ABSTRAK
ABSTRACT
Penyungkupan Dimana:
Guna keberhasilan C = Kerapatan spora/ml
perkembangan agen hayati dan T = Jumlah spora yang diamati pada
inokulasi patogen, setiap bibit kakao kotak sampel
disungkup dengan plastik polyetilen N = Jumlah kotak sampel yang
ukuran 40 x 40 x 50 cm, sampai diamati (5 kotak besar x 16
munculnya gejala penyakit. kotak kecil)
0,25 = Faktor koreksi
Inokulasi bibit kakao dengan
Inokulasi dilakukan satu
Phytophthora palmivora
minggu setelah perlakuan, dengan
Patogen P. palmivora yang
menyemprotkan suspensi
telah dimurnikan di medium PDA
P. palmivora kerapatan 1,2 x 106
diencerkan dengan 40 ml aquades
spora.ml-1 sebanyak 10 ml per bibit
steril, lalu dimasukkan ke dalam
ke seluruh permukaan daun secara
erlenmeyer dan dihomogenkan
merata.
menggunakan rotary shaker selama
5 menit. Suspensi induk ini sebanyak
40 ml diencerkan dengan aquades
HASIL DAN PEMBAHASAN
steril sebanyak 360 ml dalam botol
steril, lalu dihomogenkan dengan
Saat Muncul Awal Gejala
rotary shaker selama 5 menit dan
Penyakit
dihitung kerapatan sporanya, sampai
Sidik ragam menunjukkan
tahapan pengenceran yang
saat munculnya gejala penyakit
menghasilkan kerapatan spora 106
dipengaruhi oleh tingkat
spora.ml-1, yang diperoleh dengan
pengenceran suspensi B. subtilis.
menggunakan rumus Gabriel dan
Hasil uji lanjut DNMRT pada taraf
Riyatno (1989), sebagai berikut:
5% dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Saat muncul awal (hari) gejala penyakit hawar daun pada bibit kakao
yang diberi agens hayati B. subtilis
Gambar 4. Laju pertumbuhan diameter batang bibit kakao yang diberi beberapa
tingkat pengenceran B. subtilis
Gambar 4 menunjukkan pola tanah sehingga unsur hara menjadi
laju pertumbuhan diameter batang lebih tersedia bagi tanaman. Siddiqui
bibit kakao yang diberi beberapa (2005) menambahkan bahwa
tingkat pengenceran B. subtilis sama, Bacillus sp. dapat menambat P
tetapi terlihat laju yang diberi sehingga dapat membantu tanaman
pengenceran B. subtilis 10-7 lebih dalam menyerap unsur P. Novizan
besar dibandingkan dengan (2005) menambahkan bahwa unsur P
perlakuan lainnya. Hal ini dibutuhkan dalam jumlah yang
dikarenakan selain mampu relatif besar pada setiap pertumbuhan
menghasilkan hormon perangsang tanaman, khususnya pertumbuhan
pertumbuhan, B. subtilis sebagai vegetatif seperti diameter batang.
PGPR juga membantu dalam proses
ketersediaan nutrisi yang dibutuhkan Jumlah Daun
tanaman, sehingga pertumbuhan Sidik ragam menunjukkan,
diameter batang selalu meningkat. bahwa tingkat pengenceran
Bustamam (2006) menyatakan B. subtilis berpengaruh pada jumlah
bahwa Bacillus sp. Juga dapat daun bibit kakao dan setelah
mempercepat proses perombakan dilakukan uji lanjut DNMRT pada
sisa bahan-bahan organik di dalam taraf 5% dapat dilihat pada Tabel 5.
Gambar 5. Pertambahan jumlah daun bibit kakao yang diberi beberapa tingkat
pengenceran B. subtilis
Gambar 5 menunjukkan memasuki bulan ke-4 dibandingkan
bahwa laju pertambahan jumlah daun perlakuan lainnya, sehingga jumlah
yang diberi pengenceran B. subtilis daunnya juga lebih banyak. Hal ini
10-7 terlihat lebih meningkat ketika dikarenakan B. subtilis sebagai