Anda di halaman 1dari 28

library.uns.ac.id digilib.uns.ac.

id
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

II. LANDASAN TEORI

A. Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu menjadi salah satu acuan penulis dalam melakukan
penelitian sehingga peneliti dapat memperkaya teori yang digunakan dalam
mengkaji penelitian yang dilakukan. Fokus penelitian terdahulu yang
dijadikan acuan adalah terkait dengan risiko pada usahatani stroberi.
Berdasarkan hal tersebut, maka peneliti melakukan langkah kajian terhadap
beberapa hasil penelitian terdahulu. Berikut ini merupakan penelitian
terdahulu yang didapatkan dari jurnal-jurnal ilmiah.
Penelitian Wuner (2015) dengan judul “Kajian Usahatani Stroberi di
Kelurahan Rurukan Kecamatan Tomohon Timur Kota Tomohon”.
Pendapatan yang diperoleh petani dari usahatani stroberi dalam satu musim
tanam adalah Rp. 21.437.043 dengan total biaya sebesar Rp. 4.827.957 dan
total penerimaan sebesar Rp. 26.265.000. Berdasarkan analisis R/C
menunjukkan usahatani stroberi di Kelurahan Rurukan mendapatkan
keuntungan. Hambatan yang terjadi dalam pengembangan usahatani stroberi
di Kelurahan Rurukan adalah permodalan untuk pengadaan sarana produksi
dan juga upah tenaga kerja. Upaya yang dilakukan petani dalam
pengembangan usahatani stroberi agar tetap menjadi produk yang mempunyai
daya saing adalah mengupayakan kerja sama dengan pihak lain seperti bank
BNI dan Fakultas Pertanian Universitas Sam Ratulangi.
Penelitian Elpharani et al. (2017) dengan judul “Analisis Daya Saing
Stroberi di Kabupaten Purbalingga Jawa Tengah (Studi Kasus di Desa Serang
Kecamatan Karangreja Kabupaten Purbalingga)”. Analisis data yang
digunakan adalah analisis usahatani, perhitungan B/C Ratio, dan perhitungan
Biaya Sumberdaya Domestik (BSD) guna mengetahui daya saing buah
stroberi di Kabupaten Purbalingga menggunakan keunggulan komparatif dan
kompetitif. Total biaya mengusahakan usahatani stroberi rata-rata per
usahatani adalah Rp. 18.442.467 per musim tanam, penerimaan rata-rata

commit toper
sebesar Rp. 39.081.320 per usahatani user
musim tanam, dan pendapatan rata-

8
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
9

rata Rp. 20.638.852 per usahatani per musim tanam. Usahatani stroberi di
Desa Serang layak untuk diusahakan dan efisien secara finansial dan
ekonomi. Hal tersebut menunjukkan pemenuhan permintaan dalam negeri
terhadap komoditi stroberi lebih menguntungkan jika meningkatkan produksi
domestik stroberi dalam negeri dibandingkan mengimpor buah stroberi.
Penelitian Offayana (2016) dengan judul “Analisis Risiko Produksi
Stroberi pada UD Agro Mandiri di Desa Pancasari Kecamatan Sukasada
Kabupaten Buleleng”. UD Agro Mandiri merupakan salah satu perusahaan
agribisnis dan agrowisata yang terletak di Desa Pancasari, Kecamatan
Sukasada, Kabupaten Buleleng yang membudidayakan stroberi. Masalah
yang dihadapi adalah produksi stroberi yang berfluktuasi. Hal tersebut
menunjukkan adanya risiko yang dihadapi dalam memproduksi stroberi,
sehingga menyebabkan pendapatan menurun. Sumber-sumber risiko yang
dihadapi oleh UD Agro Mandiri dalam memproduksi stroberi adalah kondisi
cuaca, hama, penyakit, tenaga kerja, pengunjung, serta kualitas bibit. Metode
yang digunakan untuk menganalisis risiko produksi menggunakan koefisien
variasi. Tingkat risiko produksi stroberi tergolong risiko besar dilihat dari
nilai koefisien variasi sebesar 3,3. Penanganan yang dapat diterapkan di
perusahaan yaitu membuat greenhouse dengan sistem hidroponik, membuat
SOP perusahaan, menambah fasilitas perusahaan, pengembangan
diversifikasi vertikal, melakukan kontrak produksi, serta kemitraan dalam
pengadaan bibit stroberi.
Penelitian Laanemets (2011) dengan judul “Price, Yield, and Revenue
Risk in Wheat Production in Estonia”. Penelitian tersebut menjelaskan bahwa
beberapa tahun terakhir, risiko harga yang dihadapi petani sereal di Estonia
semakin parah. Rendahnya harga gandum disebabkan oleh fluktuasi pasar
dunia. Estonia dikenal dengan kebijakan liberal yaitu perlindungan tarif
minimal. Hal tersebut tidak memberikan dampak yang signifikan pada harga
sereal di Estonia. Petani gandum di Estonia tidak dapat banyak campur
tangan terhadap harga jual dikarenakan adanya kebijakan tersebut. Penelitian
difokuskan pada pengukuran commit to user
risiko pendapatan petani dalam produksi
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
10

gandum di Estonia. Pengukuran tingkat risiko menggunakan koefisien variasi


sebagai indikator risiko relatif. Hasil pengukuran risiko menunjukkan bahwa
variabilitas produksi hasil gandum di musim dingin sedikit lebih tinggi
daripada pada musim semi. Risiko produksi dan risiko harga gandum lebih
rendah dibandingkan dengan risiko pendapatan yang diterima petani.
Penelitian Renthiandy (2014) dengan judul “Analisis Risiko Usahatani
Padi di Kecamatan Karanganyar Kabupaten Karanganyar”. Penelitian ini
menjelaskan bahwa Kabupaten Karanganyar merupakan Kabupaten
penyumbang padi di Jawa Tengah. Akan tetapi, produktvitas padi di
Kecamatan Karanganyar tergolong rendah. Hal tersebut mengindikasikan
adanya faktor yang menyebabkan petani tidak dapat berproduksi secara
optimal sehingga menimbulkan risiko. Metode yang digunakan untuk
menganalisis adanya risiko yaitu dengan menggunakan koefisien variasi dan
batas bawah. Risiko yang dianalisis pada penelitian ini adalah risiko produksi,
risiko harga, dan risiko pendapatan. Masing-masing nilai koefisien variasinya
sebesar 0,53; 0,05; dan 0,73. Nilai batas bawah produksi adalah -1,04 kw/ha,
batas bawah harga adalah Rp. 399.600/kw, dan batas bawah pendapatan
sebesar Rp. -1.941.451.
Penelitian Suharyanto et al. (2015) dengan judul “Analisis Risiko
Produksi Usahatani Padi Sawah di Provinsi Bali”. Penelitian ini dilakukan
untuk menganalisis risiko usahatani padi sawah serta pengaruh penggunaan
input usahatani terhadap risiko produksi padi sawah di Provinsi Bali. Peneliti
menggunakan metode koefisien variasi untuk menganalisis risiko produksi
padi sawah dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi risiko
produksi padi sawah dengan analisis regresi linier berganda. Penelitian
tersebut menjelaskan bahwa risiko produksi usahatani padi sawah memiliki
risiko yang lebih tinggi saat musim hujan dibandingkan saat musim kemarau.
Hal tersebut diduga karena pada musim hujan tingkat serangan penyakit
menjadi lebih tinggi dibandingkan dengan musim kemarau, selain itu pada
musim hujan intensitas radiasi matahari juga lebih rendah dibandingkan
commit
musim kemarau yang tentunya to user
berpengaruh terhadap proses fotosintesis.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
11

Faktor-faktor produksi yang secara nyata mempengaruhi produksi padi sawah


antara lain luas lahan, pupuk organik, dan pestisida. Saran yang diberikan
peneliti untuk memperkecil risiko, antara lain : 1) menambah penggunaan
input produksi berupa pupuk organik secara signifikan, mengaplikasikan
pendekatan PHT dalam pengendalian OPT, 2) penerapan diversifikasi
usahatani, 3) perbaikan dan perancangan teknologi yaitu dengan
menggunakan varietas-varietas tahan OPT dan memiliki stabilitas hasil yang
tinggi serta daya adaptasi yang luas terhadap berbagai cekaman lingkungan.
Penelitian Wahyudi (2016) dengan judul “Analisis Kelayakan dan
Risiko Usahatani Tomat di Desa Gombong Kecamatan Belik Kabupaten
Pemalang”. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui besar biaya yang
dikeluarkan dan pendapatan yang diterima petani dalam berusahatani tomat,
serta mengetahui tingkat kelayakan dan risiko pada usahatani tomat. Metode
yang digunakan untuk mengetahui hal tersebut yaitu menghitung usahatani
tomat kemudian dianalisis menggunakan R/C ratio, koefisien variasi, dan
batas bawah. Usahatani tomat pada penelitian ini dikatakan layak diusahakan
berdasarkan nilai R/C ratio sebesar 1,02 > 1. Ditinjau dari risiko produksi dan
risiko harga termasuk dalam risiko yang tinggi karena nilai koefisien variasi
lebih dari 0,5 yaitu 1,668 dan 34. Nilai batas bawah produksi sebesar -71,504
kw/ha dan batas bawah harga sebesar -244.081 yang nilai keduanya kurang
dari 0. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, peneliti menyarankan agar
petani tetap menjalankan usahatani tomat mengingat usahataninya
menguntungkan dilihat dari segi ekonomi dan prospek yang cukup baik ke
depan, walaupun mengandung risiko yang tinggi. Hal ini dapat diatasi dengan
menjalin kerjasama dengan perusahan-perusahan pengolahan tomat.
Penelitian Mahayani (2017) dengan judul “Analisis Risiko Usahatani
Salak Organik di Desa Sibetan Kecamatan Bebandem Kabupaten
Karangasem”. Masalah yang terjadi pada usahatani salak organic yaitu
produksi yang berfluktuasi dan harga yang tak menentu. Apabila produksi
dan harga menjadi sebuah risiko, maka hal ini akan berimbas pada
commitFaktor
pendapatan yang diterima petani. to useryang mempengaruhi pendapatan
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
12

usahatani salak organik dianalisis melalui metode OLS (Ordinary Least


Square). Menganalisis besarnya tingkat risiko dengan mencari nilai varian,
simpangan baku, dan koefisien variasi. Penelitian tersebut menyebutkan yaitu
faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan petani dalam usahatani salak
organik di Desa Sibetan adalah luas lahan dan memiliki koefisien positif yang
artinya setiap penambahan variabel luas lahan akan meningkatkan perolehan
pendapatan usahatani salak. Risiko produksi usahatani salak organik di Desa
Sibetan diperoleh dari hasil koefisien variasi sebesar 0,50, koefisien variasi
risiko harga sebesar 0,11, dan koefisien variasi risiko pendapatan 0,55.
Apabila dilihat dari kriteria koefisien variasi mengindikasikan bahwa risiko
usahatani salak organik di Desa Sibentan Kecamatan Bebandem Kabupaten
Karangasem masih tergolong rendah.
Penelitian Hariyani (2017) dengan judul “The Risk Level of Production
and Price of Red Chili Farming in Kediri Regency, East Java Province,
Indonesia”. Penelitian tersebut menyatakan bahwa cabai merah merupakan
komoditas yang potensial untuk dikembangkan dengan alasan: 1) cabai merah
merupakan komoditas hortikultura yang memiliki nilai ekonomi yang tinggi,
2) cabai merah mendapatkan perhatian khusus dari pemerintah, 3) hampir
setiap masakan di Indonesia memakai cabai merah sebagai bahan
masakannya, 4) memiliki peluang bagus untuk di ekspor, 5) memiliki pasar
yang bagus seperti di pasar tradisional, supermarket, sampai ke proses
industri. Pengembangan usahatani cabai merah memiliki risiko yang
menjadikan hambatan dalam berusahatani, maka dari itu peneliti
menggunakan varian, standar deviasi, koefisien variasi untuk mengukur
tingkat risiko yang terjadi pada usahatani cabai merah dan batas bawah untuk
mengetahui nilai terendah yang akan diterima oleh petani. Penelitian ini
menyatakan bahwa risiko harga lebih sulit untuk dikendalikan dan diprediksi
oleh petani dibandingkan risiko produksi. Risiko produksi dapat dikelola
dengan penggunaan teknologi untuk meningkatkan jumlah produksi. Selain
itu, mengantisipasi tingkat risiko usahatani dapat dilakukan dengan
commit to
diversifikasi tanaman yang disebut user
tumpangsari yang dapat mengamankan
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
13

produksi sehingga dapat menyelamatkan risiko pendapatan petani. Harga


dapat berubah-ubah dalam waktu singkat, maka perlu informasi adanya
informasi harga yang ter-up to date misalnya dari gapoktan atau intansi
terkait seperti Departemen Perdagangan dan Industri melalui petugas
informasi pasar.
Penelitian Lawalata et al. (2017) dengan judul “Risiko Usahatani
Bawang Merah Di Kabupaten Bantul”. Metode yang digunakan pada
penelitian ini untuk mengukur risiko produksi dan pendapatan adalah
koefisien variasi, dan untuk mengetahui perilaku petani terhadap risiko
menggunakan metode Moscardi dan De Janvry. Risiko produksi dan risiko
pendapatan tergolong tinggi karena risiko produksi sebesar 0,8518 dan risiko
pendapatan sebesar 1,216. Mayoritas atau sebesar 73,33% petani bawang
merah di Kabupaten Bantul memiliki perilaku menolak terhadap risiko.
Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku petani terhadap risiko usahatani
bawang merah yaitu umur petani, pendidikan, dan pendapatan.
Penelitian Olariande et al. (2007) dengan judul “Attitude Towards Risk
Among Maize Farmer in The Dry Savana Zone of Nigeria: Some Prospective
Policies For Improving Food Production”. Risiko yang dihadapi petani
dalam produksi jagung antara lain karena faktor alam, sosial, ekonomi, dan
proses produksi. Untuk mengetahui perilaku petani jagung dalam menghadapi
risiko, peneliti menggunakan metode Moscardi dan De Janvry (1977). Petani
sampel yang diambil adalah 350 petani jagung. Sebanyak 8% petani bersikap
risk taker, 42% petani bersikap netral dalam menghadapi risiko, dan 50%
petani sangat menolak (risk averter) terhadap risiko. Perilaku petani dalam
menghadapi risiko merupakan hal penting untuk mengatasi risiko yang
terjadi, sehingga kelaparan dan kemiskinan di Afrika juga dapat berkurang.
Sebelas penelitian tersebut menjadi landasan atau referensi dalam
penelitian yang akan dilakukan dengan alasan adanya kesamaan dalam
metode yang digunakan yaitu menggunakan varian, standar deviasi, dan
koefisien variasi. Metode tersebut digunakan untuk mengukur tingkat risiko
commit di
yang terjadi pada usahatani stroberi to Kecamatan
user Tawangmangu Kabupaten
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
14

Karanganyar, sehingga risiko yang menghambat dalam proses berusahatani


dapat diminimalisir. Penelitian di atas dapat dijadikan sebagai sumber
informasi dan gambaran secara komprehensif sehingga akan membantu
peneliti untuk menganalisis risiko pada usahatani stroberi. Berdasarkan
penelitian terdahulu yang telah diuraikan di atas, dapat ditarik kesimpulan
tentang persamaan dan perbedaan antara penelitian terdahulu dan penelitian
ini. Berikut merupakan persamaan dan perbedaan penelitian terdahulu dengan
penelitian ini.
1. Persamaan Penelitian
a. Terdapat persamaan pada tujuan penelitian antara penelitian terdahulu
dengan penelitian ini yaitu bertujuan untuk meneliti tentang analisis
usahatani dan risiko yang terjadi pada sebuah usahatani.
b. Analisis yang digunakan untuk menganalisis usahatani yaitu biaya,
penerimaan, dan pendapatan pada usahatani, sedangkan untuk
menganalisis risiko yaitu dengan menggunakan koefisien variasi.
2. Perbedaan Penelitian
a. Perbedaan pada penelitian terdahulu dan penelitian ini adalah
pemilihan komoditas. Komoditas yang diteliti pada penelitian ini
adalah stroberi.
b. Perbedaan lain terletak pada lokasi yang digunakan untuk
melaksanakan penelitian. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan
Tawangmangu Kabupaten Karanganyar pada satu kali musim tanam
stroberi.
c. Perbedaan selanjutnya antara penelitian ini dan penelitian terdahulu
yaitu jumlah sampel yang digunakan untuk penelitian. Jumlah sampel
yang digunakan pada penelitian ini berjumlah 50 petani sampel.
B. Tinjauan Pustaka
1. Arti Penting Ekonomi Stroberi
Tanaman stroberi merupakan tanaman subtropis yang berasal dari
Chili, Amerika. Spesies tanaman stroberi yang menyebar ke negara
Amerika, Eropa, dan commit
Asia to user jenis Fragaria chiloensis L.,
adalah
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
15

sementara spesies yang pertama kali hadir di Indonesia yaitu Fragaria


vesca. Jenis ini pula yang lebih menyebar luas dibandingkan dengan
spesies lainnya. Stroberi yang biasa kita temukan di pasar swalayan
merupakan hibrida yang berasal dari persilangan antara stroberi asal
Chili dan Amerika Utara (Budiman dan Saraswati, 2005).
Stroberi merupakan salah satu berry yang paling digemari
diantara semua berry. Nama strawberry berasal dari kata straw dalam
bahasa inggris yang menunjukkan praktik pemberian jerami sebagai
mulsa pada tempat tumbuh tanaman ini agar tidak busuk. Sementara itu,
nama latin fragaria menunjukkan kata fragran yang berarti aroma
karena tanaman buah ini beraroma. Tanaman stroberi sudah
dibudidayakan secara luas di area subtropis berbagai belahan dunia.
Pemanfaatan buah ini sangat luas baik langsung dimakan sebagai buah
segar maupun diolah menjadi berbagai olahan bahan makanan. Buah
stroberi merupakan sumber terbaik flavonoid dan vitamin C yang
bermanfaat bagi kesehatan manusia. Bentuk buah stroberi cukup unik,
persis seperti bentuk hati. Warna buahnya yang sudah matang sangat
merah. Stroberi merupakan tanaman buah yang rata-rata memiliki 200
biji kecil per satu buahnya (Yuliarti, 2011).
Penanaman stroberi tidak dapat ditanam di sembarang tempat,
karena lingkungan yang tidak cocok akan menyebabkan produksi
stroberi tidak optimal. Tanaman Stroberi tumbuh dengan baik dengan
syarat berada di ketinggian antara 600-1.500 mdpl, tempat yang
mempunyai suhu pada siang hari sekitar 22-25 oC, sedangkan pada
malam hari berkisar antara 14-18 oC, dan juga memiliki kelembaban
udara yang relatif tinggi antara 85% - 95%, serta daerah dengan curah
hujan yaitu 600 - 700mm/tahun (Kurnia, 2005).
Menurut Yuniarsih (2013), stroberi merupakan buah-buahan yang
mudah rusak seperti salah satu sifat komoditi pertanian yang bersifat
mudah rusak. Komoditi pertanian biasanya mengandung banyak air
sehingga rentan rusak commit
terkena tohama
user dan tidak dapat disimpan dalam
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
16

waktu yang relatif lama. Pemasaran buah stroberi harus dilakukan


dengan cara yang tepat agar sampai ke konsumen dalam keadaan yang
segar.
Permintaan terhadap buah stroberi di Asia Tenggara cukup tinggi.
Sementara itu petani Indonesia belum mampu untuk memenuhi
permintaan buah stroberi yang tinggi. Pembudidayaan stroberi
dilakukan secara besar-besaran di sebagian besar negara beriklim
sedang dan beberapa negara subtropis. Di negara tropis, tanaman
stroberi diusahakan secara komersial walaupun masih tergolong dalam
skala kecil (Kurnia, 2005).
Stroberi telah banyak dikembangkan pada sektor agroindustri.
Industri kecil, menengah, hingga besar banyak yang telah
memanfaatkan stroberi sebagai cita rasa dalam produk olahan mereka.
Hal ini karena stroberi memiliki rasa yang khas dan warna yang
menarik. Produk olahan yang menggunakan stroberi sebagai bahan
utama atau bahan tambahan misalnya selai, jus, susu, es krim, puding,
yoghurt, dan lainnya (Samec et al., 2016).
Saat ini stroberi telah menjadi penarik para wisatawan dengan
konsep agrowisata. Para petani berlomba-lomba untuk membuat kebun
stroberinya semenarik mungkin dan mempersilahkan pengunjung untuk
memetik stroberi sendiri. Di negara asalnya, agrowisata memetik
stroberi sendiri bukanlah hal yang baru. Adanya agrowisata ini
membuat stroberi sebagai buah eksklusif penghasil devisa penting bagi
negara di Eropa dan Amerika Serikat (Rahmatia dan Pitriana, 2007).
2. Usahatani
Menurut Suratiyah (2015), usahatani merupakan usaha seseorang
dalam mengusahakan dan mengkoordinir faktor-faktor produksi berupa
lahan dan alam sekitarnya sebagai modal sehingga memberikan manfaat
yang sebaik-baiknya. Sebagai ilmu pengetahuan, ilmu usahatani
merupakan ilmu yang mempelajari cara-cara petani untuk menentukan,
commit
mengorganisasikan, serta to user
mengkoordinasikan penggunaan faktor-faktor
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
17

produksi seefektif dan seefisien mungkin. Sehingga usaha tersebut


memberikan pendapatan semaksimal mungkin dan berjalan secara
kontinyu. Dikatakan efektif apabila petani dapat mengalokasikan
sumberdaya yang dimiliki dengan sebaik-baiknya, dan dikatakan efisien
apabila pemanfaatan sumberdaya tersebut menghasilkan pengeluaran
(output) (Soekartawi, 2002).
Keberhasilan usahatani dipengaruhi oleh faktor produksi yaitu
modal, tanah, dan tenaga kerja. Modal diperlukan untuk pengadaan
sarana produksi (bibit, pupuk, pestisida, dan peralatan), biaya
pemeliharaan tanaman, biaya penyimpanan, pemasaran dan
pengangkutan. Petani cenderung mengalami hambatan dalam
mengembangkan hasil usahataninya dengan menambah luas lahan
maupun pengadaan sarana produksi (Darmawaty, 2005).
Menurut Rahim dan Dyah (2008), usahatani dapat dilihat dari
berbagai sudut pandang. Dari sudut pandang cara mengusahakan,
usahatani dapat berasal dari milik sendiri, bagi hasil, dan sewa.
Berdasarkan sifat dan corak usahatani dapat dilihat sebagai usahatani
subsisten dan usahatani komersil. Usahatani subsisten merupakan
usahatani yang hasil panennya digunakan untuk memenuhi kebutuhan
petani atau keluarga petani sendiri tanpa melalui peredaran uang. Lain
halnya usahatani komersial yaitu keseluruhan hasil panen dijual ke
pasar atau melalui perantara (pengepul, pedagang besar, dan pengecer)
maupun langsung ke konsumen.
Tujuan seorang petani melakukan kegiatan usahatani adalah untuk
memperoleh pendapatan dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya.
Berhasilnya kegiatan usahatani dapat diketahui dari besarnya
pendapatan yang diperoleh petani. Dalam menjalankan usahataninya,
petani dihadapkan pada perhitungan biaya produksi untuk
keberlangsungan usaha yang akan menentukan besarnya penerimaan
dan pendapatan yang diterima. Biaya produksi adalah uang yang
commit
dikeluarkan oleh petani untukto mendapatkan
user sejumlah input secara
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
18

akuntansi yang sama dengan jumlah uang yang dikeluarkan. Biaya ini
tercermin dari biaya korbanan (Sugiharto et al., 2002).
Menurut Hadisapoetra (1973), biaya usahatani dibagi menjadi tiga
kategori, yaitu:
a. Biaya alat-alat luar yaitu semua pengorbanan yang dikeluarkan
dalam usahatani untuk memperoleh pendapatan kotor, kecuali
bunga seluruh aktiva yang dipergunakan dan upah tenaga keluarga
sendiri. Faktor-faktor biaya alat luar yaitu upah tenaga kerja, biaya
sarana produksi, biaya lain-lain, dan biaya penyusutan.
b. Biaya mengusahakan yaitu biaya alat-alat luar ditambah dengan
upah tenaga kerja keluarga sendiri yang diperhitungkan
berdasarkan upah yang dibayarkan kepada tenaga kerja luar.
c. Biaya menghasilkan yaitu biaya mengusahakan ditambah dengan
bunga dari aktiva yang dipergunakan dalam usahatani.
Biaya dan pendapatan dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor
internal, eksternal dan faktor manajemen. Faktor internal maupun
eksternal akan bersama-sama memengaruhi biaya dan pendapatan.
Faktor internal meliputi umur petani, tingkat pendidikan dan
pengetahuan, jumlah tenaga kerja keluarga, luas lahan, dan modal.
Faktor eksternal terdiri dari input yang meliputi ketersediaan, harga,
serta output yang meliputi permintaan dan harga. Faktor manajemen
berkaitan dengan bagaimana seorang petani sebagai manajer dalam
kegiatan usahataninya, mengambil keputusan dengan berbagai
pertimbangan ekonomi sehingga diperoleh hasil yang memberikan
pendapatan yang maksimal (Suratiyah, 2008).
Menurut Suratiyah (2015), penerimaan disebut juga dengan
pendapatan kotor yang merupakan keseluruhan pendapatan yang
diperoleh dari semua cabang dan sumber dalam usahatani selama satu
tahun. Pendapatan kotor dapat diperhitungkan dari hasil penjualan,
pertukaran, atau penaksiran kembali. Pendapatan kotor yang dimaksud
mencakup: commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
19

a. Jumlah uang yang diterima dari hasil penjualan dengan mengingat


akan adanya penerimaan pada permulaan dan akhir tahun.
b. Nilai dari pengeluaran-pengeluaran berupa bahan dari usahatani
kepada rumah tangga dan keperluan-keperluan pribadi dari petani
dan kepada usaha-usaha yang tidak termasuk usahatani.
c. Nilai dari bahan yang dibayarkan sebagai upah kepada tenaga kerja
luar.
d. Nilai dari hasil bahan uang yang dihasilkan dalam usahatani yang
dipergunakan lagi dalam usahatani sendiri sebagai bangunan-
bangunan tetap.
e. Tambahan nilai dari persediaan, modal, dan tanaman.
Pendapatan merupakan balas jasa terhadap penggunaan faktor-
faktor produksi. Menurut Hadisapoetra (1973), pendapatan merupakan
selisih antara penerimaan dengan biaya yang dikeluarkan. Penerimaan
dapat diperoleh dengan mengalikan hasil produksi dengan harga jual
yang berlaku saat penelitian. Adapun menghitung pendapatan usahatani
dirumuskan sebagai berikut:

Keterangan:
Pd = pendapatan usahatani
TR = total penerimaan (total revenue)
TC = total biaya (total cost)
Y = produksi yang diperoleh dalam usahatani
Py = harga Y
Menurut Rahim (2008), BC Ratio merupakan perbandingan
antara pendapatan yang diterima dengan biaya yang dikeluarkan dalam
suatu usahatani. Jika nilai B/C ratio menunjukkan hasil 0, maka
usahatani tersebut tidak memberikan keuntungan finansial. Jika nilai
B/C ratio menunjukkan hasil kurang dari 1, maka usahatani yang
commit
dilakukan tidak memberikan to user
keuntungan.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
20

3. Risiko
Risiko merupakan kondisi yang memiliki beberapa kemungkinan-
kemungkinan kejadian yang tidak diharapkan karena menimbulkan
kerugian. Beragam definisi mengenai risiko mengacu pada adanya
ketidakpastian. Ketidakpastian adalah situasi yang tidak dapat diketahui
atau diperkirakan terlebih dahulu oleh pengambil keputusan. Meskipun
risiko dan ketidakpastian memiliki hubungan yang erat, namun kedua
hal ini memiliki makna yang berbeda. Menurut Robison dan Barry
(1987), ketidakpastian merupakan peluang suatu kejadian yang tidak
dapat diukur, sedangkan risiko adalah peluang terjadinya suatu kejadian
yang dapat merugikan suatu usaha dan dapat diukur oleh pengambil
keputusan. Peluang yang terjadi dapat diukur oleh pemegang keputusan
berdasarkan pengalaman yang sudah dilakukan saat mengelola suatu
usaha. Adanya pengukuran risiko tersebut menandakan risiko
merupakan sesuatu hal yang dapat dicegah dan diminimalisir
dampaknya.
Risiko dapat disangkutpautkan dengan kemungkinan terjadinya
dampak negatif berupa kerugian atau kegagalan yang tidak terduga
(Darmawi, 2005). Kemungkinan disini menandakan adanya
ketidakpastian yang akan diterima oleh pelaku usaha. Munculnya risiko
disebabkan oleh terdapat kondisi yang tidak pasti. Kondisi tidak pasti
tersebut timbul karena berbagai faktor, diantaranya:
a. Jarak waktu dari dimulainya perencanaan suatu kegiatan sampai
kegiatan itu berakhir. Semakin panjang jarak waktunya maka
makin besar juga ketidakpastiannya.
b. Informasi yang tersedia terbatas.
c. Terbatasnya pengetahuan serta keterampilan dalam pengambilan
keputusan.
Kegiatan usahatani yang dilakukan oleh petani selalu dihadapkan
dengan situasi risiko dan ketidakpastian dimana besar kecilnya risiko
committergantung
yang dialami seorang petani to user pada keberanian petani untuk
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
21

mengambil suatu keputusan. Risiko dalam usahatani sulit untuk diduga


karena faktor – faktor yang memengaruhi kegiatan usahatani sebagian
besar belum dikuasi secara sempurna oleh manusia, misalnya faktor
iklim dan perubahannya (Rodjak, 2002). Sumber-sumber risiko dalam
bidang pertanian meliputi risiko produksi, risiko harga, casualty risk,
dan risiko teknologi (Miller, 2004). Sementara itu, Harwood et al.
(1999) menyatakan terdapat beberapa sumber risiko pada kegiatan
pertanian, yaitu:
a. Production or Yield Risk
Faktor risiko produksi dalam kegiatan pertanian disebabkan
adanya beberapa hal yaitu serangan hama dan penyakit, curah
hujan, musim, kelembaban, teknologi, input, dan bencana alam.
Penggunaan teknologi baru secara cepat tanpa adanya penyesuaian
sebelumnya justru dapat menyebabkan penurunan produktivitas.
Akibat risiko produksi tersebut berpengaruh terhadap penurunan
kualitas serta kuantitas hasil panen.
b. Price or Market Risk
Risiko pasar dalam hal ini meliputi risiko harga output dan
harga input. Pada umumnya, kegiatan produksi pertanian
merupakan proses yang memakan waktu lama. Sementara itu, pasar
cenderung bersifat kompleks dan dinamis. Oleh karena itu, petani
belum tentu mendapatkan harga yang sesuai dengan yang
diharapkan pada saat musim panen. Begitu pula dengan harga input
yang dapat berfluktuasi, sehingga memengaruhi komponen biaya
pada kegiatan produksi. Pada akhirnya risiko harga akan
berpengaruh pada return yang diperoleh petani.
c. Instutional Risk
Institutional risk berhubungan dengan kebijakan dan program
dari pemerintah yang memengaruhi sektor pertanian. Contoh dari
institutional risk misalnya adanya kebijakan dari pemerintah untuk
memberikan atau commit to usersubsidi dari harga input. Secara
mengurangi
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
22

umum, institutional risk cenderung tidak dapat diantisipasi


sebelumnya.
d. Financial Risk
Financial risk atau disebut risiko finansial dihadapi oleh
petani pada saat petani meminjam modal dari institusi seperti bank.
Risiko ini berkaitan dengan fluktuasi dari tingkat suku bunga
pinjaman (interest rate).
Berdasarkan pernyataan tersebut, maka risiko yang dianalisis
pada penelitian ini yaitu risiko produksi, risiko harga, dan risiko
pendapatan.
a. Risiko Produksi
Risiko produksi dalam kegiatan agribisnis dapat terjadi karena
adanya penurunan dalam kualitas maupun kuantitas produksi yang
disebabkan karena bencana alam yang tidak dapat diprediksi
sebelumnya misalnya banjir, gempa bumi, kebakaran, selain itu juga
disebabkan karena serangan hama dan penyakit, iklim yang berubah-
ubah, dan sebagainya. Produksi yang gagal akan berpengaruh
terhadap keputusan petani untuk melakukan usahatani berikutnya
(Soekartawi et al., 1993). Risiko dalam menurunnya kualitas
produksi usahatani dapat ditanggulangi dengan penerapan teknologi
budidaya dan pasca panen yang tepat (Gumbira dan Intan, 2001).
Risiko produksi pada produksi pertanian lebih besar jika
dibandingkan dengan kegiatan bisnis lainnya. Sebagai contoh adalah
dalam kegiatan pertanian petani tidak dapat menentukan secara pasti
jumlah hasil produksi yang dihasilkan dengan penggunaan input
tertentu, hal ini sangat berbeda dengan kegiatan manufaktur dimana
pembudidaya sudah dapat memastikan berapa output yang mereka
peroleh dengan penggunaan input tertentu. Hasil yang diperoleh
dalam budidaya pertanian dapat lebih kecil dari hasil yang
diperhitungkan, sehingga dapat menyebabkan kerugian bagi petani
(Simanjuntak, 2013).commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
23

b. Risiko Pendapatan
Besarnya pendapatan yang akan diperoleh dari suatu kegiatan
usahatani tergantung dari beberapa faktor yang mempengaruhinya
seperti luas lahan, tingkat produksi, identitas petani, pertanaman, dan
efisiensi penggunaan tenaga kerja (Hernanto, 1994). Selain itu,
pendapatan juga dipengaruhi oleh harga dan produktivitas. Harga
dan produktivitas merupakan sumber dari faktor ketidakpastian,
sehingga bila harga dan produksi berubah maka pendapatan yang
diterima petani juga berubah (Soekartawi, 1990).
Pendapatan usahatani menurut Gustiyana (2004), dapat dibagi
menjadi dua pengertian, yaitu: (1) pendapatan kotor, yaitu seluruh
pendapatan yang diperoleh petani dalam usahatani selama satu tahun
yang dapat diperhitungkan dari hasil penjualan atau pertukaran hasil
produksi yang dinilai dalam rupiah berdasarkan harga per satuan
berat pada saat pemungutan hasil; (2) pendapatan bersih, yaitu
seluruh pendapatan yang diperoleh petani dalam satu tahun
dikurangi dengan biaya produksi selama proses produksi. Biaya
produksi meliputi biaya riil tenaga kerja dan biaya riil sarana
produksi.
Masalah pokok yang dihadapi petani adalah rendahnya tingkat
pendapatan akibat produktivitas tanaman rendah, harga jual produk
yang fluktuatif, belum efisiennya proses produksi, serta naiknya
biaya produksi (Sudjarmoko, 1999). Fluktuasi harga yang berisiko
pada harga komoditas pertanian serta besarnya pembiayaan
menjadikan risiko tersendiri terhadap pendapatan yang diharapkan
petani (Nicholson, 1995).
c. Risiko Harga
Risiko harga atau risiko pasar adalah risiko yang disebabkan
oleh gejolak (variability) return suatu investasi sebagai akibat dari
fluktuasi transaksi di pasar keseluruhan. Risiko ini disebabkan oleh
commit
peristiwa-peristiwa yang to usermenyeluruh yang mempengaruhi
bersifat
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
24

kegiatan pasar secara umum. Contoh peristiwa tersebut antara lain


adalah peperangan, perubahan struktur perekonomian, dan
perubahan selera konsumen (Zubir, 2011).
Risiko pada bidang pertanian dapat dipengaruhi oleh berbagai
faktor. Salah satu faktor penyebab risiko adalah fluktuasi harga.
Risiko harga pada produksi pertanian disebabkan karena harga pasar
yang tidak dapat dikuasai oleh petani. Naik turunnya harga lebih
sering terjadi pada hasil pertanian (Kadarsan, 1995).
Variabilitas harga merupakan ketidakpastian yang besar dalam
kegiatan pertanian. Harga komoditas bervariasi dari tahun ke tahun,
serta hari ke hari, karena alasan di luar kendali produsen. Pasokan
komoditas dipengaruhi oleh produksi petani di beberapa daerah dan
negara, kebijakan pemerintah, dan cuaca. Permintaan komoditi
adalah hasil dari preferensi konsumen dan pendapatan, nilai tukar,
kebijakan ekspor, kekuatan ekonomi secara umum, dan harga produk
saingan. Beberapa pergerakan harga mengikuti tren musiman yang
dapat diprediksi (Junaidi, 2012).
Risiko harga dapat dikaitkan dengan pembelian input maupun
penjualan output komoditas. Harga hasil pertanian cenderung
berfluktuasi dalam jangka pendek. Risiko harga menurut Prabowo
(1998) disebabkan fluktuasi harga pasar yang tinggi menyulitkan
petani untuk menentukan keputusan dalam berusahatani, karena
harga merupakan pertemuan antara permintaan dan penawaran.
Dengan demikian perkambangan dari waktu kewaktu sangat
ditentukan oleh kedua kekuatan tersebut dan juga adanya kebijakan
pemerintah.
4. Analisis Risiko
Analisis risiko memiliki hubungan dengan teori pengambilan
keputusan (decision theory). Alat analisis yang sering digunakan dalam
pengambilan keputusan yang berhubungan dengan risiko adalah
expected utility modelcommit to user
(Hanafi, 2006). Model ini digunakan karena
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
25

memiliki kelemahan yaitu yang ingin dicapai oleh seseorang bukanlah


nilai (return) melainkan sebuah kepuasan (utility). Menurut Robison
dan Barry (1987), terdapat tiga kategori sikap dalam pengambilan
keputusan dalam menghadapi risiko, yaitu:
a. Risk aversion yaitu pembuat keputusan takut pada risiko yang
terjadi. Sikap ini menunjukkan bahwa Pembuat keputusan yang
takut pada risiko (risk aversion). Sikap ini menunjukkan bahwa jika
terjadi kenaikan ragam (variance) dari keuntungan maka pembuat
keputusan akan mengimbangi dengan menaikkan keuntungan yang
diharapkan yang merupakan ukuran tingkat kepuasan.
b. Pembuat keputusan yang berani terhadap risiko (risk taker). Sikap
ini menunjukkan bahwa, jika terjadi kenaikan ragam (variance)
dari keuntungan maka pembuat keputusan akan mengimbangi dan
menurunkan keuntungan yang diharapkan.
c. Pembuat keputusan yang netral terhadap risiko (risk neutral). Sikap
ini menunjukkan bahwa jika terjadi kenaikan ragam (variance) dari
keuntungan maka, pembuat keputusan akan mengimbangi dengan
menurunkan atau menaikkan keuntungan yang diharapkan.
Model risiko yang dikembangkan oleh Just dan Pope (1979)
terdiri atas fungsi produksi rata-rata dan fungsi produksi varian yang
dipengaruhi oleh variabel lahan, benih/bibit, pupuk, pestisida, dan juga
tenaga kerja. Beberapa input dapat menjadi faktor yang meningkatkan
risiko produksi dan juga faktor yang mengurangi risiko produksi.
Dalam menganalisis sektor pertanian sangat penting untuk
mempertimbangkan faktor risiko, terutama risiko produksi. Apabila
faktor risiko produksi tidak dimasukkan, maka akan membawa
konsekuensi kesimpulan yang diperoleh menjadi tidak benar.
Pegukuran risiko yang dilakukan Just dan Pope (1979) mengacu
pada metode Moscardi dan De Janvry (1977) yang dilakukan dengan
cara memilih variabel yang signifikan berpengaruh yang menentukan
commit
hasil regresi Y. Parameter to user
variabel yang paling signifikan berpengaruh
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
26

digunakan untuk menentukan tingkat perilaku petani dalam


menghindari risiko. Menurut Moscardi dan de Janvry (1997), parameter
penolakan risiko K(S) digunakan untuk mengklasifikasikan petani
menjadi 3 kelompok yaitu:
a. Mengambil risiko (risk lover) (0 < K(S) < 0,4)
b. Mengambil posisi netral (risk neutral) (0,4 < K(S) < 1,2)
c. Menolak risiko (risk averter) (1,2 < K(S) < 2,0)
Persamaan untuk pengukuran parameter keengganan petani dalam
menghadapi risiko dapat dituliskan sebagai berikut.

Model persamaan tersebut dapat diubah menjadi:

Keterangan:
K(S)= pengukuran parameter keengganan terhadap risiko, S adalah
variabel yang mempresentasikan karakteristik petani.
= koefisien variasi dari produksi
= produksi rata-rata

= harga produk

= elastisitas produksi dari input ke-i (elastisitas dari input yang


paling signifikan dan mempunyai kontribusi terbesar)
= jumlah input ke-i (jumlah input yang paling signifikan dan
mempunyai kontribusi terbesar pada masing-masing responden)
= harga input ke-i
Penilaian risiko didasarkan pada pengukuran penyimpangan
(deviation) terhadap return dari suatu asset. Menurut Elton dan Gruber
(1995) terdapat beberapa ukuran risiko diantaranya adalah nilai varian
(variance), standar deviasi (standard deviation), dan koefisien variasi
(coefficient variation). Penilaian risiko menggunakan varian dan standar
commit to user
deviasi merupakan ukuran absolut dan tidak mempertimbangkan risiko
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
27

dalam hubungannya dengan hasil yang diharapkan (expected return).


Menurut Pappas dan Hirschey (2005), risiko dapat diukur dengan
menentukan kerapatan distribusi probabilitas. Salah satu ukurannya
adalah dengan menggunakan deviasi standar yang diberi simbol δ.
Semakin kecil deviasi standar, semakin rapat distribusi probabilitas dan
dengan dengan demikian semakin rendah risikonya.
Risiko pada bidang pertanian memiliki faktor yang sedikit
berbeda dengan usaha lainnya. Sektor pertanian sangat bergantung pada
kondisi alam, harga pasar, dan perubahan pada institusi. Oleh karenanya
dengan mengetahui kelemahan yang menjadi faktor penting dalam
kelangsungan usahatani di sektor pertanian bertujuan agar pelaku
usahatani dapat memprioritaskan faktor atau penyebab risiko yang
paling relevan. Menghitung penyimpangan atau risiko dapat dilakukan
dengan menggunakan standar deviasi. Adapun rumus standar deviasi
menurut Widoatmojo (2007) adalah sebagai berikut.

SD =

Keterangan:
SD = Standar Deviasi
n = Jumlah periode perkembangan harga
= Penghasilan yang diharapkan (ER)
= Penghasilan aktual (AR)
Untuk membandingkan persebaran data antara 2 kelompok data
yang mempunyai satuan berbeda, tidak dapat hanya dilakukan
menggunakan standar deviasi, melainkan menggunakan perbandingan
koefisien variasi antara 2 kelompok data (Setiawan, 2012). Menurut
Pappas dan Hirschey (2005), koefisien variasi diperoleh dari pembagian
antara standar deviasi dengan nilai yang diperkirakan (rata-rata). Secara
matematis koefisien variasi dapat ditulis sebagai berikut.

KV =
commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
28

Keterangan :
KV = Koefisien variasi
σ = Standar Deviasi
Xr = Nilai Rata-rata produksi/harga/biaya/pendapatan
Menurut Hernanto (1993), pengetahuan tentang hubungan antara
risiko dengan keuntungan menjadi bagian penting dalam menjalankan
suatu usahatani. Hubungan ini dapat diukur dengan koefisien variasi
(CV) dan batas bawah keuntungan (L). Nilai koefisien variasi dan batas
bawah menunjukkan kemungkinan petani mendapatkan kerugian.
Setelah mengetahui koefisien variasi, kemudian menghitung batas
bawah dengan rumus sebagai berikut.
L = E – 2V
Keterangan :
L = Batas bawah
E = Rata-rata keuntungan yang diperoleh
V = Simpangan baku
5. Manajemen Risiko
Suksesnya usahatani sebagai bisnis merupakan buah dari kehati-
hatian dan ketelitian petani dalam perencanaan, pelaksanaan, serta
pengambilan keputusan yang tepat. Melakukan perencanaan dalam
usahatani bertujuan agar petani mendapatkan petunjuk mengenai apa
yang akan dilakukan, mengurangi adanya penyimpangan dan kesalahan,
sebagai evaluasi, serta kontinuitas usahatani dapat terjamin
(Suratiyah, 2015).
Setiap kegiatan usaha memerlukan manajemen risiko. Suatu
usaha tidak terlepas dari kemungkinan akan risiko-risiko di masa
mendatang khususnya usahatani. Mengantisipasi datangnya risiko serta
memperbaiki dari dampak yang ditimbulkan risiko dapat dilakukan
dengan me-manage risiko tersebut (Kerzner, 2003). Petani sebagai
manajer harus dapat mengambil keputusan dengan pertimbangan
commit to user
ekonomis sehingga memperoleh pendapatan yang optimal. Petani
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
29

memerlukan berbagai informasi tentang kombinasi faktor produksi dan


informasi mengenai harga faktor produksi serta produk dalam
pelaksanaan usahatani. Informasi-informasi tersebut merupakan bekal
bagi petani untuk mengantisipasi perubahan agar tidak merugi
(Suratiyah, 2015).
Manajemen risiko berfungsi untuk mengendalikan risiko yang
akan terjadi dengan mengidentifikasi sumber risiko, memperkirakan
probabilitas terjadinya risiko, menilai besar kecil dari dampak yang
ditimbulkan oleh risiko, kemudian menyusun alternatif strategi untuk
mencegah dan mengatasi risiko yang ada. Manajemen risiko merupakan
cara sederhana untuk megurangi kerugian yang mungkin terjadi yaitu
dengan mengidentifikasi risiko, bagaimana pengaruhnya terhadap cash
flow jangka panjang dan mencari solusi yang terbaik
(Claessens et al., 1999).
C. Kerangka Teori Pendekatan Masalah
Usahatani merupakan kegiatan budidaya yang dilakukan petani
sehingga memperoleh pendapatan untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga
petani. Pendapatan yang diperoleh petani bergantung pada besarnya biaya
yang dibutuhkan dalam berusahatani. Terdapat beberapa tahapan dalam
melakukan usahatani stroberi yaitu input, proses produksi, dan output. Ketiga
tahapan tersebut mengandung risiko yang saling berhubungan.
Risiko pada input dipengaruhi karena kualitas benih atau bibit yang
kurang baik, pemberian pupuk dan pestisida yang berlebihan, penggunaan
tenaga kerja, serta luas lahan yang digunakan. Kemungkinan risiko yang
muncul pada proses produksi stroberi dapat disebabkan karena pengaruh
suhu, iklim, dan serangan hama penyakit. Risiko produksi akan memicu
munculnya risiko pendapatan karena hasil produksi stroberi yang dihasilkan
petani akan mempengaruhi pendapatan yang diterima oleh petani. Lain
halnnya dengan risiko harga yang dapat muncul karena hasil output. Risiko
harga timbul karena terdapat fluktuasi harga jual. Risiko harga juga akan
mempengaruhi pendapatan commit
petani to
danuser
memunculkan risiko pendapatan.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
30

Risiko produksi, risiko harga, dan risiko pendapatan memiliki keterkaitan.


Semakin tinggi risiko produksi, maka risiko pendapatan juga tinggi. Risiko
produksi yang tinggi akan mempengaruhi ketersediaan stroberi di pasaran,
sehingga berakibat pada tingginya risiko harga.
Pada analisis risiko pada usahatani stroberi, harus menganalisis
usahataninya terlebih dahulu dengan menghitung biaya, penerimaan, dan
pendapatan yang nantinya digunakan untuk mengetahui besar risiko pada
usahatani stroberi. Penerimaan dihitung dengan mengalikan produksi (Y)
dengan harga produksi (Py) yang dinyatakan dalam rupiah. Setelah diperoleh
besarnya penerimaan, maka dapat diperoleh pendapatan petani stroberi.
Pendapatan petani diketahui dengan rumus:
Pd = TR – TC
TR = Y × Py
Keterangan:
Pd = pendapatan usahatani stroberi (Rp)
TR = total penerimaan usahatani stroberi (total revenue) (Rp)
TC = total biaya usahatani stroberi (Rp)
Y = produksi stroberi (kg)
Py = harga stroberi per kg (Rp)
Untuk mengetahui risiko produksi, risiko harga, dan risiko pendapatan
yaitu dianalisis menggunakan standar deviasi, koefisien variasi, dan batas
bawah. Risiko dapat dihitung menggunakan standar deviasi, namun standar
deviasi memiliki satuan ukuran yang sama dengan satuan ukuran data
asalnya. Oleh karena itu koefisien variasi digunakan untuk membandingkan
persebaran data antara beberapa kelompok data yang mempunyai satuan
berbeda. Rumus koefisien variasi dapat ditulis sebagai berikut:

KV =

Keterangan :
KV = Koefisien variasi
σ = Standar Deviasi
commit to user
Xr = Nilai Rata-rata produksi/harga/biaya/pendapatan
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
31

Nilai koefisien variasi dan batas bawah menunjukkan kemungkinan


petani mendapatkan kerugian. Batas bawah dapat dirumuskan sebagai
berikut:
L = E – 2V
Keterangan :
L = Batas bawah
E = Rata-rata yang diperoleh
V = Simpangan baku
Dengan kriteria:
CV ≤ 0,5 atau L ≥ 0, berarti petani akan selalu terhindar dari kerugian.
CV > 0,5 atau L < 0, berarti terdapat peluang kerugian yang akan ditanggung
petani.
Perilaku petani dianalisis menggunakan metode Moscardi dan de Janvry
yaitu parameter keengganan petani terhadap risiko atau K(S). Pengukuran
parameter keengganan terhadap risiko digunakan untuk mengklasifikasikan
perilaku petani yaitu risk taker, risk neutral, dan risk averter. Sebelum
mengukur parameter kengganan terhadap risiko, fungsi produksi dianalisis
menggunakan Ordinary Least Square (OLS).
Berdasarkan penjabaran di atas, maka kerangka teori pendekatan
masalah dalam penelitian Analisis Risiko Usahatani Stroberi di Kecamatan
Tawangmangu Kabupaten Karanganyar adalah sebagai berikut:

commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
32

Usahatani Stroberi

Input Proses Produksi Output

1. Luas Lahan Jumlah Produksi


2. Jumlah Benih Stroberi
3. Jumlah Pupuk
4. Jumlah Pestisida
5. Jumlah Tenaga Harga Jual
Kerja

Risiko Produksi Risiko Harga

Biaya Total Pendapatan Penerimaan Total

Risiko Pendapatan

Risiko Usahatani
Stroberi

Perilaku Petani

Manajemen Risiko

Gambar 1. Skema Kerangka Teori Pendekatan Masalah

commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
33

D. Asumsi-Asumsi
1. Petani dalam menjalankan usahatani stroberi bertindak rasional yaitu ingin
memperoleh keuntungan maksimal.
2. Seluruh hasil produksi stroberi di Kecamatan Tawangmangu dijual.
3. Harga jual produksi dan harga faktor produksi diperhitungkan sesuai
dengan harga di daerah penelitian pada saat penelitian berlangsung.
E. Pembatasan Masalah
1. Penelitian dilakukan di Kecamatan Tawangmangu Kabupaten
Karanganyar.
2. Responden yang digunakan adalah petani yang berusahatani komoditas
stroberi.
3. Risiko yang diteliti dalam penelitian ini adalah risiko produksi, risiko
harga, dan risiko pendapatan pada usahatani stroberi di Kecamatan
Tawangmangu Kabupaten Karanganyar.
F. Definisi Operasional dan Konsep Pengukuran Variabel
1. Input merupakan masukan untuk menjalankan sebuah usahatani yang
terdiri dari bibit, pupuk, pestisida, modal, dan tenaga kerja.
2. Produksi stroberi merupakan jumlah hasil panen stroberi yang dihasilkan
dari usahatani stroberi pada satu kali musim tanam dan pada satuan luas
lahan tertentu yang dinyatakan dalam kilogram (kg).
3. Output merupakan hasil dari input dan proses. Kualitas dan kuantitas
output dipengaruhi oleh input yang digunakan dan proses dalam
berusahatani. Output terdiri dari produk yang akan dipasarkan.
4. Luas lahan merupakan seluruh hamparan tanah yang dikelola petani untuk
usahatani stroberi. Luas lahan diukur dalam satuan hektar (Ha).
5. Bibit stroberi merupakan bagian dari input yang digunakan petani pada
proses produksi. Bibit yang digunakan berasal dari varietas unggul. Bibit
diukur dalam satuan batang.
6. Pupuk merupakan suatu bahan yang ditambahkan pada media tanam untuk
memenuhi kebutuhan unsur hara pada tanaman agar dapat berproduksi
dengan baik. Pupuk yang commit to user
digunakan untuk tanaman stroberi adalah pupuk
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
34

organik dan pupuk anorganik. Kebutuhan pupuk diukur dengan


menjumlahkan seluruh berat pupuk yang digunakan untuk usahatani.
Satuan untuk mengukur pupuk adalah kilogram (kg) dan pupuk cair adalah
milliliter (ml).
7. Pestisida merupakan campuran zat yang digunakan untuk mengendalikan
organisme pengganggu tanaman agar jumlahnya berada di batas aman.
Pestisida yang dihitung dengan menjumlah seluruh pestisida yang
digunakan. Satuan pestisida adalah rupiah per mililiter (Rp/ml).
8. Tenaga kerja merupakan petani yang terlibat dalam kegiatan usahatani
stroberi. Skala usahatani akan mempengaruhi besar kecilnya jumlah tenaga
kerja yang dibutuhkan. Tenaga kerja dihitung dengan mengkalikan jumlah
hari kerja dengan upah kerja per hari. Satuan untuk mengukur tenaga kerja
adalah Hari Kerja Orang (HKO).
9. Harga jual stroberi merupakan besaran nilai yang dibayarkan konsumen
sebagai pengganti jasa petani stroberi. Harga jual stroberi yang digunakan
adalah harga jual di tingkat petani. Satuan dari harga stroberi adalah rupiah
per kilogram (Rp/kg).
10. Biaya usahatani stroberi merupakan keseluruhan uang yang dikeluarkan
petani untuk melakukan usahatani stroberi. Biaya dapat dihitung dengan
menjumlahkan biaya yang benar-benar dikeluarkan petani untuk
usahataninya meliputi biaya sarana produksi, upah tenaga luar keluarga,
dan biaya lain-lain. Biaya usahatani diukur dalam satuan rupiah (Rp).
11. Penerimaan merupakan sebagai nilai produk total budidaya dalam jangka
waktu tertentu. Penerimaan dihitung dengan mengalikan antara total
produksi stroberi dengan harga per kilogram stroberi yang dinyatakan
dalam satuan rupiah (Rp).
12. Pendapatan usahatani stroberi adalah penerimaan yang dikurangi dengan
biaya total dalam usahatani stroberi yang dinyatakan dalam rupiah (Rp).
13. Risiko produksi merupakan suatu keadaan yang tidak bisa dipastikan
dalam melakukan kegiatan usahatani stroberi yang menimbulkan
commit
penurunan pada hasil produksi to user
karena dipengaruhi beberapa faktor. Risiko
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
35

produksi diperhitungkan dengan menggunakan standar deviasi dan


koefisien variasi.
14. Risiko harga merupakan ketidakpastian yang berhubungan dengan harga
disebabkan karena adanya struktur pasar. Risiko harga dapat muncul
karena penawaran maupun permintaan yang diharapkan oleh petani tidak
seperti yang diharapkan. Risiko harga diperhitungkan dengan
menggunakan standar deviasi dan koefisien variasi.
15. Risiko pendapatan adalah ketidakpastian yang muncul mengenai
pendapatan yang diterima petani akibat adanya gap antara pendapatan rill
dan pendapatan yang diharapkan petani. Pendapatan yang digunakan
adalah pendapatan usahatani yang diperoleh dari hasil selisih antara
penerimaan dengan biaya usahatani. Risiko ini muncul sebagai akibat dari
adanya fluktuasi harga. Risiko pendapatan diperhitungkan dengan
menggunakan standar deviasi dan koefisien variasi.

commit to user

Anda mungkin juga menyukai