Anda di halaman 1dari 25

POTENSI EKSTRAK TANAMAN RANDU (Ceiba

pentadra) TERHADAP PENYAKIT ANTRAKNOSA


(Colletotrichum gloeosporioides) PADA TANAMAN
BUAH NAGA (Hylocereus Sp.)

Oleh :
IVAL OKTAVIAN NURTIA BUDI 141510501180

Dosen Pembimbing Skripsi


Dr. Ir. Rachmi Masnilah, M.Si

Dosen Penguji 1 Dosen Penguji 2


Prof. Ir. Wiwiek Sri Wahyuni, MS., Ph.D. Dr. Ir. Mochamad Hoesain, M.S
PERGANTIAN JUDUL

POTENSI EKSTRAK TANAMAN RANDU (Ceiba pentandra (L.)) TERHADAP


PENYAKIT KANKER SULUR (Neoscytalidium dimidiatum) PADA TANAMAN
BUAH NAGA (Hylocereus costaricensis BRITT. ET R.)
LATAR BELAKANG

Tanaman randu
mengandung
Upaya yang senyawa polifenol,
Produksi buah naga Insidensi flavonoid, alkaloid,
biasa
setiap tahunnya terus penyakit kanker saponin dan tanin
Menurut Hidayat et dilakukan
mengalami peningkatan al., (2018),
sulur pada bagian daun
(Neoscytalidium petani dalam
yang pada awalnya beberapa faktor maupun batang
dimidiatum) di mengendalika
16.630 ton dengan yang yang bersifat
lahan budidaya n penyakit
produktivitas 245 kw/ha mempengaruhi antifungal (Pratiwi,
sangat tinggi, buah naga
tahun 2013 menjadi peningkatan
yaitu antara adalah 2014)
44.140 ton dengan penyakit :
98,3% - 100%
1. Sistem dengan
produktivitas 334,02 dan dengan
Budidaya sanitasi dan
kw/ha tahun 2018. 2. Faktor
tingkat
keparahan pestisida
(Dinas Pertanian lingkungan sintetis (Dewi,
RUMUSAN MASALAH
o Bagaimana pengaruh perbebedaan konsentrasi dan
jenis ekstrak dari daun dan kulit batang tanaman
randu dalam menghambat patogen N. dimidiatum
pada tanaman buah naga secara in vitro dan in vivo?
o Bagaimana pengaruh jenis ekstrak dari daun dan kulit
batang tanaman randu dalam menghambat patogen
N. dimidiatum pada tanaman buah naga secara in TUJUAN
vitro dan in vivo?
o Bagaimana pengaruh konsentrasi ekstrak yang o Mengetahui pengaruh perbebedaan
berbeda dalam menghambat patogen N. dimidiatum konsentrasi dan jenis ekstrak dari daun dan
pada tanaman buah naga secara in vitro dan in vivo? kulit batang tanaman randu dalam
menghambat patogen N. dimidiatum pada
tanaman buah naga secara in vitro dan in
vivo
o Mengetahui pengaruh jenis ekstrak dari daun
MANFAAT dan kulit batang tanaman randu dalam
menghambat patogen N. dimidiatum pada
o Hasil penelitian ini diharapkan sebagai bahan rujukan tanaman buah naga secara in vitro dan in
atau bahan penelitian selanjutnya terkait potensi vivo?
tanaman randu untuk mengendalikan penyakit N. o Mengetahui pengaruh konsentrasi ekstrak
dimidiatum pada tanaman buah naga. yang berbeda dalam menghambat patogen N.
o Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan dimidiatum pada tanaman buah naga secara
pengendalian menggunakan pestisida nabati dari in vitro dan in vivo
tanaman randu untuk mengendalikan penyakit N.
dimidiatum yang dilakukan oleh petani.
BUAH NAGA
(Hylocereus polyrhizus)

Menurut Sobir (2011)


Buah naga buah naga tergolong
termasuk kelompok jenis tanaman gurun
tanaman kaktus yang tahan terhadap
atau famili kekeringan dan
Cactaceae dan membutuhkan
subfamili intensitas sinar
Hilocereanea. matahari yang tinggi
Tanaman ini untuk dapat tumbuh
merupakan jenis dengan baik
tanaman memanjat
(Kristanto, 2003). Curah hujan yang tinggi dapat
Tanaman ini masih tetap
menyebabkan pembusukan akar
hidup meskipun
dan batang serta menghambat
perakarannya dicabut dari
keluarnya bunga, bahkan bunga
tanah atau disebut sebagai
yang keluar menjadi gugur. Selain
tanaman epifit (Kristanto,
itu, curah hujan yang terlalu tinggi
2003).
dapat meningkatkan risiko tanaman
ini terserang penyakit dari golongan
jamur karena kondisinya terlalu
lembab (Cahyono, 2009)
PENYAKIT KANKER SULUR
(Neoscytalidium dimidiatum

Penyakit ini menyerang Gejala inokulasi


pada bagian batang penyakit N.
buah naga pada fase dimidiatum pada
vegetatif dan fase batang buah naga
menunjukan gejala
generatif
berupa lesi cekung
Gejala awal penyakit ini berwarna coklat
terlihat pada batang yang berkembang 3
dengan bentuk lesi hari setelah
cekung berwarna coklat inokulasi. Setelah 7
hari inokulasi, lesi
(Mohd et al., 2013) menjadi coklat
kehitaman.
(Sumber : Mohd et al., 2013). Kemudian piknidia
terbentuk di
Patogen N. dimiditium menunjukan koloni permukaan batang
yang terinfeksi
berbulu dengan warna abu-abu kehitaman setelah 10 hari
inokulasi. Batang
yang terinfeksi
Patogen ini memiliki hifa bercabang, bersekat, dan menjadi busuk
memiliki spora berantai setelah 14 hari
inokulasi
(Thongkham dan
umber : Thongkham dan Soytong, 2016).
Soytong, 2016).
POTENSI TANAMAN RANDU
Ekstrak kulit batang
tanaman randu
berpengaruh sangat nyata
Bagian daun dalam menghambat
tanaman randu pertumbuhan dari jamur
terdapat senyawa Aspergilus niger dan
aktif dari golongan Candida albicans dengan
flavonoid, saponin, masing-masing zona
tanin, dan hambatan yaitu 9,89 ± 1,6
terpenoid (Peter dan 11,55 ± 1,53 (Anosike
and Adebayo, et al, 2012)
2012).

Hasil penelitian
Pratiwi (2014)
bahwa ekstrak
batang randu
mengandung
Ekstrak alkohol daun randu beberapa senyawa
dengan konsentrasi 30 – 40 bioaktif seperti
mg/ml berpengaruh positif dalam alkaloid, flavonoid,
menghambat jamur Microsporum tanin, saponin,
carnis, Trichophyton rubrum, hidrokuinon,
Epidermophyton floccosum dan triterpenoid, dan
Candida albicans (Nwachukwu et senyawa lain.
HIPOTESIS

1. Kombinasi konsentrasi dan jenis ekstrak yang berbeda berpengaruh dalam


menghambat patogen N. dimidiatum pada tanaman buah naga secara in vitro dan in
vivo
2. Jenis ekstrak dari daun dan kulit batang tanaman randu berpengaruh dalam
menghambat patogen N. dimidiatum pada tanaman buah naga secara in vitro dan in
vivo
3. Konsentrasi ekstrak yang berbeda berpengaruh dalam menghambat patogen N.
dimidiatum pada tanaman buah naga secara in vitro dan in vivo
METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat Persiapan Penelitian Perancangan Percobaan Pelaksanaan Penelitian Variabel Pengamatan

Waktu dan Tempat

1. Waktu
Penelitian mengenai “Potensi Ekstrak Tanaman
Randu (Ceiba pentandra (L.) Gaertn.) Terhadap
Penyakit Kanker Sulur (Neoscytalidium dimidiatum)
Pada Tanaman Buah Naga (Hylocereus
costaricensis Britt. Et R.)”, dilaksanakan pada
Bulan Oktober 2018 – April 2019.
2. Tempat
Isolasi, identifikasi dan uji daya hambat
patogen dilakukan di Laboratorium Penyakit
Tanaman, Fakultas Pertanian, sedangkan analisis
senyawa fitokimia tanaman randu dilakukan di
Laboratorium Biologi, Fakultas Farmasi, Universitas
Jember.
Persiapan Penelitian

1. Alat dan
Bahan 2. Isolasi dan
tabung reaksi, Identifikasi
pinset, bunsen, mikro
pipet, penggaris, vortek,
sprayer, mikroskop,
object glass, autoclave,
erlenmeyer, cawan
petri, laminar air flow,
blender, jarum N,
spektrofotometer UV /
Visible, cork boor, cutter 3. Penyiapan Bahan
steril. Ekstrak
daun dan kulit
batang tanaman randu,
isolat N. dimidiatum
diperoleh dari hasil
isolasi batang atau buah
yang terserang
penyakit, aquades,
Perancangan Percobaan

Penelitian ini menggunakan


Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial
yang terdiri dari 2 faktor. Faktor ke-1 Kombinasi perlakuan yang didapat sebaga
yaitu konsentrasi ekstrak dan faktor ke-2
ekstrak bagian-bagian tanaman randu. Ekstrak bagian tanaman randu
Konsentrasi (K)
Berikut merupakan rincian perlakuan
Daun (D) Kulit batang (B)
yang dilakukan :
a. Faktor pertama adalah konsentrasi K0 K0D K0B
ekstrak yang terdiri dari 5 taraf
K0 : 0 mg/ml K1 K1D K1B
K1 : 10 mg/ml
K2 : 20 mg/ml K2 K2D K2B
K3 : 30 mg/ml
K4 : 40 mg/ml K3 K3D K3B
b. Faktor kedua adalah ekstrak bagian-
bagian tanaman randu yang terdiri K4 K4D K4B
dari 2 taraf,
D : daun
B : kulit batang
Pelaksanaan Penelitian

1. Analisis fitokimia tanaman 2. Pengenceran 3. Uji Aktivitas Antijamur 4. Uji Aktivitas Antijamur
randu (Ceiba pentandra) Secara In- Vitro Secara In- Vivo

1. Analisis secara kualitatif 1. Pengenceran dilakukan dengan 1. Media PDA cair dituang 1. Sterilisasi permukaan batang
dan kuantitatif mencampurkan ekstrak dan sebanyak 9 ml ke dalam cawan tanaman permukaan dan dilukai
2. Analisis senyawa aquades steril sehingga petri, sebanyak 3 titik
flavonoid, tanin, saponin, didapatkan serial konsentrasi 2. Kemudian larutan ekstrak 2. Kemudian batang tanaman
dan alkaloid yang berbeda-beda pada dicampurkan dalam cawan disemprot menggunakan ekstrak
media PDA (in-vitro) maupun petri sebanyak 1 ml, lalu sebanyak 2 ml, (Jumjunidang
uji in-vivo digoyang secara memutar. dkk., 2015).
2. Rumus pengenceran N1 . Kemudian didiamkan sampai 3. Batang tanaman diinokulasi
V1 = N2 . V2 memadat. dengan menyemprotkan suspensi
Keterangan : 3. Media yang siap dapat inokulum N. dimidiatum
N1 = konsentrasi larutan stok, diinokulasi jamur dengan 4. Kemudian diinkubasi selama 16
V1 = volume larutan pertama diameter 50 mm, hari dan disungkup dalam kondisi
N2 = konsentrasi larutan yang akan 4. kemudian diinkubasi sampai steril (Annisa, 2014).
dibuat pertumbuhan patogen
V2 = volume larutan kedua. memenuhi petri kontrol.
(Paramita dkk., 2014)
Variabel Pengamatan

A. Uji In Vitro B. Uji In Vivo


a. Diameter koloni dan persentase daya a. Masa inkubasi
hambat Masa inkubasi merupakan waktu yang diperlukan patogen
Nilai diameter koloni ditentukan dengan menghitung rerata untuk melakukan infeksi dihitung berdasarkan waktu gejala
diameter pengukuran. pertama muncul pada batang tanaman buah naga (Ray and
Burgess, 2010)
Rerata Diamater (mm) = D1 + D3 + D3 + D4 + D5 + D6 + D7 b. Luas serangan atau bercak
+ D8 Rumus luas bercak dihitung berdasarkan Pratama dan Sari
8 (2015) :
Persentase dan penghambatan jamur dihitung berdasarkan
rumus Martinus dkk (2010) :
I = d1 – d2 x 100 %
d1 Keterangan:
Keterangan: I = luas bercak N.dimidiatum
I = persentase penghambatan π = konstanta (3,14)
d1 = diameter koloni jamur pada kontrol d1 = diameter bercak N.dimidiatum melintang
b.
d2 Penghambatan pembentukan
= diameter koloni jamur pada perlakuan. spora d2 = diameter bercak N.dimidiatum membujur
Memanen jamur umur 5 hari dengan melubangi media beserta
jamurnya menggunakan cork borer di 5 titik. lalu dimasukkan ke dalam c. Keparahan penyakit
tabung reaksi yang berisi 10 ml aquadest steril sebagai suspensi awal. Perhitungan keparahan penyakit dilakukan dengan menghitung luas
Suspensi dihomogenkan dengan menggunakan vortex dan dilakukan serangan kemudian menentukan persentase luas berdasarkan skoring
pengenceran 101, setelah itu diambil spora dari suspensi 10-1 dengan keparahan penyakit Rumus pengukuran keparahan penyakit dihitung
mikropipet lalu diteteskan ke haemocytometer diamati di mikroskop berdasarkan kategori (skoring) luas serangan yang terjadi setiap unit
dengan dihitung kerapatan spora (Oktrina dkk, 2017) percobaan berdasarkan rumus (Dewi, 2017):
C= X x 103 Keparahan penyakit (KP) = Ʃ ni x vi x 100%
L (mm2) x t x d NxV
Keterangan : Keterangan:
C = Kerapatan spora KP = keparahan penyakit (%)
X = Jumlah total spora dalam kotak sampel yang diamati ni = jumlah tanaman atau bagian yang terserang
L = Luas kotak hitung (0,2 mm2) vi = skor pada setiap kategori serangan
t = Kedalaman bidang hitung (0,1 mm) N = jumlah seluruh tanaman atau bagian yang diamati
d = Faktor pengenceran V = skor untuk serangan terberat.
ANALISIS DATA
Data hasil pengamatan rata-rata persentase
penghambatan dan pengujian penghambatan di batang
tanaman menggunakan ekstrak daun dan kulit batang
tanaman randu untuk mengendalikan jamur N.
dimidiatum pada tanaman buah naga dianalisis
menggunakan Uji DMRT pada taraf 95%.
HASIL DAN PEMBAHASAN

Penyebab Penyakit Analisis Fitokimia Hasil Sidik Ragam Uji In Vitro Uji In Vivo

Penyebab Penyakit

Hasil isolasi patogen Neoscytalidium Hasil inokulasi Postulat Koch patogen N.


dimidiatum berasal dari (a) Batang tanaman dimidiatum (a) Gejala serangan hasil
buah naga yang bergejala, (b) isolat murni reinokulasi patogen N. dimidiatum hari ke-3, (b)
pada media PDA 14 HSI (Hari Setelah Gejala serangan hasil reinokulasi patogen N.
Inokulasi), (c) konidia patogen N. dimidiatum dimidiatum hari ke-14 dan (c) Koloni patogen
perbesaran 40x(A) dan hifa patogen N. hasil reisolasi pada hari ke-7
dimidiatum pada perbesaran 40x(B)
mikroskop binokuler.
Analisis Fitokimia

a. Hasil uji kualitatif senyawa fitokimia ekstrak daun dan kulit batang tanaman randu.
Sampel
Pengujian Warna standard Daun Kulit batang
Warna Hasil Warna Hasil
Flavonoid Kuning Kuning + Kuning +
Orange Tidak berwarna
Alkaloid - Tidak berwarna -
Tanin Hitam Hitam + Hitam +
Saponin Ungu Ungu + Ungu +
Keterangan : (-) = tidak ada senyawa dan (+) = ada senyawa

b. Hasil uji kuantitatif senyawa fitokimia ekstrak daun dan kulit batang tanaman randu.
Sampel (ppm)
Pengujian
Daun Kulit batang
Flavonoid 304,3 215,9
Tanin 1,6 1,4
Hasil Sidik Ragam

Rangkuman nilai F-hitung dari 5 variabel pengamatan

Sumber Diameter Persentase Pembentukan Luas Keparahan


No
Keragaman koloni daya hambat spora Serangan Penyakit

1. Interaksi BxK 24,24** 14,68** 4,16* 0,09ns 0,19ns

Bagian
2. 105,82** 89,08** 10,02** 6,29* 1,13ns
Tanaman

3. Konsentrasi 766,71** 1058,65** 58,76** 121,64** 92,94**

Keterangan :
(**) = Berbeda sangat nyata, (*) = Berbeda nyata, (ns) = Berbeda tidak nyata
BxK = Interaksi buah naga dengan konsentrasi tanaman randu
Uji In Vitro

a. Uji daya Hambat (diameter koloni)

Hasil pengamatan menunjukan bahwa ekstrak


bagian daun randu memiliki potensi yang lebih baik
dalam menghambat pertumbuhan dan
perkembangan N. dimidiatum yang ditunjukan
dengan diameter koloni yang lebih kecil
dibandingkan dengan bagian kulit batang tanaman
randu
Pengujian patogen N. dimidiatum pada media PDA yang
mengandung berbagai konsentrasi ekstrak daun dan kulit
batang tanaman randu (Sumber : foto diambil 5 hari
Menurut Pradana dkk (2014) senyawa flavonoid dan tanin
setelah inokulasi)
merupakan senyawa golongan fenolik yang bersifat fungistatik
bekerja dengan cara mendenaturasi protein sehingga
menaikkan permeabilitas membran sel. Terganggunya fungsi
membran sel menyebabkan gangguan pembentukan sel
sehingga mengakibatkan kerusakan sel patogen. Selain itu, jika
protein yang terdenaturasi adalah protein enzim maka enzim
tidak dapat bekerja yang menyebabkan metabolisme dan proses
penyerapan nutrisi terganggu (Rahmah dan Rahman, 2010).

Grafik laju perkembangan diameter koloni patogen N. dimidiatum


Pengaruh interaksi perlakuan ekstrak bagian tanaman randu dan konsentrasi ekstrak terhadap daya
hambat pada 5 HSI Persentase daya hambat (%)
Diameter koloni (cm)
Konsentrasi
Daun (D) Kulit batang (B) Daun (D) Kulit batang (B) Keterangan : *Notasi dengan huruf
K0 8,31 Ad 8,29 Ae 00,00 Ae 00,00 Ae besar dibaca horizontal
(membandingkan perlakuan
K1 6,31 Ac 6,62 Bd 29,29 Ad 26,44 Bd
aplikasi ekstrak (D dan B)
K2 6,11 Ac 6,28 Ac 32,01 Ac 29,31 Bc *Notasi dengan huruf kecil
dibaca vertikal (membandingkan
K3 4,09 Ab 5,26 Bb 45,49 Ab 37,09 Bb perlakuan konsentrasi (K)
K4 2,55 Aa 4,07 Ba 56,37 Aa 45,45 Ba

Pengaruh konsentrasi ekstrak terhadap daya hambat pada 5 HSI


Perlakuan Diameter Koloni (cm) Persentase daya hambat (%)
K0 8,30 e 00,00 e
K1 6,47 d 27,87 d
K2 6,19 c 30,66 c
K3 4,67 b 41,29 b
K4 3,31 a 50,91 a

Pengaruh ekstrak bagian tanaman randu terhadap daya


hambat pada 5 HSI
Ekstrak daun dan kulit batang tanaman randu menghambat Diameter koloni (cm)
pertumbuhan patogen melalui senyawa metabolit sekunder. Perlakuan Persentase daya hambat (%)

Setiap bagian tanaman randu terdapat senyawa metabolit Daun


5,47 a
32,63 a
sekunder yang bersifat fenolik seperti flavonoid, tanin, 6,10 b
saponin dan alkaloid (Partiwi, 2014) Kulit batang 27,66 b
b. Uji Penghambatan Pembentukan Spora
Pengaruh interaksi perlakuan ekstrak bagian tanaman randu dan konsentrasi ekstrak terhadap penghambatan
pembentukan spora
Penghambatan pembentukan spora (x107/ml)
Konsentrasi
Daun (D) Kulit batang (B)
K0 2,63 Aa 2,66 Aa
K1 2,58 Aab 2,63 Aab
K2 2,47 Ab 2,48 Abc
K3 2,32 Ac 2,36 Ac
K4 1,85 Bd 2,18 Ad
Keterangan : *Notasi dengan huruf besar dibaca horizontal (membandingkan perlakuan
aplikasi ekstrak (D dan B)
*Notasi dengan huruf kecil dibaca vertikal (membandingkan perlakuan konsentrasi (K)

Pengaruh konsentrasi ekstrak terhadap penghambatan pembentukan spora


Perlakuan Penghambatan pembentukan spora (x107/ml)
K0 2,64 a
K1 2,60 a
K2 2,48 b
K3 2,34 c
K4 2,02 d
Menurut penelitian Wulandari dkk., (2015) ekstrak tanaman
menggunakan pelarut metanol merupakan fraksi ekstrak
yang efektif dalam menekan pertumbuhan dan sporulasi Pengaruh ekstrak bagian tanaman randu terhadap penghambatan pembentukan
patogen. Pelarut metanol memiliki kemampuan dalam spora
Penghambatan pembentukan spora (x107/ml)
mengekstraksi senyawa-senyawa polar seperti flavonoid, Perlakuan
alkaloid, tanin, dan saponin yang efektif dalam Daun (D) 2,37 b
Kulit batang (B) 2,46 a
menghambat pembentukan spora jamur.
Uji In Vivo

a. Gejala Patogen Neoscytalidium dimidiatum b. Masa Inkubasi


Perlakuan
Masa
Bagian Inkubasi
Konsentrasi
Tanaman (HSI)
0 mg/ml 3
10 mg/ml 3-5
Daun (D) 20 mg/ml 4-5
30 mg/ml 4-5
40 mg/ml 4-6
0 mg/ml 3-4
10 mg/ml 3-5
Kulit Batang
20 mg/ml 4-5
Gejala penyakit kanker sulur pada batang tanaman buah (B)
30 mg/ml 4-5
naga (a) Tanaman tidak bergejala, (b) Gejala awal N. 40 mg/ml 4-6
dimidiatum, dan (c) Gejala lanjut N. dimidiatum

Menurut Mohd et al., (2013) gejala patogen N. dimidiatum muncul dan


berkembang setelah 3 HSI dengan gejala awal menimbulkan lesi cekung
berwarna coklat pada bagian batang tanaman buah naga.
c. Luas Serangan

Menurut Budiyano (2018), pestisida yang digunakan


untuk membunuh jamur patogen dibedakan menjadi
dua macam, yaitu fungistatik dan fungitoksik.
Senyawa fungistatik memberikan efek yaitu mampu
menghentikan perkembangan jamur, namun jamur
dapat berkembang apabila senyawa tersebut telah
hilang. Sedangkan senyawa fungitoksik memberikan
efek yaitu mampu membunuh jamur dan jamur tidak
Grafik laju perkembangan luas serangan pada batang buah naga dapat berkembang kembali.

Pengaruh konsentrasi ekstrak terhadap luas serangan Pengaruh ekstrak bagian tanaman terhadap luas
patogen N. dimidiatum serangan patogen N. dimidiatum
d. Keparahan Penyakit

Menurut Ali dkk (2011) semakin tinggi konsentrasi


ekstrak yang diberikan maka semakin tinggi kandungan
bahan aktif dalam ekstrak sebagai antijamur sehingga
persentase penghambatan jamur juga akan semakin tinggi.

Laju perkembangan keparahan penyakit kanker sulur N. Menurut Budiyono, (2018) hal ini disebabkan karena
dimidiatum ekstrak yang diaplikasikan bersifat fungistatik apabila
senyawa fitokimia telah hilang maka jamur dapat
berkembang biak kembali. Selain itu, pengaruh lingkungan
yang mendukung seperti kelembaban dan diimbangi dengan
tanaman yang rentan secara kuantitatif akan mengubah
tingkat keparahan penyakit (Sopualena, 2017).

Pengaruh konsentrasi ekstrak terhadap keparahan penyakit


KESIMPULAN DAN SARAN

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian potensi ekstrak tanaman randu
SARAN
dalam mengendalikan penyebab penyakit kanker sulur N. dimidiatum Berdasarkan penelitian yang telah
pada tanaman buah naga, kesimpulan yang dapat diambil dilakukan, diharapkan penelitian ini
berdasarkan tujuan dan hasil percobaan yang telah dilakukan sebagai dapat menjadi rekomendasi dalam
berikut : menekan penyakit kanker sulur pada
1. Interaksi ekstrak daun randu dengan konsentrasi 40 mg/ml (K4D) mampu tanaman buah naga. Serta perlu adanya
menghambat pertumbuhan diameter koloni dan pembentukan spora patogen N. uji lanjutan mengenai kombinasi
dimidiatum, namun tidak berpengaruh terhadap luas serangan dan keparahan dengan mikroorganisme atau campuran
penyakit. bahan aktif lain agar dapat
2. Pemberian ekstrak daun tanaman randu (D) mampu menghambat pertumbuhan meningkatkan efektifitas dari ekstrak.
patogen N. dimidiatum berdasarkan diameter koloni, pembentukan spora, dan luas
serangan, namun tidak berpengaruh terhadap keparahan penyakit.
3. Pemberian konsentrasi ekstrak 40 mg/ml (K4) mampu menghambat pertumbuhan
patogen N. dimidiatum berdasarkan diameter koloni, pembentukan spora, luas
serangan, dan keparahan penyakit.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai