Anda di halaman 1dari 8

SUHARYANTO, JEMMY RINALDY,

NYOMAN NGURAH ARYA


Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bali;
Email: suharyanto.bali@gmail.com

Analisis Risiko Produksi


Usahatani Padi Sawah di
Provinsi Bali

DOI:10.18196/agr.1210

ABSTRACT
This study aimed to analyze the risk of own status. Production factors that significantly affect the risk of rice produc-
paddy rice farming and the impact of the tion are land, organic fertilizers and pesticides.
use of farm inputs to the risk of rice Keywords: risk, production, low land rice.
production in Bali Province. The research
was conducted in three districts of rice INTISARI
production centers, Tabanan, Buleleng Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis risiko usahatani padi sawah serta
and Gianyar during two cropping seasons pengaruh penggunaan input usahatani terhadap risiko produksi padi sawah di
in 2012. The data collected through Provinsi Bali. Penelitian dilaksanakan di tiga kabupaten sentra produksi padi
interviews with 122 randomly selected sawah antara lain Kabupaten Tabanan, Buleleng dan Gianyar selama dua
farmers. Risk production of low land rice musim tanam pada tahun 2012. Pengumpulan data dilakukan melalui
was analyzed by the coefficient of wawancara terhadap 122 petani yang dipilih secara acak. Risiko produksi padi
variation, while the factors that affect the sawah dianalisis dengan metode koefisien variasi sedangkan faktor-faktor yang
risk of rice production were analyzed mempengaruhi risiko produksi padi sawah dianalisis dengan analisis regresi
with multiple linear regression analysis linier berganda dengan metode multiplikatif heteroskedastisitas. Hasil analisis
with multiplicative heteroskedastic menunjukkan bahwa risiko produksi padi sawah lebih tinggi pada musim
method. The result showed that the risk hujan dengan status lahan bukan milik sendiri. Faktor-faktor produksi yang
production of rice on wet season and secara nyata mempengaruhi produksi padi sawah antara lain luas lahan,
the land does not belong to his own pupuk organik dan pestisida.
status is higher than dry season and his Kata kunci: risiko, produksi, padi sawah.

PENDAHULUAN
Provinsi Bali yang memiliki luas areal usahatani padi sawah relatif lebih
kecil (14,40% dari dari luas wilayah) dibandingkan dengan provinsi lain di
Indonesia, namun tingkat produktivitasnya yang relatif lebih tinggi
dibandingkan produktivitas nasional (Badan Pusat Statistik Provinsi Bali,
2013). Produktivitas tersebut sesungguhnya masih dapat ditingkatkan
hingga mendekati potensinya, namun berbagai permasalahan muncul
seiring dengan munculnya berbagai kepentingan dan kondisi perubahan
sumberdaya alam. Suryana et al., (2009) mengungkapkan bahwa beberapa
permasalahan yang berkaitan dengan usahatani padi sawah antara lain :
(a) kepemilikan lahan usahatani yang relatif kecil dan tersebar dan bahkan
71
Vol.1 No.2 Juli 2015

cenderung mengecil karena adanya proses fragmentasi untuk meningkatkan produksi, pendapatan dan
lahan sebagai akibat dari sistem/pola warisan, (b) mewujudkan ketahanan pangan rumahtangganya.
terjadinya alih fungsi lahan sawah untuk penggunaan Permasalahan-permasalahan tersebut merupakan risiko
lainnya sebagai akibat perkembangan perekonomian yang harus dihadapi oleh petani dalam melakukan
daerah baik untuk pariwisata, perumahan maupun sektor aktivitas usahataninya. Menurut Soedjana (2007) istilah
lainnya, (c) keterbatasan debit air irigasi pada beberapa risiko lebih banyak digunakan dalam konteks
wilayah, terutama pada musim kemarau yang disebabkan pengambilan keputusan, karena risiko diartikan sebagai
oleh persaingan dalam penggunaan air irigasi, (d) peluang akan terjadinya suatu kejadian buruk akibat suatu
keterbatasan tenaga kerja terutama pada saat panen raya, tindakan. Makin tinggi tingkat ketidakpastian suatu
sehingga kebutuhan tenaga kerja umumnya berasal dari kejadian, makin tinggi pula risiko yang disebabkan oleh
luar Bali, (e) keterbatasan modal usahatani, sehingga pengambilan keputusan itu. Dengan demikian,
produktivitas yang dicapai masih dibawah produktivitas identifikasi sumber risiko sangat penting dalam proses
potensialnya dan (f) tingkat serangan hama penyakit yang pengambilan keputusan.
masih cenderung tinggi dan beragam antar wilayah dan Secara konseptual petani yang mampu mereduksi
antar musim tanam seperti wereng coklat, penggerek risiko produksi maupun risiko harga dengan cara
batang, tungro dan tikus. memperbaiki produktivitasnya, penggunaan diversifikasi,
Dalam praktek usahatani, walaupun telah memiliki penggunaan pola tanam yang tepat, penguatan
pengalaman panjang dalam berusahatani untuk kelembagaan petani, dan posisi tawar petani akan dapat
komoditas pertanian, namun petani tidak selalu dapat produksi dan pendapatan petani. Penelitian ini bertujuan
mencapai tingkat efisiensi dan produktivitas seperti yang untuk menganalisis risiko usahatani padi sawah serta
diharapkan. Walaupun mempergunakan paket teknologi pengaruh penggunaan input usahatani terhadap risiko
yang sama, pada musim yang sama dan di lahan yang produksi padi sawah di Provinsi Bali.
sama sekalipun, keragaman selalu muncul. Hal ini
disebabkan oleh hasil yang dicapai pada dasarnya METODE PENELITIAN
merupakan resultan bekerjanya demikian banyak faktor, Lokasi penelitian ditentukan secara purposive pada tiga
baik yang yang dapat dikendalikan (internal) maupun kabupaten sentra produksi padi sawah di Provinsi Bali,
faktor yang tidak dapat dikendalikannya (eksternal), serta yaitu Kabupaten Tabanan, Buleleng dan Gianyar.
faktor yang mempengaruhi intensitas input dan harga Pengumpulan data dilaksanakan selama dua musim
relatifnya (Coelli et al., 1998). Risiko usahatani padi yang tanam pada tahun 2012 melalui survei dengan
utama antara lain frekuensi banjir, kekeringan dan mewawancarai petani contoh dengan panduan kuesioner
serangan hama penyakit yang saat ini menjadi masalah yang terstruktur. Pengambilan sampel petani padi sawah
yang semakin kompleks dalam situasi perubahan iklim dalam penelitian ini digunakan metode sampel acak
yang sulit diprediksi karena kebutuhan untuk tetap sederhana sebanyak 122 petani padi sawah yang
menyediakan beras dengan jumlah yang cukup untuk terdistribusi 44 petani di Desa Selanbawak, Kecamatan
dikonsumsi masyarakat. Marga Kabupaten Tabanan, 38 petani di Desa Bona
Sebagian besar dari petani padi sawah sebagian besar Kecamatan Blahbatuh Kabupaten Gianyar dan 40 petani
termasuk dalam dalam kategori petani subsisten, karena di Desa sangsit, Kecamatan Sawan Kabupaten Buleleng.
kegiatan usahatani yang dilakukan bukan hanya untuk Data-data yang dikumpulkan terkait dengan tulisan ini
tujuan komersialisasi tetapi juga untuk memenuhi mencakup karakteristik rumah tangga petani, penguasaan
kebutuhan pangan rumahtangganya. Kehidupan petani di tanah, pola tanam, struktur input dan output usahatani.
pedesaan cukup dekat dengan batas subsisten dan selalu Analisis risiko usahatani padi sawah meliputi analisis
mengalami ketidakpastian cuaca, sehingga petani tidak risiko produksi usahatani padi sawah. Untuk mengetahui
mempunyai kesempatan untuk menerapkan perhitungan besarnya risiko produksi dianalisis dengan menggunakan
keuntungan maksimum dalam berusahatani. Petani akan koefisien variasi (CV). Koefisien variasi (CV) merupakan
berusaha menghindari kegagalan dan bukan memperoleh ukuran resiko relatif yang diperoleh dengan membagi
keuntungan yang besar dengan mengambil risiko (Sriyadi, standar deviasi dengan nilai yang diharapkan (Pappas dan
2010). Berbagai permasalahan yang dihadapi oleh petani Hirschey,1995). Secara matematis risiko dirumuskan
seperti tersebut diatas menjadi kendala bagi mereka
72
Jurnal AGRARIS

sebagai berikut : macam pengujian yaitu uji koefisien determinasi (R2),


likelihood ratio test dan Individual test (Uji-t). Nilai koefisien
CV = ........................................................................ (1) determinasi (R2) digunakan untuk mengetahui ketepatan
model yang digunakan.
Nilai koefisien variasi yang lebih kecil menunjukkan
variabilitas nilai rata-rata pada distribusi tersebut rendah. HASIL PEMBAHASAN
Hal ini menggambarkan risiko yang dihadapi untuk PROFIL RESPONDEN DAN USAHATANI PADI
memperoleh produksi tersebut rendah. Besarnya
SAWAH
pengaruh penggunaan input terhadap risiko produksi
Secara umum umur kepala keluarga dalam hal ini
dianalisis dengan menggunakan regresi linier berganda
petani padi sawah rata-rata 49 tahun. Hal ini
dengan metode heteroscedastic. Model heteroscedastic yang
menunjukkan bahwa sektor pertanian khususnya
digunakan adalah model multiplicative heteroscedasticity
usahatani padi sawah cenderung kurang banyak diminati
dengan memaksimumkan fungsi likelihood (Just and Pope
oleh penduduk pedesaan usia produktif (25-40 tahun).
dalam Roumasset et al. 1976; Greene, 2003). Model
Pertumbuhan sektor non pertanian yang dinamis
regresi untuk pengaruh penggunaan input terhadap
khususnya jasa dan pariwisata membuka peluang
produksi dan terhadap risiko produksi secara umum
lapangan pekerjaan yang cukup besar, sehingga penduduk
dituliskan sebagai berikut :
usia muda di pedesaan lebih cenderung untuk memilih
Ln Y = á + â1 ln X1 + â2 ln X2 + â3 ln X3 + â4 ln X4 + â5
bekerja diluar sektor pertanian. Meskipun ada keterkaitan
ln X5 + â6 ln X6 + â7 ln X7 + â8 ln X8 + ämt Dmt + äsl Dsl antara rata-rata usia kerja kepala rumahtangga dengan
+ [ ……..............................................(2) pengalaman usahatani, keterbatasan umur juga
menunjukkan kemampuan untuk mengadopsi teknologi
[2 = á + â1 ln X1 + â2 ln X2 + â3 ln X3 + â4 ln X4 + â5 juga terbatas. Kreatifitas serta inisiatif untuk
ln X5 + â6 ln X6 + â7 ln X7 + â8 ln X8 + ämt Dmt + äsl Dsl memanfaatkan teknologi baru yang tersedia belum
+ [ ……..............................................(3) banyak dilakukan, sehingga proses adopsi teknologi juga
Keterangan : akan berjalan lambat.
Y = produksi padi sawah (ton) Rata-rata tingkat pendidikan petani umumnya tidak
tamat SMP (7,8 tahun), dimana tingkat pendidikan
[ 2
= risiko produksi padi sawah (residual)
terendah tidak sekolah (1,6%). Sedangkan petani yang
á = intersept
berpendidikan setingkat sarjana yang relatif kecil (0,8%).
âi = koefisien regresi (parameter yang ditaksir) (i = Dengan tingkat pendidikan yang rata-rata tidak tamat
1 s/d 8) SMP atau setara tamat SD, dapat dipahami bahwa
äi = koefisien regresi dummy (parameter yang pekerjaan di sektor pertanian bukanlah pekerjaan yang
ditaksir) (i = mt, sl) membutuhkan tingkat keahlian/ketrampilan khusus,
X1 = luas lahan (ha) pendidikan tidak menjadi indikator keberhasilan.
X2 = benih (kg) Fenomena ini menjadikan sektor pertanian sulit
X3 = pupuk N (kg) berkembang, kemampuan untuk dapat mengadopsi
teknologi baru membutuhkan tingkat kemampuan yang
X4 = pupuk P (kg)
memadai untuk menerima, mengolah dan menerapkan
X5 = pupuk K (kg)
teknologi yang tersedia.
X6 = pupuk organik (kg) Pengalaman dalam berusahatani padi sawah secara
X7 = pestisida (liter) keseluruhan sudah cukup lama, yaitu 24,3 tahun dengan
X8 = tenaga kerja (HOK) pengalaman terendah 5 tahun dan tertinggi 42 tahun.
Dmt = dummy musim tanam (0 = MH, 1 = MK) Cukup lamanya rata-rata pengalaman berusahatani padi
D sl = dummy status lahan (0 = bukan milik,1 = sawah yang lebih dari 20 tahun dimungkinkan karena
milik sendiri) mereka memulai usahataninya dari usia yang relatif muda
[ = error term dan diwariskan oleh orangtua mereka secara turun-
Uji statistik terhadap model regresi terdiri atas tiga temurun. Pengalaman yang dimiliki oleh petani ini
73
Vol.1 No.2 Juli 2015

sesungguhnya dapat digunakan sebagai peluang kearah dimana sebelumnya varietas IR 64 merupakan varietas
efisiensi dalam penggunaan input-input produksi yang yang dominan digunakan hampir diseluruh Provinsi Bali.
mereka gunakan. Karena sebagian besar petani dalam Pada saat ini petani telah menggunakan varietas-varietas
melaksanakan kegiatan usahataninya didasarkan pada unggul baru seperti Ciherang, Cigeulis, Cibogo,
pengalaman empiris yang diperoleh di lahannyaselama Mekongga, Inpari dan beberapa varietas unggul baru
beberapa periode. lainnya, hal ini dikarenakan varietas IR 64 telah
Lahan sebagai faktor produksi mempunyai peranan mengalami penurunan daya hasil dan rentan terhadap
besar terhadap peningkatan produksi dan pendapatan hama dan penyakit, terutama Tungro jika ditanam pada
usahatani padi sawah. Secara keseluruhan rata-rata saat musim hujan yang tentunya akan memperbesar risiko
penguasasaan lahan garapan relatif kecil yaitu seluas 0,41 produksi.
ha. Dengan penguasan lahan yang relatif kecil tentunya Pupuk anorganik/pupuk kimia yang banyak
produksi dan pendapatan yang akan diperoleh juga akan digunakan oleh petani pada umumnya adalah Urea, SP
rendah, terlebih apabila tidak diikuti dengan penerapan 36, KCL, ZA dan NPK. Rata-rata penggunaan pupuk N
teknologi dan managerial yang baik. Berdasarkan status sebanyak 248,88
kepemilikan lahan, 75,46% petani memiliki lahan Urea per hektar, 97,16 kg per hektar SP 36 dan 96,17
sendiri dan sisanya merupakan lahan dengan status sewa kg KCL per hektar. Penggunaan ketiga jenis pupuk makro
atau sakap. Dengan status lahan garapan yang menyewa tersebut sebenarnya sudah melebihi dari rekomendasi
ataupun menyakap tentunya pendapatan yang diterima pemupukan spesifik lokasi, dimana untuk ketiga jenis
juga tentunya akan lebih kecil, karena harus pupuk tersebut takaran yang dianjurkan masing-masing
mengeluarkan biaya sewa ataupun hasil yang peroleh 250 kg urea/ha, 75 kg SP 36/ha dan 50 kg KCL/ha. Hal
dibagi dengan pemilik lahan sesuai aturan yang ini dikarenakan petani umumya masih berpersepsi bahwa
disepakati. Luas lahan garapan yang dikuasai umumnya semakin banyak input produksi diberikan akan semakin
juga terfragmentasi menjadi beberapa persil, baik pada tinggi produksi yang dihasilkan. Padahal sesungguhnya
hamparan yang sama tetapi ada juga pada hamparan yang tanaman menyerap unsur hara (pupuk) sesuai dengan
berbeda. Biasanya dengan semakin meningkatnya luas kebutuhannya, pemberian yang berlebihan justru akan
lahan garapan maka akan semakin terfragmentasi berdampak negatif pada lingkungan dan peningkatan
menjadi beberapa persil lahan garapan, dengan rata-rata biaya produksi yang dikeluarkan.
penguasaan 2,9 persil. Dengan semakin terfragmentasinya Pupuk organik dalam bentuk yang telah dikomposkan
lahan garapan menjadi beberapa persil tentunya akan ataupun segar berperan penting dalam perbaikan sifat
memberikan peluang pada ketidakefisienan dalam kimia, fisika, dan biologi tanah serta sebagai sumber
mengelola usahataninya apabila lahan yang nutrisi tanaman. Secara umum kandungan nutrisi hara
terfragmentasi terletak pada hamparan yang berbeda dan dalam pupuk organik tergolong rendah dan agak lambat
lokasi yang berjauhan. tersedia, sehingga diperlukan dalam jumlah cukup
banyak. Namun, pupuk organik yang telah dikomposkan
KERAGAAN PENGGUNAAN INPUT PRODUKSI dapat menyediakan hara dalam waktu yang lebih cepat
Pada penggunaan benih, umumya petani menyemai dibandingkan dalam bentuk segar, karena selama proses
benih lebih banyak daripada yang sesungguhnya ditanam. pengomposan telah terjadi proses dekomposisi yang
Rata-rata penggunaan benih per hektar mencapai 29,95 dilakukan oleh beberapa macam mikroba, baik dalam
kg/ha.Selain untuk mengantisipasi kekurangan bibit kondisi aerob maupun anaerob. Sumber bahan kompos
akibat viabilitas (daya tumbuh) benih yang tidak pernah antara lain berasal dari limbah organik seperti sisa-sisa
mencapai diatas 95 persen, hal itu juga dimaksudkan tanaman (jerami, batang, dahan), kotoran ternak (sapi,
untuk mengantisipasi kebutuhan bibit untuk kambing, ayam). Penggunaan pupuk organik pada
penyulaman. Dalam kasus-kasus tertentu dimana bibit usahaani padi sawah masih relatif rendah sekali yaitu
yang mereka semai sendiri tidak cukup maka petani rata-rata 195,74 kg per hektar.
tersebut biasanya membeli atau meminjam bibit dari Penggunaan pestisida ditingkat petani sangat
petani lainnya. Penggunaan varietas padi sawah diketiga bervariasi, rata-rata penggunaan pestisida oleh petani
lokasi penelitian juga telah mengalami pola pergeseran sebanyak 541,65 ml per hektar. Semakin meningkatnya
penggunaan pestisida tanpa memperdulikan ambang
74
Jurnal AGRARIS

TABEL 1. PRODUKTIVITAS DAN RISIKO USAHATANI PADI SAWAH BERDASARKAN MUSIM TANAM

batas tentunya berdampak negatif. Karena selain akan variasi (CV) kemudian dilakukan perbandingan risiko
meningkatkan biaya produksi juga akan mengancam produksi antara petani padi sawah pada musim hujan dan
keberadaan musuh alami bahkan meningkakan resistensi produksi padi sawah pada musim kemarau. Nilai
hama dan penyakit. Hasil kajian Ameriana (2008) koefisien variasi produksi yang kecil menunjukkan
tentang perilaku petani dalam menggunakan pestisida variabilitas nilai rata-rata produksi yang rendah. Hal ini
kimiawi dapat disimpulkan bahwa : (a) semakin tinggi menggambarkan risiko produksi yang dihadapi untuk
persepsi petani terhadap risiko maka semakin tinggi mendapatkan hasil produksi tersebut kecil, demikian
kuantitas pestisida kimia yang digunakan, (b) semakin sebaliknya. perbandingan risiko produksi antara
rendah ketahanan suatu varietas terhadap serangan Opt, usahatani padi sawah antar musim dan status
semakin tinggi kuantitas pestisida kimia yang digunakan kepemilikan lahan dapat dilihat pada Tabel 1.
oleh petani dan (c) semakin rendah pengetahuan petani Pada Tabel 1 terlihat bahwa risiko produksi usahatani
terhadap bahaya pestisida semakin tinggi pestisida yang padi sawah pada musim hujan lebih tinggi dibandingkan
digunakan. dengan usahatani padi sawah pada musim kemarau, hal
Alokasi tenaga kerja mencakup tenaga kerja dalam tersebut sejalan dengan hasil penelitian Ghani (2013)
keluarga dan tenaga kerja upahan (buruh). Dalam bahwa curah hujan termasuk faktor yang meningkatkan
pengelolaan tanah, penggunaan tenaga kerja ternak risiko. Tingginya risiko produksi akan berpengaruh
ataupun manusia semakin langka dijumpai dan sebagian terhadap produksi usahatani padi sawah yang akan
besar menggunakan tenaga mekanis terutama traktor dihasilkan. Lebih tingginya risiko produksi padi sawah
roda dua yang dibayarkan dengan sistem borongan. pada musim hujan dibandingkan pada musim kemarau
Demikian halnya penanaman, untuk kegiatan diduga bahwa pada musim hujan tingkat serangan
penanaman dominan dilakukan oleh tenaga kerja luar penyakit lebih tinggi dibandingkan dengan musim
keluarga yang diperhitungkan berdasarkan luas areal kemarau, selain itu pada musim hujan intensitas radiasi
tanamnya. Kelangkaan tenaga kerja akan sangat terlihat matahari juga lebih rendah dibandingkan musim
apabila musim panen mulai tiba, hampir secara kemarau yang tentunya kan berpengaruh terhadap proses
keseluruhan tenaga kerja untuk panen merupakan tenaga fotosintesis. Menurut Satoto et al., (2013) beberapa upaya
kerja yang berasal dari luar Bali (umumnya Jawa Timur). yang dapat dilakukan untuk mengurangi senjang hasil
Para tenaga kerja tersebut akan tiba menjelang musim antar musim antara lain mengetahui prevalensi serangan
panen raya dan biasanya kembali setelah masa panen hama/penyakit, memetakan varietas spesifik, dan
selesai. Rata-rata penggunaan tenaga kerja usahatani padi menerapkan teknik budi daya spesifik baik pada musim
sawah per hektar selama satu musim sebanyak 56,3 HOK. hujan maupun musim kemarau. Misalnya rekomendasi
Saptana et al., (2010) menyatakan bahwa penggunaan pemupukan, jarak tanam, pengairan, dan pengelolaan
tenaga kerja yang intensif terkait juga denga usaha hama/penyakit tanaman.
menanggulangi risiko secara interaktif dengan mengelola Sedangkan berdasarkan status kepemilikan lahan
usahatani secara sungguh-sungguh. Artinya penambahan terlihat bahwa status lahan usahatani padi sawah dengan
penggunaan tenaga kerja akan bersifat mengurangi risiko status lahan bukan milik memiliki risiko yang lebih
kegagalan usahatani. tinggi dibandingkan denan lahan usahatani pada lahan
milik sendiri. Disamping mengusahakan lahan milik
RISIKO PRODUKSI sendiri, sepanjang modal produksi dan penawaran lahan
Analisis risiko produksi menggunakan koefisien sewa tersedia, petani juga umumnya menyewa lahan
75
Vol.1 No.2 Juli 2015

usahatani. Menurut Saptana et al, (2010) hal ini 165,22 yang secara statistik berpengaruh nyata, berarti
merupakan salah satu strategi pengendalian risiko, bahwa variabel independen secara bersama-sama
karena melalui diversifikasi hamparan petani juga dapat berpengaruh nyata terhadap produksi padi sawah.
mengurangi kovariasi hamparan hasil dan variabilitas Hasil uji t menunjukkan bahwa koefisien regresi yang
produksi agregat. Demikian juga jika secara spasial lokasi berpengaruh nyata terhadap produksi padi sawah adalah
hamparan tersebut tersebar, variabilitas produksi agregat lahan, benih, pupuk N, pupuk P, pupuk organik, tenaga
yang diakibatkan oleh dampak spesifik lokasi (misalnya kerja, musim tanam dan status lahan. Hal ini berarti
serangan OPT dan kekeringan setempat) dapat setiap penambahan atau pengurangan faktor produksi
diminimalisir. tersebut akan menaikkan produksi padi sawah.
Selanjutnya untuk mengetahui faktor-faktor yang
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI mempengaruhi risiko produksi padi sawah adalah
RISIKO PRODUKSI estimasi dengan Methode Least Square, dimana risiko
Untuk mengetahui risiko produksi padi sawah pada produksi padi sawah (residual) digunakan sebagai variabel
penggunaan faktor-faktor produksi padi sawah dapat dependen. Berdasarkan hasil pendugaan tersebut
dianalisis menggunakan model fungsi produksi Cobb- mempunyai nilai koefisien determinasi (R2) yang relatif
Douglass menurut Just and Pope, dimana model tersebut kecil, sebesar 46,8 persen. Beberapa hasil penelitian yang
menunjukkan adanya pengaruh faktor-faktor produksi menggunakan persamaan fungsi variance produksi
terhadap produksi padi sawah. Hasil analisis fungsi memberikan koefisien determinasi yang sangat kecil,
produksi Cobb-Douglas dapat dilihat pada Tabel 2. bahkan negatif (Walter et al. 2004).

TABEL 2. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI PADI SAWAH


DI PROVINSI BALI, TABEL 3. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RISIKO PRODUKSI PADI
SAWAH DI PROVINSI BALI, TAHUN 2012

Keterangan :
*** = Signifikan 1% Keterangan :
** = Signifikan 5% *** = Signifikan 1%
* = Signifikan 5% ** = Signifikan 5%
ns = tidak signifikan * = Signifikan 5%
ns = tidak signifikan

Pada tabel 2 terlihat bahwa nilai koefisien determinasi


Nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 0,468, hal ini
(R ) sebesar 0,925, hal ini berarti sebanyak 92,5 persen
2
bermakna bahwa sebanyak 46,8% variasi dari risiko
variasi dari produksi padi sawah dapat dijelaskan oleh
produksi padi sawah dapat dijelaskan oleh variasi variabel
variasi variabel independen dalam model, dengan kata
independen dalam model, dengan kata lain 46,8 %
lain 84,4 persen variabel independen secara bersama-
variabel independen secara bersama-sama berpengaruh
sama berpengaruh terhadap produksi dan sisanya 7,5
terhadap risiko produksi dan sisanya 53,2 % dipengaruhi
persen dipengaruhi oleh hal lain yang tidak diteliti. Hasil
oleh hal lain yang tidak diteliti yang merupakan variabel
uji F menunjukkan bahwa nilai F hitung (á = 1%) sebesar
76
Jurnal AGRARIS

lain di luar model, hal tersebut antara lain adalah dari aspek manajemen risiko hal ini juga dapat dika-
pengaruh cuaca, hama penyakit dan lainnya. Sa’id dan tegorikan sebagai salah satu metode strategi manajemen
Intan (2001) mengemukakan bahwa risiko produksi risiko interaktif, karena petani dapat mengatur penam-
karena bencana alam, serangan hama dan penyakit bahan atau pengurangan pupuk sesuai dengan
tanaman, kebakaran, dan karena faktor-faktor lainnya persepsinya menyangkut kebutuhan hara tanaman.
yang akibatnya dapat diperhitungkan secara fisik dapat Berdasarkan hasil analisis sttistik seperti yang
ditanggulangi dengan membeli polis asuransi produksi ditampilkan pada Tabel 3, menunjukkan bahwa
pertanian. Namun hal ini nampaknya baru sebatas penggunaan pestisida berpengaruh nyata terhadap
wacana masih dalam taraf penelitian, dan belum penurunan risiko produksi padi sawah. Hal serupa juga
diterapkan di Indonesia. Selanjutnya dikatakan risiko diperoleh dari hasil penelitian Villano dan Fleming
kemungkinan menurunnya kualitas produksi dapat (2006) bahwa penggunaan input produksi herbisida
ditanggulangi dengan penerapan teknologi budidaya dan berpengaruh mengurangi risiko produksi padi sawah.
pasca panen yang tepat. Pada umumnya petani padi sawah menggunakan pestisida
Berdasarkan hasil analisis yang tersaji pada Tabel 3 sebagai tindakan preventif sekaligus tindakan preventif.
diketahui bahwa nilai F hitung (á = 10% ) sebesar 3,739 Dengan kata lain, pengambilan keputusan pengendalian
berpengaruh nyata, berarti bahwa variabel independen cenderung lebih diarahkan untuk mengantisipasi risiko
secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap risiko terjadinya serangan OPT dan sekaigus untuk mengatasi
produksi. Hasil uji t terhadap variabel independen serangan OPT tersebut secara actual. Menurut Saptana et
menunjukkan variabel independen yang berpengaruh al., (2010) efisiensi pengendalian OPT sebenarnya
nyata dan negatif terhadap risiko produksi usahatani padi tergantung pada kejadian yang bersifat acak, yaitu ada
sawah adalah luas lahan, pupuk organik dan pestisida. tidaknya srangan OPT Juka tidak ada serangan maka
Hal ini bermakna bahwa setiap penambahan faktor input tersebut tidak akan berpengaruh terhadap produksi,
produksi luas lahan, pupuk organik dan pestisida maka bahkan mungkin menimbulkan pemborosan serta
akan menurunkan risiko produksi padi sawah. Dengan menimbulkan resistensi dan surgerensi terhadap OPT
penambahan lahan sampai batas tertentu akan tertentu. Hail observasi dilapangan juga menunjukan
meningkatkan skala usaha, produksi, dan efisiensi dalam bahwa hampir secara keseluruhan petani menggunaan
usahatani, sehingga akan menurunkan risiko produksi pestisida kimia dala pengendalian serangan OPT Artinya
padi. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Fariyanti et dalam menghadapi risiko dalam usahatani padi sawah
al., (2007); Kurniati (2012); Zakirin et al., (2013). petani lebih mengandalkan pestisida kimiawi, karena
Walaupun pada kondisi riil penambahan areal tanam dipandang lebih efektif dan praktis dibandingkan
melalui ekstensifikasi usahatani padi sawah sudah tidak pestisida nabati. Walaupun beberapa petani juga telah
memungkinkan lagi untuk dilaksanakan di Provinsi Bali. memperoleh SL-PHT padi namun belum diaplikasikan
Tingkat partisipasi petani secara kuantitatif dalam secara utuh sehingga keberhasilannya masih rendah
menggunakan pupuk organik masih relatif rendah. Hasil karena masih kurangnya pengetahuan petani secara
analsisis statistik menunjukkan bahwa penggunaan menyeluruh.
pupuk organic secara nyata dapat menurunkan risiko
produksi padi sawah, hal ini diduga karna pemakaian KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN
pupuk kimia dalam waktu yang lama dan dalam jumlah Risiko produksi usahatani padi sawah yang diusa-
yang tinggi sehingga apabila tidak diimbangi dengan hakan pada musim kemarau memiliki risiko produksi
penggunaan pupuk organik akan berdampak terhadap yang lebih rendah dibandingkan pada musim hujan.
kualitas dan kesuburan tanah. Sebagaimana hasil Risiko produksi padi sawah juga lebih tinggi pada lahan
penelitian Ghafar et al., (2011) bahwa dengan melakukan bukan milik dibandingkan lahan dengan status milik
penambahan jumlah penggunaan pupuk organik dalam sendiri. Hal ini mengindikasikan variasi produksi yang
jangka panjang akan meningkatkan produksi dan lebih tinggi pada usahatani padi sawah diusahakan pada
menurunkan risiko pada usahatani kedelai. Dari sisi musim hujan dan status lahan bukan milik. Faktor yang
efisiensi, penggunaan pupuk kimia dan pupuk organik mempengaruhi risiko produksi usahatani padi sawah
dapat dipandang sebagai suatu pemborosan. Namun antara lain luas lahan, pupuk organik dan pestisida.
demikian menurut Saptana et al., (2011) jika dipandang Sebagai implikasi kebijakan dari penelitian ini, maka
77
Vol.1 No.2 Juli 2015

di sarankan beberapa hal sebagai berikut: (1) menambah Function Market Failure, In : Roumasset, J.A,
penggunaan input produksi yang secara signifikan Boussard, J.M, Singh, I. (eds) Risk and Uncertainty an
meningkatkan produksi dan menurunkan risiko antara Agriculture Develop-ment. New York: Agriculture Devel-
lain pupuk organic, mengaplikasikan pendekatan PHT
opment Council.
dalam pengendalian OPT secata utuh sehingga
Sa’id, E.G dan A.H. Intan. 2001. Pengelolaan Agribisnis.
penggunaan pestisida dapat dioptimalkan, (2) upaya
untuk penanganan risiko produksi dapat dilakukan Penerbit Ghalia Indonesia. Jakarta.
melalui oenerapan diversifikasi usahatani atau pola Saptana, A. Daryanto., H.K. Daryanto dan Kuntjoro. 2010.
tanam optimal dan (3) upaya mengurangi risiko juga Strategi Manajemen Risiko Petani Cabai Merah Pada
dapat dilakukan melalui perbaikan dan perancangan Lahan sawah dataran rendah di Jawa Tengah. Jurnal
teknologi yaitu dengan menggunakan varietas-varietas Manajemen dan Agribisnis 7 (2) : 115-131.
tahan OPT dan memiliki stabilitas hasil yang tinggi serta Satoto, Y. Widyastuti., U.Susanto., dan M. J. Mejaya. 2013.
daya adaptasi yang luas terhadap berbagai cekaman Perbedaan hasil padi antar musim di lahan sawah
lingkungan.
irigasi. IPTEK Tanaman Pangan 8 (2) : 55-61
Soedjana, T.D. 2007. Sistem Usahatani Terintegrasi
DAFTAR PUSTAKA
Tanaman Ternak Sebagai Respons Petani Terhadap
Ameriana, M. 2008. Perilaku Petani Sayuran dalam
Faktor Risiko. Jurnal Litbang Pertanian 26 (2) : 82-87.
Menggunakan Pestisida Kimia. Jurnal Hortikultura 18
Sriyadi. 2010. Risiko Produksi dan Keefisienan Relatif
(1) : 95-106.
Usahatani Bawang Putih di Kabupaten Karanganyar.
Badan Pusat Statistik Provinsi Bali. 2013b. Luas Lahan
Jurnal Pembangunan Pedesaan 10 (2) : 69-76.
Menurut Penggunaannya di Provinsi Bali Tahun 2013.
Suryana A., S. Mardianto, K. Kariyasa dan I.P. Wardhana.
Badan Pusat Statistik Provinsi Bali. Denpasar. 94 hal.
2009. Kedudukan Padi Dalam Perekonomian Indone-
Coelli, T.J. D.S.P. Rao and G.E. Battese. 1998. Introduc-
sia dalam Padi, Inovasi Teknologi dan Ketahanan
tion to Efficiency and Productivity Analysis. Kluwer
Pangan. Buku 1. Balai Besar Penelitian Tanaman Padi.
Academic Plublisher. Boston.
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.
Fariyanti, A., Kuntjoro, S Hartoyo dan A. daryanto. 2007.
Jakarta. Hal 7- 31.
Perilaku Ekonmi Rumahtangga Sayuran pada Kondisi
Thahir, A.G., D.H. Darwanto., J.H. Mulyo dan Jamhari.
Risiko Produksi dan Harga di Kecamatan Pangalengan
2011. Analisis Risiko Produksi Usahatani Kedelai
Kabupaten Bandung. Juarnal Agro Ekonomi 25 (2) :
pada Berbagai Tipe Lahan di Sulawesi Selatan. Jurnal
178-206.
Sosial Ekonomi Pertanian 8 (1) : 1-15.
Ghani, M.A. 2013. Dampak Perubahan Iklim Terhadap
Villano, R dan E Flemming. 2006. Technical Inefficiency
Hasil dan Risiko Produksi Padi di Indonesia. Thesis
and Production Risk in Rice Farming : Evidence from
Program Studi Ilmu Ekonomi. Fakultas Ekonomi.
Central LuzonPhilippines. Asian Economc Journal 20
Universitas Indonesia. Jakarta. (Tidak dipublikasikan).
(1) : 29-46.
Greene, W.H. 2003. Econometric Analysis. Fifth Edition.
Walter, J.T., R.K. Roberts, J.A. Larson, B.C. English and
Upper Saddle River, Prentice Hall, New Jersey.
D.D. Howard. 2004. Effects of Risk, Disease, and
Kurniati, D. 2012. Analisis Risiko Produksi dan Faktor-
Nitrogen Source on Optimal Nitrogen Fertilization
Faktor yang Mempengaruhinya pada Usahatani Jagung
Rates in Winter Wheat Production. Paper. Southern
(Zea mays L) di KecamatanMempawah Hulu
Agricultural Economic Association. Tulsa, Oklahoma.
Kabupaten Landak. Jurnal Sosial Ekonomi Pertanian 1
Zakirin, M., E. Yurisinthae dan N. Kusrini. 2013. Analisis
(3) : 60-68.
Risiko Usahatani Padi Pada Lahan Pasang Surut di
Pappas, J.M dan M. Hirschey. 1995. Ekonomi Managerial.
Kabupaten Pontianak. Jurnal Social Economic of
Edisi Keenam Jilid II. Binarupa Aksara. Bandung.
Agriculture 2 (1) : 75-84
Roumasset, J.A. 1976. Risk Aversion, Indirect Utility

Anda mungkin juga menyukai