Anda di halaman 1dari 11

TUGAS METODE PROJECT

PENGENDALIAN HAMA PBK PADA PERKEBUNAN KAKAO RAKYAT DI


DESA SURO BALI KABUPATEN KEPAHIANG
OLEH :
JEFRI VOTAROMA GEA
170301200
AGROTEKNOLOGI / AGRONOMI 2

MATAKULIAH PERKEBUNAN C : BUDIDAYA TANAMAN KOPI, KAKAO


DAN TEH
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2020
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang

Kakao (Theobroma cacao L.) merupakan komoditi utama di Kabupaten

Kepahiang. Komoditi ini termasuk penting dalam perdagangan internasional, biji kakao

sebagai produk utama dari tanaman kakao yang pada giliranya diolah menjadi produk

makanan, minuman dan kosmetik. Produk lain yang belum banyak digunakan yaitu

kulit buah. Kulit buah ini berpotensi sebagai pakan ternak, bahan mulsa dan bahan

pembuat pupuk organik.

Di kabupaten Kepahiang pengembangan kakao dimulai pada tahun 2006 dengan

menanam jenis klon kakao hibrida F1 yaitu; ICS 01, ICS 06, ICS 12 dan pada tahun

2007 menanam jenis Klon Somatik Embriogenesis yaitu; ICCRI 03, ICCRI 04,

SCAVINA 6, SULAWESI 01, SULAWESI 02. Hingga saat ini luas areal tanaman

kakao di kabupaten kepahiang tanaman belum menghasilkan seluas 1565,3 ha dan yang

sudah menghasilkan seluas 1622,2 ha (BPS, 2010).

Dalam usaha pengembangan kakao tentunya memiliki kendala dalam

meningkatkan produktivitasnya, salah satunya yaitu adanya serangan Organisme

Pengganggu Tumbuhan (OPT). OPT yang paling sering menyerang pada pertanaman

kakao yaitu hama Penggerek Buah Kakao (PBK), hama penghisab buah Helopeltis sp,

penyakit busuk buah Phytopthora sp (Haryadi et al., 2009). Hama PBK merupakan

hama utama dari tanaman kakao, dimana kerugian akibat serangan ini dapat

mengakibatkan turunnya kuantitas dan kualitas biji kakao. Buah kakao yang diserang

oleh hama ini bobot bijinya berkurang serta kualitas biji menurun dan tidak dapat

difermentasi karena biji lengket serta kematangan buah yang tidak sempurna. Sementara

pasar dunia menuntut standar biji kakao untuk ekspor adalah biji yang telah
difermentasi, hal inilah yang menjadi kendala pada saat ini.

Dari hasil pengamatan di lapangan diperoleh data persentase buah

terserang dapat mencapai 100%, dengan intensitas serangan berkisar antara 47,14% -

60,61%. Tingginya buah yang terserang menggambarkan bahwa

populasi di perkebunan kakao cukup tinggi, karena peletakan telur

oleh ngengat dewasa hampir pada seluruh buah. Hal ini sejalan dengan

intensitas serangannya yang juga tinggi yaitu dengan rerata 52,7% pada katagori

serangan berat (Tabel 2). Beratnya serangan hama PBK pada

perkebunan kakao di desa Suro Bali lebih disebabkan oleh pengelolaan

kebun yang belum baik, seperti pemangkasan yang belum

sempurna, pemupukan yang belum banyak dilakukan oleh petani,

pengaturan populasi tanaman pendamping berupa kopi dan tanaman pelindung yang

terlalu rapat, serta sanitasi terhadap kulit buah kakao terserang yang
sudah dikupas tidak dikubur oleh petani. Kondisi tersebut akan

sangat mendukung perkembangan hama PBK karena kelembaban

kebun menjadi tinggi dan siklus perkembangan hama tidak terputus.

Tabel 2. Data pengamatan persentase buah terserang dan intensitas serangan hama PBK

setiap dua minggu sekali dari bulan Mei-Juni 2012.

Hama Penggerek buah kakao berkembang biak dengan cara bertelur, hama ini

biasanya meletakkan telur setelah matahari terbenam pada alur kulit buah kakao yang

berlekuk (Depparaba 2002; Laode 2004; Tjatjo et al. 2008). Setelah telur menetas, larva

segera membuat lubang ke dalam buah agar terhindar dari pemangsa (predator). Larva

yang masuk ke dalam buah akan tinggal selama 12-14 hari dan menggerek jaringan

lunak seperti pulp, plasenta, dan saluran makanan yang menuju biji, sehingga bila kulit

buah dibuka akan tampak lubang berwarna merah muda yang berliku-liku di dalam

buah (Kalshoven, 1981). Jaringan buah yang telah rusak menimbulkan perubahan

fisiologis pada kulit buah, yaitu kulit buah tampak hijau berbelang merah atau jingga

(Wardojo, 1994).

Rumusan Masalah

 Akibat Serangan Penggerek Buah Kakao (PBK)


BAB II
METODELOGI

 Metode Pemecahan Masalah

Hama PBK merupakan hama utama dari tanaman kakao, dimana kerugian

akibat serangan ini dapat mengakibatkan turunnya kuantitas dan kualitas biji kakao.

Buah kakao yang diserang oleh hama ini bobot bijinya berkurang serta kualitas biji

menurun dan tidak dapat difermentasi karena biji lengket serta kematangan buah yang

tidak sempurna.

Usaha pengendalian yang dapat dilakukan yaitu dengan cara pengendalian hama

secara terpadu, pengendalian ditujukan pada perbaikan budidaya tanaman sehat,

pengendalian secara mekanik, secara hayati, serta penggunaan insektisida secara tepat,

bijaksana dan merupakan alternatif terakhir.

 Variabel Masalah

 Pengandalian hama tidak terpadu

 Penggunaan pestisida tidak tepat

 Monitoring keadaan tanaman tidak baik


BAB III
PEMECAHAN/PEMBAHASAN MASALAH

Dari hasil identifikasi permasalah hama PBK di Desa Suro Bali maka perlu

dilakukan usaha pengendalian secara terpadu. Pengendalian ini berhubungan dengan

beberapa aspek teknik-teknik pengendalian diantaranya yaitu budidaya tanaman sehat,

secara mekanik, pemanfaatan agens hayati dan penggunaan pestisida secara bijaksana.

Dalam mengatasi serangan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT), salah

OPT yang paling sering menyerang pada pertanaman kakao yaitu hama Penggerek Buah

Kakao (PBK) (Haryadi et al., 2009). Ada berbagai macam upaya yang dapat dilakukan

diantaranya yaitu dengan cara pengendalian hama secara terpadu, pengendalian

ditujukan pada perbaikan budidaya tanaman sehat, pengendalian secara mekanik, secara

hayati, serta penggunaan insektisida secara tepat, bijaksana dan merupakan alternatif

terakhir.

Pemeliharaan tanaman kakao yang dilakukan oleh petani di Desa Suro Bali

belum optimal. Pemangkasan secara rutin baru dilaksanakan oleh 46% petani itu pun

belum sempurna dalam pelaksanaanya. sedangkan sisanya belum melakukan

pemangkasan secara rutin. Pemupukan tanaman kakao secara optimal belum dilakukan

oleh petani dengan baik, sebanyak 60% petani tidak melakukan pemupukan.

Pengendalian gulma rata-rata dilakukan oleh petani dengan menggunakan kimia dan

mekanis. Hama penyakit yang banyak menyerang areal tanaman kakao petani di Desa
Suro Bali adalah hama PBK, hama penghisab Helopeltis, busuk buah Phytopthora dan

hama bajing. Pengendalian hama penyakit tersebut dilakukan hanya dengan cara kimia.

 Pengendalian dengan cara budidaya tanaman sehat

Pengendalian dengan cara budidaya tanaman sehat terdiri dari:

1. Pemupukan secara teratur, tepat waktu dan dosis sehingga tanaman dapat tumbuh

sehat dan tahan terhadap serangan OPT. karena dari hasil identifikasi di lapang

petani belum melakukan pemupukan secara teratur dan tepat bahkan ada yang

belum melakukan pemupukan sama sekali. Dosis rekomendasi pemupukan umum

untuk tanaman kakao menghasilkan berdasarkan kebutuhan hara yaitu pupuk N 100

g/pohon/tahun, P2O5 80 g/pohon/tahun, K2O 100 g/pohon/tahun dan MgO 30

g/pohon/tahun. Pemupukan biasanya dilakukan dua kali yaitu pada awal musim

hujan dan akhir musim hujan (Puslitkoka, 2004)

2. Memperbaiki pola tananam, sebaiknya perlu dilakukan penjarangan (dikurangi)

tanaman pendamping berupa tanaman kopi yang ditanam disela-sela tanaman kakao.

Hal ini bertujuan mengurangi kelembaban dengan masuknya cahaya matahari.

Disamping itu juga akan mengurangi persaingan hara dengan pengaturan jarak

tanam yang tidak terlalu rapat. Cahaya yang diteruskan sebaiknya 60-75% dari

intensitas matahari penuh (Puslitkoka, 2004).

3. Melakukan pemangkasan secara teratur terhadap tanaman kakao dan tanaman

pelindung akan membuat kondisi kelembaban pertanaman kakao menjadi tidak

terlalu tinggi karena masuknya cahaya matahari. Kondisi ini kurang disukai dan

menghambat perkembangan hama PBK. Selain dapat mengendaliakan serangan

OPT pemangkasan juga bertujuan agar tajuk tanaman tidak terlalu tinggi sehingga

mudah dalam melakukan penyeprotan dan pemanenan.


4. Sanitasi kebun, yaitu tetap menjaga kebersihan kebun terutama terhadap sisa kulit

buah yang terserang hama PBK harus dikubur untuk memutuskan siklus hidup hama

tersebut.

 Pemanfaatan agens hayati

Pengendalian dengan memanfaatakan agens pengendali hayati seperti

pemanfaatan semut hitam untuk pengendalian hama PBK. Mekanisme

pengendaliannya yaitu dengan cara semut hitam menghalangi peletakan telur hama

PBK. Pemanfaatan semut hitam ini yaitu dengan cara membuat sarang pada pohon

kakao yang terbuat dari daun kakao atau daun kelapa kering, kemudian diberi gula

batu untuk memancing keberadaan semut tersebut. Penggunaan agens hayati jamur

Beauveria bassiana. Penyemprotan dengan jamur Beauveria bassiana pada buah

kakao muda dan cabang horizontal mampu menekan serangan hama PBK 54-60,5%

(Junianto dan Sulistyowati, 2000).

 Pengendalian Secara Mekanik

Pengendalian secara mekanik dengan melakukan penyarungan

terhadap buah kakao. Pengendalian dengan cara ini dapat

menghalangi aktifitas hama PBK untuk meletakkan telur pada kulit buah.

Penyarungan dilakukan pada buah muda dengan ukuran buah antara 8-10 cm,

menggunakan plastik ukuran 30 x 15 cm. pengendalian hama PBK dengan

menggunakan penyarungan buah dapat mengurangi serangan hingga 0%

(Morsamdono dan Wardojo, 1984.; Mustafa, 2005).


KESIMPULAN
Pengendalian OPT pada buah kakao dapat dilakukan dengan cara budidaya

tanaman sehat (meliputi pemupukan berimbang, pemangkasan tanaman dan tanaman

pelindung secara teratur, dan pengaturan populasi tanaman pendamping). 3.

Pengendalian cara mekanik yaitu dengan penyarungan buah, serta pengendalian secara

hayati dapat dengan memanfaatkan semut hitam dan jamur Beauveria bassiana.
DAFTAR RUJUKAN

BPS Provinsi Bengkulu. 2010. Bengkulu Dalam Angka. Badan Pusat Statistik Provinsi
Bengkulu. Bengkulu.
Ditlintan. 2008. Pedoman Pengamatan dan Pelaporan Perlindungan Tanaman Pangan.
Direkrorat Jendaral Tanaman Pangan. Jakarta.
Depparaba, F. 2002. Penggerek Buah Kakao (Conopomorpha cramerella Snell.) dan
Penanggulangannya. Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pertanian 21(2):
69−74.
Hariyadi, Sehabudin, U dan Winasa, I.W. 2009. Identifikasi Permasalahan dan Solusi
Pengembangan Perkebunan Kakao Rakyat Di Kabupaten Luwu Utara Provinsi

Sulawesi Selatan. Prosd. Seminar Hasil-Hasil Penelitian Institut Pertanian


Bogor. Bogor. ;75-88
Junianto, Y.D. dan E. Sulistyowati. 2000. Produksi dan Aplikasi Agens Pengendali
Hama Tanaman Utama Kopi dan Kakao. Pusat Penelitian Kopi dan Kakao
Indonesia. Jember. Kalshoven, L.G.E. 1981. Pests of Crops in Indonesia. PT.
Ictiar Baru Van
Houve. Jakarta. Laode, A. 2004. Seleksi dan Karakterisasi Morfologi Tanaman Kakao
Harapan Tahan Penggerek Buah Kakao (Conopomorpha cramerella Snell.).
Jurnal Sains & Teknologi (3): 109−122.
Musamdono dan S. Wardojo. 1984. Kemajuan Dalam Percobaan Perlindungan Buah
Coklat Dengan Katong Plastik Dan Serangan Acrocercops cramerella SN.
Menara Perkebunan. 52(4):93-96.
Mustafa. B. 2005. Kajian Penyarungan Buah Muda Kakao Sebagai Suatu Metode
Pengendalian Penggerek Buah Kakao (PBK) Conopomorpha cramerella Snell.

(Lepidoptera : Gracilariidae). Prosiding Seminar Ilmiah dan Pertemuan


Tahunan PEI dan FPI XVI Komda Sulawesi Selatan. Makasar. ;23-35
Puslitkoka. 2004. Panduan Lengkap Budidaya Kakao. Pusat Penelitian Kopi dan kakao
Indonesia. Jember.
Tjatjo, A.A., Baharuddin dan A. Laode. 2008. Keragaman Morfologi Buah Kakao
Harapan Tahan Hama Penggerek Buah Kakao Di Sulawesi Selatan dan
Sulawesi Barat. Jurnal Agrisistem 4(1): 37−43.
Wardojo, S. 1994. Strategi Pengendalian Hama Penggerek Buah Kakao (PBK) di
Indonesia. Disampaikan pada; Gelar Teknologi dan Pertemuan Regional
Pengendalian PBK di Kabupaten Polmas, Sulawesi Barat, 3−4 Oktober 1994.
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Barat. Mauju. ;5

Anda mungkin juga menyukai