doi: https://doi.org/10.29244/jekp.11.2.2022.161-174
Available Online: https://journal.ipb.ac.id/index.php/jekp/index
Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor
Jl. Agatis Kampus IPB Darmaga, Bogor 16680, Indonesia
*Korespondensi: nugrahaaresgusti@gmail.com
[diterima: Desember 2019- revisi: Januari 2020– diterbitkan daring: Desember 2022]
ABSTRAK
Salah satu subsektor pertanian adalah tanaman pangan seperti padi dan jagung yang merupakan sumber
utama karbohidrat. Faktor produktivitas tanaman pangan tersebut dapat disebabkan oleh penggunaan benih.
Raman Utara merupakan wilayah yang berpotensi memiliki produktivitas tinggi pada tanaman tersebut.
Namun kualitas benih di daerah ini mengalami masalah sehingga berdampak pada produktivitas padi dan
jagung yang rendah. Benih unggul menjadi solusi terbaik untuk meningkatkan produktivitas tetapi harga
yang mahal menjadi kendala petani untuk membelinya. Kesediaan petani untuk membayar benih unggul
bersertifikat menjadi salah satu persoalan karena pendapatan petani yang rendah. Tujuan dari penelitian ini
adalah untuk menganalisis pendapatan dan kesediaan membayar petani terhadap penggunaan benih. Data
yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari 100 responden dengan 60 petani padi dan 40 petani jagung.
Data dikumpulkan menggunakan metode purposive sampling. Analisis yang digunakan yaitu regresi linear
berganda (OLS), regresi logistik, dan contingent valuation method. Hasil dari penelitian ini menunjukan
bahwa variabel luas lahan berpengaruh negatif dan signifikan serta variabel pupuk berpengaruh positif dan
signifikan terhadap pemilihan benih padi hibrida dan inbrida. Hasil lainnya menunjukan variabel penerimaan
berpengaruh positif dan signifikan serta variabel pupuk dan tenaga kerja berpengaruh negatif dan signifikan
terhadap pendapatan petani jagung. Kesediaan membayar petani untuk benih padi dan jagung lebih besar
dibandingkan dengan harga aktual pasaran.
Kata kunci: Benih, Kesediaan membayar, Pendapatan
ABSTRACT
One of the agricultural sub-sectors is food crops, such as rice and corn which is the main sources of
carbohydrates. The factor of productivity’s food crops is due to the use of seeds. Raman Utara is a region
that has the potential to have high productivity in rice and corn. However, the quality of seeds in the region
has a problem that has an impact on the low productivity of rice and corn. Superior seed is the best solution
to increase productivity but the high price will make it difficult for farmers to buy them. So farmers'
willingness to pay for certified superior seed is one of the problems because of low farmer’s income. The
purpose of this study is to analyze farmers' income and willingness to pay for using seeds. The data were
used in the study from 100 respondents with 60 farmers of rice and 40 farmers of maize. Data was collected
using the purposive sampling method. Multiple linear regression (OLS), logistic regression, and contingent
valuation methods were used as analysis methods. The results of the study showed that the variable of land
area has negative and significant and the fertilizer’s variable has positive and significant to the selection of
hybrid and inbred rice seeds. The other results showed that the variable of revenue has positive and
significant and the fertilizer and labor variables have negative and significant to the income of corn farmers.
The willingness to pay farmers for seed is more than the actual market price.
Keywords: Income, Seed, Willingness to Pay
JEL classification: G10, J1, Q14
161 | D e s e m b e r 2 0 2 2 *Coresponding author:
E-mail: nugrahaaresgusti@gmail.com
ARES/ Jurnal Ekonomi dan Kebijakan Pembangunan 11 (2): 161-174
70
60
50
40
30
20
10
0
Lampung Lampung Lampung Lampung Lampung Mesuji
Barat Selatan Timur Tengah Utara
162 | D e s e m b e r 2 0 2 2
ARES/ Jurnal Ekonomi dan Kebijakan Pembangunan 11 (2): 161-174
Produksi padi di Kabupaten Lampung Tengah Bandar Sribhawono (BPS Kabupaten Lampung
menempati posisi tertinggi kedua di provinsi Timur 2020). Menurut penyuluh daerah setempat,
Lampung sebesar 4.8 juta kuintal (Gambar 1). hal ini disebabkan oleh harga benih unggul yang
Sementara itu, jika dilihat dari besarnya relatif mahal serta adanya bantuan benih dari
produktivitas padi di Kabupaten Lampung Tengah pemerintah yang tidak sesuai dengan permintaan
hanya memiliki nilai 48.8 ku/ha yang lebih rendah benih atas kemauan dari para petani tersebut.
daripada Produktivitas padi di Kabupaten Subsidi benih yang mana sangat diperlukan oleh
Lampung Selatan (64.54 ku/ha) dan Mesuji (51.79 para petani justru membuat petani tidak ingin
ku/ha). Hal ini menunjukkan bahwa antara menanam dengan benih yang diberikan oleh
produksi dan produktivitas padi tidak selalu pemerintah sehingga akan berpengaruh secara
menunjukkan hubungan yang positif. jika dilihat langsung terhadap produksi serta produktivitas.
dari Gambar 1 ketika produksi padi tinggi maka Kesediaan membayar (willingness to pay)
produktivitas padi lebih rendah (cateris paribus). petani padi dan jagung di Raman Utara dalam
Sedangkan untuk produksi jagung tertinggi menggunakan benih unggul menjadi salah satu
kedua ditempati oleh Kabupaten Lampung Selatan aspek yang juga diteliti. Hal ini disebabkan oleh
sebesar 5.4 juta kuintal (Gambar 2). Sama halnya harga benih yang diinginkan petani untuk
dengan produktivitas padi, besarnya produktivitas membeli benih unggul perlu ditinjau mengingat
jagung sebesar 56.45 ku/ha juga tidak sejalan masih banyak petani yang keberatan dengan harga
dengan besarnya nilai produksi jagung. benih unggul. Oleh karena itu, program subsidi
Raman Utara merupakan kecamatan di benih seharusnya mampu untuk menjawab
kabupaten Lampung Timur dimana memiliki permasalahan mengenai harga benih unggul yang
permasalahan pada produksi padi dan jagung yang mahal (Surahman 2017). Faktanya kebijakan
rendah. Produksi yang rendah menyebabkan subsidi benih kurang efektif karena terlihat bahwa
produktivitas pun rendah. Hal ini terbukti oleh petani banyak yang masih belum menggunakan
produktivitas Raman Utara pada tahun 2019, benih unggul yang harganya relatif mahal dan
untuk padi dan jagung masing-masing sebesar benih yang dihasilkan produsen kurang sesuai
56.22 ku/ha dan 45 ku/ha. Nilai produktivitas ini harapan (Kariyasa 2007).
masih kalah dengan kecamatan Jabung dan
120
100
80
60
40
20
0
Lampung Lampung Lampung Lampung Lampung Mesuji
Barat Selatan Timur Tengah Utara
163 | D e s e m b e r 2 0 2 2
ARES/ Jurnal Ekonomi dan Kebijakan Pembangunan 11 (2): 161-174
164 | D e s e m b e r 2 0 2 2
ARES/ Jurnal Ekonomi dan Kebijakan Pembangunan 11(2): 161-174
lnBNH = Logaritma natural biaya benih Penggunaan benih pada petani padi dan jagung
(rupiah) di Raman Utara memiliki variasi. Hal ini
lnPPK = Logaritma natural biaya pupuk disebabkan dari jumlah lahan yang digunakan
usahatani (rupiah) memengaruhi penggunaan benih. Petani padi
lnPTSD = Logaritma natural biaya pestisida hibrida dan inbrida rata-rata menggunakan benih
usahatani (rupiah) dengan persentase 9.71% dan 4.25% dari biaya
lnTK = Logaritma natural biaya tenaga total. Nurmalina dan Qhoirunisa (2013) juga
kerja usahatani (rupiah) menyatakan bahwa biaya pembelian benih padi
lnPNRIMN = Logaritma natural penerimaan hibrida lebih besar dibandingkan dengan
usahatani petani (rupiah) pembelian terhadap benih inbrida. Jumlah tersebut
PNGLMN = Pengalaman bertani (tahun) berdasarkan 60 responden petani padi hibrida dan
DBe = Dummy untuk petani padi hibrida inbrida.
dan inbrida (nilai 1 untuk petani Pada benih jagung, rata-rata petani di Raman
padi hibrida dan nilai 0 untuk Utara menggunakan benih dengan persentase
sisanya) 17.72% dari biaya total. Jumlah tersebut
i = Responden ke-i (i=1,2,3,…100) didapatkan dari total 40 responden. Pada usahatani
ε = error term jagung, semakin tinggi penggunaan benih, maka
akan menyebabkan penerimaan petani jagung
Persamaan diatas diuji terlebih dahulu
semakin meningkat (Indriyati dan Mustadjab
menggunakan uji normalitas, multikolinearitas,
2016).
autokorelasi, heteroskedastisitas. Untuk
perhitungan kesediaan membayar menggunakan Regresi Logistik Biner
pendekatan contingent valuation method (CVM).
Pada persamaan regresi logistik biner
Pengolahan data dalam penelitian ini
diperlukan peubah tak bebas yang berupa kategori
menggunakan aplikasi Rstudio serta aplikasi
yaitu kategori 0 untuk responden yang
Microsoft Excel 2016 dalam pembuatan tabel.
menggunakan benih padi inbrida dan kategori 1
untuk responden yang menggunakan benih padi
HASIL DAN PEMBAHASAN
hibrida. Uji Hosmer and Lemeshow Goodness of
Karakteristik Responden Fit Test dilakukan untuk melihat model yang
digunakan sudah fit atau belum. Uji ini
Karakteristik responden yang berada di Raman
menghasilkan nilai sebesar 0.63. Dengan nilai uji
Utara, rata-rata berusia produktif (28-63 tahun)
yang lebih besar dari taraf nyata lima persen
dan mayoritas memiliki tanggungan keluarga 4
sehingga model yang digunakan sudah fit.
orang. Responden tersebut mayoritas telah lulus
Berdasarkan hasil estimasi yang telah
SMA dan telah melakukan usahatani selama 5-20
disajikan, variabel luas lahan berpengaruh negatif
tahun. Usahatani yang dilakukan responden
dan signifikan sedangkan variabel pupuk
tersebut rata-rata memiliki luas lahan 0.5-0.75
berpengaruh positif dan signifikan. Untuk melihat
hektar dan mayoritas hak kepemilikan lahan
suatu rasio kejadian sukses dan tidak pada setiap
sendiri.
variabel dapat menggunakan nilai odd ratio
(Firdaus et al. 2011).
Tabel 1. Hasil Estimasi Regresi Logistik Biner
Variabel Estimasi Probabilitas Odd Ratio
Intersep -24.97 0.06 0.00
LSLHN -1.98 0.06 * 0.14
PNGLMN 0.01 0.60 1.01
lnPPK 1.80 0.05 * 6.11
lnPNDPTN 0.06 0.85 1.06
Signifikan pada taraf nyata 10% (*) 5% (**) 1% (***)
Sumber: Data Diolah (2020)
165 | D e s e m b e r 2 0 2 2
ARES/ Jurnal Ekonomi dan Kebijakan Pembangunan 11 (2): 161-174
Tabel 1 menunjukan peluang responden untuk memilih benih hibrida atau inbrida serta peluang
memilih benih hibrida sebesar 0.14 kali responden untuk masuk kedalam kelompok
dibandingkan dengan memilih benih inbrida. tersebut. Tabel 2 menyajikan data yang
Hasil ini diperkuat dari hasil wawancara yang memperlihatkan beberapa sampel yang diambil
menyatakan bahwa rata-rata luas lahan responden dari seluruh responden petani padi. Peluang
yang menggunakan benih hibrida dan inbrida responden satu untuk memilih benih hibrida
sebesar 0.71 ha dan 0.79 ha. Hal ini disebabkan sebesar 0.50 dimana paling kecil di antara dua
karena kecenderungan petani hibrida yang lebih responden lainnya sedangkan responden 2
mengedepankan hasil yang melimpah pada luas berpeluang besar untuk memilih benih hibrida
lahan yang terbatas. Namun penelitian Apriliana sebesar 0.57. Hal ini sejalan dengan hasil
dan Mustadjab (2016) justru mengungkapkan hal perhitungan prediksi pada pengelompokkan
yang bertentangan dimana variabel luas lahan bahwa responden 1, 2, dan 3 berpeluang untuk
tidak berpengaruh secara signifikan. masuk ke dalam kelompok benih hibrida.
Variabel pupuk menunjukan bahwa peluang
responden untuk memilih benih hibrida sebesar Regresi Linear Berganda
6.11 kali dibandingkan dengan memilih benih Regresi Linear Berganda Pendapatan Padi
inbrida. Kebutuhan pupuk responden yang Hibrida dan Inbrida
memilih benih hibrida lebih besar karena adanya
Pada regresi linear berganda, untuk
indikasi dengan penerimaan hasil produksi. Hal
menyempurnakan model diperlukan uji asumsi
ini disebabkan adanya penambahan pupuk dalam
klasik yang digunakan untuk memastikan model
usahatani akan menghasilkan hasil produksi yang
tersebut memenuhi kriteria BLUE (Best, Linear,
lebih besar pada benih hibrida. Penelitian
Unbiased, dan Estimation). Uji normalitas,
Apriliana dan Mustadjab (2016) mengungkapkan
autokorelasi, multikolinearitas, dan
hal yang sama ketika semakin tinggi jumlah
heteroskedastisitas perlu dilakukan untuk
kebutuhan pupuk maka akan meningkatkan
memenuhi kriteria BLUE.
peluang petani dalam menggunakan benih hibrida.
Analisis regresi logistik dapat melihat seberapa
besar peluang yang dimiliki reponden dalam
Tabel 3. Hasil Estimasi Regresi Linear Berganda Pendapatan Padi
Variabel Koefisien Probabilitas
R-squared 0.46
Intersep 4.55 0.07
lnBNH 0.21 0.00 **
lnPPK -0.17 0.60
lnPTSD -0.33 0.02 *
lnTK 1.04 0.00 **
PNGLMN 0.00 0.52
DBe -0.07 0.73
Signifikan pada taraf nyata 10% (*) 5% (**) 1% (***)
Sumber: Data Diolah (2020)
166 | D e s e m b e r 2 0 2 2
ARES/ Jurnal Ekonomi dan Kebijakan Pembangunan 11 (2): 161-174
Uji normalitas yang digunakan untuk menguji pengurangan pendapatan dan tidak optimalnya
error term apakah sudah terdistribusi secara produksi yang karena terlalu banyak bahan kimia.
normal atau belum. Dengan menggunakan Listiani et al. (2019) juga menyatakan bahwa
Jarque-Bera test diperoleh nilai probabilitas semakin tinggi biaya pestisida, maka akan
sebesar 0.22 yang berarti nilai probabilitas lebih menurunkan pendapatan usahatani.
besar dari taraf nyata 5% dan model sudah Variabel biaya tenaga kerja (TK) berpengaruh
terdistribusi secara normal. Pada uji positif dan signifikan. Ketika biaya tenaga kerja
multikolinearitas, nilai Variance Inflation Factor meningkat 1%, maka pendapatan akan mengalami
(VIF) tidak ada yang melebihi 10 sehingga model penurunan pendapatan petani padi sebesar 1.04%.
dinyatakan bebas dari masalah multikolinearitas. Berdasarkan hasil wawancara, pemakaian
Pada uji autokorelasi, nilai probabilitas pestisida yang banyak akan memengaruhi
menunjukkan nilai 0.36 yang berarti pada model peningkatan pendapatan dan optimalnya produksi
tidak terdapat masalah autokolerasi. Terakhir karena pestisida merangsang pertumbuhan yang
adalah uji heteroskedastisitas yang menghasilkan baik bagi tanaman. Penelitian Listiani et al. (2019)
nilai probabilitas sebesar 0.95 yang berarti model dan Apriliana dan Mustadjab (2016) justru
terbebas dari heteroskedastisitas. bertentangan dengan hasil tersebut dimana
Hasil estimasi pada model, menunjukan nilai semakin tinggi biaya pestisida, maka akan
R-squared sebesar 0.46. Nilai ini memiliki makna menurunkan pendapatan usahatani.
bahwa sekitar 46% variabel bebas dapat
Regresi Linear Berganda Pendapatan Jagung
menjelaskan pendapatan petani padi hibrida dan
inbrida di Raman Utara dan sisanya dijelaskan Model regresi pendapatan jagung sama seperti
oleh variabel lain diluar model. model padi, diperlukan uji asumsi klasik yang
Variabel biaya benih (BNH) didapatkan digunakan untuk memastikan model tersebut
memiliki hubungan positif dan signifikan memenuhi kriteria BLUE (Best, Linear, Unbiased,
sehingga ketika penggunaan benih mengalami dan Estimation). Uji normalitas digunakan untuk
kenaikan 1%, maka akan meningkatkan menguji error term apakah sudah terdistribusi
pendapatan petani padi sebesar 0.21 persen. secara normal atau belum. Dengan menggunakan
Sejalan penelitian Apriliana dan Mustadjab (2016) Kolmogorov-Smirnov test diperoleh nilai
serta Listiani et al. (2019) yang mengungkapkan probabilitas sebesar 0.25 yang berarti nilai
bahwa besarnya pendapatan dipengaruhi oleh probabilitas lebih besar dari taraf nyata 5% dan
besarnya pengeluaran atas biaya benih untuk model sudah terdistribusi secara normal. Pada uji
usahatani. multikolinearitas, nilai Variance Inflation Factor
Variabel biaya pestisida (PTSD) berpengaruh (VIF) tidak ada yang melebihi 10 sehingga model
negatif dan signifikan. Ketika biaya pestisida dinyatakan bebas dari masalah multikolinearitas.
meningkat 1%, maka pendapatan akan mengalami Pada uji autokorelasi, nilai probabilitas
penurunan pendapatan petani padi sebesar 0.33%. menunjukkan nilai 0.10 yang berarti pada model
Berdasarkan hasil wawancara, pemakaian tidak terdapat masalah autokolerasi.
pestisida yang banyak akan memengaruhi
Tabel 4. Hasil Estimasi Regresi Linear Berganda Pendapatan Jagung
Variabel Koefisien Probabilitas
R-squared 0.77
Intersep -6.31 0.00
lnPPK -0.64 0.01 *
lnPTSD -0.04 0.38
lnBNH -0.04 0.39
lnTK -0.62 0.01 *
lnPNRIMN 2.50 7.5e-10 ***
Signifikan pada taraf nyata 10% (*) 5% (**) 1% (***)
Sumber: Data Diolah (2020)
167 | D e s e m b e r 2 0 2 2
ARES/ Jurnal Ekonomi dan Kebijakan Pembangunan 11 (2): 161-174
Terakhir adalah uji heteroskedastisitas yang menggunakan tenaga kerja di luar keluarga karena
menghasilkan nilai probabilitas sebesar 0.56 yang beberapa alasan. Hal ini diperkuat dengan
berarti nilai probabilitas lebih besar dari taraf penelitian Indriyati dan Mustadjab (2016) yang
nyata 5% sehingga tidak ada masalah mengemukakan hal yang sama.
heteroskedastisitas. Variabel penerimaan (PNRIMN) yang
Hasil estimasi pada model menunjukkan nilai merupakan pendapatan kotor petani berpengaruh
R-squared sebesar 0.77 yang berarti bahwa sekitar positif dan signifikan. Semakin meningkatnya
77% variabel bebas dapat menjelaskan penerimaan sebesar 1%, maka akan menaikkan
pendapatan petani jagung di Raman Utara dan pendapatan sebesar 2.50%. Penelitian ini
sisanya 23% dijelaskan oleh variabel lainnya. dibuktikan dengan hasil wawancara dimana
Variabel biaya pupuk (PPK) berpengaruh semakin tinggi penerimaan akan menyebabkan
negatif dan signifikan terhadap variabel kenaikan pada pendapatan. Penelitian Indriyati
pendapatan (PNDPTN), sehingga ketika biaya dan Mustadjab (2016) juga mengungkapkan
pupuk meningkat sebesar 1% maka mengurangi bahwa nilai produksi berpengaruh positif dan
jumlah pendapatan sebesar 0.64%. Berdasarkan signifikan terhadap pendapatan usahatani jagung.
hasil wawancara, penurunan jumlah pendapatan
Kesediaan Membayar Petani Padi Jagung
usahatani jagung disebebkan oleh terlalu
dalam Penggunaan Benih Unggul
banyaknya jumlah pupuk yang dipakai sehingga
Bersertifikat
menyebabkan bertambah besar biaya pengeluaran.
Biaya pengeluaran yang meningkat akan Estimasi besarnya nilai yang bersedia dibayarkan
mengurangi jumlah pendapatan dari usahatani oleh petani padi dan jagung terhadap penggunaan
tersebut. Sejalan dengan penelitian Indriyati dan benih unggul bersertifikat menggunakan
Mustadjab (2016) yang menyatakan bahwa setiap contingent valuation method (CVM). Berdasarkan
kenaikan pupuk akan menurunkan pendapatan hasil wawancara dan observasi kepada 100
usahatani. responden yang terbagi menjadi 60 responden
Variabel biaya tenaga kerja (TK) berpengaruh padi dan 40 responden jagung. Tahapan-tahapan
negatif dan signifikan. Semakin meningkat biaya dalam pelaksanaan contingent valuation method
tenaga kerja sebesar 1%, maka akan menyebabkan sebagai berikut.
penurunan pendapatan sebesar 0.62%. Penurunan 1. Membangun Pasar Hipotetik
pendapatan disebabkan oleh adanya kenaikan
Aktivitas pertanian yang dilakukan oleh
dalam penggunaan tenaga kerja di luar keluarga
petani padi dan jagung di Kecamatan Raman
sehingga hal ini akan menyebabkan penambahan
Utara, Kabupaten Lampung Timur memiliki
biaya input tenaga kerja (cateris paribus).
produksi dan produktivitas yang tinggi.
Wawancara yang dilakukan di daerah penelitian
Produksi dan produktivitas memiliki hubungan
pun menganggap salah satu pengeluaran usahatani
dengan penggunaan benih yang menjadi input
terbesar setelah pupuk dan pestisida adalah tenaga
usahatani.
kerja. Masyarakat disana pun cukup sulit untuk
Tabel 5. Distribusi Willingness to Pay terhadap Benih Padi Hibrida
Nilai WTP Frekuensi Frekuensi Rataan WTP
No
(Rp/musim tanam/petani) (Orang) Relatif (Rp/musim tanam)
1 130 000 10 0.333 43 333
2 135 000 7 0.233 31 500
3 140 000 5 0.167 23 333
4 145 000 4 0.133 19 333
5 150 000 2 0.067 10 000
6 155 000 2 0.067 10 333
Total 30 1 137 833
Sumber: Data Diolah (2020)
168 | D e s e m b e r 2 0 2 2
ARES/ Jurnal Ekonomi dan Kebijakan Pembangunan 11 (2): 161-174
169 | D e s e m b e r 2 0 2 2
ARES/ Jurnal Ekonomi dan Kebijakan Pembangunan 11 (2): 161-174
Kurva willingness to pay benih padi hibrida yang jumlahnya lebih besar dari jumlah responden
dan inbrida memiliki kemiringan negatif. Hal ini pada nilai bid sebesar Rp22 000. Hal ini
terlihat dari kecenderungan yang menurun disebabkan tujuh reponden tersebut telah
disebabkan oleh semakin besarnya nilai bid yang berpendapat jika benih inbrida yang mereka
ditawarkan ke responden, maka akan semakin gunakan adalah tahan terhadap serangan hama.
kecil jumlah responden yang bersedia membayar Mayoritas dari tujuh responden tersebut bertempat
nilai bid tersebut. Akan tetapi, pada nilai bid tinggal di Desa Raman Aji yang memiliki masalah
sebesar Rp 155 000 pada Gambar 3 dan Gambar 4 terhadap hama dalam beberapa tahun terakhir.
terdapat dua responden yang memilih nilai Kurva willingness to pay benih jagung juga
tersebut dan sama dengan nilai bid sebesar Rp 150 memiliki kemiringan yang negatif. Pada nilai bid
000. Hal ini disebabkan oleh rasa kepuasan pada sebesar Rp 105 000-Rp 115 000 terdapat 4
dua responden tersebut dalam menggunakan benih responden yang memilih. Alasan yang mendasari
padi hibrida sehingga mereka bersedia membeli mereka memilih ketiga nilai bid tersebut karena
benih padi hibrida untuk berapapun harga yang beranggapan bahwa harga benih tersebut sudah
ada di pasaran. terlalu mahal sehingga ketika ditawarkan nilai bid
Pada Gambar 4 nilai bid sebesar Rp 27 000 yang lebih tinggi, mereka menolak.
pada benih padi inbrida terdapat tujuh responden
170 | D e s e m b e r 2 0 2 2
ARES/ Jurnal Ekonomi dan Kebijakan Pembangunan 11 (2): 161-174
171 | D e s e m b e r 2 0 2 2
ARES/ Jurnal Ekonomi dan Kebijakan Pembangunan 11 (2): 161-174
Dampak yang dihasilkannya pun tidak seputar digunakan oleh petani untuk padi hibrida sedikit
produksi atau hama, namun adanya pengaruh lebih banyak namun hal itu terbayar lunas karena
kepada para petani di Raman Utara yang pendapatan mereka jauh lebih besar jika
menimbulkan persepsi untuk selalu menggunakan dibandingkan oleh padi inbrida. Sedangkan jika
benih unggul baik hibrida maupun inhibrida. petani yang lebih memilih benih inbrida adalah
Preferensi yang ada saat memilih benih yang tepat dengan faktor luas lahan, karena jumlah
adalah salah satu faktornya sehingga pendapatan pemakaian luas lahan petani akan berpengaruh
yang semakin tinggi, maka akan membuat para pada pemakaian input faktor produksi.
petani tersebut justru akan membeli benih di harga Ketidakpastian mengenai hama dan penyakit,
berapapun. Harga ini yang digunakan para petani fluktuasi harga input produksi serta cuaca
sebagai tolok ukur dalam memilih nilai bid yang membuat petani lebih memilih padi inbrida
telah ditawarkan. dibandingkan dengan hibrida.
Hasil penelitian membuktikan bahwa Faktor-faktor yang memengaruhi pendapatan
seharusnya pemerintah menggunakan subsidi petani padi hibrida dan inbrida yang berpengaruh
benih untuk solusi atas harga benih unggul yang secara positif dan signifikan adalah biaya benih
relatif mahal. Adanya program subsidi benih dan biaya tenaga kerja, dan variabel biaya
diharapkan dapat meningkatkan produktivitas dan pestisida memiliki pengaruh secara negatif dan
tingkat pendapatan petani serta penggunaan input signifikan. Sedangkan untuk jagung, faktor-faktor
produksi yang lebih efisien (Surahman et al. yang memengaruhi pendapatan petani yang
2017). Nilai kesediaan membayar para petani di berpengaruh positif dan signifikan adalah
Raman Utara telah menjadi tolok ukur untuk penerimaan, sedangkan variabel biaya pupuk dan
membuat produksi serta produktivitas tinggi dan biaya tenaga kerja memiliki pengaruh negatif dan
stabil. Hal ini terlihat bahwa subsidi benih akan signifikan. Pendapatan petani padi dan jagung
menjadi stimulus untuk hasil yang tinggi di daerah seharusnya menjadi tolok ukur keberhasilan para
tersebut. petani di Kecamatan Raman Utara dalam
menggunakan benih unggul. Langkah yang
SIMPULAN
seharusnya diambil pemerintah adalah
Hasil penelitian menunjukan bahwa benih menyediakan benih-benih unggul bersertifikat
unggul merupakan salah satu penentu dalam serta pupuk dan pestisida dengan kualitas yang
produktivitas tanaman. Benih dengan varietas baik.
yang unggul dapat meningkatkan produksi. Hal Kesediaan membayar petani dalam membeli
tersebut menjadi dampak tidak langsung untuk benih padi hibrida sebesar Rp137 800/kg,
produktivitas yang meningkat. Namun harga sedangkan pada benih padi inbrida sebesar Rp24
benih yang seringkali naik membuat petani 500/kg. Sedangkan untuk benih jagung memiliki
enggan menggunakan benih yang unggul dan rataan sebesar Rp102 600/kg. Nilai kesediaan
berlabel tersebut sehingga benih yang digunakan membayar para petani padi dan jagung di Raman
oleh petani adalah benih hasil produksi Utara lebih tinggi dibandingkan dengan harga
sebelumnya serta benih non-unggulan. yang berlaku di pasaran. Tingginya nilai
Raman Utara merupakan kecamatan yang kesediaan membayar pada benih dari padi hibrida,
terdampak dengan adanya kebijakan harga benih inbrida serta jagung diharapkan dapat menggugah
unggul yang relatif mahal. Salah satu alasan petani kesadaran pemerintah untuk memberikan bantuan
tidak ingin menggunakan benih unggul adalah subsidi demi kelancaran serta membuat produksi
harga dan juga bantuan dari pemerintah yang tidak serta produktivitas padi dan jagung di daerah
sesuai dengan benih yang dibutuhkan petani. Hal tersebut tinggi dan stabil.
tersebut membuat petani lebih memilih
menggunakan benih yang menjadi pilihan mereka. DAFTAR PUSTAKA
Faktor-faktor yang memengaruhi peluang
Adnyana MO, Wardana P. 2016. Willingness To
petani di Raman Utara dalam memilih benih padi Accept Dan Willingness To Pay Petani
hibrida adalah biaya pupuk dimana pupuk yang Dan Konsumen Terhadap Padi Hibrida Di
172 | D e s e m b e r 2 0 2 2
ARES/ Jurnal Ekonomi dan Kebijakan Pembangunan 11(2): 161-174
Sentra Produksi Jawa Timur. Jurnal Juniarsih, Tenriawaru AN, Sirajuddin SN. 2013.
Pertanian Tanaman Pangan. 35(1): 53- Dampak Kebijakan Subsidi Benih Jagung
60.http://dx.doi.org/10.21082/jpptp.v35n Terhadap Peningkatan Produksi Dan
1.2016.p53-62
Pendapatan Petani Di Propinsi Sulawesi
Apriliana MA, Mustadjab MM. 2016. Analisis
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Selatan. Jurnal Agribisnis.
Pengambilan Keputusan Petani Dalam Kariyasa, K. 2007. Usulan pola kebijakan
Menggunakan Benih Hibrida Pada pemberian dan pendistribusian benih padi
Usahatani Jagung (Studi Kasus di Desa bersubsidi. Analisis Kebijakan Pertanian.
Patokpicis, Kecamatan Wajak, Kabupaten 5(4): 304-319.
Malang). Jurnal Habitat. 17(1):7-13. [Kementan] Kementrian Pertanian. 2018. Statistik
[BPP] Balai Penyuluhan Pertanian. 2019. Pertanian. Jakarta.
Programma Penyuluhan Pertanian tahun R Listiani, A Setiadi, SI Santoso. 2019. Analisis
2020. Lampung (ID). pendapatan usahatani padi di kecamatan
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2019. Kabupaten Mlonggo kabupaten Jepara. Jurnal Sosial
Lampung Timur Dalam Angka 2019. BPS Ekonomi dan Kebijakan Pertanian.
Kabupaten Lampung Timur. Lampung 3(1):50-58.
Timur. https://doi.org/10.14710/agrisocionomics.
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2019. Statistik v3i1.4018
Daerah Kabupaten Lampung Timur 2018. Nurmalina dan Qhoirunisa. 2013. Pendapatan
BPS Kabupaten Lampung Timur. usahatani padi hibrida dan padi inhibrida
Lampung Timur. di kabupaten Bogor, propinsi Jawa Barat.
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2019. Kecamatan Jurnal Pangan. 22(4):329-348.
Raman Utara Dalam Angka 2019. BPS https://doi.org/10.33964/jp.v22i4.135
Kabupaten Lampung Timur. Lampung Soekartawi. 2005. Agribisnis Teori Dan
Timur. Aplikasinya. Jakarta (ID): Raja Grafindo.
Dinas Pertanian. 2020. Produktivitas dan Produksi Sudjarmoko et al. 2013. Analisis Faktor Penentu
Jagung Provinsi Lampung Tahun 2018. Adopsi Benih Unggul Karet. Buletin
Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan RISTRI. 4(2):117-128.
Hortikultura Provinsi Lampung. Sudjarmoko B, Hasibuan AM, Listyati D, dan
Dinas Pertanian. 2020. Produktivitas dan Produksi Samsudin. 2015. Faktor-Faktor Yang
Padi Provinsi Lampung Tahun 2018. Mempengaruhi Kesediaan Petani
Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Membiayai Teknologi Pengendalian
Hortikultura Provinsi Lampung. Hama Pengisap Pucuk Dan Penyakit
Fauzi A. 2006. Ekonomi Sumberdaya Alam Dan Cacar Daun The. Jurnal Tanaman
Lingkungan: Teori dan Aplikasi. Jakarta Industri dan Penyegar. 2(1):21-28.
(ID): PT. Gramedia Pustaka Utama. http://dx.doi.org/10.21082/jtidp.v2n1.201
Firdaus M, Harmini, Afendi FM. 2011. Aplikasi 5.p21-28
Metode Kuantitatif Untuk Manajemen Supriyadi J. 2016. Efisiensi usahatani kedelai di
Dan Bisnis. Bogor. IPB Press.
kecamatan Raman Utara kabupaten
Indriyati, Mustadjab MM. 2016. Tingkat
Lampung Timur [skripsi]. Metro (ID):
ketersediaan faktor-faktor produksi di
Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian Dharma
tingkat petani dan pengaruhnya terhadap
Wacana.
produksi dan pendapatan pada usahatani
Surahman, Satoto, Setiawan S, Fuadi A, Akbar,
jagung (Zea mays l.) (kasus di desa
Hastuti, Setiawan C, Khairunnas, dan
Ngrancang, kecamatan Tambakrejo,
Marwoso. 2015. Kebijakan Perbenihan
kabupaten Bojonegoro). Jurnal Habitat.
Padi Masa Depan. Jakarta: Biro
27(2):94-102.
Perencanaan Kementrian Pertanian
Juanda B. 2009. Ekonometrika: Permodelan Dan
Pendugaan. Bogor (ID): IPB Press. Republik Indonesia.
Juanda B. 2009. Metodologi Penelitian Ekonomi Surahman M, Hastuti, Riefqi AR. 2017. Pengaruh
Dan Bisnis. Bogor (ID): IPB Press. benih padi (Oryza sativa L.) bersubsidi
173 | D e s e m b e r 2 0 2 2
ARES/ Jurnal Ekonomi dan Kebijakan Pembangunan 11 (2): 161-174
174 | D e s e m b e r 2 0 2 2