Kepahiang. Komoditi ini termasuk penting dalam perdagangan internasional, biji kakao
sebagai produk utama dari tanaman kakao yang pada giliranya diolah menjadi produk
makanan, minuman dan kosmetik. Produk lain yang belum banyak digunakan yaitu
kulit buah. Kulit buah ini berpotensi sebagai pakan ternak, bahan mulsa dan bahan
menanam jenis klon kakao hibrida F1 yaitu; ICS 01, ICS 06, ICS 12 dan pada tahun
2007 menanam jenis Klon Somatik Embriogenesis yaitu; ICCRI 03, ICCRI 04,
SCAVINA 6, SULAWESI 01, SULAWESI 02. Hingga saat ini luas areal tanaman
kakao di kabupaten kepahiang tanaman belum menghasilkan seluas 1565,3 ha dan yang
Pengganggu Tumbuhan (OPT). OPT yang paling sering menyerang pada pertanaman
kakao yaitu hama Penggerek Buah Kakao (PBK), hama penghisab buah Helopeltis sp,
penyakit busuk buah Phytopthora sp (Haryadi et al., 2009). Hama PBK merupakan
hama utama dari tanaman kakao, dimana kerugian akibat serangan ini dapat
mengakibatkan turunnya kuantitas dan kualitas biji kakao. Buah kakao yang diserang
oleh hama ini bobot bijinya berkurang serta kualitas biji menurun dan tidak dapat
difermentasi karena biji lengket serta kematangan buah yang tidak sempurna. Sementara
pasar dunia menuntut standar biji kakao untuk ekspor adalah biji yang telah
difermentasi, hal inilah yang menjadi kendala pada saat ini.
terserang dapat mencapai 100%, dengan intensitas serangan berkisar antara 47,14% -
oleh ngengat dewasa hampir pada seluruh buah. Hal ini sejalan dengan
intensitas serangannya yang juga tinggi yaitu dengan rerata 52,7% pada katagori
pengaturan populasi tanaman pendamping berupa kopi dan tanaman pelindung yang
terlalu rapat, serta sanitasi terhadap kulit buah kakao terserang yang
sudah dikupas tidak dikubur oleh petani. Kondisi tersebut akan
Tabel 2. Data pengamatan persentase buah terserang dan intensitas serangan hama PBK
Hama Penggerek buah kakao berkembang biak dengan cara bertelur, hama ini
biasanya meletakkan telur setelah matahari terbenam pada alur kulit buah kakao yang
berlekuk (Depparaba 2002; Laode 2004; Tjatjo et al. 2008). Setelah telur menetas, larva
segera membuat lubang ke dalam buah agar terhindar dari pemangsa (predator). Larva
yang masuk ke dalam buah akan tinggal selama 12-14 hari dan menggerek jaringan
lunak seperti pulp, plasenta, dan saluran makanan yang menuju biji, sehingga bila kulit
buah dibuka akan tampak lubang berwarna merah muda yang berliku-liku di dalam
buah (Kalshoven, 1981). Jaringan buah yang telah rusak menimbulkan perubahan
fisiologis pada kulit buah, yaitu kulit buah tampak hijau berbelang merah atau jingga
(Wardojo, 1994).
Rumusan Masalah
Hama PBK merupakan hama utama dari tanaman kakao, dimana kerugian
akibat serangan ini dapat mengakibatkan turunnya kuantitas dan kualitas biji kakao.
Buah kakao yang diserang oleh hama ini bobot bijinya berkurang serta kualitas biji
menurun dan tidak dapat difermentasi karena biji lengket serta kematangan buah yang
tidak sempurna.
Usaha pengendalian yang dapat dilakukan yaitu dengan cara pengendalian hama
pengendalian secara mekanik, secara hayati, serta penggunaan insektisida secara tepat,
Variabel Masalah
Dari hasil identifikasi permasalah hama PBK di Desa Suro Bali maka perlu
secara mekanik, pemanfaatan agens hayati dan penggunaan pestisida secara bijaksana.
OPT yang paling sering menyerang pada pertanaman kakao yaitu hama Penggerek Buah
Kakao (PBK) (Haryadi et al., 2009). Ada berbagai macam upaya yang dapat dilakukan
ditujukan pada perbaikan budidaya tanaman sehat, pengendalian secara mekanik, secara
hayati, serta penggunaan insektisida secara tepat, bijaksana dan merupakan alternatif
terakhir.
Pemeliharaan tanaman kakao yang dilakukan oleh petani di Desa Suro Bali
belum optimal. Pemangkasan secara rutin baru dilaksanakan oleh 46% petani itu pun
pemangkasan secara rutin. Pemupukan tanaman kakao secara optimal belum dilakukan
oleh petani dengan baik, sebanyak 60% petani tidak melakukan pemupukan.
Pengendalian gulma rata-rata dilakukan oleh petani dengan menggunakan kimia dan
mekanis. Hama penyakit yang banyak menyerang areal tanaman kakao petani di Desa
Suro Bali adalah hama PBK, hama penghisab Helopeltis, busuk buah Phytopthora dan
hama bajing. Pengendalian hama penyakit tersebut dilakukan hanya dengan cara kimia.
1. Pemupukan secara teratur, tepat waktu dan dosis sehingga tanaman dapat tumbuh
sehat dan tahan terhadap serangan OPT. karena dari hasil identifikasi di lapang
petani belum melakukan pemupukan secara teratur dan tepat bahkan ada yang
untuk tanaman kakao menghasilkan berdasarkan kebutuhan hara yaitu pupuk N 100
g/pohon/tahun. Pemupukan biasanya dilakukan dua kali yaitu pada awal musim
tanaman pendamping berupa tanaman kopi yang ditanam disela-sela tanaman kakao.
Disamping itu juga akan mengurangi persaingan hara dengan pengaturan jarak
tanam yang tidak terlalu rapat. Cahaya yang diteruskan sebaiknya 60-75% dari
terlalu tinggi karena masuknya cahaya matahari. Kondisi ini kurang disukai dan
OPT pemangkasan juga bertujuan agar tajuk tanaman tidak terlalu tinggi sehingga
buah yang terserang hama PBK harus dikubur untuk memutuskan siklus hidup hama
tersebut.
pengendaliannya yaitu dengan cara semut hitam menghalangi peletakan telur hama
PBK. Pemanfaatan semut hitam ini yaitu dengan cara membuat sarang pada pohon
kakao yang terbuat dari daun kakao atau daun kelapa kering, kemudian diberi gula
batu untuk memancing keberadaan semut tersebut. Penggunaan agens hayati jamur
kakao muda dan cabang horizontal mampu menekan serangan hama PBK 54-60,5%
menghalangi aktifitas hama PBK untuk meletakkan telur pada kulit buah.
Penyarungan dilakukan pada buah muda dengan ukuran buah antara 8-10 cm,
Pengendalian cara mekanik yaitu dengan penyarungan buah, serta pengendalian secara
hayati dapat dengan memanfaatkan semut hitam dan jamur Beauveria bassiana.
DAFTAR RUJUKAN
BPS Provinsi Bengkulu. 2010. Bengkulu Dalam Angka. Badan Pusat Statistik Provinsi
Bengkulu. Bengkulu.
Ditlintan. 2008. Pedoman Pengamatan dan Pelaporan Perlindungan Tanaman Pangan.
Direkrorat Jendaral Tanaman Pangan. Jakarta.
Depparaba, F. 2002. Penggerek Buah Kakao (Conopomorpha cramerella Snell.) dan
Penanggulangannya. Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pertanian 21(2):
69−74.
Hariyadi, Sehabudin, U dan Winasa, I.W. 2009. Identifikasi Permasalahan dan Solusi
Pengembangan Perkebunan Kakao Rakyat Di Kabupaten Luwu Utara Provinsi