Anda di halaman 1dari 7

AGRIKAN

OPEN ACCES Jurnal Agribisnis Perikanan (E-ISSN 2598-8298/P-ISSN 1979-6072)


Vol. 12 No. 1: 1-7 URL: https: https://ejournal.stipwunaraha.ac.id/index.php/AGRIKAN/
Mei 2019
DOI: 10.29239/j.agrikan.12.1.1-7
Peer-Reviewed 

Analisis Pendapatan Usahatani dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi


Risiko Produksi Bunga Potong Krisan di Desa Duren Kecamatan Bandungan
(Analysis of The Farming Income and Factor Affecting Chrysanthemum
Production Risk in Duren village, Bandungan District)

Yusy Kurnia Chrisdiyanti1 dan Yuliawati2 


1 Mahasisiwa FAPERTA UKSW-Salatiga, Indonesia, Email: 522014020@student.uksw.edu
2 Staff Pengajar FAPERTA UKSW-Salatiga, Indonesia, Email: yuliawati@staff.uksw.edu

 Info Artikel:
Diterima : 03 Maret 2019 Abstrak. Bunga krisan (Chrysantemum indicum L.) merupakan salah satu jenis komoditas
Disetujui : 07 Mei 2019 florikultura. Produksi bunga krisan memiliki risiko produksi yang bisa berdampak pada kegagalan
Dipublikasi : 08 Mei 2019 panen dan berpengaruh terhadap pendapatan petani. Tujuan penelitian ini adalah untuk
menganalisis kelayakan usahatani bunga potong krisan dan faktor-faktor yang mempengaruhi
 Artikel Penelitian risiko produksi bunga potong krisan di Desa Duren Kecamatan Bandungan. Penelitian dilakukan di
Dusun Clapar Desa Duren Kecamaran Bandungan. Teknik pengambilan sampel dilakukan secara
 Keyword:
Krisan, Just and Pope,
sengaja (purposive) dengan jumlah sampel sebanyak 32 petani. Metode analisis menggunakan
Pendapatan Usahatani, Risiko analisis usahatani dan risiko produksi dengan model Just and Pope. Model Just and Pope
Produksi digunakan untuk mengetahui pengaruh penggunaan faktor produksi terhadap risiko produksi yang
ditunjukkan dengan adanya variasi pada produktivitas output. Hasil analisis menunjukan bahwa:
 Korespondensi: (1) biaya produksi bunga kisan sebesar Rp 226.703.735/Ha/musim dengan keuntungan sebesar Rp
Yuliawati 133.399.794/Ha/musim dan diperoleh R/C 1,71 yang artinya usahatani ini layak untuk dilakukan; (2)
UKSW
faktor pupuk kandang dan pestisida berpengaruh nyata meningkatkan risiko produksi bunga
Salatiga, Indonesia
potong krisan.
Email: yuliawati@staff.uksw.edu
Abstract. Chrysanthemum flowers (Chrysantemum indicum L.) is a type of floriculture commodity.
Chrysanthemum production has a production risk that can have an impact on crop failure and affect
Copyright© Mei farmers income. The purpose of this research is to analyze the income and factor affacting
2019 AGRIKAN chrysanthemum production risk in Duren village, Bandungan District. The research was conducted
in Clapar Hamlet, Duren Village, Bandungan District. The method of data collection is done by
purposive method with 32 respondents as the research sample. Researcher use the Just and Pope
model for the analysis of chrysanthemum farming and production risk. With the Just and Pope
production function method, it can be seen the effect of the use of production factors on production
risk as indicated by variations in output productivity. The results showed that: (1) the
chrysanthemum cost of Rp 226,703,735 / ha / season with a profit of 133,399,794 / ha and obtained R
/ C 1.71 which means that this farming is feasible; (2) Manure and pesticide factors significantly
increase the risk of chrysanthemum cut flower production.

I. PENDAHULUAN yang memiliki peminat pasar tertinggi adalah


1.1. Latar Belakang bunga potong krisan.
Sektor pertanian memegang peran yang Salah satu produsen bunga krisan terbesar
berarti dalam kehidupan bangsa Indonesia, salah di Indonesia adalah Provinsi Jawa Tengah,
satu potensi pertanian yang menjanjikan di tepatnya berada di Kecamatan Bandungan.
Indonesia adalah komoditas florikultura karena Ketersediaan sumberdaya lahan, sumberdaya
didukung oleh iklim dan agroekosistem yang manusia, potensi pasar, serta kondisi iklim yang
sesuai, sumberdaya yang tersedia, dan mendukung menjadikan Kecamatan Bandungan
pertumbuhan penduduknya yang selalu sesuai untuk menjadi salah satu sentra penghasil
meningkat. Tanaman florikutura mempunyai nilai bunga krisan. Menurut Badan Pusat Statistik pada
ekonomis yang cukup tinggi dan memiliki tahun 2016, Kecamatan Bandungan mampu
peluang yang sangat cerah untuk pasar dalam memproduksi sebanyak 109.517.750 tangkai bunga
negeri dan komoditas ekspor. Melihat besarnya krisan, meningkat sebanyak 16.110.745 tangkai
permintaan komoditi bunga potong akan dibandingkan tahun 2015. Menurut Setyanti (2016)
membawa dampak terbukanya peluang pasar bagi meningkatnya pengetahuan masyarakat tentang
para pelaku usaha bunga potong. Bunga potong kegunaan dan manfaat bunga potong juga dapat
AGRIKAN Volume 12 Nomor 1 (Mei 2019) Yusy Kurnia Chrisdiyanti dan Yuliawati

meningkatkan permintaan akan bunga potong. secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan
Kegunaan bunga potong krisan biasanya bahwa lokasi tersebut merupakan salah satu sentra
digunakan sebagai kegiatan upacara keagamaan, produksi krisan terbesar di Kecamatan
hiasan dan dekorasi bahkan digunakan untuk Bandungan. Selain itu petani responden
terapi kesehatan. Permintaan akan bunga potong cenderung homogen, artinya semua petani
krisan yang tinggi tidak menutup kemungkinan menghasilkan produk yang sama yaitu bunga
pada saat proses produksi timbul permasalahan potong krisan.
produksi yang didukung dengan faktor risiko,
sehingga timbul peluang kegagalan produksi yang 2.2. Metode Pengumpulan Data dan Jumlah
berakumulasi pada menurunnya jumlah Responden
produktivitas dan pendapatan yang diterima Penelitian ini menggunakan data primer dan
petani. Utama (2016) menjelaskan bahwa risiko sekunder. Data primer dikumpulkan dengan cara
produksi yang muncul pada budidaya bunga observasi, wawancara dan dokumentasi. Data
krisan disebabkan oleh beberapa faktor seperti sekunder dikumpulkan dari pemerintah setempat
penggunaan input (bibit, pupuk, pestisida, dan yaitu UPTD Pembibitan Tanaman Hortikultura
tenaga kerja) dan kondisi lingkungan. Selain itu, Pakopen dan penelitian terdahulu. Pemilihan
pemilihan input juga dapat menjadi salah satu sampel ditentukan dengan menggunakan metode
penyebab timbulnya risiko produksi bunga krisan sensus dengan pertimbangan petani responden
karena input yang digunakan tidak sesuai dengan merupakan anggota kelompok tani Gemah Ripah
standar operasional prosedur (SOP). dan melakukan produksi bunga krisan pada tahun
Dari uraian tersebut dapat memberikan 2017. Jumlah petani responden yang digunakan
gambaran bahwa faktor-faktor produksi yang yaitu sebanyak 32 orang
digunakan dapat berdampak pada risiko
kegagalan panen atau penurunan jumlah panen, 2.3. Metode Analisis Data
serta berpengaruh terhadap biaya dan Penelitian ini merupakan penelitian survei
produktivitas berpengaruh pada pendapatan yang dengan menggunakan pendekatan metode
diterima petani. Untuk itu penelitian ini perlu deskriptif kuantitatif. Analisis dalam penelitian
untuk dilaksanakan agar kedepannya dapat ini menggunakan analisis usahatani dan risiko
diketahui strategi-strategi pengambilan keputusan produksi. Penggunaan analisis usahatani untuk
dalam mengantisipasi dampak yang mungkin menganalisis pendapatan dan biaya usahatani.
ditimbulkan oleh risiko agar memperoleh Analisis risiko menggunakan model Just and Pope
keuntungan yang maksimal. berdasarkan model fungsi produksi Cobb-Douglas
untuk mengetahui faktor-faktor yang
1.2. Tujuan dan Manfaaat Penelitian mempengaruhi risiko produksi bunga potong
Penelitian ini bertujuan untuk: krisan di Desa Duren Kecamatan Bandungan.
1. Menganalisis usahatani bunga potong krisan 1. Analisis Usahatani
di Desa Duren Kecamatan Bandungan. Usahatani merupakan gambaran kegiatan
2. Menganalisis faktor-faktor yang ekonomi yang bertujuan untuk menghasilkan
mempengaruhi risiko produksi bunga potong output (penerimaan) dengan menggunakan faktor
krisan Di Desa Duren Kecamatan Bandungan. modal, input fisik dan tenaga kerja (Soekartawi,
Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai 1986). Kegiatan usahatani dapat dikatakan berhasil
bahan informasi mengenai usahatani dan risiko jika produktivitas yang dihasilkan tinggi dan
produksi bunga potong krisan, sehingga dengan memperoleh keuntungan. Rumus total penerimaan
mengetahui risiko yang kemungkinan terjadi adalah sebagai berikut:
diharapkan petani dapat meningkatkan TR = Y.Py
produktivitas dan meminimalkan biaya yang Keterangan:
dikeluarkan. TR = Total Revenue (Total penerimaan)
Y = Quantity (Jumlah produksi)
II. METODE PENELITIAN Py = Price (Harga jual produk)
2.1. Tempat dan Waktu Penelitian Total biaya ditentukan dengan rumus:
Penelitian ini dilaksakan di Dusun Clapar TC = TFC + TVC
Desa Duren, Kecamatan Bandungan pada bulan Keterangan:
Maret s.d April 2018. Pemilihan lokasi ditentukan TC = Total cost (Total biaya)
2
AGRIKAN Volume 12 Nomor 1 (Mei 2019) Yusy Kurnia Chrisdiyanti dan Yuliawati

TFC = Total fixed cost (Biaya tetap)


TVC = Total variable cost (Biaya variabel) 3. Model Just and Pope
Konsep pendapatan menurut Soekartawi Metode yang bisa digunakan untuk
(1995) adalah selisih antara penerimaan dengan menganalisis risiko produksi adalah model Just
semua biaya yang dikeluarkan. Rumus and Pope. Menurut Just and Pope (1979) model
pendapatan adalah sebagai berikut: fungsi risiko produksi merupakan model hasil
I = TR − TC pengembangan yang dapat digunakan untuk
Keterangan: mengetahui risiko produksi yang ditunjukkan
I = Income (pendapatan) dengan adanya variasi hasil produktivitas dari
TR = Total Revenue (Total penerimaan) penggunaan faktor produksi yang digunakan.
TC = Total cost (Total biaya) Faktor produksi tersebut dibedakan menjadi dua
Soekartawi (1995) menjelaskan analisis yaitu faktor produksi yang mengurangi risiko (risk
Return Cost Ratio (R/C) digunakan untuk reducing factors) dan faktor produksi yang
mengetahui tingkat keberhasilan usahatani dilihat menyebabkan risiko (risk inducing factors). Model
dari ukuran perbandingan antara penerimaan Just and Pope tidak mengabaikan tingkat risiko
(Return) dan biaya (cost) dengan rumus dibawah yang kemungkinan akan terjadi pada produksi
ini: tersebut yang dapat menyebabkan kesalahan
a=R/C dalam perhitungan. Terdapat unsur error dalam
Keterangan: model Just and Pope agar unsur risiko dapat
a = Perbandingan penerimaan dan biaya diperhitungkan dalam analisis produksi sehingga
R = Return (penerimaan) tingkat kesalahan menjadi lebih rendah.
C = Cost (biaya) Analisis risiko produksi melalui pendekatan
Kriteria: model Just and Pope akan menunjukkan pengaruh
Nilai R/C > 1, maka usaha layak untuk dijalankan, penggunaan faktor produksi terhadap
Nilai R/C = 1, maka usaha impas jika dijalankan, peningkatan atau penurunan produktivitas dan
Nilai R/C < 1, maka usaha tidak layak untuk risiko produksi bunga potong krisan. Faktor
dilaksanakan. produksi yang menjadi variabel bebas yaitu bibit,
2. Analisi Risiko pupuk kandang, pupuk kimia, pestisida, tenaga
Robison dan Barry (1987) risiko produksi kerja. Pengaruh penggunaan faktor produksi
merupakan suatu peristiwa yang sebelumnya terhadap produktivitas dan risiko produksi bunga
dapat diprediksikan dilihat dari pengalaman krisan ditunjukkan oleh nilai koefisien variabel
mengelola kegiatan usaha, sehingga dapat bebas pada model Just and Pope. Koefisien faktor
diketahui cara pengambilan keputusan yang tepat produksi bertanda positif maka dapat dikatakan
untuk mempeoleh keuntungan yang tinggi. sebagai risiko produksi, sedangkan koefisien
Menurut Basyaib (2007) risiko merupakan peluang faktor produksi bertanda negatif dapat
terjadinya hasil yang tidak diinginkan yang mengurangi risiko produksi.
berdampak secara langsung maupun tidak Fungsi produksi yang digunakan dalam
langsung, sehingga risiko selalu terkait dengan model ini adalah fungsi produksi Cobb-Douglas
situasi yang memungkinkan munculnya hasil dalam bentuk logaritma natural. Adapun
negatif. Analisis risiko bertujuan untuk persamaan fungsi produksi bunga krisan dan
mengetahui peluang terjadinya risiko yang akan fungsi risiko dapat ditulis sebagai berikut:
terjadi dan seberapa besar dampak yang akan Fungsi produksi:
ditimbulkan dengan adanya risiko tersebut. LnYi = β0 + β1LnX1i + β2LnX2i + β3LnX3i +
Contoh sumber penyebab terjadinya risiko adalah β4LnX4i + β5LnX5i + β6LnX6i + ε
kondisi iklim dan cuaca, hama dan penyakit, serta Fungsi risiko produksi:
kesalahan dari manusia (human error). ε2 = θ0 + θ1LnX1 + θ2LnX2 + θ3LnX3 + θ4LnX4 +
Menurut Harwood et al. (1999) risiko tidak θ5LnX5 + θ6LnX6 + ε
dapat dihilangkan, namun bisa diminimalkan Keterangan:
dengan cara meningkatkan penanganan secara LnYi = Produksi bunga potong krisan
intensif dan penggunaan input yang berkualitas (tangkai)
seperti bibit, obat-obatan dan sumber daya ε 2 = Risiko produksi bunga potong
manusia. krisan (Residual)
X1 = Jumlah bibit (tangkai)
3
AGRIKAN Volume 12 Nomor 1 (Mei 2019) Yusy Kurnia Chrisdiyanti dan Yuliawati

X2 = Jumlah pupuk kandang (Rp) kebutuhan sarana produksi dalam satu musim
X3 = Jumlah pupuk kimia (Rp) panen sebesar Rp 226.703.735/ha dan dapat dilihat
X4 = Jumlah pestisida (Rp) komponen biaya variabel terbesar adalah bibit.
X5 = Jumlah tenaga kerja dalam keluarga Penggunaan biaya bibit yang besar dikarenakan
(HOK) bibit diperoleh dari hasil membeli. Petani memilih
X6 = Jumlah tenaga kerja luar keluarga membeli bibit dikarenakan untuk pembibitan
(HOK) memerlukan lahan, peralatan, tenaga kerja serta
α = Konstanta waktu.
α1 = Koefisiensi regresi ( parameter 2. Penerimaan dan Pendapatan Usahatani Bunga
pendugaan produksi X1,X2…X6) Potong Krisan
β1 = Koefisiensi regresi ( parameter
pendugaan risiko produksi Pada Tabel 2, rata-rata penerimaan usahatani
X1,X2…X6) bunga potong krisan yang diperoleh petani
ε = error term responden di Kecamatan Bandungan dalam satu
musim panen sebesar Rp 360.103.529/Ha dan biaya
III. HASIL DAN PEMBAHASAN yang dikeluarkan sebesar Rp 226.703.735/Ha,
3.1. Analsisi Usahatani Bunga Potong Krisan sehingga pendapatan yang diperoleh petani
1. Biaya produksi bunga potong krisan responden sebesar Rp 133.399.794/Ha. Dengan
Biaya produksi merupakan seluruh beban demikian, diperoleh nilai R/C sebesar 1,71 yang
keuangan yang dikeluarkan oleh petani responden artinya usahatani bunga potong krisan di
agar dapat menjalankan kegiatan usahatani untuk Kecamatan Bandungan menguntungkan.
menghasilkan suatu output. Biaya produksi yang Pengalaman bertani bunga potong krisan, peran
digunakan petani responden meliputi biaya tetap, kelompok tani dan pemerintah setempat sebagai
biaya tidak tetap dan biaya lain-lain. Biaya penyuluh dan memberikan ilmu dapat membantu
produksi bunga potong krisan dapat dilihat pada menunjukkan input yang efisien sehingga dapat
Tabel 1. menekan penggunaan biaya produksi.
Berdasarkan Tabel 1, total biaya yang harus
dikeluarkan oleh petani guna memenuhi

Tabel 1. Rata-Rata Biaya Produksi Bunga Potong Krisan dalam Satu Periode Musim Tanam per Ha
Keterangan Biaya Produksi Bunga Potong Krisan
Rp Persentase %
A. Biaya Tetap
- Penyusutan alat dan bangunan 69.953.038 30,9
B. Biaya Variabel
- Bibit 59.229.911 26,1
- Pupuk kendang 9.511.810 4,2
- Pupuk kimia 4.554.515 2,0
- Pestisida 5.938.990 2,6
- Tenaga kerja dalam keluarga 47.650324 21,0
- Tenaga kerja luar keluarga 11.053.853 4,9
C. Biaya lain-lain
- Listrik 5.680.779 2,5
- Transportasi 13.130.515 5,8
Total biaya produksi 226.703.735 100,0
Sumber: Data Primer 2018

Tabel 2. Rata-Rata Pendapatan Bunga Potong Krisan dalam


Satu Periode Musim Tanam per Ha
Keterangan Nilai (Rp)
Penerimaan 360.103.529
Biaya 226.703.735
Pendapatan 133.399.794
R/C ratio 1,71
Sumber: Data primer 2018

4
AGRIKAN Volume 12 Nomor 1 (Mei 2019) Yusy Kurnia Chrisdiyanti dan Yuliawati

3.2. Analisis Risiko Produksi diperoleh dari hasil membeli sehingga kualitas
3.2.1. Bibit (X1) bibit belum terjamin.
Berdasarkan hasil persamaan fungsi risiko 3.2.2. Pupuk Kandang (X2)
produksi menunjukkan bahwa nilai P-Value Berdasarkan hasil pendugaan fungsi risiko
sebesar 0,1956 dan koefisien 0,630898 yang artinya produksi menunjukkan nilai P-Value sebesar
bibit tidak berpengaruh nyata terhadap 0,0018 dan nilai koefisien sebesar 7,505898. Hal ini
meningkatnya risiko produktivitas bunga potong menggambarkan bahwa semakin banyak pupuk
krisan. Bila dikaitkan dengan hasil analisis kandang yang digunakan dalam proses produksi
semakin banyak bibit yang digunakan maka akan maka risiko produktivitas pada bunga krisan akan
semakin meningkatkan produktivitas bunga semakin meningkat (risk inducing factors).
potong krisan, sehingga pada saat rata-rata Penggunaan pupuk kandang dapat meningkatkan
produksi bunga potong krisan meningkat maka nilai produksi bunga krisan karena penambahan
risiko produksi bunga potong krisan tersebut juga pupuk kandang dapat menambah kandungan
akan semakin meningkat. Hal ini disebabkan oleh bahan organik tanah serta memperbaiki sifat fisik
keputusan beberapa petani dalam menentukan tanah, namun jika penggunaannya tidak tepat
jarak tanam dan penggunaan bibit yang tidak proses fermentasi pupuk kandang akan
konsisten, selain itu sumber bibit yang digunakan menghasilkan panas yang justru dapat merusak
atau mengganggu pertumbuhan tanaman.
Tabel 3. Analisis Regresi Faktor-Faktor Risiko Produksi Bunga Potong
Krisan
Fungsi Risiko
Variabel
Coefficient Prob
Bibit 5,963186 0,1956
Pupuk kendang 7,506453** 0,0018
Pupuk kimia 0,145951 0,7458
Pestisida 2,239915* 0,0396
Tenaga kerja dalam keluarga -0,349047 0,6059
Tenaga kerja luar keluarga -0,409726 0,6010
R-squared 46,34
Adj R-squared 33,46
Sumber: data primer 2018
Keterangan: ** = Signifikan 1%, * = Signifikan 5%

Terkait dengan sikap petani yang takut akan produksi bunga baik dari warna ataupun mutu
gagal panen, mendorong petani untuk bunga krisan. Selain itu, pupuk kimia lebih
mengunakan pupuk kandang melebihi anjuran praktis dalam penggunaannya. Hal ini yang
pemakaian. Penerimaan pupuk kandang pada menyebabkan petani bunga potong krisan
tanaman krisan bersifat lebih lambat bila menggunakan pupuk kimia dalam jumlah yang
dibandingkan dengan pupuk kimia. Hal inilah banyak. Pupuk kimia yang banyak digunakan
yang mendorong petani melakukan pemupukan adalah pupuk Phonska dan Atonik karena pupuk
secara berlebihan dengan harapan penggunaan tersebut dapat mewakili unsur-unsur hara yang
pupuk kandang dapat mencapai tingkat diperlukan tanaman untuk mempercepat dan
kesuburan tanaman yang setara dengan meratakan pertumbuhan, sehingga penggunaan
pemupukan menggunakan pupuk kimia. pupuk kimia dapat meningkatkan produksi.
Penggunaan pupuk kandang yang berlebihan ini Pupuk Grower dan Za digunakan untuk
berdampak pada jumlah produksi yang menurun. pemupukan susulan. Penggunaan pupuk Phonska
3.2.3. Pupuk Kimia (X3) dan pupuk Grower dalam satu periode tanam
Berdasarkan hasil pendugaan parameter petani responden masing-masing menggunakan
fungsi risiko produksi nilai P-Value sebesar 0,7458 sebanyak 30 kg/350 m2. Menurut BPTP Jatim
dan nilai koefisien bernilai positif sebesar (2009) pengunaan pupuk NPK cukup sebanyak
0,145973, sehingga pengaruh penggunaan pupuk 50kg/ 1000 m2, sehingga dalam penelitian ini
kimia terhadap risiko produktivitas bunga potong penggunaan pupuk NPK tergolong tinggi dan
krisan tidak nyata. Pupuk kimia digunakan oleh menyebabakan risiko produksi pada bunga
petani responden guna meningkatkan hasil potong krisan.

5
AGRIKAN Volume 12 Nomor 1 (Mei 2019) Yusy Kurnia Chrisdiyanti dan Yuliawati

3.2.4. Pestisida (X4) pemanenan. Namun pada hasil penelitian


Berdasarkan hasil pendugan fungsi risiko menunjukkan bahwa input tenaga kerja dapat
produksi menunjukkan bahwa nilai P-Value menurunkan produksi dan risiko produksi bunga
sebesar 0,0396 dan nilai koefisien sebesar 2,239630 potong krisan. Hal ini dapat terjadi karena tenaga
yang artinya pestisida berpengaruh nyata terhadap kerja yang digunakan banyak dan sudah
risiko produktivitas bunga potong krisan. berpengalaman dalam bidangnya belum
Kebanyakan petani responden akan menjamin bahwa penggunaan tenaga kerja ini
mengaplikasikan pestisida lebih dari satu kali dapat meningkatkan hasil produksi, bisa saja pada
sampai hama dan penyakit dapat dikendalikan saat pengerjaannya kurang teliti dan kurangnya
menggunakan pestisida yang dianggap mampu pengawasan secara intensif membuat hasil
memberantas hama dan penyakit tersebut, oleh produksi bunga potong krisan menjadi menurun.
sebab itu petani reponden selalu menggunakan
pestisida dalam pemberantasannya. Biasanya IV. PENUTUP
pengendalian hama dan penyakit oleh petani 4.1. Kesimpulan
responden dilakukan setelah terjadi serangan 1. Usahatani bunga potong krisan yang
dengan menggunakan pestisida secara berlebihan. diusahakan oleh petani responden di Desa
Hal tersebut dapat meningkatkan risiko yang juga Duren Kecamatan Bandungan pada kelompok
akan mempengaruhi pendapatan. Biaya untuk Gemah Ripah mengeluarkan rata-rata biaya
kebutuhan pestisida akan meningkat, namun dalam satu periode masa taman (empat bulan)
jumlah produksi akan menurun karena sebesar Rp 226.703.735/Ha. Penerimaan
penggunaan pestisida yang berlebihan. diperoleh sebesar Rp 360.103.529/Ha.
3.2.5. Tenaga Kerja Dalam Keluarga (X5) Pendapatan petani diperoleh sebesar Rp
Berdasarkan hasil pendugaan fungsi risiko 133.399.794/Ha serta diperoleh R/C 1,71 yang
produksi nilai P-Value sebesar 0,2501 dan nilai artinya usahatani ini layak untuk dilakukan.
koefisien negatif sebesar -0,349047 persen, 2. Faktor-faktor produksi yang secara nyata dapat
sehingga pengaruh penggunaan tenaga kerja mempengaruhi risiko produksi bunga potong
dalam keluarga terhadap risiko produktivitas krisan di Desa Duren Kecamatan Bandungan
bunga potong krisan tidak nyata. Meningkatnya yaitu variabel pupuk kandang dan pestisida.
hasil produksi menyebabkan risiko produksinya Peningkatan penggunaan pupuk kandang dan
semakin kecil, artinya ketika tenaga kerja semakin pestisida dalam produksi bunga krisan dapat
ditingkatkan hasil produksi akan semakin tinggi secara nyata meningkatkan risiko produksi
dan risiko produksi akan semakin menurun. Hal (risk inducing factors).
tersebut dapat terjadi karena pengalaman dan
pengetahuan petani dalam budidaya bunga krisan. 4.2. Saran
Selain itu, kelompok tani Gemah Ripah sering 1. Petani bunga potong krisan di Desa Duren
mendapatkan pendampingan dalam budidaya Kecamatan Bandungan agar tetap
bunga krisan oleh pemerintah setempat. Serupa mempertahankan usahatani bunga krisan
dengan penelitian Agustina (2017) bahwa dalam karena usahatani ini sangat menguntungkan,
penggunaan tenaga kerja ditingkatkan maka hasil dapat dilihat dari permintaan pasar yang tinggi
produksi akan semakin tinggi dan risiko produksi produksi pasti akan terjual. Adanya kemajuan
akan semakin menurun. teknologi pemasaran bunga potong krisan
3.2.6. Tenaga Kerja Luar Keluarga (X6) menjadi lebih mudah sehingga petani tidak
Berdasarkan hasil pendugan fungsi risiko perlu khawatir dengan berusahatani bunga
produksi P-Value sebesar 0,6010 dan nilai potong krisan.
koefisien variabel bertanda negarif sebesar - 2. Pupuk kandang dan pestisida sebaiknya lebih
0,409726 yang artinya penggunaan tenaga kerja diperhatikan dalam penggunaannya dan
diluar keluarga tidak berpengaruh terhadap risiko ditingkatkan pada takaran tertentu dan tidak
produksi. Kegiatan usahatani bunga potong krisan diberikan secara berlebihan agar penggunaanya
selain menggunakan tenaga kerja dalam keluarga sefektif. Meskipun pupuk kandang dan
petani juga memerlukan tambahan tenaga kerja pestisida dapat meningkatkan produktivitas
dari luar keluarga untuk mempercepat proses namun jika digunakan secara berlebihan dan
budidaya, seperti dalam kegiatan penanaman, tidak sesuai standar dapat meningkatkan
pemangkasan, membersihkan gulma dan risiko produksi bunga potong krisan.
6
AGRIKAN Volume 12 Nomor 1 (Mei 2019) Yusy Kurnia Chrisdiyanti dan Yuliawati

REFERENSI

Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Tengah (2017). Produksi Tanaman Hias Menurut Kabupaten/Kota di
Jawa Tengah 2016. Provinsi Jawa Tengah.
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Timur (2009). Teknologi Budidaya Bunga Krisan. Provinsi
Jawa Timur.
Basyaib, F (2007). Manajemen Risiko. Jakarta: PT Grasindo.
Harwood, Joy, et.al (1999). Managing Risk in Farming: Concepts, Research, and Analysis. Agricultural
Economic Report, No. 774, Market and Trade 271 Economics Division and Resource Economics
Division, Economic Research Service, Department of Agriculture, United States.
Just, E.R. dan R.D. Pope (1979). Production Function Estimation and Related Risk Consideration.
American Journal of Agricultural Economics,6(2): 276-284.
Robinson, L.J. dan P. J. Barry (1987). The Competitive Firm’s Response to Risk. Macmillan Publisher.
London.
Setyanti, A (2016). Analisis Produksi dan Efesiensi Usahatani Bunga Potong (Studi Pada Desa Gunung
Sari, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu) Universitas Brawijaya.
Soekartawi (1986). Ilmu Usaha Tani dan Penelitian Untuk Pengembangan Petani Kecil. UI – Press.
Jakarta.
Soekartawi (1995). Analisis Usaha Tani. UI – Press. Jakarta.
Utama, M.I.A (2016). Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Risiko Produksi Bunga Krisan Potong
Di Kecamatan Pacet Kabupaten Cianjur, Skripsi Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian
Bogor.

Anda mungkin juga menyukai