9549 38880 1 PB
9549 38880 1 PB
ABSTRAK
Permintaan dracaena dari luar negeri terus meingkat dan belum terpenuhi. Indonesia memiliki
kesesuaian iklim dan lahan untuk ditanami tanaman hias dracaena. Produksi dalam negeri
masih rendah dan menunjukan trend fluktuatif, salah satu penyebabnya adalah penanganan
resiko yang belum optimal. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi risiko dan
menangani risiko yang sesuai pada usaha tanaman hias Dracaena di PT. STU. Desain penelitian
yang digunakan adalah desain kualitatif, data yang digunakan adalah data primer (dari
perusahaan) dan secunder, analisis yang digunakan adalah House of Risk (HOR), penelitian
dilakukan bulan Juni 2022. Hasil penelitian menunjukkan terdapat 28 kejadian risiko dan 21
sumber risiko pada usaha tanaman hias Dracena di PT STU. Agregat potensi risiko utama
meliputi serangan hama/penyakit (budidaya dan pasca panen), pemeliharaan tanaman belum
optimal, iklim/cuaca tidak menentu, pascapanen belum optimal, penanaman tidak serempak,
kurang input produksi, waktu/cara panen tidak tepat. Sumber risiko utama adalah serangan
hama/penyakit. Penanganan resiko prioritas adalah membentuk tim penanganan dan
pemeliharaan tahap pascapanen, pengendalian hama penyakit dan pergiliran panen.
Penanganan resiko tersebut untuk meminimalisir terjadinya risiko di tahap pascapanen, seperti
mencegah serangan penyakit dan menjaga kualitas tanaman sebelum pengiriman ke konsumen.
Kata Kunci: Dracena, House of Risk, Kejadian resiko, Sumber resiko, Tanaman hias.
ABSTRACT
Demand for dracaena from abroad continues to increase and has not been fulfilled. Indonesia
has climate and land suitability for planting ornamental dracaena plants. Domestic production
is still low and shows a fluctuating trend, one of the reasons is the risk management that has
not been optimal. The purpose of this study is to identify risks and deal with risks accordingly
for Dracaena ornamental plant farming at PT. STU. The research design used is a qualitative
design, the data used is primary data (from the company) and secondary, the analysis used is
House of Risk (HOR), the research was conducted in June 2022. The results showed that there
were 28 risk events and 21 agent of risk in the Dracaena ornamental plant farming at PT STU.
The main potential risks aggregate include pest/disease attacks (cultivation and post-harvest),
not optimal plant maintenance, uncertain climate/weather, not optimal post-harvest, planting
that is not synchronized, lack of production inputs, inappropriate harvesting time and method.
The main source of risk agent is pest or disease attack. Priority risk management is to form a
handling and maintenance team at the postharvest stage, pest control and harvest rotation.
Handling these risks is to minimize risks at the postharvest stage, such as preventing disease
attacks and maintaining crop quality before shipping to consumers.
Keyword: Dracaena, House of Risk, Risk event, Risk agent, ornamental plants.
1053
Jurnal Ilmiah Mahasiswa AGROINFO GALUH
Volume 10, Nomor 2, Mei 2023 : 1053-1069
1054
Jurnal Ilmiah Mahasiswa AGROINFO GALUH
Volume 10, Nomor 2, Mei 2023 : 1053-1069
1055
Jurnal Ilmiah Mahasiswa AGROINFO GALUH
Volume 10, Nomor 2, Mei 2023 : 1053-1069
1056
Jurnal Ilmiah Mahasiswa AGROINFO GALUH
Volume 10, Nomor 2, Mei 2023 : 1053-1069
1057
Jurnal Ilmiah Mahasiswa AGROINFO GALUH
Volume 10, Nomor 2, Mei 2023 : 1053-1069
untuk merinci sumber dari resiko yang horizontal sementara sumbu vertikan
muncul. Sumber risiko selanjutnya diukur adalah persentase kumulatif ARP.
berdasar kemunculan (Occurrence). Analisis HOR tahap 2 digunakan
Kemunculan diurut dari yang tidak pernah untuk menetapkan strategi mitigasi yang
muncul (level 1) sampai ke yang sering dilakukan untuk penanganan sumber risiko
muncul/terjadi (level 10). (risk agent) yang telah teridentifikasi pada
Antara Risk Event dan Risk Agent tahap sebelumnya. Pada tahap 2 dilakukan
diukur tingkat korelasinya oleh pihak (1) merinci kemungkinan aksi mitigasi (2)
perusahaan. Korelasi antara Risk Event dan menghitung Total Effectiveness (TEk), (3)
Risk Agent diukur dengan skala: (0) artinya menghitung derajat kesulitan (Dk) dan (4)
tidak ada hubungannya, (1) hubungan menghitung Rasio Effectiveness to
lemah, (3) hubungan sedang, dan (9) Difficulty (ETDk). Kemungkinan aksi
hubungan kuat. Perhitungan selanjutnya mitigasi diperoleh dari informan
menghitung nilai Aggregat Risk Potentials perusahaan, yaitu mengenai aksi mitigasi
(ARP) untuk menentukan kejadian risiko yang bisa dilakukan untuk tiap sumber
prioritas. Penentuan nilai Aggregate Risk resiko.
Potentials (ARP) didasarkan pada Total Effectiveness (TEk) dihitung
penjumlahan dari perkalian occurrence, untuk mendapatkan komponen dalam
correlation dan Severity. Selanjutnya nilai perhitungan aksi mitigasi prioritas. Total
(ARP) di urut dari yang terbesar ke yang Effectiveness (TEk) diperolah dari
terkecil. perkalian tingkat korelasi dengan nilai
Perhitungan ARP menghasilkan ARP. Korelasi dimaksud adalah tingkat
tingkat prioritas sumber resiko. Penentuan korelasi antara aksi mitigasi dan risk agent
risk of agent prioritas didasarkan pada nilai yang memiliki rentang nilai: (0) yaitu tidak
persentase kumulatif ARP, apabila sumber ada hubungan, (1) hubungan lemah, (3)
risiko tersebut memiliki persentase hubungan sedang, (9) hubungan kuat. Nilai
kumulatif ARP dibawah 80% maka sumber korelasi tersebut didasarkan atas penilaian
risiko tersebut dikategorikan menjadi subyektivitas dari informan perusahaan.
prioritas. Sumber risiko (Risk Agent) yang Contoh perhitungan total effectiveness
paling berdampak pada kegiatan produksi (TEk):
digambarkan dengan diagram Pareto. Pada TEk13: [(9* x 5.082**)+ (9 x 4.424) + (1 x
diagram ini, sumber resiko berada di sumbu 3.510) + (9 x 3.444) + (9 x 3.048) + (9 x 2.268)
= 167.904
1058
Jurnal Ilmiah Mahasiswa AGROINFO GALUH
Volume 10, Nomor 2, Mei 2023 : 1053-1069
1059
Jurnal Ilmiah Mahasiswa AGROINFO GALUH
Volume 10, Nomor 2, Mei 2023 : 1053-1069
Hasil identifikasi terdapat 28 kejadian tersebut saling berkaitan dimana salah satu
risiko dengan kode (E1-E28), kejadian faktor penyebabnya adalah serangan hama
risiko tersebut dapat di golongkan pada 3 dan penyakit.
tahap dalam usahatani tanaman Dracaena Menurut Shofiyati et al (2018)
yaitu input produksi, budidaya, serta Kegagalan panen bisa diakibatkan dari
pascapanen. Masing-masing kejadian risiko adanya perubahan iklim yang berubah
yang teridentifikasi memiliki tingkat secara tiba-tiba, serta jadwal tanam yang
keparahan dengan skala 1-10, dimana mundur ke musim kemarau atau tidak
semakin tinggi skalanya menunjukkan sesuai seperti biasanya sehingga terjadi
tingkat keparahan yang semakin parah. penurunanan produksi. Menurut Suganda T
Kejadian risiko dan tingkat keparahan di (2020). Tanaman hias sangat rentan terkena
PT. STU diuraikan di Tabel 1. penyakit, baik yang disebabkan oleh jamur
Hasil analisis menunjukkan terdapat maupun bakteri. Salah satu penyebab
1 kejadian risiko dengan tingkat keparahan tanaman hias mudah terkena penyakit
tertinggi yaitu kegagalan panen (E13) adalah karena jarak tanam yang rapat serta
dengan level 8, adapun kejadian risiko jenis tanaman yang ditanam seragam akan
lainnya dengan tingkat keparahan pada menyebabkan penyakit mudah menular.
level 7 yaitu gangguan hama serangga dan (2) Identifikasi Sumber Risiko (Risk
ulat (E8), musim hujan yang tidak menentu Agent)
(E9), akar tanaman terserang bakteri dan Kejadian risiko telah teridentifikasi
jamur (E12), jumlah hasil panen tidak 28 kejadian yang berasal dari 21 sumber
maksimal (E19), penggunaan pestisida resiko (risk of agent). Satu sumber resiko
tidak merata (E20). Semua kejadian risiko tersebut dapat menyebabkan satu atau lebih
pada level tersebut berada pada tahap kejadian resiko. Sumber resiko tersebut
budidaya, dimana kejadian – kejadian risiko diberi kode A1-A21.
1060
Jurnal Ilmiah Mahasiswa AGROINFO GALUH
Volume 10, Nomor 2, Mei 2023 : 1053-1069
1061
Jurnal Ilmiah Mahasiswa AGROINFO GALUH
Volume 10, Nomor 2, Mei 2023 : 1053-1069
(3) Menentukan Sumber Risiko Prioritas kejadian risiko dan sumber risiko). Angka
Menentukan sumber risiko prioritas (5+5+6+5) merupakan nilai severity.
maka digunakan diagram Pareto, diagram Selanjutnya untuk mendapatkan
tersebut menggambarkan sumber risiko nilai kumulatif ARP yaitu didapatkan dari
yang menjadi prioritas. Sumber resiko yang hasil penjumlahan nilai ARP dari masing-
jadi prioritas diperoleh dari Agregat Risk masing sumber risiko, seperti contoh:
Potential (ARP). Perhitungan nilai ARP sumber risiko A3 sebesar 5.082 ditambah
didapatkan dari hasil perkalian antara nilai dengan sumber risiko A8 sebesar 4.424
severity, nilai occurrence dan nilai korelasi didapatkan hasil 9.506 seperti yang tertera
(kejadian dan sumber risiko). Contoh pada Tabel 3. Jumlah total nilai ARP
perhitungan: ARP1: 7 didapatkan sebesar 34.345. Setelah itu
[9(6+7+7+2+6+7+8+5+5+6+7+7) + untuk mendapatkan persentase ARP yaitu
3(5+5+6+5) + (1x6)] = 5082. dengan membagi jumlah ARP dengan nilai
Keterangan: Angka 7 merupakan nilai total ARP pada setiap sumber risiko,
occurrence, dan angka 1, 3, dan 9 untuk lebih jelasnya berikut disajikan
merupakan nilai korelasi (korelasi antara contoh perhitungan persentase ARP:
1062
Jurnal Ilmiah Mahasiswa AGROINFO GALUH
Volume 10, Nomor 2, Mei 2023 : 1053-1069
1063
Jurnal Ilmiah Mahasiswa AGROINFO GALUH
Volume 10, Nomor 2, Mei 2023 : 1053-1069
1064
Jurnal Ilmiah Mahasiswa AGROINFO GALUH
Volume 10, Nomor 2, Mei 2023 : 1053-1069
Diagram Pareto
6000 150,00%
4000 100,00%
2000 50,00%
0 0,00%
A3 A2 A16 A7 A15 A1 A14 A17 A10 A4 A9
1065
Jurnal Ilmiah Mahasiswa AGROINFO GALUH
Volume 10, Nomor 2, Mei 2023 : 1053-1069
1066
Jurnal Ilmiah Mahasiswa AGROINFO GALUH
Volume 10, Nomor 2, Mei 2023 : 1053-1069
Aksi mitigasi yang menjadi prioritas dengan kualitas dan spesifikasi yang
selanjutnya adalah pengendalian hama dan diminta konsumen.
penyakit secara terpadu (PA1) yang
memiliki nilai ETDk sebesar 55.968. Aksi KESIMPULAN
mitigasi tersebut menjadi prioritas karena Terdapat 28 kejadian risiko dan 21
selama ini perusahaan belum melakukan sumber risiko di PT STU. Resiko potensial
pemeliharaan budidaya secara optimal, menunjukkan ada 8 sumber risiko prioritas
serta belum mengetahui sepenuhnya cara yaitu serangan hama dan penyakit (tahap
mengatasi serangan hama dan penyakit budidaya) (A3), pemeliharaan belum
tanaman Dracaena (A3). Menurut optimal (tahap budidaya) (A8), iklim dan
Ramadhan et al (2022) hama yang biasa cuaca tidak menentu (A2), penanganan
menyerang tanaman Dracaena yaitu yaitu pascapanen belum maksimal (A13),
keong semak, ulat daun, dan kutu putih. serangan penyakit pada tahap pascapanen
Selanjutnya untuk penyakit yang (A16), penanaman tidak merata (A11),
menyerang tanaman Dracaena yaitu kurangnya pengadaan input produksi (A7),
antraknosa, busuk batang, bercak daun, dan waktu dan cara panen tidak tepat (A12).
karat alga. Sumber risiko paling utama adalah
Aksi mitigasi prioritas selanjutnya serangan hama dan penyakit (tahap
yaitu membuat sistem perencanaan panen budidaya) (A3). Sumber risiko tersebut bisa
secara bergilir (PA3) yang memiliki nilai menyebabkan tanaman menjadi rusak/mati
ETDk sebesar 55.181. Aksi mitigasi atau menurunkan kualitas/kuantitas
tersebut menjadi prioritas karena waktu dan tanaman.
cara panen selama ini belum tepat sehingga Terdapat 13 aksi mitigasi resiko
hasil panen menjadi tidak merata dan terjadi untuk menanggulangi 8 sumber risiko
gagal panen. Menurut Asriati (2018), tujuan prioritas. Aksi mitigasi prioritas yang dapat
melakukan panen secara bergilir yaitu diterapkan perusahaan adalah membentuk
untuk menekan terjadinya kerusakan dan tim penanganan dan pemeliharaan di tahap
kehilangan pada tanaman hias, cara-cara pascapanen (PA8), pengendaliah hama
panen yang dipilih perlu diperhitungkan penyakit (PA1) dan pergiliran penen (PA9),
dan disesuaikan dengan kecepatan atau sehingga tanaman terjaga kualitasnya
waktu yang diperlukan. Memanen tanaman sampai ke tahap pengiriman.
seyogyanya yang siap panen dan sesuai
1067
Jurnal Ilmiah Mahasiswa AGROINFO GALUH
Volume 10, Nomor 2, Mei 2023 : 1053-1069
1068
Jurnal Ilmiah Mahasiswa AGROINFO GALUH
Volume 10, Nomor 2, Mei 2023 : 1053-1069
1069