Anda di halaman 1dari 17

ANALISIS HOUSE OF RISK (HOR) PADA USAHA TANAMAN HIAS DRACAENA

ANALYSIS OF HOUSE OF RISK (HOR) IN DRACAENA ORNAMENTAL PLANTS


FARMING)

ALVIN FERIO PERMANA DAN ETI SUMINARTIKA


email: eti.suminartika@unpad.ac.id
Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran
Jl Raya Bandung Sumedang Km 21 Jatinangor Kode Pos 45363

ABSTRAK
Permintaan dracaena dari luar negeri terus meingkat dan belum terpenuhi. Indonesia memiliki
kesesuaian iklim dan lahan untuk ditanami tanaman hias dracaena. Produksi dalam negeri
masih rendah dan menunjukan trend fluktuatif, salah satu penyebabnya adalah penanganan
resiko yang belum optimal. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi risiko dan
menangani risiko yang sesuai pada usaha tanaman hias Dracaena di PT. STU. Desain penelitian
yang digunakan adalah desain kualitatif, data yang digunakan adalah data primer (dari
perusahaan) dan secunder, analisis yang digunakan adalah House of Risk (HOR), penelitian
dilakukan bulan Juni 2022. Hasil penelitian menunjukkan terdapat 28 kejadian risiko dan 21
sumber risiko pada usaha tanaman hias Dracena di PT STU. Agregat potensi risiko utama
meliputi serangan hama/penyakit (budidaya dan pasca panen), pemeliharaan tanaman belum
optimal, iklim/cuaca tidak menentu, pascapanen belum optimal, penanaman tidak serempak,
kurang input produksi, waktu/cara panen tidak tepat. Sumber risiko utama adalah serangan
hama/penyakit. Penanganan resiko prioritas adalah membentuk tim penanganan dan
pemeliharaan tahap pascapanen, pengendalian hama penyakit dan pergiliran panen.
Penanganan resiko tersebut untuk meminimalisir terjadinya risiko di tahap pascapanen, seperti
mencegah serangan penyakit dan menjaga kualitas tanaman sebelum pengiriman ke konsumen.
Kata Kunci: Dracena, House of Risk, Kejadian resiko, Sumber resiko, Tanaman hias.

ABSTRACT
Demand for dracaena from abroad continues to increase and has not been fulfilled. Indonesia
has climate and land suitability for planting ornamental dracaena plants. Domestic production
is still low and shows a fluctuating trend, one of the reasons is the risk management that has
not been optimal. The purpose of this study is to identify risks and deal with risks accordingly
for Dracaena ornamental plant farming at PT. STU. The research design used is a qualitative
design, the data used is primary data (from the company) and secondary, the analysis used is
House of Risk (HOR), the research was conducted in June 2022. The results showed that there
were 28 risk events and 21 agent of risk in the Dracaena ornamental plant farming at PT STU.
The main potential risks aggregate include pest/disease attacks (cultivation and post-harvest),
not optimal plant maintenance, uncertain climate/weather, not optimal post-harvest, planting
that is not synchronized, lack of production inputs, inappropriate harvesting time and method.
The main source of risk agent is pest or disease attack. Priority risk management is to form a
handling and maintenance team at the postharvest stage, pest control and harvest rotation.
Handling these risks is to minimize risks at the postharvest stage, such as preventing disease
attacks and maintaining crop quality before shipping to consumers.
Keyword: Dracaena, House of Risk, Risk event, Risk agent, ornamental plants.

1053
Jurnal Ilmiah Mahasiswa AGROINFO GALUH
Volume 10, Nomor 2, Mei 2023 : 1053-1069

PENDAHULUAN Sukabumi dan kedua di kabupaten Bogor.


Florikultura (tanaman hias) Produksi tanaman Dracaena di Jawa Barat
merupakan salah satu usaha yang jadi masih berfluktuasi dari tahun ke tahun.
sumber lapangan pekerjaan dan pendapatan Menurunnya jumlah produksi dan
bagi petani, selain itu dapat menciptakan produktivitas dapat disebabkan oleh
lingkungan yang sehat dan nyaman. beberapa faktor diantaranya yaitu adanya
Menurut Saragih (2017) agribisnis perubahan iklim, ketersediaan pupuk,
florikultura memiliki prospek di sisi kualitas dan kuantitas benih serta faktor
permintaan dan sisi penawaran. Permintaan inefisiensi teknis berupa minimnya
pasar florikultura berasal dari pasar penguasaan lahan serta teknologi yang
domestik dan pasar luar negeri (ekspor). masih sederhana (Adetya & Suprapti,
Penawaran berkaitan dengan potensi 2021).
sumberdaya yang dimiliki Indonesia yang Produktivitas tanaman Dracaena di
memiliki agroklimat tropis di dataran Kabupaten Sukabumi mengalami fluktuasi
rendah dan agroklimat mirip subtropis di setiap tahunnya. Menurut Rismayanti et al
dataran tinggi, hal ini cocok untuk budidaya (2019) dan Mattjik (2011), menurunnya
florikultura. Keanekaragaman florikultura produktivitas tanaman Dracaena di
kita berpeluang memenuhi permintaan luar Kabupaten Sukabumi disebabkan adanya
negeri. beberapa kendala yaitu lahan budidaya,
Indonesia memiliki 7 komoditas benih serta hama dan penyakit. Lahan
tanaman hias dengan jumlah produksi yang budidaya Dracaena masih tersebar dalam
besar yaitu bunga krisan, mawar, sedap skala kecil dan terbatas, masih kurangnya
malam, melati, hebras, anggrek dan bibit tanaman Dracaena baik secara
dracaena, Dracaena mulai banyak kuantitas maupun kualitas, serta adanya
dibudidayakan di Indonesia karena tanaman serangan hama dan penyakit pada musim
ini memiliki nilai ekonomis tinggi dan hujan yang dapat menurunkan kuantitas dan
dapat bersaing di pasar dunia (Tarigan, kualitas produksi.
2018). Pada tahun 2020 Provinsi Jawa Barat Dracaena yang diproduksi dari
menjadi penghasil tanaman hias Dracaena Kabupaten Sukabumi sudah diekspor ke
terbanyak yaitu sebesar 7.999.771 pohon berbagai negara seperti Arab Saudi, Rusia,
(BPS 2020). Sentra produksi tanaman Uzbekistan, Iran, Singapura, Azerbaijan,
Dracaena terutama di Kabupaten Jepang, dan Korea (Direktorat Budidaya

1054
Jurnal Ilmiah Mahasiswa AGROINFO GALUH
Volume 10, Nomor 2, Mei 2023 : 1053-1069

dan Pascapanen Florikultura, 2015). strategi mitigasi khususnya pada sektor


Permintaan pasar yang relatif besar, belum pertanian yang krusial dan dinamis. Strategi
didukung oleh luas panen dan produksi mitigasi merupakan cara untuk mengelola
yang memadai sehingga masih harus dan mengurangi potensi terjadinya risiko
mendatangkan produk Dracaena dari luar melalui manajemen risiko yang efektif dan
daerah Sukabumi untuk memenuhi efisien.
permintaan dari luar negeri. Menurut Octavia (2021), risiko
PT. STU merupakan perusahaan merupakan kejadian yang mengarah pada
agribisnis yang memproduksi dan ketidakpastian atas terjadinya suatu
mengekspor tanaman hias daun potong peristiwa selama selang waktu tertentu yang
khususnya tanaman hias Dracaena. mana peristiwa tersebut menyebabkan
Kendala yang dihadapi perusahaan saat ini suatu kerugian baik itu kerugian kecil yang
yaitu tidak dapat terpenuhi permintaan tidak begitu berpengaruh maupun kerugian
karena tingkat produksi yang fluktuatif. besar yang berpengaruh terhadap seluruh
Rata-rata permintaan yang dapat dipenuhi kegiatan usaha. Risiko bisa diartikan
hanya 22,46 % dari permintaan sebagai kejadian yang merugikan. Hal ini
keseluruhan. Permintaan terbesar datang berkaitan erat dengan ketidakpastian,
dari Korea sekitar 4 juta batang per Risiko selalu muncul karena adanya
tahunnya. Produksi yang rendah dan ketidakpastian. Ketidakpastian dapat
berfluktuasi disebabkan oleh, luas lahan, dicerminkan berdasarkan fluktuasi
iklim dan cuaca serta adanya serangan hama pergerakan yang tinggi. Semakin tinggi
dan penyakit pada tanaman. fluktuasi, maka semakin besar tingkat
Menurut Soekartawi (2018), risiko ketidakpastian (Hanafi, 2014).
diartikan sebagai kondisi terjadinya Berdasarkan masalah tersebut, untuk
kemungkinan kerugian atau disebut the mengoptimalkan produktivitas tanaman
possibility of loss, dengan demikian Dracaena maka dilakukan identifikasi
peluang terjadinya peristiwa tersebut dapat risiko dan strategi penanganan pada
diketahui terlebih dahulu. Ketidakpastian kegiatan produksi menggunakan alat
yang muncul harus dapat diminimalisir atau analisis HOR (House of Risk). Analisis
jika memungkinkan dapat dihilangkan. (HOR) merupakan model analisis yang
Ketidakpastian dapat memunculkan potensi bertujuan untuk mengendalikan risiko
risiko yang besar dan harus dilakukan secara proaktif, yang memungkinkan

1055
Jurnal Ilmiah Mahasiswa AGROINFO GALUH
Volume 10, Nomor 2, Mei 2023 : 1053-1069

perusahaan untuk mengembangkan METODE PENELITIAN


aktivitas proaktif dalam menanggulangi Desain dan Teknik Penelitian
risiko yang muncul dari sumber risiko Desain pada penelitian ini
(Simaremare & Pardian, 2020). Model menggunakan desain kualitatif. Penelitian
HOR mendasari manajemen risiko yang kualitatif bertujuan untuk mendapatkan
fokus pada pencegahan, yaitu mengurangi pemahaman dan gambaran yang sifatnya
kemungkinan terjadinya agen risiko. Maka umum terhadap kenyataan sosial dari
tahap paling awal adalah dengan perspektif partisipan (Rahmat, 2009).
mengidentifikasi kejadian risiko dan Teknik yang digunakan dalam penelitian ini
sumber risiko (Magdalena, 2019) adalah studi kasus. Penelitian studi kasus
Analisis House of Risk (HOR) berfokus pada suatu kasus atau
terdiri dari dua tahap, tahap 1 digunakan permasalahan tertentu secara mendalam
untuk mengidentifikasi kejadian risiko dan sehingga dapat mengidentifikasikan suatu
sumber risiko yang berpotensi muncul, hubungan sosial, proses dan kategori secara
serta mengukur seberapa besar tingkat bersamaan sehingga diperlukan informasi
keparahan dan tingkat kemunculan yang detail dan spesifik untuk memberikan
disebabkan oleh sumber risiko dan kejadian gambaran mengenai kasus tersebut
risiko, hasil pada tahap 1 nantinya akan (Sayidah, 2018).
dikelompokkan pada prioritas sumber Sumber dan Teknik Pengumpulan Data
risiko, sedangkan pada tahap 2 merancang Sumber data yang
strategi mitigasi yang dilakukan untuk digunakan dalam penelitian ini terdiri dari
penanganan sumber risiko yang telah data primer dan secunder. Data primer pada
teridentifikasi pada tahap 1 tersebut. penelitian ini diperoleh dari observasi di
Tujuan penelitian ini adalah untuk lapangan dan wawancara secara mendalam
mengidentifikasi sumber dan kejadian dengan pihak perusahaan yang melakukan
risiko pada usaha tanaman hias Dracaena di aktifitas usaha tanaman Dracaena di PT.
PT. STU serta upaya penanganan resiko STU. Data sekunder dalam penelitian ini
yang sebaiknya dilakukan. diperoleh dari beberapa literatur yang
relevan, data dari perusahaan, Badan Pusat
Statistik dan Direktorat Jenderal
Hortikultura.

1056
Jurnal Ilmiah Mahasiswa AGROINFO GALUH
Volume 10, Nomor 2, Mei 2023 : 1053-1069

Teknik pengumpulan data Rancangan Analisis Data


yang digunakan dalam penelitian ini adalah: Alat analisis yang digunakan
observasi, wawancara dan studi dalam penelitian ini adalah House of Risk
kepustakaan. Observasi dilakukan dengan (HOR). Analisis House of Risk (HOR)
melakukan pengamatan langsung ke bertujuan untuk mengidentifikasi,
seluruh proses kegiatan produksi tanaman menganalisis, mengukur serta memitigasi
Dracaena di PT. STU. Wawancara resiko yang berpotensi timbul. Analisis
dilakukan secara mendalam dengan cara risiko menggunakan model HOR
tanya jawab dengan informan. Studi digunakan untuk merumuskan aksi mitigasi
Kepustakaan dilakukan dengan mengambil risiko dari beberapa sumber risiko (Risk
data sekunder ke lembaga terkait seperti Agent) yang telah teridentifikasi
Badan Pusat Statistik, Dirjen Holtikultura, sebelumnya (Pedekawati et al., 2017).
dll, studi pustaka diperoleh dari publikasi Analisis House of Risk (HOR) terdiri dari
dan laporan yang berkaitan. dua tahap yaitu analisis HOR tahap 1 dan
Definisi Variabel analisis HOR tahap 2.
Variabel yang diopersionalkan Analisis HOR tahap 1 terdiri
meliputi: beberapa tahap yaitu identifikasi risiko,
-House of Risk merupakan sebuah metode penilaian risiko, penentuan sumber resiko,
hasil modifikasi dari model Failure Mode penentuan korelasi antara kejadian risiko
and Effect Analysis (FMEA) dan model dan sumber risiko, menentukan nilai
House of Quality (HOQ). Aggregate Risk Potentials (ARP) untuk
-Risk Agent merupakan segala sesuatu yang mengetahui risiko prioritas, dan
berpotensi menimbulkan kejadian risiko. menentukan sumber risiko dengan
-Risk Event merupakan suatu kejadian menggunakan diagram Pareto.
risiko yang dapat menyebabkan kerugian. Penilaian kejadian resiko (Ei) diberi
-Severity yaitu tingkat keparahan dampak ukuran tingkat keparahan (severity), tingkat
yang ditimbulkan dari suatu kejadian risiko. keparahan kejadian resiko diurut dari yang
-Occurance merupakan peluang munculnya tidak parah (level 1) sampai ke yang paling
suatu agen dari risiko. parah (level 10). Penilaian sumber resiko
-Correlation merupakan hubungan antara (Risk Agent) (Ai) diberi ukuran tingkat
kejadian risiko dengan agen dari penyebab kemunculan (occurance). Identifikasi
risiko. sumber resiko (Risk Agent) (Ai) dijabarkan

1057
Jurnal Ilmiah Mahasiswa AGROINFO GALUH
Volume 10, Nomor 2, Mei 2023 : 1053-1069

untuk merinci sumber dari resiko yang horizontal sementara sumbu vertikan
muncul. Sumber risiko selanjutnya diukur adalah persentase kumulatif ARP.
berdasar kemunculan (Occurrence). Analisis HOR tahap 2 digunakan
Kemunculan diurut dari yang tidak pernah untuk menetapkan strategi mitigasi yang
muncul (level 1) sampai ke yang sering dilakukan untuk penanganan sumber risiko
muncul/terjadi (level 10). (risk agent) yang telah teridentifikasi pada
Antara Risk Event dan Risk Agent tahap sebelumnya. Pada tahap 2 dilakukan
diukur tingkat korelasinya oleh pihak (1) merinci kemungkinan aksi mitigasi (2)
perusahaan. Korelasi antara Risk Event dan menghitung Total Effectiveness (TEk), (3)
Risk Agent diukur dengan skala: (0) artinya menghitung derajat kesulitan (Dk) dan (4)
tidak ada hubungannya, (1) hubungan menghitung Rasio Effectiveness to
lemah, (3) hubungan sedang, dan (9) Difficulty (ETDk). Kemungkinan aksi
hubungan kuat. Perhitungan selanjutnya mitigasi diperoleh dari informan
menghitung nilai Aggregat Risk Potentials perusahaan, yaitu mengenai aksi mitigasi
(ARP) untuk menentukan kejadian risiko yang bisa dilakukan untuk tiap sumber
prioritas. Penentuan nilai Aggregate Risk resiko.
Potentials (ARP) didasarkan pada Total Effectiveness (TEk) dihitung
penjumlahan dari perkalian occurrence, untuk mendapatkan komponen dalam
correlation dan Severity. Selanjutnya nilai perhitungan aksi mitigasi prioritas. Total
(ARP) di urut dari yang terbesar ke yang Effectiveness (TEk) diperolah dari
terkecil. perkalian tingkat korelasi dengan nilai
Perhitungan ARP menghasilkan ARP. Korelasi dimaksud adalah tingkat
tingkat prioritas sumber resiko. Penentuan korelasi antara aksi mitigasi dan risk agent
risk of agent prioritas didasarkan pada nilai yang memiliki rentang nilai: (0) yaitu tidak
persentase kumulatif ARP, apabila sumber ada hubungan, (1) hubungan lemah, (3)
risiko tersebut memiliki persentase hubungan sedang, (9) hubungan kuat. Nilai
kumulatif ARP dibawah 80% maka sumber korelasi tersebut didasarkan atas penilaian
risiko tersebut dikategorikan menjadi subyektivitas dari informan perusahaan.
prioritas. Sumber risiko (Risk Agent) yang Contoh perhitungan total effectiveness
paling berdampak pada kegiatan produksi (TEk):
digambarkan dengan diagram Pareto. Pada TEk13: [(9* x 5.082**)+ (9 x 4.424) + (1 x
diagram ini, sumber resiko berada di sumbu 3.510) + (9 x 3.444) + (9 x 3.048) + (9 x 2.268)
= 167.904

1058
Jurnal Ilmiah Mahasiswa AGROINFO GALUH
Volume 10, Nomor 2, Mei 2023 : 1053-1069

Angka di dalam kurung adalah perkalian sederhana dalam penerapannya hingga


tingkat korelasi (*) dan nilai ARP (**). yang paling sulit. Nilai yang terbesar
Nilai ARP diperoleh dari perhitungan merupakan prioritas yang akan dilakukan di
sebelumnya. Nilai total efektivitas (TEk) dalam aksi mitigasi yang sebaiknya
dirinci untuk setiap tindakan, selanjutnya dilakukan perusahaan.
diurutkan dari yang paling besar hingga
yang paling kecil. HASIL DAN PEMBAHASAN
Derajat kesulitan (Dk) digunakan PT. STU adalah nama perusahaan
untuk mengetahui tingkat kesulitan dari samaran dari yang bergerak di usaha
penerapan aksi mitigasi, pengukuran derajat tanaman hias, PT. STU berlokasi di
kesulitan (Dk) ini berdasar penilaian kabupaten Sukabumi. PT. STU menjual
subyektivitas dari pihak perusahaan dimana tanaman hias ke pasar domestik dan pasar
skala nilai dalam derajat kesulitan terbagi luar negeri (ekspor). Tanaman hias yang
menjadi yaitu: (3) Aksi mitigasi mudah dijual untuk pasar domestik yaitu berbagai
untuk diterapkan, (4) Aksi mitigasi agak tanaman hias seperti tanaman
sulit untuk diterapkan dan (5) Aksi philodendron, kaktus, sekulen, dan lain–
mitigasi sulit untuk diterapkan. lain. Penjualan ke pasar domestik meliputi
Perhitungan Rasio Effectiveness to ke berbagai toko–toko retail seperti IKEA
Difficulty (ETDk) dilakukan setelah serta secara online lewat e-commerce dan
didapatkan hasil perhitungan total media sosial seperti instagram. Tanaman
efektivitas (TEk) dan derajat kesulitan (Dk). hias untuk pasar ekspor meliputi beberapa
Perhitungan Rasio (ETDk) bertujuan untuk jenis tanaman hias yaitu Dracaena,
membantu menentukan aksi mitigasi mana Sanseveira, dan Cactus, dari ketiga jenis
yang dapat diterapkan terlebih dahulu. tanaman tersebut, tanaman hias Dracaena
Rumus yang digunakan dalam perhitungan menjadi komoditas unggulan. Luas areal
rasio effectiveness of difficulty (ETDk) penanaman Dracaena oleh perusahaan
berikut: ETDk = TEk/Dk. Contoh: ETD13 = seluas 5 hektar, pasokan lain berasal dari
167.904/3 = 5.596. pengepul dan petani tanamam hias di
Berdasarkan hasil perhitungan nilai ETDk wilayah Subang, Lembang, Bandung
tersebut maka selanjutnya diurut yang Selatan, dan Garut.
terbesar sampai terkecil, artinya (1) Identifikasi Kejadian Risiko (Risk
mengurutkan aksi mitigasi dari yang paling Event)

1059
Jurnal Ilmiah Mahasiswa AGROINFO GALUH
Volume 10, Nomor 2, Mei 2023 : 1053-1069

Hasil identifikasi terdapat 28 kejadian tersebut saling berkaitan dimana salah satu
risiko dengan kode (E1-E28), kejadian faktor penyebabnya adalah serangan hama
risiko tersebut dapat di golongkan pada 3 dan penyakit.
tahap dalam usahatani tanaman Dracaena Menurut Shofiyati et al (2018)
yaitu input produksi, budidaya, serta Kegagalan panen bisa diakibatkan dari
pascapanen. Masing-masing kejadian risiko adanya perubahan iklim yang berubah
yang teridentifikasi memiliki tingkat secara tiba-tiba, serta jadwal tanam yang
keparahan dengan skala 1-10, dimana mundur ke musim kemarau atau tidak
semakin tinggi skalanya menunjukkan sesuai seperti biasanya sehingga terjadi
tingkat keparahan yang semakin parah. penurunanan produksi. Menurut Suganda T
Kejadian risiko dan tingkat keparahan di (2020). Tanaman hias sangat rentan terkena
PT. STU diuraikan di Tabel 1. penyakit, baik yang disebabkan oleh jamur
Hasil analisis menunjukkan terdapat maupun bakteri. Salah satu penyebab
1 kejadian risiko dengan tingkat keparahan tanaman hias mudah terkena penyakit
tertinggi yaitu kegagalan panen (E13) adalah karena jarak tanam yang rapat serta
dengan level 8, adapun kejadian risiko jenis tanaman yang ditanam seragam akan
lainnya dengan tingkat keparahan pada menyebabkan penyakit mudah menular.
level 7 yaitu gangguan hama serangga dan (2) Identifikasi Sumber Risiko (Risk
ulat (E8), musim hujan yang tidak menentu Agent)
(E9), akar tanaman terserang bakteri dan Kejadian risiko telah teridentifikasi
jamur (E12), jumlah hasil panen tidak 28 kejadian yang berasal dari 21 sumber
maksimal (E19), penggunaan pestisida resiko (risk of agent). Satu sumber resiko
tidak merata (E20). Semua kejadian risiko tersebut dapat menyebabkan satu atau lebih
pada level tersebut berada pada tahap kejadian resiko. Sumber resiko tersebut
budidaya, dimana kejadian – kejadian risiko diberi kode A1-A21.

Tabel 1. Kejadian Risiko (Risk Event) dan Tingkat Keparahan (severity)


Tingkat
Tahap Kejadian risiko (Risk Event) Kode
Keparahan
Kurangnya biaya untuk membeli sarana produksi E1 4
Luas lahan yang sempit E2 5
Input
Belum memiliki kerjasama dengan kelompok tani E3 4
Produksi
Jumlah peralatan/mesin yang kurang E4 5
Dracaena
Terbatasnya tenaga kerja E5 6
Terbatasnya pembelian pupuk E6 6
Kerusakan alat dan mesin pertanian E7 5

1060
Jurnal Ilmiah Mahasiswa AGROINFO GALUH
Volume 10, Nomor 2, Mei 2023 : 1053-1069

Gangguan hama serangga dan ulat E8 7


Musim hujan yang tidak menentu E9 7
Musim kemarau panjang E10 2
Banyaknya tumbuh gulma E11 6
Akar tanaman terserang bakteri dan jamur E12 7
Kegagalan panen E13 8
Budidaya
Pemberian pupuk yang tidak merata E14 5
Dracaena
Tenaga kerja belum ahli dalam bidangnya E15 5
Bibit yang tidak layak ditanam E16 5
Pertumbuhan tanaman tidak merata E17 6
Pengolahan lahan kurang sempurna E18 5
Hasil panen tidak maksimal E19 7
Penggunaan pestisida tidak merata E20 7
Gudang penyimpanan tidak memadai E21 1
Hasil panen tanaman terserang penyakit E22 6
Banyak kematian saat penyimpanan E23 6
Pengiriman hasil yang terkendala cuaca E24 4
Pascapanen Penanganan pascapanen masih terkendala teknis E25 3
Beberapa tanaman terkontaminasi hama dan Tanaman E26
5
kena penyakit saat tiba di konsumen
Adanya persaingan usaha tanaman sejenis E27 4
Banyaknya kematian tanaman E28 3

Sumber-sumber resiko tersebut memiliki penanganan pascapanen belum maksimal


tingkat kemunculan (Occurrence) dengan (A13) masing-masing mendapat nilai 7.
skala 1-10, dimana semakin tinggi skala Sumber risiko tersebut sering muncul
menunjukan semakin sering karena faktor iklim dan cuaca yang tidak
kemunculannya. menentu, tenaga kerja yang belum ahli
Berdasarkan Tabel 2. Sumber risiko dalam bidangnya serta adanya human error
dengan nilai terbesar yang sering muncul dalam melaksanakan proses produksi
yaitu serangan hama/penyakit pada tahap tanaman Dracaena.
budidaya (A3), pemeliharaan yang belum
optimal pada tahap budidaya (A8), serta

Tabel 2. Sumber Risiko dan Tingkat Kemunculan (Occurrence)


Sumber Risiko (Risk Agent) Kode Tingkat kemunculan
Luas lahan terbatas A1 6
Iklim dan cuaca tidak menentu A2 6
Serangan hama dan penyakit pada tahap budidaya A3 7
Modal belum mencukupi untuk kegiatan produksi A4 1
Alat dan mesin pertanian belum memadai A5 3

1061
Jurnal Ilmiah Mahasiswa AGROINFO GALUH
Volume 10, Nomor 2, Mei 2023 : 1053-1069

Tenaga kerja kurang akhli A6 2


Pengadaan input – input produksi masih kurang A7 5
Pemeliharaan tahap budidaya belum optimal A8 7
Gudang penyimpanan hasil panen belum mendukung A9 1
Keterlambatan pengiriman untuk ekspor A10 2
Penanaman tidak merata A11 6
Waktu dan cara panen tidak tepat A12 4
Penanganan pascapanen belum maksimal A13 7
Keterlambatan pengiriman bibit dari supplier A14 4
Kurangnya perawatan hasil panen A15 5
Tanaman terserang penyakit pada tahap pascapanen A16 6
Biaya yang besar dalam proses pascapanen A17 3
Persaingan pasar A18 5
Jumlah panen yang tidak merata A19 3
Standar kualitas untuk ekspor sangat tinggi A20 3
Pengadaan bahan pendukung untuk pascapanen yang kurang A21 6

(3) Menentukan Sumber Risiko Prioritas kejadian risiko dan sumber risiko). Angka
Menentukan sumber risiko prioritas (5+5+6+5) merupakan nilai severity.
maka digunakan diagram Pareto, diagram Selanjutnya untuk mendapatkan
tersebut menggambarkan sumber risiko nilai kumulatif ARP yaitu didapatkan dari
yang menjadi prioritas. Sumber resiko yang hasil penjumlahan nilai ARP dari masing-
jadi prioritas diperoleh dari Agregat Risk masing sumber risiko, seperti contoh:
Potential (ARP). Perhitungan nilai ARP sumber risiko A3 sebesar 5.082 ditambah
didapatkan dari hasil perkalian antara nilai dengan sumber risiko A8 sebesar 4.424
severity, nilai occurrence dan nilai korelasi didapatkan hasil 9.506 seperti yang tertera
(kejadian dan sumber risiko). Contoh pada Tabel 3. Jumlah total nilai ARP
perhitungan: ARP1: 7 didapatkan sebesar 34.345. Setelah itu
[9(6+7+7+2+6+7+8+5+5+6+7+7) + untuk mendapatkan persentase ARP yaitu
3(5+5+6+5) + (1x6)] = 5082. dengan membagi jumlah ARP dengan nilai
Keterangan: Angka 7 merupakan nilai total ARP pada setiap sumber risiko,
occurrence, dan angka 1, 3, dan 9 untuk lebih jelasnya berikut disajikan
merupakan nilai korelasi (korelasi antara contoh perhitungan persentase ARP:

1062
Jurnal Ilmiah Mahasiswa AGROINFO GALUH
Volume 10, Nomor 2, Mei 2023 : 1053-1069

Tabel 3. Nilai Kumulatif ARP


Kumulatif % Kumulatif
Peringkat Risk Agent ARP % ARP Kategori
ARP ARP
1 A3 5.082 5.082 14,80 14,80 Prioritas
2 A8 4.424 9.506 12,88 27,68 Prioritas
3 A2 3.510 13.016 10,22 37,90 Prioritas
4 A13 3.444 16.460 10,03 47,93 Prioritas
5 A16 3.048 19.508 8,87 56,80 Prioritas
6 A11 2.268 21.776 6,60 63,40 Prioritas
7 A7 2.115 23.891 6,16 69,56 Prioritas
8 A12 2.088 25.979 6,08 75,64 Prioritas
9 A15 1.665 27.644 4,85 80,49 Non prioritas
10 A19 1.314 28.958 3,83 84,32 Non prioritas
11 A1 966 29.924 2,81 87,13 Non prioritas
12 A5 705 30.629 2,05 89,18 Non prioritas
13 A14 688 31.317 2,00 91,18 Non prioritas
14 A20 669 31.986 1,95 93,13 Non prioritas
15 A17 633 32.619 1,84 94,97 Non prioritas
16 A6 542 33.161 1,58 96,55 Non prioritas
17 A10 450 33.611 1,31 97,86 Non prioritas
18 A18 405 34.016 1,18 99,04 Non prioritas
19 A4 257 34.273 0,75 99,79 Non prioritas
20 A21 42 34.315 0,12 99,91 Non prioritas
21 A9 30 34.345 0,09 100,00 Non prioritas

Contoh perhitungan untuk sumber risiko A3 didapatkan hasil sebesar 27,68%.


sebesar 5.082 dibagi dengan 34.345 Perhitungan selanjutnya dengan
didapatkan hasil sebesar 14,80%. menggunakan diagram Pareto, dimana 80%
Selanjutnya untuk mendapatkan kerugian diakibatkan oleh 20% risiko yang
nilai persentase kumulatif ARP didapatkan krusial, dengan fokus kepada 20% risiko
dari nilai kumulatif ARP sumber risiko yang krusial maka dampak risiko sebesar
dibagi dengan jumlah total ARP, seperti 80% dapat teratasi.
contoh: sumber risiko A8 dengan kumulatif Berdasarkan hasil perhitungan
ARP sebesar 9.506 dibagi dengan 34.345 ARP, dari 21 sumber risiko yang sudah

1063
Jurnal Ilmiah Mahasiswa AGROINFO GALUH
Volume 10, Nomor 2, Mei 2023 : 1053-1069

teridentifikasi didapatkan 8 sumber risiko tertentu. Tahap budidaya dan pemeliharaan


yang menjadi prioritas. Sumber risiko yang Dracaena memerlukan perawatan yang
menjadi prioritas ditentukan oleh intensif, beberapa tahap diantaranya adalah
persentase kumulatif ARP, apabila sumber pemupukan, penyiangan, penyiraman,
risiko tersebut memiliki persentase pemberian obat dan pestisida, serta
kumulatif ARP dibawah 80% maka sumber pemanenan.
risiko tersebut dikategorikan menjadi Diagram Pareto (Gambar 1.)
prioritas. Serangan hama dan penyakit pada menggambarkan aksi mitigasi prioritas, dari
tahap budidaya (A3) menjadi yang tertinggi diagram tersebut terdapat 8 sumber risiko
dengan nilai ARP sebesar 5.082, artinya yang menjadi prioritas yaitu serangan hama
sumber risiko tersebut memiliki dampak dan penyakit pada tahap budidaya (A3),
yang tinggi terhadap kegiatan produksi pemeliharaan pada tahap budidaya belum
tanaman Dracaena di PT. STU. Serangan dilakukan dengan optimal (A8), iklim dan
hama dan penyakit pada tahap budidaya cuaca tidak menentu (A2), penanganan
Dracaena menjadi prioritas utama karena pascapanen belum maksimal (A13),
sumber risiko tersebut selama ini yang tanaman terserang penyakit pada tahap
menjadi kendala bagi perusahaan dalam pascapanen (A16), penanaman tidak merata
memproduksi tanaman Dracaena, serangan (A11), pengadaan input produksi masih
hama/penyakit berdampak pada matinya kurang (A7), waktu dan cara panen tidak
tanaman sehingga menurunkan kualitas dan tepat (A12). Pada diagram Pareto, sumber
kuantitas produksi tanaman Dracaena. resiko menjadi sumbu horizontal sementara
Sumber risiko prioritas lainnya sumbu vertikal adalah persentase kumulatif
dengan nilai ARP sebesar 4.424 yaitu ARP. Perusahaan bisa fokus kepada 8
pemeliharaan pada tahap budidaya belum sumber risiko tersebut, sumber resiko
dilakukan secara optimal (A8). Menurut tersebut selanjutnya akan dijadikan
Raymas R (2019). Pemeliharaan tanaman pertimbangan dalam penyusunan aksi
hias memegang peranan penting dalam mitigasi risiko pada HOR tahap 2.
tumbuh kembang tanaman. Secara umum (4) Menentukan Aksi Mitigasi
pemeliharaan tanaman hias meliputi Pada tahap ini dilakukan rancangan
penyiraman, pemupukan, dan pengendalian penanganan risiko untuk menanggulangi
OPT (Organisme Pengganggu Tanaman) sumber risiko prioritas. Berdasarkan hasil
serta pemeliharaan spesifik untuk tanaman diskusi, didapatkan 13 aksi mitigasi risiko

1064
Jurnal Ilmiah Mahasiswa AGROINFO GALUH
Volume 10, Nomor 2, Mei 2023 : 1053-1069

yang dapat diterapkan pada kegiatan


produksi tanaman.

Diagram Pareto
6000 150,00%

4000 100,00%

2000 50,00%

0 0,00%
A3 A2 A16 A7 A15 A1 A14 A17 A10 A4 A9

ARP % Kumulatif ARP

Gambar 1. Diagram Pareto

Sebelum aksi mitigasi diterapkan Berdasarkan perhitungan rasio


perusahaan, maka aksi mitigasi prioritas effectiveness to difficulty (ETDk) diperoleh
lebih dahulu diterapkan sehingga banyak hasil untuk membentuk tim untuk
risiko yang dapat diminimalisir. penanganan dan pemeliharaan pada tahap
Tabel 4, menggambarkan pascapanen (PA8) menjadi aksi mitigasi
perhitungan total effectiveness (TEk), prioritas karena memiliki nilai ETDk
perhitungan TEk didapatkan dengan cara tertinggi yakni sebesar 57.684. Aksi
mengkalikan nilai korelasi (antara sumber mitigasi tersebut menjadi prioritas karena
risiko dengan aksi mitigasi) dengan nilai dapat meminimalisir terjadinya risiko pada
ARP. Penentuan derajat kesulitan (Degree tahap pascapanen seperti mencegah
of difficulty/Dk) oleh perusahaan yaitu tanaman terserang penyakit dan menjaga
dengan memberi nilai: 3, 4, dan 5, dengan kualitas tanaman hingga ke tahap
kriteria 3: aksi mitigasi mudah untuk pengiriman. Menurut Mutiarawati (2009).
diterapkan, 4: aksi mitigasi sedikit sulit Penanganan pascapanen yang baik dapat
untuk diterapkan, dan 5: aksi mitigasi sulit menekan penurunan baik kualitas maupun
untuk diterapkan. Selanjutnya yaitu kuantitas. Penurunan kualitas tanaman akan
perhitungan rasio effectiveness of difficulty terus berlanjut sehingga tanaman tersebut
(ETDk) dengan cara membagi nilai total tidak layak dipasarkan (not marketable).
keefektifan (TEk) dengan derajat kesulitan Penanganan pascapanen pada tanaman
(Dk). Dracena bertujuan untuk mempertahankan
kondisi segarnya tanaman dan mencegah

1065
Jurnal Ilmiah Mahasiswa AGROINFO GALUH
Volume 10, Nomor 2, Mei 2023 : 1053-1069

perubahan-perubahan yang tidak


dikehendaki selama proses penyimpanan,
seperti pertumbuhan tunas, pertumbuhan
akar serta terjadi pembengkokan batang.

Tabel 4. Tabel House of Risk Tahap 2


Ranking Kode Aksi Mitigasi TEk Dk ETDk
Membentuk tim penanganan dan pemeliharaan di
1 PA8 173.052 3 57.684
tahap pascapanen
2 PA1 Pengendalian hama dan penyakit terpadu 167.904 3 55.968
3 PA9 Membuat sistem perencanaan panen yang tepat 165.543 3 55.181
Mengumpulkan data mengenai hama dan
4 PA3 161.316 3 53.772
penyakit yang menyerang tanaman
Menyimpan stok pestisida untuk hama dan
5 PA2 154.512 3 51.504
penyakit
Membentuk tim pemeliharaan pada tahap
6 PA4 124.020 3 41.340
budidaya
7 PA12 Mengatur pola tanam 94.011 3 31.337
8 PA10 Memperluas areal tanam 86.925 3 28.975
Memperbanyak jumlah bibit tanaman dan
9 PA13 83.481 3 27.827
pepupukan secara berimbang
10 PA7 Pemantauan rutin terhadap iklim dan cuaca 76.812 3 25.604
11 PA6 Membudidayakan tanaman di Green House 127.716 5 25.543.2
Menambah tenaga kerja ahli di bidang
12 PA5 110.160 5 22.032
florikultura
13 PA11 Melakukan kerjasama dengan kelompok tani 73.317 4 18.329.25

1066
Jurnal Ilmiah Mahasiswa AGROINFO GALUH
Volume 10, Nomor 2, Mei 2023 : 1053-1069

Aksi mitigasi yang menjadi prioritas dengan kualitas dan spesifikasi yang
selanjutnya adalah pengendalian hama dan diminta konsumen.
penyakit secara terpadu (PA1) yang
memiliki nilai ETDk sebesar 55.968. Aksi KESIMPULAN
mitigasi tersebut menjadi prioritas karena Terdapat 28 kejadian risiko dan 21
selama ini perusahaan belum melakukan sumber risiko di PT STU. Resiko potensial
pemeliharaan budidaya secara optimal, menunjukkan ada 8 sumber risiko prioritas
serta belum mengetahui sepenuhnya cara yaitu serangan hama dan penyakit (tahap
mengatasi serangan hama dan penyakit budidaya) (A3), pemeliharaan belum
tanaman Dracaena (A3). Menurut optimal (tahap budidaya) (A8), iklim dan
Ramadhan et al (2022) hama yang biasa cuaca tidak menentu (A2), penanganan
menyerang tanaman Dracaena yaitu yaitu pascapanen belum maksimal (A13),
keong semak, ulat daun, dan kutu putih. serangan penyakit pada tahap pascapanen
Selanjutnya untuk penyakit yang (A16), penanaman tidak merata (A11),
menyerang tanaman Dracaena yaitu kurangnya pengadaan input produksi (A7),
antraknosa, busuk batang, bercak daun, dan waktu dan cara panen tidak tepat (A12).
karat alga. Sumber risiko paling utama adalah
Aksi mitigasi prioritas selanjutnya serangan hama dan penyakit (tahap
yaitu membuat sistem perencanaan panen budidaya) (A3). Sumber risiko tersebut bisa
secara bergilir (PA3) yang memiliki nilai menyebabkan tanaman menjadi rusak/mati
ETDk sebesar 55.181. Aksi mitigasi atau menurunkan kualitas/kuantitas
tersebut menjadi prioritas karena waktu dan tanaman.
cara panen selama ini belum tepat sehingga Terdapat 13 aksi mitigasi resiko
hasil panen menjadi tidak merata dan terjadi untuk menanggulangi 8 sumber risiko
gagal panen. Menurut Asriati (2018), tujuan prioritas. Aksi mitigasi prioritas yang dapat
melakukan panen secara bergilir yaitu diterapkan perusahaan adalah membentuk
untuk menekan terjadinya kerusakan dan tim penanganan dan pemeliharaan di tahap
kehilangan pada tanaman hias, cara-cara pascapanen (PA8), pengendaliah hama
panen yang dipilih perlu diperhitungkan penyakit (PA1) dan pergiliran penen (PA9),
dan disesuaikan dengan kecepatan atau sehingga tanaman terjaga kualitasnya
waktu yang diperlukan. Memanen tanaman sampai ke tahap pengiriman.
seyogyanya yang siap panen dan sesuai

1067
Jurnal Ilmiah Mahasiswa AGROINFO GALUH
Volume 10, Nomor 2, Mei 2023 : 1053-1069

DAFTAR PUSTAKA Bagian Produksi PT. XYZ. Jurnal


METRIS, 20(1), 58–70.
Adetya, A., & Suprapti, I. (2021). Analisis
https://doi.org/10.25170/metris.v2
Produksi, Pendapatan Dan Risiko
0i1.2394
Usahatani Bawang Merah Di
Kecamatan Sokobanah Kabupaten Pedekawati, C., Karyani, T., &
Sampang Provinsi Jawa Timur. 2, Sulistyowati, L. (2017).
17–31. Implementasi House of Risk (Hor)
Pada Petani Dalam Agribisnis
Asriati. (2018). Agribisnis Tanaman
Mangga Gedong Gincu. Jurnal
Pangan dan Hortikultura.
Agribisnis Terpadu, 10(1), 97.
Direktorat Budidaya dan Pascapanen https://doi.org/10.33512/jat.v10i1.
Florikultura. (2015). Sukabumi, 5059
Kementan Lepas Ekspor
Rahmat, P. S. (2009). Penelitian Kualitatif.
Dracaena.
In Journal Equilibrium: Vol. 5 No.
Hanafi, M. M. (2014). Risiko, Proses 9 (pp. 1–8).
Manajemen Risiko, dan Enterprise
Ramadhan, R., Santoso, S., & Wiyono, S.
Risk Management. Management
(2022). Hama dan Penyakit
Research Review, 1–40.
Bambu Hoki (Dracaena sanderiana
Hasanah, J., Rondhi, M., & Hapsari, T. D. Sander ex Mast.) (Asparagales:
(2018). Analisis Risiko Produksi Asparagaceae) Di Kabupaten
Usahatani Padi Organik Di Desa Sukabumi.
Rowosari Kecamatan
Raymas, R. (2019). Sistem Otomatisasi
Sumberjambe Kabupaten Jember.
Pemeliharaan Tanaman Berbasis
Jurnal Agribisnis Indonesia, 6(1),
Internet Of Things (IOT).
37–48.
https://doi.org/10.29244/jai.2018. Rismayanti, Y., Rochdiani, D., &
6.1.23-34 Sulistyowati, L. (2019). Analisis
Efisiensi Alokatif Penggunaan
Magdalena, R. (2019). Analisis Risiko
Faktor - Faktor Produksi Pada
Supply Chain Dengan Model
Usahatani Tanaman Hias
House of Risk (HOR) Pada PT.
Dracaena Untuk Pasar Ekspor Di
Tatalogam Lestari. J@ti Undip:
Kabupaten Sukabumi. Jurnal
Jurnal Teknik Industri, 14(2), 53–
Agribisnis Dan Sosial Ekonomi
62.
Pertanian UNPAD, 4(2), 1–10.
Mattjik, N. A. (2011). Membangun Usaha
Sayidah, N. (2018). Metodologi Penelitian
Tanaman Hias Dan Bunga Potong
Disertai Dengan Contoh
Dengan Mengaplikasikan
Penerapannya Dalam Penelitian.
Bioteknologi Khususnya Kultur
In Zifatama Publishing (Issue
Jaringan. Institut Pertanian Bogor.
September).
Mutiarawati, T. (2009). Penanganan Pasca
Shofiyati, R. P. Effendi. P. S., Pasandaran,
Panen Hasil Pertanian*.
E., & Pasaribu, S. (2018).
Octavia, C. W., Magdalena, R., & Prasetya, Teknologi Penginderaan Jauh
W. (2021). Implementasi House of Untuk Pemantauan Perubahan
Risk dalam Strategi Mitigasi Pola Pertanaman Padi Sawah
Penyebab Risiko pada Aktivitas di

1068
Jurnal Ilmiah Mahasiswa AGROINFO GALUH
Volume 10, Nomor 2, Mei 2023 : 1053-1069

Akibat Perubahan Iklim. Litbang Tarigan, H. K. (2018). Potensi Dracaena


Pertanian. Sanderiana Kabupaten Sukabumi
Menembus Pasar Ekspor. In
Simaremare, N. N., & Pardian, P. (2020). Direktorat Jenderal Hortikultura
Manajemen Risiko Produksi Kementrian Pertanian.
Sistem Hidroponik Studi Kasus
Fruitable Farm Kabupaten Bogor. Wahyudi, F., Jamil, S., & Zainuddin, A.
Jurnal Ekonomi Pertanian Dan (2017). Potensi Agribisnis
Agribisnis, 4(1), 1–12. Florikultura di Indonesia. In
https://doi.org/10.21776/ub.jepa.2 Menuju Agribisnis Indonesia yang
020.004.01.1 Berdaya Saing.
Suganda, T. (2020). Hobi Koleksi Tanaman
Hias, Waspadai Hama dan
Penyakitnya.

1069

Anda mungkin juga menyukai