakukan wawancara mendalam dengan
responden ahli.
Berdasarkan analisis tersebut didapatkan
bahwa prosesor memiliki kendala utama yaitu
pada risiko gangguan kerusakan peralatan
selama proses pengolahan, lalu risiko kerusakan
komoditas selama proses produksi, risiko
penurunan hasil selama proses produksi dan
risiko produk mengalami kontaminasi selama
proses pengolahan.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Berdasarkan kondisi rantai pasok beras
organik diketahui terdapat anggota rantai
pasok yang terlibat meliputi supplier,
prosesor, distributor dan retailer. Pada
kasus ini MUTOS sebagai prosesor dalam
rantai pasok beras organik. Prosesor
memiliki kerjasama lebih dari tiga
kerjasama dengan entitas bisnis lain dalam
mendapatkan pasokan dan memasarkan
produk olahan. Dalam menentukan prioritas
produk prosesor lebih mengedepankan

2. Hasil identifikasi permasalahan risiko yang


terjadi dari awal proses beras organik
hingga menjadi produk layak dipasarkan
yaitu: Risiko gangguan kerusakan peralatan
selama proses pengolahan, risiko kerusakan
komoditas selama proses produksi, risiko
penurunan hasil produksi dan risiko produk
mengalami kontaminasi selama proses
pengolahan.
Saran
Pihak
MUTOS
selaku
prosesor
membangun mitra kerja yang baik dan
melakukan perawatan peralatan produksi serta
melakukan pengawasan proses produksi agar
tidak terjadi kerusakan beras organik dan
kualitas akan tetap terjaga.
Saran yang bisa diberikan untuk penelitian
berikutnya yaitu penelitian dapat dikembangkan
dengan
menggunakan
metode
Data
Envelopment
Analysis
(DEA),
balance
scorecard atau Supply chain Operation
Reference (SCOR) sebagai alat bantu penelitian.

DAFTAR PUSTAKA
Santosa G.A., Agung G.D, dan Ustriyang G.
2013. Bauran Pemasaran Pupuk Organik
Pada Kelompok Tani Ternak Nandanini
Asri
Desa
Klating
Kecamatan
Kerambitan, Tabanan. Jurnal Agribisnis
dan Agrowisata, Vol. 2, no. 1, Hal : 155-165
Setiawan, A., Marimin, Yandra, dan Faqih.
2010. Integrasi Model SCOR dan Fuzzy
AHP
untuk
Perancangan
Metrik
Pengukuran Kinerja dan Resiko Rantai
Pasok Sayuran. Jurnal Manajemen dan
Organisasi. Vol I, No. 3, Hal. 149-161.
Supply Chain Council. 2008. SCOR version 9.0
Overview. SCC, Washington DC
Sutanto, R. 2002. Pertanian Organik. Kanisius.
Yogyakarta.
Suwarno, H. L. 2006. Sembilan Fungsi
Saluran Distribusi: Kunci Pelaksanaan
Kegiatan Distribusi yang Efektif. Jurnal
Manajemen. Vol 6. No. 1. Hal 79-89.

Talluri, S. dan Narasimhan. 2003. Vendor


Evaluation
Performance
With
Performance Variability: A Max-Min
Approach. Vol. 146 No. 3. Hal 543-55

Anda mungkin juga menyukai